Vous êtes sur la page 1sur 58

PENGUJIAN BERAT JENIS SEMEN

a. Tujuan
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan berat isi semen portland yang
digunakan untuk pengendalian mutu semen.
b. Teori
Berat jenis semen adalah perbandingan antara berat jenis kering semen pada suhu
kamar dengan berat jenis air suling pada suhu 4
o
C yang isinya sama dengan isi
semen.

d
1 2

) (

V V
=
semen berat
jenis Berat

dimana :
V
1
= pembacaan pertama pada skala botol pada saat suhu kerosin
sama dengan suhu air.
V
2
= pembacaan kedua pada skala botol setelah botol diisi semen.
(V
2
-V
1
) = isi cairan yang dipindahkan oleh semen dengan berat tertentu

d

= berat isi air pada suhu 4C


c. Peralatan dan Bahan
1. Botol Le-Chatelier
2. Timbangan kapasitas 200 gram dengan ketelitian 2 gram
3. Kerosin bebas air atau naphta dengan berat jenis 62 API (American Petrolium
Institute)
d. Benda Uji
64 gram Semen portland
e. Prosedur Percobaan
1. Mengisi botol Le Chatelier dengan kerosin atau naphta sampai antara skala 0
sampai 1, kemudian mengeringkan bagian dalam botol diatas permukaan cairan.
2. Memasukkan botol kedalam bak air dengan suhu konstan ; biarkan selama
minimal 60 menit, agar suhu cairan didalam botol sama dengan suhu air
rendaman.
3. Setelah itu baca skala pada botol, setelah suhu air sama dengan suhu cairan
didalam botol (misal = V
1
).
4. Masukkan semua benda uji sedikit demi sedikit kedalam botol (sebanyak 64
gram), jangan sampai terjadi semen menempel pada dinding dalam botol di atas
cairan..
5. Setelah semua benda uji dimasukkan, botol diputar dengan posisi miring secara
berlahan-lahan sampai gelembung udara tidak timbul lagi pada permukaan
cairan.
6. Mengulangi pekerjaan pada langkah ke-2 dan membaca skala pada botol setelah
suhu air sama dengan suhu cairan dalam botol (misal = V
2
).
7. Ulangi percobaan diatas untuk benda uji ke-2



f. Analisa Data
Berat benda uji = 64 gram
Parameter yang diukur Percobaan-1 Percobaan-2
V
1
(cm) 0.3 0.8
V
2
(cm) 20.5 21.1
V
2
- V
1
(cm) 20.2 20.3
Berat Jenis (gr/cm
3
) 3.168 3.153
Berat jenis, rata-rata (gr/cm
3
) 3.161

Contoh perhitungan
Percobaan-1 : V
1
= 0.3
V
2
= 20.5
Berat Jenis =
d

3 . 0 20.5
64


= 1
3 . 20
64
x
= 3.168 gr/cm
3

Kesimpulan ;
Berat Jenis rata yang dihasilkan 3,16 berarti memenuhi syarat berat jenis
semen yaitu sekitar 3,15 3,17. Atinya bahan semen tidak tercampur dengan bahan-
bahan yang lain.










PEMERIKSAAN KEHALUSAN SEMEN
a. Tujuan
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan kehalusan semen Portland dengan
menggunakan saringan No. 100 dan saringan No. 200.
Kehalusan merupakan suatu faktor penting yang dapat mempengaruhi kecepatan
reaksi antara partikel semen dengan air.
b. Teori
Persyaratan kehalusan semen adalah berat tertahan diatas saringan No.100 sebesar
0% dan berat tertahan di atas saringan No. 200 maksimum 10%
Kehalusan semen (F) dihitung dengan rumus ;
% 100 x
B
A
F =
dimana B = Berat benda uji semula (misal B = 50 gram)
A = Berat benda uji tertahan pada masing-masing saringan
c. Peralatan
1. Saringan No. 100 dan No.200 sesuai dengan standart ASTM
2. Neraca analitik kapasitas maksimum 200 gram dengan ketelitian 0,1% dari berat
contoh, berikut satu set batu timbangan terdiri dari 50 gram sampai 10 mg
3. Kuas dengan ukuran tangkai bulu kuas yang sesuai dengan keperluan ini.
d. Benda Uji
Semen Portland
e. Prosedur Percobaan
1. Susun urutan saringan ; mulai saringan No.100, No.200 dan Pan (diletakkan
paling bawah)
2. Timbang benda uji sebanyak 50 gram dan masukkan kedalam susunan saringan
3. Goyang saringan secara perlahan-lahan sehingga bagian benda uji yang tertahan
kelihatan bebas dari partikel-partikel halus (pekerjaan ini dilakukan 3 sampai 4
menit).
4. Menutup saringan dan melepas pan, mengetok saringan perlahan-lahan dengan
tangkai kuas supaya abu yang menempel terlepas dari saringan.
5. Membersihkan sisi bagian bawah saringan dengan kuas, mengosongkan pan dan
membersihkan dengan kain, kemudian memasang kembali.
6. Mengambil tutup saringan dengan hati-hati, mengembalikan kedalam saringan
bila ada partikel kasar yang menempel pada tutup.
7. Melanjutkan penyaringan dengan menggoyang-goyangkan saringan perlahan-
lahan selama 9 menit.
8. Menutup saringan, melanjutkan penyaringan lagi selama 1 menit dengan cara
menggerakkan saringan kedepan dan bekerja dengan posisi sedikit dimiringkan.
Kecepatan gerakan kira-kira 150 kali per menit, setiap 25 gerakan, memutar
ssaringan kira-kira 60
o
. pekerjaan ini dilakukan diatas kertas putih, bila ada
partikel yang keluar dari saringan dan atau pan serta tertampung diatas kertas,
maka harus dikembalikan kedalam saringan. Pekerjaan penyaringan dihentikan
setelah benda uji tidak lebih dari 0,05 gram lewat saringan dalam waktu
penyaringan selama 1 menit.
9. Menimbang benda uji yang tertahan diatas masing-masing saringan No.100 dan
No.200, kemudian menghitung prosentase berat tertahan terhadap berat benda uji
mula-mula.
10. Ulangi percobaan diatas untuk benda uji ke-2

f. Analisa Data
Berat benda uji, B = 50 gram
Pemeriksaan Berat tertahan, A
(gr)
Prosentase
tertahan (%)
Kehalusan
Rata-Rata
(%)
Persyaratan
(%)
Perc-1 Perc-2 F
1
F
2

- Tertahan saringan No.100
- Tertahan saringan No. 200
- Lolos ayakan no.200
0.4
5.5
44.1
0.9
3.2
45.9
0.8
11
88.2
1.8
6.4
91.8
1.3
8.7
90
0
10


Contoh perhitungan
Percobaan-1 : A = 0,4 gram
B = 50 gram
% 8 . 0 % 100
50
4 . 0
= = x F
g. Kesimpulan :
- Benda Uji Semen Tertahan rata-rata ayakan no.100 = 1.3 %
- Benda Uji Semen Tertahan rata-rata ayakan no.200 = 8.7 %
Karena prosentase berat tertahan ayakan no.200 memenuhi persyaratan batas
maksimal yaitu maksimal 10% Artinya Kualitas Semen memenuhi syarat kehalusan
semen.
KONSISTENSI SEMEN

a. Tujuan
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan konsistensi normal semen Portland
dengan vicat. Konsistensi normal semen Portland adalah suatu kondisi standard yang
menunjukkan tingkat kebasahan pasta.
b. Teori
Untuk mendapatkan konsistensi normal dilakukan pencampuran semen dan air secara
berulang dengan kadar air yang berbeda, sampai diperoleh penetrasi pada jarum
Vicat sebesar (10 1) mm. Setiap percobaan harus dibuat dari semen yang baru dan
selama percobaan alat Vicat harus bebas getaran. Untuk percobaan pertama
disarankan dengan kadar air 25%. Pengaruh suhu, air pencampuran, dan kelembaban
ruang diabaikan. Besarnya konsistensi semen dapat dihitung dengan rumus berikut :

% 100


x
Semen Berat
Air Berat
semen i Konsistens =

c. Peralatan
1. Neraca, dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh yang ditimbang.
2. Gelas ukur 200 ml, dengan ketelitian 1 ml.
3. Satu set alat Vicat Apparatus dan cincin konik (conical ring).
4. Stop watch.
5. Sendok perata.
6. Alat pengaduk

d. Benda Uji
Semen Portland
e. Prosedur Percobaan
1. Masukkan air pencampur berupa air suling sebanyak 25% (jumlah air mula-
mula) dari berat benda uji ke dalam mangkok alat pengaduk.
2. Memasukkan benda uji sebanyak 300 gram ke dalam mangkok dan mendiamkan
selama 30 detik.
3. Menjalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (1405) rpm, selama 30 detik.
4. Mesin pengaduk dihentikan selama 15 detik, sementara itu pasta yang menempel
di pinggir mangkok dibersihkan.
5. Menjalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (285 10) rpm, selama 1 menit.
6. Membuat pasta berbentuk bola dengan tangan, kemudian dilemparkan enam kali
dari tangan satu ke tangan yang lain dengan jarak kira-kira 15cm.
7. Memegang bola pasta dengan satu tangan, kemudian tekanlah ke dalam cincin
konik yang dipegang dengan tangan lain melalui lubang besar, sehingga cincin
konik penuh dengan pasta.
8. Kelebihan pasta dalam lubang besar diratakan dengan sendok perata yang
digerakkan dalam posisi miring terhadap permukaan cincin.
9. Meletakkan pelat kaca pada lubang besar cincin konik, membalikkan, meratakan
dan melicinkan kelebihan pada lubang kecil cincin konik dengan sendok perata.
10. Meletakkan cincin konik di bawah alat Vicat Apparatus dan mengontakkan ujung
batang alat vicat dengan bagian tengah permukaan pasta.
11. Jatuhkan ujung batang alat vicat dan mencatat penetrasi jarum (dengan mengukur
penurunan pada alat Vicat) yang telah berlangsung selama 30 detik.
12. Ulangi percobaan diatas sebanyak dua kali atau lebih dengan kadar air yang
berbeda-beda (bisa dengan menambah dan atau mengurangi prosentasi air suling
pada benda uji).

g. Hasil Percobaan
Tabel-1 : Hasil pemeriksaan konsistensi semen
Konsistensi (%) Berat semen (gr) Berat Air (ml) Penetrasi (mm)
25 300 75 4
30 300 87 6
27 300 81 7
18 300 54 10
Gambarkan data percobaan yang diperoleh dalam bentuk grafik hubungan penetrasi
dan kadar air.



Grafik-1 : Hubungan penetrasi Vicat (mm) dan kadar air (%)


h. Kesimpulan
Berdasarkan grafik didapat konsistensi normal adalah didapat dari penurunan
10 mm pada alat vicat yaitu pada kadar air 18 %
Konsistensi = % 100 x
BeratSemen
BeratAir

= % 100
300
54
x = 18 %

PEMERIKSAAN WAKTU IKAT SEMEN
15
20
25
30
35
4 6 7 10
K
o
s
i
s
t
e
n
s
i

Punurunan (mm)
Grafik Penurunan Kosistensi / Kadar Air
a. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh pasta
semen untuk mendapatkan waktu ikat awal dan waktu ikat akhir. Waktu ikat awal
adalah waktu pengikatan pasta semen dimana terjadi penetrasi sebesar 25 mm pada
jarum Vicat, sedangkan waktu ikat akhir adalah waktu pengikatan pasta semen
dimana sudah tidak terjadi penetrasi pada jarum Vicat (skala penetrasi sebesar 0
(nol))
b. Acuan
SNI 03-6827-2002 : Metode pengujian waktu ikat awal semen Portland dengan
menggunakan alat Vicat untuk pekerjaan sipil
c. Teori
Waktu pengikatan awal adalah waktu pengikatan pasta semen dimana terjadi
penetrasi jarum vicat sebesar 25 mm. Sedangkan waktu Pengikatan akhir adalah
waktu pengikatan semen dimana sudah tidak terjadi lagipenetrasi jarum
Waktu pengikatan awal semen minimum 60 menit dan waktu pengikatan akhir
semen maksimum 8 jam. Bila diperoleh waktu pengikatan awal kurang dari 60 menit
berarti semen tersebut tidak baik karena semen cepat mengeras. Pengaruh suhu
udara, air pencampuran dan kelembaban ruang diabaikan. Selama pemeriksaan
tersebut, alat Vicat harus bebas getaran dan jarum disegel supaya tetap lurus dan
bersih dari semen yang menempel.
d. Peralatan
1. Neraca, dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh.
2. Gelas ukur 200 ml, dengan ketelitian 1 ml.
3. Satu set alat Vicat Apparatus ; terdiri dari jarum awal (initial needle) dan jarum
akhir (final needle) dan cincin konik (conical ring).
4. Stop-watch
5. Thermometer beton.
6. Sendok perata.
7. Alat pengaduk (ASTM C 305 65).
e. Benda Uji
Semen Portland sebanyak 300 gram.


