Vous êtes sur la page 1sur 13

Asma Bronkial

Patofisiologi
Seperti yang telah diutarakan terdahulu, asma terjadi pada orang yang mempunyai kelabilan bronkus tinggi terhadap berbagai faktor pencetus. Faktor pencetus akan mengaktifkan respon imunitas, dan mediator-mediator peradangan akan dilepaskan sebagai akibatnya. Lepasnya berbagai mediator peradangan akan memunculkan reaksi pada tubuh penderita, dalam hal ini khususnya pada saluran pernafasan. Pada respon imunitas tersebut, imunoglobulin E (IgE) akan berikatan dengan alergen dan hal tersebut akan menyebabkan terjadinya degranulasi dari sel mast. Sel mast akan melepaskan histamin dan histamin akan menyebabkan terjadinya berbagai hal seperti: Bronkospasme (otot polos bronkus mengalami kontraksi) Edema mukosa bronkus (akibat meningkatnya permeabilitas kapiler) Hipersekresi mukus dalam lumen bronkus (selain itu juga terjadi peningkatan viskositas mukus) Kongesti dan pembengkakan ruang interstisial paru Akibat dari hal-hal tersebut, terjadi hambatan aliran udara yang masuk ke dalam paru dan akibatnya terjadi juga penurunan ventilasi alveolar. Tentu saja dapat kita bayangkan betapa sesaknya seseorang bila mengalami hal tersebut. Lendir (mukus) pada saluran pernafasan yang seharusnya dapat dikeluarkan menjadi sulit untuk dilepaskan. Hal ini merupakan akibat dari penyempitan bronkus dan viskositas mukus yang meningkat (lendir menjadi kental). Selain itu, sebagian epitel bersilia (yang bertugas untuk mengantarkan mukus keluar) juga rusak dan hilang terlepas. Semua faktor ini menyebabkan lendir tertahan di saluran pernafasan (seakan menjadi sumbat mukus). Aliran udara yang terhambat mengakibatkan hantaran oksigen (O2) ke dalam darah menjadi berkurang, dan pengeluaran karbondioksida (CO2) dari darah pun terhambat pula. Kesulitan dalam mengeluarkan karbondioksida mula-mula masih dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi berupa hiperventilasi pada sebagian alveolus. Dengan terjadinya hiperventilasi, karbondioksida dapat dikeluarkan. Proses ini seringkali ditandai dengan turunnya tekanan parsial CO2 (PCO2) darah arteri di bawah 45 mmHg. Bila asma semakin berat, proses kompensasi pun sudah terlampaui. Pada saat ini PCO2 darah akan kembali ke tingkat normal (seakan-akan membaik) atau bahkan melampaui tingkat normal. Tanda ini harus benar-benar kita waspadai. Jadi bila kita menjumpai PCO2 darah arteri 45 mmHg, mungkin saja hal tersebut bukan menandakan hal yang baik, malah pemburukan keadaan. Kita tidak boleh alpa untuk memperhatikan tekanan parsial O2. Berbeda dengan karbondioksida, hambatan hantaran oksigen ke dalam darah tidak dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi. Akibatnya, tekanan parsial O2 (PO2) darah akan turun terus seiring dengan bertambah beratnya keadaan yang diderita. Bila PO2 darah < 60 mmHg, maka penderita sudah mengalami asma berat.

Catatan
Riwayat asma dalam keluarga, yang menjadi faktor predisposisi bagi seorang penderita, menunjukkan bahwa faktor genetika (keturunan) memegang peranan cukup penting dalam meningkatkan kemungkinan timbulnya asma pada seseorang.

Seorang anak yang menderita asma tidak harus menderita asma sepanjang hidupnya. Asma pada anak dapat saja hilang, hanya kecenderungannya untuk menderita alergi biasanya menetap. Seseorang yang semasa kecilnya tidak pernah menderita asma, bisa saja mengalaminya setelah dewasa. Hal ini mungkin disebabkan oleh terjadinya peningkatan kepekaan terhadap alergen tertentu (dengan kata lain, alerginya bertambah parah). Olah raga dapat juga mencetuskan asma, karena pada saat berolahraga, aliran udara akan sangat meningkat. Pada saat itu udara belum cukup mendapatkan penghangatan dan pelembaban. Hal ini dapat mencetuskan terjadinya asma. Emosi dapat mencetuskan asma melalui peningkatan aktivitas sistim parasimpatis. Ronkhi yang terdengar pada penderita asma diakibatkan oleh turbulensi udara di saluran pernafasan dan getaran mukus pada bronkus. Tanda ini memang tidak khas dan dapat juga terdengar pada penyakit lain. Pada penderita asma berat, batuk justru lebih nyata pada saat gangguan sesak nafas mulai membaik. Hal ini dikarenakan pada saat itu, proses pembersihan mukus dari saluran pernafasan mulai berjalan baik.

