Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
ﻭﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﺍﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻰ ﺳﻴﺪ ﺍﳌﺮﺳﻠﲔ ﻭﻋﻠﻰ ﺁﻟﻪ ﻭﺻﺤﺒﻪ ﺃﲨﻌﲔ,ﺍﳊﻤﺪ ﷲ ﺭﺏ ﺍﻟﻌﺎﳌﲔ
: ﺃﻣﺎ ﺑﻌﺪ
A. PENDAHULUAN
Jalanan kota kecil itu telah ditelusurinya, hampir setiap sudut dan relung kota itu pun telah
dilaluinya pula. Para penduduk yang bermukim di kota itu juga telah mengenalnya dengan
sangat baik, bahkan banyak dari mereka yang telah menganggapnya sebagai bagian dari anggota
keluarga mereka, semua mengiringi perjalanan hidupnya justru diusianya yang masih sangat
belia.1
Baginya, negeri Raja-raja yang kecil nan mungil itu seakan adalah kampung halaman dimana dia
terlahir dan dibesarkan. Di tempat mukim barunya itu, tiada terasa canggung lagi, tiada pula
keterasingan yang tersisa, bahkan tiada sedikitpun kekhawatiran. Walau irama rentetan peluru
dan dentuman bom selalu terdengar oleh telinga, justru menghiasi kehidupan, mewarnai
pergolakan antara ummat beragama itu.
Kini, setelah waktu berlalu, dan keberadaannya ditempat itu lebih dari dua tahun, negeri Raja-
raja menjadi bagian dari sejarah kehidupannya. Selama itu pula dia terus berkelana, di tempat
yang berlandaskan tujuan murni dan mulialah akhirnya dia mendarat di sana. Sebuah tekad bulat
tertanam dalam dada, membela saudara-saudaranya muslimin yang tertindas oleh kebejatan
kaum separatis Republik Maluku Sarani (RMS)
Sore itu tepatnya 1 Ramadhan 1421 Hijriyah. Merupakan hari pertama bagi kaum muslimin
dalam menyambut datangnya bulan puasa. Semua muslimin bergembira mengharap ampunan
dari Dzat yang Maha Pemurah atas dosa dan kesalahan, menanti datangnya satu malam yang
1
Cerita berikut ini bukanlah fiksi melainkan suatu yang nyata, sebuah cerita tentang anak manusia yang
bernama: Abu Mahfudzh ‘Ali bin Imron bin ‘Ali Adam Al Andunisy ketika berada di Ambon Manise
yang bertugas sebagai anggota Laskar Jihad Ahlus Sunnah Wal Jama’ah (LJAWJ) di usianya yang
memasuki tahun ke 17
Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
2
lebih baik dari seribu bulan, guna menghidupkannya, beribadah padanya, serta mengosongkan
diri dari kepenatan dunia, demi menggapai kemuliaan dari Allah Ta’ala yang sangat utama.
Di sore itu pula, sang Mentari kembali hendak terbenam seperti biasa, menebar pesona
keindahan lembayung senja, dengan penuh ketaatannya, dia senantiasa menjalankan perintah
Sang Pencipta Alam semesta. Terpancar darinya cahaya senja penuh pesona, sebagai pertanda
bahwa dia akan segera sujud di bawah ‘Arsy Ar Rohman yang Maha Pengasih lagi Maha Mulia,
sebuah keindahan yang terus menyapa, menawan pandangan mata, puluhan pemuda yang terus
menatapnya, dari sebuah Talid di pesisir pantai kepulauan negeri Raja-raja.
Masih di sore yang sama, gulungan ombak di kepulauan itu terlihat bagaikan pegunungan
mungil, berjejer rapi, saling kejar-mengejar untuk kemudian menghempaskan buihnya di tepian
pantai. Para nelayan yang mulai menepikan perahu layarnya menambah keindahan suasana,
membawa hasil tangkapan, rona senyum kehidupan nampak dari kejauhan. Sementara anak-anak
belia mulai sibuk berlalu-lalang, menghantarkan makanan ke masjid yang telah ramai dipenuhi
oleh para pemuda dan orang tua, suasana khas buka bersama di bulan Ramadhan.
Sang mentari mulai menghilang seakan menyelam di tengah lautan, debur ombak mulai dahsyat
menghantam Talid, sementara gemuruhnya sangat mengusik keheningan suasana senja kala itu.
Ternyata bulan Ramadhan tahun itu bertepatan dengan musim badai angin Barat, namun toh
semua itu tak dihiraukan oleh puluhan pemuda yang terus berdzikir sembari menanti
tenggelamnya matahari.
ﻢﺎﺋ ﺍﻟﺼ ﺃﹶﻓﹾﻄﹶﺮ ﻓﹶﻘﹶﺪ، ﺲﻤ ﺍﻟﺸﺖﺑﻏﹶﺮ ﻭ، ﺎﻨﺎ ﻫ ﻫﻦ ﻣﺎﺭﻬ ﺍﻟﻨﺮﺑﺃﹶﺩ ﻭ، ﺎﻨﺎ ﻫ ﻫﻦﻞﹸ ﻣﻞﹶ ﺍﻟﻠﱠﻴﺇﹺﺫﹶﺍ ﺃﹶﻗﹾﺒ
“Apabila malam telah datang dari arah ini (Timur) dan siang talah berlalu dari arah ini pula
(barat) serta matahari telah tenggelam maka sungguh telah datang waktu untuk berbuka bagi
orang-orang yang berpuasa.2”. Demikianlah makna yang tersurat dari ucapan makhluk termulia
Rasulullah Muhammad bin ‘Abdillah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam.
Setelah matahari benar-benar terbenam, para pemuda yang tergabung dalam Forum Komunikasi
Ahlussunnah Wal Jama’ah (FKAWJ)3 itu segera meninggalkan tepian pantai dan bergegas
menuju markas mereka. Selanjutnya mereka-pun menyampaikan berita ke pusat bahwa telah tiba
waktunya - bagi mereka-mereka yang selama seharian penuh menahan nafsu, lapar dan dahaga
demi menjalankan perintah agama dan mengharapkan pahala - untuk berbuka puasa.
2
Diriwayatkan oleh Al Bukhary dan Muslim dari Shahabat ‘Umar bin Al Khaththab radliyallahu ‘anhu
3
Namun kini, setelah datangnya nasehat dan petuah para ‘Ulama untuk membubarkan Laskar Jihad
dikarenakan kesalahan dan penyimpangan yang dilakukan oleh forum itu, maka saya pribadi menyatakan
taubat serta berlepas diri dari kesalahan semasa Laskar Jihad dulu, semoga Allah mengampuni kita
semua, para mantan laskar jihad yang telah bertaubat. Dan semoga mereka-mereka yang telah meninggal
dalam perjuangan semasa kelaskaran dulu, mendapatkan pahala dan ganjaran mulia di sisi Allah Ta’ala.
Amiin, ya Rabb.
Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
3
Seiring berlangsungnya pergerakan Laskar Jihad Ahlussunnah Wal Jama’ah (LJAWJ) di area
konflik negeri raja-raja yang berlatar belakang Suku, Agama dan Ras itu (SARA). Ternyata nun
jauh di sana, di kerajaan Saudi Arabia, para pemimpin ummat ini senantiasa mendapatkan
laporan perkembangan terkini tentang pergerakan LJAWJ. Tak terkecuali penyimpangan dan
penyelewengan sang panglima dari jalan yang benar juga sampai kepada mereka. Kesalahan-
kesalahan FKAWJ secara umum juga ditulis, kesan seakan memaksakan diri dalam meneruskan
perjuangan Jihad dan kekhilafan individu anggota Laskar Jihad (LJ) juga turut dirinci. Dengan
satu harapan, semua kembali mengintrospeksi diri, menyesuaikan amalan dengan tuntunan
syari’at yang suci, dengan bimbingan para pewaris Nabi.
Saat perseteruan antar sesama saudara mencapai titik akhir batas kesabaran manusiawi, iri dan
dengki telah menempati posisi setrategi, dendam kesumat tersulut membakar semangat buta,
cacian dan celaan turut andil dalam memperkeruh suasana. Keadaan yang memilukan itu masih
diperparah lagi oleh tingkah bapaknya para pelaku kesesatan Iblis la’natullah ‘alaihi yang telah
mengambil alih bendera persatuan dan menggantinya dengan permusuhan. Ooh, lelah begitu
diri… sementara letih menghiasi sanubari… dan entah apalagi…. Semua bersatu memenuhi
kekosongan hati, menambah kebencian dan melupakan keadilan ini, semua terkulai lemas
sembari, bersabar menanti sejuknya siraman kehidupan dari para pemimpin ummat ini.
Di saat keadaan seperti itu keluarlah sebuah nasehat yang sejuk membelai, dari hembusan angin
sepoi-sepoi, lebih segar dari mata air yang terburai, lebih terang dari cahaya bulan di kala
purnama membuai. Nasehat yang sangat tulus dari seorang ayahanda, teruntuk semua anak-
anaknya tercinta, dari seorang guru pengasih kepada semua murid tersayang, dari seorang salafy
untuk salafiyyin lainnya. Nasehat yang membawa kehidupan bagi jiwa dan raga, yang menjadi
penerang bagai pelita dalam gulita, nasehat dari seorang ‘alim Syaikh Rabi’ Al Madkhali yang
kami cinta, untuk membubarkan pergerakan Laskar Jihad Ahlussunnah Wal Jama’ah (LJAWJ)
yang telah terlumur dosa, kesalahan dan penyimpangan dari arahan agama.
4
Diriwayatkan oleh Al Bukhary dan Muslim dalam Shahih keduanya, dari shahabat Abu Hurairah
radliyallahu ‘anhu
Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
4
Yang sangat disesalkan dari keadaan di atas adalah bahwa sikap gegabah ini (membiarkan
dirinya digigit dalam satu lubang yang sama dan terulang lagi sampai dua kali), justru dilakukan
oleh “sebagian orang” yang dahulunya mereka ikut berjihad membela saudara-saudara mereka
yang ditindas oleh kaum kafir di beberapa wilayah konflik agama di Indonesia, yang ketika itu
mereka tergabung dalam Laskar Jihad (LJ). Yakni setelah datang nasehat dari syaikh Rabi’
hafidzhohullah menjelaskan kebobrokan Laskar Jihad, lantas mereka menyatakan bertaubat.
Namun kini mereka turun kembali “berjihad”, tapi bukan untuk membantu saudara-saudara
mereka yang tertindas oleh kaum kafir seperti dahulu saat mereka tergabung dalam FKAWJ.
Melainkan sebaliknya “jihad” yang sedang mereka kobarkan saat ini adalah untuk menggoncang
keutuhan ukhuwwah Salafiyyah Indonesia yang telah dipersatukan oleh ALLAH dengan rahmat-
Nya kemudian melalui Syaikh Robi’ hafidzhohullah dalam nasehatnya yang sangat berharga itu.
Mereka-mereka para mantan LJ yang gegabah itu kini dalam “jihadnya” untuk menggoncang
ukhuwwah Salafiyyin di Indonesia bergabung dengan Dinasti Turobiyyah (DT), di bawah
komando sang Panglima Tertinggi Turobiyyah (PTT), panjenenganipun Abu Turob Saif Al Hadi
Bin Khadhir Al Jawi. Sebuah Dinasti yang telah terbentuk di Dammaj sebelum “para mantan
Laskar Jihad yang gegabah itu” tiba di Dammaj, Yaman.
Saya katakan demikian dengan alasan bahwa orang-orang yang mau jujur ketika menilai keadaan
masing-masing kita, saat dahulu bergabung dalam LJ terutama di akhir masa perjuangannya,
mereka akan mendapatkan banyak penyimpangan dalam tubuh LJ. Keadaan seperti ini
tentunya mendorong seseorang yang pikirannya masih sejalan dengan kebenaran untuk
lebih teliti, berhati-hati saat hendak bergabung dengan suatu pergerakan atau suatu
kelompok apapun labelnya, yang bakal menyangkut nasib di Akhirat.
Setelah melihat keadaan mereka-mereka para mantan laskar yang gegabah itu yang kini
bergabung ria dengan Dinasti Turobiyyah, secara membabi-buta dan tanpa melihat arah
pergerakan mereka, bahkan mereka merasa sedang berjihad ! (simak di pembahasan Abu
Fairuz pada artikel ini)
Demi melihat kejanggalan itu, muncullah dalam benak saya suatu tekad untuk menyusun tulisan
yang berjudul “Tirai itu kini telah tersingkap”, lanjutan dari dua sesi sebelumnya. Tentunya
semua yang saya lakukan itu adalah untuk menjelaskan keadaan mereka yang sebenarnya kepada
Salafiyyin Indonesia.
Pada sesi pertama yang merupakan muqaddimah bagi tulisan “Tirai itu kini telah tersingkap”,
sedikit telah saya jelaskan keadaan salah seorang petinggi Turoby yang tak lain adalah saudaraku
Al Ustadz Al Muadzin Abu Hazim Muhsin Bin Muhammad Bashori dan beberapa
kekhilafannya. Sebenarnya beliau hanya dijadikan pion oleh Turobiyyun untuk menggoncang
ukhuwwah Salafiyyin Indonesia, namun usahanya menuai kegagalan dan tidak membawa hasil.