f. Prosedur Percobaan
1. Masukkan air pencampur berupa air suling yang banyaknya sesuai dengan
jumlah air untuk mencapai konsistensi normal (sebanyak 26,5% ; lihat hasil
pemeriksaan konsistensi semen), kedalam mangkok alat pengaduk.
2. Masukkan benda uji kedalam mangkok dan mendiamkan selama 30 detik.
3. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (1405) rpm selama 30 detik.
4. Hentikan mesin pengaduk dan diamkan selam 15 detik, sementara itu bersihkan
pasta yang menempel dipinggir mangkok.
5. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (285 10) rpm selama 1 menit.
6. Buatlah pasta berbentuk pola dengan tangan, kemudian melampar enam kali dari
tangan satu ketangan yang lain dengan jarak kira-kira 15 cm.
7. Pegang bola pasta dengan satu tangan, kemudian tekanlah ke dalam cincin konik
yang dipegang dengan tangan lain melalui lubang besar, sehingga cincin konik
penuh dangan pasta (upayakan tidak ada udara yang terperangkap).
8. Meratakan kelebihan pasta pada lubang besar dengan sendok perata yang
digerakkan dalam posisi tegak terhadap permukaan cincin.
9. Meletakkan plat kaca pada lubang besar, membalikkan, meratakan dan
melicinkan kelebihan pasta pada lubang kecil cincin konik dengan sendok perata.
10. Menaruh thermometer beton di atas cincin dan menyimpan pada moist cabinet
selama 30 menit. Kemudian membaca thermometer udara dan thermometer
beton.
11. Mengeluarkan cincin konik dari moist cabinet dan melepaskan thermometer
beton kemudian meletakkan cincin konik di bawah jarum cincin vicat, dan
sentuhkan jarum dengan bagian tengah permukaan pasta.
12. Diamkan selama 30 menit, lalu jatuhkan jarum Vicat selama 30 detik dan dicatat
penetrasi yang terjadi.
13. Penetrasi diulangi sesuai langkah diatas, dengan selang waktu yang bervariasi
yakni; 15 menit, 10 menit, 5 menit, dan seterusnya dilakukan dengan interval 5
menit sampai diperoleh waktu ikat akhir (dimana jarum Vicat tidak dapat masuk
lagi atau skala penetrasi menunjukkan angka nol)
14. Ulangi percobaan diatas untuk benda uji yang sama atau dilakukan secara
bersamaan untuk setiap benda uji.


























g. Hasil Percobaan































Konsistensi semen : 28 %
Suhu pasta semen : 27C
Suhu udara : 27C
Waktu ikat awal : 110 menit
Waktu ikat akhir : 180 menit
Pengamatan
ke-
Selang Waktu
(menit)
Penetrasi (mm) Penetrasi Rerata
(mm)
Perc-1 Perc-2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
30
15
15
15
15
10
10
10
10
10
10
10
10
5
5
5
5
5
5
5
40
40
40
39
36
35
29
27
21
19
16
11
2
1
0
0
0
0
0
0
40
40
40
38
33
29
26
22
21
15
14
2
1
0
0
0
0
0
0
0
40
40
40
38.5
34.5
32
27.5
24.5
21
17
15
6.5
1.5
0.5
0
0
0
0
0
0
E t 210 menit



h. Kesimpulan
Ikatan awal yang terjadi pada percobaan diatas adalah 110 menit dan lebih besar dari
60 menit sedangkan waktu ikatan akhir adalah 210 menit. Hal ini menunjukkan
bahwa semen baik, karena ikatan awal semen terjadi di atas waktu minimum yakni
60 menit. Karena jika ikatan awal terjadi di bwah 60 menit, semen ini tidak baik
karena cepat mengeras.












0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
0 30 60 90 120 150 180 210
P
e
n
u
r
u
n
a
n

(
m
m
)

Waktu (menit)
Grafik Hubungan Antara Waktu Pengikatan dengan
Penurunan

PEMERIKSAAN CLAY LUMP PASIR
a. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui prosentase kadar lumpur yang
melekat pada pasir. Kadar lumpur pada pasir perlu diketahui karena dapat
mempengaruhi daya lekat antara agregat dengan pasta semen dan akhirnya
mempengaruhi kekuatan beton.
b. Acuan
c. Teori
Kadar lumpur pada pasir yang baik untuk digunakan pada bahan bangunan adalah
kurang dari 5%. Besarnya kandungan lumpur pada pasir dihitung sebagai berikut :

% 100
500
500
x
W
lumpur Kadar

=


dimana : W = berat pasir, kering oven setelah dicuci

d. Peralatan
1. Timbangan
2. Saringan No. 16, No. 200 dan pan
3. Oven, dengan pengatur suhu sampai (110 5)C
e. Benda Uji
Pasir yang tertahan diatas saringan No. 16, sebanyak 1000 gram.
f. Jalan Percobaan
1. Pasir yang tertahan diatas saringan No.16 dikering ovenkan pada suhu (110
5)C
2. Timbang pasir sebanyak 500 gram (dibuat 2 sampel pasir) dan tebarkan pada
pan. Lalu direndam dengan air suling selama 24 jam.
3. Pasir ditekan-tekan dengan jari untuk menghancurkan butiran lumpur dan bubuk
yang masih melekat pada pasir dan kemudian dicuci mempergunakan saringan
No.200 hingga air cuciannya bersih.
4. Tebarkan sampel diatas pan, lalu keringkan dioven selama 24 jam.
5. Timbang dan catat beratnya (W).

g. Hasil Percobaan
Pemeriksaan Benda Uji
Percobaan-1 Percobaan-2
Berat Kering sebelum dicuci (gram) 500 500
Berat kering sesudah dicuci (gram) 482 481.4
Persen Lumpur =
% 100
500
- 500
x
W
(%)
3.42 3.72
Persen Lumpur rata-rata (%) 3.57 %

Contoh Perhitungan:
Pada percobaan-1 :
% 42 , 3 % 100
500
1 , 17
% 100
) 500 (
) 9 . 482 500 (
= =

= x x lumpur Kadar
Pada percobaan-2 :
% 72 , 3 % 100
500
6 . 18
% 100
) 500 (
) 4 . 481 500 (
= =

= x x lumpur Kadar
Kadar Lumpur, rata-rata =
2
72 . 3 42 . 3 +
= 3.57 %
Kadar Lumpur, rata-rata sebesar 3.57 % < 5%

h. Kesimpulan
Agregat pasir dapat dikategorikan kedalam agregat halus yang dapat dipergunakan
untuk bahan campuran beton karena mengandung kadar lumpur yang masih
diizinkan. Jumlah presentase lumpur dalam pasir sebesar 3.57% artinya kurang dari
batas kadar lumpur yang diizinkan yaitu 5%.



















PENCUCIAN PASIR LEWAT SARINGAN NO. 200
a. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk memeriksa kadar lumpur yang dikandung
agregat halus (pasir) sehingga diketahui apakah agregat tersebut baik untuk dipakai
untuk campuran beton.
b. Acuan
c. Teori
Banyaknya bahan yang lolos pada saringan No. 200 dihitung sebagai berikut :
% 100
500
500
200 . x
W
No saringan lolos Persen

=

dimana ; W = berat pasir kering oven setelah pencucian
d. Peralatan
a. Timbangan.
b. Saringan No. 200 dan No. 100 serta pan.
c. Oven, dengan pengatur suhu sampai (110 5)C.
d. Penghisap air/splitter.
e. Sekop kecil.
f. Container bejana.

e. Benda Uji
Pasir yang tertahan diatas saringan No. 100, sebanyak 1000 gram.
f. Prosedur Percobaan
1. Timbang pasir yang telah dioven sebanyak 500 gram sebanyak dua sampel
2. Menyusun saringan No. 100 yang diletakan diatas saringan No. 200 dan pada
bagian bawah diletakan container.
3. Masukkan benda uji pada susunan saringan paling atas. Mengalirkan air dari kran
keatas pasir dan menghentikan jika air ditampung pada kontainer relatif sama
bersihnya dengan air yang dialirkan keatas saringan No. 100. Hal ini dilakukan
sambil menggoyang-goyangkan saringan.
4. Tuangkan pasir kedalam bejana dengan bantuan Splitter setelah bejana
ditimbang.
5. Mengeringkan benda uji dalam oven selama kurang lebih 24 jam.
6. Menimbang kembali bejana dan pasir yang telah kering (W).
7. Ulangi percobaan diatas dengan sampel / benda uji yang sama.





g. Hasil Percobaan
Pemeriksaan Benda Uji
Percobaan-1 Percobaan-2
Berat Kering, mula- mula (gram) 500 500
Berat kering oven setelah pencucian
dengan saringan No.200,W (gram)
492 494
Persen Lolos saringan No.200

% 100
500
- 500
x
W
=
(%)

1.6

1.2
Persen Lumur rata-rata (%) 1.4%

Contoh Perhitungan:
Persen Lumpur = % 100
500
500
x
W
= % 100
500
492 500
x

= 1.6 %
Persen Lumpur Rata-Rata =
2
% 2 . 1 % 6 . 1 +
= 1.4%
Persen Lumpur Rata-rata 1.4 % < 5 %

h. Kesimpulan
Agregat pasir dapat dikategorikan kedalam agregat halus yang dapat dipergunakan
untuk bahan campuran beton karena mengandung sedikit lumpur. Jumlah persentase
lumpur dalam pasir sebesar 1.4 % artinya kurang dari batas kadar lumpur yang
diizinkan yaitu 5 %.
KONSISTENSI MORTAR
a. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mendapatkan nilai konsistensi adukan mortar
semen dengan menggunakan meja getar.
b. Acuan
c. Teori
Mortar adalah adukan yang terdiri dari pasir, bahan ikat dan air. Bahan ikat dapat
berupa tanah liat, kapur, maupun semen portland. Mortar semen dibuat dari
campuran pasir, semen dan air, dengan perbandingan campuran yang tepat. Mortar
biasanya digunakan untuk campuran pelapis pasangan bata atau dinding, spesi, dan
bahan bangunan lainnya.
Dengan meja getar yang diayunkan akan merubah kondisi dari adukan mortar, baik
volume dan tinggi adukan tersebut. Sehingga dapat diketahui jumlah air, pasir dan
semen yang diinginkan untuk mendapatkan adukan mortar yang konsisten. Untuk
mengetahui konsistensi mortar yang baik pada suatu adukan mortar diukur dari
perbandingan diameter adukan sebelum dan setelah digetarkan diatas meja getar,
nilai tersebut dihitung dengan rumus sebagai berikut ;

% 100 x
D
D
a =

dimana : a = perbandingan diameter leleh terhadap diameter cincin (%)
D = diameter leleh rata-rata (cm)
D = diameter dalam cincin (cm)
Konsistensi mortar yang baik dan memenuhi syarat menurut SNI ..adalah jika
nilai a berkisar (100 15) %
d. Peralatan
1. Neraca, kapasitas 2000 gram dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh.
2. Gelas ukur, dengan ketelitian 2 ml.
3. Alat pengaduk (ASTM C 230-68)
4. Stop Watch
5. Sendok perata
6. Pengukur leleh.
7. Alat pemadat.
8. Meja getar.

e. Bahan
1. Semen Portland, sebanyak 500 gram.
2. Pasir, sebanyak 1500 gram.
3. Air suling, lebih kurang 500 ml


f. Prosedur Percobaan
1. Menyediakan semen, pasir dan air sesuai dengan bahan dimana perbandingan
masing-masing adalah ; semen : pasir : air = 1 : 2,75 : 0,425.
2. Menambahkan air pada adukan semen dan pasir, kemudian masukkan kedalam
mesin pengaduk mortar dan dibiarkan sebentar.
3. Jalankan mesin pengaduk dengan putaran (140 5) rpm selama 30 detik,
kemudian menaikkan keputaran (255 10) rpm selama 30 detik.
4. Menghentikan alat pengaduk dan diamkan selama 90 detik, dimana 15 detik
pertama membersihkan pasta yang menempel dipinggir pengaduk, kemudian
menutup dengan kain lembab.
5. Menghidupkan kembali alat pengaduk dengan putaran (285 10) rpm selama 60
detik.
6. Lakukan percobaan leleh dengan mengisi adukan mortar kedalam cincin yang
terletak diatas meja leleh, cincin diisi dalam dua lapis, tiap lapis dipadatkan
dengan cara menumbuk sebanyak 20 kali. Ratakan permukaan mortar dengan
sendok perata, angkat cincin dan getarkan meja leleh sebanyak 25 kali selama 15
detik.
7. Ukur dan catat diameter leleh, sekurang-kurangnya pada 4 (empat) arah dan
diambil nilai rata-ratanya. Dimana persyaratan diameter leleh adalah 85 - 115%
dari diameter semula.
8. Apabila diameter leleh yang disyaratkan belum didapat, ulangi pekerjaan dari
langkah ke-1 sampai langkah ke-6 dengan merubah kadar airnya, dimana pada
awalnya diambil 42,5% atau f.a.s = 0,425

g. Hasil percobaan
Percobaan

f.a.s
Diameter
cincin, D
(cm)
Diameter Leleh (cm)
% 100 x
D
D
a =

Pengamatan
Rata-rata, D
Percobaan-1 0.425 6.95
7.16
6.93
7.00
7.00
7.02 101.007%
Percobaan-2 0.45 6.95
6.93
7.13
7.02
7.11
7.05 101.438%

Perbandingan semen, pasir,air = 1 : 2,75 : 0,45
Konsistensi mortar diperoleh sebesar 50 % atau fas 0,5 karena telah memnuhi
persyaratan diameter leleh a = 102%

h. Kesimpulan
Konsistensi mortar yang diperoleh dapat digunakan untuk membuat campuran
semen, pasir dan air dengan perbandingan 1:2,75:0,5

