Vous êtes sur la page 1sur 21

DEMENSIA

I. Pendahuluan Gangguan kesehatan pada golongan lansia terkait erat dengan proses degenerasi yang tidak dapat dihindari. Seluruh sistem, cepat atau lambat akan mengalami degenerasi. Manifestasi klinik, laboratorik dan radiologik bergantung pada organ dan/atau sistem yang terkena. Perubahan yang normal dalam bentuk dan fungsi otak yang sudah tua harus dibedakan dari perubahan yang disebabkan oleh penyakit yang secara abnormal mengintensifkan sejumlah proses penuaan. Salah satu manifestasi klinik yang khas adalah timbulnya demensia. Penyakit semacam ini sering dicirikan sebagai pelemahan fungsi kognitif atau sebagai demensia. Memang, demensia dapat terjadi pada umur berapa saja, bergantung pada faktor penyebabnya, namun demikian demensia lebih sering terjadi pada lansia. 1 Demensia merupakan suatu sindroma akibat gangguan otak yang biasanya bersifat kronik-progresif yang ditandai dengan penurunan fungsi mental-intelektual (kognitif). Fungsi kognitif yang dapat dipengaruhi pada demensia adalah inteligensia umum, belajar dan ingatan, bahasa, memecahkan masalah, orientasi, persepsi, perhatian, konsentrasi, pertimbangan dan kemampuan sosial.2,3 Dari aspek medik, demensia merupakan masalah yang tak kalah rumitnya dengan masalah yang terdapat pada penyakit kronis lainnya, Seseorang yang mengalami demensia pasti akan mengalami penurunan kualitas hidup, sehingga menganggu fungsi social dan pekerjaan individu. Demensia adalah suatu kondisi klinis yang perlu ditelusuri penyebabnya, penyebab demensia sangat banyak namun tampilan gejala klinis umumnya hampir sama, 60% demensia adalah irreversible (tidak dapat pulih ke kondisi semula), 25% dapat dikontrol, dan 15% reversible (dapat pulih kembali).3 II. Definisi Demensia adalah hilangnya fungsi intelektual seperti daya ingat, pembelajaran, penalaran, pemecahan masalah, dan pemikiran abstrak, umumnya disertai dan ada kalanya diawali dengan kemerosotan (deterioration) dalam pengendalian emosi perilaku social atau motivasi hidup.2,4
1

Demensia merupakan kerusakan progresif fungsi-fungsi kognitif tanpa disertai gangguan kesadaran. 5,6

III. Epidemiologi
Prevalensi demensia semakin meningkat dengan bertambahnya usia. Prevalensi demensia

pada populasi lanjut usia (>65 tahun) berkisar 3-30%. Demensia tipe Alzheimer dilaporkan bertumbuh 2 kali lipat setiap penambahan usia 5 tahun, yaitu bila prevalensi demensia pada usia 65 tahun 3% maka menjadi 6% pada usia 70 tahun. Di Indonesia pada tahun 2006 diperkirakan ada sekitar 1 juta orang dengan demensia untuk jumlah lanjut usia 20 juta orang.3
Prevalensi demensia sedang hingga berat bervariasi pada tiap kelompok usia. Pada kelompok usia diatas 65 tahun prevalensi demensia sedang hingga berat mencapai 5 persen, sedangkan pada kelompok usia diatas 85 tahun prevalensinya mencapai 20 hingga 40 persen. Dari seluruh pasien yang menderita demensia, 50 hingga 60 persen diantaranya menderita jenis demensia yang paling sering dijumpai, yaitu demensia tipe Alzheimer ( Alzheimers diseases). Prevalensi demensia tipe Alzheimer meningkat seiring bertambahnya usia. Untuk seseorang yang berusia 65 tahun prevalensinya adalah 0,6 persen pada pria dan 0,8 persen pada wanita. Pada usia 90 tahun, prevalensinya mencapai 21 persen. Pasien dengan demensia tipe Alzheimer membutuhkan lebih dari 50 persen perawatan rumah ( nursing home bed). 5,7 Jenis demensia yang paling lazim ditemui berikutnya adalah demensia vaskuler, yang secara kausatif dikaitkan dengan penyakit serebrovaskuler. Hipertensi merupakan factor predisposisi bagi seseorang untuk menderita demensia. Demensia vaskuler meliputi 15 hingga 30 persen dari seluruh kasus demensia. Demensia vaskuler paling sering ditemui pada seseorang yang berusia antara 60 hingga 70 tahun dan lebih sering pada laki-laki daripada wanita. Penyebab demensia paling sering lainnya, masing-masing mencerminkan 1 hingga 5 persen kasus adalah trauma kepala, demensia yang berhubungan dengan alkohol, dan berbagai jenis demensia yang berhubungan dengan gangguan pergerakan, misalnya penyakit Huntington dan penyakit Parkinson. Karena demensia adalah suatu sindrom yang umum, dan mempunyai banyak penyebab, dokter harus melakukan pemeriksaan klinis dengan cermat pada seorang pasien dengan demensia untuk menegakkan penyebab demensia pada pasien tertentu. 5 IV. Etiologi Etiologi demensia adalah semua penyakit yang menyebabkan disfungsi otak, antara lain penyakit Alzheimer, penyakit cerebrovaskular (stroke), hidrochepalus, Parkinson, AIDS,
2

