Vous êtes sur la page 1sur 14

3.

Sistem Pencernaan
3.1. Alat / Saluran Pencernaan 3.2. Struktur dan Fungsi Organ Pencernaan 3.3. Proses Pencernaan 3.4. Enzim Pencernaan 3.5. Proses Rangsangan Sekresi Enzim 3.6. Penentuan Koefisien Cerna

Pencernaan adalah proses lanjutan dari pengambilan pakan (feed intake) oleh hewan dan merupakan salah satu parameter untuk mengevaluasi mutu pakan secara biologis. Pencernaan juga dimaksudkan sebagai persiapan untuk proses penyerapan nutrien yang akan dimanfaatkan lebih lanjut oleh sel tubuh. Ketika hewan makan dalam pengertian memasukkan makanan ke dalam mulut maka makanan mulai mengalami proses pencernaan. Makanan tersebut selanjutnya akan bergerak melalui alat (saluran) pencernaan sesuai dengan ritme gerakan dari alat pencernaan dan secara bertahap akan dicerna lebih lanjut di beberapa bagian alat pencernaan sampai berakhir di anus. Makanan yang tidak dicerna akan dikeluarkann melalui anus dalam bentuk feses, sedangkan bagian pakan dari jumlah yang dimakan tetapi tidak keluar dalam feses disebut bagian pakan yang dicerna. Fraksi pakan yang dicerna merupakan materi yang siap untuk diserap dan dimanfaatkan oleh tubuh.

3.1. Alat / Saluran Pencernaan


Pengenalan alat pencernaan (tractus digestivus) merupakan hal penting karena alat pencernaan sangat erat hubungannya dengan penggunaan makanan dan zat makanan. Bermacam-macam organ dan kelenjar serta produknya terlibat dalam berbagai hal mulai dari cara pengambilan makanan (intake), pencernaan (digestion) dan penyerapan (absorption). Secara umum alat pencernaan berperan sebagai berikut : 1. Melindungi tubuh dari infeksi mikroba 2. Menyalurkan makanan yang ditelan 3. Melarutkan/merombak makanan melalui proses pencernaan mekanis, hidrolitis/enzimatis dan fermentative (pada hewan tertentu) 4. Menyerap zat makanan dan mengeluarkan bahan yang tidak dicerna Pada dasarnya alat pencernaan hewan hampir sama yaitu terdiri dari mulut, lambung (perut), usus halus dan usus besar. Namun pada perkembangan selanjutnya terjadi modifikasi alat pencernaan yang disesuaikan dengan jenis makanan yang mengakibatkan tipe, fungsi dan sistem pencernaannya menjadi berbeda. Hubungan antara jenis makanan dengan alat pencernaan demikian

Bab-3: Sistem Pencernaan

III-1

eratnya sehingga hewan dapat digolongkan menurut jenis makanannya atau tipe alat pencernaannya serta proses pencernaannya. Berdasarkan jenis makanannya hewan dikelompokkan menjadi KARNIVORA (pemakan daging), HERBIVORA (pemakan tanaman), dan OMNIVORA (pemakan tanaman/nabati dan makanan asal hewani/daging). Menurut tipe alat pencernaannya hewan digolongkan ke dalam MONOGASTRIK dan POLIGASTRIK. Monogastrik adalah hewan berperut tunggal dan sederhana. Alat pencernaannya terdiri dari mulut, esophagus, perut, usus halus, usus besar dan rektum. Sistem pencernaannya disebut simple monogastric system. Poligastrik adalah hewan berperut ganda (kompleks) seperti ruminansia sejati (hewan yang mempunyai rumen) yaitu sapi kerbau, kambing, domba, rusa, anoa, antelope dan pseudo-ruminant (onta, llama). Sistem pencernaannya disebut pollygastric system. Berbeda dengan hewan mammalia tipe alat pencernaan unggas sangat spesifik.