PEMERIKSAAN KUAT TEKAN MORTAR
a. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kekuatan tekan mortar dengan
contoh benda uji bentuk kubus berukuran 5 cm x 5 cm x 5 cm.
b. Acuan
SNI 03-6825-2002 : Metode pengujian kekuatan tekan mortar semen Portland untuk
pekerjaan sipil
c. Teori
Penggunaan campuran mortar pada bahan bangunan mensyaratkan kekuatan tekan
dari mortar, seperti paving, cone-block, atap beton, batako baik ketika menerima
beban kerja maupun menerima beban saat proses pembuatannya. Kuat tekan mortar
dihitung dengan rumus sebagai berikut :


) / (

2
MPa atau cm kg satuan
uji benda permukaan Luas
maksimum Beban
tekan Kuat =

dimana :
Luas permukaan benda uji = 5 x 5 = 25 cm
2
atau 2.500 mm
2
Beban maksimum = pembacaan pada alat uji tekan ketika mortar kubus
hancur (kg atau kN)

d. Peralatan
1. Neraca, kapasitas 2000 gram dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh.
2. Gelas ukur, dengan ketelitian 2 ml.
3. Alat pengaduk (ASTM C 230-68).
4. Stop Watch.
5. Sendok perata.
6. Cetakan kubus (5 x 5 x 5) cm dan alat pemadat.
7. Mesin uji tekan dengan ketelitian pembacaan sampai 1 kg.
e. Bahan
1. Semen portland sebanyak 500 gram.
2. Pasir sebanyak 1500 gram
3. Air suling 500 cm
3
.
f. Benda Uji
Kubus mortar berukuran 5 cm x 5 cm x 5 cm.
g. Prosedur Percobaan
1. Masukkan air pencampur berupa air suling sebanyak p% ( p = kadar air sesuai
dengan konsistensi mortar) dari berat semen ke dalam mangkok alat pengaduk.
2. Menimbanglah 500 gram semen dan memasukan ke dalam mangkok.
3. Menjalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (140 5) rpm, selama 30 detik.
4. Memasukkan pasir sebanyak 1375 gram perlahan-lahan sambil menjalankan
pengaduk dengan kecepatan (140 5) rpm selama 30 detik.
5. Hentikan mesin pengaduk, naikkan kecepatan putaran menjadi (255 10) rpm
dan jalankan selama 30 detik.
6. Menghentikan mesin pengaduk, segera membersihkan pasta yang menempel
pada pinggir mangkok selama 15 detik, kemudian membiarkan mortar selama 30
detik.
7. Mengaduk lagi mortar dengan kecepatan pengaduk (285 10) rpm, selama 60
detik
8. Setelah selesai pengadukan, cetak mortar dengan cetakan kubus ukuran (5x5x5)
cm; mengisi cetakan dalam dua lapisan dan padatkan setiap lapisan dengan
menumbuk sebanyak 22 kali dalam 4 putaran. Keseluruhan waktu yang
digunakan untuk mencetak tidak boleh lebih dari 2 menit.
9. Meratakan permukaan mortar dengan sendok perata kemudian menyimpan diatas
moist cabinet selama 24 jam
10. Membuka cetakan dan merendam mortar dalam air bersih, kemudian menguji
kekuatan mortar pada mesin uji tekan, saat umur ; 3 hari, 7 hari dan 14 hari.

h. Hasil Percobaan
No.
Benda
Uji
Berat
uji
(kg)
Berat Isi
(kg/cm
3
)
Luas
muka
(mm
2
)
Tanggal
Umur
(hari)
Dial
reading
(kN)
Beban
(N)
Kuat
Tekan
Mortar
(MPa)
Kuat
Tekan
Mortar
Rata2
Pembuatan Pengujian
1-A 0.2691
0.00215
2500 05-12-08 11-12-08 7 51 51000 20.4

21.7
1-B 0.268 0.00214 2500 05-12-08 11-12-08 7 57.5 57500 23
2-A 0.2675 0.00214 2500 05-12-08 18-12-08 14 56 56000 22.4

21.6

2-B 0.2611 0.00208 2500 05-12-08 18-12-08 14 52 52000 20.8
3-A 0.268 0.00214 2500 05-12-08 01-01-09 21 50.5 50500 20.2

19.3

3-B 0.2625 0.00210 2500 05-12-08 01-01-09 21 46 46000 18.4

Contoh Perhitungan : (nomor benda uji 1-A)
- Berat isi =
Volume
Berat

=
5 5 5
0.2691
x x

= 0.00215 kg/cm
3


- Beban = Dial Reading
= 51 kN
= 51.000 N

- Kuat tekan =
i aanBendauj LuasPermuk
Beban

=
500 . 2
51.000

= 20.4 N/mm
2
atau 20.4 MPa

Gambarkan grafik hubungan kuat tekan mortar dengan umur perawatannya, sebagai
berikut.


i. Kesimpulan :
Berdasarkan hasil uji kuat tekan mortar diatas dengan nilai fas 0,5 didapat kuat tekan
mortar yang berbeda-beda sesuai dengan umur dari mortar.
- Pada umur 3 hari didapat kuat tekan mortar rata-rata sebesar 13.46 MPa.
- Pada umur 7 hari didapat kuat tekan mortar rata-rata sebesar 19.33 MPa.
- Pada umur 14 hari didapat kuat tekan mortar rata-rata sebesar 26.53 MPa.
18
18.5
19
19.5
20
20.5
21
21.5
22
7 14 21
K
u
a
t

T
e
k
a
n

M
o
r
t
a
r

(
M
P
a
)

Umur Perawatan (Hari)
ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR DAN
AGREGAT HALUS
a. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir (gradasi)
agregat halus dan agregat kasar dengan menggunakan saringan.Dimana penting
sekali untuk mengetahui gradasi suatu agregat yang mana berfungsi untuk
mengetahui mana agregat yang mempunyai kemampatan tinggi / rendah.(agregat
yang baik adalah agregat yang mempunyai kemampatan tinggi).
b. Acuan
SNI 03-1968-1990 : Metode pengujian tentang analisis saringan agregat halus
dan kasar
c. Teori
Untuk memperoleh kekautan beton yang optimal perlu susunan pembentuk beton
yang baik, diantaranya adalah gradasi agregat. Gradasi agregat kasar dan halus
dibedakan berdasarkan zone distribusi agregat menurut berat dan ukurannya,
biasanya dinyatakan dalam bentuk grafik acuan. (terlampir)
Gradasi agregat dapat juga dinyatakan dengan tingkat kekasaran agregat atau
modulus kehalusan atau fines modulus (FM) yang dihitung dengan rumus sebagai
berikut :

100
200 . diatas No saringan tertahan berat persen jumlah
FM =

Angka modulus kehalusan agregat halus berkisar antara 2 sampai 3,5 sedangkan
untuk agregrat kasar antara 5 sampai 7, makin besar angka modulus
kehalusannya maka makin kasar juga agregat tersebut.

d. Peralatan
a. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 20% dari berat benda uji.
b. Satu set saringan ; 38,1 mm, 19,1 mm, 9,6 mm, 2,4 mm, 1,2 mm, 0,6 mm,
0,3mm, 0,15 mm, No. 3/8, No.8, No.12, No.30, No.50, No.100.
c. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu sampai (110 5)
o
C.
d. Alat pemisah contoh.
e. Sieve shaker machine.
f. Talam-talam.
g. Kuas, sikat kuningan, sendok dan lainnya.

e. Benda Uji
1. Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat sebanyak :
Agregat halus.
- Ukuran maksimum No. 3/8, berat minimum 500 gram.
- Ukuran maksimum No. 8, berat minimum 1.000 gram.

Agregat kasar.
- Ukuran maksimum 3,5, berat minimum 35 kg
- Ukuran maksimum 3,0, berat minimum 30 kg.
- Ukuran maksimum 2.5, berat minimum 25 kg.
- Ukuran maksimum 1,5, berat minimum 15 kg.
- Ukuran maksimum 1,0, berat minimum 10 kg.
- Ukuran maksimum , berat minimum 5 kg.
- Ukuran maksimum , berat minimum 2,5 kg.
- Ukuran maksimum 3/8, berat minimum 1 kg.

2. Bila agregat berupa campuran dari agregat halus dan kasar, agregat tersebut
dipisahkan menjadi dua dengan saringan No.4. selanjutnya agregat halus dan
kasar disediakan sebanyak jumlah seperti tercantum di atas.
Benda uji disiapkan sesuai dengan pencucian pasir lewat saringan No.200 kecuali
apabila butiran yang melalui saringan No.100 tidak diketahui jumlahnya dan
apabila syarat-syarat ketelitian tidak menghendaki pencucian.
f. Prosedur Percobaan
a. Timbang contoh agregat yang akan digunakan, kemudian dioven pada suhu
(110 5)C selama 24 jam atau sampai berat agregat tetap.
b. Timbang masing-masing saringan.
c. Susun saringan mulai dari paling bawah pan, saringan dengan lobang terkecil
sampai saringan dengan lobang terbesar yang paling atas. Pindahkan dan
tempatkan susunan saringan tersebut keatas sieve shaker machine.
d. Masukkan benda uji mulai pada saringan teratas, kemudian tutup dan jepit
pada kedua sisi atas dengan mengencangkan baut. Jalankan sieve shaker
machine selama 10 menit.
e. Biarkan selama 5 menit, untuk memberi kesempatan debu mengendap.
f. Buka saringan dan timbang berat masing-masing saringan berikut isinya.
g. Hitung berat agregat yang tertahan pada masing-masing saringan.

g. Perhitungan
a. Menghitung prosentase berat benda uji yang tertahan diatas masing-masing
saringan terhadap berat total benda uji.
b. Menghitung modulus kehalusan agregat atau fines modulus (FM) untuk
masing-masing agregat halus dan agregat kasar
c. Menggambar kurva gradasi masing-masing agregat halus dan agregat kasar

Contoh Perhitungan : Fraksi Halus (Saringan No. 4)

- Persentase tertahan saringan =
Kering Tanah Berat
Tertahan Berat

x 100 %
=
1000
53
x 100 % = 5.3 %
- Persentase lolos saringan = 100 % - 5.3 % = 94.7 %
- Persentase seluruh yang lolos = % 100
000 . 1
53 000 . 1
x

= 94.7 %
a. Fraksi kasar
Berat kering = 1.500 gram
Saringan
Berat
tertahan
(gram)
Jumlah berat
tertahan
(gram)
Persentase
Tertahan
(%)
Lolos
(%)
76.2 mm (3*) 0 0 0 100
50.8 mm (2*) 0 0 0 100
38,1 mm (1 *) 0 0 0 100
25,4 mm (1*) 0 0 0 100
19,1 mm (3/4*) 85 85 5.67 94.33
12.7 mm (1/2*) 527 612 35.13 59.20
9,52 mm ( 3/8*) 576 1188 38.40 20.80
Pan 312 1500 20.80 0


100
0 80 . 20 20 . 59 33 . 94 100 100 100 100 + + + + + + +
= FM


100
33 . 574
=
= 5.74
b. Fraksi halus
Berat kering = 1.000 gram
Saringan
Berat
tertahan
(gram)
Jumlah berat
tertahan
(gram)
Persentase
tertahan
(%)
lolos
(%)
No.4 (4,8 mm) 0 0 0 100
No.8 (2,4 mm) 58 58 5.8 94.2
No.16 (1,2 mm) 207 265 20.7 73.5
No.30 (0,6 mm) 242 507 24.2 49.3
No.50 (0,3 mm) 201 708 20.1 29.2
No.100 (0,15 mm) 220 928 22.0 7.2
No .200 60 988 6.0 1.2
Pan 12 1000 1.2 0


100
0 2 . 1 2 . 7 2 . 29 3 . 49 5 . 73 2 . 94 100 + + + + + + +
= FM

= 3.546


Gambar-2 : Kurva Gradasi Agregat Halus
h. Kesimpulan :
- Ukuran maksimum agregat kasar 20 mm.
- Berdasarkan grafik fraksi halus acuan, maka agregat halus yang diperiksa
masuk gradasi III dan IV



















PEMERIKSAAN KEAUSAN AGREGAT DENGAN MESIN LOS ANGELES

a. Maksud
Maksud pengujian ini adalah untuk menentukan ketahanan agregat kasar
terhadap keausan dengan menggunakan mesin Los Angeles. Keausan dinyatakan
dengan perbandingan antara berat bahan aus terhadap berat semula dalam persen.
b. Acuan
SNI 2417:2008 : Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

c. Teori
Ketahanan aus agregat kasar sangat bergantung kepada gradasi agregat kasar
tersebut. Beberapa jenis gradasi agregat kasar diikuti oleh persyaratan berat
benda uji, susunan saringan, (lihat Tabel-1) dalam pengujian keausan agregat.