Asma Bronkial
Asma bronkial adalah penyakit paru kronik yang disebabkan oleh kepekaan yang berlebihan dari saluran pernafasan, khususnya trakea dan bronkus. Gejala asma sangat bervariasi mulai dari sangat ringan sampai mengancam jiwa. Gejala asma pun bersifat hilang timbul, baik dengan atau tanpa pengobatan. Setiap orang bisa menderita asma, tapi serangan asma memang lebih sering muncul pada anak-anak berusia kurang dari 5 tahun, dan orang dewasa pada usia 30-tahunan. Faktor alergi memegang peranan penting pada sebagian besar penderita asma. Walau demikian, pada sebagian penderita, kita tidak dapat menemukan faktor alergi yang mendasarinya. Kelabilan dari trakea dan bronkus menyebabkan penderita menjadi lebih rentan terhadap paparan sejumlah faktor, yang kita sebut sebagai faktor pencetus. Faktor pencetus sangat beragam dan bisa berbeda-beda pada setiap penderita. Ada yang tidak tahan terhadap udara dingin, ada yang tidak tahan terhadap debu, bahkan ada yang langsung kumat penyakitnya bila terbahak-bahak. Pada saat seorang penderita terpapar oleh sebuah faktor pencetus, yang terjadi adalah penyempitan dari saluran nafas. Penyempitan ini disebabkan oleh: Kontraksi otot polos bronkus (bronkospasme) Pembengkakan mukosa bronkus Peningkatan jumlah dan kekentalan lendir (mukus) Penyempitan tersebut menyebabkan penderita mengalami kesulitan bernafas dan timbullah sesak nafas. Bila jalan nafas sangat menyempit, penderita harus mengerahkan seluruh otototot pernafasan agar dapat bernafas dengan lebih baik. Kadangkala dapat kita lihat cuping hidung penderita pun ikut berkembang-kempis, yang menandakan otot bantu pernafasan telah dikerahkan sepenuhnya. Saluran udara yang menyempit juga menyebabkan aliran udara yang melewatinya menimbulkan bunyi seperti peluit. Bunyi yang mengalun nyaring ini kita kenal dengan istilah mengi (wheezing).

Faktor risiko
Riwayat asma dalam keluarga Terpajan asap rokok semasa dalam kandungan Sering mengalami infeksi saluran pernafasan Infeksi Respiratory Synctitial Virus (RSV) pada masa bayi Hidup di daerah perkotaan

Faktor pencetus
Makanan tertentu Polusi udara (termasuk juga debu) Cuaca dan lingkungan (termasuk suhu dan kelembaban) Emosi (bahkan tertawa pun dapat mencetuskan asma) Infeksi saluran pernafasan Aktivitas fisik tertentu, termasuk olah raga Obat-obatan tertentu Wangi-wangian tertentu Berbagai alergen lainnya, seperti bulu binatang dan lain-lain

Gejala dan tanda klinis


Gejala dan tanda klinis sangat dipengaruhi oleh berat ringannya asma yang diderita. Bisa saja seorang penderita asma hampir-hampir tidak menunjukkan gejala yang spesifik sama sekali, di lain pihak ada juga yang sangat jelas gejalanya. Yang sangat dikenal oleh masyarakat biasanya adalah bunyi mengi yang khas (walaupun sesungguhnya bunyi mengi belum tentu berarti asma). Selain itu penderita biasanya mengeluhkan sesak nafas terutama sangat mengeluarkan nafas, batuk dan lendir yang kental. Dokter biasanya akan melakukan tanya-jawab dan pemeriksaan yang teliti. Bila perlu, dokter akan menganjurkan untuk melakukan berbagai pemeriksaan tambahan.

Pengobatan
Umum Penderita diusahakan agar tenang Beri cairan yang cukup Pemberian oksigen, bila perlu Obat-obatan Dokter akan memberikan obat-obat sesuai dengan keadaan penderita. Yang penting minumlah obat secara teratur sesuai petunjuk dokter.

Pencegahan
Kenali dan hindari berbagai faktor yang dapat mencetuskan asma pada penderita. Yang perlu diingat, faktor pencetus tersebut bisa berbeda-beda pada setiap individu. Minum obat secara teratur sesuai petunjuk dokter.

