Vous êtes sur la page 1sur 6

TABEL PENAWARAN UANG Tahun 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996

1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Jumlah 27.661 33.885 41.998 58.705 84.630 99.059 119.053 145.599 174.512 222.638 288.632 335.643 577.381 646.205 747.028 844.053 883.968 955.692 1.033.527 1.203.215 1.382.074 1.643.203 1.883.851 2.141.384 2.469.399 2.877.220 Pertumbuhan 23% 24% 40% 44% 17% 20% 22% 20% 28% 30% 16% 72% 12% 16% 13% 5% 8% 8% 16% 15% 19% 15% 14% 15% 17%

Dilihat dari tabel diatas, penawaran uang dari tahun ke tahun mengalami perubahan, perubahan-perubahan tersebut dikarenakan karena faktor-faktor sebagai berikut: 1. Semakin tinggi tingkat bunga, semakin sedikit jumlah uang yang beredar. Semakin rendah tingkat bunga, semakin banyak jumlah uang yang beredar. Periode 1986 sampai sebelum krisis tingkat suku bunga berfluktuasi disekitar 20 persen dengan 23,40. Hal ini dikarenakan jumlah uang beredar pada saat itu cukup stabil sehingga tingkat suku bunga cenderung rendah. Berdasarkan tabel, tingkat persentasi pada tahun 1991 naik dari tahun sebelumnya sehingga menurunkan jumlah uang yang beredar, bila pada tahun sebelumnya kenaikannya sebesar 44%, maka pada tahun 1991 kenaikan jumlah uang beredar hanya sebesar 17%, hal ini karena pemerintah menerapkan kebijakan uang ketat. Suku bunga terendah pada tahun 1994 sebesar 12,60 persen karena pada saat itu kenaikan Jumlah uang yang beredar telah dianggap stabil. Pada tahun 1997 suku bunga mengalami kenaikan tajam sejalan dengan langkah pengetatan moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Tingkat suku bunga deposito tajam menjadi 20,30 persen. Pada tahun 1998 tingkat suku bunga depositomencapai 40,00 persen. Perkembangan ini merupakan dampak kebijakan moneter dalam menyerap kelebihan likuiditas di masyarakat guna menekan laju inflasi. Walaupun pemerintah telah menetapkan langkah kebijakan moneter yang demikian, Jumlah uang yang beredar pada saat itu masih cukup tinggi karena pada tahun tersebut terjadi krisis moneter. Pada tashun 1999, kondisi tingkat suku bunga mengalami penurunan sejalan dengan mulai stabilnya Jumlah Uang Beredar walaupun secara nominal jumlah tersebut masih mengalami pertambahan, akantetapi dalam hal persentase pertumbuhan mengalami penurunan. Pada tahun 2002 sampai 2003, Jumlah Uang Beredar pertumbuhannya relatif kecil sehingga pemerintah menetapkan tingkat suku bunga yang rendah. Pada tahun-tahun berikutnya, pertumbuhan jumlah uang yang beredar cenderung stabil sehingga tingkat suku bunga juga cenderung stabil.

2. Semakin tinggi pendapatan masyarakat, semakin banyak uang yang beredar karena semakin sering melakukan transaksi. Pendapatan masyarakat perkapita di Indonesia cenderung mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, hal ini dapat dibuktikan dengan tabel JumlahPenawaran uang yang selalu mengalami kenaikan dalam hal jumlah. Kenaikan penawaran uang ini dikarenakan semakin tinggi pendapatan masyarakat, maka kebutuhan mereka terhadap instrumen pembayaran makin tinggi. Sehingga Bank sentral akan menambah jumlah uang yang beredar dalam masyarakat. Pada tahun 1998 pada saat krisis moneter, harga-harga cenderung mengalami kenaikan, berdasarkan rumus MV=PT, maka jumlah uang yang beredar berbanding lurus dengan tingkat harga. Maka, makin tinggi tingkat harga maka makin banyak jumlah uang yang beredar. Sebaliknya, setelah tingkat harga kembali normal maka kenaikan jumlah uang yang beredar tidak sedrastis saat adanya krisis moneter.

