Vous êtes sur la page 1sur 13

ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA VESIKA URINARIA 1.

Definisi Trauma kandung kemih adalah suatu keadaan dimana terjadinya ruda paksa pada area vesika urianaria baik saat vesika urinaria dalam keadaan penuh ataupun tidak, Tetapi pada saat vesika urinaria penuh akan lebih mungkin untuk menjadi terluka daripada saat kosong. Trauma buli-buli merupakan keadaan darurat bedah yang memerlukan penatalaksanaan segera. Bila tidak di tanggulangi dengan segera, dapat menimbulkan komplikasi, seperti peritonitis dan sepsis. Secara anatomik, pada waktu lahir hingga usia anak, buli-buli terletak di rongga abdomen. Namun semakin bertambahnya usia, tempatnya turun dan terlindung di dalam kavum pelvis sehingga kemungkinan mendapat trauma pada buli-buli pada beberapa klinik urologi kurang lebih 2% dari seluruh trauma pada sistem urogenitalia. 2. Etiologi a. Trauma tumpul pada panggul yang mengenai vesika urinaria. b. Trauma tembus. c. Fraktur tulang punggung yang menyebabkan kontusio dan ruptur buli-buli. Ruptur buli-buli dibedakan 2 macam, yaitu : 1) Intra peritoneal : peritoneum yang menutupi bagian atas / belakang dinding bulibuli robek sehingga urin langsung masuk ke dalam rongga peritoneum. 2) Ekstra peritoneal : peritoneum utuh, dan urin yang keluar dari ruptura tetap berada diluar. d. Akibat luka tusuk misalnya ujung pisau, peluru.

e. Didapati perforasi buli-buli, urin keluar melalui dinding buli-buli terus kekulit. f. Akibat manipulasi salah sewaktu melakukan trans ureterol resection, misalnya sewaktu reseksi tumor buli, operasi prostat, dll.

3. Patofisiologi Ruptur kandung kemih Intraperitoneal eekstraperitoneal

Spasme otot destrusor peregang saraf intravesika

Respons perdarahan arteri panggul

Respons masuknya urine ke dalam peritoneum

Hematuria Penurunan urine output anuria

Nyeri

Aktual/risiko syok hipovolemik

Sepsis peritonitis

Gangguan pemenuhan eliminasi urine

Asuhan keperawatan perioperatif

Tindakan pembedahan Respons psikologis : koping maladaptif, Kecemasan


2

Kecemasan

4. Manifestasi Klinis a. Nyeri suprapubik b. Ketegangan otot dinding perut bawah c. Hematuria d. Fraktur tulang pelvis disertai perdarahan hebat (syok) e. ekstravasase urine
f.

Trauma tulang panggul

g. Ketidakmampuan untuk berkemih h. Suhu tubuh meningkat Tanda-tanda peritonitis. a. Ruptur intra peritoneal ( nyeri tekan lepas dan ileus ) b. Ruptur ekstra peritoneal ( masa di daerah supra pubik )

5. Pemeriksaan Diagnostik a. Pemeriksaan darah : Hematokrit menurun.

b. Cystografi : menunjukkan ekstravasase urine, vesika urinaria dapat pindah atau tertekan. Cara cystografi yaitu dengan memasukkan kontras ke dalam kandung kemih sebanyak 300-400 ml secara gravitasi (tanpa tekanan) melalui kateter per uretram. Kemudian dibuat beberapa foto, yaitu: 1) Foto pada saat kandung kemih terisi kontras dalam posisi anteriorposterior 2) Pada posisi oblik 3) Wash out film yaitu foto setelah kontras dikeluarkan dari kandung kemih c. Pemeriksaan urin. d. IVP e. Urogram ekskresi f. CT scan

6. Penatalaksanaan Medis a. Atasi syok dan perdarahan. Bila penderita datang dalam keadaan syok, harus diatasi dengan pemberian cairan intra vena atau darah. b. Istirahat baring sampai hematuri hilang. Bila sirkulasi telah stabil, baru dilakukan reparasi buli-buli.

c.

Bila ditemukan fraktur tulang punggung disertai ruftur vesica urinaria intra peritoneal dilakukan operasi sectio alta yang dilanjutkan dengan laparatomi.

Prinsip pemulihan ruptur kandung kemih ialah penyaliran ruang perivesikal, pemulihan dinding, penyaliran kandung kemih dan perivesikal, dan jaminan arus urine melalui kateter.

7. Komplikasi 1. Sepsis 2. Klien lemah akibat anemia. 3. Infeksi karna kateter uriner.
4. Ekstravasasi. Keluarnya darah atau cairan ke dalam jaringan sekitarnya

( yang dalam keadaan normal berada dalam pembuluh darah )

ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA VESIKA URINARIA A. Pengkajian 1. Data Subjektif a. Klien mengeluh nyeri pada bladder yang terkena. b. Klien mengatakan kencingnya bercampur darah. c. Klien mengatakan ada luka memar pada abdomen bawah setelah dia terjatuh. 2. Data Objektif a. Nyeri tekan pada daerah trauma.Hematuri. b. HT menurun. c. HB menurun. d. Pada pemeriksaan IVP :
1)

Memperlihatkan suatu daerah yang berwarna abu-abu di daerah trauma.