Catatan
Riwayat asma dalam keluarga yang menjadi faktor predisposisi bagi seorang penderita menunjukkan bahwa faktor genetika (keturunan) memegang peranan yang cukup penting dalam meningkatkan kemungkinan timbulnya asma pada seseorang. Seorang anak yang menderita asma tidak harus menderita asma sepanjang hidupnya. Asma pada anak dapat saja hilang, hanya kecenderungannya untuk menderita alergi biasanya terus menetap. Seseorang yang semasa kecilnya tidak pernah menderita asma, bisa saja mengalaminya setelah dewasa. Hal ini mungkin disebabkan oleh terjadinya peningkatan kepekaan terhadap alergen tertentu (dengan kata lain, alerginya bertambah parah). Olah raga dapat juga mencetuskan asma, karena pada saat berolahraga, aliran udara akan sangat meningkat. Pada saat itu udara belum cukup mendapatkan penghangatan dan pelembaban. Hal ini dapat mencetuskan terjadinya asma.

Asma Bronkial
Asma bronkial adalah penyakit paru kronik yang disebabkan oleh kepekaan yang berlebihan dari saluran pernafasan, khususnya trakea dan bronkus. Gejala asma sangat bervariasi mulai dari sangat ringan sampai mengancam jiwa. Gejala asma pun bersifat hilang timbul, baik dengan atau tanpa pengobatan. Setiap orang bisa menderita asma, tapi serangan asma memang lebih sering muncul pada anak-anak berusia kurang dari 5 tahun, dan orang dewasa pada usia 30-tahunan. Faktor alergi memegang peranan penting pada sebagian besar penderita asma. Walau demikian, pada sebagian penderita, kita tidak dapat menemukan faktor alergi yang mendasarinya. Kelabilan dari trakea dan bronkus menyebabkan penderita menjadi lebih rentan terhadap paparan sejumlah faktor, yang kita sebut sebagai faktor pencetus. Faktor pencetus sangat beragam dan bisa berbeda-beda pada setiap penderita. Ada yang tidak tahan terhadap udara dingin, ada yang tidak tahan terhadap debu, bahkan ada yang langsung kumat penyakitnya bila terbahak-bahak. Pada saat seorang penderita terpapar oleh sebuah faktor pencetus, yang terjadi adalah penyempitan dari saluran nafas. Penyempitan ini disebabkan oleh: Kontraksi otot polos bronkus (bronkospasme) Pembengkakan mukosa bronkus Peningkatan jumlah dan kekentalan lendir (mukus) Penyempitan tersebut menyebabkan penderita mengalami kesulitan bernafas dan timbullah sesak nafas. Bila jalan nafas sangat menyempit, penderita harus mengerahkan seluruh otot-otot pernafasan agar dapat bernafas dengan lebih baik. Kadangkala dapat kita lihat cuping hidung penderita pun ikut berkembang-kempis, yang menandakan otot bantu pernafasan telah dikerahkan sepenuhnya.

Saluran udara yang menyempit juga menyebabkan aliran udara yang melewatinya menimbulkan bunyi seperti peluit. Bunyi yang mengalun nyaring ini kita kenal dengan istilah mengi (wheezing).

Faktor risiko
Riwayat asma dalam keluarga Terpajan asap rokok semasa dalam kandungan Sering mengalami infeksi saluran pernafasan Infeksi Respiratory Synctitial Virus (RSV) pada masa bayi Hidup di daerah perkotaan Makanan tertentu Polusi udara (termasuk juga debu) Cuaca dan lingkungan (termasuk suhu dan kelembaban) Emosi (bahkan tertawa pun dapat mencetuskan asma) Infeksi saluran pernafasan Aktivitas fisik tertentu, termasuk olah raga Obat-obatan tertentu Wangi-wangian tertentu Berbagai alergen lainnya, seperti bulu binatang dan lain-lain

Faktor pencetus

Gejala dan tanda klinis


Gejala dan tanda klinis sangat dipengaruhi oleh berat ringannya asma yang diderita. Bisa saja seorang penderita asma hampir-hampir tidak menunjukkan gejala yang spesifik sama sekali, di lain pihak ada juga yang sangat jelas gejalanya. Yang sangat dikenal oleh masyarakat biasanya adalah bunyi mengi yang khas (walaupun sesungguhnya bunyi mengi belum tentu berarti asma). Selain itu penderita biasanya mengeluhkan sesak nafas terutama sangat mengeluarkan nafas, batuk dan lendir yang kental. Dokter biasanya akan melakukan tanya-jawab dan pemeriksaan yang teliti. Bila perlu, dokter akan menganjurkan untuk melakukan berbagai pemeriksaan tambahan.