Huntington, dan gangguan metabolic termasuk defisiensi vitamin. Gangguan mental seperti gangguan depresi, gangguan konversi dan skizofrenia dapat memberikan gambaran seperti demensia, gangguan depresi dengan hendaya daya ingat dan gangguan konsentrasi saangat mirip dengan demensia sehingga disebut pseudodemensia. 3 V. Klasifikasi Demensia dapat diklasifikasikan berdasarkan umur, perjalanan penyakit, kerusakan struktur otak,sifat klinisnya.7 Menurut Umur:
o o

Demensia senilis (>65th) Demensia prasenilis (<65th)

Menurut perjalanan penyakit:


o o

Reversibel Ireversibel

Menurut kerusakan struktur otak


o o o o

Demensia Jisim Lewy (Lewy Body dementia) Morbus Parkinson Morbus Huntington Morbus Pick

Menurut sifat klinis:


o

Demensia proprius

Berdasarkan PPDGJ III demensia termasuk dalam F00-F03 yang merupakan gangguan mental organik dengan klasifikasinya sebagai berikut ; F 00 Demensia pada penyakit Alzheimer F00.0 Demensia pada penyakit Alzheimer dengan onset dini F00.1 Demensia pada penyakit Alzheimer dengan Onset Lambat F00.2 Demensia pada penyakit Alzheimer dengan, tipe tidak khas atau tipe campuran F00.9 Demensia pada penyakit Alzheimer YTT (Yang Tidak Tergolongkan) F 01 Demensia Vaskular F01.0 Demensia Vaskular Onset akut F01.1 Demensia Vaskular Multi-Infark
3

F01.2 Demensia Vaskular Sub Kortikal F01.3 Demensia Vaskular campuran kortikal dan subkortikal F01.8 Demensia Vaskular lainnya F01.9 Demensia Vaskular YTT F02 Demensia pada penyakit lain F02.0 Demensia pada penyakit PICK F02.1 Demensia pada penyakit Creutzfeldt-Jakob F02.2 Demensia pada penyakit Huntington F02.3 Demensia pada penyakit parkinson F02.4 Demensia pada penyakit HIV F02.8 Demensia pada penyakit lain YDT YDK (Yang Di-Tentukan-Yang Di-Klasifikasikan ditempat lain) F03 Demensia YTT

VI. Gambaran klinik Gambaran utama demensia adalah munculnya defisit kognitif multipleks, termasuk gangguan memori, setidak-tidaknya satu di antara gangguan gangguan kognitif berikut ini: inteligensia umum, belajar dan ingatan, bahasa, memecahkan masalah, orientasi, persepsi, perhatian, konsentrasi, pertimbangan dan kemampuan sosial. Defisit kognitif harus sedemikian rupa sehingga mengganggu fungsi sosial atau okupasional (pergi ke sekolah, bekerja, berbelanja, berpakaian, mandi, mengurus uang, dan kehidupan sehari-hari lainnya) serta harus menggambarkan menurunnya fungsi luhur sebelumnya.3 A. Penurunan memori (daya ingat) Biasanya yang menurn adalah daya ingat segera dan daya ingat peristiwa jangka pendek tetapi kemudian secara bertahap daya ingat recall juga menurun, apakah pasien lupa akan janjinya, berita-berita, orang yang baru saja dijumpainya atau tempat yang baru saja dikunjunginya. Pasien dapat berkonfabulasi (mengarang cerita), karena itu usahakan untuk melakukan konfirmasi. Mintalah pasien untuk (a) mengulang angka (normal dapat mengingat 6 angka dari depan dan 4 angka dari belakang) dan (b) menyebutkan kembali 2 kata atau 3 objek setelah 5 menit. Apakah pasien mengingat menu makan malamnya?, nama-nama orang yang berkunjung kepadanya?, mengetahui tempat, tanggal lahir dan tahun kelahirannya?.
4

B. Perubahan mood dan kepribadian


Mula-mula depresi ansietas, dan atau iritabilitas kemudian menarik diri (withdrawl) dan apatis. Perubahan kepribadian pada seseorang yang menderita demensia biasanya akan mengganggu bagi keluarganya. Adakah pasien menjadi sentimentil, bermusuhan, tidak memikirkan orang lain, paranoid, tidak sesuai norma sosial, ketakutan, apakah ia tidak mempunyai minat atau inisiatif memakai kata-kata vulgar atau mengolok-olok.

