Vous êtes sur la page 1sur 17

6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Lansia 1. Pengertian Lansia Lanjut usia (lansia) merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, ekonomi dan aspek sosial (BKKBN : 1998). Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus

menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial (UU No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan). Pengertian dan penggolongan lansia menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang lansia sebagai berikut: Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas, dan ada dua kategori : Lansia usia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa, Lansia tak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya tergantung pada orang lain. Jadi bisa disimpulkan lansia adalah seseorang yang usianya diatas 60 tahun ada yang masih produktif yang mampu memenuhi kebutuhannya sendiri dan lansia yang tidak produktif yang tergantung kepada orang lain dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

2.

Batasan Usia Lansia Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, lanjut usia meliputi: usia pertengahan

(Middle age) yaitu kelompok usia 46-59 tahu, usia lanjut (Elderiy) yaitu antara 60-74 tahun, Tua (Old) yaitu antara 75-90 tahun, dan usia sangat tua (Very old) yaitu usia diatas 90 tahun (Mubarok dkk : 2006), dan menurut DepKes RI tahun 1999, lansia dibagi tiga golongan yaitu : Usia pra senelis atau virilitas adalah

seseorang yang berusia 45-49 tahun, Usia lanjut adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dan, Usia lanjut resiko tinggi adalah seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau dengan masalah kesehatan.

3.

Permasalahan yang Terjadi pada Lansia

a. Permasalahan dari Aspek Fisologi Tejadinya perubahan normal pada fisik lansia yang dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, sosial, ekonomi dan medik. Perubahan tersebut akan terlihat dalam jaringan dan organ tubuh seperti kulit menjadi kering dan keriput, rambut beruban dan rontok, penglihatan menurun sebagian atau menyeluruh, pendengaran berkurang, indra perasa menurun, daya penciuman berkurang, tinggi badan menyusut karena proses osteoporosis yang berakibat badan menjadi bungkuk, tulang keropos, massanya dan kekuatannya berkuarng, nafas menjadi pendek, terjadi penurunan fungsi organ didalam perut, dinding pembulu darah menebal dan menjadi tekanan darah tinggi otot jantung

bekerja tidak efisien, adanya penurunan organ reproduksi terutama pada wanita, otak menyusut dan reaksi menjadi lambat terutama padda pria, serta seksualitas tidak terlalu menurun ( Martono: 1997 dalam Darmojo: 2004). b. Permasalahan dari Aspek Psikologis Menurut Martono (1997) dalam Darmojo (2004), beberapa masalah psikologis lansia antara lain : 1) Kesepian (loneliness), yang dialami oleh lansia pada saat meninggalnya pasangan hidup, terutama bila dirinya saat itu mengalami penurunan status kesehatan seperti menderita penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama gangguan pendengaran harus dibedakan antara kesepian dengan hidup sendiri. Banyak lansia hidup sendiri tidak mengalami kesepian karena aktivitas sosial yang tinggi, lansia yang hidup

dilingkunganyang beranggota keluarga yang cukup banyak, tetapi mengalami kesepian.

2) Duka cita (breavement), dimana pada periode duka cita ini merupakan periode yang sangat rawan bagi lansia. Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan kesayangan bisa meruntuhkan ketahanan jiwanya yang sudah rapuh dari seorang lansia, yang selanjutnya memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatanyan. Adanya perasaan kosong kemudian diikuti dengan keinginan menagis dan kemudian suatu periode depresi. Depresi akibat duka cita biasanya bersifat self limiting. 3) Depresi pada lansia stress lingkungan sering menimbulkan depresi dan kemampuan beradaptasi menurun. 4) Gangguan cemas, terbagi dalam beberapa golongan yaitu fobia, gangguan panik, gangguan cemas umum, gangguan stres stelah trauma dan gangguan obsetif-komplusif. Pada lansia gangguan cemas merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan biasanya berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping obat atau gejala penghentian mendadak suatu obat. 5) Psikosis pada lansia, dimana terbagi dalam bentuk psikosis bisa terjadi pada lansia, baik kelanjutan keadaan dari dewasa muda atau yang timbul pada lansia. 6) Parafrenia, merupakan suatu bentuk skizzofrenia lanjut yang sering terjadi pada lansia yang ditandai dengan waham (curiga) yang sering lansia merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau tetangganya berniat atau

membunuhnya. Parfrenia biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi diisolasi atau menarik diri dari kegiatan sosial.