Bahkan sebaliknya dia justru mencelakakan dirinya sendiri dengan usaha yang dilakukannya itu,
bagai pepatah yang berbunyi: “Barangsiapa menggali lubang untuk menjebak saudaranya
sendiri, maka dialah yang akan terjerembab ke dalam lubang yang digalinya itu”.
Sementara pada sesi kedua dari tulisan “Tirai itu kini telah tersingkap”, saya telah menjelaskan
kesalahan dan penyimpangan Turobiyyun secara umum. walaupun ternyata masih ada beberapa
bab yang belum saya masukan seperti “Turobiyyah dan sikap gegabah” atau ‘Mangsa-mangsa
Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
5
Turobiyyah” dan juga “Turobiyyah antara Ilmu dan Amal”, dan yang lainnya. Semoga Allah
memudahkan saya untuk menyelesaikannya.
Namun bagi mereka-mereka yang cerdik pandai, bijaksana, memiliki kelurusan dalam berfikir,
mencari Al Haq dihiasi ikhlas dan jujur, serta memiliki fithrah yang masih suci yang sesuai
dengan Al Haq, maka sesi kedua itu sudah cukup sebagai bekal untuk menilai keadaan mereka
dan berhati-hati dari mereka. ﻭﻓﻖ ﺍﷲ ﺍﳉﻤﻴﻊ ﳌﺎ ﳛﺒﻪ ﺍﷲ ﻭﻳﺮﺿﺎﻩ
B Nama- nama petinggi Turobiyyin
Setelah sesi pertama dan kedua terbit, maka saat ini tiba waktunya bagi saya untuk menerbitkan
sesi ketiga dengan menjelaskan siapa saja sebenarnya mereka-mereka yang sedang “berjihad”
yang tergabung dalam pergerakan Dinasti Turobiyyah. Tentunya, tujuan saya, supaya kita dan
semua pembaca yang bijak mengetahui keadaan mereka, berhati-hati dari mereka dan tidak
tertipu dengan keadaan mereka yang seakan dekat dengan para ulama itu. Namun kenyataan di
lapangan bagai pepatah mengatakan: “Jauh panggang dari api” maka saya katakan:
Inilah nama-nama Turobiyyin yang sedang “berjuang” menggoncang keutuhan dakwah
salafiyyah, du’at serta mad’u, menggoyang Salafiyyin Indonesia. Sesungguhnya setelah
pembubaran Laskar Jihad mereka salafiyyin Indonesia telah kembali dipersatukan oleh ALLAH
Ta’ala dengan rahmat dan karunia-Nya, lantas dengan adanya nasehat yang diberikan oleh Asy
Syaikh Robi’ Bin Hadi Al Madkhali Hafidzhohullah dan juga usaha para ‘Ulama yang lainnya.
Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
7
Gambar 1. Scan buku “Mendobrak Kesepakatan Yang Bertujuan Membungkam Kebenaran”,
yang diterbitkan RA Media. Tampak sebagai tata letak, Fuad Hasan ibn Mukiyi dan desain cover
Aboo Ayyoob, sedangkan distributor Ahmad Hasan bin Mukiyi. 5
Lihatlah gambar 1, tampak Hasan sekeluarga selalu kompak mengawal paham Turobiyyah, kini
ditemani Aboo Ayyoob, siapakah si Aboo Ayyoob majhul itu ?
Demi melihat keadaan yang sedemikian parahnya pada diri sang ketua, maka anak buahnya yang
masih senantiasa taat dan selalu tunduk dengan perkataannya, terus mencari cara untuk
mengangkat kembali kedudukan sang ketua yang telah jatuh di mata Salafiyyin Indonesia.
Bahkan di Dammaj sendiri, dia dikenal di kalangan para santri Indonesia -- yang anti
Turobi -- sebagai pendusta. Maka mereka mengerahkan segala daya dan upaya untuk
mengokohkan kembali kepribadian sang Ketua (yang pada kenyataannya di mata sebagian
5
Diarsipkan di http://img18.imageshack.us/img18/8665/mendobrak.jpg
Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
8
pengikutnya sendiri, telah mengalami kemerosotan yang sangat jauh), maka mulailah kita
temukan pada tulisan-tulisan Turobiyyin seperti:
1. Pada tulisan dengan judul “Menebar Fitnah membela Hizbiyyah” yang disusun oleh
salah seorang Turoby Kuh (tulen) di sana disebutkan kata: “Muroja’ah” (tulisan ini
telah diteliti oleh) Abu Turob Saif Al Hadi Bin Khadhir Al Jawi.
2. Pada tulisan dengan judul “Menepis tuduhan keji...”, sebuah tulisan dalam bahasa Arab
kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh dua orang mantan Laskar Jihad
dan kini bergabung dengan Dinasti Turobiyyah bernama Saudara ‘Ustman dari Semarang
dan saudara Mushlih dari Magetan. Di sana juga disebutkan kata: “Isyraf” (terjemahan
ini dibawah bimbingan) Abu Turob Saif Al Hadi Bin Khadhir Al Jawi
3. Pada tulisan yang berjudul: “Menggulung Jaringan Sindikat…” yang disusun oleh Abu
Sholih Dzakwan Al Medany tertulis: “Dengan Muroja'ah:” (penelitian ulang) Abu
Turob Saif Al Jawy Al Indonesy ghofarallohu lahu wa liwalidaihi-
4. Dalam buku yang berjudul: “Konspirasi & Makar” yang ditulis oleh: Abu Zakariya
Irham Bin Ahmad Al Jawi. Tertulis di sampul buku: “Muroja’ah” (diperiksa ulang oleh)
Abu Turob Saif bin Khodhir Al Jawi
Semua itu hanyalah upaya untuk mengangkat kembali nama Sang Ketua yang telah pudar di
mata Salafiyyin Indonesia, namun sayangnya para mangsa Turoby itu tetap saja mengira bahwa
usaha mereka akan mampu membuahkan hasil yang memukau pandangan mata, yang menurut
mereka adalah senjata mutakhir untuk kembali melancarkan serangan-serangan terbaru pula.
Padahal sebenarnya dalam segi keilmuan Sang Ketua tak lebih menakjubkan dari sekedar
fatamorgana air di tengah Padang Sahara.
(39 :ﺌﹰﺎ )ﺍﻟﻨﻮﺭﻴ ﺷﻩﺠﹺﺪ ﻳ ﻟﹶﻢﺎﺀَﻩﻰ ﺇﹺﺫﹶﺍ ﺟﺘﺎﺀً ﺣﺂَﻥﹸ ﻣ ﺍﻟﻈﱠﻤﻪﺒﺴﺤ ﻳﺔﻴﻌﺍﺏﹴ ﺑﹺﻘﺮﻛﹶﺴ
Artinya: “Bagai fatamorgana di padang Sahara, orang-orang yang haus lagi dahaga
menyangkanya air tetapi ketika telah dihampirinya bayangan air itu dia tidak menjumpai
apapun.” (An Nuur: 39)
Demikianlah gambaran tentang keilmuan yang dimiliki oleh Sang Ketua yang hampir sepuluh
tahun lamanya dia menimba ilmu agama di Dammaj, namun hanya bagai fatamorgana di padang
Sahara. Fatamorgana yang tak dapat menghilangkan rasa lapar dan tak mampu pula
menghilangkan rasa dahaga, justru hanya menambah kesedihan dan kepedihan manakala
menyadari saat telah dihampiri dengan segenap asa dan harapan ternyata tak lebih dari sekedar
bayang-bayang belaka.
Apakah setelah ini kita berbangga dengan orang yang keadaannya seperti ini??? Apakah lantas
kita hendak bergabung ria dalam barisannya untuk menggoncang Ukhuwwah antara du’at dan
mad’u Salafiyyin Indonesia??? Apakah kita akan bersatu dengannya untuk menggoncang
dakwah Salafiyyah di Indonesia yang langsung dipimpin oleh para ‘ulama rabbani zaman ini
baik yang berada di Saudi ‘Arabia ataupun di Yaman??? Apakah kita lantas mengabaikan
Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
9
nasehat dan petuah para ulama rabbani yang mereka itu adalah “Pelita dalam Gulita”, hanya
karena pemikiran dan kehendak sang Ketua??? Apakah…??? Apakah…??? Dan apakah…???
Bagi mereka yang bijak, cerdik lagi pandai, yang memiliki keselarasan antara pikiran yang sehat
dan positif dengan Al-Haq, memiliki fithrah yang suci dan belum terkotori oleh noda serta
menginginkan Al Haq, dengan timbangan Al Kitab dan Sunnah Ash-Shahihah, mereka akan
menyuarakan jawaban yang mapan : “Tidak!”. Kita tidak akan mengorbankan : “Dakwah
Salafiyyah”, “Persaudaraan Salafy”, “du’at dan mad’u Salafiyyin”, serta “Nasehat-nasehat
Ulama Salaf”, hanya demi mereka-mereka Turobiyyin.
Namun bagi mereka yang telah membela sang Ketua dengan pembelaan yang membabi-buta
maka mereka tidak mendapatkan jawaban lain kecuali hanya: “Dia itu adalah pria yang
bijaksana, kita harus berjuang bersamanya, Dia itu dikenal oleh Syaikh. Dia itu memiliki
keutamaaan. Dia itu begini. Dia itu begitu. Dia itu dan dia itu… dst.
Untuk mengetahui lebih lanjut siapa sebenarnya sang Ketua dan bagaimana sepak-terjangnya,
maka mari kita simak beberapa ucapan dan perbuatan yang dilakukan atau disetujui oleh sang
Ketua, yang semua itu akan menunjukkan kepada kita sejauh mana ilmu yang didapatinya. Saya
mengharapkan agar para pembaca sekalian benar-benar mengetahui keadaannya, serta agar kita
tidak sekedar omong kosong, berbicara namun tanpa bukti.
1- Di rumahnya yang sederhana itu, sang Permaisuri tercinta memberikan pelajaran untuk
akhwat-akhwat yang datang ke rumahnya, tak jarang saat pelajaran telah dimulai oleh
sang Permaisuri. Ternyata si Abu Turob ini berada di ruangan (kamar) yang hanya
bersebelahan saja, dengan ruang belajar para akhwat, padahal rumahnya amat
sempit. Perlu diketahui bahwa para akhwat yang datang itu tidak diantarkan atau disertai
oleh mahram mereka.
Apakah dalam keadaan seperti ini sang Ketua merasa aman dari fitnah wanita yang tiada
henti mengunjungi rumahnya ? Bukankah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
ﻯﺪﻌ ﺑﻛﹾﺖﺮﺎ ﺗ ﻣ: ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﹶﺎﻝﹶﺒﹺﻰﻦﹺ ﺍﻟﻨ ﺭﺿﻰ ﺍﷲ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻋﺪﻳﻦﹺ ﺯﺔﹶ ﺑﺎﻣ ﺃﹸﺳﻦﻋ
(ﺎﺀِ ) ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﻴﻪ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺃﺳﺎﻣﺔ ﺑﻦ ﺯﻳﺪﺴ ﺍﻟﻨﻦﺎﻝﹺ ﻣﺟﻠﹶﻰ ﺍﻟﺮ ﻋﺮﺔﹰ ﺃﹶﺿﻨﺘﻓ
Artinya: Dari Usamah bin Zaid radlyiallahu ‘anhuma dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi
Wasallam berkata: “Tidaklah aku tinggalkan suatu fitnah sepeninggalku nanti yang
terasa sangat berat bagi pria dari pada fitnahnya wanita.” (Diriwayatkan oleh Bukhari
dan Muslim dari Usamah bin Zaid)
Dalam hadits lainnya beliau juga bersabda:
ﺎﺀِ )ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ ﻣﻦﺴﻰ ﺍﻟﻨ ﻓﺖﻴﻞﹶ ﻛﹶﺎﻧﺍﺋﺮﻨﹺﻰ ﺇﹺﺳ ﺑﺔﻨﺘﻝﹶ ﻓﺎﺀَ ﻓﹶﺈﹺﻥﱠ ﺃﹶﻭﺴﻘﹸﻮﺍ ﺍﻟﻨﺍﺗﺎ ﻭﻴﻧﻘﹸﻮﺍ ﺍﻟﺪﻓﹶﺎﺗ
(ﺣﺪﻳﺚ ﺃﰊ ﺳﻌﻴﺪ ﺍﳋﺪﺭﻱ
Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
10
Artinya: “Maka berhati-hatilah kalian dari fitnah dunia dan berhati-hatilah kalian dari
fitnah wanita karena sesungguhnya awal petaka yang melanda Bani Israil adalah
disebabkan fitnah wanita (Diriwayatkan oleh Muslim dari shahabat Abu Sa’id Al
Khudry)
Bukankah wanita merupakan fitnah terbesar? Wanita memang kurang akalnya, kurang
pula agamanya, namun mampu menggoyahkan kekokohan seorang pria setangguh
apapun keimanannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
)ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻛﹸﻦﺪ ﺇﹺﺣﻦﺎﺯﹺﻡﹺ ﻣﻞﹺ ﺍﻟﹾﺤﺟ ﺍﻟﺮﻠﹸﺐ ﻟﺐﻳﻦﹴ ﺃﹶﺫﹾﻫﺩﻘﹾﻞﹴ ﻭ ﻋﺎﺕﺼﺎﻗ ﻧﻦ ﻣﺖﺃﹶﻳﺎ ﺭﻣ
(ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺃﰊ ﺳﻌﻴﺪ ﺍﳋﺪﺭﻱ
Artinya: “Saya tidak mengetahui adanya orang yang kurang akal dan agamanya namun
mampu menggoyahkan pertahanan pria yang kokoh agamanya melainkan hanya kalian
(kaum wanita).” (HR Bukhari dari shahabat Abi Sa’id Al Khudri)
Apa yang akan dilakukan oleh sang Ketua di hadapan hadits-hadits ini ? Apakah dia
masih tetap bersikeras menyatakan bahwa aman dari fitnah ? Bukankah suara-suara
merdu mereka seringkali (bukan lagi sesekali) terdengar di telinga dan terngiang dalam
kesendirian yang diperindah oleh tipuan syaithon ?