Hewan Karnivora
Hewan karnivora adalah kelompok hewan pemakan daging (makanan asal hewan), mempunyai gigi taring untuk mencabik makanannya, perutnya tunggal (monogastrik) dan sederhana. Alat pencernaannya pendek karena pakannya (daging) yang tidak berserat sehingga mudah dicerna (Tabel; 3.1.). Yang termasuk kedalam kelompok ini adalah anjing, kucing dan beberapa jenis hewan liar lainnya.

Hewan Ominivora
Hewan omnivora memiliki perut tunggal. Alat pencernaannya relatif lebih panjang, lebih kompleks dan cecum-colonnya (usus besar) lebih berkembang karena sebagian pakannya adalah nabati yang mengandung serat. Sistem pencernaannya sama dengan karnivora, yaitu simple monogastric system contohnya babi. Secum dan kolon babi hutan lebih besar daripada babi peliharaan. Hewan omnivora dengan sistem pencernaan sederhana, mempunyai perut berupa kantong yang dilengkapi dengan kelenjar yang mensekresikan HCl dan pepsinogen sebagai prekursor pepsin.

Gambar 3.1 Alat pencernaan babi

Bab-3: Sistem Pencernaan

III-2

Tabel 3.1 Ukuran alat pencernaan beberapa jenis hewan


Kapasitas Hewan
Anjing Babi Kuda Sapi Kambing dan Domba
Perut Usus Halus Secum Kolon dan Rektum Panjang Usus/Panjang Tubuh

Rasio
Luas Permukaan AP / Luas Permukaan Tubuh

63 29 9 71 67

23 33 30 18 21

1 6 16 3 2

13 32 45 8 10

6:1 14 : 1 12 : 1 20 : 1 27 : 1

0,6 : 1 2,2 : 1 2,2 : 1 3,0 : 1

Hewan Herbivora
Alat pencernaan herbivora lebih panjang dan lebih kompleks serta telah mengalami modifikasi yang memungkinkan herbivora dapat menggunakan serat (selulosa dan polisakarida lain seperti hemiselulosa) dalam jumlah relatif banyak. Ciri khas kelompok hewan ini adalah saluran pencernaannya mempunyai bagian yang membesar yang dihuni oleh mikroba dan berfungsi sebagai tempat pencernaan fermentatif. Berdasarkan lokasi keberadaan mikroba, herbivora digolongkan menjadi foregut fermentors (pregastric fermentors) dan hindgut fermentors. Pada hewan foregut fermentors pencernaan fermentatif terjadi sebelum usus seperti terjadi pada hewan ruminansia (sapi, kerbau, kambing, domba yang berperut ganda) dan non ruminansia (hamster, kangaroo, hippotatamus yang berperut tunggal). Pada ruminansia pencernaan fermentatife terjadi di rumen yang berkapasitas sangat besar (Gambar 3.2.).

Gambar 3.2 Alat pencernaan sapi

Golongan hindgut fermentors mengalami pembesaran saluran pencernaan sesudah usus yaitu pada secum dan atau kolon yang dihuni oleh mikroba dan berfungsi sebagai tempat proses pencernaan fermentatif . Sistem pencernaannya disebut monogastric functional caecum system. Kelinci, tikus dan binatang pengerat adalah cecal fermentors mempunyai cecum yang membesar (Gambar 3.3). Cecal fermentors dikenal bersifat coprophagy (makan feces malam = feces lunak yang kaya vitamin dan protein mikroba), recycling melalui coprophagy memungkinkan herbivora kecil dapat makan serat kasar.

Bab-3: Sistem Pencernaan

III-3

Gambar 3.3 Alat pencernaan kelinci

Hewan herbivora lain seperti kuda, gajah, monyet dan babi hutan adalah colonic digester, kolonnya relatif besar (Gambar 3.4).