7) Sindrom diagnose, merupakan suatu keadaan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku yang sangat mengganggu. Rumah atau kamar yang kotor serta berbau karena lansia ini sering bermain-main dengan urin dan fesesnya. Lansia sering menumpuk barang-barangnya tidak teratur (jawa: Nyusuh). Kondisi ini walaupun kamar sudah dibersihkan dan lansia dimandikan bersih namun dapat berulang kembali.

8) Sindrom hipokondriasis, merupakan suatu keadaan dimana lansia sering kawatir dengan kondisi kesehatanya dan mencari layanan kesehatan tetapi secara medis tidak ditemukan penyakitnya. c. Permasalahan dari Aspek Sosial Budaya Menurut Setiabudhi, 1999, permasalahan sosial budaya lansia secara

umum yaitu masih besarnya jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan, makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai dan ddihormati, berhubung terjadi perkembangan pola kehidupan keluarga yang secara fisik lebih mengarah pada bentuk keluarga kecil, akhirnya kelompok masyarakat industri yang memiliki ciri kehidupan yang bertumpu kepada individu dan menjalankan kehidupan berdasarkan perhitungan untung rugi, lugas dan efisien yang secara tidak langsung merugikan kesejahteraan lansia, masih rendahnya kuwantitas tenaga profesional dalam pelayanan lansia dan masih terbatasnya sarana pelayanan pembinaan kesejahteraan lansia, serta belum membudayanya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.

B. Hipokondriasis 1. Pengertian Istilah hipokondriasis di dapatkan dari istilah medis yang lama hipokondriasis yang berarti dibawah rusuk, dan mencerminkan seringnya keluhan abdomen yang dimiliki pasien dengan gangguan ini. Hipokondriasis disebabkan dari interpretasi pasien yang tidak realistik dan tidak akurat terhadap gejala atau sensasi fisik yang menyebabkan preokupasi dan ketakutan bahwa mereka menderita penyakit yang serius meskipun tidak ditemukan penyebab medis yang diketehui. Preokupasi pasien yang menyebabkan penderitaan yang bermakna bagi pasien dan mengganggu kemampuan mereka untuk berfungsi didalam peranan personal, sosial dan pekerjaan (Kaplan : 1997). Hipokondria adalah kecemasan yang berlebihan terhadap suatu atau beberapa penyakit. Menurut Sasanto Wibisono hipokondriasis merupakan suatu gejala ataupun diagnosis terkait dengan keluhan-keluhan yang menyangkut

10

badaniah yang tidak ada dasar faktanya, tetapi sifatnya konsisten dan mesti menyangkut organ tubuh tertentu . Keluhan rasa sakit itu biasanya dilanjutkan dengan berusaha memeriksakan diri ke dokter. Ada kalanya penderita tidak mempercayai hasil yang diberikan Dokter (kkyazid : 2010 ). Hipokondriasis adalah gangguan somatoform dimana individu diliputi dengan ketakutan memiliki penyakit yang serius dimana hal ini berlangsung berulang-ulang meskipun dari kepastian medis menyatakan sebaliknya, bahwa ia baik-baik saja. Gangguan ini biasanya dimulai pada awal masa remaja dan cenderung terus berlanjut. Individu yang mengalami hal ini biasanya merupakan konsumen yang seringkali menggunakan pelayanan kesehatan, bahkan terkadang mereka manganggap dokter mereka tidak kompeten dan tidak perhatian (Pershing et al., dalam Davidson, Neale, Kring dalam Nugroho : 1998). Jadi bisa disimpulkan bahwa hipokondriasis adalah gangguan somatoform dimana seseorang yang mengalami gangguan ini sering mengeluh sakit dan mencari pertolongan untuk mengobati keluhan sakitnya, tetapi secara medis tidak ditemukan dasar medis penyakit yang diderita. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hipokondriasis Hipokondriasis yang termasuk kegangguan somatoform, biasanya

disebabkan oleh beberapa hal diantaranya : (1) dukungan keluarga (2) pengalaman masa lalu (3) kepribadian lansia 1) Dukungan Keluarga a) Pengertian Dukungan Keluarga Menurut Maryam dkk (2008) keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya. Menurut Friedman (1998), dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersikap mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. b) Tugas dan Fungsi Keluarga Di dalam fungsi perawatan kesehatan keluarga terdapat tugas-tugas keluarga yang harus dilaksanakan. Tugas perawatan keluarga antara lain adalah:

11

(1) Mengenal

gangguan

perkembangan.

