Vous êtes sur la page 1sur 12

1

ASBAB AL-NUZUL Oleh: Saparuddin Rambe A. Pendahuluan Alquran merupakan kitab suci agama Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Kehadiran Alquran merupakan penyempurna bagi kitab suci sebelum Alquran, sehingga Alquran adalah kitab yang terakhir yang diturunkan Allah Swt secara berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan yang timbul. Orang akan salah menangkap pesan-pesan Alquran secara utuh, jika hanya memahami bahasanya saja, tanpa memahami konteks historisnya. Agar dipahami secara utuh, Alquran harus dicerna dalam konteks perjuangan Nabi dan latar belakang perjuangannya. Oleh sebab itu hampir semua literatur yang berkenaan dengan Alquran menekankan pentingnya asbab an-nuzul (alasan pewahyuan). Pengetahuan tentang latar belakang turunnya sebagian ayat Alquran itu sangat penting. Seseorang bisa tidak tepat memahami ayat Alquran itu jika tidak mengetahui sebab-sebab turunnya. Oleh sebab itu pengetahuan tentang sebabsebab nuzul itu banyak membantu bagi penggalian makna ayat Alquran.1 Dalam makalah ini, pemakalah akan membahas asbab al-nuzul (alasan pewahyuan) yang akan dimulai dari pengertian asbab al-nuzul, urgensi dan kegunaan asbab al-nuzul,cara mengetahui riwayat asbab al-nuzul, macam-macam asbab al-nuzul, bentuk ungkapan asbab al-nuzul dan beberapa riwayat mengenai asbab al-nuzul. B. Pengertian Asbab al-Nuzul Ungkapan asbab al-nuzul merupakan bentuk idhafah dari kata asbab dan nuzul. Secara etimologi terjadinya asbab sesuatu.2 al-nuzul adalah segala sebab-sebab fenomena yang yang melatarbelakangi
1 2

Meskipun

Nawir Yuslem, Ulumul Quran (Bandung: Citapustaka, 2010), h. 17. Rosihon Anwar, Ulum Alquran (Bandung: Pustaka Setia), h. 60.

melatarbelakangi terjadinya sesuatu bisa disebut asbab al-nuzul namun dalam pemakaiannya, ungkapan asbab al-nuzul khusus dipergunakan untuk menyatakan sebab-sebab yang melatarbelakangi turunnya Alquran.3 Menurut Az-Zarqani sebagaimana yang dikutip oleh Rosihon Anwar asbab al-nuzul adalah khusus atau sesuatu yang terjadi serta ada hubungannya dengan turunnya ayat Alquran sebagai penjelas hukum pada saat peristiwa itu terjadi. Sedangkan menurut Ash-Shabuni asbab al-nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat mulia yang berhubungan dengan peristiwa dan kejadian tersebut, baik berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi atau kejadian yang berkaitan dengan urusan agama.4 Manna Al-Qathan menyebutkan asbab al-nuzul adalah peristiwa peristiwa yang menyebabkan turunnya Alquran berkenaan dengannya waktu peristiwa itu terjadi, baik berupa satu kejadian atau berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi. Kendatipun redaksi-redaksi pendefinisian diatas sedkit berbeda, semuanya menyimpulkan bahwa asbab al-nuzul adalah kejadian atau peristiwa yang melatarbelakangi turunnya ayat Alquran. Ayat tersebut dalam rangka menjawab, menjelaskan, dan menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dari kejadiankejadian tersebut. Asbab al-nuzul merupakan bahan-bahan sejarah yang dapat dipakai untuk memberikan keterangan-keterangan terhadap lembaran-lembaran dan memberinya konteks dalam memahami perintah-perintahnya. Sudah tentu bahan-bahan sejarah ini hanya melingkupi peristiwa-peristiwa pada masa Alquran masih turun (ashr at-tanzil).5 Bentuk-bentuk peristiwa yang melatarbelakangi turunnya Alquran itu sangat beragam, diantaranya berupa: konflik sosial seperti ketegangan yang terjadi antara
3 4 5

