Vous êtes sur la page 1sur 13

FARMAKOLOGI VETERINER I

ANTIBIOTIK YANG MENGHAMBAT SISTESIS ASAM NUKLEAT

Oleh: Agatha Serena L.Tobing 1209005066

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Antibiotik Yang Menghambat Sintesis Asam Nukleat. Makalah ini bertujuan untuk membantu mahasiswa ataupun khalayak umum dalam memahami penggunaan antibiotik secara rasional, disamping itu untuk menambah referensi bacaan mengenai farmakologi. Makalah ini mengulas mengenai penggolongan antibiotik yang

menghambat sintesis asam nukleat dan efek samping obat di dalam tubuh. Oleh karena itu makalah ini sangat penting bagi mahasiswa kedokteran hewan, atau semua pihak yang menekuni bidang ilmu dasar. Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran atau masukan-masukan untuk menyempurnakan makalah ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Denpasar, 29 Maret 2013

Penulis

ii

DAFTAR ISI Cover .......................................................................................................... i Kata Pengantar ........................................................................................... ii Daftar Isi ..................................................................................................... iii Bab I Pendahuluan ..................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1 1.2. Rumusan Masalah ......................................................................... 2 1.3. Tujuan Penulisan ........................................................................... 2 Bab II Tinjauan Pustaka ............................................................................. 3 2.1. Mekanisme Kerja Antibiotik .......................................................... 3 2.2. Antibiotik Yang Menghambat Sintesis Asam Nukleat ................. 4 Bab III Penutup .......................................................................................... 9 3.1. Kesimpulan ................................................................................... 9 3.2. Saran.............................................................................................. 9 Daftar Pustaka ............................................................................................ 10

iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Pada tahun 1877, Louis Pasteur menemukan bahwa bakteri antraks yang menyebabkan penyakit antraks yang mengakibatkan kegagalan pernapasan, dapat dikurangi patogenisitasnya pada hewan uji setelah hewan uji tersebut diinjeksi dengan bakteri yang diisolasi dari tanah. Pada tahun 1887, Rudolf Emmerich menunjukkan bahwa penyakit kolera yang merupakan penyakit infeksi intestinal dapat dicegah pada hewan uji yang sebelumnya diinfeksi dengan bakteri Streptococcus. Pada tahun 1888, ilmuan jerman E. de Freudenreich mengisolasi produk dari bakteri yang memiliki kemampuan antibiotik. Freudenreich menemukan bahwa pigmen biru yang dikeluarkan kultur bakteri Bacillus pyocyaneus dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain pada kultur sel. Percobaan yang dilakukan menunjukkan bahwa pyocyanase, yang merupakan produk yang diisolasi dari B. pyocyaneus, dapat membunuh berbagai macam bakteri pathogen. Selanjutnya secara klinis pyocyanase terbukti toksik dan tidak stabil sehingga antibiotik alami ini tidak dapat dikembangkan sebagai obat yang efektif. Pada awal tahun 1920, ilmuan inggris Alexander fleming menemukan enzim lisozim pada air mata manusia. Enzim tersebut dapat melisis sel bakteri. Enzim pada air mata manusia ini merupakan contoh agen antimikroba yang pertama kali ditemukan pada manusia. Seperti pyocyanase, lisozim juga terbukti dapat membunuh sel bakteri. Penemuan fleming yang kedua terjadi secara tidak sengaja pada tahun 1928, saat ia menemukan bahwa koloni Staphylococcus yang ia tumbuhkan dengan metode streak (gores silang) pada mei agar dicawan petri mengalami lisis di sekitar pertumbuhan koloni kapang kontaminan. Ia menemukan bahwa koloni kapang tersebut merupakan Penicillum sp.

iv

1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana mekanisme antibiotik? 2. Apa saja penggolongan dari antibiotik yang menghambat sintesis asam nukleat? 1.3.Tujuan penulisan 1. Untuk mengetahui macam-macam antibiotik yang menghambat sintesis asam nukleat. 2. Untuk mengetahui efek-efek antibiotik 3. Untuk mengetahui manfaat dan kerugian obat antibiotik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mekanisme Kerja Antibiotik Antibiotik dapat diklasifikasikan berdasarkan spectrum atau mekanisme aksi, cara biosintesis maupun berdasarkan struktur biokimianya. Berdasarkan spektrum antibiotik dapat dibedakan menjadi antibiotik berspektrum sempit (narrow spectrum) dan antibiotik berspektrum luas ( broad spectrum). Antibiotik berspektrum sempit hanya mampu menghambat segolongan jenis bakteri saja, contohnya hanya mampu menghambat atau membunuh bakteri gram negative saja atau gram positif saja. Sedangkan antibiotik berspektrum luas dapat menghambat atau membunuh bakteri dari golongan gram positif maupun gram negatif. Berdasarkan mekanisme aksinya, antibiotik dibedakan menjadi lima, yaitu antibiotik dengan mekanisme penghambatan sintesis dinding sel, perusakan membran plasma, penghambatan sintesis protein, penghambatan sintesis asam nukleat, dan penghambatan sintesis metabolit esensial. Antibiotika digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi akibat kuman atau juga untuk prevensi infeksi, misalnya pada pembedahan besar. Diperkirakan bahwa antibiotik bekerja setempat didalam usus dengan

