Vous êtes sur la page 1sur 21

TEMA PENYIMPANGAN SOSIAL PELAJAR

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Anonymous menulis Ada seorang Ibu yang tinggal bercerita bahwa sejak maraknya kasus tawuran pelajar di Jakarta, Beliau mengambil inisiatif untuk mengantar dan menjemput anaknya yang sudah SMU, sebuah kebiasaan yang belum pernah Beliau lakukan sebelumnya. Bagaimana tidak ngeri, kalau pelajar yang tidak ikut-ikutan pun ikut diserang, Mengapa para pelajar itu begitu sering tawuran, seakan-akan mereka sudah tidak memiliki akal sehat, dan tidak bisa berpikir mana yang berguna dan mana yang tidak ? Mengapa pula para pelajar banyak yang terlibat narkoba dan seks bebas, dan hal lainnya yang menyimpang? Apa yang salah dari semua ini? Dalam perspektif sosiologi perilaku menyimpang pelajar terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh. Perilaku pelajar yang tidak melalui jalur tersebut berarti telah menyimpang, atau telah terjadi kenakalan pelajar. Penyimpangan secara normatif didefinisikan sebagai penyimpangan terhadap norma, di mana penyimpangan itu adalah terlarang bila diketahui dan mendapat sanksi. Jumlah dan macam penyimpangan dalam masyarakat adalah relatif tergantung dari besarnya perbedaan Penyimpangan adalah relatif terhadap

norma suatu kelompok atau masyarakat. Karena norma berubah maka penyimpangan berubah. Penyimpangan biasanya dilihat dari perspektif orang yang bukan penyimpang. Pengertian yang penuh terhadap penyimpangan membutuhkan pengertian tentang penyimpangan bagi penyimpang. Untuk menghargai penyimpangan adalah dengan cara memahami, bukan menyetujui apa yang dipahami oleh penyimpang. Cara-cara para penyimpang menghadapi penolakan atau stigma dari orang non penyimpang disebut dengan teknik pengaturan. Tidak satu teknik pun yang menjamin bahwa penyimpang dapat hidup di dunia yang menolaknya, Teknik-teknik yang digunakan oleh penyimpang adalah kerahasiaan, manipulasi aspek lingkungan fisik, rasionalisasi, partisipasi dalam subkebudayaan menyimpang dan berubah menjadi tidak menyimpang. Proses sosialisasi terjadi dalam kehidupan sehari-hari melalui interaksi sosial dengan menggunakan media atau lingkungan sosial tertentu. Oleh sebab itu, kondisi kehidupan lingkungan tersebut akan sangat mewarnai dan mempengaruhi input dan pengetahuan yang diserap oleh setiap pelajar. Karena itulah dalam membahas perilaku penyimpangan pelajar, penulis menitikberatkan pada pendekatan sistem, yaitu perilaku individu sebagai masalah sosial yang bersumber dari sistem sosial terutama dalam pandangan disorganisasi sosial sebagai sumber masalah. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada umumnya para pelajar yang mengalami gejala disorganisasi sosial dalam keluarga misalnya, maka norma dan nilai sosial menjadi kehilangan kekuatan mengikat. Dengan demikian kontrol sosial menjadi lemah, sehingga memungkinkan terjadinya berbagai bentuk penyimpangan perilakunya.

1.2 Tujuan Penulisan 1. Mengidentifikasi faktor-faktor pendorong timbulnya perilaku

penyimpangan yang dilakukan para pelajar. 2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk perilaku menyimpang pada pelajar. 3. Untuk mengetahui latar belakang terjadi penyimpangan pada pelajar.

1.3 Rumusan Masalah 1.Apakah bentuk-bentuk perilaku menyimpang? 2.Apakah faktor-faktor timbulnya perilaku menyimpang yang dilakukan pelajar?

