Vous êtes sur la page 1sur 68

a k u n t a n

i n d o n e s i a mitra dalam perubahan

Edisi No.20/Tahun III/Oktober 2009

Harga Rp. 20.000,- (Pulau Jawa) Rp. 22.500,- (Luar Jawa)

Transparansi dan Akuntabilitas Konvensi Nasional Akuntansi (KNA) VI: Peran Akuntan Dalam Penataan Ulang Sistem Finansial Global Pasca Krisis Roadmap Terkini Konvergensi IFRS Pernyataan Sikap Profesi

ai
Nama Pengurus
Drs. Zaenal Soedjais Ketua Dewan Penasehat Drs. Soedarjono Anggota Dewan Penasehat Prof. Dr. Zaki Baridwan, MSc. Anggota Dewan Penasehat Drs. Hans Kartikahadi Anggota Dewan Penasehat Prof. Dr. Wahjudi Prakarsa Anggota Dewan Penasehat Drs. Ahmadi Hadibroto, MSc. Ketua Dewan Pengurus Nasional Drs. Atjeng Sastrawidjaja Anggota Dewan Pengurus Nasional Prof. Dr. Djoko Susanto, MSA. Anggota Dewan Pengurus Nasional Sunardji, SE., MM. Anggota Dewan Pengurus Nasional Dr. Ilya Avianti, SE., MSi., Ak. Anggota Dewan Pengurus Nasional Drs. Mustofa Anggota Dewan Pengurus Nasional

a k u n t a n
i n d o n e s i a

mitra dalam perubahan

Visi & Misi IAI


Misi IAI a. Memelihara integritas, komitmen, dan kompetensi anggota dalam pengembangan manajemen bisnis dan publik yang berorientasi pada etika, tanggungjawab, dan lingkungan hidup; b. Mengembangkan pengetahuan dan praktek bisnis, keuangan, atestasi, nonatestasi dan akuntansi bagi masyarakat; dan c. Berpartisipasi aktif dalam mewujudkan good governance melalui upaya organisasi yang sah serta dalam perspektif nasional dan internasional.

Visi IAI Menjadi organisasi terdepan dalam pengembangan pengetahuan dan praktek akuntansi, manajemen bisnis dan publik yang berorientasi pada etika dan tanggungjawab sosial serta lingkungan hidup dalam perspektif nasional dan internasional.

Drs. Eddie M. Gunadi Anggota Majelis Kehormatan Herwidayatmo Ketua Dewan Konsultatif SAK Arif Arryman Anggota Dewan Konsultatif SAK Bambang Setiawan Anggota Dewan Konsultatif SAK Bambang Subianto Anggota Dewan Konsultatif SAK Erry Firmansyah Anggota Dewan Konsultatif SAK Henry Lumban Toruan Anggota Dewan Konsultatif SAK I Gusti Agung Made Rai Anggota Dewan Konsultatif SAK Indarto Anggota Dewan Konsultatif SAK Istini T. Siddharta Anggota Dewan Konsultatif SAK Jhonny Darmawan Anggota Dewan Konsultatif SAK Jusuf Halim Anggota Dewan Konsultatif SAK Kuswono Soeseno Anggota Dewan Konsultatif SAK Sandiaga S. Uno Anggota Dewan Konsultatif SAK Siti Ch Fadjrijah Anggota Dewan Konsultatif SAK Wahyu Karya Tumakaka Anggota Dewan Konsultatif SAK Rosita Uli Sinaga Ketua DSAK Agus Edy Siregar, SE. Anggota DSAK Dr. Etty Retno Wulandari Anggota DSAK Eddy Rasyid Anggota DSAK Liau She Jin Anggota DSAK Jumadi, SE., Ak., BAP. Anggota DSAK

Merliyana Syamsul Anggota DSAK Roy Iman Wirahardja Anggota DSAK Dr. Meidyah Indreswari Anggota DSAK Riza Noor Karim Anggota DSAK Budi Susanto Anggota DSAK Ferdinand D. Purba Anggota DSAK Irsan Gunawan Anggota DSAK Ludovicus Sensi Anggota DSAK Saptoto Agustomo Anggota DSAK Dr. Setiyono Miharjo Anggota DSAK Agung Nugroho Soedibyo Ketua Komite Etika Wawat Sutanto Anggota Komite Etika Linus M. Setiadi Anggota Komite Etika Setiawan Kriswanto Anggota Komite Etika Wiwik Utami Anggota Komite Etika Sally Salamah Anggota Komite Etika Suyatno Harun Anggota Komite Etika Syarief Basir Anggota Komite Etika Unti Ludigdo Anggota Komite Etika Mirawati Sudjono, Ak., MSc. Ketua BPH-KUKK Bambang Utoyo, Ak. Wakil Ketua BPH-KUKK Bramantyo Anggota BPH-KUKK

Rakhmat Adi Santosa Anggota BPH-KUKK Retno Wulandari Anggota BPH-KUKK Dra. Suhartati Suharso Anggota BPH-KUKK Ujiani Purnamaningsih Anggota BPH-KUKK Prof. Dr. Indra Wijaya Kusuma, MBA., Ak. Ketua KERPPA Dr. Hilda Rossieta Anggota KERPPA Drs. Indarto Anggota KERPPA Ito Warsito, Ak., MBA. Anggota KERPPA Dr. Sumarno Zain, MBA., Ak Anggota KERPPA

Ali Darwin, Ak., MSc. Anggota Dewan Pengurus Nasional, Ketua IAI-KAM

Dr. Ainun Naim, MBA., Ak. Anggota Dewan Pengurus Nasional, Ketua IAI-KAPd Syafri Adnan Baharuddin, Ak., MBA. Anggota Dewan Pengurus Nasional,

Dra. Tia Adityasih Anggota Dewan Pengurus Nasional, Ketua IAI-KAP

Dr. Haryono Umar, Ak., MSc. Anggota Dewan Pengurus Nasional, Ketua IAI-KASP Drs. Kanaka Puradiredja Ketua Majelis Kehormatan Drs. Safaat Widjajabrata Anggota Majelis Kehormatan B. Hartono, SH., SE., Ak., MH. Anggota Majelis Kehormatan Supriyadi Anggota Majelis Kehormatan VJH. Boentaran Anggota Majelis Kehormatan Aep Saefuddin Rizal Anggota Majelis Kehormatan

ai
P
Selamat membaca!

PENGANTAR REDAKSI
Transparansi dan Akuntabilitas

ertama-tama izinkanlah Dewan Redaksi bersama-sama dengan seluruh Pengurus dan karyawan Ikatan Akuntan Indonesia mengucapkan selamat Idul Fitri 1430 H, mohon maaf lahir dan bathin.

Kami turut prihatin pula dengan terjadinya bencana alam di Sumatera Barat dan beberapa wilayah lainnya di Indonesia, dan kami berharap saudara-saudara yang tertimpa musibah dapat senantiasa tabah, dan kepada saudara-saudara di seluruh penjuru dunia marilah kita membantu saudara-saudara kita yang sedang tertimpa musibah. Pada bulan Oktober 2009 ini kita menghadapi pula hal-hal penting lainnya, dan tampak serba baru meskipun beberapa di antaranya masih merupakan wajah lama. Cobalah perhatikan MPR, DPR, DPD, DPRD, dan bagaimana sibuknya para wartawan meliput proses audisi pemilihan menteri di Cikeas, tempat kediaman SBY. Selain itu, pada 19 Oktober 2009 tujuh anggota baru BPK telah diambil sumpahnya. Kita melihat dua macam kekuasaan, yaitu (1) kekuasaan yang berasal dari Allah SWT dan terbukti tidak dapat dikalahkan oleh manusia, dan (2) kekuasaan dari beberapa orang yang ingin mempengaruhi roda kehidupan di negeri kita yang tercinta ini. Semua kejadian dan/atau transaksi di atas harus menjadi perhatian para akuntan. Sebagai akuntan, kekuasaannya adalah bersikap independen dan bebas dalam menyatakan pendapat. Para akuntan dituntut untuk terus berperan dalam upaya peningkatan transparansi dan akuntabilitas, baik sektor publik maupun privat. Mau tidak mau kita harus terus maju, tetapi tentunya tidak asal maju dan berakhir konyol, melainkan kita harus melakukan persiapan sejak dini, dan salah satu caranya adalah dengan membaca majalah ini sampai tuntas.

Susunan Redaksi
Pemimpin Umum J. Widodo. H. Mumpuni Pemimpin Redaksi Handoko Tomo Redaktur Pelaksana Monalisa Dewan Redaksi Cris Kuntadi, Sri Penny S, Bagus Rumbogo, Heliantono, Nur Iskandar, M.Yusuf John, Prianto Budi, Ahalik, M.Yasin Mustopa, Rina Y. Asmara, Duma I. Pasaribu, Florus Daeli, Freddy, Elly Zarni, Jan Hoesada,Yakub SEKRETARIS REDAKSI Imam Basori Marketing Ria Andini Reporter Zubi Mahrofi Sirkulasi Suka LAYOUT Ivhan

alamat Redaksi Kantor IAI Wilayah Jakarta, Gedung Gajah Blok AE Jl. Dr. Saharjo no.111 Tebet, Jakarta Selatan 12810, Indonesia telephone 021 837 07344, 8353588 faximile 021 829 0324 email akuntanindonesia@yahoo.com Rekening BCA cabang Tebet Saharjo A/C No. 092.3009130 a/n IAI Wilayah Jakarta

Opini yang diekspresikan dalam Akuntan Indonesia tidak merepresentasikan pandangan Ikatan Akuntan Indonesia. Ikatan Akuntan Indonesia atau editor tidak bertanggungjawab atas ketidakakuratan dari pernyataan, opini atau saran yang terdapat dalam tulisan maupun pariwara.

Daftar Isi

Laporan Utama Peran Akuntan: Peningkatan Transparansi Dan Akuntabilitas Membangun Akuntabilitas Publik Melalui Reformasi Pengelolaan Keuangan Negara Laporan Khusus Konvensi Nasional Akuntansi (Kna) Vi: Peran Akuntan Dalam Penataan Ulang Sistem Finansial Global Pasca Krisis Pernyataan Sikap IAI: Peranan Akuntan Dalam Penataan Ulang Sistem Finansial Global Pasca Krisis Profil: Sunardji, SE, MM Kolom Pasar Modal: Menguak Misteri Minimnya Investor Saham Di Indonesia Info: PT. Bank Permata Tbk Raih ARA 2008 Public Hearing ED 6 PSAK, 4 ISAK, & 2 PPSAK telah diadakan DSAK IAI Dampak Konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) Terhadap Bisnis Pengumuman Seleksi Makalah SNA XII Palembang Opini: Peer Review BPK RI Hasilnya Positif Konsep Hitungan Laba Akuntansi Syariah Masih Perlukah Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum? Perdebatan Sengit Mengenai Pengakuan Pendapatan Kolom IFRS: Mana Yang Menjadi Prioritas? International: Criteria and Application Procedure for AFA Research Grants Kolom TIK: Dinamisasi data di Word berasal dari data di Excel Selingan: Keyakinan itu ternyata mempengaruhi sikap dan tingkah laku

12 13 16

KORESPONDEN

IAI Wilayah Sulawesi Utara Coco Departement Store Jl. Dr. Sam Ratulangi No. 458 Tlp 0431-822009 Fax 0431-852963 IAI Wilayah Kalimantan Barat KAP. Sardjono, Budi Sudarnoto Jl. Purnama No. 168 A Tlp 0561-763368 IAI Wilayah Riau Jl. Durian No. 1F Samping pemancar TVRI, Labu Baru Pekanbaru 28291 Tlp 0761-22769 Fax 0761-63268 IAI Wilayah Jawa Timur Bapak Tjiptohadi Sawarjuwono Jl. Ngabel No. 143 D Surabaya 60246 Tlp 031-5021125 IAI Wilayah Jambi BPKP Perw. Jambi Jl. HOS Cokrominoto No. 107 Jambi Tlp 0741-61682 IAI Wilayah Sumatera Barat BPKP Perw. Sumatera Barat Jl. HR. Rasuna Said No. 69 Padang 24114 Tlp 0751-33898 Fax 0751-31688 IAI Wilayah Jawa Tengah BPKP Perw. Jawa Tengah Jl. Raya Semarang, Kendal Km 12 Semarang 50138 Tlp 024-8663207 IAI Wilayah DI. Yogyakarta STIE YKPN Jl. Senturan Yogyakarta 55281 Tlp 0274-584321 Hp 0813-28379369 (Awan ) email : iaijogja@yahoo.com IAI Wilayah Jawa Barat LPAP Widyatama Jl. Cikutra No. 204 A Bandung 40125 Tlp. 022-7206713 IAI Wilayah Sumatera Utara Jl. Imam Bonjol No. 18 Medan 20152 Tlp 061-4155100 IAI Wilayah Sumatera Selatan Jl. Veteran/Vandi Angsoko I No. 324 Palembang 30125 Tlp 0711-319876 IAI Wilayah Kalimantan Selatan BPKP Perw. Kalimantan Selatan Jl. Jend. Gatot Subroto No. 22 Banjarmasin Tlp 0511-3251409 IAI Wilayah Kalimantan Timur Jl. Ir. Hr. Juanda No. 94 Rt.7 Rw.3 Kel. Air Hitam Samarinda 75124 Tlp 0541-748442 TB Gramedia TB Gunung Agung TB Kharisma

ai

18 22 24 28 48 32 33 34 36 44 48 51 54 56 59 62 64

Apa Kata

Mereka ?

Mahasiswa Akuntansi President University Cikarang


Sepertinya majalah AI harus buka agen di Cikarang supaya kita mudah mendapatkan AI untuk memperluas wawasan kita dan membantu pengerjaan tugas-tugas.....thanx AI..

ai : Semoga segera terlaksana.... Purno Murtopo, DJP


saya juga baca, saya juga menulis artikel untuk AI

ai : Terima kasih pak, semoga bermanfaat

Mahasiswa Akuntansi Universitas Bunda Mulia


I Love Accounting, so pasti I love IAI dan I love ai

Yane Devi Anna & Sri Fadilah Dosen Bandung


Kami Dosen dari Bandung, baca juga lho

ai : we love you too....

ai : Sudah berlangganan khan bu?..