menstabilisir floranya hewan tersebut. Kuman-kuman buruk yang merugikan dikurangi jumlah dan aktivitasnya, sehingga zat-zat gizi dapat dipergunakan lebih baik. Pertumbuhan dapat distimulasi dengan rata-rata 10 %. Penghambat pada sintesis asam nukleat berupa penghambat terhadap transkripsi dan translasi mikroorganisme. Yang termasuk dalam penghambat terhadap transkripsi mikroorganisme, diantaranya yaitu rifampin yang merupakan turunan rifampisin. Antibiotik ini menghambat sintesis mRNA dengan cara mengikat subunit -RNA polimerase bakteri sehingga menghambat transkripsi mRNA. Antibiotik ini digunakan untuk melawan Mybacteria pada TBC dan lepra. Contoh lain adalah aktinomisin D. Dalam kosentrasi yang tinggi, antibiotik ini menghambat proses replikasi DNA dan transkripsi mRNA. Sedangkan sebagai penghambat translasi mRNA menjadi protein, beberapa contoh antibiotik yang

vi

kita sudah kenal, yaitu neomisin, gentamisin, streptomisin, tetrasiklin, kanamisin, eritromisin dan puromisin.

2.2

Antibiotik yang menghambat sintesis asam nukleat

I. Golongan Kuinolon Kuinolon, merupakan bakterisida karena menghambat lepasnya untai DNA yang terbuka pada proses superkoil dengan menghambat DNA girase (enzim yang menekan DNA bakteri menjadi superkoil). Untuk memasukkan DNA untai ganda yang panjang kedalam sel bakteri, DNA diatur dalam loop (DNA terrelaksasi) yang kemudian diperpendek oleh proses superkoil. Sel eukariotik tidak mengandung DNA girase. Sifat penting dariKuinolon adalah penetrasinya yang baik ke dalam jaringan dan sel (bandingkan dengan Penisilin), efektivitasnya bila diberikan secara oral, dan toksisitasnya relatif rendah. a) Pada awal tahun 1980, diperkenalkan golongan Kuinolon baru dengan atom Fluor pada cincin Kuinolon (karena itu dinamakan juga

Fluorokuinolon). Perubahan struktur ini secara dramatis meningkatkan daya bakterinya, memperlebar spektrum antibakteri, memperbaiki penyerapannya di saluran cerna, serta memperpanjang masa kerja obat. Golongan Kuinolon ini digunakan untuk infeksi sistemik.

Pada saat perkembang biakkan kuman ada yang namanya replikasi dan transkripsi dimana terjadi pemisahan double helix dari DNA kuman menjadi 2 utas DNA. Pemisahan ini akan selalu menyebabkan puntiran berlebihan pada double helix DNA sebelum titik pisah. Hambatan mekanik ini dapat diatasi kuman dengan bantuan enzim DNA girase. Peranan antibiotika golongan Kuinolon menghambat kerja enzim DNA girase pada kuman dan bersifat bakterisidal, sehingga kuman mati.

vii

b) Efek Samping dan Interaksi Obat Golongan antibiotika Kuinolon umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Efek sampingnya yang terpenting ialah pada saluran cerna dan susunan saraf pusat. Manifestasi pada saluran cerna, terutama berupa mual dan hilang nafsu makan, merupakan efek samping yang paling sering dijumpai. Efek samping pada susunan syaraf pusat umumnya bersifat ringan berupa sakit kepala, vertigo, dan insomnia. Efek samping yang lebih berat dari Kuinolon seperti psikotik, halusinasi, depresi dan kejang jarang terjadi. Penderita berusia lanjut, khususnya dengan arteriosklerosis atau epilepsi, lebih cenderung mengalami efek samping ini. Enoksasin menghambat metabolisme Teofilin dan dapat menyebabkan peningkatan kadar Teofilin. Siprofloksasin dan beberapa Kuinolon lainnya juga memperlihatkan efek ini walaupun tidak begitu dramatis. c) Penggunaan Klinik a. Infeksi saluran kemih Seperti Prostatitis, Uretritis, Servisitis dan Pielonfritis. b. Infeksi saluran cerna Seperti demam Tifoid dan Paratifoid c. Infeksi saluran nafas bawah Seperti ditularkan Bronkitis, melalui Pneumonia, hubungan