2)

Memperlihatkan ekstravasasi urine.

e. Urogram ekskresi : Memperlihatkan gangguan fungsi / ekstravasasi urine pada sisi yang terkena. f. CT Scan : Memperlihatkan adanya hematom retroperineal dan konfigurasi ginjal.
6

B. Diagnosa keperawatan 1. Nyeri b.d spasme otot perivesika, peregangan dari terminal saraf sekunder dari adanya ruptur kandung kemih 2. Gangguan pemenuhan eliminasi

urine b.d retensi urine, hematuria, sekunder dari ruptur kandung kemih 3. robekan arteri dalam panggul 4. Kecemasan pembedahan, tindakan invasif diagnostik b.d prognosis Aktual/risiko tinggi syok

hipovolemik b.d perdarahan dalam, sepsis peritoneum sekunder dari

C. Intervensi DX.I : Nyeri b.d spasme otot perivesika, peregangan dari terminal saraf sekunder dari adanya ruptur kandung kemih Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 x 24 jam diharapkan rasa nyeri berkurang Intervensi Rasional

Kaji skala nyeri, catat lokasi, lama, intensitas dan karakteristiknya. Atur posisi sesuai indikasi,

Perubahan dalam lokasi atau intensitas tidak umum tetapi dapat menunjukkan adanya komplikasi.

misalnya semi fowler.

Memudahkan drainase cairan / luka karena gravitasi dan membantu meminimalkan nyeri karena gerakan.

Berikan

tindakan

kenyamanan,

Meningkatkan dengan pasien.

kemampuan

koping perhatian

misalnya nafas dalam, tekhnik relaksasi / visualisasi. Kolaborasi analgesik. untuk pemberian

memfokuskan

Menurunkan laju metabolisme yang membantu menghilangkan nyeri dan penyembuhan

1.

DX.II : Gangguan pemenuhan eliminasi urine b.d retensi urine, hematuria, sekunder dari ruptur kandung kemih.
8

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 4 x 24 jam diharapkan eliminasi urine klien normal dan tidak ada hematuria Intervensi Kaji pola berkemih seperti Rasional mengidentifikasi fungsi kandung kemih, fungsi ginjal dan keseimbangan cairan. Observasi adanya darah dalam urine. Tanda-tanda perkemihan / infeksi ginjal saluran dapat

frekwensi dan jumlahnya.

menyebabkan sepsis Istirahat baring sekurang-kurangnya seminggu sampai hematuri hilang. Menurunkan agar energi difokuskan metabolisme yang untuk tubuh tersedia proses

penyembuhan pada ginjal Tindakan yang cepat / tepat dapat Lakukan tindakan pembedahan bila meminimalkan kecacatan perdarahan terus berlangsung.

1.

DX.III : Aktual/risiko tinggi syok hipovolemik b.d perdarahan dalam, sepsis peritoneum sekunder dari robekan arteri dalam panggul Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan 1 x 24 jam diharapkan tidak terjadi syok hipovolemik Intervensi Rasional

Observasi tensi, nadi, suhu, pernafasan Terjadinya perubahan tanda vital dan tingkat kesadaran pasien. merupakan manifestasi awal sebagai kompensasi hypovolemia dan penurunan curah jantung. Berikan cairan IV sesuai kebutuhan. Perbaikan volume sirkulasi biasanya dapat memperbaiki curah jantung Berikan O2 sesuai kebutuhan. Kadar O2 yang maksimal dapat membantu menurunkan kerja jantung Kolaborasi pemberian obat-obatan anti perdarahan. Untuk menghentikan atau mengurangi perdarahan yang sedang berlangsung Bila perdarahan tetap berlangsung dan KU memburuk pikirkan tindakan bedah. Tindakan yang segera dapat menghindarkan keadaan yang lebih memburuk

10

DX. IV : Kecemasan b.d prognosis pembedahan, tindakan invasif diagnostik Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan 1 x 24 jam di harapkan cemas yang dialami klien hilang Intervensi kecemasan pembedahan dimungkinkan Kaji pengetahun pasien mengenai prosedur kemungkinan pembedahan. Evaluasi perubahan makna bagi Memudahkan pemahaman akan reaksi/respon pasien terhadap kemungkinan hasil akhir pembedahan. Dorong pasien untuk mengutarakan dengan kata-kata reaksi, perasaan dan ketakutannya. Verbalisasi respons sering diperlukan untuk mengkaji pemahaman pasien terhadap hal-hal tersebut dan pemecahannya. Dorong pasien untuk membagi Memudahkan pasien dan pasangannya untuk menerima dukungan bersama dan mengurangi perasaan terisolasi satu sama lain
11

Rasional sebelum hal ini Memberikan data dasar

pasien jika

pembedahan hasil

dan akhir

Memberikan dasar untuk pengajaran lebih lanjut.

pasien dan anggota keluarga atau pasangannya.

perasaanya dengan pasangannya.

D. Evaluasi Dx. I : Nyeri b.d spasme otot perivesika, peregangan dari terminal saraf sekunder dari adanya ruptur kandung kemih S : Klien mengatakan nyeri sudah berkurang O : Skala nyeri 1 dari 0-5 A : Masalah teratasi P : Hentikan intervensi

Dx. II : Gangguan pemenuhan eliminasi urine b.d retensi urine, hematuria, sekunder dari ruptur kandung kemih. S : klien mengatakan sudah dapat eliminasi dan tidak ada darah dalam urinya O: frekuensi urine klien 1500 ml A: masalah teratasi P: hentikan intervensi

Dx. III : Aktual/risiko tinggi syok hipovolemik b.d perdarahan dalam, sepsis peritoneum sekunder dari robekan arteri dalam panggul

12

S : tidak ada O : tanda-tanda vital normal T: 120/90 mmHg R: 20 x/menit A : Masalah teratasi P : Hentikan intervensi P: 80 x/menit S: 36,50C

Dx. IV : Kecemasan b.d prognosis pembedahan, tindakan invasif diagnostik S: Klien mengatakan sudah tidak cemas menghadapi pembedahan O: Klien dapat beristirahat dengan nyaman ditempat tidur. A: Masalah teratasi P: Hentikan intervensi

13

Vous aimerez peut-être aussi