Ibid,

Muhammad Ali Ash-Shabuni, At-Tibyan fi Ulum Al-quran (Damaskus: Maktabah AlGhazali, 1390), h. 22. Anwar, Ulum, H. 61.

suku Aus dan suku Khrazraj; kesalahan besar, seperti kasus salah seorang sahabat yang mengimami shalat dalam keadaan mabuk; dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh salah seorang sahabat kepada Nabi, baik berkaitan dengan sesuatu yang telah lewat, sedang, atau yang akan terjadi. Menurut Syuhbah segaimana yang dikutip oleh Nawir Yuslem ayat-ayat Alquran dari segi turunnya dapat dibagi kepada dua bagian, yaitu; Pertama, ayat yang turun berdasarkan sebab-sebab khusus. Kedua, ayat yang turun tanpa didahului oleh sebab-sebab khusus. Bagaian kedua ini berkaitan dengan ayat-ayat yang berhubungan dengan hukum dan adab yang dimaksudkan sebagai petunjuk kepada makhluk menuju kehidupan bahagia di dunia dan akhirat.6 Persoalan apakah seluruh ayat Alquran memiliki asbab al-nuzul atau tidak, tenyata telah menjadi bahan kontroversi diantara para ulama. Sebagian ulama berpendapat bahwa tidak semua ayat Alquran memiliki asbab al-nuzul. Sehingga, diturunkan tanpa ada yang melatarbelakangi oleh suatu peristiwa (ghair ibtida).7 Pendapat tersebut hampir merupakan konsensus para ulama. Akan tetapi, ada yang mengatakan bahwa kesejahteraan Arabia pra-Quran pada masa turunnya Alquran merupakan latar belakang makro Alquran; sementara riwayat-riwayat asbab al-nuzul merupakan latar belakang mikronya. 8 Pendapat ini berarti menganggap bahwa semua ayat Alquran memiliki sebab-sebab yang melatarbelakanginya. C. Urgensi dan Kegunaan Asbab Al-Nuzul

Muhammad bin Muhammad Syuhbah, Al-Madkhal Li Dirasat Al-Quran al Karim (Kairo:Maktabah Al-Sunnah, 1992), h. 122. Manna Al-Qathan, Mabahits fi Ulum Al-Quran (Mansyurat Al-Ashr Al-Hadis, ttp, 1973), h. 78. Taufiq Adnan dan Syamsul Rizal Panggabean, Tafsir Kontekstual Al-Al-Qur'an (Bandung: Mizan, 1989), h. 50.
8 7

Az-Zarqani dan As-Suyuthi mensinyalir adanya kalangan yang berpendapat bahwa mengetahui asbab al-nuzul merupakan hal yang sia-sia dalam memahami Alquran dengan meletakkan ke dalam konteks historis adalah sama dengan membatasi pesan-pesannya pada ruang dan waktu tertentu. Namun, keberatan seperti ini tidaklah berdasar, karena tidak mungkin menguniversalkan pesan Alquran di luar masa dan tempat pewahyuan, kecuali melalui pemahaman yang semestinya terhadap makna Alquran dalam konteks kesejahteraan.9 Urgensi pengetahuan akan asbab al-nuzul dalam memahami Alquran yang diperlihatkan oleh para ulama salaf ternyata mendapat dukungan dari para ulama shalaf. Fazlur Rahman menggambarkan Alquran sebagai puncak dari sebuah gunung es. Sembilan sepersepuluh dari bagiannya terendam di bawah perairan sejarah, dan hanya sepersepuluhnya yang hanya dapat dilihat. Rahman lebih lanjut mengemukakan bahwa sebagian besar ayat Alquran sebenarnya mensyaratkan perlunya pemahaman terhadap situasi-situasi historis yang khusus, yang memperoleh solusi, komentar dan tanggapan dari Alquran.10 Dalam uraian yang lebih rinci, Az-Zarqani mengemukakan urgensi asbab an-nuzul dalam memahami Alquran, sebagai berikut;
1.

Membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidakpastian dalam menangkap pesan ayat-ayat Alquran. Di antaranya dalam Alquran suarat Al-Baqarah [2] ayat: 115 dinyatakan bahwa Timur dan Barat merupakan kepunyaan Allah. Dalam kasus shalat, dengan melihat zahir ayat di atas, seseorang boleh menghadap ke arah mana saja sesuai dengan kehendak hatinya. Ia seakan-akan tidak berkewajiban untuk menghadap kiblat ketika shalat. Akan tetapi setelah melihat asbab al-nuzul-nya, tahapan bahwa interpretasi tersebut keliru. Sebab, ayat di atas bekaitan dengan seseorang yang sedang berada dalam perjalanan dan melakukan shalat di

Anwar, Ulum, h. 62. Ibid,.

10

atas kenderaan, atau berkaitan dengan orang yang berjihad dalam menentukan arah kiblat.11 2. Mengatasi keraguan ayat yang diduga mengandung pengertian umum. Umpamanya dalam surat Al-Anam ayat 145 dikatakan:

Artinya: Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaKu, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi - karena Sesungguhnya semua itu kotor atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam Keadaan terpaksa, sedang Dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".(Q.S.Al-Anam: 145) Menurut Asy-SyafiI, pesan ayat ini tidak besifat umum (hasr). Untuk mengatasi kemungkinan adanya keraguan dalam memahami ayat di atas, Asy-SyafiI menggunakan alat bantu asbab al-nuzul. Menurutnya, ayat ini diturunkan sehubungan dengan orang-orang kafir yang tidak mau memakan sesuatu, kecuali yang telah mereka
11

Muhammad Abd Az-Azhim Az-Zarqani, Manhil Al-Irfan (Bairut: Dar Al-Fikr, Jilid

I), h. 109.

halalkan sendiri. Karena mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah merupakan kebiasaan orang-orang kafir, terutama orang yahudi, turunlah ayat diatas. 3. Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam ayat Alquran, bagi ulama yang berpendapat bahwa yang menjadi pegangan adalah sebab yang besifat khusus (khusus as-sabab) dan bukan lafazh yang bersifat umum (umum al-lafazh). 4. Mengidentifikasikan pelaku yang menyebabkan ayat Alquran turun. Umpamanya, AIsyah pernah menjernihkan kekeliruan marwan yang menunjuk Abd Ar-Rahman Ibn Abu Bakar sebagai orang yang menyebabkan turunnya ayat: dan orang yang mengatakan kepada orangtuanya cis kamu berdua (Q.S. Al-Ahqaf: 17). Untuk meluruskan pesoalan, AIsyah bekata kepada Marwan; Demi Allah buka dia yang menyebabkan ayat ini turun. Dan aku sanggup untuk menyebutkan siapa orang yang sebenarnya.
5.

Memudahkan untuk menghapal dan memahami ayat, serta untuk memantapkan wahyu ke dalam hati orang yang mendengarnya. Sebab, hubungan sebab-akibat (musabbab), hukum, peristiwa dan pelaku, masa, dan tempat merupakan satu jalinan yang bisa mengikat hati.12

Sementara pendapat Al-Shabuni sebagaimana yang dikutip oleh Nawir mengatakan faedah mengetahui asbab al-nuzul itu adalah: 1. Mengetahui hikmah yang ditegakkan atas disyariatkannya hukum. 2. Menghindarkan dugaan adanya hasr (batasan tertentu) karena zahir ayat memang menunjukkan hasr.

12

Ibid,.

3.

Mengetahui orang yang menjadi sebab diturunkannya ayat dan menghilangkan keraguan atasnya.13

D. Cara Mengetahui Riwayat Asbab Al-Nuzul Asbab al-nuzul adalah peristiwa yang terjadi pada zaman Rasullah Saw. Oleh karena itu, tidak boleh ada jalan lain untuk mengetahuinya, selain berdasarkan periwayatan (pentranmisian) yang benar (naql ash-shalih) dari orangorang yang melihat dan mendengar langsung tentang turunnnya ayat Alquran.
14

