Vous êtes sur la page 1sur 18

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN AIDS AIDS merupakan penyakit serius, kronis dan mematikan yang diakibatkan adanya

imunodefisiensi. Patofisiologi Infeksi AIDS disebabkan oleh virus yang disebut Human Imunidefisiency Virus (HIV), virus ini termasuk virus HTLV III (Human T Limposit Virus) yang menyerang limposit T. pada infeksi HIV sel T yang diserang adalah sel T 4 atau sel T helper. Kelainan yang terjadi adalah sel T helper tidak berfungsi secar adequat dengan demikian sel T ini yang berfungsi sebagai inducer atau perangsang semua system imun diseluruh tubuh tidak berfungsi dengna baik sebagai akibatnya akan mengakibatkan gangguan fungsi imun seluruh tubuh tergangu. Sel T4 yang terinfeksi oleh HIV akan dihancurkan oleh virus ini, dan selama masa terinfeksi ini orang yang terinfeksi akan mengalami limpositopenia terutama sel T4. fungsi sel T abnormal yang ditandai dengan klien mudah terkena infeksi oportunistik (infeksi yang terjadi pada orang yang mengalami imunodefisiensi dan apabila infeksi ini menyerang orang yang memiliki system imun yang kompeten tidak akan menimbulkan penyakit). Untuk dapt hidup sel tubuh manusia membutuhkan reseptor khusus dipermukaan sel dan HIV ini reseptornya adalah CD4 yang terdapat dipermukaan sel T4 atau T helper. Virus masuk kedalam sel limposit T helper dalm keadaan tidak aktif dan akan aktif apabila ada virus lain seperti hepatitis, herpes simpleks dan lain-lain. Kerusakan system imun akibat HIV ini bersifat menetap seumur hidup. Immunopatogenesis. Limposit mempunyai peranan penting dalam system kekebalan tubuh. Limposit termasuk kedalam system imunitas spesifik dalam menghadapi suatu antigen yang masuk kedalam tubuh manusia. Dikenal dua jenis limposit yaitu limposit T dan limposit B. limposit T merupakan kelompok sel heterogen dengan dua jenis utama yaitu limposit T helper dan limposit T suppressor. Untuk dapat berfungsi dengan optimal didalam system imun produksi sel T helper sebagai inducer atau perangsang system imunitas lainnya harus diproduksi sesuai dengan kebutuhan dan sebagai pengontrolnya diperlukan sel limposit T suppressor yang menekan produksi sel T limposit agar tidak terlalu berlebihan yng juga dapat membahayakan bagi tubuh. Pada keadaan normal perbandingan jumlah sel T4 dan T8 adalah 2 : 1. Pada klien ynag menderita atau

terinfeksi HIV imunopatogenesisnya adalah berkurangnya jenis sel darah putih limposit T helper. Oleh karena sel limposit T helper adalah inducer pada seluruh system imunitas tubuh maka pada infeksi HIV yang menyerang T helper ini akan mengakibatkan seluruh system imunitas manusia menjadi terganggu dengan demikian individu tersebut akan mudah terkena infeksi. Pengkajian Anamnesa Anamnesa diarahkan kepada faktor resiko seperti : Perilaku seksual yang tidak aman Riwayat mendapat terapi transfusi darah Riwayat penyalahgunaan obat-obat dengan injeksi Riwayat penyakit hemofilia Riwayat pasangan memiliki penyakit HIV positif

Selain factor resiko anamnesa diarahkan kepada keluhan penyakit yang mengarah kepada imunodefisiensi seperti infeksi yang tidak sembuh-sembuh, diare yang lama. Pemeriksaan Fisik Gambaran klinis penyakit tergantung pada klasifikasi penyakit yang diderita. AIDS dibagi menjadi 4 kelas menurut criteria CDC amerika serikat 1987 : Kelompok I : infeksi HIV akut Kelompok II : seropositif HIV tanpa gejala atau infeksi asimtomatik Kelompok III : radang kelenjar getah bening menyeluruh Kelompok IV : penyakit berat yang berkaitan dengan AIDS yang dibagi lagi menjadi empat kelas yaitu : a) penyakit konstitusional seperti demam, nausea, kelelahan, muntah dan limfadenophaty b) penyakit neorologis, sakit kepala, encepalophaty dan neurophaty c) penyakit infeksi sekunder yang dibagi lagi menjadi C-1 dan C-2 d) keganasan sekunder e) keadaan lain