Pengobatan
Umum Penderita diusahakan agar tenang Beri cairan yang cukup Pemberian oksigen, bila perlu Obat-obatan Dokter akan memberikan obat-obat sesuai dengan keadaan penderita. Yang penting minumlah obat secara teratur sesuai petunjuk dokter.

Pencegahan
Kenali dan hindari berbagai faktor yang dapat mencetuskan asma pada penderita. Yang perlu diingat, faktor pencetus tersebut bisa berbeda-beda pada setiap individu. Minum obat secara teratur sesuai petunjuk dokter

Catatan

Riwayat asma dalam keluarga yang menjadi faktor predisposisi bagi seorang penderita menunjukkan bahwa faktor genetika (keturunan) memegang peranan yang cukup penting dalam meningkatkan kemungkinan timbulnya asma pada seseorang. Seorang anak yang menderita asma tidak harus menderita asma sepanjang hidupnya. Asma pada anak dapat saja hilang, hanya kecenderungannya untuk menderita alergi biasanya terus menetap. Seseorang yang semasa kecilnya tidak pernah menderita asma, bisa saja mengalaminya setelah dewasa. Hal ini mungkin disebabkan oleh terjadinya peningkatan kepekaan terhadap alergen tertentu (dengan kata lain, alerginya bertambah parah). Olah raga dapat juga mencetuskan asma, karena pada saat berolahraga, aliran udara akan sangat meningkat. Pada saat itu udara belum cukup mendapatkan penghangatan dan pelembaban. Hal ini dapat mencetuskan terjadinya asma.

Asma Bronkial
Definisi
Asma bronkial adalah gangguan pada saluran pernafasan yang ditandai dengan meningkatnya kepekaan trakea dan bronkus terhadap berbagai stimulus (rangsangan), dan bermanifestasi sebagai penyempitan saluran pernafasan yang bersifat episodik, dapat membaik dengan atau tanpa pengobatan.

Pendahuluan
Istilah asma berasal dari bahasa Yunani asthma yang berarti "sengal-sengal". Dalam pengertian klinik, asma dapat kita artikan sebagai batuk yang disertai sesak nafas berulang dengan atau tanpa disertai mengi. Penyebab asma dapat berasal dari gangguan pada saluran pernafasan, yang kita kenal sebagai asma bronkial, dan bisa juga berasal dari jantung. Yang kedua ini kita kenal dengan istilah asma jantung (asthma cardiale). Istilah bronkial sendiri merujuk pada bronkus. Istilah tersebut berasal dari bahasa Inggris, bronchial. Dengan demikian, asma bronkial dapat dipahami sebagai asma yang penyebabnya berkaitan dengan bronkus. Pada penderita asma bronkial (catatan: untuk selanjutnya kita sebut "asma" saja) terjadi penyempitan bronkus secara berulang-ulang. Di antara masa serangan tersebut, terdapat masa di mana fungsi ventilasi paru mendekati keadaan normal. Penyebab dari serangan yang berulang-ulang tersebut adalah kelabilan bronkus yang abnormal terhadap berbagai faktor. Akibat kelabilan ini, penyempitan bronkus mudah terjadi. Kelabilan bronkus terjadi baik pada mereka yang memiliki kecenderungan alergi maupun yang tidak. Faktor alergi memang memegang peranan penting pada sebagian besar penderita asma. Walau demikian, pada sebagian penderita, kita tidak dapat menemukan faktor alergi yang mendasarinya. Setiap orang bisa menderita asma, tapi serangan asma memang lebih sering muncul pada anak-anak berusia kurang dari 5 tahun, dan orang dewasa pada usia 30-tahunan.

Faktor risiko

Riwayat asma dalam keluarga Terpajan asap rokok semasa dalam kandungan Sering mengalami infeksi saluran pernafasan Infeksi Respiratory Synctitial Virus (RSV) pada masa bayi Hidup di daerah perkotaan Makanan tertentu Polusi udara (termasuk juga debu) Cuaca dan lingkungan (termasuk suhu dan kelembaban) Emosi (bahkan tertawa pun dapat mencetuskan asma) Infeksi saluran pernafasan Aktivitas fisik tertentu, termasuk olah raga Obat-obatan tertentu Wangi-wangian tertentu Berbagai alergen lainnya, seperti bulu binatang dan lain-lain

Faktor pencetus

Etiologi
Biasanya merupakan suatu reaksi alergi terhadap substansi yang berada di udara, atau sebuah respon terhadap perubahan yang mendadak pada suhu udara.
Asma Definisi Hidroterapi Latihan pernafasan Pengobatan dengan tanaman obat