Apakah Abu Turob merasa aman dari mereka para wanita yang berasal dari
negeri berbeda-beda yang hilir mudik di rumahnya dalam keadaan tanpa mahrom,
sementara dia berada di dalam rumahnya yang sempit itu ? Kalau Abu Turob merasa
dirinya aman dari itu semua maka Imamnya Tabi’in, Sa’id bin Musayyib tidak merasa
aman, walau wanita itu seorang budak lagi berkulit hitam. Beliau berkata (yang artinya) :
“Kalau seandainya mereka menitipkan kepadaku harta seberapapun banyaknya, maka
aku akan mendapatkan diriku sebagai seorang yang amanah. Namun bila mereka
menitipkan kepadaku seorang budak wanita, walaupun berkulit hitam, maka aku tidak
akan mampu mengemban titipan tersebut.”
Anggaplah saudara Abu Turob merasa aman dari fitnah para wanita yang hilir mudik ke
rumahnya itu, namun apakah mereka para wanita itu juga bisa merasa aman dari fitnah
yang akan menerpa mereka karena sering mendengar batuk dan deheman sang ketua ?
Sang ketua yang bukan orang ‘sembarangan’, berasal dari Indonesia yang paling
dipercaya oleh Syaikh Yahya dan juga sebagai seorang muadzin pilihan beliau ?
Perlu diketahui bahwa ada perbedaan yang sangat besar antara berpapasannya pria dan
wanita di sebuah jalan, yang keduanya sama-sama menutup aurat dan menjaga
pandangan mata. Jauh berbeda dengan keadaan saat berada di dalam ruangan walaupun
bersebelahan, seperti kenyataan saudara Abu Turob dan para santriwati istrinya.
Bukankah baru-baru ini saat ada pertanyaan dari Indonesia seputar keberadaan pondok
wanita Tarbiyatun Nisa’ (TN), syaikh Yahya berpendapat bahwa: “Berkumpulnya
sejumlah wanita dengan pengajar wanita pula dalam tempat tertentu untuk belajar
Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
11
agama ini adalah muhdatsah?”. Sudahkah mereka merealisasikan fatwa tersebut ? Atau
mungkinkah sang Ketua dan permaisurinya tidak memahami fatwa ini ?
Atau fatwa-fatwa Syaikh Yahya yang kalian ambil hanyalah yang bersesuaian dengan
misi kalian saja untuk menggoncang dakwah Salafiyyah, ukhuwwah Salafiyyah, da’i dan
mad’u salafiyyin Indonesia ? Abu Turob selalu teriak-teriak untuk membubarkan TN,
namun ternyata dia mendengarkan suara-suara merdu para wanita yang tiada henti
mengunjungi rumahnya. Wallahul musta’an.
Mungkin ada yang bertanya, darimanakah anda wahai Aba Mahfudzh mengetahui hal ini
? Maka jawabannya kita kembalikan kepada kaidah yang berlaku di kalangan
Turobiyyah yaitu: terima mentah-mentah khobar tsiqah. Sementara khobar tsiqoh ini
telah mutawatir di kalangan anti Turobi yang berada di Dammaj. Dan anggota
Turobiyyah jika mereka mau jujur, juga akan membenarkan serta mengiyakan apa yang
tergores dalam lembaran ini. Namun sayangnya Turobiyyah lebih mengutamakan
kekokohan kelompoknya dengan dibalut persaksian palsu dan kedustaan.
2- Memvonis orang yang melakukan pengecekan berita hingga sampai pada sumber berita
tersebut sebagai seorang yang berpemikiran Mu’tazilah
Wahai saudara yang mulia Abu Turob, siapakah yang mendahului saudara mengeluarkan
kalimat sesat itu? Siapakah dari ‘ulama Salaf yang mendahului saudara ? Tolong
sebutkan beserta teks ucapan mereka. Supaya para pembaca mengetahuinya. Ataukah
saudara membuat kaidah tersendiri ?
Untuk lebih jelasnya maka silahkan para pembaca sekalian memahami dan mencermati
kalima-kalimat berikut ini. Abu Mahfudzh dalam “Tirai itu kini telah tersingkap” edisi
kedua berkata :
“Lumrah saja, bila seseorang mengusut suatu berita yang dia terima sampai kepada
sumbernya, untuk mengetahui apakah berita itu benar atau salah, atau telah terjadi
penambahan dan pengurangan pada berita itu, demi meminimalisir akibat buruk yang
muncul setelah itu. Hal ini sebagaimana yang difirmankan Allah kepada Nabi -Nya
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepada kalian orang yang fasik
membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kalian tidak menimpakan
suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan
kalian menyesal atas perbuatan itu." (Al Hujuraat: 6)
Memang dalam kaidah yang kita terapkan adalah; berita yang dibawa oleh orang yang
terpercaya itu adalah diterima, namun bukan berarti saat kita meneliti berita yang
dibawa oleh orang-orang yang terpercaya (tsiqah), lantas kita menuduh bahwa dia itu
fasiq. Ini adalah pemahaman yang sangat jauh menyimpang dari kebenaran.
Namun anehnya Turobiyyun justru mengambil pemahaman yang salah ini, sehingga
salah seorang dari mereka menyatakan: "Bila saya meneliti berita yang dibawa oleh
orang yang saya percayai, itu artinya (lazimnya) saya menuduh orang itu fasiq", yang
lain menyatakan : "Barangsiapa menolak berita yang dibawa oleh orang yang
Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
12
terpercaya, berarti (lazimnya) dia telah menuduh si pembawa berita sebagai pendusta,
dan barangsiapa meneliti berita yang dibawa oleh orang yang terpercaya berarti
(lazimnya) dia telah menuduh si pembawa berita itu fasiq" …..Ya Subhanallah….. Dari
siapa mereka mengambil pemahaman seperti ini?
Lupakah mereka dengan kisah Dzul Yadain saat dia menegur Rasulullah ketika beliau
lupa dalam salah satu sholatnya, maka beliau berkata kepada yang hadir saat itu:
) 33/2153 : ﻭ ﻣﺴﻠﻢ6245 :ﻟﺘﺠﻴﺌﻦ ﺑﺒﻴﻨﺔ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺬﻱ ﺗﻘﻮﻝ ﻭﺇﻻ ﺃﻭﺟﻌﺘﻚ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﻠﺮﻯ
Artinya: "Engkau datangkan bukti atas apa yang engkau katakan kalau tidak maka Aku
akan menghukum kamu." (diriwayatkan oleh Al Imam Al Bukhari: 6245 dan Al Imam
Muslim: 2153/33)
Apakah Turobiyyun berani menyatakan bahwa 'Umar Bin Al Khattab menuduh Abu
Musa Al Asy'ari fasiq?
Atau lupakah mereka dengan kisah 'Umar bin Al Khattab yang terjadi di masa
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam saat tersebar berita bahwa beliau menceraikan
semua istrinya. 'Umar mendapatkan berita itu dari seorang Sahabat Anshor, maka
'Umar mendatangi Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dan berkata:
) ﺭﻭﺍﻩ. ﻓﻘﻠﺖ ﺍﷲ ﺃﻛﱪ.ﰒ ﺩﺧﻠﺖ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻨﱮ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻘﻠﺖ ﻭﺃﻧﺎ ﻗﺎﺋﻢ ﺃﻃﻠﻘﺖ ﻧﺴﺎﺀﻙ؟ ﻗﺎﻝ ﻻ
) 1479: ﻭ ﻣﺴﻠﻢ89 :ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯ
Artinya: "Kemudian Aku menemui Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dan Ku
tanyakan kepada beliau dalam keadaan aku masih berdiri: "Apakah engkau menceraikan
semua istrimu, wahai Rasulullah? Beliau menjawab: "Tidak", selanjutnya aku berkata:
"Allahu Akbar." (diriwayatkan oleh Al Bukhari: 89 dan Muslim: 1479)
Dan masih banyak lagi dalil-dalil yang menunjukkan bolehnya kita meneliti berita yang
dibawa oleh orang yang terpercaya dan itu bukan berarti (lazimnya) kita menganggap
bahwa orang itu adalah fasiq.
Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
13
Wahai saudara-saudaraku yang masih terkungkung dalam kegelapan Tirai Turobiyyah,
tidakkah kalian malu, saat ini kalian hidup dalam lingkungan ilmu, di sekeliling para
'Ulama, bila kalian tidak tahu kenapa kalian tidak bertanya kepada para 'Ulama di
sekitar kalian? Atau mungkin kalian saat ini masih tidak menyadari bahwa sebenarnya
kalian itu tidak tahu???
Selesai dinukil dari” Tirai Itu Kini Telah tesingkap” edisi kedua.
6
Diarsipkan di http://img10.imageshack.us/img10/7946/menggulung.jpg
Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
14
sampaipun yang bersaksi adalah orang yang langsung bersinggungan dengannya tetap
dituntut untuk tatsabbut. Rupanya sebagian pemikiran Washil bin 'Atho telah bercokol di
benak mereka. Dan lebih menggelikan lagi adalah apa yang dilolongkan di "Tirai Butut"
nya untuk menghantam lawannya tak satupun yang dikonfirmasikannya dengan pihak
lawannya tersebut (catatan Abu Turob).” Lihat jaringan Sindikatnya Dzakwan
halaman: 19 pada catatan kaki no 14.
Sepertinya saya perlu menambahkan beberapa catatan untuk lebih memperjelas kesesatan
dari ucapan yang telah ditorehkan oleh saudara Abu Turob dalam catatan kaki yang
dimuat dalam “Jaringan Sindikatnya” Bang Dzakwan Medan
Tampak dengan sangat jelas pada tulisan Abu Mahfudzh di atas bahwa Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi Wasallam mengecek kebenaran ucapan seorang shahabat mulia yang
bergelar Dzul Yadain, lantas apakah lazim dari perbuatan beliau itu ada anggapan bahwa
Dzul Yadain adalah fasiq ?
Wahai saudaraku Abu Turob, bukankah kita berkeyakinan bahwa para shahabat
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam semuanya terpercaya. Lantas apa yang
menyebabkan saudara berkacak pinggang atas uraian Abu Mahfudzh seputar pengecekan
berita ala Turobiyyah?
Wahai saudara Abu Turob, apakah kini saudara juga akan berkata bahwa sebagian
pemikiran Washil bin ‘Atho’ Al Mu’tazily bercokol di benak Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi Wasallam hanya karena beliau mengecek kebenaran dari ucapan Dzul Yadain???
Sungguh sangat memilukan apa yang telah engkau utarakan dalam catatan kaki yang
ditorehkan pada Jaringan Sindikatnya Bang Dzakwan
Tampak pula pada tulisan Abu Mahfudzh bahwa ‘Umar bin Khaththab mengecek lebih
jauh lagi berita yang dibawa oleh dua shahabat mulia bernama Abu Musa Al ‘Asy‘ary
dan Al Anshory. Apakah saudara Abu Turob berani menyatakan bahwa Abu Musa dan
Al Anshori adalah fasiq hanya karena ‘Umar mengecek berita yang datang dari mereka?
Bukankah inti dari ketiga hadits yang dibawakan oleh Abu Mahfudzh di atas adalah
untuk menunjukkan bahwa pengecekan berita itu merupakan perkara yang sangat penting
dan bagus bila dilakukan ? Dan bukan berarti (lazim) dari itu adalah menolak berita yang
dibawa oleh seorang yang terpercaya.
Kini beranikah saudara kita yang mulia yang menyandang kunyah Abu Turob dan
bernama Saif Al Hadi bin Khadhir Al Jawi menyatakan bahwa: “Sebagian pemikiran
Washil bin ‘Atho’ bercokol di benak ‘Umar bin Khaththab radliyallahu ‘anhu, hanya
karena mengecek berita dari dua shahabat yang mulia ???
Sungguh sangat memilukan apa yang telah engkau utarakan dalam catatan kaki yang
ditorehkan pada Jaringan Sindikatnya Bang Dzakwan.
Yang lebih menggelikkan adalah apa yang diutarakannya: “Bahkan sampaipun yang
bersaksi adalah orang yang langsung bersinggungan dengannya tetap dituntut untuk
Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
15
tatsabbut”. Sedikit komentar dari saya: “Bukankah Abu Musa Al Asy’ary beliaulah yang
langsung mendengar hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang adab
izin untuk memasuki rumah orang lain? Lantas mengapa sahabat ‘Umar masih menuntut
sahabat Abu Musa untuk mendatangkan bukti bahwa adab itu memang dia dengar dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam? Bukankah itu menunjukkan betapa pentingnya
permasalahan tatsabbut?