Akuntan Indonesia
5

ai

ai
Berita
MAKNA KEMERDEKAAN MENKO Jakarta - Kemerdekaan bagi seorang Menteri Perekonomian Sri Mulyani Indrawati adalah membebaskan rakyat Indonesia dari kemiskinan. Dan untuk mencapainya, hal itu bukan saja menjadi tugas pemerintah dan BUMN. Arti kemerdekaan adalah suatu misi untuk membangun negara karena kalau kita merdeka dari penjajahan berarti kita harus merdeka dari kemiskinan, kata Sri Mulyani di Gedung Menko Perekonomian di Jakarta, kemarin. Menurut Sri Mulyani, kemerdekaan ini harus diisi dengan kompetisi kepandaian dan ilmu pengetahuan serta harus bisa mengatasi berbagai hal yang masih mengancam satu kesatuan bangsa Indonesia dan mengurangi kesejahteraan rakyat. Semua tentunya harus dilakukan bersamasama untuk keselamatan rakyat. Bukan hanya BUMN, tapi juga swasta dan seluruh masyarakat dengan meningkatkan kinerja sehingga bisa berkontribusi bagi perekonomian kita. Itu yang kita harapkan. ungkapnya. Sri Mulyani menyatakan, untuk tahun 2010 pemerintah akan berjuang untuk mencapai pertumbuhan ekonomi antara 5 hingga 6 persen. Namun ia menambahkan, saat ini pihaknya harus melihat terlebih dahulu perkembangan ekonomi semester I tahun ini. Kondisi semester I tidak seburuk seperti yang dibayangkan, dan semester kedua kita akan hati-hati, meskipun dari sisi pendapatan pada sektor investasi kita harus tetap pantau dengan baik. Lebih dari lima persen bukanlah sesuatu yang tidak mungkin, namun kita akan terus melihat dari faktor yang menyumbangnya, paparnya. 54 PERSEN AKUNTAN PEMDA KURANG PAHAM KELOLA KEUANGAN DAERAH Jakarta - Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melansir hasil survei terbaru mengenai tata kelola keuangan pemerintah daerah (Pemda). Hasilnya cukup mengecewakan. Dari sekitar 155 lembar kuisioner yang dibagikan kepada akuntan Pemda, hanya sekitar 44 persen diantaranya yang mengaku paham soal tata kelola keuangan yang benar. Selebihnya, atau 54 persen diantaranya, kurang dapat mengelola keuangan daerah. Kepala Direktorat Utama Perencanaan Evaluasi Pengembangan dan Diklat BPK, Daeng M Nazier, mengatakan, munculnya masalah tersebut dipicu oleh kualitas sumber daya manusia (SDM) akuntan Pemda yang rendah dan penempatannya yang keliru. Akibatnya, tren laporan keuangan daerah menjadi turun. Persentase laporan Pemda juga terus turun dan ini cukup menghawatirkan ke depan, kata Daeng saat tampil di acara seminar Peningkatan Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan Negara Melalui Peningkatan SDM di Jakarta, pecan lalu. Sampel survei BPK dilakukan pada 20 kabupaten/kota dan ibukota provinsi di Indonesia. Diantaranya Palangkaraya, Banjarmasin, Makassar, Manado, Samarinda, Jakarta, Bandung, Pontianak, dan beberapa daerah lainnya. Dari hasil wawancara dilakukan terhadap akuntan yang ada di 20 kabupaten/kota, sekitar 70 persen akuntan Pemda bukan berlatar belakang profesi akuntan. Hanya sekitar 20 persen saja dari profesi akuntan. Ini yang saya maksud penempatan yang keliru, kata Daeng. Menurut dia, karena penempatan yang tidak pas itulah diantaranya yang membuat laporan keuangan Pemda selalu mendapat opini tak wajar atau disclaimer saban tiap tahunnya. Pemda beralasan bahwa mesti bukan berlatarbelakang akuntan tapi mampu melaksanakan tugasnya dengan baik itu sudah cukup. Padahal itu tidak pas adanya, kata Daeng. Dia menambahkan tingkat pemahaman akuntan Pemda sangat disayangkan karena banyak yang kurang paham dengan masalah tata kelola keuangan seperti bagaimana pertanggungjawaban keuangan negara, pelaporan keuangan negara, dan sebagainya. Padahal itu hal mendasar yang perlu diketahui seorang akuntan, paparnya.

GUBERNUR GORONTALO P A P A R K A N PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Jakarta - Gubernur Gorontalo Fadel Muhammad memberikan materi Laporan Keuangan WTP, Hasil Implementasi Good Governance ( pengalaman gorontalo ) pada Rakernas Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah tahun 2009 yang berlangasung di Grand Melia Jakarta. Rakernas yang di buka Menteri Keuangan dengan tema Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Negara melalui Akuntansi dan Pelaporan Keuangan yang diikuti oleh 600 peserta dari Kementerian Negara / Lembaga dan pemda se Indonesia. Gubernur yang tampil bersama Mendiknas Bambang Sudibyo memaparkan upaya kiat-kiat dan terobosan yang dilakukan Gorontalo dalam mengelola keuangan daerah sehingga memperoleh predikat Wajar Tanpa Pengendalian ( WTP ). Acara juga di hadiri oleh Ketua Badan Pemeriksa Keuangan ( BPK ), Pimpinan dan Anggota Komisi XI DPR RI, Pimpinan dan Anggota Panitia Anggaran DPR RI, Para Menteri / Pimpinan Lembaga Internasional, Para Gubernur, Bupati / Walikota, Para Sekretaris Jenderal / Sekretaris Utama, serta jajaran Pejabat Eselon I dan II pada Kementerian Negara / Lembaga / Pemerintah Daerah. Tujuan di selenggarakannya Rakernas ini adalah agar dapat meningkatkan kesamaan pemahaman mengenai akuntansi dan pelaporan keuangan terutama pemahaman konseptual mengenai akuntansi dan pelaporan keuangan yang didasarkan pada standar akuntansi pemerintahan selain itu Rakernas juga diharapkan dapat meningkatkan koordinasi secara vertikal

m i t r a

d a l a m

p e r u b a h a n

MAJALAH

AKUNTAN

INDONESIA

ai
dan horizontal antara unit-unit penyelenggara akuntansi dan pelaporan keuangan yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas Laporan Keuangan Pemerintah. Peserta berharap agar momen Rakernas ini dapat merevitalisasi komitmen para penyelenggara keuangan negara pada semua Kementerian Negara / Lembaga dan Pemda untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas di bidang pengelolaan keuangan negara melalui akuntansi dan pelaporan keuangan. SRI MULYANI: STANDAR KETERBUKAAN INFORMASI HARUS DITINGKATKAN Jakarta - Standard keterbukaan informasi pelaku usaha harus ditingkatkan untuk menghindari krisis ekonomi di masa mendatang. Demikian dikatakan menteri keuangan Sri Mulyani di Jakarta, pekan lalu. Dalam pertemuan G-20 beberapa waktu lalu muncul koreksi atas keterbukaan informasi dan disclosure yang mengalami kegagalan sehingga mengakibatkan krisis, kata Menkeu dalam acara penyampaian penghargaan laporan tahunan (Annual Report Awards/ARA) 2008. Dengan adanya kegagalan, lanjutnya, dalam keterbukaan informasi para pelaku ekonomi global maka dunia harus kembali membangun keterbukaan informasi. Keterbukaan informasi oleh dunia usaha tidak datang sendiri tetapi harus dibangun, kata Menkeu. Ia mengatakan, krisis ekonomi di Indonesia pada 1997/1998 dipicu lemahnya keterbukaan informasi pelaku usaha. Saat itu informasi yang disajikan oleh pelaku usaha tidak sesuai dengan kondisi yang ada. Informasi yang sempurna akan menggambarkan value dan risiko yang riil sehingga transaksi yang muncul pun transaksi yang efisien, ujarnya. Menurut dia, penyelenggaraan ARA 2008 merupakan salah satu langkah untuk meningkatkan kualitas keterbukaan informasi dalam laporan tahunan perusahaan. Sebagai informasi ARA merupakan kegiatan rutin sejak 2002 atas kerjasama Bapepam-LK dengan Ditjen Pajak, Kementerian BUMN, BI, BEI, Komite Nasional Kebijakan Governance, dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Penyelenggaraan ARA 2008 pada 2009 merupakan yang ke delapan.

Hasil Review Kinerja, Audit Keuangan BPK RI


Laporan hasil peer review (pemeriksaan kinerja) yang dilakukan Badan Pemeriksa Keuangan BelandaAlgemene Rekenkamer (ARK) atas sistem pengendalian mutu BPK RI menunjukkan hasil positif. Hal ini menunjukkan bahwa BPK tidak saja memenuhi ketentuan UU Nomor 15 tahun 2006 tentang BPK dan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN), namun juga memberikan keyakinan yang memadai kepada stakeholder atas kualitas kerja dan akuntabilitas BPK, kata Ketua BPK, Anwar Nasution. Anwar menyatakan hal itu dalam acara penyampaian hasil peer review ARK oleh President of The Netherlands Court of Audit, Saskia J Stuiveling kepada Ketua BPK di Gedung Kantor Pusat BPK Jakarta, akhir Juli lalu. Sementara, audit keuangan BPK yang diaudit KAP Wisnu B. Soewitoyang ditunjuk DPRatas pemeriksaan Laporan Keuangan BPK tahun 2008 memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Anwar menambahkan hasil yang positif atas audit kinerja dan audit laporan keuangan BPK RI, merupakan bukti pemenuhan motto BPK untuk menjadi contoh dan teladan bagi instansi lain dalam meningkatkan transparansi dan akuntabilitas keuangan negara. Hasil review dari ARK adalah kesimpulan umum review adalah sangat positif. Hal itu didasarkan pada mandat BPK RI yang jelas, independensi yang dijamin UUD 1945 dan UU Nomor 15 tahun 2006 serta pemeriksaan BPK yang telah sesuai dengan standar, pedoman, dan praktek internasional. Meski demikian, dalam melakukan audit BPK mendapati dirinya dibatasi untuk memeriksa penerimaan pajak dan proyek yang dibiayai dari pinjaman LN. Selian itu, BPK juga menemukan adanya kelemahan dalam penatausahaan dan pengelolaan keuangan, aset dan pinjaman negara. Begitu pula, masih adanya tantangan lain masih terjadinya kecurangan dan korupsi di lingkungan pemerintahan dan masyarakat. Rekomendasi yang disampaikan kepada BPK RI antara lain memberikan perhatian penuh atas pembatasan akses pemeriksaan BPK atas dua area melalui komunikasi yang

Presiden Lantik Tujuh Anggota BPK Baru


JAKARTA. Presiden Susilo Bambang Yudhyono (SBY) melantik tujuh anggota Badan Pemeriksa Keuangan periode 2009-2014. Mereka adalah Hasan Bisri, Hadi Purnomo, Rizal Djalil, Moermahadi Soerja Djanegara, Taufiequrahman Ruki, T. Muhammad Nurlif, dan Ali Masykur Musa. Ketujuh anggota baru BPK itu menggantikan tujuh anggota periode 20042009. Mereka adalah Anwar Nasution, Abdullah Zainie, Imran, I Gusri Agung Rai, Baharuddin Aritonang, Hasan Bisri, Udju Djuhaeri. Sedangkan dua anggota BPK, yaitu Herman Widyananda dan Sapto Amal Damandari masih terus menjabat hingga 2012. Menurut keterangan pers biro humas dan hubungan luar negeri BPK, semua pemeriksaan dan pekerjaan yg belum selesai dilaksanakan BPK sebelumnya akan dilanjutkan oleh pimpinan dan anggota BPK selanjutnya, termasuk pemeriksaan atas Bank Century yang saat ini masih berlangsung.

IHSG Anjlok 43 Poin Sambut Kabinet Baru


Whery Enggo Prayogi - detikFinance

MAJALAH

AKUNTAN

INDONESIA

m i t r a

d a l a m

p e r u b a h a n

konstruktif dengan pemerintah. Rekomendasi lainnya mengembangkan strategi bersama pemerintah dan DPR untuk meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan negara serta memfokuskan pada pemeriksaan keuangan. Juga mengembangkan pemeriksaan investigatif untuk mengungkap kecurangan dan korupsi melalui penyempurnaan pedoman, peningkatan kapasitas pemeriksa, dan kerjasama dengan negara dan/atau organisasi internasional terkait. ARK melakukan review sistem pengendalian mutu BPK RI pada Januari dan Juni 2009. Pada kesempatan yang sama, Ketua BPK juga menyerahkan penghargaan Bintang Jasa Utama dari Pemerintah Indonesia kepada Saskia J Stuiveling, David Walker (mantan Ketua BPK Amerika), dan Ian McPhee (Ketua BPK Australia) atas jasanya dalam mendorong transparansi dan akuntabilitas keuangan negara terkait pemeriksaan bencana tsunami di Aceh dan Nias.

ai

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tersungkur bersamaan dengan pelemahan bursa-bursa regional lain. Anjloknya saham grup Astra dan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) memberikan andil terbesar bagi pelemahan IHSG. Selain faktor eksternal, IHSG juga tidak memberikan respons yang positif atas pengumuman Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) jilid II. Banyaknya figur yang tidak kompeten membuat pasar merasa sedikit tidak nyaman. Pos-pos menteri yang didengungkan SBY dinilai tidak sesuai janji pada saat kampaye. Terjadi inkonsistensi, di luar perkiraan. Lebih banyak orang politik dibandingkan profesional, Makanya sentimen pasar negatif, jelas kepala riset PT Paramitra Alfa Sekuritas Pardomuan Sihombing ketika dihubungi detikFinance. Pada perdagangan Kamis (22/10/2009), IHSG ditutup merosot 43,613 (1,76%) ke level 2.433,184. Indeks LQ 45 juga melemah 9,398 poin (1,93%) ke level 477,170. IHSG pada hari ini sempat melemah 50 poin

lebih, dengan titik terendah pada 2.421,515. Bursa-bursa regional lainnya juga mencatat koreksi yang cukup besar: Indeks Komposit Shanghai melemah 19,18 poin (0,62%) ke level 3.051,41. Indeks Nikkei-225 melemah 66,22 poin (0,64%) ke level 10.267,17. Indeks Hang Seng melemah 107,59 poin (0,48%) ke level 22.210,52. Indeks KOSPI melemah 23,53 poin (1,42%) ke level 1.630,33. Perdagangan cukup ramai dengan frekuensi transaksi mencapai 96.813 kali dengan volume 4.055 juta lembar saham senilai Rp 5,098 triliun. Sebanyak 36 saham naik, 171 saham turun dan 57 saham stagnan. Saham-saham grup Astra mengalami penurunan harga yang cukup besar, sebagai koreksi atas kenaikan harga saham grup tersebut yang sudah cukup besar sebelumnya. Saham Astra International (ASII) turun Rp 1.150 menjadi Rp 31.350, United Tractor (UNTR) turun Rp 700 menjadi Rp 15.700,

Astra Agi Lestari (AALI turun Rp 700 menjadi Rp 21.750. Saham-saham lain yang mencetak penurunan harga di top loser antara lain BRI (BBRI) turun Rp 300 menjadi Rp 7.400, Bumi Resources (BUMI) turun Rp 175 menjadi Rp 2.650, Bank Mandiri (BMRI) turun Rp 75 menjadi Rp 4.575. Sedangkan saham-saham yang berhasil mencetak kenaikan harga antara lain PTBA naik Rp 150 menjadi Rp 14.700, Indo Tambangraya (ITMG) naik Rp 50 menjadi Rp 23.600, International Nickel (INCO) naik Rp 25 menjadi Rp 4.225. (qom/dnl)

Seremonia

Penandatanaganan MOU antara IAI dan ACCA mengenai peningkatan kualitas profesi akuntan melalui kerjasama dibidang pelatihan profesi pendidikan dan ujian sertifikasi

Penandatanaganan MOU antara IAI dan BPK RI mengaenai Peningkatan peran profesi akuntan dalam pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara dalam rangka mendorong terwujudnya akuntabilitas dan transparasi keuangan negara, serta pemerintahan yang baik dan bersih, pada hari kamis tanggal tiga belas bulan agistus tahun dua ribu sembilan.