Gradasi-A ; material agregat kasar dari ukuran butir maksimum 37,5 mm (1
inci) sampai dengan ukuran butir 9,5 mm (3/8 inci)
Gradasi B ; material agregat kasar dari ukuran butir maksimum 19,0 mm (3/4
inci) sampai dengan ukuran butir 9,5 mm (3/8 inci)
Gradasi-C ; material agregat kasar dari ukuran butir maksimum 9,5 mm (3/8 inci)
sampai dengan ukuran butir 4,75 mm (saringan No.4)
Gradasi-D ; material agregat kasar dari ukuran butir maksimum 4,75 mm
(saringan No.4) sampai dengan ukuran butir 2,36 mm (saringan
No.8)
Gradasi-E ; material agregat kasar dari ukuran butir maksimum 75 mm (3 inci)
sampai dengan agregat ukuran butir 37,5 mm (1 inci)
Gradasi-F ; material agregat kasar dari ukuran butir maksimum 50 mm (2 inci)
sampai dengan agregat butir 25 mm (1 inci).
Gradasi-G ; material agregat kasar dari ukuran butir maksimum 37,5 mm (1
inci) sama dengan agregat halus

Untuk menghitung keausan agregat, digunakan rumusan berikut :
% 100 x
b
b a
Keausan

=

dimana ;
a = berat benda uji semula, dalam gram
b = berat benda uji tertahan saringan No.12 (1,70 mm), dalam gram

d. Peralatan
1. Mesin Los Angeles
Mesin terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua sisinya dengan diameter
711 mm ( 28 inchi ) panjang 508 mm ( 20 inchi ). Silinder bertumpu pada dua
poros pendek yang tidak menerus dan berputar pada poros yang mendatar;
silinder berlobang untuk memasukkan benda uji. Penutup lubang terpasang
rapat sehingga permukaan dalam silinder tidak terganggu. Di bagian dalam
silinder terdapat bilah baja melintang penuh setinggi 89 mm (3,5 inchi ).
2. Saringan No. 12 dan saringan lainnya (lihat tabel-1)
3. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh atau 5 gram
4. Bola-bola baja dengan diameter rerata 4,68 cm ( 1 27/32 inchi) dengan berat
masing-masing bola antara 390 sampai 445 gram.
5. Oven dengan pengatur temperature yang dapat memanasi sampai (1005) C.

e. Benda Uji
1. Gradasi dan berat benda uji (digunakan gradasi-B, dengan ukuran butiran
antara 9,5 mm sampai 19 mm)
2. Bersihkan benda uji dan keringkan dalam oven pada suhu ( 100 5 ) C
sampai berat tetap.

f. Prosedur Percobaan
Persiapan benda uji
1. Pisah-pisahkan agregat ke dalam fraksi-fraksi yang dikehendaki dengan cara
penyaringan dan lakukan penimbangan
2. Gabungkan kembali fraksi-fraksi agregat sesuai grading yang dikehendaki.
Misal ; gradasi B yang diinginkan, maka siapkan dan timbang (250010)
gram agregat lolos saringan 19 mm (No.3/4) dan tertahan diatas saringan 12,5
mm (No.1/2) serta (250010) gram agregat lolos saringan 12,5 mm (No.1/2)
dan tertahan diatas saringan 9,5 mm (No.3/8).
3. Catat berat contoh dengan ketelitian mendekati 1 gram.

Cara pengujian
Pengujian dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :
1. Pengujian ketahanan agregat kasar dapat dilakukan dengan salah satu dari 7
(tujuh) cara, tergantung dari jenis gradasi agregat kasarnya. (misalkan yang
diambil gradasi-B)


2. Benda uji dan bola (sebanyak 11 buah) dimasukkan dalam mesin abrasi Los
Angeles.
3. Putar mesin dengan kecepatan 30 sampai 33 rpm, 500 putaran untuk gradasi
A, B, C dan D sedangkan 1.000 putaran untuk garadasi E, F dan G.
4. Selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin, saringlah dengan saringan
No. 12 (1,70 mm), butir yang tertahan diatasnya dicuci bersih dan keringkan
dalam oven pada suhu ( 100 5 ) C sampai beratnya tetap.
5. Jika material contoh uji homogen, pengujian cukup dilakukan dengan 100
putaran, dan setelah selesai pengujian disaring dengan saringan No. 12 (1,70
mm), tanpa pencucian. Perbandingan hasil pengujian antara 100 putaran dan
500 putaran agregat tertahan diatas saringan No.12 (1,70 mm) tanpa pencucian
tidak boleh lebih besar dari 0,20
6. Metode pada butir (5) tidak berlaku untuk pengujian material dengan metode
ASTM C 535-96 yaitu Standard Test Method for Resistance to Degradation of
Large-Size Coarse aggregate by Abrasion and impact in the Los Angeles
Machine

g. Hasil Percobaan













h. Kesimpulan
Keausan agregat kasar yang diperoleh sebesar 21 % masih memenuhi persyaratan
keausan maksimal 50%, sehingga agregat kasar tersebut dapat digunakan untuk
pembuatan beton.PUBI pasal 15 hal.18.
Ukuran Saringan
Pengujian agregat gradasi- B
Percobaan-1 Percobaan-2
Lewat
(mm)
Tertahan
(mm)
Berat mula-mula, a
(gr)
Berat mula-mula, a
(gr)
76.20 (3'') 63.50 (2 1/2'') - -
63.50 (2 1/2'') 50.80 (2'') - -
50.80 (2'') 38.10 (1 1/2'') - -
38.10 (1 1/2'') 25.40 (1'') - -
25.40 (1'') 19.05 (3/8'') - -
19.05 (3/8'') 12.70 (1/2'') 2500 2500
12.70 (1/2'') 9.51 (3/8'') 2500 2500
9.51 (3/8'') 6.35 (1/4'') - -
6.35 (1/4'') 4.75 (No. 4) - -
4.75 (no. 4) 2.36 (No. 8) - -
Jumlah berat mula-mula, a .(gr) 5000 5000
Berat tertahan # No. 12, b .(gr) 4108 3792
Keausan = [(a-b)/a] x 100%....(%) 17.84 24.16
Keausan, rata-rata ...(%) 21
PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN
AGREGAT KASAR

a. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis dan penyerapan
agregat kasar. Agregat kasar adalah agregat yang ukuran butirannya lebih besar
dari 4,75 mm (tertahan pada saringan No.4).
b. Acuan
SNI 1969-2008 : Cara uji berat jenis dan penyerapan agregat kasar
c. Teori
Berat jenis agregat kasar dapat dinyatakan dengan berat jenis curah kering (bulk
specific gravity), berat jenis curah atau berat jenis kering permukaan (saturated
surface dry), berat jenis semu (apparent).
Berat jenis curah kering (bulk specify gravity) adalah perbandingan antara berat
dari satuan volume agregat (termasuk rongga yang permeable dan impermeable
didalam butir partikel, tetapi tidak termasuk rongga antara butiran partikel)
pada suhu temperatur tertentu terhadap berat diudara dari air suling bebas
gelembung dalam volume yang sama pada suhu temperatur tertentu
Berat jenis curah /jenuh kering permukaan (saturated surface dry) adalah
perbandingan antara berat dari satuan volume agregat (termasuk berat air yang
terdapat didalam rongga akibat perendaman selama (244) jam, tetapi tidak
termasuk rongga antara butiran partikel) pada suhu tertentu terhadap berat di
udara dari air suling bebas gelembung dalam volume yang sama pada suatu
temperatur tertentu
Berat jenis semu (apparent specific gravity) adalah perbandingan antara berat
dari satuan volume dari suatu bagian agregat yang impermeable pada suatu
temperatur tertentu terhadap berat diudara dari air suling bebas gelembung dalam
volume yang sama pada suhu temperatur tertentu
Penyerapan air adalah penambahan berat dari suatu agregat akibat air yang
meresap ke dalam pori-pori, tetapi belum termasuk air yang tertahan pada
permukaan luar partikel, dinyatakan sebagi persentase dari berat keringnya.
d. Peralatan
1. Keranjang kawat ukuran 3,34 mm (No.6) atau 2,36 mm (No.8) dengan
kapasitas 5 kg.
2. Tempat air dengan kapasitas dan bentuk sesuai pemeriksaan. Tempat ini harus
dilengkapi dengan pipa sehingga permukaan air selalu tetap.
3. Timbangan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0,1% dari berat contoh yang
ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang.
4. Batang penumbuk
5. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu sampai (110 5)
o
C
6. Alat pemisah contoh
7. Saringan No.4
8. Pan
e. Benda Uji
Agregat kasar yang tertahan saringan No.4 sebanyak 5.000 gr. ( atau 5 kg)
f. Prosedur Percobaan
1. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang
melekat pada permukaan.
2. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110 5)
o
C sampai berat tetap.
3. Dinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1 sampai 3 jam, kemudian
timbang dengan ketelitian 0,5 gram ( selanjutnya disebut B
k
).
4. Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama (24 4) jam.
5. Keluarkan benda uji dari dalam air, lap dengan kain penyerap sampai selaput
air pada permukaan agregat hilang, untuk butiran besar pengeringan harus
satu persatu dengan memakai lap penyerap air.
6. Timbang benda uji didalam air yang memiliki kerapatan (9972) kg/m
3
pada
temperatur (23 2)
o
C, sambil menggoyang keranjang yang dalam keadaan
tenggelam, untuk mengeluarkan udara yang terserap dan tentukan beratnya
dalam air ( selanjutnya disebut B
a
).
7. Keringkan kembali benda uji dalam oven pada suhu (110 5)
o
C sampai berat
tetap, kemudian timbang berat benda uji tersebut (selanjutnya disebut B
j
)

g. Hasil Percobaan
Pemeriksaan

Perc-1 Perc-2 Rata-rata
Berat benda uji kering oven, Bk (gram) (gram) 2400 2400 2400
Berat benda uji kering permukaan, B
j
(gram) (gram) 2450 2436 2443
Berat benda uji dalam air, Ba (gram) (gram) 1513 1492 1502.5
Berat jenis curah kering =
Ba - j B
Bk

tanpa
dimensi
2.561 2.542 2.552
Berat jenis curah , SSD =
Ba - j B
Bj

tanpa
dimensi
2.615 2.581 2.598
Berat jenis semu =
Ba - k B
Bk
tanpa
dimensi
2.706 2.643 2.675
Penyerapan air =
% 100 x
Bk
Bk - Bj

(%) 2.08 1.5 1.79

h. Kesimpulan
Hasil percobaan diperoleh berat jenis agregat kasar, SSD sebesar 2.598, dengan
kategori agregat normal, karena berada di antara 2.5 2.7 dan penyerapan air
sebesar 1.79 %. Dengan demikian berat jenis dari hasil percobaan adalah agregat
normal yang memiliki daya serap kecil.



PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN
AGREGAT HALUS

a. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis dan penyerapan
agregat halus. Agregat halus adalah agregat yang ukuran butirannya lebih kecil
dari 4,75 mm (lolos saringan No.4)
b. Acuan
SNI 1970-2008 : Cara uji berat jenis dan penyerapan agregat halus
c. Teori
Berat jenis agregat halus dapat dinyatakan dengan berat jenis curah kering (bulk
specific gravity), berat jenis curah atau berat jenis kering permukaan (saturated
surface dry), berat jenis semu (apparent).
Berat jenis curah kering (bulk specify gravity) adalah perbandingan antara berat
dari satuan volume agregat (termasuk rongga yang permeable dan impermeable
didalam butir partikel, tetapi tidak termasuk rongga antara butiran partikel)
pada suhu temperatur tertentu terhadap berat diudara dari air suling bebas
gelembung dalam volume yang sama pada suhu temperatur tertentu
Berat jenis curah /jenuh kering permukaan (saturated surface dry) adalah
perbandingan antara berat dari satuan volume agregat (termasuk berat air yang
terdapat didalam rongga akibat perendaman selama (244) jam, tetapi tidak
termasuk rongga antara butiran partikel) pada suhu tertentu terhadap berat di
udara dari air suling bebas gelembung dalam volume yang sama pada suatu
temperatur tertentu
Berat jenis semu (apparent specific gravity) adalah perbandingan antara berat
dari satuan volume dari suatu bagian agregat yang impermeable pada suatu
temperatur tertentu terhadap berat diudara dari air suling bebas gelembung dalam
volume yang sama pada suhu temperatur tertentu
Penyerapan air adalah penambahan berat dari suatu agregat akibat air yang
meresap ke dalam pori-pori, tetapi belum termasuk air yang tertahan pada
permukaan luar partikel, dinyatakan sebagi persentase dari berat keringnya.
d. Peralatan
1. Timbangan, sesuai persyaratan SNI 03-6414-2002
2. Piknometer
3. Labu atau wadah lain yang cocok untuk benda uji agar dapat dengan mudah
dimasukkan volume agregat halus sebanyak 100 mm
3
secara berulang.
Volume wadah akan diisi sampai bagian yang ditandai, paling tidak harus
50% lebih besar dari ruang yang diperlukan untuk benda uji. Suatu labu
dengan kapasitas 500 ml cukup untuk 500 gram rata-rata benda uji agregat
halus.
4. Cetakan
Suatu cetakan yang terbuat dari baja yang tebalnya 0,8 mm berbentuk
frustum kerucut (kerucut terpancung) dengan ukuran sebagai berikut :
diameter dalam bagian atas (403) mm, diameter dalam bagian bawah (903)
mm dan tinggi kerucut terpancung (753) mm.
5. Batang penumbuk
6. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu sampai (110 5)
o
C
7. Alat pengukur temperatur
8. Alat bantu lain, seperti pompa vakum, saringan No.4, talam, bejana air