Ini

ada

hubungannya

dengan

kesanggupan keluarga untuk mengenal adanya masalah kesehatan. (2) Membuat keputusan untuk mengambil tinakan kesehatan yang tepat (3) Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, yang tidak dapat membantu diri karena sakit. (4) Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan untuk kesehatan dan perkembangan kepribadian. Ini ada hubungannya dengan bagaimana keluarga dapat memodifikasi lingkungan sebagai sarana untuk menunjang perawatan kesehatan. (5) Mempertahankan timbal balik antara masyarakat dan lembaga-lembaga kesehatan lainnya. c) Bentuk Dukungan Keluarga Menurut Friedman (1998) ada beberapa bentuk dukungan keluarga yaitu: (1) Dukungan Informasional Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan seminator (penyebar) informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi. (2) Dukungan Penilaian Keluarga bertinakan sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator indentitas anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian. (3) Dukungan Instrumen Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya: kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan. (4) Dukungan Emosional

12

Merupakan dukungan yang diwujudkan dalam bentuk kelekatan, kepedulian, dan ungkapan simpati sehingga timbul keyakinan bahwa indiviu yang bersangkutan diperhatikan. d) Sumber Dukungan Keluarga Menurut Friedman (1998), dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan sosial yang dipandang oleh keluarga sebagai sesuatu yang didapat diakses ataudiadakan untuk keluarga (dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang memberikan bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan sosial keluarga internal, seperti ukungan dari suami,istri atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial keluarga eksternal. Sistem pendukung lansia ada tiga komponen yaitu jaringan-jaringan informal, system pendukung formal dan dukungan-dukungan semiformal. Jaringan pendukung informal meliputi keluarga dan kawan-kawan. Sistem pendukung formal meliputi tim keamanan sosial setempat, program-program kesehatan dan kesejahteraan sosial. Dukungan semiformal meliputi bantuan-bantuan dan interaksi yang disediakan oleh organisasi lingkungan sekitar seperti perkumpulan pengajian, gereja, atau perkumpulan warga lansia setempat. Sumber-sumber dukungan-dukungan informal biasanya dipilih oleh lanjutusia sendiri Seringkali berdasar pada hubungan yang telah terjalin formal terdiri dari program Keamanan

sekian lama. Sistem pendukung

Sosial, badan medis, dan Yayasan Sosial ( Joseph. J Gallo dalam Friedman : 1998 ). Program ini berperan penting dalam ekonomi serta kesejahteraan sosial lanjut usia, khususnya dalam gerakan masyarakat industri, dimana anak-anak bergerak menjauh dari orangtua mereka. Kelompok-kelompok pendukung semiformal, seperti kelompok-kelompok pengajian, kelompok-kelompok gereja, organisasi lingkungan sekitar, klub-klub dan pusat perkumpulan.

13

warga senior setempat merupakan sumber-sumber dukungan sosial yang penting bagi lansia. Lansia harus mengambil langkah awal untuk mengikuti sumber-sumber dukungan di atas. Dorongan, semangat atau bantuan dari anggota-anggota keluarga, masyarakat, sangat dibutuhkan oleh lanjut usia.

e)

Manfaat Dukungan Keluarga Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Namun demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan, dukungan sosial keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman: 1998) Wlls(1985) dan Friedman (1998) menyimpulkan bahwa baik efek-efek penyangga (dukungan sosial menahan efek-efek negatif dari stres terhaap kesehatan) dan efek-efek utama (dukungan sosial secara langsung mempengaruhi akibat-akibat dari kesehatan) juga ditemukan. Sesungguhnya efek-efek penyangga dan utama dari dukungan sossial terhadap kesehatan dan kesejahteraan boleh jadi berfungsi bersamaan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial yang adekuat terbukti berhubungan dengan menurunya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit dan dikalangan kaum tua, fungsi kognitif, fisik dan kesehatan emosi (ryan dan austin dalam Friedman : 1998).

