Vous êtes sur la page 1sur 8

PERANCANGAN ANTI -ALI ASING

FI LTER DENGAN
MENGGUNAKAN METODE
PERHI TUNGAN BUTTERWORTH

1
Muhammad Aditya Sajwa
2
Dr. Hamzah Afandi
3
M. Karyadi, ST., MT


1
Email :
muhammadaditya8776@yahoo.co.id
2
Email :
hamzah@staff.gunadarma.ac.id
3
Email :
mkaryadi@staff.gunadarma.ac.id
ABSTRAK
Pengolahan sinyal digital tak akan lepas
dari proses pengkonversian sinyal
analog menjadi sinyal digital sehingga
sinyal siap diolah oleh sistem digital.
Sayangnya sebuah fenomena yang
disebut aliasing dapat menyebabkan
terjadinya kesalahan selama pemrosesan
sinyal digital. Aliasing adalah peristiwa
penumpukan frekuensi pada spektrum
sinyal karena sinyal mengandung
komponen dengan frekuensi lebih dari
setengah frekuensi sampling yang telah
dicuplik sehingga terjadi kerusakan
pada kandungan informasi dalam sinyal
informasi. Fenomena aliasing pada
proses sampling muncul pada sinyal
hasil sampling jika syarat Nyquist tidak
terpenuhi atau juga dikenal dengan
undersampling. Dalam
perkembangannya selain harus
memenuhi syarat Nyquist, diperlukan
proses tambahan untuk mendukung
syarat Nyquist yaitu dengan melakukan
pemfilteran sinyal sebelum dicuplik
sehingga sinyal dengan frekuensi
tertentu saja yang akan dicuplik. Anti-
aliasing filter digunakan untuk
menghindari kesalahan dalam proses
sampling yaitu dengan menghilangkan
komponen dengan frekuensi lebih dari
setengah frekuensi sampling.
Kata Kunci : Aliasing, Anti-Aliasing
Filter, Pengolahan Sinyal Digital,
Sampling, Syarat Nyquist.
PENDAHULUAN
Pada proses sampling terdapat
suatu syarat Nyquist atau yang lebih
dikenal dengan nama teorema sampling
supaya sinyal yang telah tercuplik
sebagai pembawa informasi tidak rusak
dan mampu mewakili sifat sinyal
aslinya dalam proses rekonstruksi
menjadi sinyal analog kembali. Syarat
Nyquist secara teoritis dapat
memperoleh sinyal analog yang dapat
direkonstruksi secara lengkap lewat
sampling diskrit waktu. Proses sampling
harus memenuhi syarat Nyquist yaitu
bahwa frekuensi sinyal sampling harus
lebih besar dua kali dari frekuensi sinyal
informasi yang akan disampel.
Fenomena aliasing pada proses
sampling akan muncul pada sinyal hasil
sampling jika syarat Nyquist tidak
terpenuhi atau juga dikenal dengan
undersampling yang mengakibatkan
rusaknya kandungan informasi dalam
sinyal informasi. Aliasing adalah
peristiwa penumpukan frekuensi pada
spektrum sinyal yang telah dicuplik
sehingga terjadi kerusakan pada
kandungan informasi dalam sinyal
informasi. Dalam perkembangannya
selain harus memenuhi syarat Nyquist,
diperlukan proses tambahan untuk
mendukung syarat Nyquist yaitu dengan
melakukan pemfilteran sinyal sebelum
dicuplik sehingga sinyal dengan
frekuensi tertentu saja yang akan
dicuplik. Hal ini memberikan suatu
gagasan bagi penulis untuk merancang
rangkaian filter khususnya anti-aliasing
filter. Sehingga penulis memberi judul
penulisan ini dengan Perancangan
Anti-Aliasing Filter Dengan
Menggunakan Metode Perhitungan
Butterworth.
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Sampling
Teori Sampling adalah sebuah
teori yang pertama kali dikemukakan
oleh Harold Nyquist pada tahun 1920.
Sampling berarti mengambil atau
mencuplik sinyal pada waktu-waktu
tertentu saja dan untuk selanjutnya
sinyal yang telah tercuplik tersebut akan
didekatkan atau dikodekan dalam suatu
nilai-nilai bit yang merepresentasikan
informasi dari sinyal informasi melalui
proses kuantisasi.

Gambar 2.1 Blok Diagram Dari
Rangkaian Sample/Hold. [13]
2.2 Kuantisasi
Sinyal digital merupakan sebuah
deretan angka yang diwakili oleh
beberapa digit dengan jumlah tertentu.
Proses melakukan konversi sinyal yang
telah dicuplik menjadi sinyal digital
yang diwakili oleh sebuah nilai dengan
jumlah digit tertentu disebut kuantisasi.