Definisi: Asma adalah suatu penyakit pada saluran pernafasan. Gejala-gejalanya adalah perasaan sesak pada dada, nafas pendek, tersengal-sengal dan batuk-batuk. Hidroterapi: Adakan pendemahan pada dada, 2 kali sehari, lihat fomentasi. <tips_fomentasi.htm> Hirup uap, 2 kali sehari. prosedur ada pada tips hirup uap hangat <tips_uaphangat.htm>. Adakan latihan pernafasan selama 10-15 menit bila tidak ada serangan asma , 4 kali sehari Latihan pernapasan Posisi: Duduk santai pada sebuah kursi, punggung diganjal dengan bantal. hirup udara melalui hidung. Kemudian kerutkan bibir, seakan-akan hendak meniup melalui sedotan. Hembuskan udara 2 kali lebih lama dari ketika menghirupnya. Tambahkan waktu hembusan sedikit demi sedikit. Istirahat setelah ,menghembus dan menghirup udara 3 kali secara normal sebelum memulai lagi cara pernafasan tadi . Ini dapat dilakukan di pagi hari, siang hari dan pada malam hari, sebelum tidur. Ini dapat dilakukan juga bila nafas menjadi pendek sementara melakukan gerak badan serta kegiatan lainnya. Pengobatan dengan tanaman obat 1. Kulit Pohon Asam (Tamarindus indica L.) Rajang dan rebus sekerat kulit kayunya dalam 3 gelas air selama 10 menit, dengan dosis: Dewasa :1 mangkuk setiap selesai makan dan sebelum tidur. Anak-anak :1/2 mangkuk, 4 kali sehari (setelah makan dan sebelum tidur) Bayi :2 sendok makan, 4 kali sehari (setelah makan dan sebelum tidur) 2. Daun dan kembang bayam duri (Amaranthus spinosus. L)

Rebus 5 batang muda bayam duri yang dirajang bersama kembang dan daun dalam 5 gelas air selama 10 menit. Dosis: Dewasa : 1 mangkuk, 4 kali sehari. Anak-anak: 1/2 mangkuk, 4 kali sehari Bayi : 2 sendok makan, 4 kali sehari. http://www.ub.net.id/Tips/tips_asma.htm

Asma

Definisi
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan; penyempitan ini bersifat sementara.

Penyebab
Pada penderita asma, penyempitan saluran pernafasan merupakan respon terhadap rangsangan yang pada paru-paru normal tidak akan mempengaruhi saluran pernafasan. Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, udara dingin dan olahraga. Pada suatu serangan asma, otot polos dari bronki mengalami kejang dan jaringan yang melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya peradangan dan pelepasan lendir ke dalam saluran udara. Hal ini akan memperkecil diameter dari saluran udara (disebut bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernafas. Sel-sel tertentu di dalam saluran udara (terutama sel mast) diduga bertanggungjawab terhadap awal mula terjadinya penyempitan ini. Sel mast di sepanjang bronki melepaskan bahan seperti histamin dan leukotrien yang menyebabkan terjadinya: - kontraksi otot polos - peningkatan pembentukan lendir - perpindahan sel darah putih tertentu ke bronki. Sel mast mengeluarkan bahan tersebut sebagai respon terhadap sesuatu yang mereka kenal sebagai benda asing (alergen), seperti serbuk sari, debu halus yang terdapat di dalam rumah atau bulu binatang. Tetapi asma juga bisa terjadi pada beberapa orang tanpa alergi tertentu. Reaksi yang sama terjadi jika orang tersebut melakukan olah raga atau berada dalam cuaca dingin. Stres dan kecemasan juga bisa memicu dilepaskannya histamin dan leukotrien. Sel lainnya (eosnofil) yang ditemukan di dalam saluran udara penderita asma melepaskan bahan lainnya (juga leukotrien), yang juga menyebabkan penyempitan saluran udara.

