Vous êtes sur la page 1sur 10

ASKEP PADA PASIEN GASTROENTERITIS

A. PENGERTIAN Gastroenteritis yaitu defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa darah dan atau lender dalam tinja. ( Suharyono,1999 ) Gastroenteritis adalah kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih BAB dengan perubahan bentuknya yang encer atau cair. ( Suriadi, 2001 ) Gastroenteritis adalah suatu kondisi pada gaster yang ditandai dengan adanya muntah dan diare yang disebabkan infeksi, alergi, tidak toleran terhadap makanan tertentu atau mencerna toksin. ( Tucker,1998 ) Dari bebepara pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gastroenteritis adalah buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja encer dengan frekukensi lebih banyak dari biasanya. B. ETIOLOGI Penyebab diare dibagi dalam beberapa factor yaitu: 1. Infeksi a.Infeksi internal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama pada anak yang disebabkan infeksi bakteri vibrio E.coli atau salmonella dan enterovirus. b. Infeksi parenteral yaitu infeksi dari bagian tubuh lain di luar alat pencernaan seperti otitis media akut, tonsilofaringitis, infeksi parasit : cacing,protozoa, jamur.keadaan ini terjadi pada bayi dan anak umur dibawah 2 tahun.

2. Malabsorsi a.Mal absorpsi kalbohidrat disakarida ( intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa). Pada bayi dan anak-anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa. b. Mal absorpsi lemak c.Mal absorpsi protein 3. Makanan Makanan basi, baeracun, alergi terhadap makanan 4. Psikologik Rasa takut dan cemas walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang telah besar. C. ANATOMI PATOLOGI Iritasi usus oleh suatu pathogen akan mempengaruhi mukosa usus, sehingga akan terjadi peningkatan produk-produk sekretorik termasuk mucus. Iritasi oleh mikroba juga mempengaruhi lapisan otot sehingga akan terjadi peningkatan motilitas. Peningkatan motilitas meyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang karena waktu yang tersedia untuk penyerapan zat-zat tersebut di dalam kolon akan berkurang. Individu yang mengalami diare berat akan meninggal akibat terjadi syok hipovolemik dan kelinan elektrolit. Toksisn kolera yang dikeluarkan oleh bakteri kolera adalah contoh dari bahan yang sangat merangsang motilitas dan secara langsung akan menyebabkan sekresi air dan elektrolit ke dalam usus besar, sehingga unsusr-unsur plasma yang pentingnini yang terbuang dalam jumlah besar. ( Corwin, 2001 : 521 ) D. PATOFISIOLOGI Gastroenteritis akut ditandai dengan muntah dan diare berakibat kehilangan cairan dan elektrolit. Penyebab utama gastroenteritis akut adalah virus (roba virus, adeno virus enterik, norwalk virus serta parasit (blardia lambia) patogen ini menimbulkan penyakit dengan menginfeksi sel-sel). Organisme ini menghasilkan

enterotoksin atau kritotoksin yang merusak sel atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut. Usus halus adalah organ yang palilng banyak terkena. Gastroenteritis akut ditularkan melalui rute rektal, oral dari orang ke orang. Beberapa fasilitas perawatan harian yang meningkatkan resiko gastroenteritas dapat pula merupakan media penularan. Transpor aktif akibat rangsang toksin bakteri terhadap elektrolit ka dalam usus halus. Sel intestinal mengalami iritasi dan meningkatkan sekresi cairan dan elektrolit, mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga akan menurunkan area permukaan intestinal. Perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorpsi cairan dan elektrolit. Peradangan dapat mengurangi kemampuan intestinal mengabsorpsi cairan dan elektrolit hal ini terjadi pada sindrom mal absorpsi yang meningkatkan motilitas usus intestinal. Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan gangguan dari absorbsi dan sekresi cairan dan elektroli yang berlebihan. Cairan potasium dan dicarbonat berpindah dari rongga ekstra seluler ke dalam tinja sehingga menyebabkan dehidrasi, kekurangan elektrolit dapat terjadi asidosis metebolik. ( Suriadi,2004: 83) Iritasi usus oleh suatu patogen mempengaruhi lapisan mukosa usus sehingga terjadi produk sekretonik termasuk mukus. Iritasi mikroba juga mempengaruhi lapisan otot sehingga terjadi peningkatan motiltas menyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang, karena waktu yang tersedia untuk penyerapan zat-zat tersebut di colon berkurang. (Corwin,2000:321)

