Vous êtes sur la page 1sur 42

KUMPULAN MATERI AIK I

(antie bee)
KELOMPOK 1 DINUL ISLAM
DIEN agama
ISLAM kesejahteraan / keselamatan / penyerahan diri
DINUL ISLAM agama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad
SAW untuk umat manusia agar selamat dan sejahtera dunia dan
akhirat
DASAR DITEGAKKAN DINUL ISLAM :
Dari Abi Abdurrohman bin Umar bin al-Khottob ra, dia berkata, aku mendengar rasul
bersabda :
Islam didirikan di atas lima perkara :
1. bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah SWT dan
Muhammad adalah utusan Allah SWT.
2. mendirikan shalat
3. memberikan zakat
4. haji ke Baitullah
5. puasa di bulan Ramadhan
(HR. BUKHARI DAN MUSLIM)
ISI POKOK AJARAN ISLAM : IMAN, ISLAM, IKHSAN
Allah menurunkan dinul islam bagi umat manusia sebagai pedoman hidup. Jika
manusia tidak mengikuti petunjuk yang ada pada agama maka manusia tersebut
akan sesat dalam hidupnya dan akan mendapatkan kehidupan yang sengsara
dan menderita.
PRINSIP DASAR ISLAM :
a. Keadilan
ADIL Bahasa Arab tidak berat sebelah, jujur, atau tidak berpihak.
Menurut istilah :
1. ADIL adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya
2. ADIL adalah menerima hak tanpa lebih dan memberikan hak orang lain tanpa
kurang
b. Musyawarah
Berunding antara seorang dengan orang lain mengenai suatu masalah atau
berbagai masalah serta dengan maksud untuk mengambil keputusan dan
kesepakatan bersama.
c. Kejujuran
JUJUR Mengakui, berkata, atau memberikan suatu informasi sesuai
dengan kenyataan dan kebenaran.
d. Kebenaran
Sesuatu yang tidak ada keraguan di dalamnya dan berasal dari sumber yang
akurat.
KESIMPULAN :
Dinul islam merupakan agama yang fitrah, penyempurna agama terdahulu,
pendorong kemajuan, memberikan pedoman hidup bagi manusia dan merupakan
agama yang tauhid.
KELOMPOK 2 AL-QURAN DAN AS-SUNNAH
Al-Quran dan As-Sunnah adalah 2 sumber hukum dalam islam. Keduanya
merupakan segala sesuatu yang menjadi dasar, acuan atau pedoman syariat islam.
Al-Quran dan As-Sunnah melahirkan atau menimbulkan aturan yang mempunyai
kekuatan yang bersifat mengikat yang apabila dilanggar akan menimbulkan sanksi
tegas dan nyata.
AL-QURAN
Menurut bahasa (etimologi), Al-Quran berasal dari kata Quranan dan merupakan
masdar dari kata kerja dari kata kerja Qoro-a () yang bermakna Talaa ()
[keduanya berarti: membaca], atau bermakna Jamaa (mengumpulkan,
mengoleksi). Anda dapat menuturkan, Qoro-a Qoran Wa Quraanan ( )
sama seperti anda menuturkan, Ghofaro Ghafran Wa Qhufroonan ( ).
Berdasarkan makna pertama (Yakni: Talaa) maka ia adalah mashdar (kata benda)
yang semakna dengan Ism Mafuul, artinya Matluw (yang dibaca). Sedangkan
berdasarkan makna kedua (Yakni: Jamaa) maka ia adalah mashdar dari Ism
Faail, artinya Jaami (Pengumpul, Pengoleksi) karena ia
mengumpulkan/mengoleksi berita-berita dan hukum-hukum.
Firman Allah SWT :
Artinya :
Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan
(membuatmu pandai) membacanya. Apabila kamu telah selesai membacakannya
maka ikutilah bacaannya itu. (Al-Qiymah: 17-18).
Adapun Al-Quran menurut istilah ialah wahyu atau kalam Allah SWT yang
merupakan mukjizat dan diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat
jibril diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas.
Al-Quran diturunkan untuk menjadi pedoman hidup sekalian manusia, agar
manusia tidak tersesat hidupnya. Al-Quran sebagai pemberi kabar gembira
bagi orang yang beriman dan peringatan bagi orang yang ingkar.
a. NAMA-NAMA
Al-Qur'an mempunyai beberapa nama yang kesemuanya menunjukkan
kedudukannya yang tinggi dan luhur, dan secara mutlak Al-Qur'an adalah kitab
samawy yang paling mulia.
Nama-nama lain dari Al-Quran, sebagai berikut :
a. Al-Kitab, artinya Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Kemudian
tersusun dalam sebuah buku.
b. Al-Furqon, artinya yang membedakan antara yang haq dan batal, serta baik dan
buruk.
c. Adz-Dzikru, artinya pemberi peringatan bagi manusia yang suka lupa dan khilaf.
d. Al-Mauidoh, artinya sebuah anjuran, nasehat dan tuntunan.
e. Al-Huda, artinya petunjuk dan bimbingan.
f. Al-Burhan, artinya sebuah bukti yang meyakinkan.
g. Al-Haq, artinya suatu kebenaran mutlak.
h. An-Nur, artinya cahaya yang menerangi.
i. Al-Hikmah, artinya suatu kebijaksanaan.
b. SEJARAH
Pendapat yang terkenal mengenai sejarah turunnya Al-Quran ialah riwayat At-
Tabari dari Ibnu Abbas, dikatakan bahwa Al-Quran diturunkan pada malam
Lailatul Qodar di bulan Ramadhan ke langit dunia sekaligus. Kemudian
diturunkan ke dunia sedikit demi sedikit atau secara berangsur-angsur. Wahyu
yang pertama diturunkan adalah Q.S Al-Alaq : 1-5 di Gua Hira melalui Malaikat
Jibril. Wahyu terakhir adalah Q.S Al-Maidah : 3.
Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur yaitu selama 22 tahun 2 bulan 22
hari, yakni mulai tanggal 17 Ramadhan tahun 40 dari kelahiran nabi atau tahun
610 Masehi sampai 9 Dzulhijjah tahun 10 Hijriyah atau tahun 633 Masehi.
Hikmah Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur agar mudah dihapal
dan dapat diresapi dalam hati.
Al-Quran terdiri atas 6666 ayat, 114 surat, dan 30 juz. Al-Quran diturunkan
terdiri dua tahapan, yaitu :
1. Saat Nabi tinggal di Mekah, ayatnya disebut ayat-ayat makkiyah, terdiri dari 91
surat atau kurang lebih 19/30 juz. Ciri-cirinya : pada umumnya surat pendek-
pendek, isinya mengenai tauhid, keimanan, menerangkan surga dan neraka
serta kebanyakan ayatnya dimulai dengan kalimat, Yaa ayyuhannaas .
2. Setelah nabi hijrah ke Madinah, ayatnya disebut ayat-ayat madaniyah, terdiri
dari 23 surat atau kurang lebih 11/30 juz dari keseluruhan. Ciri-ciri : pada
umumnya surat panjang-panjang, isinya mengenai hukum dan muamalah,
kebanyakan ayatnya dimulai dengan kalimat, Yaa ayyuhalladziina aamanuu
.
Dalam catatan sejarah dapat dibuktikan bahwa proses kodifikasi dan penulisan al-
Qur'an dapat menjamin kesuciannya secara meyakinkan. Al-Qur'an ditulis sejak nabi
masih hidup. Begitu wahyu turun kepada nabi, nabi langsung memerintahkan para
sahabat penulis wahyu untuk menuliskannya secara hati-hati. Begitu mereka tulis,
kemudian mereka hafalkan sekaligus mereka amalkan.
Pada awal pemerintahan khalifah yang pertama dari Khulafaur Rasyidin, yaitu Abu
Bakar ash-shiddiq, al-Qur'an telah dikumpulkan dalam mushhaf tersendiri. Dan
pada zaman khalifah yang ketiga, 'Utsman bin Affan, al-Qur'an telah sempat
diperbanyak. Alhamdulillah al-Qur'an yang asli itu sampai saat ini masih ada.
Dalam perkembangan selanjutnya, tumbuh pula usaha-usaha untuk
menyempurnakan cara-cara penulisan dan penyeragaman bacaan, dalam rangka
menghindari adanya kesalahan-kesalahan bacaan maupun tulisan. Karena penulisan
al-Qur'an pada masa pertama tidak memakai tanda baca (tanda titik dan harakat)
maka al-Khalil mengambil inisiatif untuk membuat tanda-tanda yang baru, yaitu
huruf waw yang kecil di atas untuk tanda dhammah, huruf alif kecil di atas untuk
tanda fat-hah, huruf alif yang kecil di bawah untuk tanda kasrah, kepala huruf
syin untuk tanda shiddah, kepala ha untuk syukun, dan kepala 'ain untuk
hamzah. Kemudian tanda-tanda ini dipermudah, dipotong, dan ditambah sehingga
menjadi bentuk yang sekarang ada.
Dalam perkembangan selanjutnya tumbuhlah beberapa macam tafsir al-Qur'an
yang ditulis oleh ulama Islam, yang sampai saat ini tidak kurang dari 50 macam
tafsir al-Qur'an. Juga telah tumbuh pula berbagai macam disiplin ilmu untuk
membaca dan membahas al-Qur'an.
c. FUNGSI DAN KANDUNGAN
Al-Qur'an adalah wahyu Allah yang berfungsi sebagai mu'jizat bagi Rasulullah
Muhammad saw, sebagai pedoman hidup bagi setiap Muslim, dan sebagai
korektor dan penyempurna terhadap kitab-kitab Allah sebelumnya serta bernilai
abadi.
Sebagai mu'jizat, al-Qur'an telah menjadi salah satu sebab penting bagi masuknya
orang-orang Arab di zaman Rasulullah ke dalam agama Islam, dan menjadi sebab
penting pula bagi masuknya orang-orang sekarang, dan (insya Allah) pada masa-masa
yang akan datang.
Ayat-ayat yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dapat meyakinkan kita
bahwa Al-Qur'an adalah firman-firman Allah, tidak mungkin ciptaan manusia apalagi
ciptaan Nabi Muhammad saw yang ummi yang hidup pada awal abad ke-enam Masehi
(571-632M). Demikian juga ayat-ayat yang berhubungan dengan sejarah seperti
tentang kekuasaan di Mesir, Negeri Saba', Tsamud, 'Ad, Yusuf, Sulaiman, Dawud,
Adam, Musa, dan lain-lain dapat memberikan keyakinan kepada kita bahwa al-Qur'an
adalah wahyu Allah bukan ciptaan manusia. Ayat-ayat yang berhubungan dengan
ramalan-ramalan khusus yang kemudian dibuktikan oleh sejarah seperti tentang
bangsa Romawi, berpecah-belahnya Kristen dan lain-lain juga menjadi bukti lagi
kepada kita bahwa al-Qur'an adalah wahyu Allah swt. Bahasa al-Qur'an adalah mu'jizat
terbesar sepanjang masa, keindahan bahasa dan kerapian susunan katanya tidak
dapat ditemukan pada buku-buku bahasa Arab lainnya. Gaya bahasa yang luhur tapi
mudah dimengerti adalah merupakan ciri dari gaya bahasa al-Qur'an. Karena gaya
bahasa yang demikianlah 'Umar bin Khathab masuk Islam setelah mendengar
awal surat Thaha yang dibaca oleh adiknya Fathimah. Abul Wahd, diplomat
Quraisy waktu itu, terpaksa cepat-cepat pulang begitu mendengar beberapa ayat
dari surat Fushshilat yang dikemukakan Rasulullah sebagai jawaban atas
usaha-usaha bujukan dan diplomasinya. Bahkan Abu Jahal musuh besar
Rasulullah, sampai tidak jadi membunuh Nabi karena mendengar surat adh-
Dhuha yang dibaca nabi.
Tepat yang dinyatakan al-Qur'an bahwa sebab seorang tidak menerima
kebenaran al-Qur'an sebagai wahyu Ilahi adalah salah satu diantara dua sebab,
yaitu:
a) tidak berpikir dengan jujur dan sungguh-sungguh.
b) tidak sempat mendengar dan mengetahui al-Qur'an secara baik.
Oleh al-Qur'an disebut al-maghdhub (dimurkai Allah) karena tahu kebenaran
tetapi tidak mau menerima kebenaran itu dan disebut adh-Dhalim (orang sesat)
karena tidak menemukan kebenaran itu. Sebagai jaminan bahwa al-Qur'an itu
adalah wahyu Allah, maka al-Qur'an sendiri menantang setiap manusia untuk
membuat satu surat saja yang senilai dengan al-Qur'an.
Sebagai pedoman hidup, al-Qur'an banyak mengemukakan pokok-pokok serta
prinsip-prinsip umum pengaturan hidup dalam hubungan antara manusia dengan
Allah, manusia dengan manusia dan makhluk lainnya. Di dalamnya terdapat
peraturan-peraturan seperti:
- beribadah langsung kepada Allah
- berkeluarga
- bermasyarakat
- berdagang
- utang-piutang
- kewarisan
- pendidikan dan pengajaran
- pidana, dan
- aspek-aspek kehidupan lainnya yang oleh Allah dijamin dapat berlaku dan sesuai
pada setiap tempat dan setiap waktu.
Setiap Muslim diperintahkan untuk melakukan tata nilai tersebut dalam
kehidupannya. Dan sikap memilih sebagian dan menolak sebagian tata nilai itu
dipandang al-Qur'an sebagai bentuk pelanggaran dan dosa. Melaksanakannya dinilai
ibadah, memperjuangkannya dinilai sebagai perjuangan suci, mati karenanya dinilai
sebagai mati syahid, hijrah karena memperjuangkannya dinilai sebagai pengabdian
yang tinggi dan tidak mau melaksanakannya dinilai sebagai zhalim, fasiq, dan kafir.
Sebagian korektor al-Qur'an banyak mengungkapkan persoalan-persoalan yang
dibahas oleh kitab-kitab Taurat, Injil, dan lain-lain yang dinilai al-Qur'an tidak sesuai
dengan ajaran Allah yang sebenarnya (karena pemalsuan-pemalsuan). Baik
menyangkut segi sejarah orang-orang tertentu, hukum-hukum, prinsip-prinsip
ketuhanan, dan lain sebagainya. Sebagai contoh koreksi-koreksi yang dikemukakan al-
Qur'an antara lain sebagai berikut:
a) tentang ajaran Trinitas
b) tentang Isa
c) tentang penyaliban Nabi Isa
d) tentang Nabi Luth
e) tentang Harun
f) tentang Sulaiman, dan lain-lain.