Gambaran Klinis kelompok I : fase infeksi akut ini terjadi setelah pemaparan virus dan dapat berlangsung sampai 6 minggu setelah kontak, manifestasi dari kelompok ini adalah acute seroconversion illness yang berupa demam, lethargi, nyeri sendi, lemah, nyeri otot, limfadenophaty dan nyeri tenggorokokan, dan gejala acute reversible encephalophaty seperti disorientasi, kehilangan ingatan dan perubahan personalitas. Kelompok II : Infeksi asimptomatik didefinisikan sebagai tidak adanya tanda-tanda klinis infeksi Kelompok III : Persistent generalized limphadenophaty didefinisikan sebagai adanya limphadenophaty yang teraba (KGB membesar sebesar 1 cm atau lebih) pada dua tempat atau lebih ekstra inguinal yang menetap selama 3 bulan, tanpa adanya penyakit atau keadaan lain yang nyata sebagai penyebabnya dapat berkembang menjadi AIDS dalam 24-60 bulan Kelompok IV : Penyakit HIV lain. Gambaran klinis penderita dapat dikelompokkan dalam satu atau lebih sub kelompok. Pada kelompok IV ini tanpa memperhatikan ada tidaknya limphadenophaty. Setiap sub grup mencakup penderita dengan gejala minimal sampai penderita sakit parah. Subgrup A : bila terdapat satu atau lebih gejala-gejala berikut ; demam lebih dari 1 bulan tanpa sebab yang jelas, penurunan berat badan lebih dari 10% atau diare lebih dari 1 bulan, lemah, penurunan aktivitas dan keringat malam, tanpa ada penyakit lain selain infeksi HIV yang dapat menjelaskan gejala tersebut. Subgrup B : Didefinisikan bila terdapat satu atau lebih gejala-gejala berikut ; demensia, mielophaty atau neurophaty perifer tanpa adanya penyakit atau keadaan lain selain infeksi HIV yang dapat mejelaskan adanya gejala tersebut. Subgrup C : Dibagi menjadi C1 meliputi penyakit simtomatik atau invasive yang disebabkan oleh satu diantara 12 penyakit infeksi sekunder seperti ; pneumonia pneumocystic cranii,

kriptosporidiosis kronik, toksoplasmosis, strongiloudiasis ekstra inguinal, infeksi cytomegalovirus seperti herpes simpleks, kriptococcus dan lain-lain. Dan C2 oral hairy leukoplakia, herpes zoster multidermatomal, bakteriemia almonela berulang, tuberculosis dan kandidiasis oral. Subgrup D : Keganasan sekunder atau kanker oportunistik Subgrup E : Didefinisikan sebagai adanya gambaran klinis atau penyakit lain, yang ridak dapat diklasifikasikan seperti diatas, yang mungkin berhubungan dengan infeksi HIV. Pengkajian Aktivitas Sirkulasi Eliminasi : cepat lelah, lemah, gangguan tidur, perubahan pada tensi darh, nadi yang tidak normal pada saat aktivitas : bila ada luka sukar sembuh, takikardia, penurunan tekanan vena, pucat, capillary revill turun : diare, lesi perianal muntah, turgor kulit turun Neursensori Nyeri/ rasa nyaman Respirasi : pusing, pelupa, kurang konsentrasi : sakit kepala, pembengkakan sendi : sering menderita infeksi saluran napas atas, batuk lama, sesak napas, takipneu, sputum positif, mudah terkena TBC dan sukar sembuh Seksualitas Interitas kulit : riwayat resiko tinggi : stress berkaitan dengan hubungan dengan orang lain, depresi, denial, isolasi social, stigma dari masyarakat Infeksi oportunistik dari berbagai jenis mikroorganisme berpengaruh besar terhadap manifestasi klinis pada infeksi HIV, infeksi dapat disebabkan oleh protozoa, virus, jamur atau bakteri. klien yang menderita AIDS bahkan dapat terkena infeksi oleh lebih dari satu mikroorganisme sekaligus. Cairan dan makanan : anorexia, kurang toleran dengan makanan, BB turun, dehidrasi,