Gambar 3.4 Alat pencernaan kuda

3.2. Struktur dan Fungsi Organ Pencernaan 3.2.1. Struktur dan Fungsi Organ Pencernaan Unggas
Organ pencernaan unggas merupakan modifikasi khas dari kelompok hewanberperut tunggal (monogastrik0 dan pemakan campuran akan asal tanaman dan hewan (omnivora). Organ pencerbnaannya terdiri dari :

Bab-3: Sistem Pencernaan

III-4

Mulut
Unggas tidak mempunyai gigi sehingga seluruh makanannya yang berupa butir-butiran ditelan. Lidahnya mempunyai bungkul perasa (taste buds) # 25 buah sehingga tidak peka terhadap rasa makanan. Bibir dan gigi digantikan oleh paruh sebagai alat untuk mengambil makanan. Saliva unggas mengandung amilase sesuai dengan jenis pakannya yang sebagian besar karbohidrat.

Esophagus
Berfungsi menyalurkan makanan dari mulut ke crop (tembolok) dan dari crop ke proventriculus.

Crop ( Tembolok)
Crop merupakan pembesaran esophagus, berfungsi sebagai gudang tempat penyimpanan makanan sementara. Crop mensekresikan lendir untuk membasahi dan melunakkan makanan tetapi tidak mensekresikan enzim. Di dalam crop tidak terjadi penyerapan.

Proventriculus (perut, lambung)


Proventriculus merupakan pembesaran esophagus sesudah crop, ukurannya lebih kecil daripada crop. Di dalam proventriculus disekresikan lendir dan getah lambung yang mengandung pepsin dan HCl. Makanan tidak lama tinggal di dalam proventriculus karena ukurannya kecil sehingga pencernaannya terbatas.

Gizzard/Ventriculus (Rempela)
Gizzard merupakan organ paling besar, terletak di belakang proventriculus, berdinding tebeldan tidak menghasilkan enzim. Kondisinya lebih keringsehingga kurang memungkinkan untuk aktifitas enzim. Di dalam gizzard terjadi pencernaan mekanis untuk menggiling makanan sebelum masuk ke usus halus. Di dalam gizzard sering ditemukan batu-batuan/grit/benda-benda keras.

Usus Halus
Berbeda dengan hewan lain (mammalia) dimana usus halus langsung berhubungan dengan perut, maka pada unggas bagian usus halus yang paling depan (doudenum) terletak langsung sesudah gizzard. Di dalam usus halus terjadi pencernaan enzimatis. Doudenum menjadi tempat bermuara getah pankreas dan semua enzim pencerna zat makanan serta garam empedu yang diproduksi di hati. Dinding dalam doudenum mempunyai vili-vili (tonjolantonjolan) halus untuk memperluas permukaan sehingga penyerapan zat makanan efisien dan cepat.

Bab-3: Sistem Pencernaan

III-5

Caeca (usus buntu)


Unggas mempunyai dua caeca (usus buntu) sehingga disebut caeca (khas pada unggas). Caeca merupakan pembesaran pada daerah perbatasan antarausus halus dan usus besar, fungsinya membantu penyerapan. Caeca dapat dihilangkan tanpa menggangu proses pencernaan.

Usus Besar
Di dalam usus besar masih terjadi pencernaan dan penyerapan tetapi dalam jumlah terbatas. Di Usus besar terjadi penyerapan air.

Cloaca
Cloaca terletak sesudah usus besar serupa dengan rectum pada mammalia tetapi cloaca bukan hanya tempat bermuara feces melainkan juga urin bahkan sperma (unggas jantan) dan telur (unggas betina).