C. Penurunan daya orientasi Terutama orientasi waktu (nama hari, tanggal, bulan, tahun, dan musim) dan juga orientasi tempat (tempat apakah ini?) dan jika berat bisa orientasi orang.apakah pasien pernah tersesat di tempat yang dikenalnya seperti dalam rumahnya. D. Hendaya intelektual Pasien menjadi kurang tajam pemikirannya dibanding biasanya. Apakah pasien mempunyai masalah mengerjakan sesuatu yang biasanya dapat dikerjakan dengan mudah? Pengetahuan umum (siapa nama presiden sekarang?), kalkulasi, persamaan (apa persamaan jeruk dan bola?, tikus dan gajah?). E. Gangguan daya nilai (judgement) Tidak mengantisipasi akibat dari perbuatannya. F. Gejala psikotik
Diperkirakan sekitar 20 hingga 30 persen dengan demensia (terutama pasien dengan demensia tipe Alzheimer) memiliki halusinasi, ilusi, dan 30 hingga 40 persen memiliki waham, terutama waham paranoid yang bersifat tidak sistematis, meskipun waham yang sistematis juga dilaporkan pada pasien tersebut.

G. Hendaya berbahasa Seringkali samar dan tidak begitu persis, kadang-kadang hampir menyerupai mutisme. Adakah blocking atau afasia (jika afasia dini dicurigai patologi vokal).3

VII. Diagnosis Demensia biasanya berlangsung lambat, dalam tahap awal bisanya sulit untuk didiagnosis. Namun, intervensi dan pengobatan telah terbukti membantu memperlambat efek dari beberapa demensia, sehingga diagnosis dini sangat penting. Pemeriksaan secara berkala selama beberapa bulan atau lebih mungkin diperlukan. Diagnosis dimulai dengan pemeriksaan fisik secara menyeluruh dan riwayat medis yang lengkap, biasanya termasuk informasi tambahan dari anggota keluarga atau pengasuh. Suatu riwayat keluarga baik penyakit Alzheimer maupun penyakit serebrovaskular dapat memberikan petunjuk mengenai penyebab gejala. Tes sederhana fungsi mental (MMSE), termasuk mengingat kata, penamaan objek, dan nomor-simbol pencocokan, digunakan untuk melacak perubahan dalam kemampuan kognitif seseorang. Menentukan penyebab demensia mungkin memerlukan berbagai tes medis, dipilih sesuai etiologi yang paling mungkin. Penyakit serebrovaskular, hidrosefalus, dan tumor dapat didiagnosis dengan x-ray, CT-scan atau MRI, dan studi pencitraan pembuluh darah. Tes darah dapat menunjukkan kekurangan nutrisi atau ketidakseimbangan hormon. Pedoman untuk mendiagnosa gangguan tersebut didasarkan pada PPDGJ III dan DSM IV.3 VIII. Diagnosa Banding A. Delirium Delirium dan demensia merupakan dua gangguan yang berbeda, namun sering sukar dibedakan. Pada keduanya, fungsi kognitif terganggu, namun demensia biasanya memori yang terganggu, sedangkan delirium daya perhatiannya yang terganggu. Delirium biasanya disebabkan oleh penyakit akut atau keracunan obat (kadang mengancam jiwa seseorang) dan sering reversible, sedangkan demensia khas disebabkan oleh perubahan anatomik dalam otak, berawal lambat dan biasanya ireversibel. Pada delirium juga biasanya ditemukan ganguuan kesadaran sedang demensia tidak.7 B. Depresi Orang depresi sering mengeluhkan masalah memori, hal ini dapat menyulitkan dalam membedakan antara depresi dan demensia, namun ada perbedaan menonjol antara keduanya. Orang depresi lebih cenderung mengutarakan masalah memorinya sendiri sedangkan pada
6

demensia, orang terdekat atau keluarganya yang menyadari akan masalah memori penderita. Orang depresi juga akan mengalami sulit tidur, gangguan nafsu makan, tidak bersemangat, putus asa dan bahkan sampai berpikiran untuk mati. Orang depresi sering menjawab aku tidak tahu pada saat wawancara sedang pada demensia pasien akan berusaha untuk menjawabnya walaupun salah.3,8