2) a)

Trauma Masa Lalu Pengertian Trauma Masa Lalu Trauma emosional dan psikologis adalah akibat peristiwa penuh tekanan yang luar biasa yang menggoyahkan rasa aman, membuat tidak berdaya dan rentan terhadap dunia yang berbahaya. Semakin takut dan tidak berdaya yang dirasakan, kemungkinan semakin menjadi traumatis.

14

Pengalaman traumatis dimasa kecil dapat mempunyai pengaruh yang kuat dan berlangsung lama (Viedback, Sheila L: 2008). Seorang anak yang mengalami trauma akan memandang dunia sebagai tempat yang menakutkan dan berbahaya. Jika trauma masa kecil tidak ditangani, perasaan dasar dari rasa takut dan tidak berdaya ini akan terbawa ke masa dewasa, dan menetap sepanjang hidup. b) Penyebab Trauma Masa Lalu Trauma masa kecil diakibatkan oleh suatu peristiwa yang mengganggu rasa aman diri seorang anak, termasuk: (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) c) Lingkungan yang tidak aman atau tidak stabil Pisah dari orang tua Penyakit serius Prosedur medis yang mengganngu Kekerasan seks, fisik, atau verbal Kekerasan dalam rumah tangga Pengabaian Bullying Tanda-tanda Trauma Masa Lalu Tanda-tanda emosional trauma adalah : (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Shock, menyangkal, atau tidak percaya Marah, iritasi, perasaan yang berubah-ubah Rasa bersalah, malu, menyalahkan diri sendiri. Bingung , sulit untuk konsentrasi Cemas dan takut Menarik diri dari orang lain Merasa tepisah (disconnection ) Sedangkan tanda-tanda fisik dari trauma : (1) (2) (3) (4) Insomnia atau mimpi buruk Mudah terkejut Jantung berdebar debar Rasa sakit

15

(5) (6) (7) (8)

Kelelahan (fatique) Kesulitan berkonsentrasi Gelisah dan emosi yang bergejolak Ketegangan pada otot

Tanda dan perasaan-perasaan diatas biasanya berlangsung beberapa hari hingga beberapa bulan, dan berangsur akan menghilang seiring proses trauma. Tetapi meskipun merasa lebih baik, ada kemungkinan dari waktu ke waktu di ganggu oleh emosi atau ingatan-ingatan yang menyakitkan, terutama terhadap respon dari pemicu seperti perayaan sebuah peristiwa atau sebuah gambar, suara, atau situasi yang mengingatkan pada kejadian traumatis (Viedback, Sheila L: 2008). 3) a) Kepribadian Lansia Pengertian Kepribadian Kepribadian atau personality berasal dari kata persona yang berarti masker atau topeng: maksudnya apa yang tampak secara lahir tidak selalu menggambarkan yang sesungguhnya (dalam batinnya). Contoh: orang lapar belum tentu mau makan ketika ditawari makanan, pada hal perutnya keroncongan. Orang tidak punya uang dapat berpura-pura punya uang atau sebaliknya. Itulah gambaran kepribadian, bahwa yang tampak bukan yang sebenarnya. Kepribadian adalah semua corak perilaku dan kebiasaan individu yang terhimpun dalam dirinya dan digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan baik dari luar maupun dari dalam. Corak perilaku dan kebiasaan ini merupakan kesatuan fungsional yang khas pada seseorang. Perkembangan kepribadian tersebut bersifat dinamis, artinya selama individu masih bertambah pengetahuannya dan mau belajar serta menambah pengalaman dan keterampilan, mereka akan semakin matang dan mantap kepribadiannya (Depkes : 1992). b) (1) Tipe Kepribadian Tipe Kepribadian Konstruktif