Gambar 2.5 Proses Kuantisasi.
[13]
2.3 Aliasing
Aliasing adalah peristiwa
penumpukan frekuensi pada spektrum
sinyal yang telah dicuplik sehingga
terjadi kerusakan pada kandungan
informasi dalam sinyal informasi.
Fenomena aliasing terjadi akibat dari
syarat Nyquist yang tidak terpenuhi.


Gambar 2.8 Spektrum Hasil
Sampling
s
<2

. [13]

2.4 Filter
Suatu sinyal umumnya
mempunyai lebar pita frekuensi dan
mungkin juga pada sinyal tersebut
terdapat juga derau yang mempunyai
frekuensi tersendiri ataupun frekuensi
ikutan dari hasil modulasi. Apabila
diinginkan suatu sinyal dengan lebar
frekuensi tertentu saja, maka dapat
menggunakan rangkaian filter yang
mampu meredam frekuensi-frekuensi
yang tidak diinginkan. Filter dapat
dikatakan ideal jika mempunyai rugi-
rugi penyisipan sebesar nol, group delay
yang relatif konstan pada passband, dan
redaman yang besar pada stopband.
Pada hakikatnya, sebuah filter
menyimpang dari kondisi ideal, yang
terbaik adalah filter yang dapat bekerja
dengan baik pada frekuensi yang
dibutuhkan. Pada filter, diperlukan
faktor redaman agar sinyal dengan
frekuensi yang tidak diinginkan betul-
betul dapat diredam.
PERANCANGAN
3.1 Situasi Dan Asumsi
Diinginkan sebuah anti-aliasing
filter dengan spesifikasi Low Pass Filter
Butterworth orde ke-4 yang memiliki
frekuensi daya setengah (cutoff
frequency) 500 Hz dan penguatan DC
sebesar 1, filter ini diimplementasikan
sebagai RC op amp circuit. Anti-
aliasing filter akan dirancang sebagai
rangkaian berpasangan (cascade circuit)
yang terdiri dari 2 buah Sallen-Key Low
Pass Filter dan sebuah operational
amplifier yang berguna untuk
mendapatkan penguatan DC sebesar 1.
Operational amplifier pada Sallen-Key
filter dianggap ideal. Resistansi akan
dibatasi pada rentang 2 K hingga 500
K dan kapasitansi akan dibatasi pada
rentang 1 nF hingga 10 f. Karena
Sallen-Key filter tidak akan memenuhi
besaran dari penguatan DC, maka
sebuah operational amplifier
dibutuhkan untuk mengatur penguatan
DC. Anti-aliasing filter akan terdiri dari
sebuah rangkaian berpasangan (cascade
circuit) dan sebuah operational
amplifier.
3.2 Rangkaian Sallen-Key Low
Pass Filter
Rangkaian Sallen-Key
merupakan rangkaian yang dirancang
untuk menyatakan bahwa sebuah
rangkaian filter merupakan rangkaian
orde ke-2. Pada rangkaian Sallen-Key
untuk low pass filter hanya
menggunakan 1 operational amplifier, 4
resistor dan 2 kapasitor seperti yang
ditunjukkan oleh gambar 3.1.

Gambar 3.1 Rangkaian Sallen-Key.
[4]
3.3 Perhitungan Fungsi Transfer
Fungsi transfer dari Butterworth
low pass filter orde ke-4 berdasarkan
polinomial faktor Butterworth adalah :

E
n
(s)
=
1
(s
2
+0.765s +1)(s
2
+1.848s +1)


E
n
(s) adalah fungsi transfer dari
filter yang memiliki frekuensi daya
setengah sebesar 1 roJ/ s. Selanjutnya
penskalaan frekuensi dapat digunakan
untuk menyesuaikan frekuensi daya
setengah sebesar :

500 Ez =3142 roJ/ s

Lalu penskalaan frekuensi dapat
dicari dengan mengganti s oleh

s

c
=
s
3142


padaE
n
(s).
E(s) =
3142
4
+2403.6s+3142
2
)(s
2
+5806.4s+3142
2
)

3.4 Perhitungan Parameter Filter
Kita akan menyatakan fungsi
transfer filter orde ke-4 E(s)
merupakan produk dari fungsi transfer
filter orde ke-2. Untuk masing-masing
dari fungsi transfer orde ke-2 ini, untuk
itu kita akan :
3.4.1 Perhitungan Parameter Filter
m


Berdasarkan pembilang E(s) :

0
=3142 rad/s

Maka parameter filter
0
untuk
rangkaian E
1
(s) dan E
2
(s) adalah 3142
rad/s.
3.4.2 Perhitungan Parameter Filter
Q
Tinjau faktor kedua dari
penyebut E(s) sekali lagi suku konstan
menunjukkan bahwa
0
=3142 rad/s.
Sekarang parameter dapat dihitung
dari koefisien s menjadi :