Kita tidak sedang membicarakan tuntutan tatsabbut ala hizbiyyah karena jelas bobroknya
slogan mereka itu, kita juga tidak sedang berbicara menguraikan penolakan terhadap
berita yang dibawa oleh satu orang terpercaya. Namun yang tengah menjadi topik
pembicaraan kita adalah: ““Lumrah saja, bila seseorang mengusut suatu berita yang dia
terima sampai kepada sumbernya, untuk mengetahui apakah berita itu benar atau salah,
atau telah terjadi penambahan dan pengurangan pada berita itu, demi meminimalisir
akibat buruk yang muncul setelah itu.”.
3- Dalam perjalanannya menuntut ilmu Dien ini, di bawah bimbingan ‘Ulama Sunnah, di
Markiz Daarul Hadits Dammaj. Darut Tauhid was Sunnah sebagai induk bagi dakwah
Salafiyyah paling murni sedunia, ternyata dia justru malah mengucapkan ucapan kufur!
Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Roji’uun.
Benarkah Sang Ketua mengucapkan ucapan kufur ? Jika benar apa bentuk dari ucapan
kufur itu ? Bukankah saudara Abu Turob dikenal oleh Syaikh Yahya hafidzhohullah ?
Bukankah manhajnya diakui kemurniannya ? Bukankah dia memiliki banyak karya tulis
yang bermanfaat ? Bukankah… bukankah… dan bukankah… lantas koq bisa seperti
ini…
Mungkin demikianlah pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari benak para pembaca
sekalian, namun semua itu akan terjawab manakala kita langsung membaca tulisan
saudara Abu Turob ini. Dalam sebuah surat penjelasan yang ditulis dan dikeluarkan oleh
sang Ketua dan beberapa anggotanya dia menyatakan:
ﻛﻠﺖ ﻫﺬﻩ:ﻭﻧﻘﻮﻝ ﻟﺸﻴﺨﻨﺎ ﺃﰊ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﲪﻦ ﳛﻲ ﺑﻦ ﻋﻠﻲ ﺍﳊﺠﻮﺭﻱ ﻭﲨﻴﻊ ﺃﻋﻮﺍﻥ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﺣﻔﻈﻬﻢ ﺍﷲ
. ﻭﺟﻔﺖ ﻫﺬﻩ ﺍﻷﻗﻼﻡ ﻗﺒﻞ ﺇﲤﺎﻡ ﺍﻷﻧﻈﻤﺔ ﺍﳌﺪﺡ ﻟﻜﻢ,ﺍﻷﻟﺴﻨﺔ ﻋﻨﺪ ﻭﺻﻒ ﺍﻟﺜﻨﺎﺀ ﻋﻠﻴﻜﻢ
Artinya: Dan kami menghaturkan kata teruntuk guru kami Yahya bin ‘Ali Al Hajury dan
seluruh penolong Sunnah semoga Allah menjaga mereka: “Sungguh telah letih lisan-
lisan ini disaat mempersembahkan kalam pujian kepada kalian semua, dan telah
mengering pula cairan tinta ini sebelum usai menghaturkan rangkaian bait-bait puja
dan sanjungan kemuliaan untuk kalian.”
La Haula Wala Quwwata Illa Billah. Wa Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Roji’un. Siapa
menyangka sang Ketua akan terjatuh pada perbuatan kufur ini??? Siapa mengira akan
serendah ini ? Siapa yang menebak bahwa sang Ketua akan melakukan perbuatan sehina
ini ?
Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
16
Sifat pujian yang demikian itu hanya layak untuk ditujukan dan dihaturkan kepada Allah
semata, bukan kepada seorang makhluk, Allah Ta’ala berfirman dalam kitab-Nya:
.ﺍﺩﺪ ﻣﻪﺜﹾﻠﺎ ﺑﹺﻤ ﺟﹺﺌﹾﻨﻟﹶﻮﻲ ﻭﺑ ﺭﺎﺕﻤ ﻛﹶﻠﻔﹶﺪﻨﻞﹶ ﺃﹶﻥﹾ ﺗ ﻗﹶﺒﺮﺤ ﺍﻟﹾﺒﺪﻔﻲ ﻟﹶﻨﺑ ﺭﺎﺕﻤﻜﹶﻠﺍ ﻟﺍﺩﺪ ﻣﺮﺤ ﻛﹶﺎﻥﹶ ﺍﻟﹾﺒﻗﹸﻞﹾ ﻟﹶﻮ
109 :ﺍﻟﻜﻬﻒ
Artinya: “Katakanlah kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk menulis kalimat-
kalimat Robb ku, sungguh habislah lautan itu sebelum selesainya penulisan kalimat-
kalimat Rabb-ku, meskipun kami tambahkan lautan sebanyak itu pula.” (Al Kahfi: 109)
Ayat lainnya berbunyi:
. ﺍﻟﻠﱠﻪﺎﺕﻤ ﻛﹶﻠﺕﺪﻔﺎ ﻧﺮﹴ ﻣﺤﺔﹸ ﺃﹶﺑﻌﺒ ﺳﻩﺪﻌ ﺑﻦ ﻣﻩﺪﻤ ﻳﺮﺤﺍﻟﹾﺒ ﻭ ﺃﹶﻗﹾﻼﻡﺓﺮﺠ ﺷﻦﺽﹺ ﻣﻲ ﺍﻷﺭﺎ ﻓﻤ ﺃﹶﻧﻟﹶﻮﻭ
27 :ﻟﻘﻤﺎﻥ
Artinya: “Dan kalau seandainya pepohonan di bumi itu menjadi pena, lautan juga
menjadi tinta dan ditambahkan lagi dengan tujuh kali lipatnya (untuk menuliskan
Kalimat-Kalimat Allah), maka niscaya Kalimat-Kalimat Allah tidak akan habis tertulis.”
(Luqman: 27)
Ditanyakan kepada salah sorang mustafid (murid senior) yang beliau adalah warga asli Dammaj
juga salah seorang murid Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi’i rahimahullah, yang beliau bernama
Abu ‘Abdillah ‘Adil Mi’wodh, bagaimana dengan perkataan yang telah diucapkan oleh
Abu Turob itu? Maka dijawab dengan: “Itu adalah perkataan kufur dan tidak selayaknya
ditujukan kepada makhluk. Ucapan itu selayaknya ditujukan hanya kepada Allah. Dan
bagi yang telah mengucapkan kalimat itu harus bertaubat dari ucapannya.”
Lantas apakah bedanya ucapan kufur yang telah keluar dari lisan Abu Turob saat memuji Syaikh
Yahya dengan ucapan kufur yang keluar dari Al Bushiry saat memuji Rasulullah yang tercantum
dalam kasidahnya yang berbunyi:
7
Perlu diketahui bahwa dalam penukilan berita ini saya menggunakan disiplin ilmu yang selalu
diterapkan oleh Turobiyyah, yaitu menerima secara langsung berita yang dibawa oleh orang yang
terpercaya. Apakah Turobiyyah bisa menerimanya kali ini? Atau mereka akan menolak berita ini? Jangan
sampai pemikiran Washil bin ‘Atho’ bercokol di tubuh Turobiyyah.
Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
19
Dienul Islam ini? Tidakkah saudara menghayati hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam yang berbunyi:
ﻰﺣ ﺑﹺﺎﻟﺮﺎﺭﻤ ﺍﻟﹾﺤﻭﺭﺪﺎ ﻳﺎ ﻛﹶﻤ ﺑﹺﻬﻭﺭﺪ ﻓﹶﻴﻄﹾﻨﹺﻪ ﺑﺎﺏ ﺃﹶﻗﹾﺘﻖﻟﺪﻨﺎﺭﹺ ﻓﹶﺘﻰ ﺍﻟﻨﻠﹾﻘﹶﻰ ﻓﺔ ﻓﹶﻴﺎﻣﻴ ﺍﻟﹾﻘﻡﻮﻞﹺ ﻳﺟﻰ ﺑﹺﺎﻟﺮﺗﺆﻳ
ﻠﹶﻰﻘﹸﻮﻝﹸ ﺑﻜﹶﺮﹺ ﻓﹶﻴﻨﻦﹺ ﺍﻟﹾﻤﻰ ﻋﻬﻨﺗ ﻭﻭﻑﺮﻌ ﺑﹺﺎﻟﹾﻤﺮﺄﹾﻣ ﺗﻜﹸﻦ ﺗ ﺃﹶﻟﹶﻢﺎ ﻟﹶﻚﺎ ﻓﹸﻼﹶﻥﹸ ﻣﻘﹸﻮﻟﹸﻮﻥﹶ ﻳﺎﺭﹺ ﻓﹶﻴﻞﹸ ﺍﻟﻨ ﺃﹶﻫﻪ ﺇﹺﻟﹶﻴﻊﻤﺘﺠﻓﹶﻴ
ﻴﻪﺁﺗﻜﹶﺮﹺ ﻭﻨﻦﹺ ﺍﻟﹾﻤﻰ ﻋﻬﺃﹶﻧ ﻭﻴﻪﻻﹶ ﺁﺗ ﻭﻭﻑﺮﻌ ﺑﹺﺎﻟﹾﻤﺮ ﺁﻣﺖ ﻛﹸﻨﻗﹶﺪ
Artinya: “Pada hari Kiamat nanti ada seorang yang dilemparkan kedalam neraka, maka
bersemburatlah isi perutnya, dia mengelilingi isi perutnya sebagaimana seekor keledai
berputar-putar di tempat penggilingan makanan. Maka para penghuni neraka
dikumpulkan untuk menyaksikan keadaan itu. Seraya mereka berkata: “Wahai Fulan;
apa yang terjadi denganmu sehingga engkau masuk ke dalam neraka? Bukankah
dahulunya kamu mengajak kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran?” Maka
orang tadi berkata: “Iya, aku selalu mengajak orang untuk berbuat kebaikan akan tetapi
aku sendiri tidak mengerjakan kebaikan itu, dan aku melarang orang dari kemungkaran
namun justru aku sendiri mengerjakan kemungkaran itu.”” (Diriwayatkan oleh Al Imam
Muslim dalam Shahihnya)
Yang paling aneh dari semua keanehan yang pernah terjadi pada sejarah Turobiyyah
adalah: Sang Elang yang bakal 8 menjadi target Turobiyyin selanjutnya ini, yang masih
mendekam di tanah Yayasan dan masjid hasil tasawwul digelari dengan Syaikhul Qiro’at
oleh saudara Abu Fairuz yang ternyata lidahnya celat. 9
“Tahukah anda sekalian wahai para pembaca yang terhormat?
Ternyata ada jalan terbaru tuk nikmati hasil tasawulat.
Hanya dengan menyandang gelar sebagai seorang Syaikhul Qiro’at
Gelar mulia torehan saudara Abu Fairuz si lidah celat…
Tapi sayang semua hanya berlaku di kalangan Turobiyyat
Jika kelompok lain hendak ikutan, wah mereka bisa gawat
Bakalan dikutuk mati tujuh turunan sampai hari kiamat
Oleh si lidah celat, yang hampir saja kena aperkat10
Tak lain adalah saudara Abu Fairuz si sonnic yang sok hebat
Sekedar sindiran pantun jenaka Torehan Fairuz lidah celat
8
Bukan memastikan tapi hasil dari penelitian dari semua kasus -kasus yang lalu.
9
Maaf, celat di sini hanya sekedar ungkapan menunjukkan kekejiannya dalam bertutur kata sampai-
sampai ‘Ulama Saudi Arabia tak selamat dari lisannya.
10
Dia hampir saja kena bogeman aperkat dari Kholil asal Jakarta , saat Khalil mendatanginya untuk
bertanya tentang siapa yang menulis para ruwaibidhoh Indonesia.
Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
20
Saat kabur lintang pukang undurkan diri “dari Arena Gulat”
Tidak mampu hadapi pesona kalimat yang begitu memikat
Goresan di hati Abu Mahfudzh yang semoga selalu selamat
Semoga Fairuz telinganya tidak memerah bagai buah tomat
Karena sebagian pantunnya dinilai konyol amat
Sudah ah malas beta terus ngomentari pantun si lidah celat
Akhir kata beta rangkai sebuah doa sembari bermunajat
Rendahkan diri dan hati di hadapan Raja Ardhi wa Samawat
semoga muslimin selamat dari siksaan di hari kiamat
temukan kenikmatan abadi tiada henti di dalam Jannat
Amin ya Robbal ‘alamin bisikan di hati usai bermunajat
Hanya untuk-Mu lah rangkaian puja dari sailiin wa sailaat11
3- Adanya taman pendidikan untuk putri, sementara semua orang tahu bagaimana fatwa dan
kebencian sang Ketua dengan sarana pendidikan untuk putri alias Tarbiyatun Nisa. 12
Wahai saudaraku Abu Hazm, bagaimana pendapat saudara dengan pendidikan TN di
negeri kita Indonesia? Apakah saudara sependapat dengan para du’at Salafiyyin
Indonesia lainnya ataukah saudara sependapat dengan sang Ketua Turobiyyah? Mohon
jawabannya, semoga Allah merahmati saudara ?!
Dalam ceramahnya di Daurah Tajwid pada tanggal 1 Februari 2008 di Masjid Khalil, Sidoarjo,
Abu Hazim ini berseloroh : “Syaikh Rabi’ menganjurkan, ketika datang orang-orang Yaman
menemui, “Kalian mau mencari daging atau mencari ilmu ?”