3.2.2. Struktur dan Fungsi Organ Pencernaan Ruminansia Mulut


Lidah pada ruminansia berfungsi sebagai tangan untuk mengambil makanan, pada sapi ukurannya besar dan panjang serta permukaannya kasar karena dilengkapi dengan kait-kait yang menghadap ke dalam dan berfungsi untuk mencegah makanan agar tidak meluncur keluar. Lidah juga dilengkapi dengan bungkul perasa (taste buds) dalam jumlah besar (sapi 48 000) sehingga peka terhadap rasa makanan. Gigi berfungsi sebagai penggiling/penggilas makanan. Gigi sapi tidak lengkap gigi seri (incisors) pada rahang atas dan taring (canine) digantikan oleh gusi sebagai bantalan yang keras. Rahang sapi bergerak horizontal. Susunan gigi sapi 0 0 3 3 4033 Saliva ruminansia berperan sangat penting sebagai sumber air (90%) dan sebagai buffer (pH 8.2 8.4) terutama garam fosfat dan karbonat untuk menetralkan asam produk fermentasi di rumen. Saliva merupakan sumber natrium dan nitrogen hasil daur ulang N. Saliva mengandung lendir sebagai pelumas makanan untuk mempermudah penelanan. Saliva diseksresikan terus menerus dalam jumlah besar (ruminansia besar 100-150 l/hari; ruminansia kecil 10-13 l/hari). Saliva tidak mengandung enzim kecuali pada anak yang masih menyusu terdapat enzim pregastrik esterase sebagai pencerna lemak susu. Sekresi saliva dipengaruhi oleh : kegiatan pengunyahan (mastikasi), kegiatan makan (penelanan), bentuk fisik makanan, kadar air pakan, derajat kehalusan makanan dan faktor genetik.

Bab-3: Sistem Pencernaan

III-6

Esophagus
Saluran yang menghubungkan pharynx (rongga mulut) dengan daerah cardia di sebelah kanan retikulum (perut depan). Esophagus berperan dalam pengembalian bolus (proses regurgitasi) dan pengeluaran gas produk fermentasi (proses eruktasi). Esopgagus pada ternak dewasa dalam keadaan terbuka, pada anak yang masih menyusu dalam bentuk saluran (tertutup) disebut esophageal groove/ductus esophagii untuk menyalurkan makanan cair (susu) langsung ke perut sejati (abomasum).

Perut
Perut ruminansia terdiri dari empet bagian (poligastrik) yaitu rumen, retikulum, omasum dan abomasum.

Rumen
Pada ternak dewasa rumen merupakan bagian perut terbesar (80 %, 300 l) disebut perut handuk atau perut beludru karena dinding dalamnya ditumbuhi papil (penjuluran) untuk memperluas permukaan. Rumen menempati hampir seluruh bagian kiri ruang perut dihuni oleh bakteri, protozoa dan fungi. Rumen berfungsi dalam pencampuran, pengadukan, pencernaan dan pengaliran digesta ke organ pencernaan berikutnya. Di rumen terjadi proses fermentasi, penyerapan produk fermentasi, sintesis sel mikroba, sintesis vitamin B 12 dan vitamin K. Di rumen tidak disekresikan enzim.

Retikulum
Terletak di bagian paling depan dari perut, kapasitasnya 5%, dihubungkan dengan rumen oleh lubang besar sehingga nampak bersatu. Dinding dalam retikulum mengandung tonjolan pendek dan tipis (cristae) berbentuk sarang tawon/jala sehingga disebut perut jala/perut sarang tawon (honey comb). Pada satu sisi peran retikulum sama dengan esophagus dalam proses regurgitasi dan eruktasi di sisi lain melalui kontraksi berperan membantu rumen untuk pengadukan, pencernaan dan pengaliran digesta ke omasum.

Omasum
Kapasitasnya 7%, dinding dalamnya dilengkapi dengan laminae (lembaran-lembaran seperti buku terbuka) Lembaran tersebut mempunyai bintil yang berfungsi untuk menggilas/menghahuskan makanan, menyaring dan menahan padatan agar tidak masuk ke abomasum (perut sejati). Di dalam omasum terjadi penyerapan air. Omasum terletak di bagian kanan ruang perut.

Abomasum
Kapasitasnya 8%, merupakan perut sejati yang dilengkapi dengan kelenjar penghasil enzim, dengan demikian abomasum disebut juga sebagai perut kelenjar. Dinding dalam abomasum berlipat-lipat berfungsi untuk mencegah agar makanan tidak cepat berlalu sehingga cukup waktu untuk dicerna dalam

Bab-3: Sistem Pencernaan

III-7

abomasum. Abomasum mensekresikan getah lambung (pepsin) dan HCl, pH 24 seperti perut monogastrik. Di abomasum terjadi pencernaan enzimatis (hidrolitis). Abomasum terletak di sebelah kanan rumen di bawah omasum. Abomasum dihubungkan dengan usus halus oleh pilorus yang berbentuk jaringan otot lingkar yang berperan untuk mengontrol laju aliran digesta ke usus. Abomasum dengan omasum dibatasi oleh jaringan agar digesta tidak kembali ke omasum.