Reuni
Sylvia Veronica atau yang bernama lengkap Sylvia Veronica Nalurita Purnama Siregar bukanlah sosok asing dalam dunia riset akuntansi di Indonesia. Riset-riset beliau misalnya secara rutin di presentasikan di dalam Simposium Nasional Akuntansi setiap tahun. Ibu Sylvia menamatkan S1 dan S3 nya pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, jurusan akuntansi, keduanya dengan predikat Cum Laude. Saat ini beliau menjabat sebagai Ketua Program Studi S1 pada Departmen Akuntansi Universitas Indonesia. Selain mengajar dan menulis buku, beliau juga sangat rajin menerbitkan penelitian ilmiah. Puluhan penelitian Ibu Sylvia telah dipresentasikan di konferensi dalam dan luar negeri bahkan beberapa diantaranya memenangkan Best paper Award, misalnya dalam Third International Business Research Conference di Melbourne, Australia pada tahun 2006. Ibu Sylvia memperkuat barisan DSAK dengan bergabungnya beliau menjadi anggota DSAK (Dewan Standar Akuntansi Keuangan IAI) sejak 2009.

Sylvia Veronica Nalurita Purnama Siregar

Ardhi W.S beliau adalah salah satu Senior Instruktur Ikatan Akuntan Indonesia,selain itu beliau juga sebagai pengajar program diploma STAN, beliau sangat mahir dalam pengelolaan dan penanganan segala jenis aspek perpajakan yang ada. Dengan Register Konsultan Pajak tingkat C beliau sering berhadapan untuk membela para kliannya di Pengadilan Pajak dengan tekad Maju & Menang

Ardhi W.S
10

ai

Reuni
Akuntan yang terpilih sebagai President pertama Institute of Certified Management Accountants (ICMAAustralia), cabang Indonesia telah malang melintang di dunia akuntansi selama 14 tahun. Saat ini, Herwan adalah Head of Finance PT Rio Tinto Indonesia, anak perusahaan Rio Tinto Plc, perusahaan tambang ketiga tersebar di dunia yang berbasis di Inggris. Herwan juga menjadi sukarelawan untuk organisasi nirlaba, Books for Hope, yang memiliki misi untuk menyediakan buku bagi anak-anak di daerah terpencil. Sebelumnya, Herwan meniti karir selama 10 tahun sebagai auditor di PwC Jakarta dan Amsterdam dengan posisi terakhir sebagai Senior Manager Assurance untuk tim Energy, Utilities & Mining. Selama berkarir di PwC, Herwan telah mengikuti berbagai penugasan dan pelatihan di Amerika, Eropa, Australia dan Asia. Akuntan yang menyukai alunan suara saxophone ini bercita-cita menjadi anggota komite audit dan komisaris independen supaya dapat ikut memberikan kontribusi dalam pengembangan good corporate governance di Indonesia. (www.linkedin.com/in/herwan)

Herwan Ng, CPA, CMA, CIA, CTP, PMP


Setelah bekerja sebagai auditor selama 4 tahun di kantor akuntan public dan sebagai akuntan di sebuah perusahaan minyak selama 6 tahun, akhirnya Retna Suliati SE, Ak MM, yang menyelesaikan S1 nya di FEUI jurusan Akuntansi dan S2 nya di UIEU, memutuskan untuk mengabdikan dirinya di dunia pendidikan demi turut serta berkontribusi mencerdaskan putra bangsa. Kedudukannya sebagai Program Koordinator International Program di Universitas INDONUSA Esa Unggul, selama lebih dari 10 tahun, baik untuk jurusan akuntansi maupun jurusan jurusan lainnya, membuat dirinya menjelajahi berbagai sistem pendidikan tinggi yang ada di berbagai universitas baik di Indonesia maupun di negara lain. Retna Suliati, yang lahir di Peking (China ), berkomentar bahwa di dunia ini ada berbagai ragam bentuk penyajian laporan keuangan yang dianut oleh setiap Negara, disinilah letak tantangannya bagi seorang Dosen Akuntansi untuk dapat menguasai bebagai bentuk dan sistem tadi, dan kemudian mentransfer pengatahuannya pada anak didik. Pengalaman yang paling menarik dalam bidang pengajaran Akuntansi, adalah sewaktu Retna diminta untuk mengajar pelajar pelajar Pakistan yang ingin mengikuti ujian nasional di Negara asalnya. Karena disaat itulah Retna kemudian mengetahui bahwa sistem pembelajaran Akuntansi di Pakistan berkiblat baik ke USA maupun UK sistem, jadi seorang siswa dibenarkan untuk menganut salah satu sistem tadi ataupun menggabungkan kedua sistem tadi, yang penting adalah kekonsistenan si siswa dalam berkiblat. Besar harapan Retna bahwa mahasiswa Indonesia akan terbuka pikirannya untuk menerima dan memahami secara baik, berbagai ragam bentuk sistem dan laporan keuangan yang tersaji di dunia ini, dan dapat memanfaatkannya sesuai dengan peruntukannya

Retna Suliati, Ak, MM

ai
11

FOTO

ai
ai
12

12

PERAN AKUNTAN:
PENINGKATAN TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS

Pendahuluan

Pengertian transparansi dan akuntabilitas tersebut cukup relevan dikaitkan dengan apa yang dikemukakan oleh Prof. Dr. H. Anwar Nasution, S.E, Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia Periode 2004-2009 pada saat menyampaikan keynote speech pada saat pembukaan Konvensi Nasional Akuntansi (KNA) VI di Bandung tanggal 13 Agustus 2009. Anwar Nasution menyatakan bahwa para akuntan sangat penting untuk memelihara simetri pasar. Jika tidak ada simetri informasi atau disebut asimetris informasi, maka istilah nenek moyang kita adalah membeli kucing dalam karung. Tugas akuntan adalah untuk mencegah terjadi transaksi beli kucing dalam karung. Pernyataan (statement) KTT G-20 di London belum lama ini menekankan perlunya perbaikan governance dunia usaha serta sektor publik, termasuk perbaikan sistem akuntansinya. Seperti halnya dengan krisis ekonomi Asia tahun 1997-1998, salah satu faktor penyebab dari krisis keuangan global sekarang adalah karena buruknya sistem akuntansi. Selain belum semua transaksi perusahaan terkait tercermin

Anwar Nasution menyampaikan perihal Kemajuan Peningkatan Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan Negara Tahun 2004-2009, sebagai keynote speech dan makalah pada saat pembukaan KNA VI di Bandung, antara lain mengenai (a) enam bentuk inisiatif yang telah dilakukan BPK untuk mempercepat pembangunan sistem keuangan negara agar sesuai dengan jiwa dan semangat transparansi dan akuntabilitas yang tercermin dalam UU Keuangan Negara Tahun 2003-2004; (b) lima tanda-tanda positif akan perbaikan sistem keuangan negara di Indonesia; (c) lima faktor penyebab lemahnya sumber daya manusia (SDM) Akuntansi Publik; dan menyosong masa depan yang lebih tertib. Enam Bentuk Inisiatif BPK

Inisiatif pertama adalah untuk memperluas objek pemeriksaannya, baik pada sisi pendapatan maupun pengeluaran negara. Selama masa pemerintahan Orde Baru, BPK hanya dapat memeriksa sebagian saja dari pengeluaran negara. Misalnya, laporan keuangan instansi penegak hukum dan keamanan, seperti Departemen Pertahanan, TNI/POLRI, berbagai BUMN/BUMD strategis seperti Pertamina dan bank-bank negara adalah di luar jangkauan pemeriksaan BPK. Hal ini terjadi pula di sisi penerimaan negara seperti pajak, berbagai jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), penjualan aset negara, termasuk privatisasi BUMN/ BUMD, serta penerimaan negara dari hibah maupun hutang. Inisiatif kedua adalah untuk mewajibkan semua terperiksa (auditees) menyerahkan Management Representation Letter (MRL) kepada BPK. Surat ini merupakan pernyataan dari pimpinan instansi pemerintah yang bersangkutan yang mengatakan bahwa laporan keuangan yang diserahkan untuk diperiksa oleh BPK tersebut adalah disajikan secara wajar sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) Tahun 2005. MRL sekaligus dimaksudkan untuk memberdayakan pengawas internal

ai

13

m i t r a

d a l a m

p e r u b a h a n

amus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat, edisi terkini, 28 Agustus 2008, mengemukakan kata transparan berarti tembus cahaya atau tembus pandang, jernih, nyata, jelas, terbuka, dan tidak terbatas pada orang tertentu saja. Sedangka, kata akuntabel berarti dapat dipertangungjawabkan, dan kata akuntabilitas berarti perihal bertanggung jawab; keadaan dapat dimintai pertanggungjawaban.

dalam laporan keuangan induknya, implementasi aturan yang sudah ada pun masih jauh dari harapan. Pemerintah Republik Indonesia dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia telah berupaya memperbaiki sistem keuangan negara dan tercermin dalam Paket Tiga Undang-Undang (UU) Keuangan Negara Tahun 2003-2004, yaitu UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; dan UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, yang menggantikan sebagian besar ketentuan-ketentuan Undang-Undang Perbendaharaan Indonesia (Indische Comptabiliteitswet/ICW Stbl. 1925 No. 448) dan Instructie en Verdere Bepalingen voor de Algemene Rekenkamer (IAR Stbl. 1933 No. 320).

Setelah BPK memperoleh kembali otonomi dan independensinya dalam UU No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), ada enam bentuk inisiatif yang telah dilakukan BPK untuk mempercepat pembangunan sistem keuangan negara agar sesuai dengan jiwa dan semangat transparansi dan akuntabilitas yang tercermin dalam UU Keuangan Negara Tahun 2003-2004.

Laporan Utama
pemerintah agar dapat mencegah terjadinya inefisiensi serte mendeteksi dini kejahatan korupsi. Ketiga sasaran ini ingin dicapai dengan mewajibkan agar laporan keuangan yang diserahkan untuk diperiksa oleh BPK hendaknya direviu terlebih dahulu oleh Inspektur Jenderal/Satuan Pengawasan Intern serta Bawasda. Inisiatif ketiga adalah mewajibkan semua terperiksa untuk menyusun Rencana Aksi guna meningkatkan opini pemeriksaan laporan keuangannya. Rencana Aksi itu hendaknya memuat rencana perbaikan sistem keuangan instansi dengan program serta jadwal yang jelas. Perbaikan sistem keuangan itu menyangkut berbagai aspek, yaitu: 1. Menuju sistem pembukuan dan anggaran akrual untuk mengungkapkan hak dan kewajiban kontijensi serta perencanaan jangka panjang berbasis kinerja; 2. Mewujudkan sistem pembukuan keuangan negara yang terpadu (TSATreasury Single Account); 3. Menggunakan sistem aplikasi teknologi komputer yang terintegrasi; 4. Melakukan inventarisasi serta penilaian kembali aset maupun hutang negara; 5. Memenuhi jadwal penyusunan laporan keuangan dan pemeriksaan serta pertanggungjawaban anggaran negara sebagaimana diatur dalam Paket Tiga UU Keuangan Negara Tahun 2003-2004; 6. Meningkatkan quality assurance oleh pengawas internal, dan 7. Meningkatkan mutu sumber daya manusia (SDM) dalam bidang akuntansi dan pengelolaan keuangan negara. Inisiatif keempat adalah membantu entitas pemerintah mencari jalan keluar untuk mengimplementasikan Rencana Aksi yang telah disusun dan diserahkan kepada BPK. Misalnya, untuk mengatasi kelangkaan SDM, BPK menyarankan agar instansi pemerintah Pusat dan Daerah meminta bantuan tenaga akuntan dari BPKP Inisiatif kelima adalah mendorong perombakan struktural Badan Layanan Umum (BLU), BUMN, dan BUMD serta yayasan maupun kegiatan bisnis yang terkait dengan kedinasan agar menjadi lebih mandiri dan korporatis. Inisiatif keenam adalah menyarankan kepada DPR RI, DPD RI, dan DPRD Provinsi maupun Kabupaten/Kota untuk membentuk Panitia Akuntabilitas Publik (PAP). PAP perlu dibentuk agar lembagalembaga legislatif dapat mewujudkan hak budjetnya dan mengawasi perencanaan, pengelolaan, pelaksanaan maupun pertanggungjawaban anggaran negara serta program kerja pemerintah secara utuh. Lima Tanda-Tanda Positif Hingga sekarang sistem perbendahaan negara belum terkonsolidasi, sistem akuntansi umum belum selaras dengan sistem akuntansi instansi dan administrasi aset maupun hutang negara belum tertata dengan baik. Peranan anggaran nonbujeter masih tetap besar, SAP Tahun 2005 belum terwujud sedangkan berbagai undang-undang dan peraturan pemerintah dalam bidang keuangan negara masih saling bertentangan antara satu dengan lainnya, dan belum selaras dengan semangat paket tiga UU Keuangan Negara Tahun 20032004. Sementara itu, anggaran berbasis akrual belum terwujud, teknologi informasi masih belum terpadu, sedangkan sumber daya manusia masih kurang dan sistem pengendalian internal belum berfungsi. Lambannya pembangunan sistem keuangan negara terjadi pada Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah (Pemda). Di antara kedua tingkat pemerintahan itu, pembangunan sistem keuangan di Pemda lebih lambat kemajuannya daripada di Pusat. Ini menggambarkan kemampuan daerah yang sangat terbatas untuk membangun kelembagaannya agar dapat menggunakan kekuasaan dan dananya yang semakin besar dalam rangka otonomi daerah bagi pembangunan daerahnya sendiri. Akibat dari kelambanan perbaikan sistem keuangan negara, untuk selama lima tahun berturut-turut, periode 20042008, Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP), berbagai Laporan Keuangan Kementrian dan Lembaga Negara (LKKL) maupun sebagaian besar dari Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) tetap memperoleh opini pemeriksaan Tidak Menyatakan Pendapat (Disclaimer) dari BPK. Dalam periode 2006-2008 hanya ada 15 Pemda yang memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), yaitu hanya Provinsi Gorontalo (dari 33 Provinsi) dan 12 Kabupaten/Kota dari 440 Kabupaten/ Kota yang wajib menyerahkan LKPD kepada BPK. Hanya Kota Tangerang dan Kabupaten Aceh Tengah yang memperoleh opini WTP selama dua tahun terakhir berturut-turut (2007-2008). Sebagian besar dari Provinsi serta Kabupaten/ Kota mendapatkan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) dan sebanyak 21 Pemda pada tahun 2008 mendapatkan opini Tidak Wajar. Salah satu masalah dalam LKPD adalah belum jelasnya administrasi pemindahan aset Pusat ke Daerah dalam rangka otonomi. Namun demikian, sudah ada lima tanda-tanda positif akan perbaikan sistem keuangan negara di Indonesia. Tanda positif pertama adalah bahwa sudah banyak instansi pemerintah di Pusat maupun di Daerah yang telah menyerahkan MRL dan Rencana Aksi perbaikan opini sistem keuangannya kepada BPK. Memenuhi inisiatif BPK, terdapat 279 Pemda yang sudah menyerahkan Rencana Aksi (action plan). Provinsi yang paling rendah menyerahkan Rencana Aksi perbaikan sistem keuangannya adalah Lampung, Sumatera Barat, Maluku Utara, dan Jawa Tengah. Tanda positif kedua adalah pesatnya kemajuan opini pemeriksaan LKKL. LKKL adalah merupakan komponen utama LKPP. Persentasi jumlah Kementrian/Lembaga yang memperolah opini pemeriksaan dengan predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK telah meningkat dengan pesat dari 8,8% pada tahun 2006 menjadi 19,5% pada tahun 2007, dan menjadi 41,5% pada tahun 2008. Pada periode yang sama, persentase yang memperoleh opini pemeriksaan Tidak Menyatakan Pendapat (TMP) atau Disclaimer telah menurun dari 43,8% menjadi 40,2% dan 22%. Tanda positif ketiga adalah kemajuan