=2403.6
=
3142
2403.6

=1.31

Berdasarkan persamaan untuk
rangkaian Sallen-Key untuk low pass
filter, diketahui bahwa :

=
1
3 A

Sehingga :

A =3
1

=3
1
1.31
=2.24
Penguatan DC pada tahapan
filter E
1
(s) adalah k =A =2.24.
Sehingga fungsi transfer pada tahapan
ini adalah :

E
1
(s) =
2.243142
2
s
2
+0.765s +3142
2


Selanjutnya dari koefisien s
pada penyebut :

=
3142
5806.4
=0.541

Kita membutuhkan Sallen-Key
low pass filter dengan
0
=3142 rad/s
dan =0.541, maka :

A =3
1

=3
1
0.541
=1.15

Penguatan DC pada tahapan
filter E
2
(s) adalah k =A =1.15,
Sehingga fungsi transfer pada tahapan
ini adalah :

E
2
(s) =
1.153142
2
s
2
+1.848s +3142
2

3.4.3 Perhitungan Parameter Filter
k, k
m
dan k


Tinjau faktor pertama penyebut
E(s) dari suku yang konstan maka :

0
2
=3142
2


Sehingga besarnya nilai
parameter k
m
adalah :

k
m
=500 Ez =3142 roJ/ s

Dimana nilai tersebut berlaku
pada rangkaian E
1
(s) dan E
2
(s).
Sedangkan besarnya nilai k
]
untuk
rangkaian E
1
(s) dan E
2
(s) adalah
10000, dimana nilai tersebut merupakan
sebuah ketetapan.
3.5 Perhitungan Komponen Filter
3.5.1 Resistor
Berdasarkan persamaan untuk
rangkaian Sallen-Key untuk low pass
filter, diketahui bahwa :

0
=
1
RC


Maka nilai resistor yang baru
adalah :
R =
1

0
C
=
1
314210
-7
=3183

Nilai resistor tersebut berlaku
pada R
1 Buu
dan R
2 Buu
pada
rangkaian E
1
(s) dan E
2
(s).
3.5.2 Kapasitor
Besarnya nilai kapasitor yang
digunakan pada rangkaian E
1
(s) dan
E
2
(s) adalah C =0.1 pF. Nilai
kapasitor tersebut merupakan nilai
kapasitor yang tersedia dan nilai
tersebut bisa diganti dengan berapa saja
asalkan tersedia dan berlaku pada
C
1 Buu
dan C
2 Buu
pada rangkaian
E
1
(s) dan E
2
(s).
3.6 Rangkaian I nverting Amplifier
Inverting amplifier pada anti-
aliasing filter digunakan untuk
mengatur penguatan DC sebesar 1.
Karena penguatan DC yang hendak
diatur sebesar 1, inverting amplifier
digunakan agar menghasilkan
penguatan sebesar 0.388.

Gambar 3.2 Rangkaian Inverting
Amplifier. [4]

Agar menghasilkan penguatan sebesar
0.388, kita gunakan atutran pemisalan.
Misalkan resistor yang digunakan
R
A
=20 k dan R
B
=7.76 k, maka
pembuktiannya adalah sebagai berikut:

0 =
7.76 k
20 k
=0.388
3.7 Rangkaian Anti-Aliasing Filter
Setelah kita menghitung
parameter-parameter filter, dapat kita
nyatakan bahwa hasil dari tahapan filter
yang diperoleh adalah :

E
1
(s) E
2
(s) =2.576E(s)
E(s) =0.388E
1
(s) E
2
(s)
Gambar 3.4 Rangkaian Anti-Aliasing
Filter
PEMBAHASAN
4.1 Anti-Aliasing Filter
4.1.1 Analisa Berdasarkan
Pengamatan Langsung
Prosedur ini terdiri dari
pengukuran Vout dengan nilai
frekuensi masukkan yang
berbeda, lalu hasilnya digunakan
untuk memplot tanggapan
frekuensi hasil dari hubungan
antara frekuensi dan Vout, jika
tanggapan frekuensi sama
dengan tanggapan frekuensi
filter Butterworth, maka fungsi
transfer dari rangkaian adalah
merupakan fungsi transfer yang
disyaratkan.