Adapun isi yang terkandung dalam Al-Quran secara garis besar, sebagai berikut :
1. masalah tauhid;
2. masalah ibadah;
3. masalah muamalah;
4. masalah janji dan ancaman;
5. sejarah manusia masa lalu;
6. kepercayaan terhadap yang gaib seperti malaikat, hari akhir, dan takdir;
7. percaya adanya wahyu yang diturunkan;
8. beriman kepada para nabi;
9. mengucapkan dua kalimat syahadat;
10. menegakkan sholat, melaksanakan puasa dan haji
AS-SUNNAH
As-Sunnah secara bahasa (etimologi) berasal dari kata: "sanna yasinnu", dan
"yasunnu sannan", dan "masnuun" yaitu yang disunnahkan. Sedang "sanna
amr" artinya menerangkan (menjelaskan) perkara. As-Sunnah juga mempunyai
arti "at-Thariqah" (jalan/metode/pandangan hidup) dan "as-Sirah" (perilaku)
yang terpuji dan tercela.
As-Sunnah menurut istilah syari'at ialah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi
Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam dalam bentuk qaul (ucapan), fi'il
(perbuatan), taqrir (penetapan), sifat tubuh serta akhlak yang dimaksudkan
dengannya sebagai tasyri (pensyariatan) bagi ummat Islam.
Adapun As-Sunnah menurut bahasa ialah sesuatu yang baru. Secara istilah sama
dengan As-Sunnah menurut Jumhur Ulama. Ada ulama yang menerangkan makna asal
secara bahasa bahwa : Sunnah itu untuk perbuatan dan taqrir, adapun hadits untuk
ucapan. Akan tetapi ulama sudah banyak melupakan makna asal bahasa dan memakai
istilah yang sudah lazim digunakan, yaitu bahwa As-Sunnah muradif (sinonim) dengan
hadits. As-Sunnah menurut istilah ulama ushul fiqih ialah segala sesuatu yang
bersumber dari Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam selain dari Al-Qur'an,
baik perbuatan, perkataan, taqrir (penetapan) yang baik untuk menjadi dalil bagi
hukum syar'i.
As-Sunnah menurut istilah ahli fiqih (fuqaha) ialah segala sesuatu yang sudah tetap
dari Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dan hukumnya tidak fardhu dan
tidak wajib, yakni hukumnya sunnah.
a. MACAM-MACAM
As-Sunnah terbagi atas 3 macam, yaitu:
[a]. Hadits qauli (Sunnah dalam bentuk ucapan) ialah segala ucapan Nabi
Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam yang ada hubungannya dengan tasyri,
sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam: "Di antara kebaikan Islam
seseorang ialah meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat baginya".
[b]. Hadits fi'li (Sunnah yang berupa perbuatan) ialah segala perbuatan Nabi
Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam yang diberitakan oleh para Shahabatnya
tentang wudhu, shalat, haji, dan selainnya.
[c]. Hadits taqriri ialah segala perbuatan Shahabat yang diketahui oleh Nabi
Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dan beliau membiarkannya (sebagai
tanda setuju) dan tidak mengingkarinya.
b. SANAD
Sanad atau isnad secara bahasa artinya sandaran, maksudnya adalah jalan yang
bersambung sampai kepada matan, rawi-rawi yang meriwayatkan matan hadits dan
menyampaikannya. Sanad dimulai dari rawi yang awal (sebelum pencatat hadits) dan
berakhir pada orang sebelum Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yakni Sahabat.
Misalnya al-Bukhari meriwayatkan satu hadits, maka al-Bukhari dikatakan mukharrij
atau mudawwin (yang mengeluarkan hadits atau yang mencatat hadits), rawi yang
sebelum al-Bukhari dikatakan awal sanad sedangkan Shahabat yang meriwayatkan
hadits itu dikatakan akhir sanad.
Para ulama hadits tidak mau menerima hadits yang datang kepada mereka
melainkan jika mempunyai sanad, mereka melakukan demikian sejak tersebarnya
dusta atas nama Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yang dipelopori oleh orang-orang
Syiah.
c. RAWI
Rawi adalah orang-orang yang menyampaikan hadis dari Nabi sampai ke
penghimpun hadits.
d.MATAN
Matan secara bahasa artinya kuat, kokoh, keras, maksudnya adalah isi, ucapan
atau lafazh-lafazh hadits yang terletak sesudah rawi dari sanad yang akhir.
e. FUNGSI DAN KEDUDUKAN
As-Sunnah merupakan sumber hukum ke-2 setelah Al-Quran. Adapun fungsi As-
Sunnah, yaitu :
a. Memperkuat dan mempertegas hukum-hukum yang telah ditentukan oleh Al-
Quran
b. Menjelaskan, menafsirkan dan memberi rincian terhadap ayat-ayat Al-Quran
yang masih global
c. Menetapkan hukum baru yang belum ditetapkan oleh Al-Quran
Kedudukan As-Sunnah terhadap Al-Qur'an, yakni yang pertama, memiliki
kedudukan yang sama sebagai sumber agama setelah Al-Qur'an dan yang kedua,
memiliki kedudukan yang sama sebagai hujjah (argumen) yang wajib diikuti.
Dan oleh karena itu pula lah gugur pendapat sebagian orang yang mengatakan
hanya cukup dengan Al-Qur'an saja. Dan tidaklah mereka (para pengingkar
Sunnah/Qur'aniyyun) mengatakan hal itu melainkan karena hawa nafsu belaka, karena
bagi mereka As-Sunnah hanyalah alat untuk menguatkan pendapat mereka, apabila
sesuai dengan hawa nafsu, mereka akan berpegang kepadanya, dan yang tidak sesuai
dengan nafsu, mereka akan buang ke belakang punggung mereka.
Dan hal ini telah diisyaratkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam
sebuah hadits yang shahih: "Salah seorang dari kalian benar-benar akan menjumpai
seseorang yang sedang duduk di singgasananya, kemudian datang urusanku
kepadanya dari apa yang aku perintahkan dan apa yang aku larang, lalu ia berkata:
Saya tidak tahu itu! Semua yang kami dapatkan di dalam Kitab Allah itulah yang kami
ikuti. Apa yang diharamkan oleh Rasulullah sama dengan yang diharamkan oleh Allah"
(HR. Tirmidzi).
KELOMPOK 3- IJTIHAD
a. Menurut Bahasa
IJTIHAD Al-jahd atau Al-juhd lamasyakat (kesulitan dan kesusahan) dan
akth-thaqat (kesanggupan dan kemampuan)
IJTIHAD berarti Pengerahan segala kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang
sulit
b.Menurut istilah yang telah digunakan para sahabat nabi
IJTIHAD adalah penelitian dan pemikiran untuk mendapatkan sesuatu yang
terdekat pada Kitab-u 'l-Lah dan Sunnah Rasul, baik yang terdekat itu
diperoleh dari nash -yang terkenal dengan qiyas (ma'qul nash), atau yang terdekat itu
diperoleh dari maksud dan tujuan umum dari hikmah syari'ah yang terkenal dengan
"mashlahat."
c. Menurut rumusan Ushuliyyin dari kelompok mayoritas
IJTIHAD adalah pengerahan segenap kesanggupan dari seorang ahli fiqih atau
mujtahid untuk memperoleh pengertian tingkat dhanny terhadap sesuatu hukum
syari (hukum Islam).
d.Syarat-syarat Ijtihad
Syarat-syarat terpenting bagi seseorang yang ingin mendudukan dirinya sebagai
mujtahid :
1. Memiliki ilmu pengetahuan yang luas tentang ayat-ayat Al-Quran yang
berhubungan dengan masalah hukum, dengan pengertian ia mapu membahas
ayat-ayat tersebut untuk menggali hukum.
2. Berilmu pengetahuan yang luas tentang hadits-hadits rasul yang
berhubungan dengan masalah hukum, dengan arti ia sanggup untuk membahas
hadits-hadits tersebut untuk menggali hukum.
3. Menguasai seluruh masalah yang hukumnya telah ditunjukkan oleh ijma
agar ia tidak berijtihad yang hasilnya bertentangan dengan ijma
4. Mengetahui secara mendalam tentang masalah qiyas dan dapat
mempergunakannya untuk menggali hukum
5. Menguasai bahasa Arab secara mendalam.
6. Mengetahui secara mendalam tentang nasikh-mansukh dalam Al-quran dan
hadits.
7. Mengetahui latar belakang turunnya ayat (asbab-ul-nuzul) dan latar
belakang suatu hadits (asbab-ul-wurud), agar ia mampu melakukan istinbath
hukum secara tepat.
8. Mengetahui sejarah para periwayat hadits, supaya ia dapat menilai sesuatu
Hadist, apakah Hadits itu dapat diterima ataukah tidak. Sebab untuk menentukan
derajad/nilai suatu Hadits sangat tergantung dengan ihwal perawi yang lazim
disebut dengan istilah sanad Hadits.
9. Mengetahui ilmu logika/mantiq agar ia dapat menghasilkan deduksi yang benar
dalam menyatakan suatu pertimbangan hukum dan sanggup
mempertahankannya.
10. Menguasai kaidah-kaidah istinbath hukum/ushul fiqh, agar dengan kaidah-
kaidah ini ia mampu mengolah dan menganalisa dalil-dalil hukum untuk
menghasilkan hukum suatu permasalahan yang akan diketahuinya
e. RUANG LINGKUP
Lingkup ijtihad hanya terbatas pada penggalian hukum syariat dari dalil-dalil
Dzanni. Ijtihad tidak boleh memasuki wilayah yang sudah pasti (qathi), maupun
masalah-masalah yang bisa diindera atau dipahami secara langsung oleh akal.
Ijtihad hanya terjadi dan berlaku pada wilayah faru dan zhanni.
f. KEDUDUKAN IJTIHAD
Berbeda dengan Al-Quran dan as-Sunnah, Ijtihad terikat dengan ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:
+Pada dasarnya yang ditetapkan oleh ijtihad tidak dapat melahirkan keputusan
yang mutlak absolut. Sebab ijtihad merupakan aktifitas akal pikiran manusia yang
relatif. Sebagai produk pikiran manusia yang relatif maka keputusan daripada suatu
ijtihad pun adalah relatif
+Sesuatu keputusan yang ditetapkan oleh ijtihad, mungkin berlaku bagi seseorang
tapi tidak berlaku bagi orang lain. Berlaku untuk satu masa / tempat tapi tidak
berlaku pada masa/ tempat yang lain.
+Ijtihad tidak berlaku dalam urusan penambahan ibadah mahdhah. Sebab
urusan ibadah mahdhah hanya diatur oleh Allah dan Rasulullah.
+Keputusan ijtihad tidak boleh bertentangan dengan Al-Quran dan as-Sunnah.
+Dalam proses berijtihad hendaknya dipertimbangkan faktor-faktor motifasi,
akibat, kemaslahatan
g.METODE IJTIHAD
1. QIYAS
Qiyas ialah memberlakukan hukum yang sudah berlaku sebelumnya pada
kejadian baru yang belum jelas hukumnya.
Qiyas ini dapat diterapkan apabila antara kejadian yang lama dan yang baru
terdapat persamaan dari segi illat (sebab timbul hukumnya).
Artinya, qiyas hanya dapat diterapkan pada sesuatu yang mempunyai illat.
Contohnya mengqiyaskan padi kepada kurma dari segi wajib mengeluarkan
zakatnya, karena persamaan illatnya yaitu sebagai bahan makanan pokok. Illat
seperti itu terdapat pada beras. Sebab itu mereka menetapkan bahwa beras wajib
dikeluarkan zakatnya, karena persamaan illat dengan kurma.
2. Maslahah Mursalah
1 maslahah mursalah ialah manfaat-manfaat yang seirama dengan tujuan Allah
Taala (Pembuat hukum), akan tetapi tidak terdapat dalil (argumen) khusus yang
menjelaskan bahwa manfaat tersebut diakui atau tidak diakui oleh Allah Taala
(Pembuat hukum).
1 Landasasn hukum penerapan maslahah mursalah:
+ Penelitian membuktikan bahwa Allah Taala dalam menetapkan hukum-hukum
memperhatikan kemaslahatan manusia. Di antara buktinya ialah firman Allah
Taala :
) : 107 )
Tiadalah Kami (Allah) mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat
bagi semesta alam. (Al -Anbiyaa : 107)
+ Ijtihad para sahabat dan para fuqaha sesudahnya tentang banyak kejadian tidak
hanya perpegang pada asas qiyas, tetapi juga memperhatikan asas
kemaslahatan. Di antara contohnya ialah :
O Abu Bakar Ash Shiddiq menghimpun Al Quran dalam sebuah Mushhaf sesuai
dengan saran Umar bin Khaththab. Umar bin Khaththab mengatakan :
Menhimpun Al Quran dalam satu Mushhaf adalah paling baik dan sesuai
dengan kemaslahatan Islam.
O Umar bin Khaththab menjatuhkan hukuman mati atas sejumlah orang yang
membunuh satu orang (pembunuhan masal), dengan alasan jika tidak dijatuhi
sanksi qishash maka pembunuhan masal akan dijadikan alasan untuk
menghindar dari qishash.
O Para sahabat sepakat tentang mewajibkan tukang agar menjamin barang
orang lain yang rusak ditangannya, demi mencegah timbulnya sikap
memandang enteng hak milik orang lain yang sedang berada di tangan
mereka.
+ Contoh maslahah mursalah
+Munasib (kemaslahatan) yang diakui
+Munasib (kemaslahatan) yang tidak diakui
+Munasib (kemaslahatan) yang tidak diakui dan tidak ditolak
3. Urf (Adat)
1 Urf ialah kebiasaan masyarakat, baik perbuatan maupun ucapan (bahasa).
1 Contoh urf perbuatan ialah kebiasaan masyarakat melakukan jual beli muathah
yaitu kontrak jual beli tanpa ijab qabul dengan lisan, tetapi langsung saling
memberi. Artinya, penjual memberikan barang yang dijual kepada pembeli dan
pembeli menyerahkan uang kepada penjual. Ini disebut muathah (saling memberi).
1 Contoh urf ucapan (bahasa) dalam masyarakat Arab ialah tidak menggunakan kata
lahm (daging) pada ikan.
1 Macam-Macam Urf (Adat)
1 Urf (adat) umum ialah yang berlaku pada kebanyakan penduduk suatu negeri
dalam suatu waktu, seperti urf (adat) melakukan (akad istishna),
menyewa kamar mandi tanpa memperhitungkan lama waktunya.
1 Sedangkan urf (adat) khusus (terbatas) ialah yang berlaku pada kelompok
tertentu dari penduduk suatu negeri. Dari segi lain urf (adat) terbagi kepada urf
(adat) yang sohih (benar) dan urf (adat) tidak sohih (tidak benar).
1 urf (adat) yang sohih ialah kebiasaan masyarakat yang tidak mengharamkan
apa yang menurut Islam adalah halal atau menghalalkan apa yang menurut Islam
adalah haram. Contohnya urf (adat) masyarakat memberikan urbun (uang
muka) dalam akad istishna.
