Vous êtes sur la page 1sur 20

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN LQ 45 YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Carmelia Putri

Purnamasari Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya 100 Depok 16424 carmel_ceml@yahoo.com

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay pada perusahaan LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Faktor-faktor yang diuji dalam penelitian ini yaitu ukuran perusahaan, laba/rugi operasi, opini auditor, tingkat profitabilitas, dan reputasi auditor. Sampel penelitian ini adalah 23 perusahaan LQ 45 yang tercatat di BEI (Bursa Efek Indonesia) dari tahun 2008-2011 yang diambil dengan menggunakan metode purposive sampling. Faktor-faktor tersebut kemudian diuji dengan menggunakan regresi linier berganda pada tingkat signifikansi 5 persen. Hasil penelitian mengidentifikasi bahwa ukuran perusahaan, laba/rugi operasi, dan opini auditor secara signifikan berpengaruh terhadap audit delay, sedangkan tingkat profitabilitas dan reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap audit delay pada perusahaan LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Kata Kunci: Audit Delay, Ukuran Perusahaan, Laba/Rugi Operasi, Opini Auditor, Tingkat Profitabilitas, Reputasi Auditor. PENDAHULUAN Salah satu kriteria profesionalisme dari auditor adalah ketepatan waku penyampaian laporan auditnya. Ketepatan waktu perusahaan dalam mempublikasikan laporan keuangan kepada masyarakat umum dan kepada BAPEPAM juga tergantung dari ketepatan waktu auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya. Ketepatan waktu ini terkait dengan manfaat dari laporan keuangan itu sendiri. Halim (2000) menyebutkan bahwa ketepatan waktu penyajian laporan keuangan dan laporan audit (timeliness) menjadi prasyarat utama bagi peningkatan harga saham perusahaan tersebut. Di sisi lain, auditing merupakan kegiatan yang membutuhkan waktu sehingga adakalanya pengumuman laba dan laporan keuangan tertunda. Pemenuhan standar oleh auditor tidak hanya berdampak pada lamanya penyelesaian laporan audit, tetapi juga berdampak pada peningkatan kualitas hasil audit. Pelaksanaan audit yang semakin sesuai dengan standar membutuhkan waktu semakin lama. Perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan. Perbedaan waktu ini dalam audit sering disebut dengan audit delay. Ketertundaan laporan keuangan ini dapat berdampak negatif pada reaksi pasar. Makin lama masa tunda, maka relevansi laporan keuangan makin diragukan. Chambers dan Pennan (1984) dalam Subekti (2004) menunjukkan bahwa pengumuman laba yang terlambat menyebabkan abnormal returns negative, sedangkan pengumuman laba yang

lebih cepat menunjukkan hasil sebaliknya. Hal ini terjadi karena investor pada umumnya menganggap keterlambatan pelaporan keuangan merupakan pertanda buruk bagi kondisi kesehatan perusahaan. Berbagai penelitian mengenai audit delay telah dilakukan. Penelitian ini mengkonfirmasi kembali kesimpulan dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yangmempengaruhi audit delay. Hasil penelitian Whittred (1980), membuktikan bahwa audit delay yang lebih panjang dialami oleh perusahaan yang menerima pendapat qualified opinion. Fenomena ini terjadi karena proses pemberian pendapat qualified tersebut melibatkan negosisasi dengan klien, konsultasi dengan partner audit yang lebih senior dan perluasan lingkup audit. Hossain (1998) melakukan penelitian pada perusahaan-perusahaan publik di Pakistan dengan menggunakan sampel 103 perusahaan yang terdaftar di Karachi Stock Exchange pada tahun 1993. Variabel yang digunakan dalah ukuran perusahaan, debt equity ratio, perusahaan melaporkan laba / rugi, adanya cabang perusahaan untuk perusahaan multinasional, dan auditor. Dari hasil uji korelasi, antar variabel independen menunjukkan adanya korelasi yang tinggi antara variabel cabang dalam perusahaan multinasional dan auditor dibandingkan korelasi variabel-variabel perusahaan lainnya. Subekti dan Widiyanti (2004), berhasil membuktikan bahwa audit delay yang panjang dialami oleh perusahaan yang tingkat profitabilitasnya tinggi, ukuran perusahaan besar, perusahaan non- financial mendapatkan opini selain wajar tanpa pengecualian dan diaudit oleh KAP besar (the big six). Penelitian ini dilakukan untuk menguji kembali beberapa faktor faktor dalam penelitian terdahulu yang mempengaruhi audit delay seperti ukuran perusahaan, laba/rugi operasi, opini auditor, tingkat profitabilitas, dan reputasi auditor, khususnya pada perusahaan LQ 45. Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: Apakah terdapat pengaruh antara ukuran perusahaan, laba/rugi operasi, opini auditor, tingkat profitabilitas, dan reputasi auditor terhadap audit delay? Kerangka penelitian teoritis akan tampak sebagai berikut: Gambar 1 Model Penelitian

Ukuran Perusahaan Laba / Rugi Operasi Opini Auditor Tingkat Profitabilitas Reputasi Auditor Audit Delay

