Vous êtes sur la page 1sur 21

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tak luput dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Safrudin, S.Kep, selaku dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah yang telah memberikan bimbingan . 2. Teman teman kelompok II yang aktif bekerjasama, memberikan ide dan gagasan. 3. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangannya oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Gombong, Maret 2006

Penyusun

BAB I PENDAHULUAN
Syndrom Imunodefisiensi didapat pertama tama menarik perhatian bidang kesehatan masyarakat pada tahun 1981. AIDS menyebabkan infeksi opotunistik dan atau neoplasma yang berkaitan dengan defisiensi kekebalan pada pria homoseksual yang sebelumnya dalam keadaan sehat. Sebelum etiologi ditemukan yaitui HIV-I ditemukan, sudah semakin jelas dketahui bahwa transmisi penyebabnya dapat ditularkan melalui darah, seksual dan perinatal.HIV telah dapat diisolasi dari darah semen, cairan servik dan vagina, asi, air liur serum, urin, air mata cairan alveolar jaringa otak dan cairan cerebrospinal. Transmisi dapat berlangsung efisien melalui darah dan semen. HIV akan menyerang semua system di dalam tubuh, termasuk kardovaskuler, imun, pernafasan, gastrointestinal, system indra, system genito uri, musculoskeletal dan lain-lain.Bagaimana AIDS pada system kardiovaskuler?

ASUHAN KEPERAWATAN AIDS PADA SISTEM KARDIOVASKULER

A.

DEFINISI AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome) adalah sekumpulan gejala penyakit akibat system kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV. AIDS adalah penyakit defisiensi imunitas selular, yang pada penderitanya tidak dapat ditemukan penyebab defisiensi tersebut. Akibat kehilangan kekebalan, akibat AIDS mudah terkena berbagai infeksi bakteri, jamur, parast, dan virus tertentu yang bersifat oportunistik. (Djuanda, A, dkk. 1993: 354) AIDS ( Acqquired Immune Deficiency Syndrome ) adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunya system kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh injeksi Human Immuno Deficiency Virus ( HIV ). (Mansjoer.2000: 162) AIDS adalah runtuhnya benteng pertahanan tubuh yaitu system kekebalan alamiah melawan bibit, penyakit runtuhnya oleh virus HIV yaitu dengan hancurnya sel limfosit. (sel T). ( Tambayong,2000) AIDS adalah penyakit yang berat yang ditandai oleh kerusakan imunitas seluler yang disebabkan oleh retro virus atau suatu penyakit fatal keseluruhan dimana kebanyakan pasien memerlukan perawatan medis dan keperawatan yang canggih selama perjalan penyakit. (Corolyn.M. Hudak.1996:601)

B.

ETIOLOGI Penyebab AIDS adalah retrovirus (HIV/ Human Immunodeficiency Virus)yang termasuk famili retroviridae Sarana transmisinya HIV (Retrovirus HIV) melaui : 1. Rute yang dikatahui beresiko tinggi (semen, sekresi vagina). Hubungan seksual. Homoseksual, biseksual (rute utama). Heteroseksual (laki-laki perempuan atau sebaliknya)

2. Darah (melalui darah murni komponen selular, plasma, factor pembeku) Tranfusi darah atau komponen darah. Jarum suntik yang dipakai bersama-sama. Tusukan jarum suntik (resiko rendah).

3. Perinatal

Intra placenta Menyusui ASI (long B. C,1996;572-573)

4. Ludah dan air mata. C. MANIFESTASI KLINIS Manifestasi klinis HIV pada cardiovaskuler: Pericardial effusion

Myokarditis ( oportunistik infektons, neoplasma) Dilated cardiomyopati Endocarditis Pulmonary hypertension Drug- relatiid cardiotoksin

Thromboemboli complication Rheologikal impairmen(increase of tumor neurosis factor dan interleukin (1- alpha) Decreased left ventricular contractility Myocardial infection