Usus Halus
Terdiri dari tiga segmen yaitu doundum yang langsung bertaut dengan perut, jejunum dan ileum. Pada doendum bermuara getah pankreas yang mengandung semua enzim pencerna zat makanan dan tempat bermuaranya garam empedu yang di produksi di hati dan disimpan dalam kantong empedu. Empedu mengandung garam2 yang sangat penting untuk absorpsi lemak.Jejunum dan ileum mempunyai vili yang panjang untuk memperluas permukaan guna efisiensi penyerapan. Usus halus terutama doudenum merupakan tempatutama pencernaan enzimatis dan penyerapan yang paling efisien dan terbesar.

Cecum
Pada sapi ukurannya kecil dan kurang penting dan kurang berperan dalam pencernaan walaupun mengandung bakteri.

Usus Besar (Kolon)


Tempat penyerapan air dan bahan yang tidak sempat diserap di usus halus. Usus besar berakhir di anus.

3.2.3. Struktur dan Fungsi Organ Pencernaan Kuda dan Kelinci Herbivora Monogastrik
Perut kuda kecil 8,5 %, tetapi colon dan rectumnya besar 45 %. Di dalam colon terjadi pencernaan fermentatif sesudah usus, hasil fermentasi berupa vitamin diserap di usus besar. Protein bakteri relative sedikit karena protein pakan sudah dicerna di usus. Cecum kelinci merupakan tempat pencernaan fermentatif yang menghasilkan protein mikroba dan vitamin. Produk fermentasi dimanfaatkan dengan cara Copropagy (makan feces lunak) yang biasanya dilakukan pada pagi hari. Feces lunak yang didaur ulang mencapai 20-40 %. Fungsi dan struktur organ pencernaan lain sama seperti pada monogastrik lainnya.

Bab-3: Sistem Pencernaan

III-8

3.2.4. Struktur dan Fungsi Organ Pencernaan Babi Omnivora Monogastrik


Mulut babi mengeluarkan saliva yang mengandung enzim amilase untuk memecah polisakarida sesuai dengan jenis pakannya yang sebagian besar terdiri dari karbohidrat tidak berstruktur. Saliva babi 99 % terdiri dari air dan 1 % lendir, pHnya sekitar 7 (netral) Esopaghus Babi tidak berperan khusus kecuali sebagai saluran untuk makanan dari mulut masuk ke perut. Perut babi terbagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian cardia yang mempunyai kelenjar, mensekresikan lendir tetapi tidak memproduksi asam/enzim pencernaan. Setelah cardia ada bagian yang disebut fundus yang mempunyai kelenjar dan menghasilkan enzim yang belum aktif, yaitu pepsinogen. Bagian fundus juga menghasilkan HCl yang akan mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin. Fundus juga menghasilkan lendir. Bagian pylorus yaitu bagian perut yang menghubungkan usus dengan perut. Pyrolus mempunyai kelenjar dan mensekresikan sedikit enzim pencerna protein dan lendir. Dinding perut Babi berlapis empat untuk memperluas permukaan Usus halus, serupa dengan ruminansia. Cecum dan colon babi liar lebih besar daripada babi peliharaan, Cecum dan colon tempat pencernaan fermentatif karena pakan seratnya relatif lebih banyak daripada babi peliharaan.

3.3. Proses Pencernaan


Berdasarkan jenisnya proses pencernaan dibedakan atas 3 jenis, yaitu: proses mekanis, hidrolitis dan fermentatif.