Infeksi oportunistik yang paling sering adalah infeksi pneumonia akibat dari P. cranii, klien akan mengalami sakit dada, kesulitan bernapas, yang makin lama makin memburuk. Klien akan memperlihatkan dispneu, batuk kering persistent, demam dan rales. Infeksi protozoa lainnya adalah meningitis yang diakibatkan oleh toxoplasma yang dapat menyebabakan perubahan personality, bingung berat, sakit kepala hebat, kejang dan lethargi. Parasit yang sering menyerang pada klien ini adalah Cryptosporidium yang dapat menyebabkan gastroenteritis dan nyeri abdomen. Manifestasi parasit ini pada klien AIDS bervariasi dari diare ringan sampai dengan sindroma menyerupai kolera yang membahyakan karena dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit. Jamur yng sering menyebabkan infeksi oportunistik adalah candida albican yng dapat menyebabkan stomatitis dan paringitis. Klien dengan infeksi ini sering mengeluh tidak ada nafsu makan karena rasa tidak enak, sakit menelan. Pada pemeriksaan fisik akan didapat eksudat putih seperti keju pada mulut, pangkal lidah, lidah dan tenggorokan. Bakteri yang sering menyebabkan infeksi pada klien AIDS adalah micobakterium tuberkulos yang dapat menyebabkan sesak napas karena klien sukar sembuh. Pemeriksaan laboratorium Pada pemeriksaan darah akan terdapat leukopenia biasanya kurang dari 3500 sel/mm 3 dan lymphopenic kurang dari 1500 sel/mm3. pada pemeriksaan limfosit T terdapat penurunan jumlah limfosi T helper atau T4 dan adanya penurunan ratio T4 dan T8 (perbandingan kurang dari 1 karena limfosit T4 berkurang), anemia, trombositopenia, CD4+ limfosit kurang dari 200/mm3 Pada pemeriksaan ELISA seseorag akan dikatakan positif apabila pada pemeriksaan kedua kali hasilnya positif, hal ini disebabkan oleh karena ELISA kurang spesifik. Pemeriksaan yng spesifik adalah analisa Western Blot yang merupakan tes yang lebih spesifik menganalisa antibody terhadap AIDS, apabila hasil pemeriksaan ini positif bukan berarti klien sedang menderita AIDS tapi pernah menderita AIDS yang kemungkinan pada saat ini sedang tidak aktif dan orang ini dikatakan dapat menyebarkan infeksi dan dapat terkena AIDS kapan saja. Pemeriksaan Western Blot ini dilakukan setelah pemeriksaan ELISA positif.

Tes laboratorium lain yang harus dilakukan adalah yang berhubungan dengan kemungkinan infeksi oportunistik dan untuk melihat kondisi keseluruhan klien, sehubungan dengan AIDS dapat berpengaruh terhadap kesehatan klien secara keseluruhan pemeriksaan tersebut seperti VDRL, virus hepatitis B dan immunoglobulin selain tentunya darah lengkap, semua pemeriksaan ini ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi lebih berat atau untuk mendeteksi dini sehingga dapat dicegah atau dihilangkan gejalanya. Diagnosa Diagnosa AIDS dapat dimulai sebagai akibat dari test antibody HIV positif atau berdasarkan gejala penyakit HIV yang terdaftar dalam definisi CDC. Diagnosa akan dihasilkan dari klasifikasi persetujuan orang untuk kemajuan penyakitnya. Suatu diagnosa AIDS sering menyebabkan reaksi penolakan, ketidakpercayaan, kaku, ketidakmampuan berkonsentrasi atau membuat keputusan dan marah. Dukacita dan kehilangan umumnya menyertai diagnosa AIDS (Kubler-Ross, 1987). Stigma dan diskriminasi social terhadap orang dengan AIDS memperberat ketakutan dan kehilangan pengalaman. Orang dengan AIDS (PWA) mungkin mempedulikan reaksi keluarga, teman dan co-pekerja. Beberapa PWA melaporkan masalah dengan coverage perawatan kesehatan oleh asuransi perusahaan mereka yang menambahkan kepedulian finansial mererka dan gejala psikoemosional. Hubungan untuk perawatan psikiatri akan membuat PWA yang dibuktikan dengan gejala depresi, keinginan bunuh diri, penolakan yang maladaftif oleh peningkatan resiko orang atau orang lain, cemas berlebihan atau delirium (Zook dan Davidhizar, 1989). Depresi berlebihan dilakukan dengan protocol standar pada antidepresan dan psikoterapi. Preperingatan keamanan harus diadakan bagi mereka yang hendak bunuh diri. Delirium telah dilaporkan lebih dari 50% dari PWA hospitalisasi medis. Gejala psikoemosional ini dapat bercampur dengan tindakan perencanaan dan perawatan untuk seorang PWA dan begitu dibutuhkan kemampuan keperawatan psikiatrik.