D. ANATOMI PATOLOGI

Virus HIV

VIRUS ANTIBODY

http://Images.google.co.id/images?q=virus+AIDS

AIDS disebabkan oleh sebuah agen yang biasa ditrasmisikan oleh sebuah virus yang disebut HTLV-III, virus terasosiasi dengan limfadenopati (LAV) atau AIDS related virus (ARV). Beberapa karakteristik virus telah di devinisikan : a. Virus ini termasuk dalam famili retrovirus, termasuk HTLV-I dan HTLV-III yang mengandung enzim transkiptase pembalik.,mempunyai afinitas selektif untuk limfosit T penolong / inducer yang di identifikasikan dengan fenoyif T4 atau Leu-3 b. Tidak seperti HTLV-I ,yang membiarkan sel T4 hidup, dan menyebabkan leukemia sel T. HTLV-III/LAV bersifat sitolitik bagi sel T penolong, dan karena itu sangat immunosupresif. Perubahan anatomis pada jaringan tidaklah bersifat spesifik dan tidak juga diagnostic. Biopsi kelenjar limfe yang membesar yang ada pada penderita yang mengidap penyakit yang berhubungan dengan AIDS mengungkapkan adanya hyperplasia limfoid non spesifik meliputi folikel, para korteks, dan histiosit sinusoid. Ini merupakan reaksi terhadap penyebab infeksi yang terjadi sebelum timbulnya kegagalan immunologis yang hebat bersamaan dengan itu terjadi pegurangan sel limfosit pad kelenjar limfe, dan timus.Perubahan yang berhubungan dengan infeksi opportunistic meluas dan akan melibatkan semua organ .Pada kelenjar limfe yang kosong, hadirnya penyebab infeksi atau neoplasma atau gabungan dari keduanya tidak tanpa nyata.Perubahan pada system syaraf pusat disebabkan oleh efek sitopatik langsung HTLV-III/LAV.Termasuk ensofalitis sub akut atrofi otak dan perubahan-perubahan degeneratif saraf spinal. E. PATOFISIOLOGI Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang disebut HIV dari kelompok retro virus. Retro virus ditularkan oleh darah melalui kontak intim ( seksual) dan mempunyai ofinitar yang kuat terhadap limfosit T. Pada retro virus informasi genetic ditransmisikan sebagai rantai tunggal RNA, agar RNA mereplikasikan diri, informasi ini ditrasnfer ke dalam DNA, rantai ganda dalam nucleus sel herpes, penularan HIV mengikuti pola yang mirip dengan hepatitis B mempunyai rute penularan enteric, perenteral dan seksual.

Tiga cara penularan HIV adalah sebagai berikut : Hubungan seksual baik secara vaginal oral, maupun anal dengan seorang pengidap. Pada wanita virus masuk melalui luka/ lecet pada mulut rahim.

Gambar Mekanisme masuknya HIV Virus Perkembangan AIDS melalui beberapa fase. Orang bisa ketularan HIV dan berkembanglah anti bodi HIV tetapi tidak berkembang menjadi AIDS. Orang demikian bisa menularkan virus dengan sexual atau darah tetapi tidak menampakkan gejala. Klasifikasi CDC dari infeksi virus HIV : a.Kelompok I : infeksi akut sindrom tipe monokleosis b. Kelompok II :Infeksi Asimptomatis.Tidak ada gejala kecuali konversi serum (antibody HIV) positif. c. Kelompok III : Limfadenopati umum yang menetap (PGL) lebih dari 3 bulan, tidak ada penyakit yang timbul-hilang atu infeksi d. Kelompok IV: Penyakit HIV yang lain. (long B,C, 1996;575)

Virus HIV menyebar secara sistemik termasuk ke jantung, sehingga dapat mengakibatkan komplikasi perikarditis, miokarditis dan endokarditis.