Dengan demikian, seperti halnya periwayatan pada umumnya, diperlukan kehatihatian dalam menerima riwayat yang berkaitan dengan asbab al-nuzul. Untuk itu, dalam kitab asbab al-nuzul-nya, Al-Wahidy menyatakan: pembicaraan asbab alnuzul, tidak dibenarkan, kecuali dengan berdasarkan riwayat dan mendengar dari mereka yang secara langsung menyaksikan peristiwa nuzul, dan bersungguhsungguh dalam mencarinya.15 Para ulama salaf sangatlah keras dan ketat dalam menerima berbagai riwayat yang berkaitan dengan asbab al-nuzul. Keketatan mereka itu dititikberatkan pada seleksi pribadi si pembawa riwayat (para rawi), sumber riwayat (isnad) dan redaksi (matan). Berkaitan dengan asbab al-nuzul, ucapan seorang tabi tidak dipandang sebagai hadis marfu, kecuali bila diperkuat oleh hadis mursal lainnya, yang diriwayatkan oleh salah seorang imam tafsir yang dipastikan mendengar hadis itu dari Nabi. Para imam tafsir itu diantaranya: Ikrimah, Mujahid, Saad ibn Jubair, Atha, Hasan Bishri, Said Ibn Musayyab dan Adh-Dhahhak. E. Macam-Macam Asbab al-Nuzul 1. Dilihat dari sudut pandang redaksi-redaksi yang dipergunakan dalam riwayat asbab al-nuzul
13 14 15

Yuslem, Ulum., h. 20. Az-Zarqani, Manhil, h. 113-114. Yuslem, Ulum, h. 20.

Ada dua jenis redaksi yang digunakan oleh perawi dalam mengungkapkan riwayat asbab al-nuzul, yaitu sharih (visionable/jelas) dan muhtamilah (posible/kemungkinan). Redaksi sharih artinya riwayat yang sudah jelas menunjukkan asbab al-nuzul, dan tidak mungkin pula menunjukkan yang lainnya. Redaksi yang digunakan termasuk sharih bila perawi mengatakan: sebab turun ayat ini adalah. Atau ia menggunakan kata maka ( fa taqibiyah) setelah ia mengatakan peristiwa tertentu. Misalnya ia mengatakan telah terjadi, maka turunlah ayat Contoh riwayat asbab al-nuzul yang menggunakan redaksi sharih adalah sebuah riwayat yang dibawakan oleh jabir bahwa orang-orang Yahudi berkata, Apabilaseorang suami mendatangi qubul istrinya dari belakang, anak yang lahir akan juling. Maka turunlah ayat: Surat Al-Baqarah: 223;

Artinya: Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, Maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. (Q.S. Al-Baqarah:223).

Skema 1. Redaksi Periwayatan Asbab Al-Nuzul16

Pasti (sharih) Redaksi Riwayat Asbab 16 al-Nuzul Anwar, Ulum, h. 69. Tidak Pasti (Muhtamil)

Asbab al-nuzul hadzihi al ayat kadz Hadatsa kadzafanazalat al-ayat Suila Rasullah Saw. an kadza fanazalat al ayat

Nazalat hadzihi al-ayat fi kadza Ahsabu hadzihi al-ayat nazalat fi kadza Ma ahsabu hadzihi al-ayat nazalat illa fi kadza.

2. Dilihat dari Sudut Pandang Berbilangnya Asbab Al-Nuzul untuk Satu Ayat atau Berbilangnya Ayat untuk Asbab Al-Nuzul a. Berbilangnya asbab al-nuzul untuk satu ayat (Taaddud As-Sabab wa Nazil al-Wahid) Pada kenyataannya, tidak setiap ayat memiliki riwayat asbab al-nuzul dalam satu versi. Ada kalanya satu ayat memiliki beberapa versi riwayat asbab al-nuzul. Tentu saja, hal ni tidak menjadi persoalan bila riwayat-riwayat itu tidak mengandung kontradiksi. Bentuk variasi itu terkadang dalam redaksinya dan terkadang pula dalam kualitasnya. Untuk mengatasi variasi riwayat asbab alnuzul. Dalam satu ayat dari sisi redaksi, para ulama mengemukakan cara-cara berikut; 1. Tidak mempermasalahkannya Cara ini ditempuh apabila variasi riwayat-riwayat asbab al-nuzul ini

menggunakan redaksi muhtamilah (tidak pasti). 2. Mengambil versi riwayat asbab al-nuzul yang menggunakan redaksi sharih. Cara ini digunakan bila salah satu versi riwayat asbab al-nuzul itu versi tidak menggunakan redaksi sharih (pasti) 3. Mengambil versi riwayat yang shahih (valid).