1 urf (adat) yang tidak sohih ialah kebiasaan yang menghalalkan apa yang
menurut Islam adalah haram atau mengharamkan apa yang menurut Islam
adalah halal, seperti kebiasaan makan riba, menyajikan minuman memabukkan
dalam jamuan tertentu, dan lain-lain.
1 Para fuqaha sepakat memandang urf (adat) yang sahih, berlaku umum dan
secara terus menerus sejak masa Sahabat dan sesudah mereka, tidak menyalahi
nash (teks) Al Quran dan Sunnah serta prinsip asasi Syariat Islam asalah berlaku
sebagai sumber hukum. Contohnya seperti akad istishna, ijarah (sewa menyewa),
salam, jual beli dengan muathah, dan lain-lain.
1 Dari segi lain, para fuqaha sepakat memandang urf (adat) yang tidak sahih tidak
dapat dijadikan sumber hukum, seperti riba, minum khamar, judi, dan lain
sebagainya.
1 Penerapan urf (adat) dalam Islam mempunyai landasan yang kuat dari Islam itu
sendiri. Ada dua dasar yang disebut-sebut fuqaha.
1. Firman Allah Taala :
) : 199 )
Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang maruf, serta
berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. (Al Araaf : 199)
2. Penjelasan seorang sahabat bernama Abdullah bin Masud r.a.
,
Apa yang dipandang baik oleh orang-orang Islam, maka baik juga di sisi Allah,
dan apa yang dipandang buruk oleh orang-orang Islam, maka buruk juga di
sisi Allah.
Sesuai dengan dasar di atas maka para fuqaha, terutama pendukung mazhab
Maliki dan Hambali, memandang urf (adat) sebagai salah satu sumber
penetapan hukum. Pandangan ini mereka simpulkan dalam sebuah asas yang
berbunyi :

Adat kebiasaan menjadi dasar penetapan hukum.
Pandangan ini mereka ungkapkan pula dalam asas bahwa apa yang sudah
berlaku sebagai adat kebiasaan adalah sama dengan yang ditetapkan oleh dalil
(argumen) dari Syariat Islam.
Asas-asas tersebut mengungkapkan betapa kuatnya pengaruh urf (adat)
dalam hukum Islam.
4. ISTISHHAB
1 Pengertian
Menetapkan bahwa sesuatu masih tetap seperti semula pada masa
sekarang atau pada masa yang akan datang. Penetapan tersebut berpijak
pada kenyataan sesuatu tersebut benar-benar ada pada masa sebelumnya.
Atau menetapkan bahwa sesuatu masih tetap seperti semula pada masa
sekarang atau pada masa yang akan datang. Penetapan tersebut berpijak pada
kenyataan sesuatu tersebut benar-benar tidak ada pada masa sebelumnya.
Ringkasnya, istishhab ialah melanjutkan kenyataan sebelumnya, baik ada
atau tidak ada.
1 Macam-macam istishhab
Asas : Apa yang terdapat di bumi halal dimanfaatkan. Asas ini tetap berlaku
sampai terdapat bukti yang menunjukkan ia haram. Dasarnya ialah firman Allah
Taala :
) : 29 )
Dialah Allah, yang menciptakan segala yang adadi bumi untuk kamu.
Asas : Apa yang ada dipandang tetap ada. Asas ini tetap berlaku sampai ada
bukti yang menunjukkan ia telah tiada. Jadi apa yang ada harus dipandang seperti
semula.
Asas : Setiap orang tidak bertanggung jawab. Asas ini tetap berlaku pada setiap
orang, kecuali ada bukti yang menunjukkan ia bertanggung jawab.
1 Ketiga macam istishhab tersebut memberikan solusi yang mudah diterapkan bagi
penyelesaian banyak persoalan muamalat.
5. Adz Dzariah
1 Arti adz dzariah ialah jalan (wasilah) menuju sesuatu. Jalan yang dimaksud di sini
ialah jalan menuju hukum syariat Islam.
Ringkasnya, dalam Syariat Islam terdapat dua segi, yaitu tujuan dan wasilah menuju
tujuan. Hukum wasilah mengikut hukum tujuan. Apabila tujuan wajib, maka hukum
wasilah menujunya wajib pula. Apabila hukum tujuan haram, maka hukum wasilah
menujunya haram pula. Demikian juga hukum-hukum yang lain, baik makruh, sunnat
dan mubah.
KELOMPOK 4 - SUMBER AQIDAH ISLAM
- Al-Quran
Nabi s.a.w. bersabda:


Aku telah tinggalkan untuk kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama
berpegang kepada keduanya: Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.
Dan Allah s.w.t. telah menjamin bagi siapa saja yang berpegang kepada keduanya
tidak akan sesat di dunia dan tidak akan binasa di akhirat.
"(Dan) Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah
kepadaKu " (Adz Dzariyaat: 56)

Maka jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, lalu barangsiapa yang mengikuti
petunjuk-Ku ia tidak akan sesat dan ia tidak akan celaka. Dan barangsiapa yang
berpaling dari peringatan-Ku, maka baginya kehidupan yang sempit, dan kami akan
menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keaadaan buta. (surah Thaha: 123-124)


(Ini adalah) kitab yang kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia
dari gelap-gelita kepada cahaya terang benderang dengan izin Rabb mereka, (iaitu)
menuju jalan Rabb yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. (surah Ibrahim: 1)
Akidah adalah setiap perkara yang dibenarkan oleh jiwa, yang dengannya hati
menjadi tenteram serta menjadi keyakinan bagi para pemeluknya, tidak ada keraguan
dan kebimbangan di dalamnya.
Perkataan akidah berasal dari perkataan bahasa Arab yaitu "aqada yang berarti
ikatan atau simpulan.
Secara etimologis (bahasa) AQIDAH berarti ; simpul atau ikatan, sumpah atau
perjanjian dan kehendak yang kuat.
Secara terminologis (istilah) : AQIDAH adalah hal-hal yang diyakini kebenarannya
oleh jiwa, mendatangkan ketentraman hati, menjadi keyakinan yang kokoh yang
tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan.
a. Landasan Akidah Islamiah
Landasan akidah Islamiah adalah beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari Akhir, dan beriman kepada qadar
(takdir), yang baik maupun yang buruk.
b.Pentingnya akidah islamiah
1. Bahwasanya kebutuhan kita terhadap akidah adalah di atas segala kebutuhan, dan
kepentingan kita terhadap akidah adalah di atas segala kepentingan. Sebab,
tidak ada kebahagiaan, kenikmatan, dan kegembiraan bagi hati, kecuali dengan
beribadah kepada Allah, Rab dan Pencipta segala sesuatu.
2. Bahwasanya akidah Islamiah adalah kewajiban yang paling besar dan yang
paling ditekankan. Karena itu, ia adalah sesuatu yang pertama kali diwajibkan
kepada manusia. Rasulullah saw bersabda, "Aku diperintahkan untuk
memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang
hak, kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah." (HR Bukhari dan
Muslim).
3. Bahwa akidah Islamiah adalah satu-satunya akidah yang bisa mewujudkan
keamanan dan kedamaian, kebahagiaan dan kegembiraan. "(Tidak demikian)
bahkan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat
kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula)mereka bersedih hati (Al-Baqarah: 112).
4. Sesungguhnya akidah Islamiah adalah sebab sehingga bisa berkuasa di muka
bumi dan sebab bagi berdirinya daulah Islamiah. "Dan sungguh telah Kami tulis di
dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini
dipusakai hamba-hambaKu yang shaleh." (Al-Anbiya': 105)
Al-Quran yaitu wahyu Allah yang merupakan mukjizat dan diturunkan kepada nabi
Muhammad saw melalui malaikat JibriL untuk diajarkan kepada manusia sebagai
petunjuk dan pedoman hidup hingga akhir zaman,
agar manusia tidak tersesat hidupnya karena Al-Quran sebagai pemberi kabar
gembira bagi orang yang beriman dan peringatan bagi orang yang ingkar.
c. Hikmah beriman pada Al-Quran
Menjadikan manusia tidak kesulitan, atau agar kehidupan manusia menjadi aman,
tenteram, damai, sejahtera, selamat dunia dan akhirat serta mendapat ridha Allah
dalam menjalani kehidupan.
Untuk mencegah dan mengatasi perselisihan diantara sesama manusia yang
disebabkan perselisihan pendapat dan merasa bangga terhadap apa yang
dimilkinya masing-masing, meskipun berbeda pendapat tetap diperbolehkan.
Sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa
Untuk membenarkan kitab-kitab suci sebelumnya
Untuk menginformasikan kepada setiap umat bahwa nabi dan rasul terdahulu
mempunyai syariat (aturan) dan jalannya masing-masing dalam menyembah
Allah SWT.
Untuk menginformasikan bahwa Al Quran berisi perintah-perintah Allah,
larangan-larangan Allah, hukum-hukum Allah, kisah-kisah teladan dan juga
kumpulan informasi tentang takdir serta sunatullah untuk seluruh manusia
dan pelajaran bagi orang yang bertakwa.
Al Quran adalah kumpulan dari petunjuk-petunjuk Allah bagi seluruh umat
manusia sejak nabi Adam a.s sampai nabi Muhammad SAW yang dijadikan pedoman
hidup bagi manusia yang takwa kepada Allah untuk mencapai islam selama ada
langit dan bumi
- As-Sunnah
Menurut bahasa, kata As-Sunnah berarti jalan atau tuntunan sesuai dengan sabda
Nabi Muhammad.
Menurut terminologi (istilah) ialah Segala sesuatu yang bersumber dari Nabi
Saw dalam bentuk Qauli (ucapan), Fiil, Taqrir, dan sifat tubuh serta akhlak yang
dimaksudkan dengannya sebagai Tasyri bagi ummat Islam.
Contoh-contoh dari defenisi As-Sunnah yang dibawakan oleh Ahli hadits :
1. Hadits Qauli (As-Sunnah dalam bentuk ucapan). Ialah segala ucapan Nabi Saw
yang ada hubungannya dengan tasyri, contohnya : Raulullah Saw bersabda : Dari
kebaikan Islam seseorang ialah meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat
baginya. (Hadits Riwayat Tirmidzi).
2. Hadits Fili (As-Sunnah yang berupa perbuatan). Ialah segala perbuatan Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam yang diberitakan oleh para sahabatnya. Tentang
wudhu, shalat, haji dan yang lainnya, contohnya : Dari Utsman bin Affan :
Bahwasanya Nabi Shallallahu alaihi wa sallam (apabila berwudhu) beliau menyelai-
nyelai jenggotnya. (Hadits Riwayat Tirmidzi : 31, Ibnu Majah : 430, Ibnu Jarud : 43,
Hakim 1/149 dan Hakim berkata sanadnya Shahih, Tirmidzi berkata : Hasan Shahih).
3. Hadits Taqrir. Ialah segala perbuatan sahabat yang diketahui oleh Nabi saw dan
beliau membiarkannya (sebagai pertanda setuju) dan tidak mengingkarinya,
contoh : Telah berkata Nabi saw kepada Bilal setelah selesai shalat shubuh : Wahai
Bilal kabarkanlah kepadaku sebaik-baik amalan yang engkau telah kerjakan di
dalam Islam, karena aku telah mendengar suara terompahmu dekatku di syurga?.
Jawabnya : Sebaik-baik amal yang saya kerjakan ialah, bahwa tiap-tiap kali saya
berwudhu siang atau malam maka dengan wudhu itu saya shalat (sunnat) beberapa
rakaat yang dapat saya lakukan. (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim).
Percaya pada kitab-kitab Allah SWT hukumnya adalah wajib 'ain atau wajib bagi
seluruh warga muslimin di seluruh dunia. Dilihat dari pengertian atau arti definisi, kitab
Allah SWT adalah kitab suci yang merupakan wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT
melalui rasul-rasulnya untuk dijadikan pedoman hidup umat manusia sepanjang masa.
Orang yang mengingkari serta tidak percaya kepada Alquran disebut orang-orang yang
murtad.
Al-Kitab dan al-Sunnah cukup sebagai pegangan sehingga tidak memerlukan kepada
selainnya. Allah berfirman:


Artinya : Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu dan janganlah kamu
mengikuti pemimpin-pemimpin selainnya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran
daripadanya. (surah al-Araf:3).
KELOMPOK 5 TAUHID DALAM ISLAM
Tawhid Tauhid Meyakini bahwa ALLAH SWT itu esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya
Kalimat tauhid

Laa ilaaha illallah


Sambungan KALIMAT TAUHID

(Tiada)

(Tuhan)

(Kecuali)

(Allah)
Laa ilaaha illallah Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah
RUKUN KALIMAT TAUHID
An-Nafyu (peniadaan)
Yaitu menafikan, menolak dan meniadakan seluruh sembahan yang berhak untuk
disembah apapun jenis dan bentuknya dari kalangan makhluk, baik yang hidup dan
yang mati
Al-Itsbat (penetapan)
Menetapkan bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah dan mewajibkan
pengamalan sesuai dengan konsekuensinya
SYARAT KALIMAT TAUHID
ILMU (MENGETAHUI)
YAQIN (MEYAKINI)
QABUL (MENERIMA)
INQIYAD (PATUH)
IKHLAS
SHIDDIQ (JUJUR)
MAHABBAH (KECINTAAN)
KELOMPOK 6 LANDASAN AQIDAH AKHLAK
a. Macam - Macam Tauhid
Tauhid. KAJIAN ILMU TAUHID. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu
agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai
Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan
tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang ( QS : 005 : Al Maa-idah Ayat 003 )
1. Tauhid Rububiyah
Tauhid Rububiyah. Tauhid Rububiyah melihat dari asal katanya ar-rabb yang berarti
mengmbangkan sesuatu dari suatu keadaan pada keadaan yang lain
sampai mencapai kedaan yang sempurna. Dan tidak disebut sendirian kecuali
untuk Allah dan apabila ditambahkan kepada kalimatyang lain,maka hal itu bisa
untuk Allah. Jadi tauhid Rububiyah berarti tauhid yang menyakini bahwa Allah
adalah tuhan. Tuhan Yang Maha Pencipta dan segala perbuatan
perbuatanNya. Pengakuan ini harus tertanam dari dalam diri. Allah telah
menciptakan bumi dan langit dan apa apa yang berada diantara keduanya.
memiliki, merencanakan, menciptakan, mengatur, memelihara serta menjaga
seluruh Alam Semesta. Pengakuan ini harus tertanam dalam hati secara sadar. Baik
pengakuan yang terlahir melalui kajian kajian yang berdasarkan akal budi ataupun
pengakuan yang tumbuh sebagai akibat ketaatan dan ketekunan ibadah yang ikhlas
karena Allah
2. Tauhid Uluhiyah
Tauhid Uluhiyah. Tauhid Uluhiyah yaitu tauhid yang mengesakan Allah dengan
perbuatan perbuatan hambaNya atau mengesakan Allah melalui niat dan
ibadah yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah semata. Pendekatan
diri dengan tauhid uluhiyah ini adalah dengan melakukan amal ibadah yang
diyariatkan seperti shalat, puasa, berdoa thawaf, Qurban, pengharapan, takut,
senang, tawakal dan lain sebagainya yang kesemuanya itu berasal dari Allah dan
untuk Allah semata. Tauhid Uluhiyah ini mensyaratkan adanya tauhid rububiyah.