Perikarditis bisa akut atau kronis dan infeksi bisa menyebar dari atau ke miokardium. Perikarditis bisa diklasifikasikan selanjutnya sebagai fibrosa, eksudat, dari perikarditis ekut bisa serius purulen atau hemoragik. Bila cairan berkumpul dalam kantong pericardium, temponade jantung (tekanan pada jantung oleh darah/ cairan terjadi yang berakibat ganguan pengisian dan pengosongan ventrikel). Bila pericardium menjadi jaringan konstruktif yang melingkari jantung dapat mencegah pengisian atau pengosongan ventrikel yang sempurna jadi timbul cardiak output yang berkurang dan akhirnya berakibat kegagalan jantung. (Long, B.C, 1996: 599) Infeksi oleh virus HIV bisa menyebabkan miokarditis dan endokarditis. Miokarditis dapat menyebabkan dilatasi jantung, thrombus dalam dinding jantung, infiltrasi sel darah merah yang beredar di sekitar pembuluh koroner dan di antara selaput otot. (Smeltzer, 2001: 839) Endokarditis akut timbul sangat cepat, sering timbul pada katup yang sehat dan virus HIV terbawa oleh arus darah dan terkumpul pada katup-katup jantung atau di mana saja pada endokardium. Virus HIV menyerang katup-katup jantung dan bersarang pada matriks-matriks katup kemudian terjadi pertumbuhan vegetatif yang menimbulkan parut dan mmbuat perforasi daun-daun katup. Resiko selanjutnya jika pertumbuhan vegetatif terlepas dan bagian katup masuk ke dalamperedaran darah dan dapat menjadi emboli. Bila emboli vegetatif masuk ke organ-organ seperti limfe atau ginjal akanmenimbulkan abses. Seiring dengan peningkatan progresif, volume diastolic akhir sel-sel otot ventrikel mengalami peregangan melebihi panjang otoimunnya, sehingga seratserat otot tertinggal dalam kurva panjang. Tegangan-tegangan yang dihasilkan menjadi berkurang karena ventrikel teregang oleh darah. Semakin terisi berlebih,ventrikel semakin sedikit darah yang dipompakan keluar sehingga terjadi akumulasi darah dan peregangan serat otot bertambah akibatnya volume sekuncup jantung dan tekanan darah menurun. Cardiak output yang tidak adekuat memidu beberapa respon kompensasi yang berusaha untuk mempertahankan organ-organ tubuh vital. Respon adalah stimulus kepada setiap saraf simpatis yang menimbulkan

dan pengaruh utama yaitu meningkatkan kecepatan dengan kekuatan kontraksi miokardium. (Corwin, 2000: 376)

F.

KOMPLIKASI Komplikasi pada kardiovaskuler jarang sekali terjadi. Tuberculosis dan organisme jamur lainnya dapat menyebabkan efusi pericardial. Oleh karena itu pemeriksaan jantung lengkap harus dilakukan. Masalah yang cukup mengkhawatirkan terutama pada pasien-pasien yang menggunakan obat-obatan suntikan terlarang, adalah kemungkinan adanya infeksi endokarditis bakteri. Kardiomiopati telah dikaitkan dengan HIV dan walaupun jarang terjadi, keadaan ini mengkonotasikan prognosis yang buruk.

G.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Jumlah leukosit dan limfosit Leukosit normal 4500-11.000 sel/mm3 2. T4,T8 ratio normal 2:1, pada AIDS menurun. 3. Tes antibody 4. Kultur virus 5. Polimerasi Chain Reaction (PCR) 6. Kimia darah 7. Hitung darah lengkap, jenis dan trombosit (Kusman, 2002: 57-58)

H.

PATHWAY

Virus HIV (melalui seksual,plasenta, darah, jarum suntik)

Masuk ke dalam tubuh (sistemik)

Transkripsi (DNA)

Replikasi dan mutasi

Mematikan sel T4

Imunodefisiensi sekunder progresif Infeksi jaringan miokard, trjd inflamasi Perubhan frek, irama, konduksi&elektrikal Beban kerja jantung meningkt CO menurun Ktdkseimbngan suplay darah&O2 ke jar miokard dg kebthn Suplay darah&O2 ke jaringan menurun Kelemahan/fatique Intoleransi aktivitas Resiko perubahan perfusi jaringan

Tidak tahu cara pencegahan,penularan HIV

Kurang pengetahuan

I. nyeri

Iskemia jaringan miokard DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan miokard hipotalamus Merangsang nociceptor 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (fatique) 3. Resiko perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah ke miokardium. 4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan tentang pencegahan, penularan HIV.