BAB II GRAND TEORI

2.1 Pengertian Penyimpangan sosial Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang

terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh

aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat. Namun demikian di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat, misalnya seorang siswa menyontek pada saat ulangan, berbohong, mencuri, dan mengganggu siswa lain. Berikut ini beberapa definisi dari perilaku menyimpang yang dijelaskan oleh beberapa ahli sosiologi : a. James Worker Van der Zaden. Penyimpangan sosial adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi. b. Robert Muhamad Zaenal Lawang. Penyimpangan sosial adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam masyarakat dan menimbulkan usaha dari yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang tersebut.

c. Paul Band Horton. Penyimpangan sosial adalah setiap perilaku yang dinyatakan masyarakat. d.Paul B.Horton .Penyimpangan sosial adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat. Perilaku menyimpang adalah perilaku dari para warga masyarakat yang dianggap tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan atau norma sosial yang berlaku. Secara umum, yang digolongkan sebagai perilaku menyimpang, antara lain tindakan yang nonconform, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan nilai atau norma yang ada; tindakan yang anti sosial atau asosial, yaitu tindakan yang melawan kebiasaan masyarakat atau kepentingan umum; dan tindakan-tindakan kriminal, yaitu tindakan yang nyata-nyata telah melanggar aturan-aturan hukum tertulis dan mengancam jiwa atau keselamatan orang lain. Perilaku menyimpang didefinisikan secara berbeda berdasarkan empat sudut pandang. Petama, secarastatiskal, yaitu segala perilaku yang bertolak dari suatu tindakan yang bukan rata-rata atau perilaku yang jarang dan tidak sering dilakukan. Kedua, secara absolut atau mutlak. Definisi perilaku menyimpang yang berasal dari kaum absolutis ini berangkat dari aturan-aturan sosial yang dianggap sebagai sesuatu yang mutlak atau jelas dan nyata, sudah ada sejak dulu, serta berlaku tanpa terkecuali, untuk semua warga masyarakat. Ketiga, secara reaktif, yaitu perilaku yang dicapkan kepadanya atau orang lain telah memberi cap kepadanya. Dan keempat, secara normatif, yaitu penyimpangan adalah suatu pelanggaran dari suatu norma sosial. sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau

Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan

penyimpangan disebut devian (deviant). Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang yang sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi sosial yang di dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.

2.2 Teori-teori perilaku menyimpang a. Teori Differencial Association (Edwin H. Sutherland) Teori ini menyatakan bahwa perilaku menyimpang merupakan perilaku yang di sebabkan karena hubungan diferensiasi. b. Teori Labelling (Edwin M.Lemert) Teori ini menyatakan bahwa perilaku menyimpang merupakan perilaku yang menyimpang karena pemberian penjulukan .Teori ini menggambarkan bagaimana suatu perilaku menyimpang seringkali menimbulkan serangkaian peristiwa yang justru mempertegas dan meningkatkan tindakan penyimpangan. c. Teori Merton Merton mengindefikasikan lima tipe cara adaptasi individu terhadap situasi tertentu ,empat diantara perilaku dalam menghadapi situasi tersebut merupakan perilaku menyimpang. Konformitas, merupakan cara yang paling banyak dilakukan. Inovasi,merupakan cara dimana perilaku mengikuti tujuan yang di tentukan masyarakat tetapi memakai cara yang dilarang oleh masyarakat. Ritualisme ,merupakan perilaku seseorang yang telah meninggalkan tujuan budaya namun masih tetap berpegang pada cara-cara yang telah digariskan

masyarakat. Retreatism,merupakan bentuk adaptasi berikut .Dalam bentuk adaptasi ini perilaku seseorang tidak mengikuti tujuan budaya dan tidak mengikuti cara untuk meraih tujuan budaya. pola adaptasi ini dapat di jumpai pada orang yang menderita gangguan jiwa, gelandangan, pemabuk, pecandu obat bius. Rebellion (pemberontak), merupakan bentuk adaptasi terakhir.Dalam pola adaptasi iniorang tidak lagi mengakui struktur social yang ada dan berupaya menciptakan suatu struktur social yang lain. d. Teori Fungsi dari Durkheim Durkheim berpandangan bahwa kejahatan perlu bagi masyarakat karena dengan adanya kejahatan maka moralitas dan hukum dapat berkembang secara normal. e. Teori konflik dari Karl Marx Menurut pandangan ini apa yang merupakan perilaku menyimpang di definisikan oleh kelompok-kelompok berkuasa dalam masyarakat untuk melindungi kepentingan mereka sendiri.Hukum merupakan pencerminan