m i t r a

d a l a m

p e r u b a h a n

ai

14

L aporan Uta m a

dalam LKKL sudah terjadi pada berbagai Departemen besar seperti Departemen Perindustrian, Departemen Keuangan, Dephankam/TNI, Departemen Pertanian, serta Depdiknas. Tadinya opini pemeriksaan WTP dan WDP hanya merupakan monopoli lembaga kecil dan lembaga yang baru didirikan seperti Mahkamah Konstitusi, Komisi Yudisial, Lemhannas, dan Badan Intelijen Negara yang menguasai porsi anggaran negara yang relatif kecil. Di lain pihak, laporan keuangan beberapa Departemen penting dan penegak hukum, seperti Departemen Dalam Negeri dan Departemen Agama serta Mahkamah Agung dan Kejaksaan Agung, masih mendapatkan opini TMP. Tanda positif keempat adalah bahwa lembaga legislatif sudah memenuhi saran BPK untuk memuat rencana pembentukan PAP pada RUU Susunan dan Kedudukan (Susduk) MPR, DPR, DPD, dan DPRD. Dengan demikian.lembaga-lembaga perwakilan rakyat yang akan datang sudah dapat membentuk PAP sehingga dapat lebih baik dalam melakukan pengawasan atas perencanaan, pengelolaan, pelaksanaan maupun pertanggungjawaban anggaran negara secara utuh. Dalam RUU tersebut PAP disebut sebagai Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN). Tanda positif kelima adalah bahwa Ditjen Pajak sudah mulai semakin terbuka untuk diperiksa oleh BPK. Diharapkan Ditjen Pajak, BP Migas, dan Departemen terkait dapat merasionalisir komponen biaya eksplorasi dan penambangan migas (cost recovery) maupun pertambangan non-migas, menetapkan pagu rasio hutang terhadap ekuitas (debt-to-equity ratio) perusahaan pertambangan, dan mencegah terjadinya kejahatan perpajakan termasuk transfer pricing. Lima Faktor Penyebab Lemahnya SDM Akuntansi Publik Setidaknya ada lima faktor penyebab lemahnya sumber daya manusia (SDM) untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas fiskal di Indonesia. Faktor pertama adalah karena program pendidikan akuntansi di Indonesia, kurikulum maupun pengajarnya hanya diarahkan untuk mendidik tenaga pembukuan dan auditor

akan barang-barang serta jasa-jasa privat (privat goods) yang diproduksi oleh dunia usaha. Hampir tidak ada jurusan akuntansi di Indonesia yang mendidik akuntan yang bergerak dalam produksi jasa-jasa publik (public goods) yang diproduksi oleh sektor pemerintah. Sebagaimana diketahui, public goods seperti jasa pertahanan dan keamanan memiliki dua ciri, yakni (i) non-excludability dan (ii) non-rivalness. Semua orang yang berada di Indonesia (termasuk teroris) menikmati jasa ketertiban dan keamanan yang sama dari TNI/POLRI. Berbeda dengan public goods, ayam goreng (yang merupakan contoh private goods) yang sudah dimakan oleh seseorang tidak dapat lagi dinikmati oleh orang lain. Orang bersaing untuk mendapatkan ayam goreng dan tidak perlu bersaing untuk menikmati rasa tertib dan aman karena konsumsi seseorang akan public goods tidak akan mengurangi konsumsi orang lainnya. Faktor kedua adalah baik pemerintah Pusat maupun Pemda memiliki jumlah SDM yang sangat terbatas yang memiliki latar belakang pendidikan, pengetahuan, dan keahlian di bidang akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah. Faktor ketiga adalah aturan yang dibuat oleh Pemerintah sendiri, kementrian negara/lembaga dan pemerintah daerah menghadapi kendala dalam rekrutmen pegawai yang memiliki latar belakang pendidikan, pengetahuan, dan keahlian untuk mengelola dan mempertanggungjawabkan keuangan negara.Di samping persoalan terbatasnya formasi, perekrutan pegawai tersebut tidak menjadi suatu keharusan mutlak, sehingga implementasi rekrutmen pegawai berdasarkan latar belakang pendidikan sangat beragam. Faktor keempat adalah pelatihan untuk peningkatan kapasitas SDM yang ada tidak dirancang dan dilaksanakan dengan program yang jelas dan terjadwal. Pada umumnya, pelatihan pada instansi pemerintah dilakukan berdasarkan tawaran dari luar pemerintah, dan tidak dirancang berdasarkan kebutuhan internal. Faktor kelima adalah karir SDM pada bagian akuntansi dan pelaporan keuangan pada umumnya kurang berkembang, sehingga SDM yang memiliki latar belakang pendidikan akuntansi lebih memilih karir di

bagian fungsional, misalnya sebagai auditor. Penutup Pemilihan umum presiden telah selesai dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kembali terpilih menjadi presiden untuk masa jabatan kedua kalinya. Pada bulan Oktober 2009 SBY dilantik sebagai presiden kedua kalinya. Sementara SBY masih sibuk memilih orang-orang untuk kabinetnya periode mendatang, BPK telah mendapatkan pimpinan baru. Pada hari Senin 19 Oktober 2009 pengambilan sumpah anggota BPK periode 2009-2014 dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung, Harifin M. Tumpa dan disaksikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara. Ketujuh Anggota BPK periode 2009-2014 telah ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 79/P Tahun 2009 tanggal 11 Oktober 2009, yang berlaku sejak pengucapan sumpah atau janji sebagai Anggota BPK RI masa Jabatan 2009-2014. Ketujuh Anggota baru tersebut adalah Hasan Bisri, S.E., M.M, Drs. Hadi Purnomo, Ak., Dr. H. Rizal Djalil, Drs. Moermahadi Soerja Djanegara, Drs. Taufiequrahman Ruki, S.H., Drs. T. Muhamad Nurlif, dan Dr. Ali Masykur Musa, M.Si. Ketujuh Anggota BPK tersebut menggantikan tujuh anggota BPK masa jabatan 2004-2009 yaitu Prof. Dr. H. Anwar Nasution, S.E., H. Abdullah Zainie (Alm), M.P.A., Drs. Imran, Ak, Drs. I Gusti Agung Rai, Ak.,M.A, Drs. Baharuddin Aritonang, M. Hum., Hasan Bisri, S.E., dan Irjen Pol. (Purn) Drs. Udju Djuhaeri, yang telah habis masa jabatannya. Disamping ketujuh Anggota tersebut terdapat dua Anggota BPK yaitu Dr. Ir. Herman Widyananda, S.E., M.Si. dan Drs. Sapto Amal Damandari, Ak. yang masih terus menjabat hingga tahun 2012. Pada bulan Oktober 2009 ini kita akan mengawali perjalanan berikutnya bersama orang-orang baru di MPR, DPR, DPD, DPRD, Presiden dan Wakil Presiden serta para menteri, dan BPK, meskipun sebagian diantaranya adalah wajah-wajah lama, tetapi marilah kita berharap bahwa para akuntan akan terus berperan dalam upaya meningkatkan transparansi dan akuntabilitas, baik di sektor publik maupun privat.

ai

L aporan Uta m a

15

m i t r a

d a l a m

p e r u b a h a n

Laporan Utama

Membangun Akuntabilitas Publik Melalui Reformasi Pengelolaan Keuangan Negara


aket Undang-undang tentang Keuangan Negara telah selesai diundangkan yaitu Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara (selanjutnya disebut UU KN), Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (selanjutnya disebut UU PN), dan Undangundang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (UU Pemeriksaan). Paket Undang-undang Keuangan Negara tersebut merupakan alat kendali pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara yang telah lama ditunggu-tunggu. Pasal 2 UU KN menegaskan kembali lingkup keuangan negara yang selumnya dipersempit oleh orang-orang tertentu. Dalam pasal tersebut lingkup keuangan negara meliputi: 1. hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan pinjaman; 2. penerimaan dan pengeluaran Negara/ daerah; 3. kekayaan negara/daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain, termasuk kekayaan negara yang dipisahkan pada BUMN/BUMD; 4. kekayaan pihak lain yang dikuasai pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum; dan 5. kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan pemerintah. Ada dua hal yang berkaitan dengan keuangan Negara yaitu pengelolaan keuangan Negara dan tanggung jawab keuangan Negara. Pengelolaan keuangan Negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan Negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban. Dengan demikian, pejabat pengelola keuangan Negara akan memegang amanah bukan hanya dalam pelaksanaan, akan tetapi juga dari perencanaan sampai pertanggungjawabannya. Tanggungj awaban keuangan Negara adalah kewajiban pemerintah untuk melaksanakan pengelolaan keuangan Negara secara tertib, taat pada peraturan perundangan,

efisien, ekonomis, efektif, dan transparan dengan memperhatikan asas keadilan dan kepatutan. Reformasi Negara Pengelolaan Keuangan

p e r u b a h a n

Amanah UU KN antara lain mengharuskan Keuangan Negara (uang rakyat) dikelola oleh pemerintah sebagai agen dari rakyat dengan benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, untuk dapat memastikan bahwa pengelolaan Keuangan Negara telah dilakukan dengan baik oleh pemerintah maka fungsi akuntabilitas dan audit atas pelaporan pengelolaan Keuangan Negara harus berjalan dengan baik. Persoalan akuntabilitas dan audit Keuangan Negara harus dapat dijelaskan agar masyarakat mengetahui bahwa telah ada perubahan paradigmatic dalam pengelolaan keuangan Negara. Akan tetapi, perubahan dalam landasan hukum tersebut apakah mampu diaplikasikan dalam dunia nyata pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan Negara? Persoalan akuntabilitas dalam UU KN antara lain mengamanatkan beberapa asas umum pengelolaan keuangan Negara, yaitu: 1. Akuntabilitas berorientasi pada hasil. Hal ini merupakan landasan penerapan anggaran berbasis kinerja. Artinya, dalam pertanggungjawaban Keuangan Negara, akan dilihat kinerja apa yang telah dicapai oleh Pemerintah dalam menghabiskan dana APBN/APBD. Jika tidak ada kinerja yang dicapai maka tidak boleh se-sen-pun uang Negara dibelanjakan. 2. Profesionalitas. Karena uang Negara merupakan uang rakyat yang harus bernilai maksimal (value for money) bagi kesejahteraan masyarakat, bukan hanya kesejahteraan aparatur Negara. Oleh karena itu, pengelolaan Keuangan Negara harus dikelola secara professional. Penerapan sistem akuntansi keuangan harus benarbenar diterapkan baik untuk APBN maupun APBD. 3. Keterbukaan dalam pengelolaan keuangan Negara. Rakyat berhak tahu kemana dan