Perencanaan : diperintah/ dipesan Penilaian status mental berkelanjutan Monitor untuk infeksi/ peradangan yang oportunis berhubungan dengan kehadiran hiv Pencegahan hiv tranmission Pemeliharaan berat badan dan meningkatkan status gizi Mengurus antrival dan pengobatan antipsychotic ketika

Intervensi/ implementasi : Hubungan Perawat-Klien menggunakan kalimat pendek, singkat dan sederhana untuk memperkecil kebingungan. Memberikan diet TKTP memelihara tindakan pencegahan universal memperoleh bantuan, jika dihasut. Pengobatan psychopharmacology: haldol dan zidovudine Jika memberi pengobatan IM, gunakan jarum suntik disposible dan buang ketempat yang aman Evaluasi Catat jika adanya infeksi dan peradangan Memelihara dan meningkatkan berat badan Tindakan keperawatan mandiri dan kolaboratif Perawat perlu untuk memahami prinsip pengobatan klien dengan AIDS Pengobatan umum Bertujuan untuk memperbaiki keadaan umum dan mempertahankan kondisi kesehatan agar terbebas dari infeksi oportunistik yang membahayakan upaya ini adalah upaya memperbaiki dan mempertahankan status gizi yang adequate, status cairan yang adequat,

sikap hidup yang positif dan sehat, mencegah penularan dan olahraga yang cukup untuk meningkatkan stamina. Cara-cara untuk menghindarkan infeksi seperti : Hubungan seksual yang aman dengan pasangan, tidak berganti-ganti pasangan, hindari hubungan seksual dengan wanita prostitusi HIV Hindari hubungan seksual dengan kaum homoseks Apabila klien termasuk kedalam kelompok resiko tinggi walaupun belum terkena HIV dianjurkan untuk memeriksakan ELISA Pengobatan spesifik adalah obat antiretroviral, karena HIV termasuk kedalam golongan retroviral, sampai saat ini belum dapta ditemukan obat antiretroviral yang dapat membunuh virus AIDS yang ada adalah obat yang dapat menghambat pertumbuhan virus dengan cara menghambat aktivitas enzim reverse transriptase. Obat retrovirus yang paling banyak dipakai adalah Zidovudin, Didanosin dan Zalcitamin. Obat ini dapat menimbulkan resistensi apabila diberikan secara kombinasi. Pengobatan untuk infeksi oportunistik sangat penting karena biasanya klien meninggal bukan karena AIDS tapi karena adanya infeksi oportunistik yang tidak sembuh karena tidak memiliki kemampuan untuk melawannya. Infeksi oportunistik yang sering terjadi pada penderita AIDS di Indonesia adalah tuberculosis, jamur, toxoplasmosis, pneumosistis cranii, virus herpes simpleks dan sitomegalovirus. Infeksi Oportunistik Tuberculosis Jamur kandida Pneumonia pneumostis cranii Toxoplasmosis Herves simpleks Sitomegalovirus Obat Streptomisin, pirazinamid Kotekonazol Septrim/ baktrim Sulfadiazin dan pirimetamin Asiklovir Gansiklovir Hindari pemakaian jarum suntik bersama-sama dengan orang lain Hindari penggunaan obat-obat terlarang yang dapat menjurus ke infeksi

rifamfisin,

INH,

etambotol

dan

Yang perlu diperhatikan adalah setelah sembuh klien sering memerlukan obat pencegahan jangka panjang agar infeksi ini tidak kambuh kembali. Pengobatan dengan imunofarmakologi meliputi pengaturan system imun dengan obat-obatan. Pengobatan imunosupresif dengan obat cytotoxic seperti radiasi, glucocortikosteroid, obat cytotoxic, terapi antibody. Obat untuk meningkatkan kekebalan tubuh diberikan karena pada AIDS terjadi penurunan kekebalan tubuh dan kekebalan tubuh inilah yang dapat menyebabkan infeksi oportunistik, obat ini biasanya mahal dan hasilnya masih terus teruji, salah satu obat yang digunakan adalah interferon. Support psikososial diberikan sehubungan dengan perasaan kehilangan, berduka, isolasi dan peningkatan aktivitas sesuai kebutuhan. Sebagai perawat tindakan pencegahan yang harus dilakukan adalah : Menganggap darah dan semua cairan tubuh klien terinfeksi Mencuci tangan dengan benar Memakai sarung tangan mencegah kontaminasi dengan cairan tubuh terutama apabila merawat klien pada resiko tinggi Disposible buang ke tempat tertutup Alat suntik satu kali buang Semua bahan laboratorium anggap terkontaminasi