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS Laporan Keuangan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 Revisi 2009, laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Sedangkan tujuan dari adanya laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas, yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Para pemakai laporan keuangan akan menggunakannya untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai dampak keuangan yang timbul dari keputusan ekonomis yang diambilnya. Audit Delay Audit delay merupakan lamanya atau rentang waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan audit (Halim,2000). Diungkap dalam penelitian Subekti dan Widiyanti (2004), perbedaan waktu yang sering dinamakan dengan audit delay adalah perbedaan antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan yang mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor. Dyer dan Mc Hugh (dalam Hilmi dan Ali, 2008) menggunakan tiga criteria keterlambatan untuk melihat ketepatan waktu dalam penelitiannya, yakni: 1. Preliminary lag : interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai penerimaan laporan akhir preliminary oleh bursa. 2. Auditors report lag : interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor ditandatangani. 3. Total lag : interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal penerimaan laporan dipublikasikan oleh bursa. Audit delay inilah yang dapat mempengaruhi ketepatan informasi yang dipublikasikan, sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat ketidakpastian keputusan yang berdasarkan informasi yang dipublikasikan (Kartika, 2009). Ketepatan waktu penyusunan atau pelaporan suatu laporan keuangan perusahaan bisa berpengaruh pada nilai laporan keuangan tersebut. Keterlambatan informasi akan menimbulkan reaksi negatif dari pelaku pasar modal. Informasi laba yang dihasilkan perusahaan dijadikan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan untuk membeli atau menjual kepemilikan yang dimiliki oleh investor. Artinya, informasi yang dipublikasikan tersebut akan menyebabkan kenaikan atau penurunan harga saham. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan dapat dinilai dari beberapa segi. Besar kecilnya ukuran suatu perusahaan dapat didasarkan pada total nilai aktiva, total penjualan, kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja dan sebagainya. Semakin besar aktiva suatu perusahaan maka akan semakin besar pula modal yang ditanam, semakin besar total penjualan suatu perusahaan maka akan semakin banyak juga perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula perusahaan dikenal oleh masyarakat (Hilmi dan Ali, 2008).

Menurut Dyer dan Mc. Hugh (1975) dalam Kartika (2009), perusahaan besar lebih konsisten untuk tepat waktu dibandingkan perusahaan kecil dalam menginformasikan laporan keuangannya. Pengaruh ini ditunjukkan dengan semakin besar nilai aktiva perusahaan maka semakin pendek audit delay dan sebaliknya. Perusahaan besar diduga akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini disebabkan oleh beberapa factor yaitu manajemen perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay dikarenakan perusahaan-perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan dari pemerintah. Pihak-pihak ini sangat berkepentingan terhadap informasi yang tercantum dalam laporan keuangan. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang dapat disusun adalah sebagai berikut : H1 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit delay. Laba/Rugi Operasi Menurut Hassanudin (dalam Utami, 2006), laba menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Perusahaan tidak akan menunda penyampaian informasi yang berisi berita baik. Dengan demikian perusahaan yang meraih laba cenderung lebih tepat waktu dalam pelaporan keuangannya dibandingkan dengan perusahaan yang mengalami kerugian. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Ashton dan Elliot (dalam Subekti dan Widiyanti, 2004), bahwa ada beberapa alasan yang mendorong terjadinya kemunduran publikasi laporan keuangan, yaitu pelaporan laba atau rugi sebagai indikator berita baik atau berita buruk atas kinerja manajerial perusahaan dalam setahun. Menurut Ashton (dalam Prabandari dan Rustiana, 2007), perusahaan yang mengumumkan rugi untuk periode tersebut akan mengalami audit delay yang lebih panjang. Menurut Carslaw (dalam Kartika, 2009), ada dua alasan mengapa perusahaan yang menderita kerugian cenderung mengalami audit delay yang lebih panjang. Pertama, ketika kerugian terjadi perusahaan ingin menunda berita buruk tersebut, sehingga perusahaan akan meminta auditor untuk menjadwal ulang penugasan audit. Kedua, auditor akan lebih berhati-hati selama proses audit jika percaya bahwa kerugian ini mungkin disebabkan karena kegagalan keuangan perusahaan atau kecurangan manajemen. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang dapat disusun adalah sebagaiberikut: H2 : Laba/rugi operasi perusahaan berpengaruh terhadap audit delay. Opini Auditor Opini audit adalah pendapat akuntan independen atas laporan keuangan tahunan perusahaan yang telah diaudit. Auditor sebagai pihak yang independen didalam pemeriksaan laporan keuangan suatu perusahaan akan memberikan opini atas laporan keuangan yang diauditnya. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) mengharuskan pembuatan laporan setiap kali kantor akuntan public dikaitkan dengan laporan keuangan. Laporan audit merupakan media yang digunakan auditor dalam berkomunikasi dengan masyarakat lingkungannya. Dalam laporan tersebut auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan yang diaudit olehnya. Pendapat auditor tersebut disajikan dalam suatu laporan tertulis yang umumnya berupa laporan