Tanpa tauhid rububiyah, maka tauhid huluhiyah akan batal karena
pengesaan Allah melalui perbuatan perbutan hamba adalah setelah hamba
tersebut menghayati dan memahami seluruh perbutan perbutan Allah yang telah
menciptakan hambaNya tersebut. Atau merupakan konsekuensi dari keimanan
terhadap rububiyahNya. Tauhid Huluhiyah inilah yang selama ini menjadi
pertentangan antara orang orang kafir dengan seluruh nabi dan rasul yang diutus
Allah. Pertentangan itu disebabkan tauhid huluhiyah inilah inti dari dakwah
para nabi dan rasul terdahulu.
3. Tauhid Asma wa Sifat
Tauhid Asma wa Sifat. Tauhid Asma wa Sifat yaitu mengesakan Allah melalui
pengakuan dan penghayatan tentang nama nama dan sifat Allah yang
didasarkan kepada Al-Quran dan Hadist Rasulullah
Tauhid ini merupakan penafsiran dari pensifatan Allah ataupun penafsiran atas Zat
Allah melalui pensifatan rasulullah. Pensifatan ini harus tidak keluar dari prinsip
dasar kajian ilmu tauhid bahwa, Allah tidak memberikan pengetahuan kepada
manusia tentang ZatNya, tetapi manusia bisa mengenal Allah melalui sifta-
sifat dan perbuatanNya. Pensifatan Allah harus bebas dari penafsiran
penafsiran yang mengandung penyimpangan seperti pemahaman penafsiran
serba tuhan atau penyatuan diri manusia sebagai makhluk yang diciptakan
dengan Allah sebagai tuhan yang menciptakan manusia dan pensifatan Allah juga
harus bebas dari tamsil atau pengibaratan atau menyerupakan Allah dengan
makhluknya. Bebas dari Visualisasi atau penggambaran tentang Allah. Tiga macam
tauhid ini bukan merupakan bagian yang berdiri sendiri, tetapi ketiga macam tauhid
tersebut ( tauhid rubbubuiiyah, tauhid uluhiyah dan tauhid asma wa sifat )
merupakan satu kesatuan yang saling terkait antara satu dengan yang lainnya.
Sehingga tiga macam tauhid ini merupakan rangkaian segitiga tauhid yang
saling melengkapi dan saling menguatkan. Apabila satu dari sisi segitiga tauhid
tersebut runtuh,maka segitiga tersebut juga akan hancur. Tauhid akan hancur.
Apabila salah satu sisi dari segitiga tersebut rusak,maka segitigatersebut akan
rusak, Tauhid yang dipahami dan diyakini menjadiakan rusak pula. Semoga Allah
selalu melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita bersama dan melindungi
kita selalu dalam hidayah dan pengampunanNya Amin ...
KELOMPOK 7 HAL-HAL MERUSAK KEIMANAN
a. KUFUR
Kufur secara bahasa berarti menutupi. Sedangkan menurut syara kufur adalah tidak
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, baik dengan mendustakannya atau tidak
mendustakannya. Kufur ada dua jenis : Kufur Besar dan Kufur Kecil
1. Kufur Besar
Kufur besar bisa mengeluarkan seseorang dari agama Islam. Kufur besar ada
lima macam
[1]. Kufur Karena Mendustakan Dalilnya adalah firman Allah
Artinya : Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang-orang yang mengada-
adakan dusta terhadap Allah atau mendustakan kebenaran tatkala yang hak itu
datang kepadanya ? Bukankah dalam Neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-
orang yang kafir ? [Al-Ankabut : 68]
[2]. Kufur karena enggan dan sombong padahal membenarkan.
Dalilnya firman Allah Artinya : Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para
Malaikat, Tunduklah kamu kepada Adam. Lalu mereka tunduk kecuali iblis, ia
enggan dan congkak dan adalah ia termasuk orang-orang kafir [Al-Baqarah : 34]
[3]. Kufur karena ragu
Dalilnya adalah firman Allah. Artinya : Dan ia memasuki kebunnya, sedang ia
aniaya terhadap dirinya sendiri ; ia berkata, Aku kira kebun ini tidak akan binasa
selama-lamanya, dan aku tidak mengira Hari Kiamat itu akan datang, dan jika
sekiranya aku dikembalikan kepada Rabbku, niscaya akan kudapati tempat kembali
yang baik Temannya (yang mukmin) berkata kepadanya, Apakah engkau kafir
kepada (Rabb) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani,
kemudian Dia menjadikan kamu seorang laki-laki ? Tapi aku (percaya bahwa) Dialah
Allah Rabbku dan aku tidak menyekutukanNya dengan sesuatu pun [Al-Kahfi : 35-
38]
[4]. Kufur karena berpaling
Dalilnya adalah firman Allah. Artinya : Dan orang-orang itu berpaling dari
peringatan yang disampaikan kepada mereka [Al-Ahqaf : 3]
[5]. Kufur karena nifaq
Dalilnya adalah firman Allah Artinya : Yang demikian itu adalah karena mereka
beriman (secara) lahirnya lalu kafir (secara batinnya), kemudian hati mereka dikunci
mati, karena itu mereka tidak dapat mengerti [Al-Munafiqun : 3]
2.Kufur Kecil
Kufur kecil yaitu kufur yang tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama
Islam, dan ia adalah kufur amali. Kufur amali ialah dosa-dosa yang disebutkan di
dalam Al-Quran dan As-Sunnah sebagai dosa-dosa kufur, tetapi tidak mencapai
derajat kufur besar. Seperti kufur nikmat, sebagaimana yang disebutkan dalam
firmanNya. Artinya : Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka
mengingkari dan kebanyakan mereka adalah orang-orang kafir [An-Nahl : 83]
Termasuk juga membunuh orang muslim, sebagaimana yang disebutkan dalam
sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Artinya : Mencaci orang muslim adalah
suatu kefasikan dan membunuhnya adalah suatu kekufuran [Hadits Riwayat
Bukhari dan Muslim]
Dan sabda beliau Shallallahu alaihi wa sallam. Artinya : Janganlah kalian
sepeninggalku kembali lagi menjadi orang-orang kafir, sebagian kalian memenggel
leher sebagian yang lain [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]
Termasuk juga bersumpah dengan nama selain Allah. Nabi Shallallahu alaihi wa
sallam bersabda.
Artinya : Barangsiapa bersumpah dengan nama selain Allah, maka ia telah berbuat
kufur atau syirik [At-Tirmidzi dan dihasankannya, serta dishahihkan oleh Al-Hakim]
Yang demikian itu karena Allah tetap menjadikan para pelaku dosa sebagai orang-
orang mukmin. Allah berfirman. Artinya : Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu qishash berkenan dengan orang-orang yang dibunuh [Al-
Baqarah : 178] Allah tidak mengeluarkan orang yang membunuh dari golongan
orang-orang beriman, bahkan menjadikannya sebagai saudara bagi wali yang
(berhak melakukan) qishash[1].
Allah berfirman Artinya : Maka barangsiapa mendapat suatu pemaafan dari
saudarnya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan
hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diat) kepada yangmemberi maaf dengan
cara yang baik (pula) Al-Baqarah : 178]
Yang dimaksud dengan saudara dalam ayat di atas tanpa diargukan lagi- adalah
saudara seagama, berdasarkan firman Allah. Artinya : Dan jika ada dua golongan
dari orang-orang mukmin berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah
satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain, maka
perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali, kepada
perintah Allah, jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka
damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang berlaku adil. Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah
bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah
kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat [Al-Hujurat : 9-10] [2]
Kesimpulan Perbedaan Antara Kufur Besar Dan Kufur Kecil
[1]. Kufur besar mengeluarkan pelakunya dari agama Islam dan
menghapuskan (pahala) amalnya, sedangkan kufur kecil tidak menjadikan
pelakunya keluar dari agama Islam, juga tidak menghapuskan (pahala)nya sesuai
dengan kadar kekufurannya, dan pelakunya tetap dihadapkan dengan ancaman.
[2]. Kufur besar menjadikan pelakunya kekal dalam neraka, sedangkan kufur
kecil, jika pelakunya masuk neraka maka ia tidak kekal di dalamnya, dan bisa saja
Allah memberikan ampunan kepada pelakunya, sehingga ia tiada masuk neraka
sama sekali.
[3]. Kufur besar menjadikan halal darah dan harta pelakunya, sedangkan
kufur kecil tidak demikian.
[4]. Kufur besar mengharuskan adanya permusuhan yang sesungguhnya,
antara pelakunya dengan orang-orang mukmin. Orang-orang mukmin tidak
boleh mencintai dan setia kepadanya, betapun ia adalah keluarga terdekat. Adapun
kufur kecil, maka ia tidak melarang secara mutlak adanya kesetiaan, tetapi
pelakunya dicintai dan diberi kesetiaan sesuai dengan kadar keimananny, dan
dibenci serta dimusuhi sesuai dengan kemaksiatannya. Hal yang sama juga
dikatakan dalam perbedaan antara pelaku syirik besar dan syirik kecil.
___________________________________________________________
[1]. Qishash ialah mengambil pembalasan yang sama. Qishash itu tidak dilakukan
bila yang membunuh mendapat pemaafan dari ahlis waris yang terbunuh yaitu
dengan membayar diat (ganti rugi) yang wajar. Pembayaran diat diminta dengan
baik, umpanya dengan tidak mendesak yang membunuh, dan yang membunuh
hendaknya membayar dengan baik, umpanya dengan tidak menangguh-
nagguhkannya. Bila ahli waris si korban sesudah Allah menjelaskan hukum-hukum
ini membunuh yang bukan si pembunuh atau membunuh si pembunuh setelah
menerima diat maka terhadapnya di dunia di ambil qishah dan di akhirat dia
mendapat siksa yang pedih.
b.SYIRIK
Syirik adalah menyamakan selain Allah dengan Allah pada perkara yang
merupakan hak istimewa-Nya. Hak istimewa Allah seperti: Ibadah, mencipta,
mengatur, memberi manfaat dan mudharat, membuat hukum dan syariat dan lain-
lainnya.
1)JENIS-JENIS SYIRIK
1. Syirik Akbar
Syirik ini menjadi penyebab keluarnya seseorang dari agama Islam, dan
orang yang bersangkutan jika meninggal dalam keadaan demikian, akan kekal di
dalam neraka. Hakikat syirik akbar adalah memalingkan salah satu jenis ibadah
kepada selain Allah! Seperti memohon dan taat kepada selain Allah, bernadzar untuk
selain Allah, takut kepada mayat, kuburan, jin, setan disertai keyakinan bahwa hal-
hal tersebut dapat memberi bahaya dan mudharat kepadanya, memohon
perlindungan kepada selain Allah, seperti meminta perlindungan kepada jin dan
orang yang sudah mati, mengharapkan sesuatu yang tidak dapat diwujudkan kecuali
oleh Allah, seperti meminta hujan kepada pawang, meminta penyembuhan kepada
dukun dengan keyakinan bahwa dukun itulah yang menyembuhkannya, mengaku
mengetahui perkara ghaib, menyembelih hewan kurban yang ditujukan untuk selain
Allah.
Thariq bin Syihab menuturkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
bersabda (yang terjemahannya): Ada seseorang masuk surga karena seekor lalat,
dan ada seseorang masuk neraka karena seekor lalat pula. Para shahabat bertanya:
Bagaimana hal itu, ya Rasulul-lah? Beliau menjawab: Ada dua orang berjalan
melewati suatu kaum yang mempunyai berhala, yang mana tidak seorang pun
melewati berhala itu sebelum mempersembahkan kepadanya suatu kurban.
Ketika itu, berkatalah mereka kepada salah seorang dari kedua orang tersebut:
Persembahkanlah kurban kepadanya! Dia menjawab: Aku tidak mempunyai sesuatu
yang dapat kupersem-bahkan kepadanya. Mereka pun berkata kepadanya lagi:
Persembahkan sekalipun seekor lalat. Lalu orang itu mempersembahkan seekor lalat,
mereka pun memperkenankan dia untuk meneruskan perjalanan.
Maka dia masuk neraka karenanya. Kemudian berkatalah mereka kepada
seorang yang lain: Persembahkanlah kurban kepadanya. Dia menjawab: Aku tidak
patut mempersembahkan sesuatu kurban kepada selain Allah 'Azza wa Jalla.
Kemudian mereka memenggal lehernya, karenanya orang ini masuk surga. (HR.
Imam Ahmad).
Dan termasuk penyembelihan jahiliyah yang terkenal di zaman kita sekarang ini-
adalah menyembelih untuk jin. Yaitu manakala mereka membeli rumah atau
membangunnya, atau ketika menggali sumur mereka menyembelih di tempat
tersebut atau di depan pintu gerbangnya sebagai sembelihan (sesajen) karena takut
dari gangguan jin. (Lihat Taisirul Azizil Hamid, hal. 158).
MACAM-MACAM SYIRIK BESAR
a. Syirik dalam berdoa
Yaitu meminta kepada selain Allah, disamping meminta kepada-Nya. Allah
Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam kitab-Nya (yang terjemahannya):
"Dan orang-orang yang kamu seru selain Allah tiada mempunyai apa-apa
meskipun setipis kulit ari. Jika kamu meminta kepada mereka, mereka tiada
mendengar seruanmu, dan kalau mereka mendengar mereka tidak dapat
memperkenankan permintaanmu. (QS. Faathir: 13-14)
b. Syirik dalam sifat Allah
Seperti keyakinan bahwa para nabi dan wali mengetahui perkara-perkara ghaib.
Allah Ta'ala telah membantah keyakinan seperti itu dengan firman-Nya (yang
terjemahannya):
"Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tidak ada yang
mengetahuinya kecuali dia sendiri." (QS. Al-An'am : 59). Lihat QS. Al-Jin: 26-27.
Pengetahuan tentang hal yang ghaib merupakan salah satu hak istimewa Allah,
menisbatkan hal tersebut kepada selain-Nya adalah syirik akbar.
c. Syirik dalam Mahabbah (kecintaan)
Mencintai seseorang, baik wali atau lainnya layaknya mencintai Allah, atau
menyetarakan cinta-nya kepada makhluk dengan cintanya kepada Allah Ta'ala.
Mengenai hal ini Allah Ta'ala berfirman (yang terjemahannya):
"Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-
tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah,
adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. (QS. Al-Baqarah: 165).