J.

FOKUS PENGKAJIAN Pengkajian umum pasien AIDS a. Aktivitas/istirahat Gejala : mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, progresi kelelaha/malaise. Perubahan pola tidur. Tanda : kelelahan otot, menurunya masa otot. Respon fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi jantung, pernafasan. b. Sirkulasi Gejala : proses penyembuhan luka yang lambat; perdarahan lama pada cedera. Tanda : takikardia, perubahan TD postural, menurunnya volume nadi perifer, pucat atau sianosis; parpanjangan pengisian kapiler. c. Integritas ego Gejala : faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan (keluarga, pekerjan, gaya hidup,dll), mengkuatirkan penampilan (menurunyya berat badan,dd), mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya,putus asa, tidak berguna, rasa bersalah, dan depresi. Tanda : mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri.perilaku marah, menangis, kontak mata yang kurang.

d. Eliminasi Gejala : diare yang intermiten, terus menerus, sering atau tanpa disertai kram abdominal. Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi. Tanda : feses enter atau tanpa disertai mucus atau darah. Diare pekat yang sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal, perianal. Perubahan dalam jumlah, warna, sdan karakteristik urine. e. Makanan/cairan Gejala : tidak nafsu makan, perubahan dalam mengenali makanan, mual/muntah. Disfagia, nyeri retrosternal saat menelan. penurunan berat badan yang progresif. Tanda : Penurunan berat badan, dapat menunjukkan adanya bising usus hiperaktif, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, adanya selaput puih dan perubahan warna, edema. f. Hygiene Gejala :tidak dapat menyelesaikan AKS Tanda :memperlihatkan penampilan yang tidak rapih. Kekurangan dalam banyak atau semua perawatan diri, aktivitas perawatan diri. g. Neurosensori Gejala :pusing/pening, sakit kepala. Perubahan status mental, kehilangan ketajaman/ kemampuan diri untukmengawasi masalah, tidak mampu mrngingat/ konsentrasi menurun.kelemahan otot, tremor, dan perubahan ketajaman penglihatan. Kebas, kasemutan pada ekstremiats(kaki menunjukkan perubahan paling awal). Tanda : perubahan status mental, dngan rentang antara kacau mental sampai demensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kasadaran menurun, apatis, retardasi psikomotor/respon lambat. Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis. Timbul reflek tidak normal, menurunnya

kekuatan otot, dan gaya berjalan ataksia.tremor pada motorik kasar/halus, menurunnya motorik fokalis. Hemoragi retina dan eksudat. h. Nyeri/kenyamanan Gejala : nyeri umu /local, sakit, rasa terbakar pada kaki. Sakit kepala, nyeri dada pleuritis. Tanda : pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan. Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan/pincang, gerak otot melindungi yang sakit. i. Pernapasan Gejala : ISK sering, menetap. Napas pendek yang progresif. Batuk (mulai dari sedang sampai parah), produktif/non-produktif sputum. Bendungan atau sesak pada dada. Tanda : takipneu, disters pernapasan. Perubahan bunyi npas/bunyi napas adventius. Sputum :kuning j. Keamanan Gejala : riwayat jath, terbakar, pingsan, luka yang lambat penyembuhannya. Riwayat menjalani tranfusi darah yang sering atau berulang. Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker tahap lanjut. Demam berulang: suhu rendah, peningkatan suhu intermitetn/memuncak; berkeringat malam. Tanda : perubahan integritas kulit : terpotong, ram, mis. Eczema, eksantem, psoriasis, perubahan warna, perubahan ukuran/ mola warna mla,; mudah terjadi memar yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Rectum, luka-luka perianal/abses,.timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar linfe pada dua area tubuh/lebih (leher, ketiak, paha).menurunnya kekebalan imim, tekanan otot, perubahan pada gaya berjalan.