16

Model kepribadian tipe ini sejak muda umumnya mudah menyesuaikan diri dengan baik terhadap perubahan dan pola kehidupannya. Sejak muda perilakunya positif dan konstruktif serta hampir tidak pernah bermasalah, baik di rumah, di sekolah maupun dalam pergaulan sosial. Perilakunya baik, adaptif, aktif, dinamis, sehingga setelah selesai mengikuti studi ia mendapatkan pekerjaan juga dengan mudah dan dalam bekerjapun tidak bermasalah. Karier dalam pekerjaan juga lancar begitu juga dalam kehidupan berkeluarga: tenang dan damai semua berjalan dengan normatif dan lancar. Dapat dikatakan bahwa tipe kepribadian model ini adalah tipe ideal, seolaholah orang tidak pernah menghadapi permasalahan yang menggoncangkan dirinya sehingga hidupnya terlihat stabil dan lancar. Jika tipe kerpibadian ini terlihat seolah-olah tidak pernah bermasalah hal itu terjadi karena tipe kepribadian model ini mudah menyesuaikan diri, dalam arti juga pandai mengatasi segala permasalahan dalam kehidupannya. Sifatnya pada masa dewasa adalah mempunyai rasa toleransi yang tinggi, sabar, bertanggung jawab dan fleksibel, sehingga dalam menghadapi tantangan dan gejolak selalu dihadapi dengan kepala dingin dan sikap yang mantap. Pada masa lanjut usia model kepribadian ini dapat menerima kenyataan, sehingga pada saat memasuki usia pensiun ia dapat menerima dengan suka rela dan tidak menjadikannya sebagai suatu masalah, karena itu post power sindrome juga tidak dialami. Pada umumnya karena orang-orang dengan kepribadian semacam ini sangat produktif dan selalu aktif, walaupun mereka sudah pensiun akan banyak yang menawari pekerjaan sehingga mereka tetap aktif bekerja di bidang lain ataupun ditempat lain. Itulah gambaran tipe kepribadian konstruktif yang sangat ideal, sehingga mantap sampai lansia dan tetap eksis di hari tua. (2) Tipe Kepribadian Mandiri Model kepribadian tipe ini sejak masa muda dikenal sebagai orang yang aktif dan dinamis dalam pergaulan sosial, senang menolong orang lain, memiliki penyesuaian diri yang cepat dan baik, banyak memiliki kawan dekat

17

namun sering menolak pertolongan atau bantuan orang lain. Tipe kepribadian ini seolah-olah pada dirinya memiliki prinsip "jangan menyusahkan orang lain" tetapi menolong orang lain itu penting. Jika mungkin segala keperluannya diurus sendiri, baik keperluan sekolah, pakaian sampai mencari pekerjaan dan mencari pasangan adalah urusan sendiri. Begitu juga setelah bekerja, dalam dunia kerja ia sangat mandiri dan sering menjadi pimpinan karena aktif dan dominan. Perilakunya yang akif dan tidak memiliki pamrih, justru memudahkan gerak langkahnya, biasanya ia mudah memperoleh fasilitas atau kemudahan-kemudahan lainnya sehingga kariernya cukup menanjak, apalagi jika ditunjang pendidikan yang baik, maka akan mengantarkan model kepribadian yang mandiri menjadi pimpinan atau manajer yang tangguh. Dalam kehidupan berkeluarga model kepribadian ini umumnya sangat dominan dalam mengurus keluarganya. Semua dipimpin dan diatur dengan cekatan sehingga semua beres. Seolah-olah dalam benaknya anak istri tidak boleh kerepotan dan jangan merepotkan orang lain. Model tipe ini adalah ayah atau ibu yang sangat perhatian pada anak-anak dengan segala kebutuhannya. Bagaimana model kepribadian tipe ini memasuki masa pensiaun dan masa lansia? Disinilah mulai timbul gejolak, timbul perasaan khawatir kehilangan anak buah, teman, kelompok, jabatan, status dan kedudukan sehingga cenderung ia menunda untuk pensiun atau takut pensiun atau takut menghadapi kenyataan. Termasuk dalam kelompok kepribadian model ini adalah mereka yang sering mengalami post power sindrome setelah menjalani masa pensiun. Sedangkan tipe kepribadian ini yang selamat dari sindrome adalah mereka yang biasanya telah menyiapkan diri untuk memiliki pekerjaan baru sebelum pensiun, misalnya wira swasta atau punya kantor sendiri atau praktek pribadi sesuai dengan profesinya masing-masing dan umumnya tidak tertarik lagi bekerja disuatu lembaga baru kecuali diserahi penuh sebagai pimpinan.