e. Benda Uji
Agregat halus yang lolos saringan No.4 sebanyak 5.000 gr. ( atau 5 kg)
f. Prosedur Percobaan
Persiapan benda uji
1. Siapkan kira-kira 1 kg agregat halus dari contoh uji menggunakan prosedur
yang sesuai dengan SNI 13-6717-2002.
2. Keringkan dalam wadah yang sesuai sampai beratnya tetap, pada temperatur
(1105)
0
C. Biarkan mendingin sampai temperatur yang dapat dikerjakan,
basahi dengan air, baik dengan cara melembabkan sampai 6% atau
merendamnya, biarkan (244) jam.
3. Sebagai alternatif dari langkah diatas, dimana nilai berat jenis dan penyerapan
digunakan dalam menghitung campuran beton dengan agregat dalam kondisi
lapangan seadanya, persyaratan untuk pengeringan awal sampai berat tetap
dapat diabaikan dan apabila permukaan partikel telah terjaga dalam kondisi
basah, perendaman selama (244) jam dapat diabaikan. Nilai penyerapan dan
berat jenis dalam kondisi jenuh kering permukaan dapat menjadi lebih tinggi
untuk agregat yang tidak dikeringkan dengan oven sebelum direndam apabila
dibandingkan dengan yang melalui langkah ke-2.
4. Hilangkan kelebihan air dengan hati-hati untuk menghindari hilangnya
butiran yang halus, tebarkan benda uji diatas permukaan terbuka yang rata
dan tidak menyerap air, beri aliran udara yang hangat dan perlahan, aduk
untuk mencapai pengeringan yang merata. Bila diinginkan, bantuan mekanis
seperti alat pengaduk dapat digunakansebagai alat bantu dalam mencapai
kondisi jenuh kering permukaan. Seiring dengan material yang makin
mongering kedalam kondisi yang kita inginkan, akan perlu dilakukan gerakan
menggosok dengan tangan untuk memisahkan butiran yang saling menempel.
Lanjutkan sampai material pada kondisi lepas dan tidak lagi menempel.
Lakukan dan ulangi pengambilan contoh benda uji untuk memastikan bahwa
tidak ada lagi kelebihan kadar air. Bila dianggap bahwa pada percobaan
pertama masih terdapat diantara agregat, lanjutkan pengeringan dengan
mengaduk dan menggosok dengan tangan, lakukan kembali pengeringan dan
pemeriksaan sampai diketahui bahwa kondisi jenuh kering permukaan telah
tercapai. Apabila saat pertama melakukan percobaan kerucut, terlihat kondisi
tidak ada lagikelembaban permukaan, dapat dipastikan bahwa kondisi jenuh
kering permukaan telah terlewati. Bila ini terjadi, campur kemabli beberapa
milliliter air kedalam benda uji, aduk dan ratakan, masukkan kedalam wadah
yang tertutup dan biarkan 30 menit. Ulangi kembali langkah pengeringan
dan periksa apakah telah tercapai kondisi jenuh kering permukaan.
5. Lakukan pengujian kerucut untuk memeriksa kelembaban permukaan.
Pegang cetakan diatas permukaan yang halus dan rata serta tidak menyerap
air dengan lobang kerucut yang besarberada dibawah. Masukkan sebagian
agregat halus yang sedang diperiksa kedalam kerucut sampai penuh dan
meluber, ratakan bagian yang meluber tadi dengan tetap menjaga posisi
kerucut. Padatkan agregat yang berada didalam kerucut secara perlahan dan
merata sebanyak 25 kali dengan batang penumbuk. Setiap tumbukan
dilakukan dengan cara menjatuhkan dengan bebas batang penumbuk dari
ketinggian permukaan penumbuk 5 mm dari permukaan agregat yang
dipadatkan. Selalu perhatikan ketinggian jatuh setiap setelah melakukan 1
kali pemadatan. Singkirkan sisa agregat yang tumpah disekitar kerucut,
kemudian angkat kerucut dengan arah vertical secara hati-hati. Jika kondisi
jenuh kering permukaan belum tercapai (agregat masih terlalu lembah
permukaannya) maka pasir tersebut masih akan berbentuk seperti cetakan.
Apabila pada saat cetakan diangkat dan pasir tersebut runtuh sedikit demi
sedikitmaka kondisi jenuh kering permukaan telah tercapai. Beberapa agregat
halus yang angular atau bahan yang mengandung bagian halus yang banyak
dapat saja tidak akan runtuh setelah cetakan diangkat, walaupun kondisi
jenuh kering permukaannya telah tercapai. Untuk bahanseperti ini, kondisi
jenuh kering permukaannya harus dianggap pada saat terdapat satu sisi dari
agregat halus yang runtuh sesaat setelah cetakannya diangkat.

Langkah kerja
1. Perhatikan bahwa seluruh penentuan berat harus sampai ketelitian 0,1 gram
2. Isi piknometer dengan air sebagian saja. Segera setelah itu masukkan
kedalam piknometer (50010) gram agregat halus dalam kondisi jenuh kering
permukaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tambahkan kembali air
sampai kira-kira 90% kapasitas piknometer. Putar dan guncangkan
piknometer dengan tangan untuk menghilangkan gelembung udara yang
terdapat didalam air. Sesuaikan temperatur piknometer, air dan agregat pada
(232)
0
C, apabila diperlukan rendam dalam air yang bersirkulasi. Penuhkan
piknometer samapi batas pembacaan pengukuran. Timbang berat total
piknometer, benda uji dan air. Pada umumnya dibutuhkan waktu 15 sampai
20 menit untuk menghilangkan gelembung udara dari dalam air bila
menggunakan cara manual. Menyentuhkan ujung dari handuk kertas kedalam
piknometer cukup efektif untuk menghilangkan buih yang timbul saat
menggetarkan atau memutar untuk menghilangkan gelembung, atau dengan
cara menambahkan beberapa tetes isopropyl alcohol segera setelah
gelembung udara dihilangkan dan menambahkan air sampai batas
pengukuran juga cukup efektif untuk menghilangkan buih yang terbentuk.
3. Keluarkan agregat halus dari dalam piknometer, keringkan sampai berat tetap
pada temperature (1105)
0
C, dinginkan pada temperatur ruang selama
(1,00,5) jam dan timbang beratnya. Pada saat mengeringkan dan
menimbang berat uji dari dalam piknometer, sisa dari contoh uji dalam
kondisi jenuh kering permukaan boleh digunakan untuk menimbang berat
kering ovennya. Benda uji ini harus diambil pada saat yang bersamaan dan
selisih beratnya hanya 0,2 gram.
4. Timbanglah berat piknometer pada saat terisi air saja sampai batas
pembacaan yang ditentukan pada (232)
0
C

g. Perhitungan
Beberapa rumus yang digunakan untuk menghitung berat jenis agregat halus
sebagai berikut :

1. Berat jenis curah kering (bulk specific gravity)

2. Berat jenis curah / kondisi jenuh kering permukaan (surface specific gravity)

3. Berat jenis semu (apparent specific gravity)

4. Penyerapan air (absorbsi)







h. Hasil Percobaan
Pengujian Notasi I II Satuan
Berat benda uji kondisi jenuh kering
permukaan S 500 500 gram
Berat benda uji kering oven A 477 487 gram
Berat piknometer yang berisi air B 669.1 654.5 gram
Berat piknometer dengan benda uji dan air
sampai batas pembacaan
C

970

969.5

gram



Perhitungan Notasi I II Rata-rata
Berat jenis curah kering (Sd)


2.396 2.632 2.514
Berat jenis curah jenuh kering permukaan (Ss)


2.396 2.639 2.518
Berat jenis semu (Sa)


2.709 2.831 2.770
Penyerapan air (Sw)
[

]x100%
4.821 2.669 3.745

i. Kesimpulan:
Hasil percobaan diperoleh berat jenis agregat kasar, SSD sebesar 2.518, dengan
kategori agregat normal, karena berada di antara 2.5 2.7 dan penyerapan air
sebesar 3.745 %. Dengan demikian berat jenis dari hasil percobaan adalah
agregat normal.














PEMERIKSAAN BERAT ISI AGREGAT
a. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat isi agregat halus, kasar
atau campuran. Berat isi adalah perbandingan antara berat dengan volume.
Pemeriksaan berat isi berguna untuk mengetahui berat dari agregat, dan berkaitan
dengan kepadatan dan kekuatan dari beton.
b. Acuan
SNI 03-4804-1998 : Metode pengujian bobot isi dan rongga udara dalam agregat

c. Teori
Untuk menetukan berat isi agregat dapat dilakukan dengan metode lepas (tanpa
diberikan perlakuan pemadatan) dan metode pemadatan (baik dengan cara
ditusuk dan atau digoyang-goyang). Besarnya berat isi agregat dapat dihitung
dengan rumus berikut :


) / (
3
m kg
V
W
agregat isi Berat =

dimana : W = berat agregat dalam wadah (kg)
V = isi wadah = t.d
2
h (m
3
)
d = diameter wadah (meter)
h = tinggi wadah (meter)
Berat isi lepas lebih kecil dari berat isi dengan cara dipadatkan (baik dengan cara
penusukan atau penggoyangan)
d. Peralatan
1. Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat contoh.
2. Talam berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat.
3. Tongkat pemadat berdiameter 15 mm, panjang 60 cm dengan ujung bulat
sebaiknya dari baja yang tahan karat.
4. Mistar perata.
5. Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat pemegang
berkapasitas sebagai berikut :

Kapasitas
(liter)
Diameter
(mm)
Tinggi
(mm)
Tebal wadah minim (mm) Ukuran butir
maksimum (mm) Dasar Sisi
2,832 152,4 2,5 154,9 2,5 5,08 2,54 12,7
9,435 203,2 2,5 292,1 2,5 5,08 2,54 25,4
14,316 254,0 2,5 279,4 2,5 5,08 3,00 38,1
28,316 355,6 2,5 284,4 2,5 5,08 3,00 101,6

e. Benda Uji
Agregat kasar dengan ukuran butir maksimum 38,1 mm (1 inci)
Contoh agregat ditempatkan diatas talam sekurang-kurangnya sebanyak kapasitas
wadah (misal ; wadah dengan kapasitas 14,316 liter disiapkan untuk agregat
dengan ukuran butir maksimum 38,1 mm), keringkan agregat dalam oven dalam
suhu (110 5)
o
C, sampai beratnya tetap.
f. Prosedur Percobaan
Berat isi lepas
- Menimbang dan mencatat beratnya (W
1
).
- Memasukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan butir-
butir, dan ketinggian maksimum 5 cm di atas wadah menggunakan sendok
sampai penuh.
- Meratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
- Menimbang dan mencatat berat wadah beserta benda uji (W
2
).
- Menghitung berat benda uji (W
3
= W
2
- W
1
).

Berat isi padat (cara penusukan)
- Menimbang dan mencatat berat wadah (W
1
).
- Mengisi wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebalnya. Setiap
lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat 25 kali tusukan secara merata. Pada
pemadat, tongkat harus tepat masuk sampai lapisan bawah tiap-tiap lapisan.
- Meratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
- Menimbang dan mencatat berat wadah beserta benda uji (W
2
).
- Menghitung berat benda uji (W
3
= W
2
- W
1
).

Berat isi padat (cara penggoyangan)
- Menimbang dan mencatat berat wadah (W
1
).
- Mengisi wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal.
- Memadatkan setiap lapisan dengan cara menggoyang-goyang wadah
- Meletakkan wadah di atas tempat yang kokoh dan datar, mengangkat salah
satu sisinya kira-kira setinggi 5 cm kemudian dilepaskan.
- Mengulangi hal ini pada sisi berlawanan, memadatkan setiap lapisan
sebanyak 25 kali untuk setiap sisi.
- Meratakan permukaan benda uji dengan mrnggunakan mistar perata.
- Menimbang dan mencatat berat wadah beserta benda uji (W
2
).
- Menghitung berat benda uji (W
3
= W
2
- W
1
).