k. Seksualitas Gejala : riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan hubungan seksual deang pasangan yang positif HIV, pasangan seksual mltipel, aktivitas seksual yang tidak terlindung, dan seks anal. Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan seks.penggunaan kondom yang tidak konsisten. Menggunakan pil pencegah kehamilan. Tanda : kehamilan atau resiko terhadap hamil. Genetalia : manifestasi kulit(mis. Kutil, herpes) l. Interaksi social Gejala : masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,mis. Kehilangan karabat/orang terdekat, teman, pendukung.rasa takut untuk mengungkapkannya pada orang lain, takut akan penolakan/kehilangan pendapatan. Isolasi, keseian, teman dekat ataupun pasangan yang meninggal karena AIDS. Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana. Tanda : perubahan oada interaksi keluarga/ orang terdekat.aktivitas yang tak terorganisasi. m. Penyuluhan/pembelajaran Gejala :kegagalan untuk mengikuti perwatan, melanjutkan perilaku beresiko tinggi(seksual/penggunaan obat-obatan IV). Penggunaan/ penyalahgunaan obat-obatan IV, sast ini merokok, penyalahgunaan alcohol. Pertinbangan rencana pemulangan: memerlukan bantuan keuangan, obat-obatan/tindakan, perawatan kulit/luka, peralatan/bahan, transpotasi, belanja makanan dan persiapan ; perawatan diri, prosedur perawatan teknis,dll.

5. INTERVENSI 1. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan miokard Kriteria hasil: Menyatakan nyeri hilang atau terkontrol Menunjukkan postur tubuh rileks, kemampuan istirahat atau tidur dengan cukup dan mudah bergerak Mendemonstrasikan penggunaan teknik relaksasi Intervensi: Pantau/catat karakteristik nyeri, catat laporan verbal, petunjuk non verbal, dan respon hemodinamik. Rasional: Variasi penampilan dan perilaku pasien karena nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian. Riwayat verbal dan penyelidikanlebih dalam terhadap faktor pencetus harus ditunda sampai nyeri hilang. Kaji skala nyeri (0-10), intensitas, lokasi, lamanya,kualitas dan penyebarannya. Rasional: Nyeri sebagai pengalaman subjektif dan haarus digambarkan oleh pasien. Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera Rasional: Penundaan laporan nyeri menghambat peredaan nyeri atau memerlukan peningkatan dosis obat. Berikan lingkungan yang tenang, aktivitas perlahan dan tindakan nyaman. Rasional: Menurunkan rangsang eksternal di mana ansietas dan regangan jantung serta keterbatasan kemampuan koping dan keputusan terhadap situasi saat ini Bantu melakukan teknik relaksasi. Rasional: Membantu dalam penurunan persepsi atau respon nyeri Kolaborasi dengan pemberian 02. Rasional: Meningkatkan jumlah 02 yang ada, untuk mengurangi ketidaknyamanan, sehubungan dengan iskemi jaringan. Kolaborasi dengan pemberian obat analgetik Rasional: Menurunkan rasa nyeri.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (fatique) Kriteria hasil: Mendemonstrasikan peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur atau maju dengan frekuensi jantung atau irama dan TD dalambatas normal pasien dan kulit hangat. Intervensi: Catat/dokumentasi frekuensi jantung, irama, dan perubahan TD sebelum, selama, sesudah aktivitas sesuai indikasi. Rasional: Kecenderungan menentukan respon pasien terhadap aktivitas dan dapat mengindikasikan penurunan O2 miokardia yang memerlukan penurunan tingkat aktivitas. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas pada dasar nyeri/respon

hemodinmik.Berikan aktivitas senggang yang tidak berat. Rasional: Menurunkan kerja miokard atau konsumsi O2, menurunkan resiko komplikasi Jelaskan pola peningkatan tahap dari tingkat aktivitas

Rasional: Aktivitas yang maju memberikan kontrol jantung,meningkatkan regangan dan mencegah aktivitas berlebihan. Kaji ulang tanda atau gejala yang menunjukkan tidak toleran terhadap aktivitas atau memerlukan laporan pada perawat atau dokter. Rasional: Palpitasi,nadi tak teratur, adanya nyeri dada, atau dispnea dapat mengindikasikan kebutuhan olah raga atau obat.