Gambar 4.2 Grafik Hubungan Antara
Frekuensi Dan Vout
4.1.2 Analisa Berdasarkan
Simulasi Rangkaian

Gambar 4.3 Masukkan
Rangkaian Anti-Aliasing Filter
Gambar 4.4 Bentuk Gelombang
Keluaran Rangkaian Anti-
Aliasing Filter
Dari keterangan pada
gambar 4.3 diketahui bahwa
kondisi gambar tersebut
memenuhi 4 kotak pada
osiloskop untuk 1 gelombang
penuh. J ika periode untuk satu
gelombang pada osiloskop
adalah T, maka:
I =[umlo Kotok x Iimc
/ i:
I =4 x 100 x 10
-3
=0.4s
Dan
=
1
I
=
1
0.4
=2.5 Ez
4.2 I nverting Amplifier
4.2.1 Analisa Berdasarkan
Pengamatan Langsung
Berikut bentuk
gelombang keluaran sinyal
inverting amplifier berdasarkan
pengamatan langsung seperti
ditunjukkan pada gambar
dibawah ini.
Tabel 4.2 Masukkan Inverting
Amplifier
Frekuensi 1 KHz
Amplitudo
(volt/div)
1 Vpp
Periode
(time/div)
0.5 ms
Gelombang Sinusoidal


Gambar 4.5 Bentuk Gelombang
Keluaran Inverting Amplifier
Dari keterangan tabel
4.2, pada gambar 4.5 diketahui
bahwa kondisi gambar tersebut
memenuhi 2 kotak pada
osiloskop untuk 1 gelombang
penuh. J ika periode untuk satu
gelombang pada osiloskop
adalah T, maka:
I =[umlo Kotok x Iimc
/ i:
I =2 x 0.5 x 10
-3
=1x10
-3
s
Dan
=
1
I
=
1
1x10
-3
=1Kz
Pcrscntosc Kcsoloon
=
1x10
3
1x10
3
1x10
3
x100%
=0%
4.1.2 Analisa Berdasarkan
Simulasi Rangkaian

Gambar 4.6 Masukkan
Rangkaian Inverting Amplifier

Gambar 4.7 Bentuk Gelombang
Keluaran Rangkaian Inverting
Amplifier
Dari keterangan pada
gambar 4.3 diketahui bahwa
kondisi gambar tersebut
memenuhi 4 kotak pada
osiloskop untuk 1 gelombang
penuh. J ika periode untuk satu
gelombang pada osiloskop
adalah T, maka:
I =[umlo Kotok x Iimc
/ i:
I =2 x 10 x 10
-3
=0.02s
Dan
=
1
I
=
1
0.02
=50 Ez
KESI MPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil
dari hasil pengujian serta analisa
rangkaian yang telah dilakukan maka
dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Rangkaian anti-alasing filter
yang dirancang memenuhi
fungsi transfer hasil dari
perhitungan.
2. Rangkaian anti-aliasing filter
yang dirancang memiliki
tanggapan frekuensi yang serupa
seperti tanggapan frekuensi
Butterworth low pass filter.
3. Rangkaian anti-aliasing filter
yang dirancang, menggunakan
prinsip kerja dari sebuah
rangkaian low pass filter yang
hanya melewatkan sinyal
dengan frekuensi dibawah
frekuensi cut-off dan meredam
sinyal dengan frekuensi diatas
frekuensi cut-off.
4. Perbandingan hasil pengamatan
dengan analisa berdasarkan
pengamatan langsung pada
inverting amplifier dapat
disimpulkan bahwa
perbandingan hasil pengamatan
dengan analisa berdasarkan
pengamatan langsung pada
inverting amplifier memiliki
persentase kesalahan sebesar
0%.
SARAN
1. Aturlah frekuensi cut-off sesuai
dengan kebutuhan, karena
prinsip sebuah filter ideal adalah
bekerja sesuai dengan frekuensi
yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Chi Kong Tse, Analisis
Rangkaian Linear, Hong Kong,
Erlangga, 2002
2. Soepono Soeparlan dan Umar
Yahdi, Teknik Rangkaian Listrik
J ilid 1, Gunadarma, J akarta,
1995
3. Soepono Soeparlan dan Umar
Yahdi, Teknik Rangkaian Listrik
J ilid 2, Gunadarma, J akarta,
1995
4. Svoboda, J ames A. dan Dorf,
Richard C., Introduction To
Electric Circuit 5
th
Edition, J ohn
Wiley & Sons, Inc., New York,
2001
5. Wilskky, Alan S. dan
Oppenheim, Alan V., Signals &
Systems 2
nd
Edition, Prentice-
Hall International, Inc., New
J ersey, 1997
6. Zhanggischan dan Zuhal,
Prinsip Dasar Elektroteknik,
Gramedia Pustaka Utama, 2004
7. http://en.wikipedia.org/wiki/Ban
d_pass_filter Desember 2010
8. http://en.wikipedia.org/wiki/Ban
d_stop_filter Desember 2010
9. http://en.wikipedia.org/wiki/Butt
erworth_filter Desember 2010
10. http://en.wikipedia.org/wiki/Che
byshev_filter Desember 2010
11. http://en.wikipedia.org/wiki/Hig
h_pass_filter Desember 2010
12. http://en.wikipedia.org/wiki/Lo
w_pass_filter Desember 2010
13. http://vtin3091.blog.friendster.c
om/2006/12/sampling Desember
2010

Vous aimerez peut-être aussi