10

Cara ini digunakan apabila seluruh riwayat itu menggunakan redaksi sharih (pasti), tetapi kualitas salah satunya tidak shahih.17 Adapun terhadap variasi riwayat asbab al-nuzul dalam satu ayat, vesi berkualitas, para ulama mengemukakan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mengambil vesi rwayat yang shahih. Cara ini mengambil bila terhadap dua versi riwayat tentang asbab al-nuzul satu ayat, satu versi berkualitas shahih, sedangkan yang lainnya tidak. 2. Melakukan studi selektif (tarjih) Langkah ini diambil bila kedua versi asbab al-nuzul yang berbeda-beda itu kulitasnya sama-sama shahih. 3. Melakukan studi kompromi (jama) Langkah ni diambil bila kedua riwayat yang kontradiktif itu sama-sama memiliki status keshahihan hadis yang sederajat dan tidak mungkin dilakukan tarjih.

Skema 2. Variasi Periwayatan Asbab Al-Nuzul18 Muthamilah-sharih Muthamilah-Muhtamilah Sharih-Sharih

Sisi Redaksi Variasi Periwayatan Asbab al-nuzul Sisi kulaitas


17

As-Shabuni, At-Tibyan, h. 245.

Shahih-Tidak Shahih Shahih-Shahih Tidak Shahih-Tidak Shahih

18

Anwar, Ulum, h. 74.

11

b. Variasi Ayat untuk Satu Sebab (Taaddud Nazil wa As-Sabab AlWahid) Terkadang suatu kejadian menjadi sebab bagi turunnya dua ayat atau lebih. Hal ini dalam Ulum Al-Quran disebut dengan istilah Taaddud Nazil wa asSabab al-Wahid (terbilang ayat yang turun, sedangkan sebab turunnya satu). F. Kesimpulan Asbab al-nuzul hadir sebagai bagian dari ulumul Al-quran. Karena sebagian Alquran turunnya punya latar belakang. Latar belakang itu ada berupa kejadian-kejadian atau peristiwa, dan pertanyaan-pertanyaan yang dilakukan oleh para sahabat. Asbab al-nuzul juga bermacam-macam dilihat dari sudut pandang redaksi yang dipergunakan dalam periwayatannya, serta dipandang dari sudut pandang berbilangnya asbab al-nuzul untuk satu ayat serta berbilangnya ayat untuk satu asbab al-nuzul. Secara umuM pemakalah menyimpulkan manfaat asbab al-nuzul adalah menghilangan kesulitan dalam memahami ayat, dan untuk menghilangkan kesalahan dalam memahami ayat.

12

REFERENSI Adnan, Taufiq dkk, 1989, Tafsir Kontekstual Al-Qur'an, Bandung: Mizan. Anwar, Rosihon, 2012, Ulum Alquran, Bandung: Pustaka Setia. Ash-Shabuni, Muhammad Ali, 1390, At-Tibyan fi Ulum Al-quran, Damaskus: Maktabah Al-Ghazali. Al-Qathan, Manna, 1973, Mabahits fi Ulum Al-Quran, Mansyurat Al-Ashr AlHadis. Syuhbah, Muhammad bin Muhammad, 1992, Al-Madkhal Li Dirasat Al-Quran al Karim, Kairo:Maktabah Al-Sunnah. Yuslem, Nawir, 2010 Ulumul Quran, Bandung: Citapustaka. Az-Zarqani, Muhammad Abd Az-Azhim, Manhil Al-Irfan, Bairut: Dar Al-Fikr, Jilid I.

Vous aimerez peut-être aussi