untuk apa anggaran Negara dibelanjakan. Dalam pertanggungjawaban Keuangan Negara, masyarakat perlu diberikan hak untuk mengetahui pertanggungjawaban Keuangan Negara yang dilakukan oleh Negara atau daerah. Minimal, Laporan Pertanggungjawaban Pemerintah perlu dipublikasikan sehingga masyarakat dapat menilai pertanggungjawaban tersebut. 4. Pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri. Ini merupakan amanah baru bagi BPK-RI terutama untuk memeriksa pertanggungjawaban kepala daerah yang sebelumnya tidak ada kewajiban tersebut. Sebelum laporan pertanggungjawaban Pemerintah (Perhitungan Anggaran Negara) dan laporan pertanggungjawaban kepala daerah disampaikan kepada DPR/DPRD, wajib diperiksa terlebih dahulu oleh BPKRI. 5. Keuangan Negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundangundangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggungjawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. 6. APBN/APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Hal berikutnya mengenai audit Keuangan Negara. Audit keuangan Negara dalam peket UU tentang Keuangan Negara ditetapkan dengan UU 15/2004. Dari UU tersebut, secara jelas Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) diamanahi suatu tugas berat yaitu melakukan pemeriksaan (audit) atas pengelolaan dan tanggung jawab seluruh unsur keuangan negara. Beberapa hal yang dirasakan sebagai kemajuan dari penetapan UU Pemeriksaan tersebut antara lain: 1. BPK diberikan kebebasan dan kemandirian dalam menentukan obyek pemeriksaan, perencanaan dan pelaksanaan, penyusunan dan penyajian laporan audit. Meskipun demikian, lembaga perwakilan (DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/ Kota) dapat memberikan saran dan mengadakan pertemuan konsultasi dengan BPK dalam perencanaan tugas pemeriksaan. Artinya, apabila lembaga perwakilan merasa memerlukan pelaksanaan audit terhadap entitas yang diawasinya maka

m i t r a d a l a m

ai

16

L aporan Uta m a

Membangun Akuntabilitas Keuangan Negara

Publik

Akuntabilitas dan transparansi Keuangan Negara merupakan tujuan penting dari reformasi sektor publik. Hal ini dikarenakan secara definitif, kualitas kepemerintahan yang baik (good govermance) dan kepemerintahan yang bersih (clean govermance) ditentukan oleh kedua hal tersebut ditambah dengan peran serta masyarakat dan supremasi hukum. Akuntabilitas publik Keuangan Negara adalah pemberian informasi dan pengungkapan (disclosure) atas aktivitas dan kinerja Keuangan Negara kepada semua pihak yang berkepntingan (stakeholder) sehingga hak-hak publik, yaitu hak untuk tahu (right to be kept informed), dan hak untuk didengar aspirasinya (right to be heard and to be listened) dapat terpenuhi. Ada lima dimensi akuntabilitas publik yang perlu dilakukan. Pertama, akuntabilitas hukum dan kejujuran (accountability for probity and legality). Akuntabilitas hukum terkait dengan dilakukannya kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang disyaratkan dalam oragnisasi, sedangkan akuntabilitas kejujuran terkait dengan penghindaran penyalahgunaan jabatan (abuse of power), korupsi, dan kolusi. Akuntabilitas hukum menjamin ditegakkannya supremasi hukum, sedangkan akuntabilitas kejujuran menjamin adanya praktik oragnisasi yang sehat (sound

Dan kelima, akuntabilitas financial. Akuntabilitas ini merupakan pertanggungjawaban lembaga-lembaga public untuk menggunakan dana public (public money) secara ekonomis, efisien dan efektif, tidak ada pemborosan dan kebocoran dana, serta korupsi. Akuntabilitas financial ini sangat penting karena menjadi sorotan utama masyarakat. Akuntabilitas ini mengharuskan lembaga-lembaga public untuk membuat laporan Keuangan untuk menggambarkan kinerja financial organisasi kepada pihak luar. Akuntabilitas publik ini meliputi akuntabilitas vertical dan akuntabilitas horizontal. Akuntabilitas vertical adalah pertanggungjawaban kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit kerja (dinas) kepada pemerintah daerah, pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, dan pertanggungjawaban pemerintah pusat kepada MPR, sedangkan akuntabilitas horizontal adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat luas atau terhadap sesame lembaga public lainnya yang tidak

Oleh karena itu, diperlukan sistem pengawasan Negara yang mampu mengatasi korupsi tersebut. Sistem tersebut terdiri dari sistem informal dan sistem formal. Sistem informal mengacu pada suatu bentuk pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat, lembaga independen, dan media massa, sedangkan sistem pengawasan formal dilakukan oleh lembaga yang secara formal ditugaskan untuk mengawasi. Dalam sistem pengawasan formal juga harus dibedakan siapa berperan apa dan kapan peran tersebut boleh dilakukan yang ditegaskan dalam peraturan perundang-undangan. R e f e r e n s i : Sriyanto, Meneropong Reformasi Pengelolaan Keuangan Negara, Media Akuntansi Nomor 39, halaman 7, April 2004. Mardiasmo, Membangun Akuntabilitas Publik Keuangan Negara, Media Akuntansi Nomor 39, halaman 12, April 2004.

ai

L aporan Uta m a

17

m i t r a

d a l a m

Selain itu, dalam pengelolaan Keuangan Negara, perlu diwaspadai adanya tindak pidana korupsi atas Keuangan Negara. Korupsi adalah perbuatan melawan hukum untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan Keuangan Negara. Korupsi juga merupakan suatu proses dehumanisasi yang merusak sistem pemerintahan melalui sistem Keuangan Negara.

p e r u b a h a n

dapat meminta bantuan kepada BPK. 2. BPK dapat melakukan audit investigatif (baik berdasarkan temuan awal BPK sendiri maupun pengaduan dari lembaga perwakilan dan masyarakat) guna mengungkapkan adanya indikasi kerugian Negara/daerah dan/atau unsur pidana. 3. Laporan hasil pemeriksaan BPK (baik hasil audit keuangan maupun audit kinerja) disampaikan kepada lembaga perwakilan dan pemerintah sesuai dengan kewenangannya (LHP Pemerintah Pusat disampaikan kepada DPR, DPD, dan Presiden; LHP Pemerintah Provinsi disampaikan kepada DPRD Provinsi dan Gubernur; dan LHP Pemerintah Kabupaten/Kota disampaikan kepada DPRD Kabupaten/Kota dan Bupati/ Walikota). LHP yang telah disampaikan kepada lembaga perwakilan, dinyatakan TERBUKA UNTUK UMUM, kecuali laporan yang memuat rahasia Negara yang diatur dalam peraturan perundangan. 4. Lembaga perwakilan wajib menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK dengan melakukan pembahasan sesuai dengan kewenangannya.

practice). Kedua, akuntabilitas manajerial. Akuntabilitas manajerial yang dapat juga diartikan sebagai akuntabilitas kinerja (performance accountability) adalah pertanggungjawaban untuk melakukan pengelolaan oragnisasi secara efektif dan efisien. Inefisiensi Keuangan Negara yang terjadi tanggung jawab lembaga yang bersangkutan dan tidak boleh dibebankan kepada customer-nya. Ketiga, akuntabilitas program. Akuntabilitas program juga berarti bahwa program-program organisasi hendaknya merupakan program yang bermutu dan mendukung strategi dalam pencapaian visi,misi dan tujuan organisasi. Lembaga-lembaga public harus mempertanggungjawabkan program yang telah dibuat sampai padaa pelaksanaan program. Keempat, akuntabilitas kebijakan. Lembaga-lembaga publik hendaknya dapat mempertanggungjawabkan kebijakn yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan dampak di masa depan. Dalam membuat kebijakan harus dipertimbngkan apa tujuan kebijakan tersebut, mengapa kebijakan itu dilakukan, siapa sasarannya, stakeholder mana yang terpengaruh, dan apa dampak dari kebijakan tersebut.

berada di atasnya. Akuntabilitas publik ini juga meliputi akuntabilitas internal dan akuntabilitas ekstternal. Akuntabilitas internal merupakan pertanggungjawaban kepada pihak-pihak internal yang berkepentingan, seperti pegawai, pejabat pengelola Keuangan Negara, dan badan legislative. Sedangkan akuntabilitas eksternal adalah pertanggungjawaban kepada pihak-pihak ; luar yang berkepentingan seperti pembayar pajak, media masa, pemberi dana bantuan, dan investor atau kreditur. Stakeholder yang beragam memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Untuk memenuhi kebutuhan seluruh stakeholder tersbut diperlukan rerangka konseptual (conceptual framework) yang komprehensif. Rerangka konseptual akuntabilitas publik, dapat dibangun di atas dasar empat komponen yaitu adanya sistem pelaporan keuangan, sistem pengukuran kinerja, pengauditan sector publik, dan berfungsinya saluran akuntablitas publik (channel of public accountability).

Laporan Khusus

m i t r a d a l a m

p e r u b a h a n

Konvensi Nasional Akuntansi (KNA) VI: Peran Akuntan Dalam Penataan Ulang Sistem Finansial Global Pasca Krisis
Dibuka oleh Gubernur Jawa Barat
katan Akuntan Indonesia (IAI) pada tanggal 13-14 Agustus 2009 melaksanakan Konvensi Nasional Akuntansi (KNA) VI di Bandung. Kegiatan dibuka oleh Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, dan bertindak sebagai keynote speaker ketua Badan Pemeriksa Keuangan RI, Prof. Dr. Anwar Nasution. Hadir sebagai pembicara Ketua Bapepam & LK Ahmad Fuad Rachmani, Komisaris Bank Mandiri & BTN, Direktur Keuangan BUMN, Anggota BPK, Deputi

BPKP, Dirjen Pajak, dll. Acara dihadiri lebih dari 500 akuntan yang berasal dari seluruh Indonesia. Pada hari itu juga telah ditandatangan Kesepakatan Bersama antara BPK-RI dengan IAI mengenai peningkatan peran profesi akuntan dalam pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara dalam rangka mendorong terwujudnya akuntabilitas dan transparansi keungan Negara, serta pemerintahan yang baik dan bersih.

IAI juga menandatangani MOU dengan Association of Chartered Certified Accountants (ACCA) UK sebagai kelanjutan kerjasama yang telah terlaksana sebelumnya untuk mendukung peningkatan kapabilitas profesi akuntan di Indonesia. Ketua Panitia Pengarah IAI, Prof. Ilya Avianti dalam sambutannya menyampaikan bahwa Konvensi Nasional Akuntansi VI merupakan ajang pertemuan Akuntan dan para stakeholders yang dilakukan

ai

18

L aporan Uta m a

ai

setiap empat tahun sekali oleh IAI. KNA dilaksanakan dua hari dan pada hari Jumt, 14 Agustus 2009 IAI akan menyampaikan pernyataan profesi. Melalui KNA, Profesi akan menyampaikan kesepakatan strategis yang terakumulasi tentang arah dan sasaran pembangunan dunia akuntansi yang diidamkan profesi. Profesi juga akan menyampaikan usulan kepada pemerintah Republik Indonesia tentang berbagai isu nasional berdimensi akuntansi yang harus disikapi bangsa Indonesia. KNAini diselenggarakan masih dalam suasana krisis keuangan global yang belum usai. Oleh karena itu, tema konvensi

kali ini adalah Peran Akuntan dalam Penataan Ulang Sistem Finansial Global Pascakrisis yang merupakan kondisi yang harus disiapkan oleh kita bersama dalam kapasitas spesialisasi masing-masing akuntan. Kondisi perekonomian global yang diwarnai dengan krisis sektor finansial tak pelak lagi menjadi tantangan tersendiri yang harus dihadapi di tahun-tahun mendatang. Krisis finansial global juga menjadi momentum bagi profesi Akuntansi untuk secara global memperluas peran mereka di berbagai bidang dalam mengatasi krisis.

Pada level internasional, IAI sebagai anggota International Federation of Accountants (IFAC) bersama asosiasi profesi akuntan di seluruh dunia turut mendukung upaya berbagai pihak dalam membangun arsitektur sistem finansial global yang lebih baik, transparan dan akuntabel pasca krisis finansial global yang melanda dunia. Ketua Dewan Pengurus Nasional IAI, Ahmadi Hadibroto pada sambutan pembukaannya menyampaikan bahwa saat ini profesi akuntan, secara berkesinambungan sesuai perannya telah melakukan upaya penataan ulang sistem finansial global antara lain persiapan konvergensi IFRS yang harus sudah diterapkan pada tahun 2012, pelaksanaan Standar Akuntansi Syariah, Standar Akuntansi bagi Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP), dan banyak hal yang telah dilakukan oleh IAI untuk mengantisipasi pascakrisis dan zona perdagangan bebas. IAI menekankan perlunya solusi jangka panjang untuk mengatasi krisis keuangan global dan perlunya integrasi global perekonomian. Rekomendasi yang akan dihasilkan merefleksikan bahwa profesi Akuntansi memiliki peran yang sangat penting dalam mengatasi krisis dan terlibat dalam reformasi sistem keuangan global. Efektivitas imlpementasi standar global ini mensyaratkan adanya kualitas yang tinggi dari seluruh pelaku di profesi Akuntansi. Untuk itu diperlukan adanya dukungan dan kerjasama secara global dari seluruh pemangku kepentingan untuk bersama-sama memperkuat profesi Akuntansi khususnya dinegara berkembang. Beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan adalah dengan membangun secara berkelanjutan kapasitas profesi Akuntansi secara nasional dan regional; melakukan upaya menuju tercapainya full compliance terhadap standar global; memperkuat legal environment profesi, memperkuat monitoring dan penegakan Etika, memperluas akses kepada standar internasional, menyempurnakan kualitas pendidikan dan pelatihan, mengembangkan panduan implementasi berbagai standar dan langkah utama lainnya untuk mengembangkan profesi Akuntansi. Pemerintah dan regulator perlu

L aporan Uta m a

19

m i t r a

d a l a m

p e r u b a h a n

Laporan Khusus

saling mendukung dalam melaksanakan langkah inisiatif untuk mempromosikan konvergensi kepada IFRS, ISA & IPSAS. Kepentingan publik dapat dilayani dengan baik dengan adanya a single set of highquality, principles-based financial reporting & auditing standards. Adopsi standar internasional ini sangat penting dalam rangka stabilitas perekonomian. IAI sebagai Organisasi Profesi Akuntan yang telah mapan senantiasa berupaya merubah setiap tantangan menjadi peluang bagi kemajuan profesi Akuntan di Indonesia. IAI sangat menyadari pentingnya peran akuntan dalam dunia bisnis. Seiring dengan perkembangan dan dinamika bisnis dalam skala nasional dan internasional ditengah kondisi sekarang ini, IAI telah mencanangkan dilaksanakannya program konvergensi IFRS pada tahun 2012. Implementasi program ini dipersiapkan sebaik mungkin oleh IAI. Dukungan dari semua pihak agar proses konvergensi ini dapat berjalan dengan baik tentunya sangat kami harapkan. Keseragaman bahasa dalam Akuntansi, auditing, kode etik, pelaporan keuangan baik sektor privat maupun sektor publik perlu didukung karena dengan standar global tersebut memungkinkan keterbandingan dan pertukaran informasi secara universal. Ikatan Akuntan Indonesia percaya bahwa sistem Ekonomi Syariah adalah salah satu alternatif sistem perekonomian yang tahan terhadap dampak krisis keuangan global yang terjadi, untuk itu Ikatan Akuntan Indonesia memutuskan menjadi pelaku utama dalam pengembangan Standar Akuntansi Syariah di dunia. Begitu juga dengan standar akuntansi yang dipakai oleh Usaha Kecil dan Menengah. Standar akuntansi UKM sangatlah penting karena terbukti UKM adalah tulang punggung perekonomian Negara kita. Kita boleh berbangga karena IAI telah meluncurkan SAK-ETAP (Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik) yang ditujukan untuk UKM dan Standar Akuntansi untuk transaksi Syariah yang diterbitkan dalam tiga bahasa yakni Bahasa Indonesia, Inggris dan bahasa Arab.