Kalau mencari ilmu, datang ke Dammaj, kalau mau mencari daging silakan ke Su’udi.” Abu
Hazim menambahkan : “Ini beliau syaikh Rabi’ yang merupakan dosen Jami’ah Islamiyyah…”
13
Lihatlah, ucapan tanpa dasar seperti ini sering terucap, entah dimana beliau mengucapkan ini,
kapan, dalam konteks apa dan sangat tidak masuk akal. Bagaimana mungkin beliau sebagai
dosen Jami’ah Islamiyyah sendiri, mencerca institusinya dengan istilah “mencari daging”, alias
dosen di kampus ‘daging’, mencari harta, mengemis, dst.
Terpenting, baginya ada kewajiban untuk membawakan sanad yang bersambung sampai Syaikh
Rabi’ hafidhahullah dengan kriteria perawi tsiqah sebagaimana penjelasan Ahlul Hadits serta
matan perkataan syaikh hafidhahullah, bukan semata makna ucapan atau yang sejenis, apalagi
kalau dia bisa menghadirkan bukti berupa rekaman suara Syaikh Rabi’. Kita tunggu saudara Abu
Hazim memenuhi kewajiban ilmiyyahnya dalam mempertanggungjawabkan pernyataan yang
disandarkannya kepada Syaikh Rabi’ hafidhahullah. Wallahul musta’an.
11
Sailiin wa sailaat adalah orang-orang yang berdo’a dari kalangan pria dan wanita
12
Yakni file Fatwa Syaikh Yahya Hukum TN.doc, dikirimkan Turobi, Muhammad Arsyad yang isinya
fatwa Syaikh Yahya Al Hajuri terkait Tarbiyatun Nisa'.
13
http://www.salafishare.com/26DNLTP6LKOP/JOSG116.mp3
Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
21
Comot-mencomot fatwa Ulama, terutama Syaikh Rabi’ juga sering diperbuat tetangga dan
donatur kuatnya Abu Hazim di Magetan, Ahmad Hasan. Lihat “Bani Hasan, Sosok Pembela
Turobi yang Penuh Keanehan” dari Abdul Ghofur, “R.A media ngawi, penulis tullab dammaj Al
Akh Abu Fairuz&Abu Zakaria setelah diizinkan oleh Syeikh Yahya&Imam Robi.” “Tafadhol
telpon dammaj ato Ustadz Muhsin dimagetan. Ana khobar tsiqoh dr Beliau untuk menyebarkan
Muhtasor al Bayan yg salah satu isinya ada dlm buku tsb”. Rupanya hobi Abu Hanifah Ahmad
Hasan Magetan dan Abu Hazim idem, Abu Hazim menggertak dengan ucapan “Imam Rabi’…
Syaikh Rabi’ berkata… ”, namun tidak akan pernah bisa memberikan rekaman, kaset, tulisan
sebagai buktinya dan menghindar sebisa-bisanya, karena apa !? Dusta itu sudah biasa,
menghalalkan segala cara…
Untuk melihat lebih lanjut apa saja yang dilakukan oleh saudara kita Abu Hazim ini maka
silahkan membaca kembali tulisan berjudul “Tirai itu kini telah tersingkap” edisi pertama. Di
sana saya sebutkan beberapa perbuatan yang dilakukan oleh saudara kita Abu Hazim yang
sesungguhnya bertolak-belakang dengan kaidah dan peraturan Turobiyyah, namun tetap saja
selamat dari jamahan mereka. Apakah juga terjadi nepotisme di kalangan Turobiyyin ?!
Sepertinya memang demikianlah kenyataannya.
ﺇﻥ ﺍﻟﻘﻠﻮﺏ ﺑﲔ ﺃﺻﺒﻌﲔ ﻣﻦ ﺃﺻﺎﺑﻊ ﺍﷲ ﻳﻘﻠﺒﻬﺎ ﻛﻴﻒ ﻳﺸﺎﺀ ) ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻯ ﻭﺍﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ ﻭﺻﺤﺤﻪ
(ﺍﻷﻟﺒﺎﱐ
Artinya: “Sesungguhnya hati para hamba itu ada diantara dua jari-jemari Allah. Dia
membolak-balikkan hati itu sesuai dengan kehendak-Nya.” (Diriwayatkan oleh At Tirmidzi dan
Ibnu Majah serta di Shahihkan oleh Al Albany)
Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
23
Abu Fairuz, demikianlah orang-orang biasa menyapanya, ia lebih dikenal dengan kunyah
daripada namanya. Di Dammaj dia banyak mengajarkan ilmu yang didapatinya kepada santri
dari Indonesia yang datang setelahnya. Kepedulian dan semangat gotong-royongnya sangat
tinggi, tawadlu’nya juga sesuai dengan kepribadiannya. Banyak orang yang menyukainya karena
sifat-sifat utama yang dimiliki itu, disamping kecerdasan yang Allah berikan kepadanya.
Sampai-sampai seorang teman setianya - yang kemudian dikhianatinya - sempat berseloroh:
“Teman yang seperti Abu Fairuz itu hanya ada seribu satu di dunia ini ”.
Yah itu dulu, saat semua masih bersama dan mementingkan kebersamaan pula, namun kini,
seiring bergulirnya waktu, di kala virus-virus Turobi yang secara perlahan namun pasti terus
menyerang jantung pertahanannya, dia pun berubah. Entah karena dia tidak memiliki antivirus
yang ampuh, atau mungkin pula dia sengaja membiarkan virus-virus itu terus menyerang dan
bersarang pada pemikirannya. Hingga akhirnya dia menjadi seorang Asy Syaikh Al ‘Allamah Al
Hammam Abu Fairuz ‘Abdurrahman Hardi bin Sukaya, yang belakangan ini mulai tenar dengan
risalah-risalah fitnah karangannya, yang diterbitkan di Indonesia oleh pemujanya RA Media. RA
Media, yang salah seorang pemiliknya mengaku Salafy namun penuh keanehan, tiada lain adalah
saudara Bani Hasan.
Sebenarnya di Dammaj dia tak lain adalah sebagai seorang pekerja Abu Kholid Muntilan yang
telah kembali ke Indonesia. Namun anehnya dia dan Turobiyyun justru membicarakan Abu
Khalid dari sisi perdagangannya, sehingga mereka mengatakan Abu Khalid At Tajir (Abu Khalid
si pedagang itu), dst. Wahai Abu Fairuz, maka izinkan serta dengarlah saat ini saya berkata:
“Abu Fairuz Al ‘Amil li Abi Khalid (Abu Fairuz si pekerja bayaran, yang menerima upah dari
Abu Khalid, pen)”, semoga telinga saudara Abu Fairuz tidak terbakar mendengar panggilan ini.
Diantara ucapan dan perbuatan saudara Abu Fairuz ini adalah sebagai berikut:
1- Mengomentari dakwah para ‘Ulama Su’udiyyah (Arab Saudi) dengan ucapan: “Adapun
dakwah di Su’udiyyah maka mayoritasnya dipenuhi dengan ngemis-ngemis (Tasawwul)
Subhanallah. Na’udzubillah min hadzal kalaam. Al Bayyinatal Bayyinah, ya Aba
Fairuz!?
(Segala puji bagi Allah. Kita berlindung kepada Allah dari ucapan keji ini. Mana
buktimu, wahai Abu Fairuz atas ucapan kotor dan tuduhan keji ini !?)
Para pembaca sekalian tentu mengetahui bagaimana kekayaan negeri Tauhid dan Sunnah
yang bernama Su’udiyah. Dan bagaimana pula iffahnya para ‘Ulama Sunnah di sana.
Lantas apakah setelah itu layak bagi seseorang yang baru moncong senjatanya sekaliber
0,0000001 mm, itupun peluru karet dari seseorang yang bernama Abu Fairuz, lantaran
belum pernah menginjakkan kakinya di Su’udiyyah, belum pula pernah melihat dakwah
para ‘Ulama Su’udiyyah ? Bahkan dia juga belum pernah pula bersimpuh di hadapan para
pemimpin ummat ini, mengetahui situasi kondisi langsung, lantas berkata dengan
sesumbarnya bahwa dakwah mereka dipenuhi dengan ngemis-ngemis ?
Saya tak ingin panjang lebar mengomentari ucapan saudara Abu Fairuz ini, karena para
pembaca sendiri sudah mengetahui bagaimana konsekwensi dari ucapan kotor dan
tuduhan keji yang dilontarkannya. Abu Fairuz sama saja mencerca dakwah para ‘Ulama
Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
24
Sunnah di Su’udiyah secara membabi-buta. Tidak perlu dibuktikan, apalah gunanya
menyalakan sebatang lilin di siang bolong di bawah terangnya sang Mentari ?
2- Ucapan kufur yang diucapkan oleh sang Ketua juga diucapkan olehnya, sepertinya tak
perlu untuk diperjelas, karena telah saya rinci saat menerangkan kufurnya ucapan itu.
3- Selalu menggunakan lazimul qaul (kelaziman atau kemestian dari ucapan seseorang)
untuk menyalahkan orang yang mengeluarkan ucapan tersebut. Walaupun pada
kenyataannya ucapan orang itu justru tidak bersentuhan dengan kelazimannya.
Dalam surat-suratnya yang ditujukan kepada anak-anak Indonesia sebagai surat bantahan
atau surat peringatan atau malzamah-malzamah yang dia terbitkan, dia selalu
menggunakan lazimul qaul untuk menyudutkan atau menyalahkan orang yang menjadi
lawan bicaranya, sekalipun lawan bicaranya tidak memiliki paham dari lazimul qaul itu.
Padahal : “Lazimul qaul laisa bil qaul” (Sekedar kelaziman atau kemestian dari ucapan
seseorang itu tidaklah bisa dianggap sebagai bagian dari ucapan orang tersebut).
Inilah sekelumit profil pria yang bernama Abu Fairuz itu, yang belakangan ini banyak tulisan-
tulisannya yang disebar di Indonesia.
Tidak memiliki keadilan dalam bersikap dan bertindak, sebagai contoh adalah
bungkamnya 14 dia dari yayasan yang ada dalam asuhan ustadznya sendiri, yaitu ustadz
Abu Mundzir Dzul Akmal
Turut andil dalam memberikan semangat atas ucapan kufur yang diucapkan oleh sang
ketua Abu Turob dan juga Abu Fairuz
Berdusta, menyamar dan memalsukan identitas demi menuntut ilmu. Bang Dzakwan,
bolehkah hal itu dilakukan ?
Yang terakhir ini dia lakukan setelah tertangkapnya dia oleh aparat keamanan Yaman, padahal
telah ditanyakan kepada Syaikh Yahya berkaitan dengan masalah ini. Lantas beliau berpendapat
bahwa hal itu tidak boleh dilakukan karena dikhawatirkan si penuntut ilmu yang memalsu
identitas, menyamar dan berdusta (seperti yang dilakukan oleh bang Dzakwan ini)
ilmunya tidak barokah. Mungkin ini salah satu sebab yang menyeret bang Dzakwan ini untuk
bergabung dengan Turobiyyah, punya sedikit kecerdasan, tapi karena nipu akhirnya ilmunya
tidak barokah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
(ﺎ ) ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢﻨ ﻣﺲﺎ ﻓﹶﻠﹶﻴﻨ ﻏﹶﺸﻦ َﻣ: ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﹶﺎﻝﹶﻮﻝﹶ ﺍﻟﻠﱠﻪﺳﺓﹶ ﺃﹶﻥﱠ ﺭﺮﻳﺮ ﺃﹶﺑﹺﻰ ﻫﻦﻋ
Artinya: “Barangsiapa yang menipu kami, maka dia bukan dari golongan kami” (Diriwayatkan
oleh Imam Muslim)
Bang Dzakwan sendiri adalah salah seorang mantan LJ yang “Gegabah” dalam mengambil
sikap, yang pada kenyataannya dia membiarkan dirinya terjerembab kedalam lubang yang sama
terulang lagi hingga dua kali atau bahkan lebih. Kecerobohannya itu tampak jelas manakala ia
bergabung ria dengan Turobiyyah untuk menggoncang ukhuwwah Salafiyyah di Indonesia.
Bukti dia tergabung dalam dinasti Turobiyyah, disebut dalam puisi “Arena Gulat” Abu Fairuz,
baris ke 1370 : "Ada juga Dzakwan penulis "Sindikat".” Footnote tertulis : "Abu Sholih
Dzakwan Al Maidany -hafizhahulloh-, dengan kitabnya "Menggulung Jaringan sindikat
Membongkar Makar Pengkhianat" yang merupakan ringkasan dari "Mukhtashor Bayan"
14
Tak terdengarnya suara-suara sumbang dia atas Yayasan Ta’zhimus Sunnah dan para pengelolanya,
sebagaimana suara-suara sumbang dia atas yayasan lainnya.
Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
26
dengan beberapa tambahan yang sangat penting." Serta di baris ke 1692 : “Abu Sholih
Dzakwan yang berkorban berat”.
Kita memohon keselamatan pada Allah dari penyimpangan setelah datangnya kebenaran.
Turut andil mendatangi anak-anak Indonesia untuk menguji dan mengetes mereka
berkaitan dengan masalah fitnah yang tengah terjadi di Yaman, padahal pengetesan itu
merupakan ushlub hizbiyyah.
Seperti sebelumnya dia juga turut andil dalam memberikan semangat atas kalimat kufur
yang diucapkan oleh Abu Turob dan Abu Fairuz.