IX. Penatalaksanaan Penatalaksanaan awal meliputi pengobatan setiap penyebab demensia yang reversible atau keadaan bingung yang saling tumpang tindih. Sekitar 10% pasien dengan demensia menderita penyakit sistemik atau neurologic yang dapat diobati. 10% menderita pseudodemensia yang disebabkan oleh penyakit psikiatrik yang dapat diobati dan 10% menderita penyebab penunjang yang dapat dimodifikasi seperti alkoholisme atau hipertensi, sayangnya sisanya menderita demensia yang ireversibel sehingga penatalaksanaan bertujuan untuk mendukung pasien dan keluarga. Beberapa pasien yang terganggu agak berat dapat hidup sendiri jika mereka mendapat dukungan dari keluarga atau masyarakat, termasuk kunjungan setiap hari dari keluarga atau teman.9,10 A. Terapi suportif 1. Berikan perawatan fisik yang baik, misalnya nutrisi yang bagus, kacamata, alat bantu dengar, dan lain-lain. Sewaktu-waktu mungkin dibutuhkan pembatasan/pengekangan. 2. Pertahankan pasien berada dalam lingkungan yang sudah dikenalnya dengan baik jika memungkinkan. Usahakan pasien dikelilingi oleh teman-teman lamanya dan bendabenda yang biasa ada didekatnya. Tingkatkan daya pengertian dan partisipasi anggota keluarga. 3. Hindari suasana remang-remang dan terpencil. 4. Bantu untuk mempertahankan rasa percaya diri pasien, rawatlah sebagai orang dewasa bukan sebagai anak kecil dan bersikaplah menerima dan menghargai pasien.3

Pada stadium lanjut pasien mungkin membutuhkan pengobatan untuk depresi, kecemasan, gelisah, gejala psikotik yang menyertainya, atau insomnia dengan pengobatan psikotropik yang sesuai.9 1. Antipsikotika tipikal: Haldol 0,25 0,5 atau 1 2 mg Clozaril 1 x 12.5 25 mg Risperidone 2-6 mg Clobazam 1x10 mg Lorazepam 0,5-1,0 mg atau 1,5-2 mg Buspirone 10-30 mg Amitriptilin 75-150 mg Zoloft 1x50 mg Carbamazepine 100-200 mg atau 400-600 mg Divalproex 125-250 mg atau 500-750 mg Topamate 1x50 mg 7 2. Antipsikotika atipikal:

3. Anxiolitika :

4. Antidepresi :

5. Anti mania :

6. Obat anti demensia Obat ini sebenarnya sudah tidak berguna lagi pada kasus demensia stadium lanjut namun bila diberikan dapat mengefektifkan obat terhadap BPSD (behavioural and psychological symptoms of dementia).7 A. Nootropika : Pyritinol (Encephabol) 1x100 3x200 mg Piracetam (Nootropil) 1x400 3x1200 mg Nimodipine (Nimotope) 1-3x300 mg Cinnarizine (Stugeron) 1-3x25 mg Galantamine (Riminil) 1-3x5 mg
8

B. Ca-antagonist :

C. ACE-Inhibitor :

Donepezil (Aricept) 5mg 1x per hari Galantamine (Riminil) 1-3x5 mg Memantine 2x5-10 mg 7

X. Prognosis Prognosis demensia bervariasi tergantung dari penyakit atau kondisi medic yang mendasarinya. Bilamana penyebab demensia dapat diketahui dan disembuhkan maka prognosis akan baik, namun untuk penyakit degenerative seperti Alzheimer yang belum ada obatnya, maka prognosisnya kurang baik. Demensia tipe Alzheimer dapat berlangsung 1015 tahun dengan kemunduran perlahan tetapi pasti menuju akhir hidup.3,10 XI. Kesimpulan Kesulitan pada ingatan jangka pendek dan jangka panjang, berpikir abstrak (kesulitan menemukan antara benda-benda yang berhubungan), dan fungsi kortikal yang tinggi lainnya (sebagai contoh, ketidakmampuan untuk menamakan suatu benda, mengerjakan perhitungan aritmatika, dan mencontoh suatu gambar) semuanya cukup berat untuk mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan, terjadi dalam keadaan kesadaran yang baik, dan tidak disebabkan oleh gangguan mental seperti gangguan depresif berat menyatakan suatu demensia. Demensia disebabkan oleh bermacam-macam penyebab. Memperhatikan faktor penyebab tadi, maka ada beberapa jenis demensia yang dapat ditolong dengan mengobati penyebabnya walaupun kadang-kadang tidak mempunyai hasil sempurna. Disamping itu ada jenis demensia yang sampai saat ini belum ada obatnya, seperti demensia Alzheimer dan demensia akibat HIV. Diagnosis demensia ditegakkan berdasarkan gejala-gejala yang muncul atau kriteria yang telah ditetapkan/disepakati dalam DSM-IV maupun PPDGJ III. Untuk itu diperlukan kehati-hatian dalam melakukan pemeriksaan. Penentuan faktor etiologi merupakan hal yang sangat esensial oleh karena mempunyai nilai prognostik. Penatalaksanaan demensia secara menyeluruh melibatkan seluruh anggota keluarga terdekat. Dengan demikian kepada anggota keluarga perlu diberikan penyuluhan agar penderita dapat dirawat dengan sebaik-baiknya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Dahlan, P. Definisi dan Diagnosa Banding Demensia. [Online] 1999 [ cited 21 August 2011] available from : URL:http://docs.google.com/viewer? a=v&q=cache:zTLYxR78YnIJ:i-lib.ugm.ac.id/jurnal/download.php%3FdataId %3D4859+diagnosa+demensia&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESjs_wfcEGyEr oHZKoqDU4imbfQercr0y9TIitNUlbKetpkLjdknpOeGJQXzy7Zmf9OxCzPJ6EH0Tif gPoCHx769BfNzNpB7MGqwVmi9dRqqUmIw6Ow5OT3qVfHRFfvCqS9e7EW&sig=AHIEtbSqR8ui5PRfUUXkJQPj89sv kHqvrQ
2. Maslim R. Buku saku Diagnosis Gangguan Jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ III. 2001, Jakarta; PT Nuh Jaya. 20-26. 3. Elvira S, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. 2010, Jakarta; Badan Penerbit FK UI. 494504.