1 2 3 4 5 6 7 8 9

PSA

PSA

PSA

PSA

ISA

Ap

Co

Ped

Ped

10 SAK

11 Tas

12 MU

13 Soa

14 Mo

p e r u b a h a n

15 Pan

16 Isu-

17 Asu

18 Kom

19 Go

20 Ent

21 Aku

m i t r a d a l a m

22 Bal

23 IFR

24 Ap

25 Set

26 Pan

27 Sist

PSAK ETAP ini akan membantu perusahaan kecil menengah dalam menyediakan pelaporan keuangan yang tetap relevan dan andal dengan tanpa terjebak dalam kerumitan standar berbasis IFRS yang akan kita adopsi. SAK ETAP ini mulai diberlakukan pada tahun 2011 namun penerapan lebih awal di 2010 diperbolehkan. IAI mempunyai visi bahwa Standar ETAP harus meningkatkan kesehatan praktik akuntansi di Indonesia secara keseluruhan. Ahmadi Hadibroto juga menyampaikan perlunya pengaturan terhadap semua pihak yang bertanggungjawab langsung ataupun tidak langsung terhadap informasi perusahaan

yang digunakan oleh para pemangku kepentingan. Untuk itu, dengan semangat untuk meningkatkan kualitas pelaporan keuangan secara keseluruhan, kami memandang perlu dimasa mendatang dapat segera disusun suatu UU Pelaporan Keuangan. Pengembangan Akuntansi syariah, peningkatan kompetensi akuntan diberbagai sektor, penyesuaian kurikulum Pendidikan Akuntansi menghadapi implementasi standar internasional, peningkatan tata kelola yang baik disektor swasta maupun pemerintah, peningatan kiprah profesi dalam forum regional dan internasional juga menjadi perhatian utama IAI.

28 Aku

29 Au

30 Aku

31 Aku

32 Sist

33 Sist

34 Sist

35 Sist

36 Pen

37 Pen

38 Sta

39 Sta

ai

40 Teo

41 Teo

42 Aku

43 Au

20

L aporan Uta m a

44 Aku

45 Au

Nama Barang

A K U N T A N
I N
15,000 15,000 15,000 15.000 15,000 20,000 20,000 20,000 20.000 20,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40

PSAK No. 14 PSAK No. 26 PSAK No.50 PSAK No.55 ISAK No. 8

Harga Jual Non Anggota Anggota D O N E S I A 15,000 20,000 mitra dalam perubahan

Aplikasi PSAK No.46

Mengucapkan Selamat Menjalankan Tugas Kepada


95,000 110,000

Contoh Ilustrasi PSAK No.50 & 55

11 Tas Ransel

25,000 30,000 Susilo Bambang Yudhoyono Sebagai Presiden RI Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia 2008 115,000 130,000 Budiono Sebagai Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia 2003 85,000 Wakil 100,000Presiden RI SAK Per 2008 Para Kabinet Indonesia300,000 350,000 Bersatu II Periode 2009 - 2014

1. Menko Politik, Hukum, dan Keamanan: Marsekal TNI Purn Djoko Suyanto MUG IAI 20,000 2. Menko Perekonomian: Hatta 15,000 Rajasa Soal Try-Out USAP Review (2003-2006) 175.000 200,000 3. Menko Kesra: Agung Laksono Modul CPMA Review (paket) 360,000 4. Menteri Sekretaris Negara: Sudi Silalahi 380,000 5. Menteri Dalam Negeri: Gamawan Fauzi 50.000 Panduan Implemantasi PSAK no 24 40.000 6. Menteri Luar Negeri: Marty Natalegawa Isu-isu Kontemporer Akuntansi Keuangan 40,000 45,000 7. Menteri Pertahanan: Purnomo Yusgiantoro Asumsi Going Concern 40,000 45,000 8. Menteri Hukum dan HAM: Patrialis Akbar Komite Audit yang Efektif 95,000 110,000 9. Menteri Keuangan: Sri Mulyani Good Corporate Governance 110,000 10. Menteri Energi dan Sumber 95,000 Daya Mineral: Darwin Zahedy Saleh Enterprise Risk Management 11. Menteri Perindustrian: MS Hidayat 40,000 45,000 12. Menteri Perdagangan: Mari 45,000 Elka Pangestu Akuntansi Aktiva Tetap 55,000 13. Menteri Pertanian: Suswono Balanced Scorecard 80,000 85,000 14. Menteri Kehutanan: Zulkifli Hasan IFRS 2008: Willey 575,000 650,000 15. Menteri Perhubungan: Freddy Numberi Applying IFRS, enhanced edition 525,000 600,000 16. Menteri Kelautan dan Perikanan: Fadel Muhammad 1 Setengah Abad Profesi Akuntansi -Soft Cov/Tuanakotta 110.000 25.000 17. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi: Muhaimin Iskandar Panduan Audit Entitas Bisnis Kecil/IAPI 60.000 70.000 18. Menteri Pekerjaan Umum: Djoko Kirmanto 19. Menteri Rahayu Sedyaningsih Sistem Informasi Akuntansi 1/Rama, JonesKesehatan: Endang80.000 90.000 20. Menteri Pendidikan Nasional: M Nuh Akuntansi Keuangan Daerah (ed.3)/Abdul Halim 65.000 75.000 21. Menteri Sosial: Salim Assegaf Aljufrie 70.000 Audit Kinerja pada Sektor Publik/I Gusti Agung Rai 60.000 22. Menteri Agama: Suryadharma Ali Akuntansi Syariah di Indonesia/Sri Nurhayati 65.000 75.000 23. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata: Jero Wacik Akuntansi Biaya 1(ed.14)/Carter 90.000 100.000 24. Menteri Komunikasi dan Informatika: Tifatul Sembiring Sistem Akuntansi/Mulyadi 25. Menneg Riset dan Teknologi: 115.000 130.000 Suharna Surapranata Sistem Akuntansi Sektor Publik/Indra Bastian 105.000 120.000 26. Menteri Negara Urusan Koperasi dan UKM: Syarifudin Hasan 27. Menneg Lingkungan Hidup: 90.000 Gusti Moh Hatta Sistem Informasi Akuntansi 1(ed.4)/Hall 110.000 28. Menneg Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak: Linda Agum Gumelar Sistem Informasi Akuntansi 1(ed.9)/Romney 80.000 dan90.000 29. Menneg Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi: EE Mangindaan Pengantar Akuntansi 1(ed.21) Edisi Khusus/Warren 65.000 75.000 29. Menneg Pembangunan Daerah Tertinggal: Helmy Faisal Zaini Pengantar Akuntansi 1(ed.7)/Weygandt,Kieso 95.000 105.000 31. Menneg PPN/Kepala Bappenas: Armida Alisjahbana Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)/KSAP 40.000 50.000 32. Menneg BUMN: Mustafa Abubakar Standar Profesional Akuntan 33. Publik/IAI 270.000 300.000 Menneg Perumahan Rakyat: Suharso Manoarfa 34. Menneg Pemuda dan Olahraga: Andi Mallarangeng Teori Akuntansi 1(ed.5)/Belkoui 75.000 85.000
65,000 75.000

41 Teori Akuntansi 2(ed.5)/Belkoui

Pejabat Negara: 42 Akuntansi Intermediate 1(ed.15)/Skousen, Stice 135.000 150.000 1. Ketua Unit Kerja Presiden Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan: Kuntoro Mangkusubroto 43 Auditing 1(ed.6)/Mulyadi 65.000 75.000 2. Kepala BIN (Badan Intelijen Negara): Jenderal Pol Purn Sutanto 44 Akuntansi Internasional 1(ed.5)/Choi 60.000 70.000 3. Kepala BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal): Gita Wirjawan
45 Audit Sektor Publik (ed.2)/Indra Bastian 50.000 60.000

Laporan Khusus

Pernyataan Sikap IAI: Peranan Akuntan Dalam Penataan Ulang Sistem Finansial Global Pasca Krisis
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyampaikan pernyataan profesi pada Konvensi Nasional Akuntansi (KNA) VI di Bandung, 14 Agustus 2009. Fungsi akuntan masa depan bukanlah lagi sekedar pemeriksa atau penyedia informasi keuangan, tetapi menjadi bagian penting dari pembangunan ekonomi dan sosial untuk menciptakan Indonesia yang lebih berkeadilan dan makmur.
engan kesadaran tinggi akan tanggung jawab dan peran kami sebagai profesi dalam penataan ulang sistem finansial global pascakrisis, kami para Akuntan Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) melalui Konvensi Nasional Akuntansi VI di Bandung, 13 dan 14 Agustus 2009 menyatakan sikap profesi sebagai berikut: 1. Krisis finansial global disebabkan oleh perilaku keserakahan korporasi, good corporate governance yang buruk, serta disclosure dan transparansi yang tidak memadai. Pembentukan karakter perusahaan yang ikhsan dan dapat dipercaya menjadi keharusan. Akuntan Indonesia sepatutnya dapat merancang dan menjalankan fungsi penyediaan informasi akuntansi berupa Penyusunan Laporan Keuangan dengan mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK) serta mendorong penetapan regulasi pemerintah terkait sistem finansial yang menjamin pelaksanaan good corporate governance. 2. Pasar Modal sangat terkena krisis finansial global perlu melakukan pembenahan berbagai regulasi. IAI siap membantu Bapepam & Bursa Efek Indonesia untuk ikut serta mempersiapkan perbaikan regulasi guna meningkatkan sistem pengawasan dan keputusan adalah keharusan dalam globalisasi ekonomi. Akuntan publik seharusnya memberikan nilai tambah kepada perusahaan dengan orientasi tidak lagi hanya memberikan opini atas kewajaran Laporan Keuangan, namun juga terhadap keefektifan sistem pengendalian internal perusahaan dan manajemen resiko serta memastikan perusahaan telah menjalankan operasinya sesuai kaidah Good Corporate Governance. 7. Mendukung Reformasi perpajakan yang sedang dilaksanakan di Indonesia sebagai bagian dari komponen untuk menjamin keadilan dan kemakmuran bangsa. IAI siap mengawal reformasi perpajakan yang dapat meningkatkan kepercayaan dan kepatuhan wajib pajak sekaligus mampu meningkatkan penerimaan negara.Menindaklanjuti pernyataan sikap profesi tersebut, IAI merekomendasikan hal-hal berikut ini: 1.Penataan sistem finansial global dilakukan secara menyeluruh dengan ruang lingkup penataan sbb: a. Penataan regulasi, dalam hal ini peraturan perundang-undangan mengenai sistem keuangan di Indonesia dengan fokus pada penegakan Good Corporate Governance pada organisasi bisnis di Indonesia. b. Penyesuaian informasi keuangan dengan globalisasi ekonomi, yaitu dengan meningkatkan mutu kualitas Laporan Keuangan, sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia yang harmoni dengan Standar Akuntansi Keuangan secara Internasional. c. Penataan tugas, fungsi, dan peranan kelembagaan dengan mengacu pada kerangka pengendalian internal institusi/organisasi/lembaga keuangan

p e r u b a h a n

kualitas pelaporan keuangan. 3.Salah satu sektor perekonomian yang berkembang saat ini di Indonesia dan dunia adalah sektor UKM dan ekonomi berbasis syariah. IAI berkomitmen mendukung pengembangan sektor UKM dan ekonomi berbasis syariah tersebut dengan cara menyusun dan mengimplementasikan SAK Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP) untuk Organisasi UKM dan ETAP, serta SAK Syariah untuk Organisasi berbasis Syariah. Akuntan Indonesia juga bertekad untuk mempromosikan SAK syariah tersebut menjadi SAK syariah yang diadopsi secara global. 4. IAI bertekad untuk menuntaskan proses konvergensi standar akuntansi keuangan Indonesia (PSAK) dengan standar akuntansi keuangan internasional (IFRS) dengan target waktu akhir tahun 2012. 5. Para akuntan pemerintah (termasuk akuntan di pemerintah daerah) perlu berinisiatif dan didorong untuk melakukan pergeseran peran mereka dari sekedar menjadi bookkeeper menjadi akuntan manajemen dan partner strategis dari Kepala daerah/ Kepala pemerintahan. 6. Penyediaan informasi akuntansi yang relevan dan andal untuk pengambilan

m i t r a d a l a m

ai

22

L aporan Uta m a

di Indonesia sehingga dapat menghindari terjadinya praktek kecurangan, ketidakekonomisan, ketidakefisienan, dan ketidakefektifan dalam operasi institusi/organisasi/lembaga keuangan. d. Penataan karakter korporasi yang ikhsan dan bertanggungjawab secara sosial. 2. Reformasi keuangan sektor publik sebagai bagian penting dari reformasi birokrasi diarahkan untuk menyelaraskan kemampuan sektor publik dalam mengawasi dan mengawal dunia bisnis serta optimasi pelayanan publik, dengan cara menegakkan akuntabilitas, transparansi, dan kepercayaan publik. Hal-hal yang harus dilakukan: a. Para akuntan pemerintah (termasuk akuntan di pemerintah daerah) berinisiatif dan memfasilitasi pergeseran peran dari bookkeeper menjadi akuntan manajemen dan partner strategis dari Kepala Daerah/Kepala Pemerintahan. b.Harus ada proses penetapan standar kompetensi akuntan sektor publik, yang melibatkan perguruan tinggi penyelenggara program studi akuntansi,