Strategi penanganan dan perawatan untuk penderita AIDS dementia kompleks dan depresi Tantangan Pernyataan akinetik yang terlambat karena klien tidak bisa bicara secara jelas Manifestasi Klinik Immobilisasi dan ketidakmampuan untuk berbicara Strategi Perawatan Monitor masalah dengan immobilisasi, kegagalan kulit, kedalaman trombosis vena, pneumonia. Ambulasi klien setiap hari jika memungkinkan atau latihan ROM. Latihan dalam waktu yang sama setiap hari. Termasuk terapi fisik jika terdapat kelemahan otot pada pasien atau resiko kontraktur. Tanyakan pertanyaan

sederhana suatu saat yang bisa dijawab dengan iya atau tidak. jika pasien tidak bisa bicara terlalu rutin banyak, untuk contoh melihat kembangkan mengecek bahasa kebiasaan

kenyamanannya, tubuh untuk

observasi ekspresi wajah pasien dan kebutuhannya. Disfungsi sensorimotor Kerusakan motorik Koordinasi dan tingkatan nada otot Cara berjalan yang tidak terkoordinasi : Kaku ; intensitas tremor ; atxia ; kekentalan dan diatria dalam berbicara ; gerakan tangan yang buruk ; kelemahan dan kelelahan ; paraparesis ; quardiparesis ; hyperrefleksia ; inkontinensia bladder dan bowel Ciptakan lingkungan yang nyaman.

Gunakan decal resisten atau keset kaki seperlunya. Modifikasi juga esperlunya. Pembagian langkah tugas kedalam Jika langkahudara kecil. matras

menghalangi pasien dalam kemampuan memperlihatkan tugasnya, ganti denagn matras egg crate. Ketika membantu ADL kembangkan anjurkan frekuansi pasien saat untuk Ikuti istirahat. Jika pasien tidak bisa memenuhi ADLnya, perwawatan langsung.

perkembangan pasien secar rutin di ruumah. Anjurkan pasien untuk bicara secara lambat dan langsung pada topik masalah ketikan memungkinkan ; periksa informasi dengan pasien. Pasang label pada air panas ; cek temperatur sebelum memandikan pasien. Lihat tanda-tanda infeksi saluran perkemihan terhadap inkontinensia, contoh merasa panas saat BAB, frekuensi, mendesak atau tidak,

demam, dll. Gangguan personal dan tingkah laku Kerusakan kontrol impuls Hasutan ; kesenangan, ledakan kemarahan Identifikasi dan pindahkan penyebab hasutan secara langsung lebih laku. Lindungi obat pasien dari baik injuri. essuai dari daripada mencoba mengontrol tingkah Libaatkan dalam rencana perawatan. Berikan kebutuhan. psychoactive stimulus Kurangi

lingkungan. Batasi kontak pasien dengan kecemasan, staf atau orang penting lainnya. Tetapkan efek dari kafein pada pasien dan batasi penggunaanya. Rujuk ke psikiatrik sebagai intervensi selanjutnya Kelabilan emosi Perubahan mood dari penyesuaian situasi dan reaksi catastropik Atur medikasi kecemasan yang

dibutuhkan . Bnatu pasien menyusun manjemen seperti relaksasi dan stress inokulasi. Gunaan medikasi kecemasan dengan peringatan

stress; serangan panik tujuan realisits. Ajarkan teknik stress

Reaksi depresi Kesedihan

menangis, kemerosotan tubuh, mengekspresikan perasaan tidak berharaga, tidak punya harapan, tidak ada perolongan, menarik diri dari

Tingkatkan harga diri dengan mendorong tugas penyelesaian dengan perkiraan yang berturut-turut dan diperolehnya pujian. Beri kesempatan untuk berduka atas kehilangan, melawan kematian dan menemukan arti situasi sekarang. Bantu pasien untuk beradaptasi sebelumnya prilaku koping yang berhasil pada situasi

kontak social

saat ini. Set tujuan realistik untuk aktivitas yang berarti.