kepentingan kelas yang berkuasa dan bahwa sistem peradilan pidana mencerminkan nilai dan kepentingan mereka. Ada dua macam konflik dalam teori ini , yaitu: 1) Teori konflik budaya, yaitu terjadi bilamana dalam suatu masyarakat terdapat sejumlah kebudayaan khusus hal tersebut mengurangi kemungkinan timbulnya kesepakatan nilai; 2) Teori konflik kelas social, mereka memandang kesepakatan nilai sebagai mitos yang diciptakan secara halus oleh mereka yang berkuasa demi kepentingan mereka sendiri karena hal tersebut akan memuat nilai mereka seolah-olah

merupakan nilai semua orang .mereka yang menentang hak-hak istimewa kelas dianggap penjahat. f. Teori pengendalian Kebanyakan orang menyesuaikan diri dengan nilai dominan karena adanya pengendalian dari dalam maupun dari luar . Dalam masyarakat konvensional terdapat empat hal yang mengikat individu terhadap norma masyarakatnya, yaitu; a. Kepercayaan ,mengacu pada norma yang di hayati b. Ketanggapan ,yaitu sikap tanggap seseorang terhadap pendapat orang lain c. Keterikatan,berhubungan dengan berapa banyak imbalan yang di terima seseorang atas perilakunya d. Keterlibatan ,mengacu pada kegiatan seseorang dalam berbagai lembaga masyarakat

2.3 Ciri-ciri Penyimpangan Sosial Menurut Paul B. Horton perilaku menyimpang memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a. Penyimpangan harus dapat didefinisikan. Perilaku dikatakan menyimpang atau tidak harus bisa dinilai berdasarkan kriteria tertentu dan diketahui penyebabnya. b. Penyimpangan bisa diterima bisa juga ditolak. Perilaku menyimpang tidak selamanya negatif, ada kalanya penyimpangan bisa diterima masyarakat, misalnya wanita karier. Adapun pembunuhan dan perampokan merupakan penyimpangan sosial yang ditolak masyarakat.

c. Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak. Semua orang pernah melakukan perilaku menyimpang, akan tetapi pada batas-batas tertentu yang bersifat relatif untuk semua orang. Dikatakan relatif karena perbedaannya hanya pada frekuensi dan kadar penyimpangan. Jadi secara umum,

penyimpangan yang dilakukan setiap orang cenderung relatif. Bahkan orang yang telah melakukan penyimpangan mutlak lambat laun harus berkompromi dengan lingkungannya. d. Penyimpangan terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal. Budaya ideal adalah segenap peraturan hukum yang berlaku dalam

suatu kelompok masyarakat. Akan tetapi pada kenyataannya tidak ada seorang pun yang patuh terhadap segenap peraturan resmi tersebut karena antara budaya nyata dengan budaya ideal selalu terjadi kesenjangan. Artinya, peraturan yang telah menjadipengetahuan umum dalam kenyataan kehidupan sehari-hari cenderung banyak dilanggar. e. Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan. Norma

penghindaran adalah pola perbuatan yang dilakukan orang untuk memenuhi keinginan mereka, tanpa harus menentang nilai-nilai tata kelakukan secara terbuka. Jadi norma-norma penghindaran merupakan bentuk

penyimpangan perilaku yang bersifat setengah melembaga. f. Penyimpangan sosial bersifat adaptif (menyesuaikan). Penyimpangan sosial tidak selamanya menjadi ancaman karena kadang-kadang dapat dianggap sebagai alat pemikiran stabilitas sosial.