IAI serta lembaga pemerintah (pusat dan daerah). c. Perguruan tinggi penyelenggara program studi akuntansi diminta memberikan perhatian lebih pada pendidikan akuntansi sektor publik, baik jenjang D3, S1 dan Pascasarjana, sesuai kebutuhan akan akuntan yang sangat meningkat.. 3. Demi tercapainya target konvergensi standar akuntansi keuangan pada akhir tahun 2012, maka: a. Akuntan publik perlu meningkatkan kompetensi sehubungan dengan perubahan SAK, memperbaharui SPAP dan menyesuaikan pendekatan audit yang berbasis IFRS. b. Akuntan manajemen di perusahaan perlu membentuk satuan kerja atau tim sukses konvergensi IFRS yang bertugas memperbaharui pengetahuan akuntan manajemen, melakukan gap analysis dan menyusun road map konvergensi IFRS serta berkoordinasi dengan IAI untuk optimasi sumber daya anggotanya. c. Akuntan pendidik di perguruan

tinggi perlu membentuk tim sukses konvergensi IFRS untuk memperbaharui pengetahuannya, merevisi kurikulum dan silabus serta melakukan berbagai penelitian terkait. d. Regulator perlu melakukan penyesuaian regulasi yang terkait dengan pelaporan keuangan dan perpajakan serta melakukan upaya pembinaan dan supervisi terhadap profesi yang terkait dengan pelaporan keuangan seperti penilai dan aktuaris. e. Asosiasi industri perlu menyusun pedoman akuntansi industri yang sesuai dengan perkembangan Standar Akuntansi Keuangan (SAK), membentuk forum diskusi yang secara intensif membahas berbagai isu sehubungan dengan dampak penerapan SAK dan secara proaktif memberikan masukan dan komentar kepada Dewan Standar Akuntansi Keuangan IAI.
Atas Nama Profesi Akuntan Indonesia Ahmadi Hadibroto Ketua

ai
L aporan Uta m a

23

m i t r a

d a l a m

p e r u b a h a n

Dewan Pengurus Nasional IAI

ai

SUNARDJI, SE, MM
Anggota Dewan Pengurus Nasional IAI
Profesi Akuntan dan Pendidikan Butuh Kontribusi Setiap Orang

24

PROFIL
alam mengembangkan visi profesi akuntan dan pendidikan akuntansi dibutuhkan pendanaan dan kontribusi setiap orang khususnya yang berprofesi sebagai akuntan. Demikian dikatakan Anggota Dewan Pengurus Nasional Ikatan akuntan Indonesia (IAI) periode 20062010, Sunardji, SE, MM. Sunardji, begitu biasa disebut dan alumni FEUI ini mempunyai bermacam cara jitu atau pemikiran strategis untuk mengembangkan profesi akuntansi. Misal, dalam mencari pendanaan untuk pendidikan, seperti memaksimalkan semua sumber daya (aktiva) yang dimiliki UI, baik berbentuk fisik maupun sumber daya manusia itu sendiri, seperti jaringan dengan Alumni. Saya sering mengundang alumni untuk memberikan masukan, kadang saya minta donasi ke alumni tujuannya untuk mengembangkan serta menaikkan kualitas pendidikan di FEUI sehingga lulusannya dapat di pakai oleh perusahaan (user), kata Sunardji yang mempunyai hobi unik yaitu mengoleksi berbagai macam mata uang dan bermain tenis. Pendidikan kita harus ditingkatkan kualitasnya bukan hanya skill tetapi soft skill juga ditingkatkan. Kemudian masalah etika jangan sampai membuat malu. Disiplin, kepercayaan, pelayanan adalah nomor satu, kita harus jeli mengamati situasi dunia khususnya bidang ekonomi, Indonesia membutuhkan dana untuk menarik investor asing, katanya. Sunardji yang lahir di Blora, Jawa Tengah, Indonesia pada tanggal 10 Juli 1950. Pada saat ini menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengembangan dan Kerja Sama Industri Universitas Indonesia. Pengalaman Sunardji dilingkup profesi, pernah bekerja di PT. Trisari (1970); Acc.Off. Hadibroto (1974); PT. Enmitra (1975-1977); PT. Konferta (1978-1980); Presiden Direktur PT. M.S.R (1980-2005) dan Presiden

ai

Direktur PT. M.S.A (1987-2005). Selain itu juga aktif tergabung dalam organisasi profesi antara lain: Ikatan Akuntan Indonesia (IAI); Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) dan American Accounting Association. Mengenai kaderisasi Ia mengatakan, anggota IAI yang belum menjadi akuntan berpotensial sekali untuk mengembangkan profesi akuntan, maka dari itu IAI jangan sungkan mengaderisasi anggota yang belum menjadi akuntan. Selain itu akuntan publik wajib menyesuaikan dan meng update pengetahuan tentang apa yang terjadi di dunia khususnya financial atau laporan keuangan. Jika tidak menyesuaikan dan meng update pengetahuannya maka akan tertinggal pengetahuan tentang akuntansi bahkan dapat di tinggalkan oleh kliennya, tegasnya. Begitupun dengan dosen kalau tidak meng update akan ditinggalkan mahasiswanya maka dari itu teksbook yang digunakan setiap 2 tahun sekali pasti terjadi perbaikan yang tentunya harus diikuti. Maaf mungkin dosen banyak yang melakukan adaptasi, ujar Sunardji. Ia mengharapkan, tidak menelan begitu saja yang sudah ada karena situasi dan kondisinya berbeda, kasusnya harus disesuaikan dengan kasus yang ada khususnya di Indonesia, kalau tidak menyesuaikan situasi di Indonesia akan menjadi salah kaprah selain itu kita harus mengetahui International Financial Reporting Standard (IFRS). Maka dengan menggunakan IFRS itu bisa berlaku ke semua, persiapannya harus cepat dari sekarang, katanya. Untuk konvergensi International Financial Reporting Standard (IFRS) ke dalam PSAK, IAI menargetkan implementasinya pada 2012 mendatang. Nantinya laporan keuangan akan mempermudah pemegang saham, fleksibel, dan meningkatkan alur investasi global, terutama bagi perusahaan yang juga tercatat di luar negeri, pungkasnya.

Dengan adanya Penerapan Standar Akuntansi Keuangan 30 (PSAK 30) pada neraca keuangan, akan lebih mempermudah perseroan dalam menarik investor. Manfaat lainnya adalah perbankan akan lebih mudah dalam menganalisa laporan kinerja untuk dapat memberikan kredit secara tepat. Perbankan jadi lebih prudent dalam pengucuran kredit, paparnya. Adapun PSAK 30 merupakan aturan pencatatan yang harus dilakukan perusahaan bagi segala sesuatu yang mengandung unsur sewa. Dalam pelaksanaannya tidak akan ada lagi persyaratan tertentu untuk dimasukkan dalam kategori operating lease dan finance lease yang ditempatkan dalam pos aktiva tidak lancar berupa kewajiban sewa berupa biaya depresiasi dan bunga. Nantinya tidak akan ada sela lagi untuk dimainkan dalam laporan keuangan, ujarnya. Sunardji mengawali karirnya sebagai dosen di Fakultas Ekonomi UI dimulai sejak tahun 1974 dan hingga saat ini aktif mengajar di program Reguler FEUI (sejak 1974 s/d sekarang); Ekstension FEUI (1979 s/d sekarang); Program D3 FEUI (1997 s/d sekarang) dan Program MAKSI FEUI (1999 s/d sekarang). Mengajar juga di universitas swasta STEKPI (1988 s/d 2006). Sebagai seorang intelektual, Sunardji pernah mengikuti kegiatan seminar dan konferensi di forum internasional seperti: Acc. Teacher, Singapura (1986); American Accounting Association (Honolulu, 1989; Washington DC, 1992; San Francisco, 1993; Orlando, 1995 dan Chicago 1996); dan Asia Pacific Conference on International Accounting Issue [Bangkok, Thailand (1997), Melbourne, Australia (1999), Beijing, Cina (2000)].

ai

25

m i t r a

d a l a m

p e r u b a h a n

ai
Pengasuh Yang Terhormat, Perusahaan kami tiga bulan terakhir menempati sebuah ruangan pada salah satu gedung di bilangan Sudirman Jakarta. Kami telah menyewa ruangan tersebut sejak bulan Juni 2009 untuk jangka waktu 3 bulan s/d Agustus 2009 (Berdasarkan perjanjian bahwa kami telah membayar dimuka untuk 3 bulan penyewaan). Yang menjadi pertanyaan saya adalah bagaimanakah PPN atas service charge yang dimintakan oleh pengelola gedung kepada kami, apakah ada PPN-nya? Mengingat rincian dari service charge tersebut adalah atas tagihan listrik, air, serta pelayanan umum yang ada di kantor dimana kami sewa. Saya beranggapan bahwa yang dikenakan PPN hanya atas sewa ruangan. Atas jawabannya kami ucapkan terima kasih. Jawaban Terima kasih atas pertanyaan yang diajukan oleh Sdr, Kami sangat senang bahwa Anda mempercayakan kami untuk memberikan saran atas masalah terkait pajak yang Anda hadapi. Saudara mengaku kebingungan dengan tagihan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas service charge yang dibebankan oleh Pengelola Gedung kepada perusahaan Anda sebagai Penyewa. Anda sendiri mengasumsikan bahwa PPN yang menjadi tanggungan Perusahaan Anda hanya terkait dengan sewa gedung. Kenyataannya, pengelola gedung juga menagih PPN untuk service chargenya. Dengan berpatokan pada pertanyaan singkat yang diajukan kepada kami, ada sedikit kesulitan untuk memastikan masalah sesungguhnya yang Saudara hadapi. Tetapi kami berusaha untuk menjelaskan sejauh apa yang kami bisa tangkap dari pertanyaan Saudara. Baiklah, untuk membantu kita memahami apa yang dimaksudkan dengan service charge khususnya dalam konteks perpajakan, Surat Penegasan yang dikeluarkan oleh Dirjen Pajak S-831/PJ.53/2005 kiranya dapat menjadi acuan dalam mencari pendasaran terhadap Pajak Pertambahan Nilai atas service charge itu. Berikut beberapa point dari Surat Penegasan tersebut: a. Service charge pada dasarnya merupakan balas jasa atas kegiatan pelayanan yang menyebabkan ruangan yang disewa oleh penyewa dapat dihuni sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh penyewa, yang dapat meliputi biaya listrik dan air (untuk public area), biaya pemeliharaan dan perawatan gedung serta peralatannya, biaya kebersihan, biaya tenaga keamanan/teknisi, biaya administrasi dan sebagainya. Atas tagihan reimbursement, yaitu penggantian untuk biaya yang telah dibayarkan terlebih dahulu oleh pemberi jasa atas nama penerima jasa, berupa biaya listrik dan air oleh PKP persewaan ruangan kepada para penyewa ruangan, baik nilai tagihannya sama dengan nilai tagihan dari PLN dan PDAM kepada PKP persewaan ruangan maupun berbeda (misalnya dengan alasan adanya biaya penyediaan kabel sebagaimana contoh dalam surat Saudara), terutang PPN karena tagihan listrik dan air oleh PKP persewaan ruangan kepada para penyewa tersebut merupakan bagian dari kegiatan penyerahan Jasa Kena Pajak berupa persewaan ruangan yang dilakukan oleh PKP persewaan ruangan. Besarnya PPN yang terutang dihitung dengan menggunakan Dasar Pengenaan Pajak sebesar penggantian, yaitu seluruh tagihan yang diminta atau seharusnya diminta oleh PKP persewaan ruangan, dan bukan hanya atas mark-up-nya saja .
MAJALAH

Konsultasi pajak
oleh :

Ronsianus B. Daur, SE, BKP


(Praktisi Perpajakan di Jakarta)

Dalam konteks hukum yang lebih tinggi, ketentuan mengenai Pajak Pertambahan Nilai sudah diatur dalam Undang-Undang No 8 Tahun 1983 sebagaimana telah dirubah terakhir dengan UU No 18 Tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Ketentuan Undang-Undang tersebut kemudian diperjelas melalui Surat Edaran Dirjen Pajak SE-14/PJ.53/2003 tanggal 03 Juni 2003. Berikut ini, kami akan menampilkan beberapa point penting dari UU No 18 Tahun 2000 yang berhubungan dengan masalah yang Anda hadapi: a. Pasal 1 angka 5: Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan. b. Pasal 1 angka 6: Jasa Kena Pajak adalah jasa sebagaimana dimaksud dalam angka 5 yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang ini c. Pasal 1 angka 17: Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau Nilai Lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang d. Pasal 1 angka 19: Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan Jasa Kena Pajak, tidak termasuk pajak yang dipungut menurut Undang-undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak e. Pasal 4 huruf c: penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha f. Pasal 9 ayat 1: Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dengan Dasar Pengenaan Pajak. Dengan melihat ketentuan diatas serta memperhatikan beberapa surat penegasan dari dirjen pajak dapat kami simpulkan bahwa apa yang dilakukan oleh manajemen pengelolah gedung dengan menerbitkan Faktur Pajak atas service charge terhadap perusahaan saudara sudah sesuai dengan ketentuan dan peraturan perpajakan yang berlaku. Demikian penjelasan kami semoga dapat bermanfaat dan membuat anda tidak kebingungan lagi dalam menganalisa perpajakan yang dihadapi. Hormat Kami Pengasuh akuntanindonesia@yahoo.com

m i t r a

d a l a m

p e r u b a h a n

b.

c.