audit baku yang terdiri dari tiga paragraf yaitu paragraf pengantar (introductory paragraph), paragraf lingkup (scope paragraph), dan paragraf pendapat (opinion paragraph). Laporan audit hanya dibuat jika audit benar-benar dilakukan. Bagian dari laporan audit yang merupakan informasi utama dari laporan audit adalah opini audit. Carslaw dan Kaplan (1991) menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara opini auditor dengan audit delay. Perusahaan yang tidak menerima jenis pendapat akuntan unqualified opinion akan menunjukkan audit delay lebih panjang dibanding dengan perusahaan yang menerima opini unqualified opinion. Hal ini terjadi karena proses pemberian pendapat selain wajar tanpa pengecualian melibatkan negosiasi dengan klien, konsultasi dengan partner audit yang lebih senior atau staf teknis lainnya, dan perluasan lingkup audit (Elliot 1982 dala Halim 2000). Selain itu, perusahaan yang menerima opini selain unqualified opinion dianggap sebagai berita buruk sehingga penyampaian laporan keuangan akan diperlambat (Wirakusuma, 2004). Berdasarkan uraian diatas,maka hipotesis yang dapat disusun adalah sebagai berikut : H3 : Opini auditor berpengaruh terhadap audit delay. Tingkat Profitabilitas Profitabilitas sering digunakan sebagai pengukur kinerja manajemen serta efisiensi penggunaan modal kerja sehingga dapat menghasilkan laba bagi perusahaan. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu (Hanafi dan Halim, 2003:85). Semakin tinggi profitabilitas maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bagi perusahaan. Tingkat profitabilitas diperkirakan mempengaruhi audit delay dan timeliness. Menurut Givoly & Palmon (1982), ketepatan waktu dan keterlambatan pengumuman laba tahunan dipengaruhi oleh isi laporan keuangan. Jika pengumuman laba berisi berita baik maka pihak manajemen akan cenderung melaporkan tepat waktu dan jika pengumuman laba berisi berita buruk, maka pihak manajemen cenderung melaporkan tidak tepat waktu. Carslaw & Kaplan (1991) menyatakan bahwa perusahaan yang mengalami rugi cenderung memerlukan auditor untuk memulai proses pengauditan lebih lambat dari biasanya. Oleh karena hal tersebut, maka akan terjadi pula keterlambatan dalam menyampaikan kabar buruk kepada publik. Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang lebih tinggi membutuhkan waktu dalam pengauditan laporan keuangan lebih cepat dikarenakan keharusan untuk menyampaikan kabar baik secepatnya kepada publik. Mereka juga memberikan alasan bahwa auditor yang menghadapi perusahaan yang mengalami kerugian memiliki respon yang cenderung lebih berhati-hati dalam melakukan proses pengauditan. Dari uraian diatas, tampak bahwa tingkat profitabilitas suatu perusahaan mempengaruhi rentang waktu penyelesaian audit dan pengumuman laporan keuangan tahunan. Berdasarkan uraian diatas,maka hipotesis yang dapat disusun adalah sebagai berikut : H4 : Tingkat profitabilitas berpengaruh terhadap audit delay.

Reputasi Auditor Dalam menyampaikan suatu laporan atau informasi akan kinerja perusahaan kepada publik yang akurat dan terpercaya, perusahaan diminta untuk menggunakan jasa KAP. Dan untuk meningkatkan kredibilitas dari laporan itu, perusahaan menggunakan jasa KAP yang mempunyai reputasi atau nama baik. Hal ini biasanya ditunjukkan dengan KAP yang berafiliasi dengan KAP besar yang berlaku universal yang dikenal dengan Big Four Worldwide Accounting Firm atau Big Four (Hilmi dan Ali, 2008). Hasil penelitian Ashton, et al., Schwartz dan Soo (dalam Utami, 2006), menemukan bahwa audit delay akan lebih pendek bagi perusahaan yang diaudit oleh KAP yang tergolong besar. Hasil tersebut juga diperkuat dengan hasil penelitian Ahmad dan Kamarudin (2003) yaitu bahwa audit delay pada KAP Big Four akan lebih pendek dibandingkan dengan audit delay pada KAP kecil. Hal ini diasumsikan karena KAP besar memiliki karyawan dalam jumlah yang besar, dapat mengaudit lebih efisien dan efektif, memiliki jadwal yang fleksibel sehingga memungkinkannya untuk menyelesaikan audit tepat waktu, dan memiliki dorongan yang lebih kuat untuk menyelesaikan auditnya lebih cepat, guna menjaga reputasinya. Maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang memakai jasa KAP besar cenderung tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya. Berdasarkan uraian diatas,maka hipotesis yang dapat disusun adalah sebagai berikut : H5: Reputasi auditor berpengaruh terhadap audit delay. METODE PENELITIAN Pemilihan Sampel dan Pengolahan Data Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008 sampai 2011. Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 23 perusahaan untuk masing-masing periode. Jumlah data dalam penelitian ini adalah sebanyak 92 perusahaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berbentuk laporan keuangan yang ada di Bursa Efek Indonesia dan laporan opini auditor independen. Semua data tersebut diperoleh dari halaman web (website) resmi Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel independen terdiri dari lima variabel yaitu ukuran perusahaan, laba/rugi operasi, opini auditor, tingkat profitabilitas, dan reputasi auditor. Untuk variabel dependen hanya satu yaitu audit delay. 1. Audit Delay Audit delay diukur secara kuantitatif dalam jumlah hari, yaitu jangka waktu antara tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal yang tertera pada laporan auditor independen. Sebagai contoh, laporan keuangan perusahaan periode 2008 dengan tanggal tutup buku 31 Desember 2008 mempunyai laporan auditor dengan tanggal 21 Maret 2009. Dengan demikian audit delay pada perusahaan tersebut selama 80 hari. 2. Ukuran Perusahaan Penelitian ini menggunakan total asset yang kemudian diproksi dengan menggunakan natural log (Ln) sebagai tolak ukur skala perusahaan.