Sinusitis Penyakit kelamin Gonore

yang

Yang termasuk golongan ini antara lain adalah Spirofloksasin, Ofloksasin, Moksifloksasin, Levofloksasin, Pefloksasin, Norfloksasin, Sparfloksasin, Lornefloksasin, Flerofloksasin dan Gatifloksasin.

1) Asam Nalidiksat Asam Nalidiksat adalah kuinolon pertama yang ditemukan memiliki aktivitas antibakteri, tapi Asam Nalidiksat tidak mencapai kadar antibakteri sistemik dan sampai saat ini hanya digunakan pada infeksi saluran kemih.

viii

2) Norfloksasin Norfloksasin tidak mempunyai aktivitas sistemik, terkonsentrasi dalam urin dan merupakan obat lini kedua pada infeksi saluran kemih 3) Siprofloksasin Siprofloksasin merupakan agen antibakteri spektrum luas. Diabsorbsi baik secara oral dan dapat secara intravena. Dieliminasi oleh ginjal dan (sebagian besar) dalam bentuk yang tidak

berubah. Siprofloksasin mempunyai substituent 6-fluoro yang sangat memperkuat potensi antibakteri melawan bakteri gram positif dan terutama bakteri gram negatif (E. coli, P.aeruginosa, Salmonella, Campylobacter). Efek samping jarang terjadi, meliputi mual, muntah, ruam, pusing, dan sakit kepala. Konvulsi bisa terjadi karena kuinolon merupakan antagonis asam -aminobutirat (GABA). 4) Ofloksasin Ofloksasin merupakan derivat flouroquinolon yang memiliki

efektivitas dan spektrum yang luas sebagai antibiotik, namun ofloksasin juga dapat berperan sebagai fotosensitiser sehingga menyebabkan fotohemolisis. 5) Moksifloksasin Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan Moksifloksasin kandungan 400 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan Moksifloksasin 400 mg/250 ml. 6) Levofloksasin Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan Levofloksasin 250 mg dan 500 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan Levofloksasin 500 mg/100 ml. 7) Pefloksasin Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan Pefloksasin 400 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan Pefloksasin 400 mg/125 ml dan ampul dengan kandungan Pefloksasin 400 mg/5 ml.

ix

8) Norfloksasin Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 400 mg. 9) Sparfloksasin Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 200 mg. 10) Lornefloksasin Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 400 mg. 11) Flerofloksasin Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 400 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan 400 mg/100 ml. 12) Gatifloksasin Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 400 mg. Juga tersedia dalam bentuk vial untuk injeksi dengan kandungan 400 mg/40 ml.

II.

Golongan Rifampisin

Rifampisin merupakan obat antibiotik yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri. Rifampicin sering dipakai untuk pengobatan tuberculosis (TBC). Obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah infeksi setelah berkontak dengan seseorang yang sedang menderita infeksi serius. Obat ini hanya diberikan dengan resep dokter. Infeksi jaringan lunak dan tulang, seperti Osteomielitis. Untuk infeksi pasca bedah oleh kuman enterokokus Ps. aeroginosa atau stafilokokus yang resisten terhadap Beta Laktam atau Aminoglikosid. Rifampisin bekerja dengan membunuh bakteri yang menyebabkan infeksi. Cara kerja obat ini yaitu dengan menonaktifkan enzim bakteri yang disebut RNA polimerase. Bakteri menggunakan RNA polimerase untuk membuat protein dan untuk menyalin informasi genetik (DNA) mereka sendiri. Tanpa