Mahabbah dalam ayat ini adalah mahabbatul ubu-diyah (cinta yang
mengandung unsur-unsur ibadah), yaitu cinta yang dibarengi dengan ketundukan
dan kepatuhan mutlak serta mengutamakan yang dicintai daripada yang lainnya.
Mahabbah seperti ini adalah hak istimewa Allah, hanya Allah yang berhak dicintai
seperti itu, tidak boleh diperlakukan dan disetarakan dengan-Nya sesuatu apapun.
d. Syirik dalam ketaatan
Yaitu ketaatan kepada makhluk, baik wali ataupun ulama dan lain-lainnya, dalam
mendurhakai Allah Ta'ala. Seperti mentaati mereka dalam menghalal-kan apa yang
diharamkan Allah Ta'ala, atau mengharamkan apa yang dihalalkan-Nya.
Mengenai hal ini Allah Subhanahu wa Ta ala berfirman (yang terjemahannya) :
Mereka menjadikan orang-orang alim, dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain
Allah. (QS. At-Taubah: 31).
Taat kepada ulama dalam hal kemaksiatan inilah yang dimaksud dengan
menyembah berhala mereka! Berkaitan dengan ayat tersebut di atas, Rasulullah
SAW menegaskan (yang terjemahannya): Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam
bermaksiat kepada al-Khaliq (Allah). (Hadits Shahih, diriwayatkan oleh Ahmad).
e. Syirik khauf (takut)
Jenis-jenis takut :
1. Khauf Sirri; yaitu takut kepada selain Allah Subhanahu wa Ta'ala, berupa
berhala, thaghut, mayat, makhluk gahib seperti jin, dan orang-orang yang sudah
mati, dengan keyakinan bahwa mereka dapat menimpakan mudharat kepada
makhluk. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (yang terjemahannya): Janganlah
kamu takut kepada mereka, takutlah kamu kepada-Ku jika kamu benar-benar orang
beriman.(QS. Ali Imran: 175).
2. Takut yang menyebabkan seseorang meninggalkan kewajibannya, seperti:
Takut kepada seseorang sehingga menyebabkan kewajiban ditinggalkan. Takut
seperti in hukumnya haram, bahkan termasuk syirik ashghar (syirik kecil). Berkaitan
dengan hal tersebut Rasulullah SAW bersabda (yang terjemahannya):
"Janganlah seseorang dari kamu menghinakan dirinya!" Shahabat bertanya:
Bagaimana mungkin seseorang menghinakan dirinya sendiri? Rasulullah bersabda:
"Yaitu ia melihat hak Allah yang harus ditunaikan, namun tidak ditunaikannya! Maka
Allah akan berkata kepadanya di hari kiamat: Apa yang mencegahmu untuk
mengucapkan begini dan begini?".
Ia menjawab: "Karena takut kepada manusia!". Allah berkata: "Seharusnya
hanya kepadaKu saja engkau takut". (HR. Ibnu Majah dari Abu Said al Khudry,
Shahih).
3. Takut secara tabiat, takut yang timbul karena fitrah manusia seperti takut
kepada binatang buas, atau kepada orang jahat dan lain-lainnya. Tidak termasuk
syirik, hanya saja seseorang janganlah terlalu didominasi rasa takutnya sehingga
dapat dimanfaatkan setan untuk menyesatkannya.
f. Syirik hulul
Percaya bahwa Allah menitis kepada makhluk-Nya. Ini adalah aqidah Ibnu Arabi
(bukan Ibnul Arabi, beliau adalah ulama Ahlus Sunnah) dan keyakinan sebagian
kaum Sufi yang ekstrem.
g. Syirik Tasharruf
Keyakinan bahwa sebagian para wali memiliki kuasa untuk bertindak dalam
mengatur urusan makhluk. Keyakinan seperti ini jelas lebih sesat daripada keyakinan
musyrikin Arab yang masih meyakini Allah sebagai Pencipta dan Pengatur alam
semesta.
h. Syirik Hakimiyah
Termasuk syirik hakimiyah adalah membuat undang-undang yang betentangan
dengan syariat Islam, serta membolehkan diberlakukannya undang undang tersebut
atau beranggapan bahwa hukum Islam tidak sesuai lagi dengan zaman. Yang
tergolong musyrik dalam hal ini adalah para hakim yang membuat dan
memberlakukan undang-undang, serta orang-orang yang mematuhinya, jika
meyakini kebenaran UU tersebut dan rela dengannya.
i. Syirik tawakkal
Tawakkal ada tiga jenis:
a. Tawakkal dalam perkara yang hanya mampu dilaksanakan oleh Allah saja.
Tawakkal jenis ini harus diserahkan kepada Allah semata, jika seseorang
menyerahkan atau memasrahkannya kepada selain Allah, maka ia termasuk Musyrik.
b. Tawakkal dalam perkara yang mampu dilaksanakan para makhluk. Tawakkal
jenis ini seharusnya juga diserahkan kepada Allah, sebab menyerahkannya kepada
makhluk termasuk syrik ashghar.
c. Tawakkal dalam arti kata mewakilkan urusan kepada orang lain dalam perkara
yang mampu dilaksanakannya. Seperti dalam urusan jual beli dan lainnya. Tawakkal
jenis ini diperbolehkan, hanya saja hendaklah seseorang tetap bersandar kepada
Allah Subhanahu wa Taala, meskipun urusan itu diwakilkan kepada makhluk.
j. Syirik niat dan maksud
Yaitu beribadah dengan maksud mencari pamrih manusia semata, mengenai hal
ini Allah Subhanahu wa Taala berfirman (yang terjemahannya):
"Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami
berikan kepadanya balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna, dan
mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak akan
memperoleh di akhirat kecuali neraka, dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah
mereka usahakan di dunia, dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan". (QS.
Hud: 15-16).
Syirik jenis ini banyak menimpa kaum munafiqin yang telah biasa beramal
karena riya.
k. Syirik dalam Hal Percaya Adanya Pengaruh Bintang dan Planet
terhadap Berbagai Kejadian dan Kehidupan Manusia.
Dari Zaid bin Khalid Al Juhani, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda (yang
terjemahannya): Allah berfirman: "Pagi ini di antara hambaku ada yang beriman
kepada-Ku dan ada pula yang kafir. Adapun orang yang berkata, kami diberi hujan
dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, maka dia beriman kepada-Ku dan kafir
terhadap bintang. Adapun orang yang berkata: Hujan itu turun karena bintang ini dan
bintang itu maka dia telah kufur kepada-Ku dan beriman kepada bintang". (HR,
Bukhari).
Termasuk dalam hal ini adalah mempercayai astrologi (ramalan bintang) seperti
yang banyak kita temui di koran dan majalah. Jika ia mempercayai adanya pengaruh
bintang dan planet-planet terse-but maka dia telah musyrik. Jika ia membacanya
sekedar untuk hiburan maka ia telah melakukan perbuatan maksiat dan dosa. Sebab
tidak dibolehkan mencari hiburan dengan membaca hal-hal syirik. Disamping setan
terkadang berhasil menggoda jiwa manusia sehingga ia percaya kepada hal-hal syirik
tersebut. Maka, membacanya termasuk sarana dan jalan menuju kemusyrikan.
2. Syirik Ashghar
Yaitu setiap ucapan atau perbuatan yang dinyatakan syirik oleh syara tetapi
tidak mengeluarkan dari agama. Ia merupakan dosa besar yang dapat mengantarkan
kepada syirik akbar.
Macam-macam syirik asghar:
a. Zhahir (nyata)
Berupa ucapan: Rasulullah SAW bersabda (yang terjemahannya): "Barangsiapa
yang bersumpah dengan selain nama Allah, maka ia telah berbuat syirik". (HR.
Ahmad, Shahih).
Dan sabda Nabi SAW yang lain (yang terjemahannya): "Janganlah kamu berkata:
Atas kehendak Allah dan kehendak Fulan. Tapi katakanlah: Atas kehendak Allah ,
kemudian kehendak Fulan". (HR. Ahmad, Shahih).
Berupa amalan, seperti: Memakai gelang, benang, dan sejenisnya sebagai
pengusir atau penangkal mara bahaya, jika ia meyakini bahwa benda-benda tersebut
hanya sebagai sarana tertolak atau tertangkalnya bala. Namun bila dia meyakini
bahwa benda-benda itulah yang menolak dan menangkal bala, hal itu termasuk syirik
akbar. Imran bin Hushain radiallahu anhu menuturkan, bahwa Nabi SAW melihat
seorang laki-laki terdapat di tangannya gelang kuningan, maka beliau bertanya (yang
terjemahannya): "Apakah ini?".
Orang itu menjawab: Penangkal sakit. Nabi pun bersabda: "Lepaskan itu karena
dia hanya akan menambah kelemahan pada dirimu; sebab jika kamu mati sedang
gelang itu masih ada pada tubuhmu, kamu tidak akan beruntung selama-lamanya".
(HR. Imam Ahmad dengan sanad yang bisa diterima).
Dan riwayat Imam Ahmad pula dari Uqbah bin Amir dalam hadits marfu (yang
terjemahannya): Barang siapa menggantungkan tamimah, semoga Allah tidak
mengabul-kan keinginannya; dan barang siapa menggantungkan wadaah, semoga
Allah tidak memberi ketenangan pada dirinya. Disebutkan dalam riwayat lain: Barang
siapa menggantungkan tamimah, maka dia telah berbuat syirik.(Tamimah adalah
sesuatu yang dikalungan di leher anak-anak sebagai penangkal atau pengusir
penyakit, pengaruh jahat yang disebabkan rasa dengki seseorang dan lain
sebagainya. Wadaah adalah sejenis jimat).
b. Khafi (tersembunyi); syirik yang bersumber dari amalan hati, berupa riya,
sumiah dan lain-lainnya.
2) BAHAYA SYIRIK
1. Syirik Ashghar (tidak mengeluarkan dari agama).
a. Merusak amal yang tercampur dengan syirik ashghar.
Dari Abu Hurairah radiallahu anhu marfu (yang terjemahannya): Allah berfirman:
"Aku tidak butuh sekutu-sekutu dari kalian, barang siapa yang melakukan suatu
amalan yang dia menyekutukan-Ku padanya selain Aku, maka Aku tinggalkan dia dan
persekutuannya". (Riwayat Muslim, kitab az-Zuhud 2985, 46).
b. Terkena ancaman dari dalil-dalil tentang syirik, karena salaf menggunakan
setiap dalil yang berkenaan dengan syirik akbar untuk syirik ashghar. (Lihat al-
Madkhal, hal 124).
c. Termasuk dosa besar yang terbesar.
2. Syirik Akbar
a. Kezhaliman terbesar.
Firman Allah Ta'ala (yang terjemahannya): "Sesungguhnya syirik itu kezhaliman
yang besar". (QS. Luqman: 13).
b. Menghancurkan seluruh amal.
Firman Allah Ta'ala (yang terjemahannya): "Sesungguhnya jika engkau berbuat
syirik, niscaya hapuslah amalmu, dan benar-benar engkau termasuk orang yang
rugi". (QS. Az-Zumar: 65).
c. Jika meninggal dalam keadaan syirik, maka tidak akan diampuni oleh Allah
Subhanahu wa Ta'ala.
Firman Allah Ta'ala (yang terjemahannya):Sesungguhnya, Allah tidak akan
mengampuni jika disekutukan, dan Dia akan mengampuni selain itu (syirik) bagi
siapa yang (Dia) kehendaki. (QS. An-Nisa: 48, 116).
d. Pelakunya diharamkan masuk surga.
Firman Allah Ta'ala (yang terjemahannya): "Sesungguhnya barang siapa
menyekutukan Allah, maka pasti Allah mengharamkan jannah baginya dan
tempatnya adalah neraka, dan tidak ada bagi orang-orang zhalim itu seorang
penolong pun". (QS. Al-Maidah: 72).
e. Kekal di dalam neraka.
Firman Allah Ta'ala (yang terjemahannya): "Sesungguhnya orang kafir, yakni ahli
kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka jahannam, mereka kekal di
dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk". (QS. Al-Bayyinah: 6).
f. Syirik adalah dosa paling besar.
Firman Allah Ta'ala (yang terjemahannya): "Sesungguhnya Allah tidak
mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni
dosa yang selain dari syirik itu. Bagi siapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan
Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya". (QS. An-Nisa: 116).
g. Perkara pertama yang diharamkan oleh Allah.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (yang terjemahannya): "Katakanlah:
Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun ter-
sembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar,
(mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menu-
runkan hujjah untuk itu dan (meng-haram-kan) mengada-adakan terhadap Allah apa
yang tidak kamu ketahui". (QS. Al-Araaf: 33).
h. Dosa pertama yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Lihat Quran
surah Al-Anaam: 151.
i. Pelakunya adalah orang-orang najis (kotor) akidahnya.
Allah Ta'ala berfirman (yang terjemahannya): "Hai orang-orang yang beriman,
sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis". (QS. At-Taubah: 28).
c. NIFAQ
Nifaq ialah sifat yang berbeda antara lahir dan batin atau tidak sesuai antara
ucapan dengan perbuatan. Lain di hati lain di mulut, lain di mulut lain di perbuatan,
tidak sesuai antara kata dengan perbuatan. Orang yang mepunyai sifat nifaq disebut
munafiq.
1. Sifat dan perbuatan orang munafiq
Orang munafiq itu pebuatannya selalu berpura-pura, apa yang diucapkannya berbeda
dengan perbuatannya. Misalnya dia menyatakan iman kepada Allah Subahanahu Wa
taala dan rasul-Nya, tetapi dalam hatinya dia tidak beriman, ia mengingkari apa yang
telah di ucapkannya. Bila dia berkumpul dengan orang beriman, dia mengatakan
berimana akan tetapi bila ia berkumpul dengan orang kafir, diapun menyatakan
kekafirannya pula. Dia bermuka dua dan selalu berpura-pura.
Wa idzaa laqulladziina amanuu qaaluww aamannaa wa idzaa kholau ilaa
syayaathii nihim qaaluu innaa maakum innamaa nahnu mustagziuun.
Yang terjemahnya : Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman,
mereka mengatakan : Kami telah beriman . Dan bila mereka kembali kepada
syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan : Sesungguhnya kami sependirian
dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok (Al baqarah : 14)
Diantara sifat munafiq ialah pendusta, pembohong, dan kihanat. Apabila dia berbicara
dia berbohong, apabila dia berjanji dengan orang lain dia tidak menepati dengan
sengaja. Begitu pula apabila dia mendapat kepercayaan dari orang lain untuk
memegang dan melaksanakan pekerjaan dia tidak melaksanakannya dengan baik, dia
khianat. Firman Allah Subhanahu Wa taala dalam Al Quran surat Al Munafiqun ayat 1
dan 2.