4. Margolis S. Johns Hopkins Symptoms and Remedies. 2006, 409-410


5. Sadock, Benjamin James; Sadock, Virginia Alcott. Delirium, dementia, amnestic and cognitive disorders. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. Lippincott Williams & Wilkins. 6. Davey, Patrick. Meidcine At a Glance. 2005, Jakarta; Erlangga. 356-357.
7. Roan, Witjaksana. Delirium dan Demensia. [online] 2007 [cited 21 August 2011]

available from URL: http://www.idijakbar.com/prosiding/delirium.htm

10

8. Anonymus. Defferential Diagnose of Factsheet. [Online] 2005 [cited 21 August 2011]

available

from

URL:

http://www.pssru.ac.uk/pdf/MCpdfs/Differential_diagnosis_factsheet.pdf
9. McGraw-Hill Inc. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. 1995. Vol.1 Ed. 13. Indonesia; EGC.
10. Medicastore,

Penyakit

Otak

dan

Saraf.

available

from

URL:

http://medicastore.com/penyakit/699/Demensia.html

LAPORAN KASUS NON PSIKOTIK GANGGUAN ANXIETAS YTT (F41.9)

I.

IDENTITAS PASIEN Nama Jenis kelamin Status perkawinan Agama Warga Negara Suku Bangsa Pendidikan Pekerjaan Alamat : Tn.B : Laki-laki : menikah : Islam : Indonesia : Bugis : SMA : Pegawai Koperasi Swasta : BTN Mutiara Permai

LAPORAN PSIKIATRIK Diperoleh dari autoanamnesis pada tanggal 6 September 2011 II. RIWAYAT PENYAKIT
11

a. Keluhan utama dan alasan MRSJ/terapi : Perasaan takut mati b. Keluhan Tambahan : Jantung berdebar, keringat dingin, sakit kepala, susah tidur dan nafsu makan berkurang. c. Riwayat gangguan sekarang : Keluhan dan gejala : Perasaan takut dialami sejak 3 bulan yang lalu, pasien selalu merasa takut mati. Rasa takut pasien berawal saat hampir tersambar petir disertai suara guntur yang sangat keras. Pada saat itu pasien merasa tiba-tiba kakinya kram dan jantungnya berdebar kencang. Semenjak kejadian itu pasien merasa takut mati terutama bila sendirian. Jika rasa takut datang pasien berusaha menenangkan diri dengan berdzikir. Pasien khawatir jika ia meninggal maka tidak ada yang membiayai anak-anaknya. Keluhan lain yang dirasakan adalah sakit kepala, susah tidur dan nafsu makan berkurang, dengan adanya keluhan ini pasien merasa pekerjaaannya sedikit terganggu dan susah untuk beristirahat. Tidak ditemukan adanya hubungan gangguan sekarang dengan penyakit sebelumnya.

d. Riwayat kehidupan pribadi : Riwayat prenatal dan perinatal Pasien lahir normal, cukup bulan dan dibantu oleh dukun. Sewaktu hamil ibu pasien dalam keadaan sehat. Riwayat ibu menggunakan obat-obatan, rokok dan meminum alkohol tidak ada. Riwayat masa kanak awal (1-3 tahun) Pasien mendapatkan asi sampai umur 2 tahun. Pertumbuhan dan perkembangan baik, seperti anak sebayanya. Riwayat masa kanak pertengahan (4-11 tahun)
12