3. Resiko perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah ke miokardium Kriteria hasil: Mendemonstrasikan perfusi adekuat secara individual contoh kulit hangat dan kering, ada nadi perifer atau kuat, tanda vital dalam batas normal,

pasien sadar atau berorientasi, keseimbangan pemasukan atau pengeluaran, tidak ada edema, bebas nyeri atau ketidaknyamanan. Intervensi: Selidiki perubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinu contoh: cemas, bingung, letargi, pingsan. Rasional: Perfusi serebral secara langsung dengan curah jantung dan juga dipengaruhi oleh elektrolit atau variasi asam basa, hipoksia atau emboli sistemik Lihat pucat, sianosis, belang, kulit dingin atau lembab, catat kekuatan nadi perifer. Rasional: Vasokontriksi sistemik diakibatkan oleh penurunan curah jantung mungkin dibuktikan oleh penurunan perfusi kulit dan penurunan nadi Kaji tanda homan (nyeri pada betis dengan posisi dorso fleksi), eritema, dan edema. Rasional: Indikator trombosis vena dalam Dorong latihan aktif atau pasif, hindari latihan isometric Rasional: Menurunkan statis vena,meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan O2. Pantau pemasukan dan catat perubahan haluaran urin, catat berat jenis sesuai indikasi. Rasional: Penurunan pemasukan atau mual terus-menerus dapat mengakibatkan penurunan sirkulasi. 4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan tentang pencegahan, penularan HIV. Kriteria Hasil: Menyatakan pemahaman proses penyakit, program pengobatan dan potensial komplikasi. resiko trombophlebitis. Namun latihan isometric dapat mempengaruhi curah jantung dengan meningkatkan kerja miokard dan konsumsi

Intervensi

Mengidentifikasi perilaku/perubahan pola hidup untuk mencegah komplikasi. Mengenali kebutuhan untuk kerjasama dan mengikuti perawatan.

Jelaskan rasional pengobatan, dosis, efek samping dan pentingnya minum obat yang sesuai resep. Rasional: Dapat meningkatkan kerjasama dengan terapi obat dan mencegah penghentian sendiri pada obat. Anjurkan memantau BB sendiri dan pencatatan. Rasional: Indikator utama keefektivan terapi Tekankan pentingnya melaporkan rasa haus berlebihan, pusing berat atau episode berdenyut. Rasional: Dapat mengindikasikan kebutuhan evaluasi status elektrolit. Diskusikan keamanan pencegahan yang meminimalkan hipotensi ortostatik. Rasional: Tindakan ini membantu meminimalkan efek samping dan meningkatkan tekanan darah postural. Diskusikan kebutuhan pasien untuk keseimbangan aktivitas dan istirahat. Rasional: Program aktivitas bertahap yang konsisten dan tepat, paling baik, meminimalkan kondisi, kelemahan, mencegah kelebihan kerja yang dapat meningkatkan beban kerja jantung.

DAFTAR PUSTAKA

Djuanda,Adi. 1993. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. FKUI: Jakarta Doenges ,M.E, 2000, Rencana Asuhan keperawatan , EGC; Jakarta Price ,S.A, 1995, Patofisiologi Klinis dan Proses-proses Penyakit, EGC; Jakarta. Tim KMB, 2006, Kumpulan kuliah KMB AIDS, Stikes muh Gombong --------, 2006, http://images.google.co.id/images?q=virus+AIDS, diakses pada tanggal 15 Maret 2006 pukul 13.28 WIB. -------, 2006, http://www.lib.viowa-edu/hardin/md/cdc/boss.html, diakses pada tanggal 15 Maret 2006 pukul 13.28 WIB.

Dosen Pembimbing : Bpk. Safrudin A.N.S, S.Kep KELOMPOK II 1. Ahmad Alvi M 2. Diana Kusumaningtyas 3. Kori Nirwanati 4. Mamah Darimah 5. Purwadi Laksono 6. Tri Sumarsih (A1.03.00003) (A1.03.00008) (A1.03.00027) (A1.03.00033) (A1.03.00039) (A1.03.00050)

PRODI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MUHAMMADIYAH GOMBONG 2006

Vous aimerez peut-être aussi