Idzaa jaa akal munaafiquuna qaalu nasyhadu innaka larasuulullahi wallahu
yualamu innaka larasuuluhuu wallahu yasyhadu innalmunaafiqiina
lakadzibuun (1) Ittakhodzuu aimaanahum junnatan fashodduu an sabiilillahi
innahum saa a maakaanuu yagmaluun. (2)
Yang terjemahnya : (1) Apabila orang-orang munafiq datang kepadamu, mereka
berkata Kami mengakui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah. Dan
Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar orang pendusta. (2)
Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi
(manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka
kerjakan. (Al Munafiqun:1-2)
Sabda Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam
Aayatulmunaafiqi tsalatsun : indza haddatsa kadzaba wa idzaa wa ada akh
lafa wa idzaa tuminakhoona.
Tanda-tanda orang munafiq itu ada tiga : Apabila berkata ia bohong, apabila berjanji
ia melanggar dan apabila dipercaya ia berkhianat.
Juga dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari Semoga Allah Meridhoi dan
memuliakan beliau, yang terjemahnya :
Empat macam (sifat) siapa terdapat padanya empat sifat itu, adalah ia munafiq tulen.
Barang siapa terdapat padanya suatu dari sifat yang empat itu, terdapatlah padanya
suatu bahagian nifaq. Sampai meniggalkannya. Sifat yang empat itu ialah : Apabila
dipercaya ia berkhianat, apabila berbicara ia dusta, apabila berjanji ia menyalahi, tidak
ditepati dan apabila berdebat dengan seseorang, ia berlaku curang. (Hadist Riwayat
Bukhari)
2. Bahaya nifaq
Orang munafiq yang perbuatannya berpura-pura, dusta, bohong dan khianat, hatinya
akan selalu ragu, was-was dan tidak tenteram. Terhadap perbuatannya yang tidak
benar itu, ia takut akan ketahuhan orang lain dan sifat dusta dan khianatnya akan
menghantui perasaannya, sehingga terjadi konflik batin, menimbulkan ketidak
tenangan pada kehidupannya. Ia juga akan selalu menghadapi kesulitan, karena harus
membuat kebohongan baru untuk menutupi kebohongan sebelumnya. Dia menjadi
sakit batin, sehingga pada akhirnya juga akan berpengaruh pada kondisi fisiknya.
Akibat sifat nifaq orang tersebut akan mendapat kesengsaraan dan kehinaan di dunia
dan di akhirat.
Firman Allah Subhanahu Wa taala :
Fii quluu bihim maradzun fazaa dallahu maradhon wa lahum adzaabun
aliimun bimaa kaanuq yadzi bun.
Yang terjemahnya : Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya,
dan bagi mereka siksa pedih, di sebabkan mereka berdusta (Al Baqarah : 10)
Allah berfirman :
Wa adallahul munaafiqiina walmunaafiqaati wal kuffaara naara jahannama
kholidiina fiihaa, hiya hasbuhum, wa laalahumillahu wa lahum
adzabunmmuqiim.
Yang terjemahnya : Allah mengancam orang-orang munafiq laki-laki dan perempuan
dan orang-orang kafir dengan neraka Jahanam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah
neraka itu bagi mereka dan Allah melaknati mereka, dan bagi mereka azab yang
kekal. (At taubah : 68)
Firman Allah Subhanahuu Wa Taala
Basysyiril munaafiqiina bianna lahum adzaa ban aliimaa
Yang terjemahnya : Kabarkanlah kepada orang-orang muinafiq bahwa mereka akan
mendapat siksaan yang pedih. (An Nisa : 138)
Allah berfirman :
Innalmunaafiqiina fiiddarkil asfali minannaari wa laan tajidalahuum nashiira.
Yang terjemahnya : Sesungguhnya orang-orang munafiq itu(ditempatkan) pada
tingkatan yang paling bawah dari neraka, dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat
seseorang penolongpun bagi mereka. (An nisa 145)
Orang munafiq ketika berhubungan dengan orang lain, biasanya mulutnya manis,
sikapnya ramah dan menarik, tetapi di balik itu hatinya selalu berniat buruk dan
fikirannya seslalu berangan-angan mencari kesempatan dan keuntungan yang
sebesar-besarnya untuk dirinya tanpa memperhatikan norma kebenaran yang berlaku.
Orang lain ditipu, dibohongi dan dilaknati, sehingga betapa banyak kerugian orang lain
akibat perbuatannya, baik kerugian moril maupun materiil. Bujuk rayu orang munafiq
itu seringkali enak dan meyakinkan, kata-katanya sangat menarik dan memikat hati,
padahal sebenarnya dia hanya melakukan tipu daya.
Firman Allah Subhanahu Wa Taala :
Wa minannasi man yyugjibuka qauluhu fiil hayaatiddunyaa wayusyhidullaha
alaa maa fii qabihii wa huwa aladdul khishaam.
Yang terjemahnya : Dan diantara manusia ada orang yang ucapannya tentang
kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas
kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penentang yang paling keras. (Al Baqarah :
204)
Yukhadiuunallaha wa lladziina amaanuw wa maa yakh da uuna illa
anfusahuum wa maa yasyuruun.
Yang terjemahnya : Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman
padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri, sedang mereka tidak sadar. (Al
Baqarah : 9)
d. RIDDAH, MACAM-MACAM dan HUKUMNYA
Secara bahasa: Arraddatu (riddah) artinya Ar-rujuu (kembali) Menurut istilah:
kufur setelah Islam (QS Al-Baqarah (2): 217) Artinya: Mereka bertanya kepadamu
tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: Berperang dalam bulan itu adalah
dosa besar; tetapi menghalangi dari jalan Allah, kafir kepada Allah, Masjidil haram dan
mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar di sisi Allah. Dan berbuat fitnah
lebih besar daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu
sampai mereka mengembalikan kamu dari agamamu , seandainya mereka sanggup.
Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam
kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan
mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.
Riddah ada 4 macam:
1. Riddah dengan ucapan
Seperti mencaci Allah atau rasulNya shallallahu alaihi wassallam, atau malaikat-
malaikatNya atau salah seorang dari rasulNya
Mengaku mengetahui ilmu ghaib atau mengaku nabi atau membenarkan orang
yang mengaku sebagai nabi
Berdoa kepada selain Allah atau memohon pertolongan kepadaNya
2. Riddah dengan perbuatan
Seperti sujud kepada patung, pohon, batu, kuburan dan memberikan sembelihan
untuknya
Membuang mushaf Al-Quran ditempat-tempat yang kotor
Melakukan sihir, mempelajari dan mengajarkannya
Memutuskan hukum dengan selain apa yang diturunkan Allah dan meyakini
kebolehannya
3. Riddah dengan Itiqad (kepercayaan)
Seperti kepercayaan adanya sekutu bagi Allah atau kepercayaan bahwa zina, khamr
dan riba adalah halal atau hal semisalnya yang telah disepakati kehalalan, keharaman
atau wajibnya secara ijma (konsensus) yang pasti, yang tidak seorangpun tidak
mengetahuinya.
4. Riddah dengan keraguan Tentang sesuatu sebagaimana yang disebutkan diatas
Konsekuensi Hukum setelah terjadinya Riddah
1. Yang bersangkutan diminta untuk bertaubat.
2. Jika ia bertaubat dan kembali kepada Islam dalam masa tiga hari, maka
taubatnya diterima kemudian ia dibiarkan (tidak dibunuh).
3. Jika ia tidak mau bertaubat maka ia wajib dibunuh, berdasarkan sabda Nabi
shallallahu alahi wassallam, Barangsiapa mengganti agamanya (murtad) maka
bunuhlah dia (HR Al-Bukhari dan Abu Daud).
4. Dilarang membelanjakan hartanya saat ia dalam masa diminta untuk bertaubat,
jika ia masuk Islam kembali maka harta itu miliknya. Jika tidak maka harta itu
menjadi fai (rampasan) Baitul Mal sejak ia dibunuh atau mati karena riddah.
Pendapat lain mengatakan, begitu ia jelas-jelas murtad maka hartanya
dibelanjakan untuk kemaslahatan umat Islam.
5. Terputusnya hak waris mewarisi antara dirinya dengan keluarga dekatnya, ia
tidak mewarisi antara dirinya dengan keluarga dekatnya, ia tidak mewarisi harta
mereka dan mereka tidak mewarisi hartanya.
6. Jika ia mati atau dibunuh dalam keadaan riddah, maka ia tidak dimandikan, tidak
dishalatkan, dan tidak dikubur dikuburan umat Islam.
e. BIDAH
Bidah menurut bahasa, diambil dari bida yaitu mengadakan sesuatu tanpa ada
contoh. Sebelumnya Allah berfirman.
Badiiu as-samaawaati wal ardli Artinya : Allah pencipta langit dan bumi [Al-
Baqarah : 117]
Artinya adalah Allah yang mengadakannya tanpa ada contoh sebelumnya.
Juga firman Allah. Qul maa kuntu bidan min ar-rusuli Artinya : Katakanlah : Aku
bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul. [Al-Ahqaf : 9].
Maksudnya adalah : Aku bukanlah orang yang pertama kali datang dengan risalah ini
dari Allah Taala kepada hamba-hambanya, bahkan telah banyak sebelumku dari para
rasul yang telah mendahuluiku.
Dan dikatakan juga : Fulan mengada-adakan bidah, maksudnya : memulai satu cara
yang belum ada sebelumnya.
Dan perbuatan bidah itu ada dua bagian :
[1] Perbuatan bidah dalam adat istiadat (kebiasaan) ; seperti adanya penemuan-
penemuan baru dibidang IPTEK (juga termasuk didalamnya penyingkapan-
penyingkapan ilmu dengan berbagai macam-macamnya). Ini adalah mubah
(diperbolehkan) ; karena asal dari semua adat istiadat (kebiasaan) adalah mubah.
[2] Perbuatan bidah di dalam Ad-Dien (Islam) hukumnya haram, karena yang ada
dalam dien itu adalah tauqifi (tidak bisa dirubah-rubah) ; Rasulullah Shallallahu alaihi
wa sallam bersabda : Artinya : Barangsiapa yang mengadakan hal yang baru (berbuat
yang baru) di dalam urusan kami ini yang bukan dari urusan tersebut, maka
perbuatannya di tolak (tidak diterima). Dan di dalam riwayat lain disebutkan :
Artinya : Barangsiapa yang berbuat suatu amalan yang bukan didasarkan urusan
kami, maka perbuatannya di tolak.
MACAM-MACAM BIDAH
Bidah Dalam Ad-Dien (Islam) Ada Dua Macam :
[1] Bidah qauliyah itiqadiyah : Bidah perkataan yang keluar dari keyakinan, seperti
ucapan-ucapan orang Jahmiyah, Mutazilah, dan Rafidhah serta semua firqah-firqah
(kelompok-kelompok) yang sesat sekaligus keyakinan-keyakinan mereka.
[2] Bidah fil ibadah : Bidah dalam ibadah : seperti beribadah kepada Allah dengan
apa yang tidak disyariatkan oleh Allah : dan bidah dalam ibadah ini ada beberapa
bagian yaitu :
[a]. Bidah yang berhubungan dengan pokok-pokok ibadah : yaitu mengadakan
suatu ibadah yang tidak ada dasarnya dalam syariat Allah Taala, seperti
mengerjakan shalat yang tidak disyariatkan, shiyam yang tidak disyariatkan, atau
mengadakan hari-hari besar yang tidak disyariatkan seperti pesta ulang tahun,
kelahiran dan lain sebagainya.
[b]. Bidah yang bentuknya menambah-nambah terhadap ibadah yang disyariatkan,
seperti menambah rakaat kelima pada shalat Dhuhur atau shalat Ashar.
[c]. Bidah yang terdapat pada sifat pelaksanaan ibadah. Yaitu menunaikan ibadah
yang sifatnya tidak disyariatkan seperti membaca dzikir-dzikir yang disyariatkan
dengan cara berjamaah dan suara yang keras. Juga seperti membebani diri
(memberatkan diri) dalam ibadah sampai keluar dari batas-batas sunnah Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam
[d]. Bidah yang bentuknya menghususkan suatu ibadah yang disariatkan, tapi
tidak dikhususkan oleh syariat yang ada. Seperti menghususkan hari dan malam
nisfu Syaban (tanggal 15 bulan Syaban) untuk shiyam dan qiyamullail. Memang
pada dasarnya shiyam dan qiyamullail itu di syariatkan, akan tetapi
pengkhususannya dengan pembatasan waktu memerlukan suatu dalil.
HUKUM BIDAH DALAM AD-DIEN
Segala bentuk bidah dalam Ad-Dien hukumnya adalah haram dan sesat, sebagaimana
sabda Rasulullah SAW.
Artinya : Janganlah kamu sekalian mengada-adakan urusan-urusan yang baru, karena
sesungguhnya mengadakan hal yang baru adalah bidah, dan setiap bidah adalah
sesat. [Hadits Riwayat Abdu Daud, dan At-Tirmidzi ; hadits hasan shahih].
Dan sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
Artinya : Barangsiapa mengadakan hal yang baru yang bukan dari kami maka
perbuatannya tertolak.
Dan dalam riwayat lain disebutkan :
Artinya : Barangsiapa beramal suatu amalan yang tidak didasari oleh urusan kami
maka amalannya tertolak.
Maka hadits tersebut menunjukkan bahwa segala yang diada-adakan dalam Ad-Dien
(Islam) adalah bidah, dan setiap bidah adalah sesat dan tertolak.
Artinya bahwa bidah di dalam ibadah dan aqidah itu hukumnya haram.
f. SIHIR
Sihir adalah kekuatan ghaib yang diciptakan ALLAH untuk makhluk-Nya, dimana
kekuatan ghaibnya berupa kekuatan pengaruh ruh-ruh jahat (jin atau syetan),
dan dapat berpengaruh pada unsur alam. Seperti diceritakan dalam Asbabun Nuzul
surat Al Falaq dan An Nas iaitu ketika Nabi SAW sakit seolah mendatangi istri-istrinya
ternyata tidak, dan ternyata setelah diberitahu oleh Malaikat, sihirnya ada pada
sebuah sumur dan berupa tali yang disimpul-simpulkan. 'Aisyah ra. berkata,
"Rasulullah SAW pernah disihir sehingga beliau sungguh berkhayal bahawa dirinya
mendatangi isteri-isterinya padahal beliau tidak mendatangi isteri-isteri beliau." (HR.