Mekanis
Pencernaan secara mekanis umumnya terjadi di mulut dengan bantuan gigi sebagai alat pemotong. Pada ternak unggas yang tidak memilki gigi fungsinya digantikan oleh grit (batu-batu kecil) yang terdapat dalam gizard atau ventrikulus. Fungsi Memperkecil partikel makanan Pencampuran dengan saliva/lendir sebagai pelumas Dalam mulut (monogastrik + poligastrik) Dalam gizzard (unggas)

Pada ruminansia proses pengambilan makanan dilakukan oleh lidah, kemudian dipotong-potong oleh gigi untuk kemudian ditelan ke dalam rumen. Bolus adalah gumpalan makanan dalam bentuk bulat sehingga memudahkan dalam penelanan. Regurgitasi adalah proses pengeluaran bolus makanan yang masih kasar kembali ke mulut untuk dikunyah kembali (remastikasi = memamah biak). Biasanya memamah biak dilakukan ternak ruminasia sambil berbaring. Selama proses mastikasi, saliva dihasilkan untuk membatu proses pencernaan dan sebagai pelicin.

Bab-3: Sistem Pencernaan

III-9

Hidrolitik
Pencernaan hidrolitik atau enzimatis adalah pencernaan yang dilakukan oleh enzim-enzim pencernaan. Pada pencernaan hidrolitik ini polimer dipecah menjadi monomer, misalnya karbohidrat dipecah menjadi glukosa, atau protein dipecah menjadi asam amino. Pada ternak monogastrik pencernaan ini umumnya dilakukan dalam perut (lambung), atau pada unggas di proventrikulus, sedangkan pada ruminansia dilakukan pada abomasum (perut sejati). Pencernaan ini juga dilakukan di mulut terutama pada ternak monogastrik. Pencernaan hidrolitik yang utama dilakukan di usus dan terjadi pada semua ternak.

Fermentatif
Pencernaan fermentatif dilakukan atas bantuan mikroba. Pada proses pencernaan fermentatif zat makanan dirombak menjadi senyawa lain yang berbeda sifat kimianya sebagai zat intermediate. Mikroba yang terlibat dalam proses pencernaan ini memiliki sifat selulolitik dan proteolitik. Pada ruminansia pencernaan fermenetatif terjadi di dalam rumen dan retikulum, sedangkan pada hewan herbivora lainnya terjadi pada kolon, atau sekum.

3.4. Enzim Pencernaan


Enzim yang membantu dalam proses pencernaan dihasilkan oleh kelenjarkelenjar yang terdapat dalam mulut, lambung, pankreas dan usus. Enzim yang belum aktif disebut pro enzim atau zimogen.

3.4.1. Mulut
Di dalam mulut dihasilkan saliva yang mengandung enzim pregastric esterase (lipase) dan -amilase terutama pada ternak ruminaisa muda. Enzim umilase berperan dalam memecah pati (pada monogastrik dan unggas)

3.4.2. Perut
Selsel mukosa dalam perut menghasilkan cairan lambung/cairan pencernaan/gastric juice. Bagian-bagian perut yang terkait dengan enzim pencernaan adalah: Bagian Cardiac: yang mempunyai kelenjar menghasilkan lendir Bagian Fundus: terdiri dari sel utama yang menghasilkan pepsinogen, sel parietal menghasilkan HCl, serta sel epithel menghasilkan mucin/lendir. Bagian Pylorus: menghasilkan hormon gastrin Hormon gastrin akan merangsang sel-sel parietal sehingga disekresikan HCL. Kemudian suasana asam oleh kehadiran HCL akan mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin. Selanjutnya pepsin sebagai enzim aktif akan membantu pengaktifan pepsinogen. Proses pengaktifan pro enzim oleh enzimnya sendiri disebut autokatalisis.