enzim ini bakteri tidak dapat berkembang biak dan bakteri akan mati. Kerja Obat Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dormant yang tidak dapat dibunuh oleh isoniazid. Mekanisme kerja, Berdasarkan perintangan spesifik dari suatu enzim bakteri Ribose Nukleotida Acid (RNA)-polimerase sehingga sintesis RNA terganggu. Interaksi obat ini adalah mempercepat metabolisme metadon, absorpsi dikurangi oleh antasida, mempercepat metabolisme, menurunkan kadar plasma dari dizopiramid, meksiletin, propanon dan kinidin, mempercepat metabolisme kloramfenikol, nikumalon, warfarin, estrogen, teofilin, tiroksin, anti depresan trisiklik, antidiabetik (mengurangi khasiat klorpropamid, tolbutamid, sulfonil urea), fenitoin, dapson, flokonazol, itrakonazol, ketokonazol, terbinafin, haloperidol, indinafir, diazepam, atofakuon, betabloker(propanolol),diltiazem, nifedipin, verapamil, siklosprosin, mengurangi khasiat glukosida jantung, mengurangi efek kostikosteroid, flufastatin. Rifampisin adalah suatu enzyme inducer yang kuat untuk cytochrome P450 isoenzymes, mengakibatkan turunnya konsentrasi serum obat-obatan yang dimetabolisme oleh isoenzyme tersebut. Obat-obat tersebut mungkin perlu ditingkatkan selama pengobatan TB, dan diturunkan kembali 2 minggu setelah Rifampisin dihentikan. Obat-obatan yang berinteraksi, diantaranya :protease inhibitor, antibiotika makrolid, levotiroksin, noretindron, warfarin, siklosporin, fenitoin, verapamil, diltiazem, digoxin, nortriptilin, alprazolam, diazepam, midazolam, triazolam dan beberapa obat lainnya. Efek Samping Pada Saluran cerna ; rasa panas pada perut, sakit epigastrik, mual, muntah, anoreksia, kembung, kejang perut, diare, SSP: letih rasa kantuk, sakit kepala, ataksia, bingung, pening, tak mampu berfikir, baal umum, nyeri pada anggota, otot kendor, gangguan penglihatan, ketulian frekuensi rendah sementara. Hipersensitifitas: demam, pruritis, urtikaria, erupsi kulit, sariawan mulut dan lidah, eosinofilia, hemolisis, hemoglobinuria, hematuria, insufiensi ginjal, gagal ginjal akut( reversibel). Hematologi: trombositopenia, leukopenia transien, anemia, termasuk anemia hemolisis. Intoksikasi lain: Hemoptisis, proteinurea rantai rendah, gangguan menstruasi, sindrom hematoreal

xi

BAB III PENUTUP 3.1.Kesimpulan Antibiotik dapat diklasifikasikan berdasarkan spectrum atau mekanisme aksi, cara biosintesis maupun berdasarkan struktur biokimianya. Berdasarkan spektrum antibiotik dapat dibedakan menjadi antibiotik berspektrum sempit (narrow spectrum) dan antibiotik berspektrum luas ( broad spectrum). Antibiotik berspektrum luas dapat menghambat atau membunuh bakteri dari golongan gram positif maupun gram negatif. Salah satu mekanisme aksinya adalah penghambat sintesis asam nukleat. Penghambat pada sintesis asam nukleat berupa penghambat terhadap transkripsi dan translasi mikroorganisme. Yang termasuk dalam penghambat terhadap transkripsi mikroorganisme, diantaranya yaitu kuinolon dan rifampin yang merupakan turunan rifampisin. Peranan antibiotika golongan kuinolon menghambat kerja enzim DNA girase pada kuman dan bersifat bakterisidal, sehingga kuman mati.

Rifampisin bekerja dengan membunuh bakteri yang menyebabkan infeksi. Cara kerja obat ini yaitu dengan menonaktifkan enzim bakteri yang disebut RNA polimerase. Bakteri menggunakan RNA polimerase untuk membuat protein dan untuk menyalin informasi genetik (DNA) mereka sendiri.

3.2.Saran Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan makalah ini.

xii

DAFTAR PUSTAKA

Chandra Mohan, Antibiotics A Brief Overview, EMD Bioscience, San Diego, 2008. Chandra Mohan, Antibiotics and Antibiotic Resistance, EMD Bioscience, San Diego, 2009. Neal, Michael.J.2006. At a Glance Farmakologi Medis. Erlangga: Jakarta Neal M. J., 2006, At a Glance Farmakologi Medis Edisi Kelima, Jakarta: Erlangga Pratiwi, Sylvia T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga : Jakarta Sylvia T. Pratiwi, Mikrobiologi Farmasi, Erlangga, 2008. Tjay Tan Hoan. 2007. Obat-obat Penting. PT.Gramedia: Jakarta http://panmedical.wordpress.com/2010/05/29/obat-anti-bakteri-penghambatsintesis-asam-nukleat. html. Diakses pada tanggal 28 Maret 2013 http://rhyafile.blogspot.com/2013/01/antibiotik-yang-menghambat-sintesis.html. Diakses pada tanggal 28 Maret 2013 http://rhyafile.blogspot.com/2013/01/antibiotik-yang-menghambatsintesis.html.Diakses pada tanggal 28 Maret 2013

xiii

Vous aimerez peut-être aussi