Berduka yang maladaptif

Membangun kesalahan dan kemarahan pada kesalahan orang lain, curiga, menganiaya dengan verbal dan fisik, permintaan yang tidak realistis, bunuh membunuh

Tingkatkan kecukupan intake makanan dan cairan, eliminasi, tidur dan aktivitas sehari-hari. Jika pasien menerima psychostimulant dextroamphetamin, atur dosis terakhir sebelum tengah hari. Jika pasien menerima methylphenidate, atur dosis terakhir sebelum jam 4 PM Demonstrasikan sikap yang dapat

diri dan ide-percobaan dipercaya dan akrab, dengan tegas, konsisten. Jelaskan prosedur sebelum itu dilakukan. Ingatkan dengan lembut dan objektif. Hindarkan menentang atau memicu pasien meledak sendiri. Abaikan prilaku yang tidak sesuai; dukungan yang positif Bantu yang untuk mengatasi kehilangan. Mengecilkan situasi yang mengancam. untuk menyalurkan kemarahan tepat. Antisipasi kebutuhan.

Motivasi pasien dan pemberi rawatan untuk berpartisipasi dalam keperawatan ; sediakan atau berikan terapi yangb mendukung. Adakan pencegahan bunuh diri: awasi tiap tingkat risiko; ciptakan lingkungan digunakan Ketika pasien yang untuk aman dengan memindahkan benda pasien yang dapat menimbulkan dengan kerusakan; kunci atau segel jendela. mengancam

senjata, lindungi diri dan yang lain dan minta bantuan. Rujuk ke ahli kesehtan mental untuk intervensi atau hospitalisasi psikiatrik jika diperlukan PSIKOPATOLOGI Komplikasi Neurologi Ada indikasi bahwa CNS umumnya terinfeksi oleh HIV lebih cepat dalam perjalanan infeksi (Worley dan Price, 1992). Selama fase akut komplikasi neorologi diantaranya adalah meningitis, ataxia, myelopthy, system saraf perifer yang abnormal. Banyak pasien sembuh dari komplikasi tersebut dalam beberapa minggu kecuali meningitis. Selama fase asimtomatik HIV. Komplikasi neurology termasuk neuropathy yang mirip dengan sindrom Guillain- Bare atau implamasi demyelin polyneuropathy kronik (CIDP). Keutamaan infeksi HIV dalam fase yang lambat adanya komplikasi kekacauan system saraf pusat (CNS) dan system saraf perifer (PNS). Kekacauan ini terjadi secara umum dan memimpin angka kesakitan. Hubungannya tidak hanya kesempatan terinfeksi dan neoplasma tetapi juga infeksi HIV secara langsung pada system saraf. AIDS dementia adalah lebih umum disfungsi CNS lambat dan kararkteristik dari kognitif, motorik dan disfungsi tingkah laku. Hal ini lebih sering terjadi setelah pasien AIDS mendapat perkembangan terinfeksi secara mayor. Bagaimanapun juga, AIDS dementia mungkin terjadi sebelum terjadinya komplikasi dari system mayor dan dalam rekognisi AIDS dementia kompleks telah ditambahkan dalam criteria diagnosa dari AIDS (Burgess, 1990 ; Johnson, 1989). Antara 50% dan 85% PWAs dan 5%-10% gejala penyakit HIV berkembang dengan tanda kronik dari AIDS dementia (Dickerson dan Ranseen, 1990) AIDS dementia seringkalli ditunjukan melalui konsentrasi dan kelalaian yang mengalami penurunan disertai dengan ketajaman-ketajaman menjadi menurun, penurunan psikomotor, perhatian, keletihan, dan kepentingan didalam bekerja dan aktivitas-aktivitas sehari-hari menjadi menurun peran aktifnya, dan juga hilangnya libido. Kemudian gejala-gejala daripada AIDS dementia mungkin dapat meliputi gejala-gejala seperti halusinasi, kekacauan, tidak orientasi, mendapat serangan jantung, mutisme,