3. Laba/Rugi Operasi Variabel ini diukur dengan menggunakan dummy yaitu untuk perusahaan yang mengalami laba diberi kode dummy 1, sedangkan yang mengalami rugi diberi kode dummy 0. 4. Opini Auditor Penelitian ini menggunakan dua klasifikasi pendapat auditor, yaitu wajar tanpa pengecualian (Unqualified OpinionI) dengan kode dummy 1 dan selain wajar tanpa pengecualian (Qualified Opinion) dengan kode dummy 0. 5. Tingkat Profitabilitas Penelitian ini menggunakan ROA (Return On Asset) yaitu laba bersih dibagi dengan total aset. Perusahaan dengan tingkat profitabilitas tinggi diduga akan menyelesaikan audit lebih cepat dibandingkan perusahaan dengan tingkat profitabilitas rendah. 6. Reputasi Auditor Variabel ini diukur dengan menggunakan dummy yaitu untuk KAP yang berafiliasi dengan Big Four diberi kode dummy 1, sedangkan KAP yang tidak berafiliasi dengan Big Four diberi kode dummy 0. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis A. Analisis Statistik Deskriptif Penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif, yaitu untuk mengukur variabel penelitian dengan mean (rata-rata), nilai minimum dan maksimum, dan standar deviasi setiap variabel penelitian. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan software SPSS 17. B. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Linearitas Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah hubungan antarvariabel yang hendak dianalisis sesuai dengan garis linear atau tidak. Pada uji linearitas, pengambilan keputusan didasarkan dengan melihat nilai signifikan pada Deviation from Linearity. Apabila nilai signifikan > 0.05, maka hubungan antarvariabel adalah linear. Sebaliknya, apabila nilai signifikan < 0.05, maka hubungan antarvariabel tidak linear. 2. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Pengambilan keputusan didasarkan dengan melihat nilai signifikan. Apabila nilai signifikan > 0.05, maka distribusi data normal, sebaliknya apabila nilai signifikan < 0.05, maka distribusi data tidak normal. 3. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Dalam melakukan pengujian terhadap multikolinearitas, dapat menggunakan nilai tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai tolerance di atas 0.10 dan VIF di bawah 10, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi bebas dari multikolinearitas. 4. Uji Auto Korelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Uji autokorelasi dapat menggunakan uji Durbin-Watson. Model regresi yang bebas dari autokorelasi adalah jika nilai Durbin-Watson, berada diantara nilai batas atas (dU) dengan 4-dU. Ketentuan yang digunakan dalam uji Durbin-Watson adalah sebagai berikut: 1) dW < dL, berarti ada autokorelasi positif 2) dL< dW < dU, tidak dapat disimpulkan 3) dU < dW < 4-dU, berarti tidak terjadi autokorelasi. 4) 4-dU < dW < 4-dL, tidak dapat disimpulkan 5) dW > 4-dL, berarti ada autokorelasi negatif 5. Uji Heterokedastisitas Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi yang digunakan terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Apabila residual variance dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain berbeda, maka disebut heteroskedastisitas, sebaliknya jika variance dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas. C. Uji Hipotesis 1. Uji Regresi Variabel Dummy Tujuan dari uji regresi variabel dummy dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan linier antara variabel independen berskala nominal terhadap variabel dependen berskala interval. Pengujian dilakukan dengan menggunakan angka signifikansi dengan ketentuan apabila nilai signifikansi > 0.05, maka ada hubungan linier antara variabel independen terhadap variabel dependen. Sebaliknya, apabila nilai signifikansi < 0.05 maka tidak ada hubungan linier antara variabel independen terhadap variabel dependen. 2. Uji Regresi Linier Berganda Model regresi linier berganda yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Y= + 1X1 + 2X2 + 3X3 + 4 X4 + 5 X5 + e Keterangan : Y = Audit Delay (AUDLY) X1 = Ukuran Perusahaan (SIZE) X2 = Laba/Rugi Operasi (PROFIT) X3 = Profitabilitas (ROA) X4 = Opini Auditor (OPINI) X5 = Reputasi Auditor (REP) = Koefisien Regresi X1, X2, X3, X4, X5 = Konstanta e = Koefisien variabel lain yang belum diteliti 3. Uji Parsial (Uji t) Uji t digunakan untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh dari variabel bebas (independent) terhadap variabel terikat (dependent) secara individu (parsial).

Jika sign t < 0.05 maka suatu variabel bebas secara individu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika sign t > 0.05 maka suatu variabel bebas secara individu tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. 4. Uji Simultan (Uji F) Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh secara kesuluruhan (simultan) variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika tingkat signifikan F dari hasil pengujian lebih kecil dari 0.05, maka variabel independen secara serentak berpengaruh terhadap audit delay. PEMBAHASAN A. Analisis Statistik Deskriptif Hasil analisis statistik deskriptif yang berisi nilai maksimum, minimum, mean, dan standar deviasi dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Descriptive Statistics N AUDLY SIZE ROA Valid N (listwise) 92 92 92 92 Minimum 25 15.36 -62.38 Maximum 131 20.13 40.67 Mean 67.97 17.1768 9.9568 Std. Deviation 21.095 1.39361 13.96580

Sumber : Data diolah dengan SPSS 17 Berdasarkan tabel diatas maka dapat diketahui bahwa variabel audit delay memiliki rata-rata 67.97 hari dengan nilai minimum 25 hari pada Lippo Karawaci Tbk pada tahun 2010, nilai maksimum 131 hari pada Telekomunikasi Indonesia Tbk pada tahun 2008, dan standar deviasi sebesar 21.095 < nilai rata-rata 67.97 menandakan perbedaan lamanya audit delay antar perusahaan adalah kecil. Variabel ukuran perusahaan (SIZE) memiliki rata-rata 17.1768 dengan nilai minimum 15.36, nilai maksimum 20.13, dan standar deviasi 1.39361 < nilai rata-rata 17.1768 menandakan nilai total aset antara masing-masing perusahaan tidak berbeda jauh. Variabel tingkat profitabilitas (ROA) memiliki nilai rata-rata 9.9568 dengan nilai minimum -62.38, nilai maksimum 40.67, dan standar deviasi 13.96580 > nilai ratarata 9.9568 menandakan perbedaan profit antar perusahaan adalah besar. B. Uji Asumsi Klasik 1. Hasil Uji Linearitas Dalam uji linearitas ini, hanya ada 2 variabel saja yang dapat diuji terhadap variabel AUDLY, yaitu variabel SIZE dan variabel ROA. Tabel 2 Hasil Uji Linearitas AUDLY*SIZE

ANOVA Table Sum of Squares AUDLY * SIZE Between Groups (Combined) Linearity Deviation from Linearity Within Groups Total 37512.236 254.399 37257.837 2982.667 40494.902 df 83 1 82 8 91 Mean Square 451.955 254.399 454.364 372.833 F 1.212 .682 1.219 Sig. .417 .433 .413