18

(3) Tipe Kepribadian Tergantung Tipe kepribadian tergantung ditandai dengan perilaku yang pasif dan tidak berambisi sejak anak-anak, remaja dan masa muda. Kegiatan yang dilakukannya cenderung didasari oleh ikut-ikutan karena diajak oleh temannya atau orang lain. Karena pasif dan tergantung, maka jika tidak ada teman yang mengajak, timbul pikiran yang optimistik, namun sukar melaksanakan kehendaknya, karena kurang memiliki inisiatif dan kreativitas untuk menghadapi hal-hal yang nyata. Pada waktu sekolah mereka biasanya dikenal sebagai siswa yang pasif, tidak menonjol, banyak menyendiri, pergaulannya terbatas sehingga hampir-hampir tidak dikenal kawan sekelasnya. Begitu juga saat menjadi mahasiswa, biasanya serba lambat karena pasif sehingga masa studinya juga lambat. Dalam mencari pekerjaan orang tipe ini biasanya tergantung pada orang lain, sehingga masuk usia kerja juga lambat dan kariernya tidak menyolok. Dalam bekerja lebih senang jika diperintah, dipimpin dan diperhatikan oleh orang lain atau atasan, namun jika tidak ada perintah cenderung pasif seolah-olah tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dalam pergaulan sehari-hari mereka cenderung menunggu ajakan teman namun sesudah akrab sulit melupakan jasa baik temannya. Dalam kehidupan perkawinan, karena orang pasif biasanya menikah terlambat dan memilih istri atau suami yang dominan, maka dalam kehidupan keluarga biasanya akur, akrab, tentram tidak banyak protes, pokoknya mengikuti kehendak suami atau istri. Pada saat pensiun mereka dengan senang hati menerima pensiun dan dapat menikmati hari tuanya. Masalah akan timbul jika pasangan hidupnya meninggal duluan. Kejadian tersebut seringkali mengakibatkan mereka menjadi merana dan kadang-kadang juga cepat menyusul, karena kehilangan pasangan merupakan beban yang amat berat sehingga mengalami stress yang berat dan sangat menderita. (4) Tipe Kepribadian Bermusuhan Tipe Kepribadian bermusuhan adalah model kepribadian yang tidak disenangi orang, karena perilakunya cenderung sewenang-wenang, galak, kejam,

19

agresif, semauanya sendiri dan sebagainya. Sejak masa sekolah dan remaja biasanya mereka sudah banyak masalah, sering pindah-pindah sekolah, tidak disenangi guru, dijauhi kawan-kawan sehingga sebagai siswa reputasinya negatif. Begitu juga setelah jadi mahasiswa, dikampus biasanya mereka dikenal sebagai tukang bikin ribut, prestasi akademik kurang, namun biasanya pandai pacaran, ganti-ganti pacar, berjiwa petualang (avonturir) dan mudah terjerumus dalam minum-minuman keras, menggunakan narkotik dan sejenisnya. Dalam dunia kerja umumnya mereka tidak stabil, senang pindah-pindah kerja atau pekerjaannya tidak menentu. Kalau menjadi pejabat cenderung foyafoya, menghalalkan segala cara dan semua keinginan harus dituruti, demi memberikan kepuasan diri. Tipe ini juga dikenal tidak mau mengakui kesalahannya dan cenderung mengatakan bahwa orang lah yang berbuat salah, banyak mengeluh dan bertindak agresif atau destruktif, pada hal dalam kenyataan mereka lebih banyak berbuat kesalahan. Model kepribadian bermusuhan ini juga takut menghadapi masa tua, sehingga mereka berusaha minum segala jenis jamu atau obat agar terlihat tetap awet muda, mereka juga takut kehilangan power, takut pensiun dan paling takut akan kematian. Biasanya pada masa lansia orang-orang dengan tipe ini terlihat menjadi rakus, tamak, emosional dan tidak puas dengan kehidupannya, seolaholah ingin hidup seribu tahun lagi. (5) Tipe Kepribadian Kritik Diri Tipe kepribadian kritik diri ditandai adanya sifat-sifat yang sering menyesali diri dan mengkritik dirinya sendiri. Misalnya merasa bodoh, pendek, kurus, terlalu tinggi, terlalu gemuk dan sebagainya, yang menggambarkan bahwa mereka tidak puas dengan keberadaan dirinya. Sejak menjadi siswa mereka tidak memiliki ambisi namun kritik terhadap dirinya banyak dilontarkan. Kalau dapat nilai jelek, selalu mengkritik dirinya dengan kata dasar orang bodoh maka malas belajar.