10

2.4 Sifat-sifat perilaku menyimpang Berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi dua, yaitu (1) Penyimpangan bersifat positif, dan (2) penyimpangan bersifat negatif. Penyimpangan bersifat positif adalah penyimpangan yang mempunyai dampak positif ter-hadap sistem sosial karena mengandung unsur-unsur inovatif, kreatif, dan

memperkaya wawasan seseorang. Penyimpangan seperti ini biasanya diterima masyarakat karena sesuai perkembangan zaman. Misalnya emansipasi wanita dalam kehidupan masyarakat yang memunculkan wanita karier. Penyimpangan bersifat negatif. Penyimpangan bersifat negatif adalah penyimpangan yang bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang dianggap rendah dan selalu mengakibatkan hal yang buruk. Bobot penyimpangan negatif didasarkan pada kaidah sosial yang dilanggar. Pelanggaran terhadap kaidah susila dan adat istiadat pada umumnya dinilai lebih berat dari pada pelanggaran terhadap tata cara dan sopan santun. Bentuk penyimpangan yang bersifat negatif antara lain sebagai berikut:

2.5 Bentuk-bentuk perilaku menyimpang Bentukbentuk penyimpangan di bagi menjadi enam, yaitu; (1) penyimpangan primer (primary deviation), dan (2) Penyimpangan sekunder (secondary deviation), (3) Penyimpangan individual (individual deviation), (4) Pembandel, (5) Pembangkang, dan (6) Pelanggar. Penyimpangan primer adalah penyimpangan yang dilakukan seseorang yang hanya bersifat temporer dan tidak berulang-ulang. Seseorang yang

11

melakukan penyimpangan primer masih diterima di masyarakat karena hidupnya tidak didominasi oleh perilaku menyimpang tersebut. Misalnya, siswa yang terlambat, pengemudi yang sesekali melanggar peraturan lalu lintas, dan orang yang terlambat membayar pajak. Penyimpangan sekunder (secondary deviation). Penyimpangan sekunder adalah perilaku menyimpang yang nyata dan seringkali terjadi, sehingga berakibat cukup parah serta menganggu orang lain. Misalnya orang yang terbiasa minumminuman keras dan selalu pulang dalam keadaan mabuk, serta seseorang yang melakukan tindakan pemerkosaan. Tindakan penyimpangan tersebut cukup meresahkan masyarakat dan mereka biasanya di cap masyarakat sebagai pencuri, pemabuk, "penodong", dan "pemerkosa". Julukan itu makin melekat pada si pelaku setelah ia ditangkap polisi dan diganjar dengan hukuman. Penyimpangan individual (individual deviation) adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang menyimpang dari norma-norma suatu kebudayaan yang telah mapan. Misalnya, seseorang bertindak sendiri tanpa rencana melaksanakan suatu kejahatan, seperti: mencuri, menodong, dan memeras. Penyimpangan individu berdasarkan kadar penyimpangannya dibagi menjadi lima, yaitu sebagai berikut. Pembandel yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak patuh pada nasihat orang tua agar mengubah pendiriannya yang kurang baik. Pembangkang yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak taat pada peringatan orang-orang. Pelanggar yaitu penyimpangan yang terjadi karena melanggar norma-norma umum yang berlaku dalam masyarakat.

12

2.5 Macam-macam Penyimpangan Macam-macam penyimpangan menurut Robert M.Lawang ada empat macam penyimpangan ,yaitu ; 1. Perilaku menyimpang yang dianggap sebagai kejahatan atau criminal 2. Penyimpangan seksual,yaitu perilaku seksual yang tidak lazim ,dan lain dari biasanya 3. Penyimpangan dalam bentuk gaya hidup yang lain dari biasanya 4. Penyimpangan dalam bentuk pemakaian atau mengkonsumsi obat-obatan dan minum-minuman keras yang berlebihan

2.6 Penyebab Terjadi Penyimpangan Menurut Wilnes dalam bukunya Punishment and Reformation sebab-sebab penyimpangan/kejahatan dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut: a. Faktor subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat pembawaan yang dibawa sejak lahir). b. Faktor objektif adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan). Misalnya keadaan rumah tangga, seperti hubungan antara orang tua dan anak yang tidak serasi. Untuk lebih jelasnya, berikut diuraikan beberapa penyebab terjadinya penyimpangan seorang individu (faktor objektif), yaitu: 1. Ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan. Seseorang yang tidak sanggup menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam kepribadiannya, ia tidak dapat membedakan hal yang pantas dan tidak pantas. Keadaan itu terjadi akibat dari proses sosialisasi yang tidak sempurna, misalnya karena

