Vous êtes sur la page 1sur 6

Tidak ada batas, mungkin ini kata yang pas untuk kaum remaja laki dan wanita saat

ini. Betapa parahnya peragulan remaja kita masa kini membuat kita mengelus dada, derasnya arus informasi dari dalam dan luar negeri telah merubah pola pikir remaja kita saat ini. Telah banyak kejadian aborsi, hamil diluar nikah, bunuh diri karena masalah pacaran menimpa kaum remaja kita. Inikah potret masa depan generasi kita yang akan membawa kemajuan bagi bangsa ini seperti sulit untuk mengharapkan masa depan cerah dari generasi muda saat ini. Pacaran yang merupakan satu diantara pintu zina menjadi budaya remaja saat ini, selingkuh yang merupakan perbuatan paling di murkai Allah menjadi biasa, pertengkaran yang pelakunya remajapun kerap mewarnai kehidupan para remaja kita. Dari sekian pelanggaran moral ini sesungguhnya adalah akibat dari kurangnya pemahaman remaja kita terhadap agama dan keyakinan mereka, dalam Islam pergaulan dan masalah aurat menjadi hal yang penting sehingga banyak ayat dan hadits nabi yang menjelaskan tentang hal ini, inilah adab dan tips pergaulan yang bisa menjadi rujukan kita bersama agar kita tidak terperosok kedalam pergaulan bebas :
1. Menundukan Pandangan terhadap Lawan Jenis Allah memerintahkan kaum laki-laki untuk menundukan pandangannya, sebagaimana firmanNya, artinya, Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. (QS. An-Nr: 30). Sebagaimana hal ini juga diperintahkan kepada wanita beriman, Allah berfirman, artinya, Dan katakanlah kepada wanita yang beriman, Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluan-nya. (QS. An-Nr: 31). 2. Menutup Aurat Allah Subhaanahu wa Taala berfirman, Dan janganlah mereka menampakan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya. (QS. An-Nr: 31). Juga firman-Nya, artinya, Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang

demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Ahzb: 59). 3. Adanya Pembatas Antara Laki-laki dengan Wanita Seseorang yang memiliki keperluan terhadap lawan jenisnya, harus menyampaikannya dari balik tabir pembatas. Sebagaimana firman-Nya, artinya, Dan apabila kalian meminta sesuatu kepada mereka (para wanita) maka mintalah dari balik hijab. (QS. Al-Ahzb: 53). 4. Tidak Berdua-duaan dengan Lawan Jenis Dari Ibnu Abbs Radhiyallahu Anhu berkata, Saya mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan dengan wanita kecuali wanita itu bersama mahramnya. (HR. Bukhr 9/330, Muslim 1341). Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam juga bersabda, Janganlah salah seorang dari kalian berdua-duaan dengan seorang wanita, karena setan akan menjadi yang ketiganya. (HR. Ahmad dan AtTirmidz dengan sanad shahih). 5. Tidak Mendayukan Ucapan Seorang wanita dilarang mendayukan ucapan saat berbicara kepada selain suami. Firman Allah Subhaanahu wa Taala, artinya, Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik. (QS. Al-Ahzb: 32). Berkata Imam Ibnu Katsrrahimahullh, Ini adalah beberapa etika yang diperintahkan oleh Allah kepada para istri Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam serta para wanita Mukminah lainnya, yaitu hendaklah dia kalau berbicara dengan orang lain tanpa suara merdu, dalam artian janganlah seorang wanita berbicara dengan orang lain sebagaimana dia berbicara dengan suaminya. (Tafsr Ibnu Katsr: 3/530). 6. Tidak Menyentuh Lawan Jenis Dari Maqil bin Yasrt berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Seandainya kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi itu masih lebih baik dari pada menyentuh wanita yang tidak halal baginya. (HR. Thabrn dalam Mujam al Kabr: 20/174/386).

Berkata Syaikh Al-Albnrahimahullh, Dalam hadits ini terdapat ancaman keras terhadap orang-orang yang menyentuh wanita yang tidak halal baginya. (Ash-Shohhah: 1/448). Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak pernah menyentuh wanita meskipun dalam saatsaat penting seperti membaiat dan lain-lain. Dari Aisyah berkata, Demi Allah, tangan Rasulullah tidak pernah menyentuh tangan wanita sama sekali meskipun saat membaiat. (HR. Bukhr 4891). Hal ini karena menyentuh lawan jenis yang bukan mahromnya merupakan salah satu perkara yang diharamkan di dalam Islam. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Seandainya kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi, (itu) masih lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya. (HR. Thabrani dengan sanad hasan). Jika memandang saja terlarang, tentu bersentuhan lebih terlarang karena godaannya tentu jauh lebih besar.