Pasien masuk SD pada umur 6 tahun, prestasi disekolah biasa-biasa saja. Pasien sering merasa takut jika disuruh naik kedepan kelas, karena jika tidak tahu maka guru akan memarahinya. Riwayat masa kanak akhir dan remaja (12-18 tahun) Pasien melanjutkan sekolah sampai tamat SMA, prestasi biasa saja, hubungan dengan teman sebaya baik. Pasien dikenal sebagai pribadi yang pendiam, dan jarang bergaul. Tidak ada kegiatan ekstrakulikuler yang diikutinya. Pasien pada saat itu masukjurusan IPA dan sangaat menyukai pelajaran Matematika. Riwayat Masa Dewasa a. Riwayat Pendidikan Setelah tamat SMA pasien tidak melanjutkan pendidikannya ke Universitas karena keterbatasan ekonomi orangtuanya. Pada masa ini pasien juga beberapa kali pacaran, tetapi hubungan tersebut tidak lebih dari 1 bulan. Alasannya pasien merasa takut mengecewakan pacarnya karena tidak memiliki pendidikan yang baik. Disini pasien mulai belajar merokok pada usia 20 tahun. b. Riwayat Pekerjaan Sejak tahun 2008 pasien bekerja sebagai pegawai di salah satu koperasi swasta di Makassar. Sebelumnya psien pernah menjadi sales di salah satu perusahaan selama 2 tahun dan pernah bekerja di Daeler selama 1 tahun. c. Riwayat Pernikahan Pasien sudah menikah dengan wanita pilihannya dan memiliki 2 orang anak (laki-laki dan perempuan). e. Riwayat kehidupan keluarga : Pasien merupakan anak pertama dari 5 bersaudara (L, L, P, L, L). Hubungan dengan keluarga baik. Riwayat gangguan yang sama dalam keluarga tidak ada. f. Situasi sekarang : Pasien tinggal bersama istri dan kedua orang anaknya. g. Persepsi pasein tentang dirinya : Pasien menyadari bahwa dirinya sakit dan butuh pengobatan (derajat 6)
13

III. DM P DM P DM P DM P

AUTOANAMNESA : Assalamu Alaikum pak. Perkenalkan nama saya Rizal, dokter muda yang bertugas disini. Nama bapak siapa ? : Waalaikum salam. Nama saya B. Dok : Ada yang bisa saya bantu pak ? : begini dok, saya itu selalu merasa takut. : Kalau boleh saya tahu apa yang Bapak takutkan? : Saya takut mati dok. : Bisa Bapak ceritakan bagaimana awalnya sampai Bapak merasa demikian? : Iye dok. Awalnya rasa takut itu muncul saat saya sedang mengendarai motor saat itu tiba-tiba terdengar suara guntur yang sangat keras kemudian ada petir yang hampir mengenai saya dok. Semenjak kejadian itu saya sering merasa takut mati.

DM P DM P DM P DM P DM P

: apa yang bapak rasakan pada saat itu? : saya merasa kakiku kram dok, trus jantung saya berdebar-debar. : setelah kejadian itu apa yang Bapak rasakan? : Mulai mi sering datang rasa takutku dok. : Apa rasa takut itu Bapak rasakan sepanjang hari? : Tidak ji Dok, ituji kalau lagi sendirian ka saya merasa ketakutan. : setelah kejadian 3 bulan yang lalu itu, apa ada kejadian lain yang membuat bapak merasa takut mati? : tidak ada dok. : ketika perasaan takutnya muncul, selain merasa kram pada kaki mungkin ada Perasaan lain yang bapak rasakan ? : kalau kram kakiku itu dok hanya pada saat ada guntur itu saja dok, tapi Sekarang kalau saya takut saya selalu merasakan jantung saya berdebar-debar dan keluar mi keringat dinginku.
14

DM P DM P

: Jadi apa yang bapak lakukan kalau muncul perasaan seperti itu ? : Saya biasa tenangkan diriku dengan berzikir dok, alhamdulillah kalau Sudah berdzikir tenangmi saya rasa dok. : Oh, begitu ya pak..ada lagi keluhan yang lain pak ? : iya dok, kadang-kadang juga muncul rasa tegang di leherku dok, sakit juga kepalaku, susah tidur juga, sama nafsu makanku agak kurang.

DM P DM P DM P DM P DM P DM

: susah tidurnya bagaimana pak ? : Tidak tau dok, susah sekali baru bisa tidur, jadi biasanya saya tidur nanti jam 1. : Kalau bapak tidur apakah sering terbangun-bangun? : Tidakji dok. Cuma susah kalau baru mau tidur. : mungkin ada yang bapak pikirkan sampai susah tidur? : iya dok, saya pikir kalau saya meninggal nanti tidak ada yang biayai anak saya. : Kalau boleh tahu anaknya ada berapa pak? : dua ji dok, yang pertama laki-laki kelas 6 SD, yang kedua perempuan kelas 3 SD : Apakah bapak kadang bermimpi buruk? : Tidak pernah dok. : Bagaimana hubungan bapak sama anak istri atau keluarganya, mungkin ada Masalah ?