Masih seperti sebelumnya (yaitu Dzakwan), tidak memiliki keadilan dalam bersikap dan
bertindak, sebagai contoh adalah bungkamnya 15 dia dari yayasan yang ada dalam asuhan
ustadznya sendiri yaitu ustadz Abu Mundzir Dzul Akmal
Sebagai bukti posisi dia dalam kabinet Turobiyyah, disebutkan dalam puisi “Arena Gulat” Abu
Fairuz dalam baris ke 1371 : “Muhammad penerjemah "Arsy" yang hangat”. Di footnotenya
tertulis : “Beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin Umar Aceh - hafidzahulloh – penerjemah
malzamah yang berbicara tentang silang pendapat seputar istiwa Alloh di atas 'Arsy dengan
bersentuhan ataukah tidak bersentuhan.”
15
Tak terdengarnya suara-suara sumbang dia atas Yayasan Ta’zhimus Sunnah dan para pengelolanya
sebagaimana suara-suara sumbang dia atas yayasan lainnya.
Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
28
Kalau seandainya dengan pukulan itu, dia dapat karena mempertahankan kebenaran serta bukan
pada sesuatu yang salah maka itu adalah suatu kemuliaan, namun sedihnya apa yang dia
dapatkan itu adalah hasil dari kecerobohan dan kurang telitinya dia. Dari tindakan dia yang asal
menerima berita yang sampai kepadanya, padahal kenyataan sebenarnya tidaklah sama dengan
apa yang dia sebarkan. Allahul Musta’an.
Pria ini juga turut andil memberikan semangat pada ucapan kufur yang ditulis oleh Abu Turob
dan Abu Fairuz. Sebagai bukti jaringan Turobiyah merengkuh si Abdul Ghafur, lihat puisi
“Arena Gulat” dari Abu Fairuz nomor baris ke 1387 : “Abdul Ghofur ramah dan pegang
amanat”. Tragis, dia sudah kena aperkat jago gulat Turobiyyat, masih juga dirangkul ?
(65 : ) ﺍﻟﺰﻣﺮ: ﻠﹸﻚﻤ ﻋﻄﹶﻦﺒﺤ ﻟﹶﻴﻛﹾﺖﺮ ﺃﹶﺷﻦ ﻟﹶﺌﻚﻠ ﻗﹶﺒﻦ ﻣﻳﻦﺇﹺ ﻟﹶﻰ ﺍﻟﱠﺬ ﻭﻚ ﺇﹺﻟﹶﻴﻲ ﺃﹸﻭﺣﻟﹶﻘﹶﺪﻭ
Artinya: Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu (Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘Alaihi
Wasallam) dan kepada orang-orang sebelum kamu: “Jika kamu melakukan kesyirikan maka
amal perbuatan kebaikanmu akan sia-sia.” (Az Zumar: 65)
Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
29
Dia berdomisili di Semarang, menikah di Dammaj dengan seorang akhwat yang berasal dari
Batu Bara Medan sekarang masih berada di Dammaj. Ini untuk membedakannya dengan Abu
‘Abdillah Utsman yang kini telah mudik ke Indonesia yang sekarang berdakwah mengajak
manusia ke Jalan Allah, beliau juga bersama pendahulunya dalam mengemban dakwah ini.
Pria ini merupakan juga salah seorang “mantan Laskar jihad yang gegabah”, yang membiarkan
atau bahkan sengaja untuk terjatuh dalam satu lubang terulang lagi hingga dua kali. Terlihat
dengan kecerobohannya dia bergabung ria dengan Dinasti Turobiyyah dam mencabik-cabik
Ukhuwwah Salafiyyah di Indonesia.
Sebagai bukti posisisnya di kabinet Turobiyyah ini, adanya karya terjemahannya, berjudul
"MENEPIS TUDUHAN KEJI" yang ditulis Al Akh Abu as Samh Iyad Al- Hasyidi,
diterjemahkan bersama Abu Arqom Muslih Al Magetani, dan disahkan oleh Abu Turob Al-Jawi.
Abu Fairuz menulis konyol di footnote nomor 16, di bagian ke 4 “Arena Gulat”nya, terkait diri
Abu Abdirrrahman Utsman as Semarangi : “ Adapun ana, karena ana sudah berjasa membocorkan
nama-nama berbahaya ini padamu, juga telah memberimu tazkiyyah di risalah "Inbi'atsut Tanabbuh bi
inksyafi Hizbiyyati Luqman Ba Abduh" maka kasihlah ana tazkiyyah barang sedikit biar bisa menikah dan
dapat rizqi. ”
Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
30
siapa saja yang telah terdaftar saja pada jajaran Turobiyyah, maka mereka adalah teman,
sementara yang anti dengan Turobiyyah mereka adalah lawan. Titik.
Sementara selain mereka hanyalah para pengikut yang sekedar membebek saja atau katakanlah
bahwa mereka adalah “para mangsa” Turobiyyah. Apa kata para petinggi, maka itu pulalah yang
mereka suarakan. Yang ada pada mereka hanyalah sekedar : “Kami mendengar manusia
mengatakan demikian, maka kamipun juga ikut mengatakan demikian.” Dengan kata lain hanya
(maaf) “hanya mbebek”, sebagaimana sifat seekor bebek yang hanya mengikuti apa titah
pemimpinnya, tanpa berpikir panjang akan efeknya, dst.
D. Nama- nama YANG MENJADI KORBAN Turobiyyin
Dammaj yang tercinta kini dipenuhi oleh ratusan pemuda yang berasal dari Indonesia. Dari
ratusan jumlah itu ternyata sebagian dari mereka menjadi mangsa keganasan fitnah Turobiyyah
yang tengan melanda, kini terjadilah dilema antara sesama santri Indonesia yang kini berada di
Dammaj harosahallah.
Sebagai contohnya, Abul Abbas Khadir Al Mulki dari Limboro, kec. Seram Barat, Maluku
Tengah ini, termasuk paling depan dalam mengirimkan malzamah fitnah Yaman secara bertubi-
tubi.sejak tanggal 10 November 2008, Abul Abbas ini terus menghantam email salafiyyin di
Indonesia, mengekspor fitnah ini agar tersebar luas di negeri Indonesia.
Dalam puisi “Arena Gulat”, disebutkan nama-nama korban konflik Maluku yang kini ikut-ikutan
bergabung dengan dinasti Turobiyyah adalah sbb : Adam Ahmad Abul Jauhar, Abu Dujanah
Amin Al Ambony bin Nurdin, Ridhwan, Abu Usamah, Imron, Faris, Fikri, Pak Alfi, Abul
Husain, Sulaiman Abu Sulaim, Abul Jauhar, Abul Abbas Khoidir Al Mulki, Abu Yusuf Abdul
Malik, dll.
Di lembar berikutnya, saya akan menyebutkan nama-nama korban dari kegalakan Dinasti
Turobiyyah ini dengan menyebutkan sepintas keterangan berkaitan dengan yang bersangkutan.
Sangat disayangkan, anak-anak korban konflik SARA yang baru mempelajari Dienul Islam yang
mereka berasal dari Ambon, Maluku, mayoritasnya menjadi sasaran Turobiyyah. Entah karena
mereka masih baru mengkaji Dienul Islam ini, sehingga terkesan memiliki semangat yang keliru
dan membabi-buta, atau kemungkinan kedua karena mereka memang tidak memiliki kesiapan
untuk berhadapan dengan arus fitnah Turobiyyah.
Maka tak pelak lagi, mereka menjadi sasaran akan keganasan Turobiyyah. Sementara harapan
orangtuanya di Maluku, mereka diharapkan menjadi generasi penerus dakwah Salafiyyah.
Maluku membutuhkan ratusan da’i Salafy untuk menyebarkan dakwah Salafiyyah kepada
warganya yang hingga kini tiada henti dari konflik SARA itu.
Demi melihat kenyataan yang memilukan ini, anak-anak Ambon yang berada di Dammaj bukan
malah menyadari keadaan yang sesungguhnya, namun mereka justru mengekspor fitnah
Turobiyyah ke daerah asal mereka. Akhirnya tindakan gegabah itu menyebabkan orang-orang
yang tidak faham, atau belum memahami kondisi Turobiyyah yang sesungguhnya dari kalangan
awam salafiyyin di Maluku, meninggalkan pengajian mereka yang selama ini ditekuni bersama
para da’i Salafy di sana.
Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
31
Lihatlah fitnah ini ternyata membikin banyak dari mereka, muslimin di Ambon yang futur, tidak
lagi mengaji, atau bahkan kembali menekuni kejahatan di masa lalu, wal’iyadzubillah. Saat
ditanyakan kepada mereka kenapa menjadi seperti itu? Jawab mereka enteng : “Ustadznya sudah
ditahdzir oleh pihak Dammaj.” Subhanallah...
Seperti inikah didikan yang mampu kalian berikan, wahai para elang yang hanya mampu
berteriak di negeri orang? Inikah didikan anak-anak Ambon yang berada di Dammaj kepada
masyarakatnya yang baru bertaubat dan mengkaji Dienul Islam ini dengan baik dan benar ?
Apakah kalian lebih senang mereka-mereka futur, malas mengaji dan bahkan ada diantara
mereka yang kembali menjadi awam, bahkan meninggalkan sholat serta kembali ke sekolah
umum, hanya berawal dari fitnah Turobiyyah yang kalian ekspor ini? Senangkah kalian ?!
Siapkah kalian menanggung dosa mereka hanya karena sebab pemikiran kalian itu lantas mereka
meninggalkan Tholabul Ilmi dan menjauhi majlis-majlisnya para Da’i Salafi yang di sana?
Seperti inikah cara kalian mendidik Ummat Islam? Ingatlah firman Allah yang berbunyi:
(25 :ﻭﻥ )ﺍﻟﻨﺤﻞﺰﹺﺭﺎ ﻳﺎﺀَ ﻣﻠﹾﻢﹴ ﺃﹶﻟﹶﺎ ﺳﺮﹺ ﻋﻴ ﺑﹺﻐﻢﻬﻠﱡﻮﻧﻀ ﻳﻳﻦﺍﺭﹺ ﺍﻟﱠﺬﺯ ﺃﹶﻭﻦﻣ ﻭﺔﺎﻣﻴ ﺍﻟﹾﻘﻡﻮﻠﹶﺔﹰ ﻳ ﻛﹶﺎﻣﻢﻫﺍﺭﺯﻠﹸﻮﺍ ﺃﹶﻭﻤﺤﻴﻟ
Artinya: “Dan agar supaya mereka memikul dosa-dosa mereka dengan sepenuhnya di hari
Kiamat dan juga dosa orang-orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun
(bahwa mereka sebenarnya disesatkan) sungguh teramat buruk apa yang mereka pikul.” (An
Nahl: 25)
Dan berkata Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini:
ﻳﺼﲑ: ﺃﻱ،ﻢﻢ ﻭﻳﻮﺍﻓﻘﻮ ﺇﳕﺎ ﻗﺪﺭﻧﺎ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺃﻥ ﻳﻘﻮﻟﻮﺍ ﺫﻟﻚ ﻓﻴﺘﺤﻤﻠﻮﺍ ﺃﻭ ﺯﺍﺭﻫﻢ ﻭﻣﻦ ﺃﻭﺯﺍﺭ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻳﺘﺒﻌﻮ:ﺃﻱ
"ﻣﻦ ﺩﻋﺎ: ﻛﻤﺎ ﺟﺎﺀ ﰲ ﺍﳊﺪﻳﺚ،ﻢ ﻭﺧﻄﻴﺌﺔ ﺇﻏﻮﺍﺋﻬﻢ ﻟﻐﲑﻫﻢ ﻭﺍﻗﺘﺪﺍﺀ ﺃﻭﻟﺌﻚ،ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺧﻄﻴﺌﺔ ﺿﻼﳍﻢ ﰲ ﺃﻧﻔﺴﻬﻢ
ﻭﻣﻦ ﺩﻋﺎ ﺇﱃ ﺿﻼﻟﺔ ﻛﺎﻥ، ﻻ ﻳﻨﻘﺺ ﺫﻟﻚ ﻣﻦ ﺃﺟﻮﺭﻫﻢ ﺷﻴﺌﹰﺎ،ﺪﻯ ﻛﺎﻥ ﻟﻪ ﻣﻦ ﺍﻷﺟﺮ ﻣﺜﻞ ﺃﺟﻮﺭ ﻣﻦ ﺍﺗﺒﻌﻪﺇﱃ ﻫ
."ﻋﻠﻴﻪ ﻣﻦ ﺍﻹ ﰒ ﻣﺜﻞﹸ ﺁﺛﺎﻡ ﻣﻦ ﺍﺗﺒﻌﻪ ﻻ ﻳﻨﻘﺺ ﺫﻟﻚ ﻣﻦ ﺁﺛﺎﻣﻬﻢ ﺷﻴﺌﹰﺎ
Artinya: “Makna dari ayat ini adalah; sesungguhnya Kamilah yang telah mentaqdirkan mereka
untuk mengucapkan ucapan itu, sehingga dengan sebab itu mereka akan memikul dosa-dosa
mereka sendiri dan juga dosa orang-orang yang mengikuti dan mencocoki mereka. Dengan kata
lain bahwa mereka menanggung dosa kesesatan mereka sendiri dan juga dosa di kala mereka
menyesatkan orang lain, serta mereka memikul kesalahan orang-orang yang mengikuti mereka
dalam kesesatan. Hal ini sebagaimana tertera dalam sebuah hadits yang berbunyi:
“Barangsiapa yang mengajak manusia menuju petunjuk maka dia mendapatkan pahala
sebanyak pahala orang-orang yang mengikutinya di atas petunjuk itu dengan tanpa mengurangi
pahala orang-orang yang mengikutinya. Dan barangsiapa yang mengajak manusia menuju
kesesatan maka dia menanggung dosa sebanyak dosa orang-orang yang mengikutinya di atas
kesesatan itu dengan tanpa mengurangi dosa orang-orang yang mengikutinya.”