Patofisiologi
Seperti yang telah diutarakan terdahulu, asma terjadi pada orang yang mempunyai kelabilan bronkus tinggi terhadap berbagai faktor pencetus. Faktor pencetus akan mengaktifkan respon imunitas, dan mediator-mediator peradangan akan dilepaskan sebagai akibatnya. Lepasnya berbagai mediator peradangan akan

memunculkan reaksi pada tubuh penderita, dalam hal ini khususnya pada saluran pernafasan. Pada respon imunitas tersebut, imunoglobulin E (IgE) akan berikatan dengan alergen dan hal tersebut akan menyebabkan terjadinya degranulasi dari sel mast. Sel mast akan melepaskan histamin dan histamin akan menyebabkan terjadinya berbagai hal seperti: Bronkospasme (otot polos bronkus mengalami kontraksi) Edema mukosa bronkus (akibat meningkatnya permeabilitas kapiler) Hipersekresi mukus dalam lumen bronkus (selain itu juga terjadi peningkatan viskositas mukus) Kongesti dan pembengkakan ruang interstisial paru Akibat dari hal-hal tersebut, terjadi hambatan aliran udara yang masuk ke dalam paru dan akibatnya terjadi juga penurunan ventilasi alveolar. Tentu saja dapat kita bayangkan betapa sesaknya seseorang bila mengalami hal tersebut. Lendir (mukus) pada saluran pernafasan yang seharusnya dapat dikeluarkan menjadi sulit untuk dilepaskan. Hal ini merupakan akibat dari penyempitan bronkus dan viskositas mukus yang meningkat (lendir menjadi kental). Selain itu, sebagian epitel bersilia (yang bertugas untuk mengantarkan mukus keluar) juga rusak dan hilang terlepas. Semua faktor ini menyebabkan lendir tertahan di saluran pernafasan (seakan menjadi sumbat mukus). Aliran udara yang terhambat mengakibatkan hantaran oksigen (O2) ke dalam darah menjadi berkurang, dan pengeluaran karbondioksida (CO2) dari darah pun terhambat pula. Kesulitan dalam mengeluarkan karbondioksida mula-mula masih dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi berupa hiperventilasi pada sebagian alveolus. Dengan terjadinya hiperventilasi, karbondioksida dapat dikeluarkan. Proses ini seringkali ditandai dengan turunnya tekanan parsial CO2 (PCO2) darah arteri di bawah 45 mmHg. Bila asma semakin berat, proses kompensasi pun sudah terlampaui. Pada saat ini PCO2 darah akan kembali ke tingkat normal (seakan-akan membaik) atau bahkan melampaui tingkat normal. Tanda ini harus benar-benar kita waspadai. Jadi bila kita menjumpai PCO2 darah arteri 45 mmHg, mungkin saja hal tersebut bukan menandakan hal yang baik, malah pemburukan keadaan. Kita tidak boleh alpa untuk memperhatikan tekanan parsial O2. Berbeda dengan karbondioksida, hambatan hantaran oksigen ke dalam darah tidak dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi. Akibatnya, tekanan parsial O2 (PO2) darah akan turun terus seiring dengan bertambah beratnya keadaan yang diderita. Bila PO2 darah < 60 mmHg, maka penderita sudah mengalami asma berat.

Gejala
Frekuensi dan beratnya serangan asma bervariasi. Beberapa penderita lebih sering terbebas dari gejala dan hanya mengalami serangan serangan sesak nafas yang singkat dan ringan, yang terjadi sewaktu-waktu. Penderita lainnya hampir selalu mengalami batuk dan mengi (bengek) serta mengalami serangan hebat setelah menderita suatu infeksi virus, olah raga atau setelah terpapar oleh alergen maupun iritan. Menangis atau tertawa keras juga bisa menyebabkan timbulnya gejala. Suatu serangan asma dapat terjadi secara tiba-tiba ditandai dengan nafas yang berbunyi (wheezing, mengi, bengek), batuk dan sesak nafas. Bunyi mengi terutama terdengar ketika penderita menghembuskan nafasnya. Di lain waktu, suatu serangan asma terjadi secara perlahan dengan gejala yang secara bertahap semakin memburuk.

Pada kedua keadaan tersebut, yang pertama kali dirasakan oleh seorang penderita asma adalah sesak nafas, batuk atau rasa sesak di dada. Serangan bisa berlangsung dalam beberapa menit atau bisa berlangsung sampai beberapa jam, bahkan selama beberapa hari. Gejala awal pada anak-anak bisa berupa rasa gatal di dada atau di leher. Batuk kering di malam hari atau ketika melakukan olah raga juga bisa merupakan satu-satunya gejala. Selama serangan asama, sesak nafas bisa menjadi semakin berat, sehingga timbul rasa cemas. Sebagai reaksi terhadap kecemasan, penderita juga akan mengeluarkan banyak keringat. Pada serangan yang sangat berat, penderita menjadi sulit untuk berbicara karena sesaknya sangat hebat. Kebingungan, letargi (keadaan kesadaran yang menurun, dimana penderita seperti tidur lelap, tetapi dapat dibangunkan sebentar kemudian segera tertidur kembali) dan sianosis (kulit tampak kebiruan) merupakan pertanda bahwa persediaan oksigen penderita sangat terbatas dan perlu segera dilakukan pengobatan. Meskipin telah mengalami serangan yang berat, biasanya penderita akan sembuh sempurna, Kadang beberapa alveoli (kantong udara di paru-paru) bisa pecah dan menyebabkan udara terkumpul di dalam rongga pleura atau menyebabkan udara terkumpul di sekitar organ dada. Hal ini akan memperburuk sesak yang dirasakan oleh penderita.

Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejalanya yang khas. Untuk memperkuat diagnosis bisa dilakukan pemeriksaan spirometri berulang. Spirometri juga digunakan untuk menilai beratnya penyumbatan saluran udara dan untuk memantau pengobatan. Menentukan faktor pemicu asma seringkali tidak mudah. Tes kulit alergi bisa membantu menentukan alergen yang memicu timbulnya gejala asma. Jika diagnosisnya masih meragukan atau jika dirasa sangat penting untuk mengetahui faktor pemicu terjadinya asma, maka bisa dilakukan bronchial challenge test.

Pengobatan
Obat-obatan bisa membuat penderita asma menjalani kehidupan normal. Pengobatan segera untuk mengendalikan serangan asma berbeda dengan pengobatan rutin untuk mencegah serangan. Agonis reseptor beta-adrenergik merupakan obat terbaik untuk mengurangi serangan asma yang terjadi secara tiba-tiba dan untuk mencegah serangan yang mungkin dipicu oleh olahraga. Bronkodilator ini merangsang pelebaran saluran udara oleh reseptor beta-adrenergik. Bronkodilator yang yang bekerja pada semua reseptor beta-adrenergik (misalnya

adrenalin), menyebabkan efek samping berupa denyut jantung yang cepat, gelisah, sakit kepala dan tremor (gemetar) otot. Bronkodilator yang hanya bekerja pada reseptor beta2-adrenergik (yang terutama ditemukan di dalam sel-sel di paru-paru), hanya memiliki sedikit efek samping terhadap organ lainnya. Bronkodilator ini (misalnya albuterol), menyebabkan lebih sedikit efek samping dibandingkan dengan bronkodilator yang bekerja pada semua reseptor betaadrenergik. Sebagian besar bronkodilator bekerja dalam beberapa menit, tetapi efeknya hanya berlangsung selama 4-6 jam. Bronkodilator yang lebih baru memiliki efek yang lebih panjang, tetapi karena mula kerjanya lebih lambat, maka obat ini lebih banyak digunakan untuk mencegah serangan. Bronkodilator tersedia dalam bentuk tablet, suntikan atau inhaler (obat yang dihirup) dan sangat efektif. Penghirupan bronkodilator akan mengendapkan obat langsung di dalam saluran udara, sehingga mula kerjanya cepat, tetapi tidak dapat menjangkau saluran udara yang mengalami penyumbatan berat. Bronkodilator per-oral (ditelan) dan suntikan dapat menjangkau daerah tersebut, tetapi memiliki efek samping dan mula kerjanya cenderung lebih lambat. Jenis bronkodilator lainnya adalah teofilin. Teofilin biasanya diberikan per-oral (ditelan); tersedia dalam berbagai bentuk, mulai dari tablet dan sirup short-acting sampai kapsul dan tablet long-acting. Pada serangan asma yang berat, bisa diberikan secara intravena (melalui pembuluh darah). Jumlah teofilin di dalam darah bisa diukur di laboratorium dan harus dipantau secara ketat, karena jumlah yang terlalu sedikit tidak akan memberikan efek, sedangkan jumlah yang terlalu banyak bisa menyebabkan irama jantung abnormal atau kejang. Pada saat pertama kali mengkonsumsi teofilin, penderita bisa merasakan sedikit mual atau gelisah. Kedua efek samping tersebut, biasanya hilang saat tubuh dapat menyesuaikan diri dengan obat. Pada dosis yang lebih besar, penderita bisa merasakan denyut jantung yang cepat atau palpitasi (jantung berdebar). Juga bisa terjadi insomnia (sulit tidur), agitasi (kecemasan, ketakuatan), muntah, dan kejang. Kortikosteroid menghalangi respon peradangan dan sangat efektif dalam mengurangi gejala asma. Jika digunakan dalam jangka panjang, secara bertahap kortikosteroid akan menyebabkan berkurangnya kecenderungan terjadinya serangan asma dengan mengurangi kepekaan saluran udara terhadap sejumlah rangsangan. Tetapi penggunaan tablet atau suntikan kortikosteroid jangka panjang bisa menyebabkan: - gangguan proses penyembuhan luka - terhambatnya pertumbuhan anak-anak - hilangnya kalsium dari tulang - perdarahan lambung - katarak prematur - peningkatan kadar gula darah