Bab-3: Sistem Pencernaan

III-10

Pepsin (endopeptidase) merupakan enzim pemecah rangkaian asam amino di bagian dalam/tengah. Enzim ini bekerja optimum pada pH 2.0 (1.5-4.6). Dengan asam amino target yaitu PHE, TYR, TRP (AA aromatik). Gelatinase disebut dengan Parapepsin I. Gelatinase Stabil pada pH 7.0, Inaktif terhadap albumin darah, tidak mengandung fospat serin dan lebih khas untuk pencernaan gelatin Gastricsin disebut parapepsin II serupa dengan parapepsin I, pH optimum sekitar 3.0 Rennin dihasilkan dalam lambung anak ternak yang minum susu, rennin berfungsi untuk menggumpalkan (koagulasi) kasein (protein susu) menjadi parakasein. Parakasein ditambah Ca++ menjadi kalsium parakaseinat (menggumpal-mengendap). Kalsium parakaseinat dicerna oleh pepsin dan disempurnakan pencernaannya di usus.

3.4.3. Usus
Usus adalah tempat pencernaan zat makanan yang paling sempurna dan efisien. Di usus disekresikan 4 macam zat yaitu : Getah usus (doudenal juice) yang dikeluarkan melalui ductus (saluran) diantara vili, bersifat alkalis dan berfungsi sebagai pelumas dan melindungi dinding doudeum dari HCL yang masuk dari lambung. Getah pankreasdisekresikan oleh kelenjar pankreas yang terletak pada lipatan doudeum melalui ductus. Enzim-enzim yang disekresikan oleh pankreas adalah Tripsinogen yang diaktifkan menjadi tripsin oleh enterokinase yang disekresikan oleh mukosa doudenum. Tripsin bersifat endopeptidasae memecah ikatan peptida pada AA Lys dan Arg. Tripsin berperan sebagai autokatalisis pada tripsinogen. Khimothipsinogen diaktifkan menjadi khimotripsin oleh tripsin, bersifat endopeptidase memecah ikatan peptida khas pada AA aromatik. Prokarboksi peptidase A dan B diaktifkan oleh tripsin menjadi karboksi peptidase A dan B. Karboksi peptidase A memecah C ujung pada gugus amino dan karboksil khusus untuk AA aromatik dan AA netral. Karboksi peptidase B, pada AA Len, Arg dan Lys yang berada di ujung. - amilase, memecah pati (amilum) dan glikogen. Enzim pencerna karbohidrat yang lain adalah sukrase, maltase, isomaltase, laktase Lipase, memecah lemak

Empedu, disekresikan oleh hati melalui ductus empedu dan disimpan di dalam kantong empedu, tidak disekresikan bila tidak diperlukan. Empedu mengandung garam Na dan K, pigmen (bilirubin dan biliverdin), kholesterol dan lendir (mucin). Garam empedu penting untuk mengaktifkan lipase pankreas dan mengemulsikan lemak. Succus entericus

Bab-3: Sistem Pencernaan

III-11

3.5. Proses Rangsangan Sekresi Enzim


Asam (HCl) dari perut masuk ke doudenum (merangsang dinding usus ransangan diteruskan ke pusat hormon terjadi sekresi hormon secretin, secretin merangsang sel pankreas untuk sekresi getah pankreas (mengandung ion dikarbonat/pH basa) sehingga pH akhir netral. Produk pencernaan lain (peptida) dari perut langsung ke usus, merangsang dinding usus untuk mensekresikan hormon pankreozimin yang merangsang sekresi proenzim dan enzim tripsin, chymotripsin carboxypeptidase A dan B; amilase dan lipase dari bentuk tidak aktif (zymogen) menjadi aktif (enzim). Empedu disekresikan oleh hati dan disimpan di dalam kantong empedu. Empedu dikeluarkan melalui ductus empedu ke lumen doudenum dan tidak disekresikan bila tidak diperlukan. Empedu mengandung garam Na dan K, pigmen (bilirubin dan biliverdin), cholesterol dan lendir (mucin). Garam empedu penting untuk mengaktifkan Lipase pankreas dan mengemulsikan Lemak.

3.6. Penentuan Koefisien Cerna


Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam pengukuran koefisien cerna suatu pakan atau bahan pakan adalah sebagai berikut: Mengukur ransum yang dimakan dan feces yang dieksresikan Zat makanan yang dicerna sama dengan zat makanan yang dimakan (intake) dikurangi zat makanan yang keluar dari tubuh melalui feces Feces yang dikumpulkan harus terpisah (pakan tidak tercerna) dari urin.