P DM P

: tidak adaji dok. Baik-baikji hubunganku sama anggota keluargaku. : kalau hubungan bapak dengan teman kerja bapak apa ada masalah? : Tidak ada dok, karena pada dasarnya saya orangnya tidak terlalu suka bergaul. jadi jarang punya masalah dengan orang lain.

DM P DM P

: Jadi bagaimana rencana bapak selanjutnya? : Saya harus lebih giat bekerja dok untuk membahagiakan istri dan anak saya. : Bagaimana pekerjaan bapak dalam 3 bulan terakhir? : Agak terganggu dok, susah ka konsentrasi.
15

DM P DM

: apa masih ada lagi keluhan yang bapak ingin ceritakan? : Tidak Dok : Oh ya pak, rasanya sudah cukup, terima kasih waktunya pak, sebaiknya bapak tidak usah terlalu memikirkan tentang kematian lagi. Soalnya kematian kan sudah ditentukan sama Allah ya pak.

: iya dok, terima kasih banyak atas sarannya.

IV.

STATUS MENTAL a. Deskripsi umum Penampilan : seorang pria, wajah sesaui umur, kulit warna berwarna hitam, memakai baju putih bergaris hitam, memakai topi dan membawa jaket tentara, menggunakan celana kain warna hitam. Kesadaran : Baik Perilaku dan aktivitas psikomotor : saat wawancara pasien duduk sambil menggoyangkan kaki kanannya. Pembicaraan : spontan, lancar, intonasi suara biasa Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif b. Keadaan afektif (mood), perassan, dan empati : Mood : cemas Afek : cemas Keserasian : serasi Empati : dapat dirabarasakan c. Fungsi intelektual (kognitif) : Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan : sesuai dengan taraf pendidikan Daya konsentrasi : baik
16

Orientasi (waktu, tempat, dan orang): baik Daya ingat Pikiran abstrak Bakat kreatif : baik : baik : tidak ditelusuri

Kemampuan menolong diri sendiri : baik d. Gangguan persepsi : Halusinasi Ilusi : tidak ada : tidak ada

Depersonalisasi : tidak ada Derealisasi e. Proses berikir : 1. Arus pikiran : Produktivitas : cukup Kontinuitas : relevan, koheren Hendaya berbahasa : tidak ada : tidak ada

2. Isi pikiran : Preokupasi : pasien selalu memikirkan kematian. Gangguan isi pikiran : tidak ada

f. Pengendalian implus : baik g. Daya nilai : Norma sosial : baik Uji daya nilai : baik Penilaian realitas : baik h. Tilikan (insight) : Derajat 6 (pasien sadar dirinya sakit dan perlu pengobatan)
17

i. Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya

V.

PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LEBIH LANJUT Pemeriksaan fisik dan Neurologis : a. Status internus Keadaan umum tampak baik, kesadaran komposmentis, tekanan darah 110/80 mmHg, N = 88x/I, P = 16x/I, S= 36,6oC. konjungtiva tidak pucat, sclera tidak iskterus, cord dan pulmo dalam batas normal, ekstremitas atas dan bawah tidak ada kelainan. b. Status Neurologis Gejala rangsang selaput otak : kk (-), ks (-)(-), pupil bulat dan isokor 2 mm/2mm, reflex cahaya (+)(+), fungsi motoris dan sensoris keempat ekstremitas dalam batas norma, tidak ditemukan reflex patologis.

IV.

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA Tampak seorang laki-laki, 41 tahun berpakaian rapi datang ke RS dengan keluhan utama merasa takut mati. Hal ini dialaminya sejak 3 bulan yang lalu, dialami tidak terjadi sepanjang hari dan secara tiba-tiba. Pasien selalu memikirkan bahwa jika ia mati maka tidak ada yang membiayai anaknya. Perasaan takut ini awalnya muncul ketika pasien hampir tersambar petir. Saat itu pasien merasa kakinya kram, jantungnya berdebar-debar dan keringat dingin, selain itu pasien juga merasakan susah tidur dan nafsu makan berkurang, perasaan tegang pada leher sampai membuatnya sakit kepala. Dalam pemeriksaan status mental, didapatkan penampilan pasien rapi, perilaku dan aktivitas psikomotor saat wawancara pasien duduk dengan menyerong ke kiri sambil menggerakkan kaki kanannya. afek cemas, empati dapat dirabarasakan. Terdapat preokupasi dimana pasien sering memikirkan kematian. Pengendalian implus dan daya nilai baik, insight derajat 6 dengan taraf dapat dipercaya. Pada pemeriksaan fisik dan neurologis tidak ditemukan kelainan.