13

seseorang tumbuh dalam keluarga yang retak (broken home). Apabila kedua orang tuanya tidak bisa mendidik anaknya dengan sempurna maka anak itu tidak akan mengetahui hak dan kewajibannya sebagai anggota keluarga. 2. Proses belajar yang menyimpang. Seseorang yang melakukan tindakan menyimpang karena seringnya Hal membaca itu atau melihat bentuk tayangan perilaku

tentang perilaku menyimpang.

merupakan

menyimpang yang disebabkan karena proses belajar yang menyimpang. Misalnya, seorang anak yang melakukan tindakan kejahatan setelah melihat tayangan rekonstruksi cara melakukan kejahatan atau

membaca artikel yang memuat tentang tindakan kriminal. Demikian halnya karier penjahat kelas kakap yang diawali dari kejahatan kecil-kecilan yang terus meningkat dan makin berani/nekad merupakan bentuk proses belajar menyimpang. Hal itu juga terjadi pada penjahat berdasi putih (white collar crime) yakni para koruptor kelas kakap yang merugikan

uangnegara bermilyar- milyar. Berawal dari kecurangan-kecurangan kecil semasa bekerja di kantor/mengelola uang negara, lama kelamaan makin berani dan menggunakan berbagai strategi yang sangat rapi dan tidak mengundang kecurigaan karena tertutup oleh penampilan sesaat. 3. Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial. Terjadinya ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial dapat mengakibatkan perilaku yang

menyimpang. Hal itu terjadi jika dalam upaya mencapai suatu tujuan seseorang tidak memperoleh peluang, sehingga ia mengupayakan peluang itu sendiri, maka terjadilah perilaku menyimpang. Misalnya jika setiap penguasa terhadap rakyat makin menindas maka lama-kelamaan rakyat akan berani

14

memberontak untuk melawan kesewenangan tersebut. Pemberontakan bisa dilakukan secara terbuka maupun tertutup dengan melakukan penipuanpenipuan/pemalsuan data agar dapat mencapai tujuannya meskipun dengan cara yang tidak benar. Penarikan pajak yang tinggi akan memunculkan keinginan memalsukan data, sehingga nilai pajak yang dikenakan menjadi rendah. Seseorang mencuri arus listrik untuk menghindari beban pajak listrik yang tinggi. Hal ini merupakan bentuk pemberontakan/perlawanan yang tersembunyi. 4. Ikatan sosial yang berlainan. Setiap orang umumnya berhubungan dengan beberapa kelompok. Jika pergaulan itu mempunyai pola-pola perilaku yang menyimpang, maka kemungkinan ia juga akan mencontoh pola-pola perilaku menyimpang. 5. Akibat proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan yang menyimpang. Seringnya media massa menampilkan berita atau tayangan tentang tindak kejahatan (perilaku menyimpang) menyebabkan anak secara tidak sengaja menganggap bahwa perilaku menyimpang tersebut sesuatu yang wajar. Hal inilah yang dikatakan sebagai proses belajar dari sub-kebudayaan yang menyimpang, sehingga terjadi proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan menyimpang pada diri anak dan anak menganggap perilaku menyimpang merupakan sesuatu yang wajar/biasa dan boleh dilakukan. 6. Keinginan untuk dipuji 7. Dorongan kebutuhan ekonomi 8. Pelampiasan rasa kecewa 9. Sifat mental yang tidak sehat.