Sumber : Data diolah dengan SPSS 17 Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai signifikan dari Deviation from Linearity adalah sebesar 0.413 yang berada diatas 0.05. Hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara variabel AUDLY dan variabel SIZE adalah linear. Tabel 3 Hasil Uji Linearitas AUDLY*ROA
ANOVA Table Sum of Squares AUDLY * ROA Between Groups (Combined) Linearity Deviation from Linearity Within Groups Total 40494.402 473.056 40021.346 .500 40494.902 df 90 1 89 1 91 Mean Square F Sig. .027 .021 .027

449.938 899.876 473.056 946.112 449.678 899.356 .500

Sumber : Data diolah dengan SPSS 17 Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai signifikan dari Deviation from Linearity adalah sebesar 0.027 yang berada dibawah 0.05. Hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara variabel AUDLY dan variabel ROA tidak linear. 2. Hasil Uji Normalitas

Tabel 4 Hasil Uji Normalitas


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Zscore: AUDLY N a,,b Normal Parameters Most Extreme Differences Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. 92 .0000000 1.00000000 .109 .094 -.109 1.044 .226

Sumber : Data diolah dengan SPSS 17 Tabel 4 menunjukan bahwa nilai signifikan adalah sebesar 0.226 yang berada di atas 0.05. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam model regresi, data terdistribusi secara normal. 3. Hasil Uji Multikolinearitas Tabel 5 Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficients
a

Collinearity Statistics Model 1 SIZE PROFIT OPINI ROA REP Tolerance .550 .600 .611 .376 .362 VIF 1.818 1.666 1.636 2.660 2.761

a. Dependent Variable: AUDLY

Sumber : Data diolah dengan SPSS 17 Tabel 5 menunjukan bahwa seluruh variabel independen memiliki nilai tolerance di atas 0.10, dan seluruh variabel memiliki nilai Variance Inflation Factor (VIF) di bawah 10. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam model regresi, tidak terjadi multikolinearitas antar variabel independen. 4. Hasil Uji Autokorelasi

Tabel 6 Hasil Uji Autokorelasi


Model Summary Adjusted R Square .163
b

Model 1

R .453
a

R Square .205

Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 22.887 1.827

a. Predictors: (Constant), REP, SIZE, PROFIT, OPINI, ROA b. Dependent Variable: AUDLY

Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai Durbin-Watson (dW) sebesar 1.827 (mendekati 2) terletak diantara nilai batas atas (dU) dengan 4-dU. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi autokorelasi antara variable independen. 5. Hasil Uji Heterokedastisitas Gambar 1 Hasil Uji Heterokedastisitas

Sumber : Data diolah dengan SPSS 17 Gambar 4.1 menunjukkan bahwa pada grafik scatterplot terdapat titik-titik yang menyebar dan tidak membentuk pola tertentu. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi adanya heterokedastisitas. C. Uji Hipotesis 1. Analisis Regresi Variabel Dummy

Tabel 7 Hasil Analisis Regresi Varibel Dummy


ANOVA Model 1 Regression Residual Total Sum of Squares 2754.202 37740.700 40494.902 df 3 88 91
b

Mean Square 918.067 428.872

F 4.141

Sig. .041
a

a. Predictors: (Constant), REP, PROFIT, OPINI b. Dependent Variable: AUDLY

Sumber : Data diolah dengan SPSS 17 Tabel 7 menunjukkan nilai signifikan yang diperoleh sebesar 0.041 yang berada dibawah 0.05. Artinya, ada hubungan linier antara variabel independen dengan variabel dependen. 2. Analisis Regresi Linier Berganda Tabel 8 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant) SIZE PROFIT OPINI ROA REP a. Dependent Variable: AUDLY B 32.579 3.793 -21.320 -7.355 .369 -8.986 Std. Error 33.800 2.083 11.195 8.443 .251 8.627 .251 -.251 -.114 .244 -.177
a

Standardized Coefficients Beta t .964 1.925 -1.939 -1.971 1.466 -1.766 Sig. .338 .028 .036 .049 .146 .081

Sumber : Data diolah dengan SPSS 17 Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dibuat model persamaan regresi berganda sebagai berikut: AUDLY = 32.579 + Ln 3.793SIZE - 21.320PROFIT - 7.355OPINI + 0.369ROA 8.986REP Dari hasil persamaan regresi linier berganda, dapat dijelaskan bahwa: 1. Nilai (kostanta) adalah positif sebesar 32.579, artinya apabila seluruh variabel independen (SIZE, PROFIT, OPINI, ROA, REP) dianggap konstan, maka audit delay yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang diteliti adalah sebesar 32.579 hari. 2. Koefisien ukuran perusahaan (SIZE) adalah sebesar 3.793, artinya apabila total aset mengalami kenaikan sebesar 1 satuan, sedangkan variabel independen lain (PROFIT, OPINI, ROA, REP) dianggap konstan, maka audit delay yang

3.

4.

5.

6.

dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang diteliti akan bertambah sebesar 3.793 hari. Koefisien laba/rugi operasi (PROFIT) adalah negatif sebesar -21.320 yang berarti bahwa untuk perusahaan yang mengalami laba mempunyai waktu audit yang lebih cepat 21.320 hari dibandingkan perusahaan yang mengalami kerugian. Variabel laba/rugi operasi adalah variabel dummy, dimana perusahaan yang mendapat laba diberi nilai 1 dan perusahaan yang mengalami rugi diberi nilai 0. Dengan kata lain bahwa perusahaan yang mengalami laba akan melakukan proses audit yang lebih cepat dibandingkan perusahaan yang mengalami rugi. Koefisien opini auditor (OPINI) adalah negatif sebesar -7.355 yang berarti bahwa untuk perusahaan yang mendapatkan unqualified opinion mempunyai waktu audit yang lebih cepat 7.355 hari dibandingkan perusahaan yang mendapatkan qualified opinion. Variabel opini auditor adalah variabel dummy, dimana perusahaan yang mendapatkan unqualified opinion diberi nilai 1 dan perusahaan yang mendapatkan qualified opinion diberi nilai 0. Dengan kata lain bahwa perusahaan yang mendapatkan unqualified opinion akan melakukan proses audit yang lebih cepat dibandingkan perusahaan yang mendapatkan qualified opinion. Koefisien tingkat profitabilitas (ROA) adalah positif sebesar 0.369, artinya apabila ROA mengalami kenaikan 1 satuan, sedangkan variabel independen lain (SIZE, PROFIT, OPINI, REP) dianggap konstan, maka audit delay yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang diteliti akan bertambah sebesar 0.369 hari. Koefisien reputasi auditor (REP) adalah negatif sebesar -8.986 yang berarti bahwa untuk perusahaan yang menggunakan jasa auditor yang berafiliasi dengan Big Four mempunyai waktu audit yang lebih cepat sebesar 8.986 hari dibandingkan perusahaan yang tidak menggunakan jasa auditor yang berafiliasi dengan Big Four. Variabel reputasi auditor adalah variabel dummy, dimana perusahaan yang menggunakan jasa KAP kelompok Big Four diberi nilai 1 dan perusahaan yang tidak menggunakan jasa KAP kelompok Big Four diberi nilai 0. Dengan kata lain bahwa perusahaan yang menggunakan jasa auditor yang berafiliasi dengan Big Four akan melakukan proses audit yang lebih cepat dibandingkan perusahaan yang tidak menggunakan jasa auditor yang berafiliasi dengan Big Four. 3. Hasil Uji t Hipotesis 1 Ho1: Tidak terdapat pengaruh ukuran perusahaan secara parsial terhadap audit delay. Ha1: Terdapat pengaruh ukuran perusahaan secara parsial terhadap audit delay. Nilai signifikan untuk variabel ukuran perusahaan (SIZE) adalah 0.028 berada kurang dari 0.05, sehingga dalam penelitian ini menolak Ho1, dan menerima Ha1, hal tersebut menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan (SIZE) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap audit delay.

Hipotesis 2 Ho2: Tidak terdapat pengaruh laba/rugi operasi secara parsial terhadap audit delay. Ha2: Terdapat pengaruh laba/rugi operasi secara parsial terhadap audit delay. Nilai signifikan untuk variabel laba/rugi operasi (PROFIT) adalah 0.036 berada kurang dari 0.05, sehingga dalam penelitian ini menolak Ho2, dan menerima Ha2, hal tersebut menunjukkan bahwa variabel laba/rugi operasi (PROFIT) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Hipotesis 3 Ho3: Tidak terdapat pengaruh opini auditor secara parsial terhadap audit delay. Ha3: Terdapat pengaruh opini auditor secara parsial terhadap audit delay. Nilai signifikan untuk variabel opini auditor (OPINI) adalah 0.049 berada kurang dari 0.05, sehingga dalam penelitian ini menolak Ho3, dan menerima Ha3, hal tersebut menunjukkan bahwa variabel opini auditor (OPINI) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Hipotesis 4 Ho4: Tidak terdapat pengaruh tingkat profitabilitas secara parsial terhadap audit delay. Ha4: Terdapat pengaruh tingkat profitabilitas secara parsial terhadap audit delay. Nilai signifikan untuk variabel tingkat profitabilitas (ROA) adalah 0.146 berada lebih dari 0.05, sehingga dalam penelitian ini menolak Ha4, dan menerima Ho4, hal tersebut menunjukkan bahwa variabel tingkat profitabilitas (ROA) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Hipotesis 5 Ho5: Tidak terdapat pengaruh reputasi auditor secara parsial terhadap audit delay. Ha5: Terdapat pengaruh reputasi auditor secara parsial terhadap audit delay. Nilai signifikan untuk variabel reputasi auditor (REP) adalah 0.081 berada lebih dari 0.05, sehingga dalam penelitian ini menolak Ha5, dan menerima Ho5, hal tersebut menunjukkan bahwa variabel reputasi auditor (REP) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. 4. Hasil Uji F

Tabel 9 Hasil Uji F (Uji Simultan)


ANOVA Model 1 Regression Residual Total Sum of Squares 3898.461 36596.441 40494.902 df 4 87 91
b

Mean Square 974.615 420.649

F 2.317

Sig. .003
a

a. Predictors: (Constant), REP, SIZE, PROFIT, OPINI, ROA b. Dependent Variable: Audit Delay

Sumber : Data diolah dengan SPSS 17 Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa: Ho6: Tidak terdapat pengaruh ukuran perusahaan, laba/rugi operasi, opini auditor, tingkat profitabilitas, dan reputasi auditor secara simultan terhadap audit delay. Ha6: Terdapat ukuran perusahaan, laba/rugi operasi, opini auditor, tingkat profitabilitas, dan reputasi auditor secara simultan terhadap audit delay. Nilai signifikan adalah 0.003 berada kurang dari 0.05, sehingga dalam penelitian ini menolak Ho6, dan menerima Ha6, yang berati bahwa terdapat pengaruh dari variabel bebas (SIZE, PROFIT, OPINI, ROA, REP) secara simultan terhadap audit delay.