Bukhori dan Muslim, Abu Daud dan Ahmad). Lihat kitab Ath Thibbun Nabawi Halaman
100)
CONTOH SIHIR
Sihir boleh diperoleh oleh siapa saja yang bekerja sama dengan jin atau setan. Banyak
macamnya sihir tersebut antara lain :
Dengan Mantera, yaitu dengan bacaan-bacaan tertentu yang mengandung arti
meminta pertolongan kepada jin atau setan untuk melakukan sesuatu hal yang
dikehendaki. Atau dengan bacaan-bacaan yang tidak dimengerti tapi sangat diyakini
oleh yang membacanya apalagi di dalamnya ternyata mengandung kesyirikan dan
kekufuran. Ini termasuk manjur kerana setan dan bala tenteranya sangat menyukai
sihir seperti ini yang menyesatkan iman pelakunya
Dengan Benda, iaitu menggunakan benda-benda tertentu untuk niat tertentu, seperti
hadis Nabi di atas atau misalnya menggunakan pasir yang dilempar ke rumah orang
tertentu agar rumah tersebut seperti dilempari batu terus menerus. Atau
menggunakan tanah kuburan yang ditanam di suatu tempat agar tempat tersebut
terasa gersang, panas dan menakutkan. Atau dengan boneka yang ditusuk-tusuk agar
orang yang dituju merasa seperti ditusuk-tusuk. Dan banyak macam lainnya
Dengan Istikhdam, iaitu meminta bantuan langsung kepada jin atau setan untuk
melakukan sesuatu pekerjaan jahat
Dengan Perbuatan Haram, misalnya dengan menduduki Al Qur'an di dalam WC
(bilik mandi)
Sihir adalah salah satu dosa besar dan boleh menyebabkan pelakunya mati
dalam suu-ul khotimah (jelek matinya), Na'u-dzu billaah min dzaalik
g. RIYA
Riya artinya memperlihatkan (menampakan) diri kepada orang lain, supaya
diketahuui kehebatan perbuatannya, baik melalui pembicaraan, tulisan
ataupun sikap dan perbuatan dengan tujuan mendapat perhatian,
penghargaan dan pujian manusia, bukan ikhlas karena Allah. Riya itu dapat terjadi
di dalam niat, yaitu ketika akan melakukan pekerjaan dan bisa juga terjadi setelah
melakukan pekerjaan.
1. Riya dalam niat
Riya dalam niat yaitu ketika mengawali pekerjaan, dia mempunyai keinginam dari
orang lain, bukan karena Allah. Padahal niat itu sangat menentukan nilai suatu
pekerjaan. Jika pekerjaan yang baik dilakukan deengan niat karena Allah, maka
perbuatan itu mempunyai nilai di sisi Allah, dan jika perbuatan itu dilakukan karena
ingin mendapat sanjungan, penghargaan dari orang lain, maka perbuatan itu tidak
memperoleh pahala dari Allah. Hanya sanjungan itulah yang akan ia peroleh.
Amirul Mukminin Abi Hafash Umar bin Khatab Radhiyallahu Anhu, aku mendengar
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda :
Innamal amaalu biinniyyaati wa innamaa likullimriyin manawa fa man
kaanat hijratuhu ilallahi wa rasuulihi fahijratuhu ilallahi wa rasuulihi wa
mankaanat hijratuhu lidunyaa yushiibuhaa awimra atin yankihuhaa
fahijratuhu ilaa maa haajara ilaihi
Yang terjemahnya: Sesungguhnya amal perbuatan itu disertai niat dan setiap
orang mendapat balasan amal sesuai dengan niatnya. Barang siapa yang berhijrah
hanya karena Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya itu menuju Allah dan Rasul-Nya.
Barang siapa hijrahnya karena dunia yang ia harapkan atau karena wanita yang
ingin ia nikahi, maka hijrahnya itu menuju yang ia inginkan.
2. Riya dalam perbuatan
Riya dalam perbuatan ini misalnya saat mengerjakan shalat dan bersedekah. Orang
riya dalam mengerjakan shalat biasanya dia memperlihatkan kesungguhan,
kerajinan , dan kekhusyuannya jika dia berada di tengah-tengah orang atau jamaah
sehingga orang lain melihat dia berdiri , ruku dan sebagainya. Dia shalat dengan
tekun itu mengharapkan perhatian sanjungan dan pujian dari orang lain agar dia
dianggap sebagai orang yang taat dan tekun beribadah. Orang yang riya dalam
shalatnya ini dia akan celaka di akhirat nanti, sebagaimana dijelaskan dalam Al-
Quran, surat Al Maun ayat 4 sampai dengan 7 dan An Nisa 142.
Fawailun llil mushalliin(4) Alladziina hum an shalaatihim saahuun(5)
Alladziina hum yuraaa uuna(7) Wa yamnaunal maauun(8)
Yang terjemahnya : (4) Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat. (5) (Yaitu)
orang-orang yang berbuat riya. (7) Dan engan (menolong dengan) barang berguna.
(Al Maun : 4-7)
Innal manaafiqiina yakhdi ;uunallaha wa huwa khaadiuhum , wa idzaa qaa
mauuu ilal shshalaati qaamuu kasaalaa, yaraaa uunanna sawalaa yadz
kuruunallaha illaa qaliilaa.
Yang terjemahnya: Sesunguhnya orang-orang munafiq itu menipu Allah dan Allah
akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka
berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia.
Dan tidaklah mereka menyebut nama Allah kecuali sedikit sekali. (An Nisa : 142).
Riya dalam bersedekah seperti memberikan sesuatu kepada orang lain dengan
harapan mendapat pujian dan sanjungan dari orang yang telah diberinya atau orang
lainnya, agar dia dianggap sebagai orang yang dermawan, pemurah dan
sebagainya. Dia akan mengungkapkan pemberiannya jika orang yang telah di bantu
itu tidak menyanjung atau memujinya.
Bahaya Riya
Riya berbahaya terhadap diri sendiri dan orang lain. Terhadap diri sendiri bahaya
riya itu akan dirasakan oleh dirinya berupa ketidakpuasan, rasa hampa, sakit hati dan
penyesalan ketika orang lain tidak menghargainya, menyanjungnya, dan tidak
berterimakasih kepadanya, padahal ia telah menolong orang lain, bersedekah, dan
sebagainya. Akhirnya jiwanya akan sakit dan keluh kesah, yang tiada hentinya.
Bahaya riya terhadap orang lain akan terlihat ketika orang yang pernah dibantunya
diumpat, diolok-olok dan dicaci oleh orang yang telah membantu atau memberinya
dengan riya itu. Dia mengumpat dan mencaci itu karena keinginannya untuk disanjung
dan dipuji tidak terpenuhi sesuai dengan kehendaknya. Orang yang telah diumpat dan
dicaci itu pasti akan tersinggung dan akhirnya terjadilah perselisihan antara keduanya.
Perbuatan riya itu sangat merugikan, karena Allah tidak akan menerima dan memberi
pahala atas perbuatannya, hal ini tergambar dalam sabda Nabi Muhammad Shalallahu
Alaihi Wassalam yang artinya sebagai berikut :
Dari Abi Hurairah Semoga Allah meridhoinya, ia berkata saya mendengar Rasulullah
bersabda : Sesungguhnya manusia yang pertama kali diadili di hari kiamat adalah
seseorang yang mati syahid kemudian dihadapkan dan diperlihatkan kepadanya
nikmat yang telah diterimanya dan dan iapun mengakuinya lantas ditanya :
dipergunakan untuk apa nikmat itu? Ia menjawab aku berperang karena-Mu (ya
Allah) sehingga aku mati syahid. Allah menjawab : Dusta engkau sesungguhnya kamu
berbuat (yang demikian itu) supaya kamu dikatakan sebagai pahlawan; kemudia
malaikat diperintahkan untuk meyeret orang itu dan melemparkannya ke dalam
neraka. Kedua, seorang yang yang dilapangkan rizkiya dan dikaruniai berbagai
macam kekayaan, kemudian ia dihadapkan dan diperlihatkan kepada nikmat yang
telah diterimanya itu, dan iapun mengakuinya, lantas ditanya : Dipergunakan untuk
apa nikmat itu? Ia menjawab : Aku tidak pernah meninggalkan infak pada jalan yang
engkau ridhoi (ya Allah), melainkan aku berinfak (hanya) kepada-Mu. Lalu Allah
menjawab : Dusta engkau, sesungguhnya kamu berbuat (yang demikian itu) supaya
kamu dikatakan sebagai orang yang dermawan; kemudian (malaikat) diperintahkan
untuk menyeret orang itu dan melemparkannya ke dalam neraka. Ketiga seorang
yang belajar dan mengajar dan suka membaca Al Quran, maka dia dihadapkan dan
diperlihatkan nikmat yang telah diterimanya itu dan iapun mengakuinya, antas
ditanya : dipergunakan untuk apa nikmat itu? Ia menjawab : Aku menunntut ilmu dan
mengajarkannya serta membaca Al Quran (hanya) untuk-Mu (ya Allah). Kemudian
Allah menjawab : Dusta engkau, sesungguhnya engkau menuntut ilmu itu supaya
dikatakan sebagai orang pandai dan engkau membaca Al Quran itu supaya dikatakan
sebagai qari; lalu (malaikat) diperintahkan untuk menyeret orang itu dan
melemparkannya ke dalam neraka. (Haidst Riwayat Muslim).
Begitulah bahayanya riya. Bahkan riya itu juga dikatakan sebagai syirik khafi, artinya
syirik kecil atau syirik ringan, karena mengaitkan niat melakukan suatu perbuatan
kepada sesuatu selain Allah.
KELOMPOK 8 MANFAAT DAN HIKMAH IMAN BAGI KEHIDUPAN
Iman atau kepercayaan merupakan dasar utama seseorang dalam memeluk sesuatu
agama karena dengan keyakinan dapat membuat orang untuk melakukan apa yang
diperintahkan dan apa yang dilarang oleh keyakinannya tersebut atau dengan kata
lain iman dapat membentuk orang jadi bertaqwa
Iman menurut bahasa adalah percaya atau yakin, keimanan
berartikepercayaan atau keyakinan. Dengan demikian, rukun iman adalah dasar,
inti, atau pokok pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh setiap pemeluk
agama Islam.
Pada setiap agama, keimanan merupakan unsure pokok yang harus dimiliki oleh
setiap penganutnya. Jika kita ibaratkan dengan sebuah bangunan, keimanan adalah
pondasi yang menopang segala sesuatu yang berada diatasnya, yang kokoh
tidaknya bangunan itu sangat tergantung pada kuat tidaknya pondasi tersebut..
Meskipun demikian, keimanan saja tidak cukup. Ia harus diwujudkan dengan amal
perbuatan yang baik, yang sesuai dengan ajaran agama yang kita anut. Keimanan
sempurna, jika diyakini oleh hati, diikrarkan oleh lisan, dan dibuktikan dalam segala
perilaku kehidupan sehari hari.
Melenyapkan kepercayaan kepada kekuasaan benda
- Allah adalah Rabb kita, Dialah yang mencipta dan memberi rezeki, yang
menghidupkan dan mematikan, memuliakan dan menghinakan, yang mengangkat
dan merendahkan kita semua, manusia dan hanya kepadaNYalah kita meminta dan
percaya
Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut
Bahwa dengan iman yang sempurna, dan mati dijalan Allah adalah hal yang
diinginkan para muslimin sejati.
Iman menanamkan sikap self help
Pengertian sikap self-help", yang didefinisikan sebagai berusaha mengenali diri
sendiri dengan perspektif yang lebih baik, lebih jujur, dan lebih tepat; berusaha
mengembangkan sifat mandiri dan rasa percaya diri berdasarkan iman yang kita
memiliki iman.
Iman memberikan ketentraman jiwa
Sebagian dari dampak keimanan pada seorang adalah timbulnya ketenangan dan
ketentraman jiwa baik lahir ataupun bathin. Dengan keterangan itu manusia mumin
akan merasakan kebahaagiaan dan kenikmatan dalam berbagai kegiatan yang
dilakukannya. Dialah yang telah menurunkan ketenangan kedalam hati orang-orang
mumin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan yang telah ada.
(Q.S. al-Fath:4).
Iman mewujudkan kehidupan yang baik
Tak diragukan lagi, bahwa siapapun ingin hidup bahagia. Masing-masing dalam
hidup ini mendambakan ketenangan, kedamaian, kerukunan, dan kesejahteraan.
Namun, di manakah sebenarnya dapat kita peroleh hal itu semua?
Sesungguhnya, menurut ajaran Islam, hanya iman yang disertai dengan amal shaleh
yang dapat menghantarkan kita, baik sebagai individu maupun masyarakat, ke arah
itu.
"Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki-laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada
mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (An-
Nahl : 97).
Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen
Segala pengakuan ada konsekwensinya dan mempunyai ciri-ciri yang
menunjukkan kebenarannya. Demikian pula iman. Adapun konsekwensi dan
ciri-cirinya, antara lain:
Mempercayai segala yang datang dari Allah SWT, dengan yakin, tanpa ragu-ragu.
(Al-Hujurat: 15).
Mencintai Allah SWT dan Rasul-Nya melebihi dari yang lain. (Al-Baqarah : 165, At-
Taubah : 24).
Patuh dan tunduk kepada Allah SWT dan Rasul. (An-Nisa' : 69, 90, An-Nur : 51 - 52,
Al-Ahzab : 36).
Senantiasa berhukum kepada syariat-Nya. (An-Nisa' : 65).
Amar Ma'ruf - Nahi Munkar. (At-Taubah : 71, Al-Ashr).
Berda'wah dan Jihad di jalan Allah SWT. (Fushshilat : 33, Yusuf : 108, Ash-Shaf : 10 -
13).
Walaa' kepada kaum Mu'minin dan Baraa' terhadap orang-orang kafir. (Al-Maidah :
55, At-Taubah : 71, Al-Mumtahanah : 4).
Ridha kepada segala takdir-Nya. (Al-Baqarah : 155 - 157).
Iman memberikan keberutungan
Hal ini tergambar pada :
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukan iman mereka dengan
kezaliman, mereka itulah orang-orang yang mendapat keberuntungan dan mereka
itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. 6: 82)
orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta,
benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-
orang yang mendapat kemenangan.(QS. AT TAUBAH : 20)
Demi masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal saleh, serta saling menasihati untuk
kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran." (QS Al Ashr 103: 1-3).
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut
nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka Ayat-
ayat-Nya, bertambahalah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan
sebagian dari rejeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang
beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat
ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rejeki (nikmat) yang mulia.(QS. Al-
Anfal (8): 2-4)
KELOMPOK 9 AKHLAK DALAM ISLAM
Akhlak dalam Islam
1.Pengertian Akhlak
Akhlak berasal dari kata akhlaq yang merupakan jama dari khulqu dari
bahasa Arab yang artinya perangai, budi, tabiat dan adab. Akhlak itu terbagi dua
yaitu Akhlak yang Mulia atau Akhlak yang Terpuji (Al-Akhlakul Mahmudah) dan Akhlak
yang Buruk atau Akhlak yang Tercela (Al-Ahklakul Mazmumah).