15

BAB III ANALISIS KUALITATIF

3.1 Jenis-Jenis Penyimpangan Pelajar Penyimpangan sosial merupakan suatu penyimpangan perilaku seseorang diluar kewajaran atau beperilaku yang berbeda dari kebiasaan orang pada

umumnya. Penyimpangan sosial juga sering diartikan secara umum sebagai tindakan kejahatan atau kriminalitas dan bagi remaja biasanya disebut kenakalan remaja atau pelajar. Meskipun secara teori penyimpangan tidak selalu mengarah pada hal negatif, karena ada juga model penyimpangan yang bersifat positif. Makalah ini akan mencoba mengulas dan menganalisa model

penyimpangan sosial yang bersifat negatif dan difokuskan pada pelajar khususnya pelajar SMU. Kenapa dipilih objek penelitiannya dipilih pelajar SMU karena secara psikologis mereka masih dalam kondisi mental yang labil sehingga banyak dari mereka yang melakukan perilaku menyimpang. Menurut teori Merton beberapa dari mereka melakukan penyimpangan karena itu merupakan bagian dari proses adaptasi sosial, hanya saja arahnya saja yang salah menjadi negatif. Objek pengamatan yang digunakan penulis dalam analisis penyimpangan sosial ini adalah para siswa SMU di salah satu SMUN di Tulungagung. Karena setiap sekolah pasti memiki pelajar yang memiliki perilaku menyimpang, jadi dalam hal ini proses pengamatan dilakukan dengan mengambil satu sampel sekolah saja sebagai perwakilan. Proses analisa dan pengamatan dilakukan secara langsung dan bahan penelitian didapat dengan mengumpulkan data data dari beberapa narasumber. Analisa yang dilakukan adalah dengan metode deduktif

16

yaitu dengan menghubungkan realita di lapangan dengan grand teori dari para ahli ilmu sosiologi kemudian menyimpulkan hasil analisa secara silogisme. Macam macam perilaku menyimpang yang pernah dilakukan para pelajar di SMU tersebut adalah: 1) membolos, 2) perkelahian, 3) seks pra nikah sehingga meyebabkan kehamilan, 4) minum minuman keras, 5) mengkonsumsi dan mengedarkan narkoba, dan 6) bentuk penyimpangan lain yang digolongkan dalam kenakalan remaja. Model penyimpangan tersebut beberapa sudah dapat digolongkan dalam bentuk tindakan kriminalitas. Meskipun sebagian besar penyimpangan termasuk dalam kelompok kenakalan pelajar biasa. Yang paling banyak dan umum adalah penyimpangan berupa membolos sekolah meskipun hal ini sudah dianggap wajar oleh beberapa orang, tetapi tetap saja perilaku ini adalah sebuah penyimpangan sosial pelajar. Perilaku menyimpang ini dilakukan individu dan bisa juga dilakukan oleh kelompok. Meskipun penyimpangan sebenarnya adalah dari dalam diri individu itu sendiri. Sebagian besar pelaku penyimpangan adalah anak anak yang biasa disebut sebagai anak nakal artinya mereka sudah sering melakukan penyimpangan tersebut. Tetapi beberapa dari mereka adalah pelajar biasa yang tidak termasuk kategori anak nakal. Beberapa para perilaku penyimpangan memiliki suatu komunitas sendiri sehingga membuat mereka merasa legal dan nyaman dalam keadaan seperti itu.

17

3.1 Penyebab Penyimpangan Pelajar Dari hasil pengumpulan data didapatkan beberapa informasi tentang latar belakang atau sebab sebab mereka melakukan perilaku menyimpang tersebut. Beberapa perilaku menyimpang pelajar dilakukan secara sadar dan beberapa dilakukan tanpa ada unsur kesengajaan. Dari hasil wawancara dengan beberapa nara sumber maka didapatkan beberapa data bahwa kenakalan yang mereka lakukan memiliki beberapa latar belakang penyebabnya: 3.1.1 Faktor Keluarga Faktor keluarga adalah faktor yang penting dalam pengendalian perilaku menyimpang. Sebagian besar kenakalan pelajar tersebut dilatar belakangi oleh faktor keluarga. Keluarga merupakan dasar pendidikan akhlak dan moral anak anak, sehingga apabila kondisi keluarga mengalami ketidak harmonisan maka proses pendidikan moral dan akhlak anak pun menjadi rusak. Sebagian pelaku penyimpangan ketika ditanya tentang bagaimana kondisi keluarganya maka kebanyakan mereka akan menjawab kalau orang tua mereka bercerai atau mereka ditinggal orang tua mereka ke luar negeri, kadang juga karena orang mereka sering bertengkar atau mereka sibuk dengan urusan kerjaan mereka. Para pelajar ini secara psikologis mengalami kondisi kekurangan kebutuhan psikis yaitu kasih sayang dan perhatian orang tua perhatian dan kasih penyimpangan tersebut. mereka, sehingga mereka berusaha menarik

sayang mereka dengan melakukan penyimpangan Beberapa diantara mereka melakukan penyimpangan

bukan untuk mencari perhatian orang tua mereka tetapi untuk memenuhi kebutuhan akan perhatian dan kasih sayang itu dari teman atau

kelompok/komunitas mereka.