dementia yang kuat sekali, dan pada akhirnya koma yang mengarah kepada kematian (McArthur, 1990 ; Porth, 1990). Prosedur-prosedur melalui gambar saraf dan evaluasi-evaluasi cairan cerebrospinal adalah sangat penting sekali didalam menentukan komplikasi-komplikasi neurologis. CT Scan dan MRI memperlihatkan penemuan-penemuan secara universal mengenai cerebral atrophy, cortical sulci yang telah berkembang biak atau meluas, dan verticles yang telah membesar. Bukti yang telah dikumpulkan dari suatu banyaknya sumber-sumber penunjang atau pendukung kandungan bahwa AIDS dementia kompleks secara langsung dapat menyebarluaskan kepada infeksi otak melalui HIV. Sakit kepala dan photopobia adalah merupakan gejal-gejala meningeal. Tipe-tipe dari meningitis yang bersifat khusus mungkin akan menjadi eseptic meningitis, yang mana mungkin dihasilkan dari infeksi HIV, ataupun suatu meningitis dari salah satunya infeksi-infeksi yang oportunitis. Infeksi meningitis yang sangat umum sekali pada para pasien AIDS adalah dari infeksi jamur Cryptococcus neoformans. Sejumlah gangguan-gangguan atau penyakit-penyakit otak focal dapat terjadi terhadap para pasien AIDS. Penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan tersebut yang sudah akut tersebut menganggap atau memperkirakan penyaki-penyakit atau keletihan yang lainnya. Penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan yang paling umum sekali adalah subakut selama beberapa hari atau beberapa minggu. Penyakit-penyakit otak tersebut dapat meliputi serebral toxoplasmotis, primary CNS lymphomia, progressive multifocal leucoencephalopathy, tuberculosis barain abcess, cryptoccocoma, variellazoster virus encephalitis dan herpes encephalitis (Worley dan Price, 1992). Yang paling umum sekali adalah cerebral toxoplasmosis. Manajamen Neurologis Neuropaties dari tahapan asymptomatic penyakit HIV seringkali dilakukan perawatan 1992). Penelitian-penelitian menunjukan bahwa AIDS dementia dapat merespon terhadap terapi antriviral seperti zidovudine. Perawatan untuk AIDS dementia seringkali dapat dengan pemberian plasmaphoresis atau corticosteroid. Intavenous immunoglobin kemungkinan juga akan sangat membantu sekali (Worley dan Price,

meliputi methylphenidol (Ritalin) sehubungan dengan depresi, kelesuan, dan penarikan. Haloperidol (Haldo) mungkin daapt dipergunakan didalam dosis kecil saja untuk pengaturan paranoid dan halusinasi (Polk-Walker, 1089). Seorang perawat perlu untuk mengakses secara teratur bagi seorang pasien menurut kapasitasnya untuk bekerja dan untuk dapat melaksanakan aktivitas-aktivitas kehidupan mereka sehari-hari. Penguian nyata dan peringatan-peringatan untuk keamanan atau keselamatan harus didasarkan kepada penilaian perkiraan seorang perawat mengenai status atau keberadaan psikoemosional PWA. Bagi para pasien dengan AIDS dementia, maka para perawat akn menghadapi suatu kendala atau hambatan didalam menghadapi timbulnya dan pemeliharaan suatu teurapeutik millie. Para perawat mungkin memerlukan untuk menetapkan tindakantindakan atau langka-langkah untuk memastikan bahwa peringatan-peringatan secara universal dapat dipelihara untuk melindungi pegawai atau staff dan para pasien yang lainnya. Misalnya, sebagai contoh, jarum-jarum yang dapat ditarik masuk kembali sangat diperlukan sekali apabila akan memberikan medikasi atau pengobatan yang bersifat emergensi atau darurat terhadap gangguan mental hebat seorang pasien yang terinfeksi dengan HIV. Ini sangat tidak umum sekali bagi para perawat untuk memakai sarung tangan didalam memberikan perawatan kepada para pasien secara psikiatris. Jika tindakan atau langkah peringatan secar universaal sangat diperlukan sekali, maka ini mungkin akan memunculkan pertanyaan. Penyakit-Penyakit Atau Gangguan-Gangguan Psikiatris Yang Berhubungan Dengan Infeksi HIV Penyesuaian penyakit dapat meliputi keadaan jiwa atau suasana hati tertekan ataupun keadaan jiwa yang gelisah. Penyakit atau gangguan yang paling berpengaruh depresi, kehilangan, gangguan atau penyakit bipolar. Penyakit-penyakit gelisah dapat membangkitkan gangguan atau penyakit kegelisahan. Penyakit atau gangguan kejiwaan organik infeksi HIV atau infeksi opportunistic dementia, kanker yang berhubungan dengan dementia seperti cerbral lymphoma ataupun sarcoma kaposi yang telah menyebarluas. Delirium adalah penyakit atau gangguan keadaan jiwa organik depresi,

