Vous êtes sur la page 1sur 21

oleh: kelompok 6 Dewi Ayu Rahayu Mahendra Pandu M.

Nuril Fuad Monica Sheila Iman Firmansya Rizka Annisa Hanif 072310101053 082310101032 082310101046 082310101054 082310101065 082310101067

Diare akut adalah buang air besar lembek atau bahkan

dapat berupa air saja, dengan atau tanpa darah dan lendir, dengan frekuensi tiga kali atau lebih sering dari biasanya dalam 24 jam, dan berlangsung kurang dari 14 hari.

Pada tahun 1999 angka kesakitan diare sebesar 25,63

per 1000 penduduk menurun menjadi 22,69 per 1000 penduduk pada tahun 2000 dan 12,00 per 1000 penduduk pada tahun 2001. Sedangkan berdasarkan profil kesehatan Indonesia 2003, penyakit diare menempati urutan kelima dari 10 penyakit utama pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit dan menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di Rumah Sakit. Berdasarkan data tahun 2003 terlihat frekuensi kejadian luar biasa (KLB) penyakit diare sebanyak 92 kasus dengan 3865 orang penderita, 113 orang meninggal, dan Case Fatality Rate(CFR) 2,92%.7 Kasus diare akut yang ditangani di praktek sehari-hari berkisar 20% dari total kunjungan untuk usia di bawah 2 tahun dan 10% untuk usia di bawah 3 tahun.

a)Faktor infeksi 1) Infeksi enteral: infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama, yaitu: infeksi bakteri, infeksi virus, infestasi parasit. 2) Infeksi paraenteral: infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan seperti Otitis media akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopnemonie, Enchepalitis dan sebagainya b) Faktor Malabsopsi: Malabsobsi karbohidrat, Malabsobsi lemak, Malabsobsi protein c)Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan. d)Faktor Psikologis : rasa takut dan cemas

Gangguan Osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu ( misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Gangguan motilitas usus Hiperperistaltik akan mengakibatkan kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulakan diare pula.

Virus

Merusak vili usus halus sehingga mengurangi luas permukaan usus halus dan mempengaruhi mekanisme enzimatik sehingga terhambatnya perkembangan normal vili enterocytes dari usus kecil dan perubahan dalam struktur dan fungsi epitel. Hal ini menyebabkan malabsorbsi dan motilitas abnormal dari usus selama infeksi rotavirus

Bakteri non invasive (vibrio cholera, E.coli patogen)

Masuk dan dapat melekat pada usus, berkembang baik disitu, dan kemudian akan mengeluarkan enzim mucinase (mencairkan lapisan lendir), kemudian bakteri akan masuk ke membran, dan mengeluarkan sub unit A dan B, lalu mengeluarkan cAMP yang akan merangsang sekresi cairan usus dan menghambat absorpsi tanpa menimbulkan kerusakan sel epitel. Tekanan usus akan meningkat, dinding usus teregang, kemudian terjadilah diare.

Bakteri invasive (salmonella spp, shigella sp, E.coli

invasive, campylobacter) Mengakibatkan ulserasi mukosa dan pembentukan abses yang diikuti oleh respon inflamasi. Toksin bakteri dapat mempengaruhi proses selular baik di dalam usus maupun di dalam usus. Enterotoksin Escherichia coli yang tahan panas akan mengaktifkan adenilat siklase, sedangkan toksin yang tidak tahan panas mengaktifkan guanilat siklase. E.coli enterohemoragik dan Shigella menghasilkan verotoksin yang menyebabkan kelainan sistemik seperti kejang dan sindrom hemolitik uremik.

Kehilangan air (dehidrasi)

Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik

asidosis) Hipoglikemia Gangguan gizi Gangguan sirkulasi

Dehidrasi isotonik

Merupakan dehidrasi yang sering terjadi karena diare. Hal ini terjadi bila kehilangan air dan natrium dalam proporsi yang sama dengan keadaan normal dan ditemui dalam cairan ekstraseluler. Dehidrasi Hipertonik Beberapa anak yang diare, terutama bayi sering menderita dehidrasi hipernatremik. Pada keadaan ini didapatkan kekurangan cairan dan kelebihan natrium. Bila dibandingkan dengan proporsi yang biasa ditemukan dalam cairan ekstraseluler dan darah. Ini biasanya akibat dari pemasukan cairan hipertonik pada saat diare yang tidak di absopsi secara efisien dan pemasukan air yang tidak cukup. Dehidrasi Hipotonik Klien dengan diare yang minum air dalam jumlah besar atau yang mendapat infus 5 % glukosa dalam air, mungkin bisa menderita hiponatremik. Hal ini terjadi karena air diabsopsi dari usus sementara kehilangan garam (NaCl) tetap berlangsung dan menyebabkan kekurangan natrium dan kelebihan air.

Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau

hipertonik). Renjatan hipovolemik. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada elektrokardiogram). Hipoglikemi Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa usus halus. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan.

Rehidrasi

1)Rencana Terapi A: Diare Tanpa Dehidrasi Terapi dilakukan di rumah.


Berikan lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah

dehidrasi

Berikan tablet Zinc. Beri oralit dirumah apabila: setelah mendapat Rencana Terapi B

atau C, tidak dapat kembali ke petugas kesehatan bila diare memburuk

2)Rencana Terapi B : Diare Dengan Dehidrasi Tidak Berat Pada dehidrasi tidak berat, cairan rehidrasi oral diberikan dengan pemantauan yang dilakukan selama 4-6 jam. Ukur jumlah rehidrasi oral yang akan diberikan selama 4 jam pertama. 3)Rencana Terapi C : Diare Dengan Dehidrasi Berat

Dukungan nutrisi

Makanan tetap diberikan sama pada waktu kondisi sehat sebagai pengganti nutrisi yang hilang. Suplementasi Zinc Zinc mempunyai efek pada fungsi kekebalan saluran cerna dan berpengaruh pada fungsi dan struktur saluran cerna serta mempercepat proses penyembuhan epitel selama diare. Antibiotik selektif Antibiotik tidak diberikan pada kasus diare cair akut, kecuali dengan indikasi yaitu pada diare berdarah dan kolera. Edukasi klien Sarankan untuk memeriksakan segera jika ada demam, tinja berdarah, muntah berulang, makan / minum sedikit, sangat haus, diare semakin sering, atau belum membaik dalam tiga hari.

Kurangnya volume cairan berhubungan dengan seringnya

buang air besardan encer Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan seringnya buang airbesar Risiko infeksi pada orang berhubungan dengan terinfeksi kuman diare ataukurangnya pengetahuan tentang pencegahan penyebaran penyakit Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan denganmenurunnya intake (pemasukan) dan menurunnya absorbsi makanan dancairan Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan perawatan anak Cemas dan takut pada anak/klien berhubungan dengan hospitalisasi dan kondisi sakit

Kaji status hidrasi,; ubun-ubun, mata, turgor kulit dan

membran mukosa Kaji pengeluaran urine; gravitasi urine atau berat jenis urine (1.005-1.020) atau sesuai dengan usia pengeluaran urine 1-2 ml/kg per jam Kaji pemasukan dan pengeluaran cairan Monitor tanda-tanda vital Pemeriksaan laboratorium sesuai program; elektrolit, Ht, pH, dan serum albumin Pemberian cairan dan elektrolit sesuai protokol (dengan oralit, dan cairan parenteral bila indikasi) Pemberian obat anti diare dan antibiotik sesuai program Klien diistirahatkan

Kaji kerusakan kulit atau iritasi setiap buang air besar Gunakan kapas lembab dan sabun (atau pH normal)

untuk membersihkan anus setiap baung air besar Hindari dari pakaian dan pengalas tempat tidur yang lembab Gunakan obat cream bila perlu untuk perawatan perineal

Ajarkan cara mencuci tangan yang benar pada klien

dan pengunjung Segera bersihkan dan angkat bekas baung air besar dan tempatkan pada tempat yang khusus Gunakan standar pencegahan universal (seperi; gunakan sarung tangan dan lain-lain) Tempatkan pada ruangan yang khusus

Timbang berat badan klien setiap hari Monitor intake dan output (pemasukan dan

pengeluaran) Setelah rehidrasi, berikan minuman oral dengan sering dan makanan yang sesuai dengan diit dan usia dan atau berat badan klien Hindari minuman buah-buahan Lakukan kebersihan mulut setiap habis makan Bagi bayi, ASI tetap diteruskan Bila bayi tidak toleran dengan ASI berikan formula yang rendah laktosa

Kaji tingkat pemahaman klien Ajarkan tentang prinsip diit dan kontrol diare

Ajarkan pada klien tentang pentingnya cuci tangan

untuk menghindari kontaminasi Jelaskan tentang penyakit, perawatan dan pengobatan Jelaskan pentingnya kebersihan

Ajarkan klien mengekspresikan perasaan rasa takut

dan cemas; dengarkan keluhan klien dan bersikap empati, dan sentuhan terapeutik Gunakan komunikasi terapuetik; kontak mata, sikap tubuh dan sentuhan Jelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan pada klien

THANKZ ^_^

Vous aimerez peut-être aussi