Catatan :
Wadah sebelum digunakan harus dikalibrasi dengan cara berikut :
a. Mengisi wadah dengan air sampai penuh pada suhu kamar, sehingga pada
saat ditutup dengan pelat kaca tidak terlihat gelembung udara.
b. Menimbang dan mencatat berat wadah beserta air.
c. Menghitung berat air, dimana berat air tersebut sama dengan isi wadah.


g. Hasil percobaan
A. Berat isi lepas
Pemeriksaan
Percobaan
I II
Berat wadah, W
1
(kg) 14.2 14.2
Berat wadah + agregat, W
2
(kg) 27.4 27.3
Berat agregat, W
3
= W
2
- W
1
(kg) 13.2 13.1
Volume wadah, V (m
3
) 0.0091 0.0091
V
W
agregat isi Berat
3
=

(kg/m
3
) 1450.5 1439.6
Berat isi agregat, rata-rata (kg/m
3
) 1445.05

B.1 Berat isi padat : cara penusukan
Pemeriksaan
Percobaan
I II
Berat wadah, W
1
(kg) 14.2 14.2
Berat wadah + agregat, W
2
(kg) 29.6 29.8
Berat agregat, W
3
= W
2
- W
1
(kg) 15.4 15.6
Volume wadah, V (m
3
) 0.0091 0.0091
V
W
agregat isi Berat
3
=

(kg/m
3
) 1692.3 1714.3
Berat isi agregat, rata-rata (kg/m
3
) 1703.3

B.2 Berat isi padat : cara penggoyangan
Pemeriksaan
Percobaan
I II
Berat wadah, W
1
(kg) 14.2 14.2
Berat wadah + agregat, W
2
(kg) 28.6 28.7
Berat agregat, W
3
= W
2
- W
1
(kg) 14.4 14.5
Volume wadah, V (m
3
) 0.0091 0.0091
V
W
agregat isi Berat
3
=

(kg/m
3
) 1582.4 1593.4
Berat isi agregat, rata-rata (kg/m
3
) 1587.9

Hasil percobaan diperoleh :
- berat isi lepas sebesar 1445.05 kg/m
3

- berat isi padat dengan cara penusukan sebesar 1703.3 kg/m
3

- berat isi padat dengan cara penggoyangan sebesar 1587.9 kg/m
3



PEMERIKSAAN SPESI FI C GRAVI TY
a. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mencari density atau kerapatan dari agregat
kasar dalam keadaan kering udara. Kerapatan akan berhubungan dengan
kekuatan beton dimana makin besar kerapatan akan makin baik kekuatannya.
b. Acuan
c. Teori
Specific gravity ditentukan dengan rumus berikut :
air di ikil ker Berat udara di ikil ker Berat
udara di ikil ker Berat
gravity Specific

=



Satuan Specific Gravity kerikil adalah non-dimensi (tanpa satuan)
d. Peralatan
1. Density bucket, susunan kawat/jala ukuran 5 mm, diameter bucket 20 cm.
2. Timbangan, dengan ketelitian 0,1 kg.
3. Bak perendam.
4. Kuas dan sikat baja.

e. Benda Uji
Agregat kasar dengan diameter maksimum 40 mm sebanyak 2.500 gram.
f. Prosedur Percobaan
1. Menimbang berat bucket (A).
2. Memasukan kerikil yang kering udara kedalam density bucket sampai penuh
dan menimbang beratnya (B).
3. Merendam bucket dalam bak air selama kurang lebih 24 jam.
4. Mengeringkan dan membersihkan kerikil yang sudah direndam tersebut.
5. Memasukkan kembali kedalam density bucket, menimbang beratnya pada
accurate apparatus, dimana bucket ditimbang pada keadaan terendam air
didalam tabung silinder (C).
6. Ulangi percobaan diatas sebanyak 2 (dua) kali dengan sampel yang lain

g. Hasil Percobaan
Pemeriksaan Percobaan
I II
Berat bucket, A (kg) 0.621 0.562
Berat bucket + kerikil diudara, B (kg) 3.121 3.062
Berat bucket + kerikil dalam air, C (kg) 2.111 2.032
C B
A B
gravity Specific

=

2.475 2.427
Spesific grafity, rata-rata 2.451
h. Kesimpulan
Diperoleh hasil specific gravity sebesar 2.451 < 2,5. Hal ini terjadi karena
kurangnya penumbukan yang menyebabkan volume bucket tidak terisi secara
maksimal, sehingga menghasilkan nilai specifik gravity Yang lebih kecil dari
yang disyaratkan.



PEMBUATAN CAMPURAN BETON NORMAL
a. Maksud
Percobaan ini dimaksudkan untuk mendapatkan proporsi campuran yang dapat
menghasilkan mutu beton normal sesuai dengan rencana. Pembuatan campuran
beton normal ini, dapat digunakan sebagai salah satu acuan bagi para perencana
dan pelaksanadalam merencakan proporsi campuran beton normal.
b. Acuan
British standard department of engineering
SK.SNI.T-15-1990-03
c. Teori
Metode pencampuran dari beton diperlukan untuk mendapatkan kelecakan yang
baik sehingga beton dapat dengan mudah dikerjakan. Kemudahan pengerjaan
atau workability pada pekerjaan beton didefinisikan sebagai kemudahan untuk
dikerjakan, dituangkan dan dipadatkan serta dibentuk. Kemudahan pengerjaan
ini diindikasikan melalui slump test.
Metode pengadukan atau pencampuran beton akan menentukan sifat kekuatan
dari beton, walaupun rencana campuran baik dan syarat mutu bahan telah
dipenuhi. Pengadukan yang tidak baik akan menyebabkan terjadinya bleeding,
dan hal lain yang tidak dikehendaki.
d. Peralatan
1. Neraca
2. Sekop
3. Bak pengangkut
4. Mixer pengaduk
e. Benda uji
Proporsi campuran / mix design
f. Prosedur percobaan
Langkah-langkah pembuatan rencana beton normal dilakukan sebagai berikut :
1). Ambil kuat tekan beton yang disyaratkan, f
c
pada umur tertentu.
2). Hitung deviasi standar menurut ketentuan ayat 3.3.1 butir 1.
3). Hitung nilai tambah menurut ayat 3.3.1 butir 2.
4). Hitung kuat tekan beton rata-rata yang ditargetkan f
cr
menurut ayat 3.3.1 butir 3.
5). Tetapkan jenis semen.
6). Tentukan jenis agregat kasar dan agregat halus. Agregat ini dapat dalam
bentuk tak dipecahkan (pasir atau koral) atau dipecahkan.
7). Tentukan faktor air semen menurut ayat 3.3.2. Bila dipergunakan grafik.1atau 2
ikuti langkah-langkah berikut :
i. Tentukan nilai kuat tekan pada umur 28 hari dengan menggunakan Tabel-2,
sesuai dengan semen dan agregat yang dipakai.
ii. Lihat grafik.1 untuk benda uji berbentuk silinder atau grafik.2 untuk benda uji
berbentuk kubus.
iii. Tarik garis tegak lurus keatas melalui faktor air semen 0,5 sampai memotong
kurva kuat tekan yang ditentukan pada sub butir (ii) diatas.
iv. Tarik garis mendatar melalui nilai kuat tekan yang ditargetkan sampai
memotong kurva yang ditentukan pada sub butir (iii) diatas.
v. Tarik garis tegak lurus kebawah melalui titik potong tersebut untuk
mendapatkan faktor air semen yang diperlukan.
8). Tetapkan faktor air semen maksimum menurut ayat 3.3.2 butir 2 (dapat
ditetapkan sebelumnya atau tidak). Jika nilai faktor air semen yang diperoleh
dari (7) diatas lebih kecil dari yang dikehendaki, maka yang dipakai adalah nilai
yang terendah.
9). Tetapkan nilai slump.
10). Tetapkan ukuran agregat maksimum, jika tidak ditetapkan lihat ayat 3.4.2.
11). Tentukan nilai kadar air bebas menurut Tabel-6 ayat 3.2.5.
12). Hitung jumlah semen yaitu kadar air bebas dibagi faktor air semen.
13). Jumlah semen maksimum jika tidak ditetapkan, dapat diabaikan.
14). Tentukan jumlah semen semaksimum mungkin, jika tidak lihat ayat 3.2.2. Kadar
semen yang diperoleh dari perhitungan jika perlu disesuaikan.
15). Tentukan faktor air semen yang disesuaikan jika jumlah semen berubah karena
lebih kecil dari jumlah semen minimum yang ditetapkan (atau lebih besar dari
jumlah semen maksimum yang disyaratkan), maka faktor air semen harus
diperhitungkan kembali.
16). Tentukan susunan besar butir agregat halus (pasir), kalau sudah dikenal dan
dilakukan analisa ayakan menurut standar yang berlaku, maka kurva dari pasir
ini dapat dibandingkan dengan kurva-kurva yang tertera dalam grafik 3 s/d 6
dan grafik 7 s/d 9 untuk agregat kasar.
17). Tentukan prosentase pasir dengan menggunakan grafik 10 s/d 12. Dengan
diketahuinya ukuran butir agregat maksimum pada (10) dan nilai slump pada
(9), faktor air semen pada (15) dan daerah susunan butir pada (16), maka
jumlah prosentase pasir yang diperlukan dapat dibaca pada grafik. Jumlah ini
adalah jumlah seluruhnya dari pasir atau fraksi agregat yang lebih halus dari 5
mm. Dalam agregat kasar yang biasa dipakai di Indonesia seringkali dijumpai
bagian yang lebih halus dari 5 mm dalam jumlah yang lebih dari 5%. Dalam
hal ini, jumlah agregat halus yang diperlukan harus dikurangi.
18). Hitung berat jenis relatif agregat menurut ayat 3.2.6
19). Tentukan berat jenis beton menurut grafik 13 sesuai dengan kadar air bebas
yang sudah ditentukan dari Tabel-6 dan berat jenis relatif dari agregat gabungan
pada (18).
20). Hitung kadar agregat gabungan yang besarnya adalah berat jenis beton
dikurangi jumlah kadar semen dan kadar air bebas.
21). Hitung kadar agregat halus yang besarnya dalah hasil kali persentase pasir
pada (17) dengan agregat gabungan pada (20).
22). Hitung kadar agregat kasar yang besarnya adalah kadar agregat gabungan
pada (20) dikurangi kadar agregat halus pada (21).
Dari langkah-langkah tersebut diatas dari (1) s/d (22) sudah dapat diketahui
susunan campuran bahan-bahan untuk 1 m
3
beton.
23). Koreksi proporsi campuran menurut perhitungan pada ayat 3.3.8.
24). Buatlah campuran uji, ukur dan catatlah besar slump serta kekuatan tekan yang
sesungguhnya. Perhatikan hal berikut :
(i) Jika harga yang didapat sesuai dengan harga yang diharapkan, maka
susunan campuran beton tersebut dikatakan baik. Jika tidak, maka
campuran perlu dibetulkan.
(ii) Kalau nilai slumpnya ternyata terlalu tinggi / rendah, maka kadar air perlu
dikurangi / ditambah (demikian juga kadar semennya, karena faktor air
semen harus dijaga agar tetap tak berubah).
(iii) Jika kekuatan beton dari campuran uji ini terlalu tinggi atau rendah,
maka faktor air semen dapat atau harus ditambah atau dikurangi
sesuai dengan grafik 1 atau 2.

g. Hasil percobaan
NO. ITEM CALCULATION
1. Kuat tekan Karakteristik
Ditetapkan
cacat
20 MPa 28 hari
5 persen
2. Standart Deviation
Ditetapkan 5,6 MPa

3. Nilai Tambah (margin) (k=1,64) x 5,6 9,2 MPa
4. Target Kuat Tekan Rata-rata (20 +9,2) 29,2 MPa
5. Tipe Semen Ditetapkan Tipe 1
6.
Jenis Aggregate Kasar
Jenis Aggregate Halus
Ditetapkan
Ditetapkan
Cruched (Batu Pecah)
Natural (Alami)
7. Faktor air-semen bebas
Grafik 4.1 atau
Tabel 4.2
0,52
0,59
8. faktor air-semen maks Tabel 4.2 0,59 (pakai fas 0,55)
9. Slump
Tabel 4.5 7,5 15 cm (di ambil slump 10
cm)
10.
Max. Aggregate Size
Ditetapkan 40 mm
11. Jumlah Air Bebas Tabel 4.6 219 kg/m
3
12. Jumlah Semen Ditetapkan 300 kg/m
3

13. Jumlah semen maksimum 11 : 8 atau 7 398,2 kg/m
3
14. Jumlah semen minimum Tabel 4.8
280 kg/m
3
(dipakai bila lebih besar
dari 12, lalu hitung 15)
15. Penyesuaian jumlah air atau f.a.s Tetap
16. Golongan pasir Ditetapkan Daerah Gradasi No 3
17. Sand Aggregate. Rasio Grafik 4.3 s/d 30 %
Grafik 4.5
18.
Spesifik Grafity Agg. Halus SSD 2,57
Spesifik Grafity Agg. Kasar SSD 2,66
Berat Jenis Camp.
(30% x 2,57 +
70% x 2,66)
2,63
19.
Density Beton
Grafik 4.6 2350 kg/m
3

20. Total Berat Agg. Halus (2350- 300 -219) 1831 kg/m
3

21. Jumlah Agregat Halus (30 % x 1831) 549,3 kg/m
3

22. Jumlah Agregat Kasar (1831 - 549,3) 1281,7 kg/m
3

Total Semen (kg) Air ( ltr) Pasir (kg) Krikil (kg)
Per m
3
2350 kg 300 219 549,3 1281,7
Per 1 adukan 23.50 kg 30,0 21,9 54,93 128,17

h. Contoh perhitungan
1. Kuat tekan beton yang disyaratkan = 20 Mpa pada 28 hari (ditetapkan).
2. Standart Deviation (S) =5.6 MPa. Nilai 5.6 diambil dari tingkat pengendalian
mutu cukup
3. Nilai tambah (M) = 9.2 MPa. Nilai 9.2 diambil karena tidak mempunyai
pengalaman ( kurang dari 15 benda uji)
4. Kekuatan rata-rata yang ditargetkan
fc = fc + M
= 20 + 9.2
= 29,2 MPa

5. Tipe Semen digunakan jenis semen tipe 1 (semen biasa)
6. Jenis agregat kasar adalah kerikil batu pecah
Jenis agregat halus adalah pasir alami
7. Faktor air semen bebas = 0,52
8. Faktor air semen maksimum = 0,59
Nilai FAS yang dipakai = 0.55
9. Nilai slump ditetapkan 10 cm (100 mm)
10. Max. Aggregate Size (kerikil) = 40 mm
1. Kadar air bebas
Dari tabel 4.6 didapat A=190 liter
2. Jumlah semen ditetapkan = 300 kg/m
3

3. Jumlah semen maksimum = jumlah air bebas : fas = 219 : 0,55 = 398,2kg/m
3

4. Jumlah semen minimum ditetapkan 280 kg/m
3

5. Faktor air semen yang disesuaikan tidak ada karena tidak mengubah jumlah
kebutuhan semen
6. Golongan pasir masuk golongan 3
7. Sand Aggregate. Rasio didapat 30 %
8. Berat jenis relatif agregat campuran 2,63
9. Density Beton didapat 2350 kg/m
3