18

3.1.2 Faktor Sosial atau Pergaulan Faktor sosial atau pergulan juga menjadi alasan mereka melakukan penyimpangan. Ada beberapa dari mereka yang kondisi keluarga mereka baik baik saja tetapi tetapi mereka melakukan penyimpangan karena alasan solidaritas teman dan komunitas. Faktor pengaruh teman dan lingkungan sosial dapat memberikan dampak negatif bagi anak anak karena dari sanalah mereka juga mendapatkan pendidikan akhlak dan moral. Komunitas dan lingkungan yang baik dapat memberikan efek positif bagi kepribadian anak dan sebaliknya komunitas dan lingkungan yang buruk dapat mempengaruhi anak anak dan cenderung membawa anak ke arah yang negatif. Sebagai contohnya kebiasaan berbicara kasar, jorok, mengumpat, merokok, minum minuman keras dan bahkan narkoba didapatkan mereka dari pergaulan dengan komunitas yang salah. 3.1.3 Faktor Individu Faktor individu adalah faktor yang jarang menjadi permasalahan anak karena alasan ini adalah alasan dari faktor psikologi bawaan yang terbentuk dari kecil, dengan faktor pembentuknya adalah dari didikan orang tua mereka sendiri. Kondisi orang tua mereka baik baik saja dan komunitas mereka baik baik saja tetapi mereka tetap saja melakukan perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang ini bisa diatasi dengna cara melakukan pendekatan kepada anak dan mencari tahu sebab dilakukannya perilaku menyimpang tersebut. Karena setiap individu memiliki alasan yang berbeda untuk penyimpangan yang mereka lakukan.

19

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan Adakalanya terjadi penyimpangan terhadap nilai dan norma yang a d a . T i n d a k a n m a n u s i a ya n g m e n yi m p a n g d a r i n i l a i d a n n o r m a a t a u p e r a t u r a n d i s e b u t dengan perilaku menyimpang terutama pada kalangan remaja karena tingkat emosionalnya cukup tinggi dan bulum mampu mengontrol diri dalam mengambil pergaulan .perilaku menyimpang ini tidak memandang umur baik anak-anak sampai orang dewasa bisa melakukan perilaku menyimpang tersebut. Faktor terbesar penyebab dari penyimpangan yang dilakukan oleh pelajar adalah dari faktor keluarga atau kurangnya kasih sayang orang tua.

4.2 Saran Sebaiknya kita harus lebih memperhatikan dan mentaati segala aturan dan norma yang berlaku di lingkungan kita karena perilaku menyimpang dapat menyebabkan kerusakan moral pada masyarakat terutama pada remaja,apalagi pada zaman ini banyak terdapat perilaku menyimpang sehingga kita harus lebih menjaga diri dari perilaku-perilaku tersebut agar tidak merusak masa depan kita.Dan untuk para orang tua sebaiknya memberikan perhatian lebih pada putra putri mereka dan mengawasi pergaulan mereka agar tidak terbawa kearah yang salah.

20

DAFTAR PUSTAKA

Amalia. 2012. Makalah Penyimpangan Sosial. http://amaliasman1gerung.blogspot.com/2012/03/makalah-penyimpangan-sosial.html. Diakses pada tanggal 24 April 2013 Budiati, Atik Catur.2009.Sosiologi Kontekstual Kelas 10.Penerbit: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Purwoto, Juarti. Tanpa Tahun.Sosiologi untuk SMA/MA Semester II Kelas X.CV. Sindunata.

21

Vous aimerez peut-être aussi