Di sisi lain orang yang berakal dari mereka yang bernama Abul ‘Abbas ‘Arifin Ambon, yang
memiliki baik sangka kepada kebijaksanaan para du’at salafiyyin yang berada di sana justru
Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
32
dimusuhi dan dicap oleh Turobiyyun sebagai orang yang berpenyakit hatinya. Hanya karena dia
tidak sejalan dan tidak sependapat dengan kekonyolan Turobiyyin dan ank-anak Ambon lainnya
dalam kaitannya sikap keras dan membabi buta mereka kepada para du’at Salafiyyin Indonesia.
Seperti inilah gambaran pendidikan yang ditelorkan oleh Turobiyyah, dan seperti itu pula yang
ditancapkan oleh putra-putra Ambon yang tengah bergabung ria dengan Dinasti Turobiyyah
dengan segala keanehan mereka. Kebaikan apa yang diharapkan akan muncul dari cara
pendidikan seperti ini ? Pendidikan yang justru mengajak orang untuk meninggalkan syariat
yang murni dan jalan keselamatan dunia dan Akhirat ?! Hanya kepada Allah sajalah kita
mengadukan segala permasalahan yang tengah kita hadapi.
Dan berikut adalah nama anak-anak Ambon yang tertipu dan terbuai,
menjadi mangsa fitnah Turobiyyah, diantaranya sbb :
1. ABUL ‘ABBAS KHADIR BIN NUR SALIM
Berangkat dari Ambon, sempat singgah di Tangerang untuk menunggu keberangkatan ke
Dammaj, Yaman. Daurah Masyayikh di Jogjakarta yang terakhir dilaksanakan pun terlewatkan,
lantaran menunggu travel yang kabarnya tidak menentu itu tanggal keberangkatannya. “Khoidir
yang datang dan penuh semangat”, demikian goresan pena Abu Fairuz di puisi “Arena Gulat”
baris ke 1363. Dengan semangat ‘45’, ketika datang di Dammaj, belum genap 3 bulan,
programnya langsung menghantam email-email salafiyyin Indonesia.
Ya, mulai tanggal 9 November 2008 resmi genderang peperangan ditabuh oleh Khadir. Demi
melihat semangat luar biasa ini, tentu saja Abu Fairuz menorehkan ‘penuh semangat’ dalam SK
Turobiyyahnya. Kini bocah Limboro dari kec. Seram Barat, Maluku Tengah ini mulai mencapai
kedewasaannya, email Abul Abbas terkait fitnah sejak 8 November 2008 kini mereda. Mungkin
dia sudah menyadari bahwa dirinya adalah mangsa Turobiyyah ?
Adam Ahmad-lah yang mengirimkan email atas perintah bang Dzakwan untuk menulis kalimat
dengan tinta emas nan indah menyejukkan itu dengan ucapan : “Bismillah.... edisi revisi dari
"nasehat dan wasiat " disertai vonis Masyayikhus Sunnah terhadap Luqman ba 'Abduh Al Hizby
. Abu Mahfudz (Mampus) Ali bin Imron bin Ali Adam : "majhul "( tidak dikenal) apakah
dia jin atau manusia, muslim atau apa ?!! Yang jelas ini adalah sifat Hizbiyyin yang selalu
menyandang nama samaran , karena mereka adalah para pengecut dan pendusta.”
Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
33
Dalam beberapa kali kunjungan ke Solo di pondok Ibnu Taimiyyah, saya sempat bertemu dan
berbincang dengannya saat dia mondok di Solo. Namun mungkin dia telah lupa atau sengaja
melupakannya sehingga bisa dijadikan sebagai suatu alasan bahwa Abu Mahfudzh itu “Majhul”.
Dan memang inilah lagu lama yang selalu didendangkan Turobiyyah, manakala mereka tidak
mampu menjawab hujjah yang disampaikan, baik karena kurang akal atau malas.
Persaksian temannya akan keanehan dia sebagaimana tersebut dalam Silsilah Rasail karya
akhina ‘Abdil Karim - jazahullah - cukup mewakili untuk mengungkap lebih lanjut tentang Abu
Sulaim Sulaiman ini.
Tazkiyyah dari Menteri Turobiyyah atas Abu Sulaim dan Sulaiman ini tertera pada baris ke 1358
– 1359 yang berbunyi :” Sulaiman kecil yang hapalan kuat Abu Sulaim penerjemah yang giat”.
6. RIDHWAN
Kesaksian Ridhwan juga dimanfaatkan oleh Abu Fairuz bersama Abu Yusuf pada footnote ke
40.
7. ANWAR
“Anwar yang baru datang langsung melesat”, demikian keterangan dari lembar dokumen “Arena
Gulat” Abu Fairuz di baris ke 1362.
Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
34
9. MUSTHOFA
Dan berikut adalah nama anak-anak Sumatera yang tertipu dan terbuai,
menjadi mangsa fitnah Turobiyyah, diantaranya sbb :
Ternyata Aceh juga tak jauh berbeda dengan Ambon, hanya saja kalau di Ambon mayoritas
mereka adalah mangsa Turobiyyah, adapun Aceh hanya segelintir orang saja. Namun mereka
jumlahnya segelintir itu, juga sama-sama menjadi mangsa keganasan fitnah Turobiyyah. Sebut
saja pria bernama Masdal, dia dengan semangat yang membabi buta berusaha menjauhkan
kakaknya dari majlis ilmu yang diisi oleh para Da’i Salafy yang berada di Aceh. Semua itu dia
lakukan hanya untuk memenuhi ambisi para ketuanya yang duduk di jajaran Dinasti Turobiyyah.
Wahai Masdal, bukankah engkau sadar bahwa kakakmu adalah orang yang baru saja mengkaji
dan mempelajari Dienul Islam ini? Bila engkau menyuruh kakakmu menjauh dari majelis para
da’i Salafi yang berada di Aceh, lantas kepada siapakah engkau mengarahkan kakakmu untuk
mempelajari agama ini? Apakah engkau akan membiarkan kakakmu kembali menjadi awam?
Atau kembali meninggalkan shalat? Atau lebih buruk dari itu semua engkau membiarkan
kakakmu mempelajari Dien yang haq ini dari para Shufiyyah atau Jama’ah Tabligh yang banyak
tersebar di Aceh?! Berfikirlah wahai saudaraku Masdal yang terhormat. Berfikirlah
Jangan hanya karena kamu ingin memenuhi semua ambisi Turobiyyah yang konyol itu lantas
kamu mengorbankan kakakmu, janganlah engkau tertipu dengan keadaan mereka yang seakan
dekat dengan para ‘Ulama namun pada hakekatnya mereka bak “jauh panggang dari api”
lihatlah mereka-mereka yang berada di sekelilingmu yang dahulunya mereka juga bergabung
dengan Turobiyyah, namun saat mereka menyadari kesalahan dan kebobrokan Turobiyyah
mereka segera meninggalkannya.
Semoga ini cukup sebagai nasehat kepada saudara Masdal dari Aceh yang masih baru mengkaji
Dinul Islam ini.
Dilain pihak ternyata kakak si Masdal yang kini berada di Aceh jauh lebih cerdik dan lebih
berpemikiran jernih bila dibanding dengan si adik yang berada di Dammaj. Dia tidak ingin
kembali mundur ke belakang, maka dengan tetap memberikan kasih sayang kepada adiknya ini,
dia tetap tak hendak meninggalkan majelis para du’at Salafiyyin yang berada di Aceh.
Jazahullahu Khairon.
Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
35
Dalam "Risalah Abu Fairuz.zip", nama Habibi Aceh, disebut-sebut dalam email Adam
Ahmad, terkait kisah di tanggal 2 Dzulhijjah 1429 H itu.
21. AFIF
Tentu saja bukan al Akh Muhammad Afifuddin, Gresik, namun Afif lain yang direstui Abu
Turob dengan ungkapan : “Adib, Ibnu, Afif dan Hisyam yang giat”, di SK Turobiyyah baris ke
1390.
22. ADIB
Nomor SK idem dengan Afif
Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
36
SK kementerian Turobiyyah nomor 1372 memuji : “juga Harits Jabali teman yang giat”.
Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
38
E. SIapakah Kita…
Abu Fairuz di kala melarikan diri “Dari Arena Gulat”-nya sempat mengeluarkan kalimat-
kalimat, yang apabila diteliti dengan seksama ternyata tak lebih bagaikan igauan seorang
petarung yang bersombong sesaat akan ditemukan dengan lawannya. Di kala ia terbuai dengan
sorak-sorai pemirsa yang seakan mendukungnya, sang petarung yunior itu berharap-harap cemas
bakal mampu memenangkan pertandingan, serta akan pulang dengan menggondol piala medali
emas idaman.
Namun sayang seribu sayang ternyata setelah dia bertemu dengan lawannya di atas ring dalam
“Arena Gulat”, ternyata dia malah jatuh tersungkur, terhenyak menyaksikan sang lawan. Maka
tak ayal lagi dia pun segera “Turun Sejenak” (baca: lari tunggang-langgang, lintang-pukang,
jurus kaki seribu) dari ‘Arena Gulat”. Sembari ia berteriak kuat-kuat dengan menyatakan di
footnote ke 16 bagian ke IV “Arena Gulat” : ”Wahai Abu Mahfut yang suka nguping, tolong
sampaikan pada Mufti 'Am Al 'Allamah Luqman Ba Abduh pesan ana: Kamu sudah
mengumumkan tahdziran terhadap para tholabatul 'ilmi yang datang dari Markiz Induk
Dammaj, kecuali orang-orang yang dapat tazkiyyah dari gerombolanmu. Ana sudah
membantumu menuliskan banyak nama tokoh pembela Syaikhuna Yahya - hafidzahulloh – dari
kalangan Indonesiin - hafidzahulloh -. Catat baik-baik nama-nama tadi dan peringatkanlah
umat dari mereka, jangan sampai menghadiri majelis ilmu mereka ataupun menikahkan anak
perempuan dengan mereka. Bahkan kasih tahu juga para Malaikat agar jangan mengantarkan
rizqi pada mereka, jangan mengiringi berangkatnya fi sabilillah dengan panji-panji, jangan
mengiringi jenazah mereka jika meninggal, jangan membukakan pintu langit buat mereka, dan
agar jangan membukakan pintu Jannah buat mereka jika Alloh mengidzinkan mereka masuk
Jannah. Adapun ana, karena ana sudah berjasa membocorkan nama-nama berbahaya ini
padamu, juga telah memberimu tazkiyyah di risalah "Inbi'atsut Tanabbuh bi inksyafi Hizbiyyati
Luqman Ba Abduh" maka kasihlah ana tazkiyyah barang sedikit biar bisa menikah dan dapat
rizqi. Ana sudah tahu ada satu orang anak buahmu di markiz ini yang berusaha menggagalkan
pernikahan Akhuna 'Utsman Semarang. Alhamdulillah Alloh ta'ala menolong 'Utsman dan
menggagalkan makar kroco tadi.”
Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
39
Gambar 3. Scan buku “Turun Sejenak dari Arena Gulat” SERI 4, yang ditulis Abu Fairuz
Abdurohman, muroja’ah Abu Turob Saif Al-Jawi, dijual dan dikomersilkan oleh RA Media. 16
Lihatlah gambar 3, sebagai buktinya, inilah igauan si petarung yang tak mampu memenangkan
pertandingannya, yang harus meninggalkan “Arena Gulat” dengan berselimut handuk tipis,
sekedar bisa menutupi wajahnya agar tak ketahuan para pemirsa. Sehingga apabila ternyata dia
hanya memenangkan pertandingan dalam alam hayalannya saja, sehingga nggak malu-malu
amat meninggalkan “Arena Gulat”, lari langkah seribu dengan wajah yang tertutup. Terlepas
dari kemana kaburnya si petarung itu setelah KO, maka saya memiliki sedikit catatan dari
ucapannya itu.
a. “Bahkan kasih tahu juga para Malaikat agar jangan mengantarkan rizqi pada mereka,
jangan mengiringi berangkatnya fi sabilillah dengan panji-panji, jangan mengiringi jenazah
mereka jika meninggal, jangan membukakan pintu langit buat mereka, dan agar jangan
membukakan pintu Jannah buat mereka jika Alloh mengidzinkan mereka masuk Jannah.”
Tanggapan : Mari kita ceramati igauan si petarung yang tak menjadi pemenang pertandingan ini.
Siapakah kita… ? Kita hanyalah manusia biasa yang tercipta dari air yang hina, dan orang yang
paling mulia diantara kita adalah yang paling bertaqwa kepada Allah. Dari sini kita akan
menyadari bahwa: “Apabila kita kalah bertanding maka harus mengakui kekalahan sendiri dan
tidak mengeluarkan igauan yang hanya akan menambah kekalahan itu menjadi berlipat-lipat?