Salah Kaprah dalam Bercinta Tatkala adab-adab bergaul antara lawan jenis mulai pudar, luapan cinta yang bergolak dalam hati manusia pun menjadi tidak terkontrol lagi. Akhirnya, setan berhasil menjerat para remaja dalam ikatan maut yang dikenal dengan pacaran. Allah telah mengharamkan berbagai aktifitas yang dapat mengantarkan ke dalam perzinaan. Sebagaimana Allah berfirman yang artinya, Dan janganlah kamu mendekati zina, sesugguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. (Al Isra: 32). Lalu pintu apakah yang paling lebar dan paling dekat dengan ruang perzinaan melebihi pintu pacaran?!! Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya Allah menetapkan untuk anak adam bagiannya dari zina, yang pasti akan mengenainya. Zina mata adalah dengan memandang, zina lisan adalah dengan berbicara, sedangkan jiwa berkeinginan dan berangan-angan, lalu farji (kemaluan) yang akan membenarkan atau mendustakannya. (HR. Bukhari & Muslim). Kalaulah kita ibaratkan zina adalah sebuah ruangan yang memiliki banyak pintu yang berlapis-lapis, maka orang yang berpacaran adalah orang yang telah memiliki semua kuncinya. Kapan saja ia bisa masuk. Bukankah saat berpacaran ia tidak lepas dari zina mata dengan bebas memandang? Bukankah dengan pacaran ia sering melembutlembutkan suara di hadapan pacarnya? Bukankah orang yang berpacaran senantiasa memikirkan dan

membayangkan keadaan pacarnya? Maka farjinya pun akan segera mengikutinya. Akhirnya penyesalan tinggalah penyesalan. Waktu tidaklah bisa dirayu untuk bisa kembali sehingga dirinya menjadi sosok yang masih suci dan belum ternodai. Setan pun bergembira atas keberhasilan usahanya. Iblis, Sang Penyesat Ulung Tentunya akan sulit bagi Iblis dan bala tentaranya untuk menggelincirkan sebagian orang sampai terjatuh ke dalam jurang pacaran gaya cipika-cipiki atau yang semodel dengan itu. Akan tetapi yang perlu kita ingat, bahwasanya Iblis telah bersumpah di hadapan Allah untuk menyesatkan semua manusia. Iblis berkata, Demi kekuasaan-Mu, aku akan menyesatkan mereka semuanya. (Shaad: 82). Termasuk di antara alat yang digunakan Iblis untuk menyesatkan manusia adalah wanita. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Tidaklah aku tinggalkan setelahku fitnah (ujian) yang lebih berbahaya bagi lakilaki daripada wanita. (HR. Bukhari & Muslim). Kalaulah Iblis tidak berhasil merusak agama seseorang dengan menjerumuskan mereka ke dalam gaya pacaran cipika-cipiki, mungkin cukuplah bagi Iblis untuk bisa tertawa dengan membuat mereka berpacaran lewat telepon, SMS atau yang lainnya. Yang cukup menyedihkan, terkadang gaya pacaran seperti ini dibungkus dengan agama seperti dengan pura-pura bertanya tentang masalah agama kepada lawan jenisnya, miss called atau SMS pacarnya untuk bangun shalat tahajud dan lain-lain. Ringkasnya sms-an dengan lawan jenis, bukan saudara dan bukan karena kebutuhan mendesak adalah haram dengan beberapa alasan: (a) ini adalah semi berdua-duaan, (b) buang-buang pulsa, dan (c) ini adalah jalan menuju perkara yang haram. Mudah-mudahan Allah memudahkan kita semua untuk menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya.

Adab Bergaul Sesama Muslim


Ukhuwah Islamiyah merupakan prinsip yang wajib dipegang erat. Agar tidak berhenti dalam keinginan, harus ada upaya real untuk mewujudkannya. Syariah telah menetapkan adab bergaul yang dapat merektkan ukhuwah di antara sesama muslim. Ada yang berupa perbuatan yang diperintahkan, seperti menyebarkan salam dan memberi hadiah. Dalam hal ini, Abu Hurairah ra. menuturkan bahwa Rasululloh saw. pernah bersabda : Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan tidak beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian saya tunjukkan tentang sesuatu yang jika kalian kerjakan,kalian akan saling mencintai: Sebakan salam (HR. Muslim, at-Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad, dengan redaksi menurut Muslim). Diperintahkan pula membantu kebutuhan saudaranya dan menghilangkan kesusahannya, menutupi aibnya, melindungi kehormatannya, harta, dan darahnya, menjaga rahasia, dan menunaikan semua amanahnya, menerima permintaan maaf saudaranya, menampakkan wajah berseri-seri ketika bertemu saudaranya, menasihatinya, dll. Semua perintah itu apabila dikerjakan akan dapat menambah persaudaraan, kecintaan, dan kasih-sayang diantara sesama muslim. Ada juga yang berupa perbuatan yang dilarang. Diantaranya adalah yang digariskan dala ayat ini. Pertama, dilarang melakukan tindakan mengolok-olok saudaranya. Secara naluriah memang tidak ada orang yang mau ditertawakan, diejek, dihina,dsg. Terlebih jika si pelaku tidak lebih baik darinya. Kedua, tidak diperbolehkan mencela saudaranya sekalipun itu faktual. Dalam pandangan Allah SWT orang yang paling mulia adalah orang yang paling taqwa.(QS. alHujurat [49]:13). Ketiga, tidak boleh saling panggil dengan panggilan yang buruk. Ini merupakan pangkal dari permusuhan karena seperti halnya pepatah mulut itu lebih tajam dari

pedang. Justru sesama muslim diperintahkan untuk memanggil dengan nama yang baik. Rosulullah saw. bersabda: Ada tiga perkara yang menggambarkan kecintaanmu kepada saudaramu: kamu mengucapkan salam kepadanya ketika bertemu dengannya, meluaskan tempat untuknya dalam majelis, memanggilnya dengan nama yang paling disukainya. (HR. al-Hakim dalam Al-Mustadrak)

Vous aimerez peut-être aussi