- penambahan berat badan - kelaparan - kelainan mental. Tablet atau suntikan kortikosteroid bisa digunakan selama 1-2 minggu untuk mengurangi serangan asma yang berat. Untuk penggunaan jangka panjang biasanya diberikan inhaler kortikosteroid karena dengan inhaler, obat yang sampai di paru-paru 50 kali lebih banyak dibandingkan obat yang sampai ke bagian tubuh lainnya. Kortikosteroid per-oral (ditelan) diberikan untuk jangka panjang hanya jika pengobatan lainnya tidak dapat mengendalikan gejala asma. Kromolin dan nedokromil diduga menghalangi pelepasan bahan peradangan dari sel mast dan menyebabkan berkurangnya kemungkinan pengkerutan saluran udara. Obat ini digunakan untuk mencegah terjadinya serangan, bukan untuk mengobati serangan. Obat ini terutama efektif untuk anak-anak dan untuk asma karena olah raga. Obat ini sangat aman, tetapi relatif mahal dan harus diminum secara teratur meskipun penderita bebas gejala. Obat antikolinergik (contohnya atropin dan ipratropium bromida) bekerja dengan menghalangi kontraksi otot polos dan pembentukan lendir yang berlebihan di dalam bronkus oleh asetilkolin. Lebih jauh lagi, obat ini akan menyebabkan pelebaran saluran udara pada penderita yang sebelumnya telah mengkonsumsi agonis reseptor beta2adrenergik. Pengubah leukotrien (contohnya montelukas, zafirlukas dan zileuton) merupakan obat terbaru untuk membantu mengendalikan asma. Obat ini mencegah aksi atau pembentukan leukotrien (bahan kimia yang dibuat oleh tubuh yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala asma). PENGOBATAN UNTUK SERANGAN ASMA Suatu serangan asma harus mendapatkan pengobatan sesegera mungkin untuk membuka saluran pernafasan. Obat yang digunakan untuk mencegah juga digunakan untuk mengobati asma, tetapi dalam dosis yang lebih tinggi atau dalam bentuk yang berbeda. Agonis reseptor beta-adrenergik digunakan dalam bentuk inhaler (obat hirup) atau sebagai nebulizer (untuk sesak nafas yang sangat berat). Nebulizer mengarahkan udara atau oksigen dibawah tekanan melalui suatu larutan obat, sehingga menghasilkan kabut untuk dihirup oleh penderita. Pengobatan asma juga bisa dilakukan dengan memberikan suntikan epinefrin atau terbutalin di bawah kulit dan aminofilin (sejenis teofilin) melalui infus intravena. Penderita yang mengalami serangan hebat dan tidak menunjukkan perbaikan terhadap pengobatan lainnya, bisa mendapatkan suntikan kortikosteroid, biasanya secara intravena (melalui pembuluh darah).

Pada serangan asma yang berat biasanya kadar oksigen darahnya rendah, sehingga diberikan tambahan oksigen. Jika terjadi dehidrasi, mungkin perlu diberikan cairan intravena. Jika diduga terjadi infeksi, diberikan antibiotik. Selama suatu serangan asma yang berat, dilakukan: - pemeriksaan kadar oksigen dan karbondioksida dalam darah - pemeriksaan fungsi paru-paru (biasanya dengan spirometer atau peak flow meter) - pemeriksaan rontgen dada. PENGOBATAN ASMA JANGKA PANJANG Salah satu pengobatan asma yang paling efektif adalah inhaler yang mengandung agonis reseptor beta-adrenergik. Penggunaan inhaler yang berlebihan bisa menyebabkan terjadinya gangguan irama jantung. Jika pemakaian inhaler bronkodilator sebanyak 2-4 kali/hari selama 1 bulan tidak mampu mengurangi gejala, bisa ditambahkan inhaler kortikosteroid, kromolin atau pengubah leukotrien. Jika gejalanya menetap, terutama pada malam hari, juga bisa ditambahkan teofilin per-oral.

Pencegahan
Serangan asma dapat dicegah jika faktor pemicunya diketahui dan bisa dihindari. Serangan yang dipicu oleh olah raga bisa dihindari dengan meminum obat sebelum melakukan olah raga.

Vous aimerez peut-être aussi