VI.

FORMULASI DIAGNOSTIK 1. Gangguan Panik (F41.0) Merupakan keadaan dimana seseorang akan merasa panik yang berlebihan terhadap suatu keadaan-keadaan yang secara objektif tidak berbahaya.
18

Serangan datang secara spontan dan tiba-tiba disertai gejala otonomik yang kuat terutama system kardiovaskular dan sitem pernafasan.

2. Gangguan Cemas Menyeluruh (F41.1) Merupakan kekhawatiran yang berlebihan yang timbul hampir setiap hari, sepanjang hari dan terjadi selama sekurangnya 6 bulan. Penderita akan merasa sulit untuk mengendalikan kekhawatirannya, terdapat pula gejala-gejala somatic seperti ketegangan otot, sulit tidur, kegelisahan dan iritabilitas.

VII.

EVALUASI MULTIAKSIAL Aksis I : Gangguan Anxietas YTT (F.41.9). Aksis II : Pasien orang yang pendiam dan tidak terlalu suka bergaul. Aksis III : Tidak ada diagnosis Aksis IV : Stressor psikososial Aksis V : GAF Scale pasien ini adalah 80-71. Gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah dll.

VIII. DAFTAR PROBLEM Organobiologik : pada pasien tidak ditemukan kelainan fisik yang bermakna, diduga terdapat ketidakseimbangan neurotrasnmitter sehingga pasien memerlukan psikofarmaka.

19

Psikologik : ditemukan adanya perasaan cemas karena pasien merasa takut mati sehingga menimbulkan gejala psikis yang membuat pasien memerlukan psikoterapi. Sosiologik : tidak ditemukan adanaya masalah dalam bidang sosial, ekonomi dan lingkungan.

IX.

PROGNOSIS baik Faktor pendukung : Cepat mendapatkan pengobatan Stresor psikososial jelas pasien sadar dirinya sakit dan mau berobat tidak ada masalah dalam keluarga dan dukungan dari keluarga cukup besar tidak ada riwayat gangguan psikiatrik, medis dan berhubungan zat lainnya Faktor Penghambat : Tidak ditemukan

X.

RENCANA TERAPI a. Psikofarmaka : Alprazolam 0,5 mg 3 x 1/2

b. Psikoterapi supportif berupa: Ventilasi : Memberikan kesempatan pada pasien untuk menceritakan keluhan dan isi hati sehingga perasaan pasien menjadi lega.
20

Konseling : Memberikan pengertian pada pasien tentang penyakitnya dan pasien memahami kondisi dirinya sendiri lebih baik, selain itu pasien dinasehati untuk berobat teratur.

c. Sosioterapi : Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang sekitar tentang penyakit pasien sehingga tercipta dukungan sosial dalam lingkungan yang kondusif sehingga membantu proses penyembuhan X. FOLLOW UP Membantu keadaan umum pasien dan menilai perkembangan penyakit serta menilai efektivitas pengobatan yang diberikan dan kemungkinan munculnya efek samping obat yang diberikan. XI. PEMBAHASAN/TINJAUAN PUSTAKA Ansietas merupakan suatu keadaaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan gejala somatik yang menandakan satu kegiatan berlebihan dari Susunan Saraf Autonomik (SSA). Kecemasan yang dialami dalam menghadapi sesuatu yang mengancam dan berbahaya memberi isyarat pada makhluk hidup agar melakukan tindakan mempertahanan diri untuk menghindar atau mengurangi bahaya. Namun biasanya pasien dengan gangguan kecemasan, mereka membuat penilaian yang berlebihan terhadap kemungkinan terjadinya dan parahnya suatu kejadian yang menakutkan. Gejala kecemasan yang ada pada pasien ini yaitu perasaan takut mati, disertai dengan jantung berdebar-debar, keringat dingin, dan susah tidur. Awalnya keadaan ini mulai dialami pasien sejak pasien mendengar suara Guntur yang sangat keras dan hampir tersambar petir 3 bulan lalu. Gejala ini munculnya dengan tiba-tiba dan tidak setiap waktu, sehingga tidak memenuhi diagnosis gangguan anxietas menyeluruh yang gejala kecemasannya dirasakan hampir setiap waktu. Gangguan anxietas fobik juga dapat disingkirkan karena tidak ada penghindaran terhadap suatu objek yang jelas. Gangguan panik juga dapat dsingkirkan karena tidak terdapat gejala panik. Oleh karena alasan-alasan itu maka diagnosa pasien ini adalah Anxietas YTT.
21

Vous aimerez peut-être aussi