E. PATHWAY Faktor malabsorpsi Faktor psikologis Faktor infeksi Faktor makanan

Malabsorpsi laktosa

Stress

Masuk ke saluran cerna Bakteri mengeluarkan toxin Iritasi mukosa usus

Makanan basi, beracun

Peningkatan osmotik u Penggeseran cairan dan elektrolit ke rongga usus

Stimulasi ke hipotalamus Merangsang para simpatis

Masuk saluran cerna

Isi rongga usus meningkat

Hiperperistaltik

Sekresi cairan dan elektrolit rongga usus meningkat

Peningkatan asam lambung

Diare

Iritasi mukosa usus Output berlebih Mual muntah, anoreksia

Hospitalisasi

Peningkatan frekwensi BAB Pruritus, lembab

Terpasang infus

Porte deentre bakteri, kuman

Iritasi anus, bokong

Kekurangan volume cairan dan elektrolit

Intake inadekuat

Resti infeksi

Resti gangguan integritas kulit

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

F. MANIFESTASI KLINIS Gejala awal adalah anak menjadi cengeng dan gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan menurun kemudian timbul diare tinja cair, mungkin mengandung darah atau lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu, anus dan sekitarnya menjadi lecet karena tinja menjadi asam akibatnya, banyaknya asam laktat yang terjadi dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah dehidrasi diare. Bila penderita telah banyak kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi.berat badan menurun pada bayi, ubun-ubun besar dan cekung, tonus dan turgor otot kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir menjadi kering. Gejala klinis sesuai tingkat dehidrasi adalah sebagai berikut : a. Dehidrasi ringan (kehilangan 2,5% BB) Kesadaran komposmentis, nadi kurang dari 120 kali per menit, pernafasan biasa, ubun-ubun besar agak cekung, mata agak cekung, turgor dan tonus biasa, mulut kering. b. Dehidrasi sedang (kehilangan 6,9 % BB) Kesadaran gelisah, nadi 120-140 kali per menit, pernafasan agak cepat, ubun-ubun besar cekung, mata tampak cekung, turgor dan tonus agak kurang, mulut kering c. Dehidrasi berat (kehilangan > 10 % BB) Kesadaran apatis sampai koma, nadi lebih dari 140 kali permenit, pernafasan kusmaul, ubun-ubun besar cekung sekali, turgor dan tonus kurang sekali, mulut kering dan sianosis Gangguan keseimbangan asam dan basa dan elektrolit. a. Cairan yang banyak keluar melalui BAB menyebabkan kehilangan bikarbonat, sehingga PH menurun, PCO2 meningkat, asidosis metabolik yang ditandai pernafasan kusmaul. b. Terjadi hipo/hipertermi (< 130 atau > 150 mEq/L), hipokalemia (< 3 mEq). c. Hipoglikemi gangguan gizi

d. Syok hipovolemi. G. FOKUS PENGKAJIAN 1. kepala ubun-ubun ( pada infant ) tampak cekung, gangguan pertumbuhan rambut, rambut kusam, tidak mengkilap dan rontok. Mata Palpebra tampak cekung, konjungtiva anemis Mulut Warna dan kelembaban, adanya lesi, bersisik / mengelupas dan kering Abdomen Nyeri tekan, abdomen tegang, distensi, hipertimpani, peristaltik meningkat, berat badan menurun. Kulit Warna kulit, hidrasi, kering,turgor kulit menurun, keringat banyak. TTV Suhu meningkat, nadi cepat, respirasi meningkat, TD meningkat atau menurun. 2. K menurun ) hematokrit meningkat, asidosis metabolik warna, jumlah, berat jenis (Doenges,2000; 473-475) pemeriksaan urin Pemeriksaan penunjang pemeriksaan feses konsistensi, peningkatan leukosit, darah, lendir dan mikroorganisme pemeriksaan darah pemeriksaan elektrolit ( Na meningkat / menurun, Pemeriksaan fisik