5. Pembahasan
Berdasarkan penelitian ini tentang audit delay pada perusahaan LQ 45 tahun 2008-2011 dengan pengukuran terhadap faktor internal (ukuran perusahaan, laba/rugi operasi, tingkat profitabilitas), dan faktor eksternal (opini auditor, reputasi auditor), dengan menggunakan analisis regresi berganda, diperoleh hasil penelitian sebagai berikut: 1. Audit delay yang terjadi pada perusahaan LQ 45 selama tahun 2008-2011, rata-rata 67.97 hari, nilai minimum sebesar 25 hari dimana laporan audit Lippo Karawaci Tbk tahun 2010 selesai pada tanggal 25 Januari 2011, dan nilai maksimum sebesar 131 hari dimana laporan audit Telekomunikasi Indonesia Tbk tahun 2008 selesai pada tanggal 11 Mei 2009 . Pada perusahaan LQ 45 ukuran perusahaan tahun 20082011, rata-rata Ln total aset sebesar 17,1768 atau sebesar Rp 1,867,753,280 (dalam jutaan rupiah), nilai minimum sebesar 15.36 atau sebesar Rp 4,700,318 (dalam jutaan rupiah), dan nilai maksimum sebesar 20,13 atau sebesar Rp 551,891,704 (dalam jutaan rupiah). Laba/rugi operasi dalam perusahaan LQ 45 tahun 20081011, diketahui bahwa perusahaan yang mengalami laba adalah sebesar 93.5%, sedangkan perusahaan yang mengalami kerugian sebesar 6.5%. Opini auditor yang dihasilkan pada perusahaan LQ 45 tahun 2008-2011, diketahui bahwa perusahaan yang mendapatkan unqualified opinion sebesar 88%, sedangkan perusahaan yang mendapatkan qualified opinion sebesar 12%. Tingkat profitabilitas dalam perusahaan LQ 45 tahun 2008-2001 yang diukur dengan ROA menunjukkan ratarata ROA sebesar 9.9568, nilai minimum sebesar -62.38, dan nilai maksimum sebesar 40.67. Reputasi auditor yang digunakan oleh perusahaan LQ 45 tahun 2008-2011, diketahui bahwa perusahaan yang menggunakan jasa auditor

independen yang berafiliasi dengan Big Four adalah sebesar 78.3%, sedangkan perusahaan yang menggunakan jasa auditor independen yang tidak berafiliasi dengan Big Four adalah sebesar 21.7%. 2. Faktor Internal (Ukuran Perusahaan, Laba/Rugi Operasi, Tingkat Profitabilitas) a. Ukuran Perusahaan Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda dan uji hipotesis 1. Ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif dan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap audit delay, hal tersebut diketahui dengan melihat nilai signifikan 0.028 berada kurang dari 0.05. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Kartika (2009). Namun hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Subagyo (2009). Diperkirakan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit delay, disebabkan perusahaan berskala besar cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk segera menyampaikan laporan keuangan, hal tersebut dikarenakan perusahaan besar tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan, dan pemerintah. Selain itu berdasarkan penelitian Ashton dan Elliot (1987) menunjukkan bahwa faktor aktiva memiliki pengaruh besar terhadap audit delay hal tersebut dikarenakan faktor ukuran perusahaan menggunakan total aktiva dalam kegiatan operasional perusahaan. Pengaruh ini ditunjukkan dengan semakin besar nilai aktiva perusahaan, maka semakin pendek audit delay. b. Laba/Rugi Operasi Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda dan uji hipotesis 2, laba/rugi operasi (PROFIT) memiliki pengaruh negatif, namun secara parsial berpengaruh signifikan terhadap audit delay, hal tesebut diketahui dengan melihat nilai signifikan0.036 berada kurang dari 0.05. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Kartika (2009) karena jika perusahaan mendapatkan laba yang tinggi, maka tidak ada alasan bagi perusahaan untuk menunda penerbitan laporan keuangan auditannya. Alasan lain adalah karena informasi laba perusahaan dapat digunakan sebagai pengukur prestasi manajemen, dan juga sebagai indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan dengan tingkat pengembalian. Jadi, semakin laba suatu operasi perusahaan, maka audit delay-nya semakin pendek. Namun hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Imam Subekti (2006), yang berhasil membuktikan bahwa laba/rugi operasi secara signifikan tidak berpengaruh terhadap audit delay. Hal ini berkaitan dengan ketidakstabilan kondisi ekonomi saat ini, dimana kebanyakan perusahaan yang mengalami kerugian diabaikan dalam pelaporan keuangannya karena kerugian dianggap sebagai hal yang biasa. c. Tingkat Profitabilitas Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda dan uji hipotesis 4. Profitabilitas (ROA) memiliki pengaruh positif, namun secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay, hal tersebut diketahui dengan melihat nilai signifikan 0.146 berada lebih dari 0.05. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Kartika (2009). Pada penelitian ini profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay, hal tersebut dapat dikarenakan