20

Begitu juga setelah dewasa dalam mencari pekerjaan dan bekerja juga tidak berambisi yang penting bekerja namun karier tidak begitu diperhatikan. Keadaan itu biasanya juga mengakibatkan kondisi sosial ekonominya juga menjadi pas-pasan, karena sulit diajak kerja keras. Dalam kehidupan berkeluarga juga tidak berambisi, syukur kalau dapat jodoh, namun setelah nikah hubungan suami istripun tidak mesra karena selalu mengkritik dirinya dengan segala kekuangannya. Karena kurang akrab berkomunikasi dengan suami atau istri, maka mudah terjadi salah faham, salah pengertian dan mudah tersinggung. Kehidupan dalam keluarga kurang hangat dan kurang membahagiakan dirinya. Dalam menghadapi masa pensiun mereka akan menerima dengan rasa berat, karena merasa lebih tidak berharga lagi dan tidak terpakai. Model kepribadian inilah yang sering terlihat pada lansia yang antara suami dan istri menjadi tidak akur, sehingga masing-masing mengurusi kebutuhan sendiri-sendiri, tidak saling menegur dan saling mengacuhkan walaupun hidup dalam satu atap. 3. Dampak Hipokondriasis Sekalipun mungkin tidak berbahaya, hipokondriasis harus tetap diwaspadai. Dalam ilmu keperawatan jiwa, kondisi ini sudah termasuk gangguan mental ringan ( common mental disorder). Meskipun demikian, hipokondriasis tetap harus diwaspadai. Penyakit ini membuat pasien harus minum berbagai obat yang sebetulnya tidak diperlukan. Jika seseorang mengonsumsi obat yang tidak ia perlukan, sangat mungkin ia menderita efek samping yang mestinya tidak terjadi. Di samping itu, dengan melakukan doctor shopping, pasien sangat mungkin terpapar dengan berbagai jenis pemeriksaan laboratorium yang mestinya tidak diperlukan, selain itu pasien harus membayar mahal untuk sesuatu yang tidak diperlukan.

21

Resiko lainnya, jika gangguan jiwa ini tidak ditangani dengan baik, sangat memungkinkan akan mengalami kecemasan yang tingkatnya lebih gawat. Jika ini berlangsung lama, kecemasannya akan menjadi lebih gawat. Pasien semakin stres dan kemudian akan membuat sakitnya semakin parah. ( Suryo: 2009). 4. Penanganan Hipokondriasiasis Lansia harus mendapatkan terapi yang tepat dari psikiaterkarena memang penyakitnya termasuk gangguan jiwa. a. Terapi Psikoterapi Karena penyakit ini bersifat kejiwaan, psikiater biasanya akan memberikan obat-obat antidepresan atau anticemas. Tapi dalam hal ini obat tersebut hanya sebagai terapi penunjang b. Cognitive Behavior Therapy ( CBT) atau terapi perilaku kognitif Teknik ini, akan mengajak pasien untuk lebih rasional menghadapi masalah dan mengalihkan pikiran dari penyakitnya. c. Teknik Psikoanalisis Teknik ini mengajak lansia untuk menggali trauma masa lalu yang terekam di alam bawah sadarnya. Setelah rekaman ini muncul ke alam sadar, pelan-pelan penderita diajak untuk berfikir rasional supaya berani menghadapi masalahnya. (kkyazid : 2010).

22

C.

Fokus Penelitian

sebab hipokondriasis lansia.

pada

Dampak hipokondriasis pada lansia.

Hipokondriasis pada lansia.

Aspek afektifyang Penanganan hipokondriasis. menyebabkan hipokondriasis.

Harapan lansia

Makna hipokondriasis bagi lansia.

2.1 Sekema fokus penelitian

Vous aimerez peut-être aussi