10. Total Berat Agg. Halus
= (2350- 300 -219) = 1831 kg/m
3

11. Jumlah Agregat Halus
= (30 % x 1831) = 549,3 kg/m
3

12. Jumlah Agregat Kasar
= (1831 - 549,3)
= 1281,7 kg/m
3


i. Kesimpulan
Untuk 1 m
3
Beton (berat betonnya 2350 kg) dibutuhkan :
a. Air = 219 liter
b. Semen = 300 kg
c. Pasir = 549,3 kg
d. Krikil = 1281,7 kg
Untuk 1 adukan ( 15 benda uji silinder dan 1 benda uji balok) dibutuhkan
a. Berat beton = 23,50 kg
b. Air = 2,19 liter
c. Semen = 3,00 kg
d. Pasir = 54,93 kg
e. Krikil = 128,17 kg
Keterangan benda uji :
Benda uji silinder dengan d = 15 cm dan t = 30 cm
Volume benda uji silinder = x r
2
x t
= 3,14 x 7,5
2
x 30
= 5298,75 x 15 buah silinder
= 79481,25 cm
3

= 0,07948125 m
3
Benda uji balok dengan P = 50 cm, L = 15 cm dan t = 15 cm
Volume benda uji balok = P x L x t
= 50 x 15 x 15
= 11250 cm
3

= 0,01125 m
3

Volume total = 0,07948125 + 0,01125
= 0,09073125 m
3

Angka keamanan = 1,1
= 0,09073125 x 1,1
= 0,1 m
3
















PEMERIKSAAN SLUMP BETON
a. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk memantau homogenitas dan workability adukan
beton segar, baik dilapangan maupun di laboratorium, dengan suatu kekentalan
tertentu yang dinyatakan dengan nilai slump.
b. Acuan
SNI 1972-2008 : Cara Uji Slump Beton
SNI 03-2458-1991 : Metode Pengambilan Contoh Untuk Beton Segar
c. Teori
Slump beton didefinisikan sebagai penurunan ketinggian pada pusat permukaan atas
beton yang diukur segera setelah cetakan uji slump diangkat, atau dapat dinyatakan
sebagai berikut :
Nilai slump = tinggi cetakan tinggi rata-rata benda uji.
Nilai slump yang baik harus berada diantara 50 sampai 150 mm, tergantung
penggunaan adukan beton tersebut pada konstruksi. Dalam kondisi dilaboratorium,
dengan material beton yang terkendali secara ketat, nilai slump umumnya meningkat
sebanding dengan nilai kadar air campuran beton, dengan demikian berbanding
terbalik dengan kekuatan beton. Tetapi dalam pelaksanaan dilapangan banyak faktor
yang berpengaruh terhadap perubahan adukan beton pada pencapaian nilai slump
yang ditentukan, sehingga nilai slump yang diperoleh dilapangan tidak sesuai dengan
kekuatan beton yang diharapkan. Keruntuhan beton pada saat pengujian slump dapat
terjadi karena adukan beton kurang plastis (terlalu encer) atau kurang kohesif.

d. Peralatan
1. Cetakan berupa kerucut pancung dengan diameter cetakan bagian bawah 203
mm, bagian atas 102 mm dan tinggi 305 mm, dilengkapi injakan dan pegangan
pada masing-masing sisinya (lihat Gambar-1).
2. Tongkat pemadat dari baja dengan diameter 16 mm, panjang 600 mm, ujung
dibulatkan dengan diameter 16 mm.
3. Pelat logam dengan permukaan yang kokoh, rata dan kedap air.
4. Sendok cekung.

e. Benda Uji
Adukan beton segar.
f. Prosedur Percobaan
1. Membasahi cetakan dan plat dengan kain basah
2. Meletakkan cetakan diatas plat.
3. Mengisi cetakan sampai penuh dengan beton muda dalam 3 lapis, tiap lapis kira-
kira berisi 1/3 isi cetakan. Memadatkan setiap lapis dengan tongkat pemadat
sebanyak 25 tusukan secara merata. Pada pemadatan, tongkat harus tepat sampai
lapisan bagian bawah tiap-tiap lapisan. Pada lapisan pertama penusukan bagian
tepi tongkat dimiringkan sesuai dengan kemiringan cetakan.
4. Segera setelah pemadatan, meratakan permukaan benda uji dengan tongkat,
menunggu selama menit, dan dalam jangka waktu ini semua benda uji yang
jatuh di sekitar cetakan harus disingkirkan.


5. Mengangkat cetakan perlahan-lahan tegak lurus keatas dalam waktu 52 detik
tanpa ada gerakan lateral atau torsional. Selesaikan seluruh pekerjaan pengujian
mulai dariawal pengisian sampai cetakan diangkat tanpa gangguan, dalam waktu
tidak lebih dari 2,5 menit.
6. Setelah beton menunjukkan penuruan pada permukaan, ukur segera slump
dengan mengukur perbedaan vertikal antara bagian atas cetakan dengan bagian
atas permukaan beton yang telah mengalami penuruan. Jika terjadi keruntuhan
geser beton pada satu sisi atau sebagian massa beton, abaikan pengujian tersebut
dan buat pengujian baru dengan porsi lain dari contoh benda uji.
7. Ulangi percobaan tersebut sebanyak dua kali untuk mendapatkan pengukuran
slump yang akurat. Catat nilai slump dalam satuan mm hingga ketelitian 5 mm.
g. Hasil Percobaan

Nilai slump beton adalah 118 mm sehingga adukan beton diatas cukup baik.

Benda uji
Tinggi Cetakan
(mm)
Tinggi permukaan beton segar
saat cetakan diangkat
(mm)
Nilai slump
(mm)
I 300 184 116
II 300 180 120
Tinggi slump, rata-rata 118
PEMERIKSAAN BERAT ISI BETON
a. Maksud
Pemeriksaan ini di maksudkan untuk menentukan berat isi beton dan banyaknya
beton persak semen. Berat isi beton adalah berat beton persatuan isi.
b. Acuan
SNI 03-1973-1990 : Metode pengujian berat isi beton
SNI 03-2458-1991 : Metode Pengambilan Contoh Untuk Beton Segar
c. Teori
Berat isi beton segar, ditentukan dengan rumus berikut :
D =
V
W

dimana : W = berat benda uji, yakni selisih berat antara W
2
-W
1
(kg)
W
1
= berat takaran (kg)
W
2
= berat takaran beserta beton segar (kg)
V = isi takaran (liter)
d. Peralatan
1. Timbangan dengan ketelitian 0,3 % dari berat contoh.
2. Tongkat pemadat dengan diameter 16mm, panjang 60 cm, ujung dibulatkan dan
sebaiknya dibuat dari baja tahan karat.
3. Alat perata.
4. Takaran dengan kapasitas dan penggunaan sebagai berikut :
a. Kapasitas 6 liter, ukuran maksimum agregat kasar 25 mm.
b. Kapasitas 10 liter, ukuran maksimum agregat kasar 37,5 mm
c. Kapasitas 14 liter, ukuran maksimum agregat kasar 50 mm.
d. Kapasitas 28 liter, ukuran maksimum agregat kasar 75 mm.

e. Benda Uji
Adukan beton segar sebanyak dengan kapasitas takaran (sesuai ukuran maksimum
agregat kasar).
f. Prosedur Percobaan
1. Timbang takaran (misal W
1
)
2. Mengisi takaran dengan adukan beton segar secara berlapis sebanyak 3 (tiga)
lapis.
3. Memadatkan tiap-tiap lapis dengan 25 kali tusukan secara merata. Pada
pemadatan lapis pertama, tongkat tidak boleh mengenai dasar takaran. Sedangkan
pada lapisan kedua dan ketiga tongkat boleh sampai kira-kira 2,5 cm di bawah
lapisan sebelumnya.
4. Setelah selasai pemadatan, kemudian mengetuk sisi takaran perlahan-lahan
sampai tidak nampak gelembung-gelembung udara pada permukaan, serta rongga
bekas tusukan tertutup.
5. Ratakan permukaan benda uji dan tentukan beratnya.
6. Timbang berat beton segar beserta takarannya (misal W
2
)

g. Hasil percobaan
Pemeriksaan Parameter
Berat cetakan + Benda uji (kg) 10.50
Berat cetakan (kg ) 4
Berat benda uji segar (kg) 6.5
Isi cetakan (liter) 2.65
Berat isi beton (kg/liter) 2.45

dimana : Isi takaran, V =
4
1
x x d
2
x t
=
4
1
x 3,14 x ( 15)
2
x 15
= 2649.37 cm
3

= 2.65 liter

Berat Isi Beton, D =
V
W
=
65 , 2
5 . 6
= 2.45 kg/liter

h. Kesimpulan
Dari percobaan diatas didapat berat isi beton sebesar 2,450 kg/liter atau 2.450 kg/m
3
,
jadi memenuhi syarat karena berat isi beton segar antara 2200 2500 kg/m
3
. Berat isi
beton segar lebih besar dari pada berat isi beton kering.
PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON
a. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kekuatan tekan beton berbentuk
silinder yang dibuat dan dimatangkan (curing) di laboratorium. Kekuatan tekan
beton adalah beban per satuan luas yang menyebabkan beton hancur.
b. Acuan
SNI 03-1974-1990 : Metode pengujian kuat tekan beton
c. Teori
Kekuatan tekan beton dihitung dengna rumus sebagai berikut :
Kuat tekan = P/A (kg/cm
2
)
dimana : P = beban maksimum (kg)
A = luas penampang benda uji (cm
2
).
d. Peralatan
1. Cetakan silinder, diameter 15 cm, tinggi 30 cm.
2. Tongkat pemadat, diameter 16 mm, panjang 16 cm dengan ujung dibulatkan
yang sebaiknya dibuat dari baja yang tahan karat.
3. Bak pengaduk beton kedap air atau mesin pengaduk.
4. Timbangan dengan ketelitian 0,3% dari berat contoh.
5. Mesin tekan, kapasitas sesuai dengan kebutuhan.
6. Peralatan tambahan : ember, sekop, sendok perata dan talam
7. Satu set alat pemeriksa slump.
8. Satu set alat pemeriksa berat isi beton.

e. Benda Uji
Pembuatan dan pematangan benda uji
- Pengadukan
Memasukkan semen dan agregat halus kedalam bak pengaduk, kemudian
mengaduk dengan sekop sampai rata. Memasukkan agregat kasar dan
mengaduk sampai rata, meneruskan pengadukan sambil menambahkan air
sedikit demi sedikit. Setelah memasukkan air pencampur semua kedalam bak
pengaduk, meeruskan pengadukan sampai merata.
- Menentukan slump menurut cara pemeriksaan PC-0101-76. Apabila slump
yang didapat tidak sesuai dengan yang dikehendaki, mengulang pekerjaan
pengadukan dengan menambah dan mengurangi agregat sampai mendapatkan
slump yang dikehendaki. Kemudian menentukan berat isi menurut cara
pemeriksaan PC-0102-76.
- Mengisi cetakan dengan adukan beton dalam tiga lapis, memadatkan tiap tiap
lapisan 25 kali tusukan secara merata, tongkat pemadat tidak boleh mengenai
dasar cetakan. Pada saat melakukan pemadatan lapisan kedua dan ketiga,
tongkat boleh masik kira-kira 25,4 mm kedalam lapisan bawahnya. Setelah
selesai melakukan pemadatan, mengetuk sisi cetakan perlahan-lahan sampai
ronggga bekas tusukan tertutup. Meratakan permukaan beton dan menutup
segera dengan bahan yang kedap dan tahan karat. Kemudian membiarkan
beton dalam cetakan selama 24 jam dam meletakkan pada tempat yang bebas
dari getaran.
- Setelah 24 jam, membuka cetakan dan mengeluarkan benda uji.
- Merendam benda uji dalam bak peredam berisi air yang telah memenuhi
persyaratan pematangan (curing) selama waktu yang ditentukan.