proses audit perusahaan yang memiliki tingkat keuntungan kecil tidak berbeda dengan proses audit yang dilakukan oleh perusahaan dengan tingkat keuntungan yang besar, dimana baik perusahaan yang mengalami tingkat keuntungan besar ataupun kecil akan cenderung mempercepat proses audit. 3. Faktor Eksternal (Opini Auditor, Reputasi Auditor) a. Opini Auditor Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda dan uji hipotesis 3. Opini auditor memiliki pengaruh negatif, namun secara parsial berpengaruh signifikan terhadap audit delay, hal tersebut diketahui dengan melihat nilai signifikan 0.049 berada kurang dari 0.05. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Kartika (2009), karena perusahaan yang menerima unqualified opinion cenderung tepat waktu di dalam penerbitan laporan keuangan audit karena hal tesebut dianggap good news sehingga perusahaan tidak akan menunda publikasi laporan keuangannya. Sebaliknya, perusahaan yang mendapatkan qualified opinion akan menunjukkan audit delay lebih lama karena proses pemberian opini auditor melibatkan negosiasi dengan klien, konsultasi dengan partner audit yang lebih senior dan perluasan ruang lingkup. b. Reputasi Auditor Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda dan uji hipotesis 5. Reputasi auditor memiliki pengaruh negatif, namun secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay, hal tersebut diketahui dengan melihat nilai signifikan 0.081 berada lebih dari 0.05. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Kartika (2009). Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Subekti (2005), bahwa audit delay dipengaruhi secara signifikan oleh ukuran KAP. Perusahaan yang menggunakan jasa auditor independen yang berafiliasi dengan Big Four membutuhkan waktu audit yang lebih singkat, dibandingkan dengan perusahaan yang menggunakan jasa auditor independen yang tidak berafiliasi dengan Big Four. Namun penelitian ini menghasilkan bahwa reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay, hal ini bisa disebabkan baik KAP yang berafiliasi dengan Big Four ataupun KAP yang tidak berfiliasi dengan Big Four ingin memberikan pelayanan jasa audit yang semakin baik. Seperti yang terdapat dalam penelitian Subagyo (2009) bahwa KAP Non The Big Four sudah meningkatkan jumlah sumber daya manusianya dan sudah meningkatkan kinerjanya dalam melaksanakan perencanaan waktu penyelesaian audit. 4. Secara simultan seluruh variabel, baik faktor internal (ukuran perusahaan, laba/rugi operasi, tingkat profitabilitas), dan faktor eksternal (opini auditor, reputasi auditor), berpengaruh signifikan terhadap audit delay, hal tersebut diketahui dengan melihat nilai signifikan 0.03 berada kurang dari 0.05.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil uji t (parsial) dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Ukuran Perusahaan, Laba/Rugi Operasi, dan Opini Auditor

terhadap audit delay. Sedangkan berdasarkan hasil uji F (simultan), semua variabel independen yaitu Ukuran Perusahaan, Laba/Rugi Operasi, Opini Auditor, Tingkat Profitabilitas, dan Reputasi Auditor secara bersama-sama berpengaruh terhadap audit delay. Saran 1. Bagi Perusahaan Perusahaan diharapkan mampu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay sehingga tidak terjadi keterlambatan. Pemilihan Manajemen Perusahaan harus mampu mengefektifkan kinerja keuangan maupun non keuangannnya sehingga dapat mencapai tujuan perusahan dengan efektif dan efisien. 2. Bagi Penelitian Lanjutan Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu peneliti memberikan saran untuk penelitian selanjutnya sebaiknya periode penelitian yang digunakan ditambah sehingga menghasilkan informasi yang lebih mendukung. Jumlah sampel yang digunakan dapat ditambah dan dapat diperluas ke beberapa sektor perusahaan. Variabel yang digunakan dapat ditambah dengan variabel-variabel lain diluar variabel yang telah digunakan dalam penelitian ini. Sehingga dapat lebih menambah pemahaman mengenai audit delay di Indonesia. Implikasi Implikasi dari hasil penelitian ini, yaitu: 1. Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi penulisan selanjutnya yang berhubungan dengan audit delay. 2. Penelitian ini dapat memberikan informasi bagi pemakai laporan keuangan dalam rangka membantu pengambilan keputusan. 3. Penelitian ini dapat menjadi informasi bagi auditor, tentang faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay. Auditor independen dapat memberikan informasi kepada perusahaan tentang faktor yang mempengaruhi audit delay, sehingga perusahaan dapat memberikan perhatian lebih terhadap faktor yang mempengaruhi audit delay. Sehingga audit delay diharapkan dapat berkurang. DAFTAR PUSTAKA Arens, Elder & Beasley. 2001. Auditing dan Pelayanan Verifikasi Pendekatan Terpadu. Edisi Kesembilan. Jakarta : PT Indeks Kelompok Gramedia. Ashton, Robert H., John J. Willingham, dan Robert K. Elliot. 1987. An Empirical Analysis of Audit Delay, Journal of Accounting Research 25(2)Autumn:275-292. Baridwan,Zaki. 2004. Intermediate Accounting. Edisi Kedelapan. Cetakan Pertama. Yogyakarta : BPFE. Carslaw, C.A.P.N. dan S.E. Kaplan. 1991 An Examination of Audit Delay: Further Evidence from New Zealand. Accounting and Business Research 22(85):21-32. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Halim, Varianada. 2000. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay: Studi Empiris Perusahaan-perusahaan di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Akuntansi 2(1):63-75. Haron, H, B. Hartadi, dan E. Subroto. 2006. Analysis of Factors Influencing Audit Delay (Empirical Study at Public Companies in Indonesia). Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 6(1):95-121. Hossain, M.A. dan P.J. Taylor. 1998. An Examination of Audit Delay: Evidence from Pakistan. Working Paper, unpublished. Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Kartika, Andi. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay Di Indonesia: Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan LQ45 Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. 16(1): 1-17. Lestari. Dewi. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay: Studi Empiris Pada Perusahaan Consumer Goods Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang. Rachmawati,Sistya. 2008. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Terhadap Audit Delay dan Timeliness. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 10(1): 110. Sarwono, Jonathan. 2006. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Edisi 1. Yogyakarta : Penerbit ANDI. Sekaran, Uma. 2003. Research Methods For Business. New York: John Wiley & Sons, Inc. Soetedjo, Soegeng. 2006. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay Log (ARL). 9(2): 77-92. Subekti, Imam. dan N.W. Widiyanti. 2004. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi VII:991-1002. Sulistyo S, Joko. 2011. 6 Hari Jago SPSS. Cetakan Kedua. Yogyakarta : Cakrawala. Syafri Harahap, Sofyan. 2011. Teori Akuntansi. Edisi Revisi 11. Jakarta : PT Grafindo Persada. Wirakusuma, Made Gde. 2004. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rentang Waktu Penyajian Laporan Keuangan ke Publik. Simposium Nasional Akuntansi VII: 1202-1222. www.idx.co.id diakses pada tanggal 26 Juli 2012

Vous aimerez peut-être aussi