16
Diarsipkan ke http://img6.imageshack.us/img6/3816/turunsejenak4abumahfudz.jpg
Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
40
Tak mengapa bila selanjutnya kita berbenah diri untuk memperbaiki kekurangan yang selama ini
menyelimuti kita, agar supaya pada pertandingan-pertandingan berikutnya kita berharap bisa
menjadi pemenang.
Janganlah kita mencontoh saudara kita si petarung yang kalah ini (Abu Fairuz) dari rona wajah
kekalahannya tampak dengan sangat jelas bahwa ucapan yang dia keluarkan itu (sadar atau
tidak) tak lain adalah semata igauan. Igauan akibat tidak bisa menerima kekalahan sendiri dan
masih tetap berambisi untuk menjadi petarung hebat yang akan memenangkan pertandingan.”
Siapakah kita… Kita hanyalah manusia biasa yang tercipta dari air yang hina, dan orang yang
paling mulia diantara kita adalah yang paling bertaqwa kepada Allah. Dari sini kita akan
menyadari bahwa:
“Tak seorangpun mampu mencegah para malaikat agar tidak mengantarkan rizqi yang telah
Allah taqdirkan kepada para hamba-Nya sekalipun mereka adalah kafir. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda (artinya) : (Maka apabila janin itu telah berumur 120 hari dalam
kandungan ibunya-am) “Allah mengutus seorang malaikat yang diperintahkan untuk
menentukan empat perkara, Rizqinya, Ajalnya, Perbuatannya dan celaka atau bahagia.
(Muttafaqun ‘alaih dari hadits Ibn Mas’ud radliallahu ‘anhu)
Bila rizqi itu telah Allah tetapkan kepada setiap hamba-Nya dan Dia jugalah yang telah
menentukan ukuran sampainya rizqi tersebut, maka apa makna dari ucapan si petarung yang
kalah bertanding ini? Bukankah itu hanya sekedar igauan akibat kalah bertarung? Lebih para dari
itu adalah igauan dia itu merupakan penghinaan (walau dari sisi yang samar) kepada para
malaikat, yang mereka tidak akan melanggar apa yang Allah perintahkan kepada mereka dan
mereka selalu mengerjakan apa yang diperintahkan kepada mereka. Allahul Musta’an.
Janganlah kita mencontoh saudara kita si petarung yang kalah ini (Abu Fairuz) dari rona wajah
kekalahannya Tampak dengan sangat jelas bahwa ucapan yang dia keluarkan itu (sadar atau
tidak) tak lain adalah semata igauan, akibat tidak bisa menerima kekalahan sendiri dan masih
tetap berambisi untuk menjadi petarung hebat yang akan memenangkan pertandingan.”
b. Adapun ana, karena ana sudah berjasa membocorkan nama-nama berbahaya ini padamu,
juga telah memberimu tazkiyyah di risalah "Inbi'atsut Tanabbuh bi inksyafi Hizbiyyati Luqman
Ba Abduh" maka kasihlah ana tazkiyyah barang sedikit biar bisa menikah dan dapat rizqi.
Siapakah kita… Kita hanyalah manusia biasa yang tercipta dari air yang hina, dan orang yang
paling mulia diantara kita adalah yang paling bertaqwa kepada Allah. Dari sini kita akan
menyadari bahwa:
“Setiap mukmin itu adalah bersaudara sehingga apa yang mengganggu serta menyakitkan
mereka adalah mengganggu dan menyakitkan kita pula dan apa yang menyenangkan serta
membahagiakan mereka juga menyenangkan dan membahagiakan kita. Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi Wasallam mengkhabarkan tentang hubungan antar sesama mukmin dengan sabdanya
(artinya) : “Hubungan antara seorang mukmin dengan mukmin lainnya adalah seperti bangunan
yang saling menopang antara satu dan yang lainnya kemudian beliau menyatukan antara jari
jemarinya” (Diriwayatkan oleh Al Bukhari dan Muslim dari Shahabat Abu Musa
radliyallahu ‘anhu)
Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
41
Dalam hadits lainnya beliau juga bersabda (artinya): “Permisalan sesama kaum mukminin dalam
cinta, kasih sayang dan kebersamaan mereka laksana satu tubuh yang apabila salah satu
anggota tubuh itu sakit, maka yang lainnya tuut merasakan sakit pula dengan tidak bisa tidur
disertai demam.” (Diriwayatkan oleh Al Bukhary dan Muslim dari Shahabat An Nu’man
bin Basyir radliallahu ‘anhu)
Bila kita telah memahami hal ini tentu kita tidak akan menyakiti mereka, kaum mukminin,
karena pada hakikatnya kita menyakiti diri-diri kita sendiri, namun hal itu berbeda dengan apa
yang dilakukan oleh si petarung yang kalah bertanding ini (Abu Fairuz) dia malah ingin
mengkhianati teman-teman sejawatnya sebagaimana dalam ucapannya: “Adapun ana, karena
ana sudah berjasa membocorkan nama-nama berbahaya ini padamu”, terlepas dari apakah dia
bermain-main atau sungguhan dengan ucapannya itu, maka dari sudut pandang yang jelas kita
mengetahui bahwa ternyata dia memang seorang pengkhianat, yang pengkhianatannya itu dia
wujudkan dengan perbuatan (menngkhianatai teman-temannya yang dahulu) atau dengan ucapan
(mengkhianati teman-temannya sekarang).
Tentu lebih dari itu kita harus menyadari bahwa semua ucapan dan perbuatan yang kita lakukan
dicatat oleh para malaikat yang ditugaskan untuk mencatat perbuatan dan ucapan kita. Dan
ingatlah juga hadits Rasulullah yang berbunyi: “Dan sesungguhnya seorang hamba yang dia itu
berbicara dengan satu kalimat berupa kemurkaan Allah dengan tanpa memperdulikan kalimat
itu menyebabkan dia terjerumus kedalam Jahannam.” (diriwayatkan oleh Al Bukhari dari
Shahabat Abu Hurairah radliallahu ‘anhu)
Ini sebagai nasehat kepada diri saya pribadi dan para pembaca sekalian agar kita berhati-hati
dalam berucap. Dan tentunya juga sebagai nasehat teruntuk saudara si petarung yang kalah
bertanding bernama Abu Fairuz Al Kudsi.
Janganlah kita mencontoh saudara kita si petarung yang kalah ini (Abu Fairuz) dari rona wajah
kekalahannya tampak dengan sangat jelas, bahwa ucapan yang dia keluarkan itu (sadar atau
tidak) tak lain adalah semata igauan. Yah, akibat tidak bisa menerima kekalahan sendiri dan
masih tetap berambisi untuk menjadi petarung hebat yang bermimpi bakal memenangkan
pertandingan.”
Siapakah kita… Kita hanyalah manusia biasa yang tercipta dari air yang hina, dan orang yang
paling mulia diantara kita adalah yang paling bertaqwa kepada Allah. Dari sini kita akan
menyadari bahwa:
“Kita tidak mungkin mentazkiyyah diri-diri kita sendiri karena hanya Allah sajalah yang Maha
Mengetahui hakekat dari setiap urusan, sehingga kita tidak tahu apa yang akan terjdi pada diri
kita, kenyataan ini mendidik kita untuk tidak berani mentazkiyyah orang lain pula, apalagi
bermain-main dalam meminta atau memberikan tazkiyyah baik kepada diri sendiri atau kepada
orang lain. Allah Ta’ala berfirman (artinya) : “Maka janganlah kalian mentazkiyyah diri-diri
kalian Dia lah yang Maha Mengetahui siapakah orang-orang yang paling bertaqwa.” (An
Najm: 32).
Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
42
Dalam ayat yang lainnya Allab berfirman (artinya) : “Maka hanya Allah sajalah yang berhak
memberikan tazkiyyah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.” (An Nisa: 49)
Bila kita telah mengetahui bahwa Allah melarang kita untuk mentazkiyyah diri-diri kita, dan
Allah juga mengkhabarkan kepada kita bahwa hanya Dia sajalah yang pantas memberikan
tazkiyyah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Maka kita mengetahui bahwa ucapan si
petarung yang kalah ini yang minta ditazkiyyah agar bisa memenuhi kebutuhan perut dan
birahinya adalah suatu kesalahan. Apabila yang dia maksudkan hanyalah bermain-main dengan
igauannya itu maka ini justru kesalahan lainnya, yaitu berolok-olok atas nama Ad Dien, dan lebih
parah dari itu semua adalah penghinaan terhadap Robbul ‘Alamin (dari sisi yang samar, baik dia
sadar atau tidak) yaitu dengan meminta tazkiyyah dari para makhluk dengan mengesampingkan
Al Khaliq. Padahal para makhluk itu telah dia vonis (walau dengan segala kecerobohan dan
sikap gegabah tentunya) sebagai seorang Hizby Hina !?
Janganlah kita mencontoh saudara kita si petarung yang kalah ini (Abu Fairuz) dari rona wajah
kekalahannya tampak dengan sangat jelas, bahwa ucapan yang dia keluarkan itu (sadar atau
tidak) tak lain adalah semata igauan. Yah, akibat tidak bisa menerima kekalahan sendiri dan
masih tetap berambisi untuk menjadi petarung hebat yang akan memenangkan pertandingan.”
Siapakah kita… Kita hanyalah manusia biasa yang tercipta dari air yang hina, dan orang yang
paling mulia diantara kita adalah yang paling bertaqwa kepada Allah. Dari sini kita akan
menyadari bahwa:
Kita adalah para hamba Allah yang selayaknya menyandarkan semua kebutuhan kita hanya
kepada Allah pula, bukan kepada para makhluk, bila kita meminta hanya kepada Allah ini adalah
ibadah yang mulia, bahkan semakin kita menyandarkan semua kebutuhan kita hanya kepada
Allah maka kita (dengan idzin dari Allah tentunya) akan menjadi hamba yang dekat kepada-Nya.
Namun ‘aneh tapi nyata” si petarung yang kalah sebelum bertanding ini justru ngemis, meminta-
minta alias tasawwul bin tala’ub kepada para makhluk untuk mendapatkan tazkiyyah yang
dengannya dia bisa memenuhi hasrat birahinya dan juga bisa mengisi perutnya yang
keroncongan. Hanya kepada Allah sajalah kita mengadukan semua kebutuhan kita.
Janganlah kita mencontoh saudara kita si petarung yang kalah ini (Abu Fairuz) dari rona wajah
kekalahannya Tampak dengan sangat jelas bahwa ucapan yang dia keluarkan itu (sadar atau
tidak) tak lain adalah semata igauan, akibat tidak bisa menerima kekalahan sendiri dan masih
tetap berambisi untuk menjadi petarung hebat yang akan memenangkan pertandingan.”
Siapakah Kita… Kita hanyalah manusia biasa yang tercipta dari air yang hina, dan orang yang
paling mulia diantara kita adalah yang paling bertaqwa kepada Allah… inilah catatan atas igauan
si petarung yang kalah bertanding serta harus “Turun Sejenak dari Arena Gulat” yang akhirnya
lari tunggang-langgang meninggalkan “Arena Gulat” dengan berselimut handuk tipis untuk
menutupi wajahnya yang telah lebam-lebam itu. Lebam bukan karena kena bogeman aperkat
melainkan lebam karena rasa malu karena telah sesumbar dan sok paling hebat, namun jatuh
terhenyak, kemudian lari lintang-pukang meninggalkan “Arena Gulat”…
Kini kenyataan pahit harus diterima oleh Turobiyyah, karena kini mereka mulai terpecah belah
diantara sesama mereka, dengan kata lain purnawirawan Turobiyyah terus bertambah jumlahnya.
Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
43
Itu artinya sesama mereka kini tengah terjadi perseteruan yang sangat seru dan perpecahan yang
memilukan. Hal itu terjadi manakala sebagian orang yang kini tengah mengetahui kebobrokan
mereka mulai ambil jarak, perpecahan mereka ini tidak menutup kemungkinan dikarenakan doa
dari orang-orang yang selalu mereka dhalimi.
Seperti saudara yang bernama Nashrul, Fahmi, (kakak-beradik) Abu Zubair Abul Maulud
Tanjung Priok, Adam (guru dan murid), mereka kini telah mengetahui siapa sebenarnya
Turobiyyah, dan kita masih menunggu yang lainnya mengeluarkan diri-diri mereka dari Dinasti
Turoby. Mereka berempat kini telah mengetahui kebobrokan Turobiyyah dan sikap kaku mereka
dalam menilai dan memutuskan serta menjatuhkan suatu hukum kepada orang-orang yang anti
atau tidak sepaham dengan mereka.
Semoga Allah selalu menjaga kita semua dari penyimpangan setelah datangnya kebenaran.
Akhirnya, kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk memberikan hidayah dan
taufiq-Nya kepada kita, termasuk kepada saudaraku yang namanya disebut di sini semuanya,
serta para pembaca sekalian.
Semoga kita semuanya selalu senantiasa istiqamah di jalan dan manhaj yang Rasulullah dan para
shahabatnya berada di atasnya. Inilah jalan sesungguhnya, jalan keselamatan di dunia dan di
Akhirat.
Adapun kesalahan datang dari saya atau syaithan dan kebenaran datang dari Allah Ta’ala.
Kritikan para pembaca semua selalu saya nantikan. Wallahu a’lam.
Tirai itu kini telah tersingkap – seri 3, Abu Mahfudh ' Ali bin ' Imron bin ' Ali Adam Al Andunisy
44