Akhlak yang mulia, menurut Imam Ghazali ada 4 perkara; yaitu bijaksana,
memelihara diri dari sesuatu yang tidak baik, keberanian (menundukkan
kekuatan hawa nafsu) dan bersifat adil. Jelasnya, ia merangkumi sifat-sifat
seperti berbakti pada keluarga dan negara, hidup bermasyarakat dan bersilaturahim,
berani mempertahankan agama, senantiasa bersyukur dan berterima kasih, sabar dan
rida dengan kesengsaraan, berbicara benar dan sebagainya. Masyarakat dan bangsa
yang memiliki akhlak mulia adalah penggerak ke arah pembinaan tamadun dan
kejayaan yang diridai oleh Allah Subhanahu Wataala. Seperti kata pepatah seorang
penyair Mesir, Syauqi Bei: "Hanya saja bangsa itu kekal selama berakhlak. Bila
akhlaknya telah lenyap, maka lenyap pulalah bangsa itu".
Akhlak yang mulia yaitu akhlak yang diridai oleh Allah SWT, akhlak yang baik itu
dapat diwujudkan dengan mendekatkan diri kita kepada Allah yaitu dengan mematuhi
segala perintahnya dan meninggalkan semua larangannya, mengikuti ajaran-ajaran
dari sunnah Rasulullah, mencegah diri kita untuk mendekati yang maruf dan menjauhi
yang munkar, seperti firman Allah dalam surat Al-Imran 110 yang artinya Kamu
adalah umat yang terbaik untuk manusia, menuju kepada yang makruf dan mencegah
yang mungkar dan beriman kepada Allah
Akhlak yang buruk itu berasal dari penyakit hati yang keji seperti iri hati, dengki,
sombong, nifaq (munafik), hasud, suudzaan (berprasangka buruk), dan penyakit-
penyakit hati yang lainnya, akhlak yang buruk dapat mengakibatkan berbagai macam
kerusakan baik bagi orang itu sendiri, orang lain yang di sekitarnya maupun kerusakan
lingkungan sekitarnya sebagai contohnya yakni kegagalan dalam membentuk
masyarakat yang berakhlak mulia samalah seperti mengakibatkan kehancuran pada
bumi ini, sebagai mana firman Allah Subhanahu Wataala dalam Surat Ar-Ruum ayat 41
yang berarti: "Telah timbul pelbagai kerusakan dan bencana alam di darat dan di laut
dengan sebab apa yang telah dilakukan oleb tangan manusia. (Timbulnya yang
demikian) karena Allah hendak merusakan mereka sebagai dari balasan perbuatan-
perbuatan buruk yang mereka lakukan, supaya mereka kembali (insaf dan
bertaubat)".
2. Perbedaan Akhlak dengan Moral dan Etika
etika, moral, susila dan akhlak sama, yaitu menentukan hokum atau nilai dari suatu
perbuatan yang dilakukan manusia untuk ditentukan baik-buruknya. Kesemua istilah
tersebut sama-sama menghendaki terciptanya keadaan masyarakat yang baik,
teratur, aman, damai, dan tentram sehingga sejahtera batiniah dan lahiriyah.
Perbedaaan antara etika, moral, dan susila dengan akhlak adalah terletak pada
sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam
etika penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral dan
susila berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat, maka pada akhlak
ukuran yang digunakan untuk menentukan baik buruk itu adalah al-qur'an dan al-
hadist.
Namun demikian etika, moral, susila dan akhlak tetap saling berhubungan dan
membutuhkan. Uraian tersebut di atas menunjukkan dengan jelas bahwa etika, moral
dan susila berasala dari produk rasio dan budaya masyarakat yang secara selektif
diakui sebagai yang bermanfaat dan baik bagi kelangsungan hidup manusia.
Sementara akhlak berasal dari wahyu, yakni ketentuan yang berdasarkan petunjuk Al-
Qur'an dan Hadis. Dengan kata lain jika etika, moral dan susila berasal dari manusia
sedangkan akhlak berasal dari Tuhan.
3. Sumber-Sumber Akhlak dalam Islam
Kitab suci Al-Quran
Hadis-hadis Rassulullah
Akal fikiran ulama
4. Kedudukan Akhlak dalam Islam
Kedudukan akhlak dalam islam sangat penting karena Akhlak ialah salah satu faktor
yang menentukan derajat keislaman dan keimanan seseorang. Akhlak yang
baik adalah cerminan baiknya aqidah dan syariah yang diyakini seseorang. Buruknya
akhlak merupakan indikasi buruknya pemahaman seseorang terhadap aqidah dan
syariah. Paling sempurna orang mukmin imannya adalah yang paling luhur
aqidahnya.(HR.Tirmidi). Sesungguhnya kekejian dan perbuatan keji itu sedikitpun
bukan dari Islam dan sesungguhnya sebaik-baik manusia keislamannya adalah yang
paling baik akhlaknya.(HR.Thabrani, Ahmad dan Abu Yala). Akhlak adalah buah
ibadah. Sesungguhnya shalat itu mencegah orang melakukan perbuatan keji dan
munkar (QS. 29:45). Keluhuran akhlak merupakan amal terberat hamba di akhirat.
Tidak ada yang lebih berat timbangan seorang hamba pada hari kiamat melebihi
keluhuran akhlaknya (HR. Abu Daud dan At-Tirmizi). Akhlak merupakan lambang
kualitas seorang manusia, masyarakat, umat karena itulah akhlak pulalah yang
menentukan eksistensi seorang muslim sebagai makhluk Allah SWT. Sesungguhnya
termasuk insan pilihan di antara kalian adalah yang terbaik akhlaknya(Muttafaq
alaih).
5. Hubungan Akhlak dengan Iman dan Ikhsan
Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh
hamba Allah swt. Sebab, ihsan menjadikan kita sosok yang mendapatkan kemuliaan
dari-Nya. Sebaliknya, seorang hamba yang tidak mampu mencapai target ini akan
kehilangan kesempatan yang sangat mahal untuk menduduki posisi terhormat di mata
Allah swt. Rasulullah saw. pun sangat menaruh perhatian akan hal ini, sehingga
seluruh ajaran-ajarannya mengarah kepada satu hal, yaitu mencapai ibadah yang
sempurna dan akhlak yang mulia.
Oleh karenanya, seorang muslim hendaknya tidak memandang ihsan itu hanya
sebatas akhlak yang utama saja, melainkan harus dipandang sebagai bagian dari
akidah dan bagian terbesar dari keislamannya. Karena, Islam dibangun di atas tiga
landasan utama, yaitu iman, Islam, dan ihsan, seperti yang telah diterangkan oleh
Rasulullah saw. dalam haditsnya yang shahih. Hadist ini menceritakan saat Raulullah
saw. menjawab pertanyaan Malaikat Jibril yang menyamar sebagai seorang manusia
mengenai Islam, iman, dan ihsan. Setelah Jibril pergi, Rasulullah saw. bersabda
kepada para sahabatnya, Inilah Jibril yang datang mengajarkan kepada kalian urusan
agama kalian. Beliau menyebut ketiga hal di atas sebagai agama, dan bahkan Allah
swt. memerintahkan untuk berbuat ihsan pada banyak tempat dalam Al-Qur`an.
Dan berbuat baiklah kalian, karena sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang
berbuat baik. (QS. Al-Baqarah: 195)
Sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk berbuat adil dan kebaikan. (QS. An-
Nahl: 90)
KELOMPOK 10 AKHLAK TERHADAP ALLAH SWT
Cinta untuk ALLAH SWT
- Barangsiapa yang tiada mengasihi manusia maka Allah-pun tiada mengasihinya!
- Di Dalam ajaran Islam, Mengasihi Sesama Manusia adalah bagian terpenting dari
ajaran Nabi Muhammad saw. Mencintai umat manusia adalah realisasi dari ajaran
al-Quran, yang mana pengutusan Nabi Muhammad Saw merupakan rahmat dan
wujud kasih sayang Allah SwT atas Alam Semesta ,Tiadalah Kami mengutusmu
(Wahai Muhammad) melainkan sebagai rahmat (Ku) atas Alam Semesta (QS Al-
Anbiya [21] ayat 107)
- Katakanlah, Jika kalian benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. (Aali Imraan:31)
- Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa kalau kita mengaku cinta kepada Allah,
maka kita harus mengikuti Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Yaitu mengikuti
sunnah-sunnah beliau.
- Kesempurnaan manusia itu terletak dalam Cinta kepada Allah
Sebab-sebab yang menyemarakkan cinta.
1. seseorang itu cinta kepada dirinya sendiri dan menyempurnakan keadaannya
sendiri.
2. manusia itu cinta kepada orang yang menolong dan memberi kurniaan kepada
dirinya
3. manusia itu cinta kepada orang yang menolong dan memberi kurniaan kepada
dirinya
Ikhlas
Berasal dari kata khalasha yang berarti bersih/murni. menginginkan keridhaan Allah
dengan melakukan amal dan membersihkan amal dari berbagai debu duniawi.
Ikhlas dengan pengertian seperti itu merupakan salah satu buah dari kesempurnaan
tauhid, yaitu mengesakan Allah dalam beribadah. Oleh karena itu, riya' yang
merupakan lawan dari ikhlas dianggap sebagai kesyirikan.
Pentingnya Ikhlassunniyah
1. Merupakan ruhnya amal karena seperti badan yang tidak ada ruhnya, maka tanpa
ikhlas amal; sebagus apapun tidak ada artinya.
2. Salah satu syarat diterimanya amal.Allah azza wajalla tidak menerima amal
kecuali apabila dilaksanakan dengan ikhlas dalam mencari keridhoannya
semata(HR.Abu Daud dan Nasai)
3. Syarat diterimanya amal atau perbuatan:
a. Bersungguh-sungguh dalam melaksanakannya
b. Ikhlas dalam berniat
c. Sesuai dengan syariat Islam(al-Quran dan Sunnah)
4. Penentu nilai/kualitas suatu amal (QS.4:125),Sesungguhnya segala amal
perbuatan tergantung pada niat, dan bahwasanya bagi tiap-tiap orang apa yang ia
niatkan. Maka barangsiapa hijrah menuju ridho Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya
itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa berhijrah kepada dunia (harta atau
kemegahan dunia) atau karena seorang wanita yang akan dinikahinya, maka
hijrahnya itu ke arah yang ditujunya.(HR.Bukhari- Muslim)
5. Mendatangkan berkah dan pahala dari Allah
Cara-cara untuk menumbuhkan niat yang ikhlas
1. Mengetahui arti keikhlasan dan urgensinya dalam beramal
2. Menambah pengetahuan tentang Allah swt dan hari kiamat.
3. Memperbanyak membaca/berinteraksi dengan al-Quran,
4. Memperbanyak amal-amal rahasia,
5. Menghindari / mengurangi saling memuji,
6. Berdoa,
Taubat
Jalan untuk membersihkan segala dosa. Setelah manusia dilumuri berbagai dosa.
Tanpa adanya taubat seorang salik tidak akan dapat menempuh jalan menuju Allah
s.w.t.
Tiga hal yang termasuk dalam taubat
1. taubat karena ketidaktaatannya,
2. memutuskan untuk tidak melakukan dosa lagi,
3. segera meninggalkan perbuatan dosa itu.
Jalan Menuju Taubat
1. Mengetahui hakikat taubat
2. Merasakan akibat dosa yang dilakukan
3. Menghindar dari lingkungan yang jelek
4. Membaca Al-Quran
5. Berdoa
6. Mengetahui keagungan Allah yang Maha Pencipta
7. Mengingat mati dan kejadiannya yang tiba-tiba.
8. Mempelajari ayat-ayat dan hadis-hadis yang menakuti orang-orang yang
berdosa.
9. Membaca sejarah orang-orang yang bertaubat.
Khauf
O rasa takut dan bergetarnya hati karena ada sesuatu yang ditakuti dihadapannya.
Khauf disebabkan oleh karena takut akan kebesaran dan keagungan sesuatu.
Sesungguhnya hanyalah yang paling takut pada ALLAH diantara hambanya adalah
para ulama. (QS. Faathir: 28)
Syukur
O Secara bahasa, syukur mengandung arti sesuatu yang menunjukan kebaikan dan
penyebarannya.
O Sedangkan secara syari, pengertian syukur adalah memberikan pujian kepada
yang memberikan segala bentuk kenikmatan (Allah swt) dengan cara melakukan
amar maruf dan nahi munkar, dalam pengertian tunduk dan berserah diri hanya
kepada-Nya.
Fungsi
O Akan Selalu Diingat oleh Allah,
O Agar Terhindar dari Siksa Allah,.
O Akan Menambah rizki dan Barokah
Tawakal
O kesungguhan hati dalam bersandar kepada Allah Taala untuk mendapatkan
kemaslahatan serta mencegah bahaya, baik menyangkut urusan dunia maupun
akhirat.
O Dan barangsiapa bertaqwa kepada Alloh, niscaya Dia akan jadikan baginya jalan
keluar dan memberi rizqi dari arah yang tiada ia sangka-sangka, dan barangsiapa
bertawakal kepada Alloh, maka Dia itu cukup baginya. (Ath Tholaq: 2-3)
Bertawakal Kepada Alloh Adalah Kunci Rizki
O Sungguh, seandainya kalian bertawakal kepada Alloh dengan sebenar-benarnya,
niscaya kalian akan diberi rizki sebagaimana burung-burung. Mereka berangkat
pagi-pagi dalam keadaan lapar, dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang. (HR.
Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Al-Hakim)
Taqwa
"Dakwah kepada Allah menjadi sentral seluruh kebahagiaan. Memperturutkan hawa
nafsu menjadi pangkal semua kejahatan."
Tanda-tanda orang yang bertakwa itu antara lain :
O Beriman kepada yang gaib, yang tak terindera seperti iman terhadap adanya
Allah, para malaikat, hari kebangkitan, sorga, neraka, dan sebagainya. (Dan ini
tampak dari sikap perbuatan yang sesuai dengan tuntutan iman tersebut);
O ajeg (rutin) melaksanakan kewajiban salat;
O mau menafkahkan sebagian hartanya (berzakat), bersedekah, dan sebagainya);
O beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. dan
kitab-kitab Allah lainnya yang diturunkan kepada para utusan sebelum Nabi
Muhammad Saw;
O yakin terhadap Hari Kemudian;
O menyantuni anak yatim dan kaum lemah;
O bila berjanji selalu menepati;
O bersyukur bila mendapat kenikmatan dan bersabar bila mendapat cobaan.
Seperti dalam Al-Quran surah 2. Al-Baqarah: 1-4:
Ridho Allah
O Ridho Allah adalah dambaan setiap muslim yang menyadari bahwa itulah harta
termahal yang pantas diperebutkan oleh manusia.Tanpa ridho Allah,hidup kita akan
hampa,kering,tidak dapat merasakan nikmat atas segala apa yang telah ada di
genggaman kita,bermacam masalah silih berganti menyertai hidup kita
Maka berikanlah haknya kepada kerabat dekat,juga kepada orang miskin dan orang-
orang yang dalam perjalananan.Itulah yang lebih baik bagi orang yang mencari
keridhaan Allah. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. [Ar-Rum : 38]

Vous aimerez peut-être aussi