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan banyak melalui rute normal ( diare berat, muntah ), pemasukan terbatas ( mual ). 2. Resti terhadap kekurangan nutrisi dari kebutuhan berhubungan denngan intake inadekuat 3. 4. Resti terhadap gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi anal Resti terhadap infeksi berhubungan dengan porte deentre kuman / bakteri sekunder (Doenges,1999:476-502) I. INTERVENSI DAN RASIONALISASI 1. Gangguan keseimbangan terbatas ( mual ) Kriteria Hasil : a. Mempertahankan keseimbangan cairan b. Turgor kulit baik c. Hidrasi adekuat dibuktikan oleh menbran mukosa lembab Intervensi dan Rasionalisai : Intervensi :mengawasi masukan dan haluaran, karakter dan jumlah feses, perkiraan kehilanhan yang tidak terlihat dehidrasi Rasionalisasi :memberikan informais tentang keseimbangan cairan fungsi ginjal dan control penyakit usus juga merupan pendoaman untuk penggantian cairan Intervensi : kaji TTV cairan Intervensi :observasi kulit kering berlebihan dan membrane mukosa, penurunan turgor kulit Rasionalisasi :hipotensi, takikardi, demam dapat menunjukan respon terhadap cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan banyak melalui rute normal ( diare berat, muntah ), pemasukan

Rasionalisasi :menunjukan kehilangan cairan berlebih / dehidrasi Intervensi Intervensi Intervensi Rasionalisasi :ukur BB setiap hari : kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi : awasi hasil laboratorium, misalnya Ht dan elektrolit :mendeteksi homeostasis / ketidakseimbangan, membantu menentukan kebutuhan penggantian. 2. Resti terhadap kekurangan nutrisi dari kebutuhan berhubungan denngan intake inadekuat Kriteria Hasil : a. Berat badan stabil b. Pengungkapan pemahaman pengaruh individual pada masukan adekuat. c. Berpartisipasi dalam masukan diet. Intervensi dan Rasionalisasi : Intervensi Intervensi : menimbang BB setiap hari : memberikan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan yang menyenangkan dengan situasi tidak terburu-buru Rasionalisasi : lingkungan yangn tenang akan menurunkan stress dan lebih kodusif untuk makan Intervensi Intervensi : batasi makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen : mencatat masukan dan perubahan simatologi dinikmati dapat meningkatkan masukan Intervensi : pemberian cairan elektrolit sesuai indikasi Rasionalisasi : membantu memenuhi kekurangan cairan 3. Resti terhadap gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi anal Rasionalisasi : mencegah serangan akut / ekserbasi gejala Rasionalisasi : memberikan rasa control dan kesempatan yang diinginkan / Rasionalisasi : memberikan informai tentang kebutuhan diet dan keaktifan terapi Rasionalisasi : indicator cairan dan status nutrisi Rasionalisasi : menurunkan kehilangan cairan

Kriteria Hasil : a. Menunjukkan jaringan atau kulit utuh yang bebas akskoriasi. b. Melaporkan tak ada atau penurunan pruritus. Intervensi dan Rasionalisasi : Intervensi : observasi kemerahan, pucat pengobatan intensif Intervensi :diskusikan pentingnya perubahan posisi yang sering untuk mempertahankan aktifitas Rasionalisasi : meningkatkan sirkulai dan perfusi kulit dengan mencegah tekan lama pada jaringan Intervensi Intervensi Intervensi : gunakan krim dua kali sehari dan setelah mandi : pijat kulit khususnya diatas penonjolan tulang : tekankan pentingnya nutrisi / cairan adekuat Rasionalisasi : melicinkan kulit dan menurunkan gatal Rasionalisasi : memperbaiki sirkulasi pada kulit, meningkatkan tonus kulit Rasionalisasi : perbaikan nutrisi dan hidrasi akan memperbaiki kondisi kulit 4. Resti terhadap infeksi berhubungan dengan porte deentre kuman / bakteri sekunder Kriteria Hasil : a. Pasien menunjukkan penyembuhan luka utuh b. Jaringan tampak bergranulasi c. Bebas tanda-tanda infeksi Intervensi dan Rasionalisasi : Intervensi Intervensi : tekankan teknik mencuci tangan yang tepat : pertahankan teknik aseptic pada penggantian balutan pada prosedur invasive Rasionalisasi : menurunkan resiko infeksi nosokomial Intervensi : kolaborasi berikan antimikroba topical / antibiotic sesui indikasi Rasionalisasi : mencegah penyebaran bakteri dan kontaminasi kuman Rasionalisasi : area ini meningkatkan resiko untuk kerusakan dan memrlukan

Rasionalisasi : dapat menurunkan kolonisasi bakteri atau jamur yang terjadi pada kulit dan mencegah infeksi atau lu

Vous aimerez peut-être aussi