Persiapan pengujian
- Mengambil benda uji yang akan ditentukan kekuatan tekannya dari bak
peredam, kemudian membersihkan dari kotoran yang menempel dari kain
lembab.
- Menentukan berat dan ukuran benda uji.
- Melapis (capping) permukaan atas dan permukaan bawah benda uji dengan
mortar belerang di dalam pot peleleh (melting pot) sampai suhu kira-kira
130
o
C. menuang belerang cair kedalam cetakan pelapis (capping plat) yang
dinding dalamnya telah dilapisi tipis dengan gemuk. Kemudian meletakkan
tegak lurus pada cetakan pelapis sampai mortar belerang cair menjadi keras.
Dengnan cara yang sama melakukan pelapisan pada permukaan lainnya.
- Bend auji siap untuk diuji tekan.

f. Prosedur Percobaan
1. Meletakkan benda uji pada mesin tekan secara sentries.
2. Menjalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan berkisar
antara 2 4 kg/cm
2
per detik.
3. Melakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan mencatat
beban maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji.
4. Menggambar bentuk pecahan dan mencatat keadaan benda uji.

g. Hasil Pengujian


Benda uji
Berat
(kg)
Tinggi
(mm)
Luas
(mm
2
)
Berat isi
(kg/cm
3
)
Umur
perawatan
(hari)
Dial
beban
(kN)
Beban
maks
(N)
Kuat tekan
umur,d hari
(MPa)
Kuat tekan
rata-rata,
umur 28 hari
(MPa)
1-A 12 300 17662.5 0.00226 7 340 340000 19.25
19.35 2-A 12.2 300 17662.5 0.00230 7 350 350000 19.82
3-A 12 300 17662.5 0.00226 7 335 335000 18.97
1-B 11.5 300 17662.5 0.00217 14 320 320000 18.12
21.52 2-B 12 300 17662.5 0.00226 14 450 450000 25.48
3-B 12.2 300 17662.5 0.00230 14 370 370000 20.95
1-C 11.9 300 17662.5 0.00225 21 425 425000 24.06
22.74 2-C 11.7 300 17662.5 0.00221 21 380 380000 21.51
3-C 12 300 17662.5 0.00226 21 400 400000 22.65
1-D 11.2 300 17662.5 0.00211 28 465 465000 26.33
27.08 2-D 12 300 17662.5 0.00226 28 470 470000 26.61
3-D 12.2 300 17662.5 0.00230 28 500 500000 28.31
Gambarkan hubungan antara kuat tekan dan umur perawatan beton, seperti berikut :



Contoh perhitungan :
Misal untuk beton umur 14 hari (nomor benda uji 1-B)
Luas rata-rata =
2
4 / 1 d t =
2
15 14 . 3 4 / 1 = 17662.5 mm
2

Volume = t d
2
4 / 1 t = 30 15 14 . 3 4 / 1
2
= 5298.75 cm
3

Berat isi = volume berat / = 12 / 5298.75= 0.00226 kg/cm
3
= 2.260 kg/m
3

Beban maksimum = pembacaan pada dial reading (saat beton hancur)
= 340 kN
= 340.000 N
Kuat tekan umur 14 hari = beban maks / luas
= 5 . 17662 / 340000
= 19.25 N/mm
2

= 19.25 MPa





0
5
10
15
20
25
30
7 14 21 28
k
u
a
t

t
e
k
a
n

b
e
t
o
n

(
M
P
a
)


umur perawatan beton (hari)

PENGUJIAN KUAT TARIK BELAH BETON
a. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kekuatan tarik belah beton
dengan benda uji silinder diameter 15 cm x 30 cm
b. Acuan
SNI 2491-2002 : Metode pengujian kuat tarik belah beton
c. Teori
Kuat tarik belah beton dapat dihitung dengan rumus berikut :

L D
P
f
t

2
t
=

dimana P = beban pengujian saat silinder hancur terbelah (kg)
D = diameter benda uji (cm)
L = panjang benda uji (cm)

Kekuatan tarik beton nilainya berkisar antara 10 sampai 20% dari kuat tekan
beton
d. Peralatan
1. Mesin uji tekan, dilengkapi pelat penekan dengan permukaan rata dengan
panjang melebihi ukuran benda ujidan lebar tidak kurang dari 50 mm
2. Alat bantu penandaan beban dan penempatan benda uji
3. Alat peata beban
4. Bantalan baja dengan lebar 25 cm, panjang 30 cm sebanyak dua buah.
e. Benda Uji
Silinder beton dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.
f. Prosedur Percobaan
1. Ambil benda uji dari tempat perawatan, bungkus dengan kain basah dan
bersihkan.
2. Catat identitas benda uji ; berat, diameter, panjang, tanggal pengujian.
3. Silinder beton diberi tanda garis sepanjang diameter pada kedua ujungnya.
Garis ini harus tepat pada bidang yang sama.
4. Pasang lapisan perata beban, letakkan benda uji diantara kedua blok baja
pada mesin uji tekan
5. Lakukan penekanan dengan menjalankan mesin uji tekan dengan
penambahan konstan sampai beban maksimum, catat hasil dan gambar pola
keremukannya.





g. Hasil Pengujian
Hasil pengujian tarik beton dilaporkan dalam form sampai dua desimal, seperti
tabel berikut :
Benda
uji
Tanggal
pengujian
Berat
(kg)
Diameter
(mm)
Panjang,
(mm)
Luas
(mm
2
)
Dial
beban
(KN)
Beban
maks
( N )
Kuat tarik
belah
beton
( MPa )
Kuat tarik,
rata-rata
(MPa)
A 07-01-09 12.5 150 300 17662.5 180 180000 2.55
2.33
B 07-01-09 11.8 150 300 17662.5 155 155000 2.19
C 07-01-09 12.6 150 300 17662.5 160 160000 2.26

Contoh perhitungan :
Benda uji -A
Luas rata-rata =
2
4 / 1 d t
=
2
15 14 . 3 4 / 1
= 17662.5 mm
2

Volume = t d
2
4 / 1 t
= 30 15 14 . 3 4 / 1
2

= 5298.75 cm
3


Beban maksimum = dial reading = 160 kN = 160.000 N

Kuat Tarik Beton,
DL
P
f
t
t
2
=
=
300 150 14 . 3
160000 2
x x
x

= 2.26 N/mm
2
= 2.26 MPa
h. Kesimpulan
Kekutan tarik belah beton diperoleh sebesar 2,33 MPa berada antara 10 % - 20 %
dari kekuatan tekannya, yakni antara 2 MPa sampai 4 Mpa (dimana kuat tekan
beton 20 MPa diperoleh dari pemeriksaan kekuatan tekan beton).
PENGUJIAN KUAT LENTUR BETON
a. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kuat lentur dan modulus of
rupture (MOR) beton
b. Acuan
SNI 03-4431-1990 : Metode pengujian kuat lentur normal dengan dua titik
pembebanan
c. Teori
Kekuatan lentur beton dengan pembebanan dua titik, dapat dihitung dengan
rumus berikut :
2
1

bd
PL
= o
dimana : P = beban pengujian saat balok mulai retak (kg)
L = panjang balok ( 60 cm)
b = lebar balok (15 cm)
d = tinggi balok (15 cm)

Sedangkan modulus of rupture (MOR) beton dihitung dengan rumus yang sama,
tetapi pada kondisi balok sudah runtuh, ditandai dengan beban P tidak dapat
bertambah lagi sedangkan deformasi terus bertambah.
Kekuatan lentur beton memiliki nilai antara 0,5
' fc
sampai 0,6
' fc
Mpa,
sedangkan nilai modulus of rupture (MOR) beton berkisar sebesar 0.62
' fc
MPa.
d. Peralatan
1. Mesin uji tekan,
2. Cetakan balok uji, dimensi (15 x 15 x 60) cm
3. Timbangan, kapasitas 50 kgl
4. Alat ukur panjang minimum 1 meter dan jangka sorong 50 cm
e. Benda Uji
Balok beton dengan dimensi (15 x 15 x 60) cm.
f. Jalan Percobaan
Pembuatan Benda Uji
1. Isi cetakan balok dengan adukan beton dalam 3 lapis, setiap lapis berisi
sepertiga isi cetakan.
2. Padatkan adukan beton tiap lapis sampai rata dengan tongkat pemadat.
Usahakan tiap melakukan pemadatan jangan sampai menyentuh dasar
cetakan.
3. Ratakan permukaan cetakan yang telah diisi beton dengan mistar perata.
4. Biarkan beton dalam cetakan selama 24 jam dan tempatkan cetakan jauh dari
getaran.
5. Setelah 24 jam buka cetakan benda uji, kemudian rendam benda uji tersebut
ke dalam bak yang berisi air sampai umur 28 hari.

Pengujian Lentur
1. Ambil benda uji dari dalam bak air, kemudian keringkan dengan
menggunakan lap.
2. Letakkan benda uji pada dua tumpuan, dimana jarak kedua tumpuan
maksimum 0.8 dari panjang balok (atau jarak antar titik beban sebesar 30
cm)
3. Letakkan beban ditengah-tengah bentang penyangga, kemudian mesin
dijalankan sampai balok patah, ditandai mula-mula dengan retak pertama kali
pada bagian sisi bawah di tengah balok uji.
4. Catatlah beban maksimum yang terjadi.

g. Hasil Pengujian

Hasil pengujian lentur balok beton dilaporkan dalam form sampai dua desimal,
seperti tabel berikut :

Benda
Uji
Lebar,b
(cm)
tinggi
(cm)
Panjang,
L
(cm)
y
=
1/2.d
(cm)
Inersia, I
(cm
4
)

Beban,
P
(kg)
Momen,
M
(kg-cm)
Kuat
lentur,
1

(kg/cm
2
)
Modulus
runtuh, f
t

(kg/cm
2
)
I 15 15 60 7.5 4218,75 2615 39225 69.73 69.73

Contoh perhitungan :

Reaksi perletakan =
2
P
= 1307.5 kg
Momen = Ra x jarak = 1307.5 x 30 = 39225 kgcm
Kuat lentur =
2
1
. 4
. 6
h b
L P
= o
=
2
15 15 4
60 2615 6
x x
x x
= 69.73 kg/cm
2

Modulus keruntuhan =
I
y M.

=
75 , 4218
5 . 7 39225 x
= 69.73 kg/cm
2




PENGUJIAN MODULUS ELASTISITAS BETON
a. Maksud
Pengujian ini dimaksudkan untuk memperoleh nilai modulus elastisitas untuk
keperluan perencanaan struktur beton. Modulus elastisitas beton menjelaskan
riwayat pemberian tegangan dan regangan pada silinder beton sampai kondisi
hancur.
b. Acuan
SNI 03-4169-1996 : Metode pengujian modulus elastisitas dan rasio poison
dengan kompresor ekstensometer.
c. Teori
Modulus elastisitas beton dapat ditentukan dengan berbagai metode, antara lain ;
Metode sekan modulus; dimana nilai modulus elastis dihitung dari perbandingan
tegangan dan regangan beton pada kekuatan beton mencapai 40% dari kekuatan
hancurnya.
Metode tangen modulus ; dimana nilai modulus ditentukan dengan menghitung
kemiringan kurva hubungan tegangan-regangan beton pada pengujian kuat tekan
beton, minimal sebesar 10% selisih kenaikan tegangan-regangan beton
Perhitungan modulus elastis beton dapat dilakukan dengan memakai rumus
berikut ;

c
o
= E (dalam satuan kg/cm
2
)
dimana
A
P
= o = tegangan beton yang terjadi (kg/cm
2
)
P = beban yang terjadi saat beton mencapai kekuatan 50% nya (kg)
A = luasan penampang silinder

o
L
L A
= c
= regangan beton (mm/mm)
L = deformasi perpendekan beton saat beban 50% nya (mm)
L = tinggi beton mula-mula yang diukur = 200 mm
d. Peralatan
1. Mesin uji tekan, kapasitas 200 ton dengan ketelitian sampai 10 kg
2. Cetakan silinder dia 15x 30 cm
3. Timbangan dan alat pengukur panjang
4. Satu set extensometer ; dilengkapi dial gauge sampai ketelitian 0,1 m
e. Benda Uji
Silinder beton 15x30 cm sebanyak 3 buah
f. Prosedur Percobaan
1. Timbang berat dan ukur panjang serta diameter benda uji
2. Pasang alat extensometer pada benda uji yang berbentuk silinder,
pemasangan dilakukan pada jarak masing-masing 50 mm dari sisi atas dan
bawah silinder beton, ukur panjang jarak antara jarum extensometer. (disebut
sebagai panjang mula-mula, L
o
)
3. Pasang dan atur dial gauge pada alat extensometer sehingga menunjukkan
angka nol.
4. Benda uji dipasang pada mesin uji tekan secara simetris. Jalankan mesin uji
tekan dengan kecepatan beban yang konstan sampai mencapai 60% beban
maksimum (saat benda uji hancur), diperoleh saat pengujian kuat tekan beton.
5. Dilakukan pembacaan dial gauge pada alat extensiometer setiap penambahan
beban dengan interval 25 kN
6. Ulangi percobaan diatas untuk dua benda uji yang lainnya.

g. Perhitungan

Nomor benda uji : I
Diameter benda uji : D= 150 mm
Panjang benda uji mula-mula : L = 200 mm
Luas benda uji : A = 176,6 cm
2


Beban, P
( x 1000 kg )
Dial gauge
(x 0,001 mm)
Deformasi, L
( mm )
Tegangan,
( kg/cm
2
)
Regangan,
( mm/mm )
0 0 0 0.0 0.0000
2.5 25 0.025 14.2 0.0001
5 45 0.045 28.3 0.0002
7.5 75 0.075 42.5 0.0004
10 90 0.09 56.6 0.0005
12.5 105 0.105 70.8 0.0005
15 120 0.12 84.9 0.0006
17.5 135 0.135 99.1 0.0007
20 155 0.155 113.3 0.0008
22.5 180 0.18 127.4 0.0009
25 200 0.2 141.6 0.0010
27.5
30
30.5

Nilai modulus elastisitas beton menurut SNI untuk pemakaian perhitungan
struktur sebesar E
c
= 4700 ' fc MPa. Nilai regangan ultimit pada saat hancurnya
beton sebesar
c
= 0.003

Modulus elastis beton dihitung sebagai berikut
E
c
=
40%
/
40%


2
/ 625 . 141
0008 . 0
3 , 113
cm kg E
c
= =
Rata-rata nilai modulus elastisitas

n
E E E
n
c
E
c
E
3 2 1
+ +
= =





Gambarkan kurva hubungan tegangan dan regangan beton, seperti berikut :


Grafik tegangan-regangan benda uji I



0
50
100
150
200
250
300
0
.
0
0
.
5
1
.
0
1
.
5
2
.
0
2
.
5
3
.
0
3
.
5
t
e
g
a
n
g
a
n

(
k
g
/
c
m
2
)

regangan x 1000 mm/mm
Kurva tegangan-regangan beton

Vous aimerez peut-être aussi