manic, penyakit atau gangguan tubuh yang berbaur. Penyakit atau gangguan kejiwaan, keterbatasan atau antisosial. Penyakit atau gangguan penyimpangan substansi. Strategi-strategi untuk pengaturan dan kendala-kendal mengenai perawatan bagi para pasien dengan AIDS dementia kompleks dan depresi. Tantangan AIDS DEMENTIA KOMPLEKS Disfungsi Intelektual kognitive Konsentrasi yang tidak seimbang Kesulitan mengikuti petunjuk-petunjuk, dan juga untuk tugastugas yang sederhana; mudah untuk diikuti Sebelum dahulu mempelajari, bersihkanlah dari dan Manifestasi Klinik Strategi Perawatan

distraksi-distraksi

lingkungan, matikanlah televisi, radio, dan tutuplah pintu. Batasilah pengajaran atau belajar untuk gagasan-gagasan yang sederhana Lengkapilah ataupun dengan tugas-tugas. materi secara

tertulis. Pengajaran dari para perawat sangat diperlukan sekali Menurunnya daya ingat Tidak ingat; ketidakmampuan untuk menyebutkan kembali kejadiankejadian ataupun peristiwa-peristiwa yang baru saja dialaminya; Mempergunakan faktor-faktor baik

secara tertulis maupun secara verbal. Berikanlah pasien dengan informasi secara berulang-ulang Tuliskanlah dan sesering penugasamungkin.

penugasan. Verifikasikanlah informasi yang telah disampaikan kepada seorang pasien dengan yang lainnya ang

konfabulasi

dnianggap

penting.

Hindarilah

konfrontasi pasien dengan kepercayaan dirinya yang harus selalu mereka jaga. Pemisahan yang tidak seimbang Mengkonsentrasikan pikiran; alasan yang sulit direalisasikan; kesulitan dengan keadaan-keadaan yang sebenarnya; kesulitan dengan pemecahan masalah Struktur perawatan demikian adalah konsisten dengan rutinitas seorang pasien di rumah. Berikanlah sejumlah pilihan yang terbatas kepada pasien untuk dapat berkonsentrasi. Berikanlah pengambilan keputusan di dalam batasbatas toleransi kepada pasien. Ajarkanlah untuk dapat mentransferkan atau memindahkan pada hal yang jelas meskipun keadaannya hampir mirip, membanntu seorang pasien menunjukan karakteristik-karakteristik yang lebih akrab pada keadaan-keadaan yang jelas. Menurunnya kemampuan(Penurunan Psikomotor) Kelambanan baik itu secara verabal psikis, keletihan dan persamaan terhadap lingkungan sekitarnya, penarikan diri dari lingkungan sosial Delirium Kekacauan, tidak orientasi, ketergesagesaan, kegelisahan menurunnya Berikanlah untuk arahan kebebasan pada mereka aktivitas tetap

sebanyak mungkin. Berikanlah waktu mereka untuk selama dapat kehidupan sehari-harinya. Berikanlah mempertahankan atau menjaga aktivitas dirinya. Memulai hubungan. Berikanlah sosialisasi meskipun dengan hanya satu orang saja. hindarilah pengisolasian diri. Berikanlah reorientasi dan bantuan

kemampuan mental maupun secara

kepada mereka mengenai daya ingatnya (Misalnya, kalender saku dan kotakkotak pil yang terdapat peringatan

kemampuan didalam mempergunakan pertimbangan sosial yang baik dan alasan yang akurat, penyimpangan yang jauh sekali dari para perawat, dan halusinasi (jarang)

didalamnya). Bantulah seorang pasien untuk menyusun kegiatan merka setiap hari. Kurangilah perubahan-perubahan didalam jadwal ataupun didalam ruang kehidupannya. Berikanlah jumlah pilihan konsentrasi yang terbatas.

Dengan demikian struktur perawatan akan konsisten dengan rutinitas pasien di rumah. Yakinkanlah setiap waktu dan periksalah sesering mungkin pada malam hari. Jagalah lingkungan sebaik mungkin. Gunakanlah tape atau perekam yang reflektif untuk menunjukan atau mengarahkan kepada pasien pada tempat kamar mandi ataupun kursi. Berilah label pada kamar pasien. Restrain pasien ketika beristirahat terakhir (malam hari). Untuk halusinasi, bantulah pasien untuk tetap memelihara hubungan dengan kenyataan hindarilah telitilah mengenai menopang anjurkanlah mencari dan yang lainnya, dan keterisolasian. Sebelum

penurunan daya ingat dan pertimbangan, preferensi seorang pasien perawatan untuk yang berusaha hukum dapat dan atau untuk kehidupannya penasehat

menyelesaikan atau mengeluarkan suatu kekuasaan dari seorang pengacara yang dapat tahan lama.

Vous aimerez peut-être aussi