Vous êtes sur la page 1sur 3

MEMBUMIKAN AKHLAK ISLAM Oleh: Eka Ahmad Feri Jamroni 12.11.

6135

6.1. Pengertian Akhlak dan Ilmu Akhlak 6.1.1. Pengertian Akhlak Secara etimologi akhlak mengandung beberapa arti yaitu adat, kebiasaan, tabiat, perangai dan agama. Sedangkan bentuk jamaknya akhlak adalah khuluq, berakar dari kata khalaqa (menciptakan) kemadian serumpun dengan kata khaliq (pencipta). Dalam pengertian etimologi ini dapat dipahami bahwa ketika sebuah masyarakat mulai mempersoalkan baik dan buruknya tingkah laku. Dalam pemikiran Islam, akhlak pada hakikatnya adalah cerminan dalam jiwa manusia sebagai dorongan keimanan dan keyakinannya dalam melahirkan suatu perbuatan. Dengan demikian berakhlak mulia adalah tindakan memenuhi kemestian kemanusiaan primodial yang suci, karena itu bersifat alamiah dan wajar, memberikan rasa tentram, aman sentosa sebagai unsur-unsur kebahagiaan. 6.1.2. Pengertiian Ilmu Akhlak Ilmu akhlak adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang sepatutnya diperbuat sebagian orang kepada lainnya dalam pergaulan, menjelaskan tujuan yang sepatutnya dituju manusia dan menunjukkan jalan apa yang selayaknya diperbuat. 6.2. Asal Usul Istilah 6.2.1. Etika Istilah etika berasal dari bahasa Yunani kuno, secara etimologi disebut ethos yaitu tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap dan cara berpikir. Dalam bentuk jamak, etika dalam bahasa Yunani kuno disebut ta etha yaitu adat kebiasaan maka etika adalah ilmu yang berkenaan dengan suatu hal yang biasa dilakukan atau adat kebiasaan masyarakat manusia. Ada dua titik penekanan dalam melihat pemahaman konsep etika. Pertama, etika dipandang sebagai ilmu. Kedua, etika sebagai ilmu terapan. Secara filosofis, etika adalah bagian dari kajian filsafat. Oleh karena itu, etika adalah sebuah tatanan perilaku berdasarkan suatu sistem tata nilai suatu masyarakat tertentu.

6.2.2. Moral Berasal dari bahasa Latin, mos (tunggal) dan mores jamak. Secara harfiah artinya sama dengan etika yaitu kebiasaan. Moral adalah yang mengatur hubungan dengan sesamanya, tetapi berlainan jenis atau yang menyangkut kehormatan tiap pribadi. Selain kata moral, kita juga mengenal moralitas. Moralitas yaitu sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk. 6.2.2.1 Moral dan Agama Agama mempunyai hubungan yang erat dengan moral. Agama mengandung suatu ajaran moral yang menjadi tuntunan bagi penganutnya. Hampir bisa kita pastikan bahwa setiap agama mengandung ajaran moral meskipun ada perbedaan yang mendasar. 6.2.2.2. Moral dan Supremasi Hukum Menurut Immanuel Kant, moral adalah kesesuaian sikap dan perbuatan kita dengan norma atau hukum batiniah yakni apa yang kita pandang sebagai kewajiban manusia terhadap dirinya. Dia membedakan ajaran moral dalam dua bentuk yaitu moralitas heterenom dan moralitas otonom. Moralitas heterenom adalah suatu sikap dalam memandang kewajiban ditaati dan dilaksanakan bukan atas nama kewajiban itu sendiri, melainkan karena suatu hal yang berasal dari luar kehendak manusia. Moral otonom adalah kesadaran manusia akan kewajiban yang ia taati sebagai suatu yang dikehendakinya sendiri karena diyakini sebagai sesuatu yang baik. Jauh sebelum asumsi dan pemikiran Kant, al-Quran sudah lebih dulu menjelaskannya. 6.2.3. Hati Nurani Hati nurani adalah sesuatu yang sudah melekat dalam diri manusia yang akan berkembang dengan seluruh kepribadian seluruh kepribadian manusia. Hati nurani personal adalah hati nurani yang berbicara atas nama ia sendiri dan ia juga yang mampu memberikan penilaian terhadap sesuatu hal. Hati nurani adipersonal adalah hati nurani yang memformulasikan sesuatu di atas pribadi atau ia lebih mengarah kepada salah salah satu bentuk suara Tuhan. Hati nurani bersifat subyektif adalah melalui perasaan, kehendak dan rasio. 6.2.4. Mataetika Secara kebahasaan mataetika berasal dari bahasa Yunani, meta berarti melebihi, melampaui. Artinya secara implikatif makna yang terkandung di dalamnya mengindikasikan bagaimana ucapan-ucapan manusia di bidang moralitas. 6.3. Hubungan Ilmu Akhlak Dengan Ilmu Lainnya 6.3.1. Ilmu Jiwa

Ilmu jiwa atau psikologi sangat berkaitan dengan ilmu akhlak. Dalam hal ini yaitu suara hati (dhamir), kemauan (iradah), hafalan dan pengertian. 6.3.2. Ilmu Logika Ilmu logika disebut juga ilmu manthiq yaitu pengetahuan yang menjelaskan tentang kaidah-kaidah dan undang-undang berpikir manusia secara benar. 6.3.3. Ilmu Estetika Secara bahasa estetika disebut sebagai keindahan, keindahan dalam arti substansi maupun keindahan normatif. Keindahan substansi adalah keindahan yang berdasarkan perilaku yang paling dalam dalam kejiwaan manusia. Keindahan normatif adalah keindahan lebih kepada kulit saja tetapi mengabaikan makna yang mendasar dalam perilaku manusia. 6.3.4. Ilmu Sosilogi Berasal dari kata socius (kawan) dan logos (ilmu pengetahuan) yang berarti suatu ilmu bagaimana seseorang mampu beradaptasi, bersosialisasi, dan membaur dalam masyarakat. 6.4. Ruang Lingkup Pembahasan Ilmu Akhlak 6.4.1. Perasaan Akhlak Secara bahasa istilah perasaan menekankan suatu kekuatan bagaimana seseorang dapat mengetahui suatu perilakunya apakah sudah berakhlak atau tidak. 6.4.2. Motivasi Akhlak Kata motivasi sebagai pendorong (stimulant) yaitu suatu kekuatan yang menjadi sumber kekuatan akhlak. 6.4.3. Ukuran dan Tujuan Akhlakul Buruk Faktor yang dapat mengukur atau menimbang perbuatan manusia adalah faktor diri sendiri dan faktor yang dating dari luar. 6.5. Peranan Akhlak Dalam Dunia Modern Ada tiga hal yang menonjol dalam kehidupan modern yang berkaitan dengan akhlak. Pertama, munculnya pluralisme moral. Kedua, munculnya fenomena masalah akhlak/etika baru yang tidak terduga sebelumnya. Ketiga, fenomena dunia modern tampak semakin jelas sebagai gejala etika yang bersifat universal.

Vous aimerez peut-être aussi