3. Semakin banyak (padat) jumlah penduduk, semakin banyak dan semakin cepat uang beredar. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi. Pertumbuhan penduduk di Indonesia memang cenderung tinggi. Pertambahan jumlah penduduk tentunya akan berpengaruh terhadap kenaikan jumlah kebutuhan yang harus dipenuhi oleh penduduk indonesia. Kepadatan penduduk pada tahun 1980an tentunya sangat berbeda jauh dengan kepadatan penduduk saat ini. Pada saat tahun 1980an, jumlah penduduk belum terlalu padat sehingga jumlah uang yang beredar pada saat itu tidak begitu tinggi, ditambah lagi kebutuhan masyarakat pada masa itu belum terlalu kompleks sehingga jumlah uang yang beredar tidak begitu tinggi. Pada tahun 1990an penduduk selain mengalami pertambahan juga mengalami pertambahan kebutuhan yang harus dipenuhi. Kita bisa ambil contoh pada tahun 1998 saat terjadi krisis moneter, penduduk tetap harus memenuhi kebutuhan mereka walaupun pada saat itu harga sangat tinggi, sehingga bank sentral tetap menambah jumlah uang yang beredar. Kebijakan uang ketat yang diberlakukan oleh Bank sentral tidak begitu berpengaruh terhadap kebutuhan uang masyarakat, ditambah lagi pada saat itu masyarakat lebih suka memegang uang dalam bentuk tunai. Pada tahun 2000an, pertambahan penduduk di Indonesia mengalami kenaikan yang sangat tinggi. Selain itu, kebutuhan penduduk pada jaman ini bukan hanya sebatas pada memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Akan tetapi kebutuhan mereka berkembang ke barang-barang sekunder. Misalnya, pada era saat ini kebutuhan akan telepon seluler bisa dikatakan sangat penting, aktivitas kita akan terganggu bila kita tak memiliki barang ini. Berbeda dengan tahun 1980an dan 1990an, pada saat itu telepon seluler bisa Dikatakan sebagai barang mewah dan bukan hal yang sangat penting untuk dimiliki.

4. Penguasaan IPTEK penduduk. Seperti kita tahu pada tahun 1980-1990an penguasaan IPTEK masyarakat indonesia masih cenderung rendah. Oleh karena itu, jumlah uang yang beredar pada saat itu cenderung lebih rendah dibandingkan era 200an. Pada tahun 200an terjadi perkembangan teknologi yang sangat pesat. Perkembangan teknologi ini tidak hanya berdampak pada Jumlah uang yang beredar yang digunakan untuk pembelian alat-alat berteknologi canggih, tetapi juga disebabkan semakin mudahnya transaksi setelah adanya perkembangan teknologi.

Kita bisa bandingkan bila pada zaman sebelum tahun 200an kita harus kepasar untuk membeli baju, tapi pada saat ini kita cukup membuka situs toko online saja. Hal ini menyebabkan transaksi yang makin mudah. Bukan hanya itu saja, revolusi pada dunia perbankan juga meningkatkan transaksi, seperti misalnya penggunaan credit card serta alat pembayaran lainnya. Hal-hal tersebut diatas mempermudah lalu lintas perdagangan yang pada akhirnya akan meningkatkan transaksi terhadap jumlah barang/jasa, dan pada akhirnya akan meningkatkan Jumlah uang yang beredar. Teknologi akan terus berkembang dari tahun ke tahun. Itulah sebabnya Jumlah uang yang beredar juga pasti akan mengalami kenaikan dalam hal jumlah, walaupun kondisi perekonomian pada saat itu cenderung stabil.

5. Globalisasi industri di lingkungan dunia usaha. Globalisasi bisa diartikan lenyapnya sekat antar negara. Dalam dunia usaha, Globalisasi industri diartikan sebagai tidak ada larangan barang dari suatu negara untuk masuk ke negara lain. Pada tahun 1980an dan 1990an indonesia masih merupakan negara yang bisa memenuhi kebutuhan dalam negerinya sendiri, sehingga Jumlah uang yang beredar pada saat itu masih cenderung rendah. Bandingkan dengan tahun 2000an, Indonesia seolah tidak bisa lepas dari barang import. Seperti kita tahu mayoritas barang elektronik yang ada di indonesia merupakan barang import dari China, Eropa, serta Amerika. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab meningkatnya jumlah uang yang beredar.

Setelah melihat faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran uang di Indonesia, kita bisa simpulkan secara umum sebagai berikut:

Selama periode 1986-1988 berfluktuasi pada kisaran 20 persen. Setelah tahun 1988, perkembangan jumlah M2 melonjak drastis. Pada tahun 1989 pertumbuhan penawaran uang mencapai angka 40 persen. Tahun berikutnya pertumbuhan penawaran uang meningkat menjadi 44persen. Pada tahun 1991jumlah penawarann uang adalah 99059,00 milyar rupiah atau hanya tumbuh 17 persen dari tahun sebelumnya. Penurunan angka pertumbuhan uang beredar ini sejalan dengan kebijakan tight money policy yang dijalankan oleh pemerintah pada saat itu.

Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi meningkatnya permintaan kredit oleh masyarakat pada tahun tersebut. Pertumbuhan permintaan setelah tahun 1991 berfliktuasi pada angka 20-30 persen sampai sebelum terjadi krisis. Pada saat krisis, besaran-besaran moneter melonjak tajam sebagai akibat melemahnya nilai tukar rupiah dan merosotnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan. Jumlah penawaran melonjak tajam mencapai 72 persen pada tahun 1998. Hal ini dikarenakan karena terjadinya krisis moneter pada tahun tersebut serta melonjaknya hargaharga sehingga meningkatkan jumlah uang yang beredar. Pada tahun-tahun berikutnya kenaikan ju7mlah uang yang bereedar cenderung stabil, tetapi karena kondisi perekonomian selalu mengalami peningkatan dalam hal kegiatan ekonomi, sehingga jumlah uang yang beredar tatap mengalami kenaikan, tetapi pertumbuhannya cenderung stabil.

Vous aimerez peut-être aussi