Metode yang umum dalam penentuan koefisien cerna adalah: 1) metode koleksi total dan 2) metode indikator

Metoda Koleksi Total


Mengumpulkan/menimbang seluruh ransum yang dimakan Mengumpulkan/menimbang seluruh feces yang di eksresikan Mengambil contoh dan menganalisa ransum Mengambil contoh dan menganalisa feces

a. Apparent Digestible Coeficient (ADC) = Koefisien Cerna Semu Seluruh nutrien yang dikeluarkan dalam feces berasal dari makanan yang dimakan tetapi tidak dicerna Rumus :

ADC =
ADC =

Intake Feces x100% Intake


( KonsumsiBKx% z.m.) ( BKfecesx% z.m.) x100% konsumsiBKx% z.m.

Bab-3: Sistem Pencernaan

III-12

Pengukuran ADC dengan memperhitungkan sisa: ADC ADC ADC = = =

OF x100% (tanpa memperhitungkan sisa) I


ORF x100% (memperhitungkan sisa yang tidak dimakan) OR O (R + F ) x100% (sisa dianggap terbuang sebagai feces) OR

O = offered sama dengan diberikan R = residu sama dengan sisa tidak dimakan F = feces (tinja); jumlah feces akan mempengaruhi nilai koefisien cerna, pengaruh feces akan lebih jelas untuk bahan yang sulit dicerna. B. True Digestible Coeficient (ADC) = Koefisien Cerna Sejati Tidak seluruh nutrien yang keluar dalam feces berasal dari makanan tetapi ada sebagian yang berasal dari saluran pencernaan (jaringan dinding alat pencernaan yang aus, bakteri-bakteri yang mati, enzim-enzim yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang keluar bersama-sama dengan z.m. yang tidak dicerna). Nutrien yang bukan berasal dari bahan makanan disebut Metabolic Fecal Nutrient (MFN). Zat makanan ini (umumnya senyawa N) sulit diukur karena ternak harus diberi ransum tanpa N (purified diet) yang tidak disukai.

TDC =

I ( F MFN ) x100% I

Metoda Indikator
Metode pengukuran kecernaan dengan (marker/perunut) dilakukan dengan prinsip bahwa: menggunakan indikator

Tidak perlu mengumpulkan seluruh feces Pengambilan contoh untuk analisa secara acak Analisa contoh mencakup zat makanan dan zat indikator Indikator yang umum digunakan adalah indikator internal dan ekternal. Indikator internal secara alamiah terdapat didalam makanan, misalnya kromogen, lignin atau SiO2 (silikat). Sedangkan indikator eksternal, atau sengaja ditambahkan dari luar umumnya adalah Fe2O3, Cr2O3, karet gelang, potongan plastik atau radioisotop. Syarat Indikator : 1. zat perunut (indikator) harus dapat bercampur secara homogen dengan makanan/ransum 2. tidak dapat dicerna (relatif bisa dicerna < 5-10%) 3. mudah dianalisa 4. tidak menggangu kesehatan ternak 5. sedapat mungkin tersedia secara alamiah

Bab-3: Sistem Pencernaan

III-13

Rumus:

% Indikatorfeed % z.m. feces ADC = 100 100 x %indikatorfeces % z.m. feed


ADC

% Indikatorfeed % z.m. feces = 1 1 x %indikatorfeces % z.m. feed

% Indikatorfeces I = xF %indikatorfeed
I = Intake F = Feces Perumusan indikator sering digunakan untuk menduga konsumsi pakan (rumput) pada ternak yang digembalakan, ternak dilengkapi dengan fecal bag sehingga jumlah feces diketahui, contoh rumput dan feces di analisa z.m. dan indikatornya.

Sumber Bacaan
McDonald, P., RA. Edwards, JFG. Greenhalgh, and CA. Morgan. 2002. Animal Nutriotion. Prentice Hall. Sutardi, 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan IPB. Bogor

Bab-3: Sistem Pencernaan

III-14

Vous aimerez peut-être aussi