26

AKUNTAN

INDONESIA

Kolom Pasar Modal

Foto Penulis

MENGUAK MISTERI MINIMNYA INVESTOR SAHAM DI INDONESIA


Budi Frensidy Koordinator Mata Ajar Pasar Modal & Manajemen Keuangan PPAk FEUI dan Penulis buku Matematika Keuangan

p e r u b a h a n

Kemana orang Indonesia yang mempunyai uang lebih atau kas surplus menginvestasikan uangnya? Apakah mereka menyimpannya dalam tanah, properti, perhiasan, tabungan/ deposito, valuta asing, reksa dana, obligasi, atau saham? Dapat dipastikan urutan pertama adalah deposito dan urutan terakhir adalah obligasi dan saham.
umlah investor saham sangat jauh di bawah mereka yang punya deposito bank. Sebagai perbandingan, jumlah rekening di perbankan nasional mencapai 82 juta, sementara investor saham domestik yang tercatat di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) tidak lebih dari 300 ribu orang atau 0,1% penduduk Indonesia. Persentase ini jauh di bawah Malaysia dan Hong Kong yang mencapai belasan persen atau Singapura dan Australia yang sudah melebihi 20%. Sementara di negara super maju seperti Amerika, jumlah penduduk yang menanamkan uangnya di pasar saham secara langsung dan tidak langsung. Mengapa begitu sedikit orang Indonesia yang berinvestasi dalam saham? Alasan tidak berinvestasi saham Ada yang langsung menjawab kalau rata-rata orang Indonesia masih belum mempunyai uang lebih yang cukup untuk berinvestasi dalam saham. Jawaban ini rasanya kurang tepat karena jumlah total deposito dan tabungan yang dihimpun perbankan nasional kenyataannya mencapai lebih dari

seribu triliun rupiah. Sementara jumlah minimum untuk menjadi investor saham sejatinya tidak besar, cukup beberapa juta rupiah. Salah jika dikatakan seseorang harus kaya untuk dapat menjadi investor saham. Yang benar justru seseorang mesti berinvestasi saham agar cepat menjadi kaya. Ada lagi yang mengatakan karena orang kita umumnya takut akan risiko/rugi (risk/loss averse) sehingga tidak punya keberanian untuk membeli saham. Masalahnya, menyimpan uang lebih besar dari jumlah tertentu yang dijamin LPS di bank sekarang juga menghadapi risiko yang sama. Membuka usaha sekecil apa pun juga mengandung risiko dan sulit untuk diminimumkan. Para investor saham sebagian besar juga orang yang loss-averse dan bukan risk takers seperti mereka yang keluar masuk kasino. Investasi saham bahkan memungkinkan seseorang meminimumkan risiko nonsistematis yaitu dengan melakukan diversifikasi. Tidak sedikit juga yang beralasan main saham memerlukan pengetahuan yang cukup sehingga tidak cocok untuk

sarana investasi kaum awam. Jawaban yang masuk akal tetapi ada jalan keluar untuk alasan ini yaitu mengikuti nasehat Peter Lynch dalam bukunya One up on Wall Street. Pohon dikenal dari buahnya, demikian juga perusahaan dikenal dari produknya. Sebagai salah seorang manajer investasi terbaik dunia, Lynch mengatakan tidak sulit untuk menemukan perusahaan yang bagus, karena produk bagus ada di sekitar kita. Perusahaan bagus karenanya ada di depan mata kita. Ngomong-ngomong, Anda sudah tahu kan bedanya saham bagus atau perusahaan bagus? Jika belum, saya akan menuliskannya dalam artikel di kolom ini pada edisi mendatang. Alternatif lain adalah berinvestasi saham secara tidak langsung melalui reksa dana saham. Jawaban yang paling ngawur adalah yang mengatakan berinvestasi saham tak lebih dari berspekulasi atau berjudi atau zero-sum game, istilah kerennya. Yang lebih membuat saya sedih adalah jawaban ini justru lebih sering saya dengar dari lulusan dan mahasiswa akuntansi dan keuangan yang nota bene mestinya lebih paham. Karena persepsi ini, mereka lebih suka menggunakan istilah main saham daripada investasi saham. Sangat disayangkan kalau berinvestasi saham disamakan dengan main black jack di kasino. Jawaban yang benar adalah karena masyarakat kita masih depositominded. Selama beberapa dekade, pemerintah mengajak dan mendorong

m i t r a

d a l a m

ai

28

ai

Bank-based vs market based Sebelum berkembangnya pasar modal kita, mereka yang kas surplus tidak punya pilihan lain kecuali menaruh uangnya di bank. Demikian juga perusahaan yang kas defisit hanya bisa mendapatkan dana dari bank. Dalam literatur keuangan dan perbankan, sistem keuangan seperti ini disebut sistem keuangan berbasis bank atau bank-based. Jerman, Jepang, dan banyak negara berkembang menganut sistem keuangan ini. Pendukung sistem keuangan bank-based mengatakan kalau sistem ini lebih baik daripada market-based dalam mengatasi terjadinya asimetri informasi terutama untuk negara-negara yang berada dalam tahapan awal pembangunan ekonominya. Tanpa adanya bank, biaya yang harus dikeluarkan investor untuk memperoleh dan memproses informasi mengenai kondisi dan kinerja perusahaan menjadi sangat tinggi. Keberadaan bank menurunkan risiko dan biaya pengawasan yang harus ditanggung investor publik.

Mana yang lebih baik? Dalam jurnalnya Bank-based or market-based financial systems: which is better?, Levine (2000) mengatakan kalau tidak ada sistem yang lebih unggul atau lebih efektif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Data empiris menunjukkan bahwa pembagian sistem keuangan dalam bank-based, marketbased, tidak mampu menjelaskan proses pertumbuhan yang dialami negara-negara di dunia. Siapa yang tidak tahu rendahnya spread atau net interest margin (selisih tingkat bunga pinjaman dengan tingkat bunga tabungan) bank di Jepang dan keperkasaan Bundesbank Jerman? Dua negara itu menganut bank-based. Siapa juga yang meragukan Amerika sebagai negara adi daya dengan sistem marketbased? Masalahnya di Indonesia, menurut saya, sistem market-based belum lama berkembang sehingga masih jauh dari optimal. Umurnya masih sangat muda. Sementara itu, sistem bank-based juga masih rapuh karena rendahnya pengawasan, kepatuhan, dan kesehatan perbankan di Indonesia. Akibatnya spread relatif besar, rasio loan to deposit rendah, dan kredit macet menjadi momok perbankan nasional terutama bank-bank BUMN.

29

m i t r a

d a l a m

p e r u b a h a n

masyarakat untuk menabung di bank dan tidak menaruh uangnya di bawah bantal atau di dalam lemari. Mobilisasi masyarakat untuk menabung, sayangnya, tidak diikuti seruan pemerintah untuk berinvestasi di pasar modal pada periode 90-an. Tak bisa disalahkan kalau akhirnya masyarakat kita hanya tahu bank sebagai tempat paling aman untuk menaruh uangnya. Jika tabungan dan deposito sudah lama ada di Indonesia, saham baru diperkenalkan tahun 1977 dan mulai ramai sekitar tahun 1989. Pada tahun 1985 jumlah emiten tercatat di BEJ hanya 24 perusahaan dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp 89,3 miliar dan traksaksi harian sebesar Rp 13,1 juta. Jumlah saham tercatat tidak mengalami pertambahan hingga tahun 1988 namun kapitalisasi pasar dan transaksi harian meningkat menjadi Rp 449,2 miliar dan Rp 121,9 juta. Baru pada tahun 1989, jumlah saham tercatat melonjak tajam menjadi 56 dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp 4,3 triliun dan transaksi harian menembus Rp 3,9 miliar. Angka-angka itu terus naik hingga akhir tahun 2008 dengan 398 saham tercatat, kapitalisasi pasar sebesar Rp 1076 triliun dan transaksi harian Rp 4,4 triliun.

Pengawasan oleh bank sebagai kreditur jauh lebih efektif daripada pengawasan oleh sekumpulan investor dengan informasi terbatas yang dimilikinya. Di sisi lain ada sistem keuangan berbasis pasar atau market-based yang dianut Amerika dan Inggris. Dalam market-based, sumber pembiayaan utama adalah dari pasar modal atau terjadi interaksi langsung antara yang punya uang dan perusahaan yang butuh uang. Pendukung sistem market-based menekankan pentingnya pasar modal dalam memberikan insentif kepada kas surplus dan kas defisit. Sistem keuangan ini lebih efisien karena bersifat langsung tanpa melalui perantara keuangan (financial intermediary) dalam mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang daripada sistem bank-based. Pasar modal yang kuat juga memberikan kesempatan kepada para kas surplus untuk diversifikasi.

Implikasi sistem bank-based Memahami dua sistem keuangan ini membuat kita bisa mengomentari kualitas buku teks keuangan dan akuntansi yang banyak digunakan di fakultas ekonomi kita. Jika buku teks itu hanya membandingkan alternatif mengeluarkan saham atau obligasi, saat perusahaan ingin ekspansi, buku itu kurang cocok untuk Indonesia yang bank-based. Pilihan saham atau obligasi hanya dimiliki kurang dari 500 korporasi. Jumlah perusahaan terbuka di bursa kita hanya sekitar 400, sementara yang sudah mengeluarkan obligasi lebih sedikit lagi yaitu cuma 91 korporasi. Untuk sebagian besar perusahaan di Indonesia, pilihan yang relevan adalah pinjaman dari bank atau pinjaman/tambahan modal dari pemegang saham. Buku manajemen keuangan yang baik untuk Indonesia mestinya gabungan dari Corporate Finance yang membahas perusahaan korporasi dan Personal Finance yang membahas perusahaan keluarga dan perusahaan tanpa akses ke pasar modal. Implikasi lain yang juga tidak boleh dilupakan adalah tidak tepatnya penggunaan IHSG sebagai indikator keberhasilan perekonomian pada umumnya dan peningkatan kesejahteraan masyarakat pada khususnya. Kenaikan IHSG hanya relevan untuk segelintir penduduk Indonesia. Sebagian besar orang Indonesia lebih berkepentingan dengan dua indikator utama dalam bankbased yaitu tingkat bunga tabungan yang menarik untuk para kas surplus dan tingkat bunga pinjaman yang rendah untuk para kas defisit. Kedua tujuan itu dapat tercapai jika spread atau intermediation fee rendah. Kenyataannya, spread perbankan kita masih 6%, salah satu yang terbesar di dunia. Jika pemerintah mengklaim sudah berhasil dalam pembangunan ekonominya dengan merujuk IHSG yang sudah naik ratusan persen dalam 5 tahun terakhir, pemerintah kurang peka. Depok, 27 Juli 2009

ai
Kerjasama yang dilakukan antara Ikatan Akuntan Indonesia dengan Garuda Indonesia, bersama ini kami informasikan bahwa bagi seluruh anggota Ikatan Akuntan Indonesia yang akan melakukan aktivitas penerbangan dengan menggunakan Garuda Indonesia akan memperoleh diskon sebesar 16% kemanapun tujuan terbangnya kecuali Timur Tengah dengan menunjukan kartu anggota IAI. Entry : fwi#f1CCDRT#f2#f3IAIA Contoh : CCDOXIAIA b. Kelas Ekonomi (Y, M, L) Entry : fwi#f1MCDRT#f2#f3IAIA Contoh : MCDRTIAIA 3. Tiketing dapat dilakukan di : a) Kantor penjualan Garuda Indonesia. Dengan ketentuan sebagai berikut : Untuk anggota Ikatan Akuntan Indonesia, Affiliasi, dan karyawan dengan menunjukan Kartu Anggota Ikatan Akuntan Indonesia atau Perintah Pembelian.. Untuk Keluarga anggota dan keluarga karyawan dengan menunjukan Kartu Identitas IAI dan ( Kartu Keluarga ) Untuk relasi Ikatan Akuntan Indonesia menunjukan Perintah Pembelian dari Ikatan Akuntan Indonesia. b) Garuda On Line Booking Corporate, dengan ketentuan : Menggunakan Kartu Anggota Ikatan Akuntan Indonesia yang telah didaftarkan ke Web Corporate Partner Garuda Indonesia c) Harga Promo Domestik dan Internasional Harga Pomo Domestik & Internasional berlaku untuk Ikatan Akuntan Indonesia apabila tersedia (double discount tidak berlaku), dan ketentuannya mengikuti ketentuan harga promo yang berlaku. Penulisan IAIA pada tiket (fare basis) merupakan suatu keharusan.Contoh : Entry : fwi#1QEOXPR#f2#f3IAI QEOXPR/IONI Pencantuman Harga Promo pada tiket adalah harga sebelum komisi agen. d) Tour Code Tour Code : CD16IAIA09 untuk rute Domestik, CD16IAIA09 untuk rute Internasional

Info

DISKON TERBANG BERSAMA GARUDA INDONESIA BAGI ANGGOTA IAI

p e r u b a h a n

Petunjuk dan tatacara: Petunjuk Pelaksanaan Kerjasama Corporate Direct untuk IKATAN AKUNTAN INDONESIA 1. Kode Korporat Kode Korporat untuk Ikatan Akuntan Indonesia adalah IAIA 2. Discount Besaran discount 16% (enam belas persen) dari harga RSP berlaku dari harga terendah sampai tertinggi, rute domestik dan internasional, kecuali harga promosi,rute Timur Tengah dan Code Share. Ketentuan dan syarat sebagai berikut : Rute Domestik a. Kelas Bisnis ( C ) Entry : fwi#1CCDRT#f2#f3IAIA Contoh : CCDRTIAIA b. Kelas Ekonomi (Y, M, L) Entry : fwi#f1MCDOW#f2#f3IAIA Contoh : MCDOXIAIA Rute Internasional Besaran diskon untuk rute internasional dari harga RSP (Recommended Selling Price) a. Kelas Bisnis (C, D)

m i t r a

e) Fare Basis Fare Basis : CD16IAIA untuk rute Domestik, CD16IAIA untuk rute Internasional f ) Rute Berlaku untuk semua rute yang diterbangi Garuda Indonesia, domestik dan internasional kecuali rute Timur Tengah dan code share. g) Masa Berlaku Masa berlaku perjanjian kerjasama adalah 01 Juli 2009 sampai dengan 31Juni 2010. h) Reservasi Didalam PNR harus mencantumkan Ikatan Akuntan Indonesia sebagai berikut : Entry : 4OSIGAVIP/C Ikatan Akuntan Indonesia, Contoh : 4OSIGAVIP/C IKATAN AKUNTAN INDONESIA INDONESIA, Pembukuan dalam urutan daftar tunggu (waiting list) harus di teruskan ke unit control reservations yaitu QEP ke Q02. Hal ini dilakukan untuk memperoleh prioritas konfirmasi (HK). i) Kondisi Tiket Tidak dapat dilakukan Endorsement (pengalihan ke penerbangan lain).

d a l a m

30

MAJALAH

AKUNTAN

INDONESIA

ai
J

Info

PT Bank Permata Tbk Raih ARA 2008


uara umum Annual Report Awards kinerja perusahaan serta indikasi arah Adapun Ketua Panitia ARA 2008A. Fuad 2008 (ARA) kali ini diraih oleh P.T. Bank perusahaan di masa yang akan datang; Rahmany menuturkan penyelenggaraan ARA Permata Tbk. Penyerahaan penghargaan 2.Penyajian informasi keuangan yang bertujuan untuk meningkatkan keterbukaan telah dilaksanakan pada tanggal 12 Agustus baik dan informatif sesuai dengan informasi dan penerapan Good Corporate ketentuan akuntansi yang berlaku di 2009 lalu oleh Menteri Keuangan RI, Dr. Sri Governance (GCG) di sektor dunia usaha, baik Mulyani Indrawati. Indonesia; BUMN/BUMD maupun perusahaan swasta, PT. Bank Permata Tbk terpilih sebagai 3. Informasi yang jelas mengenai baik yang tercatat dan tidak tercatat di Bursa juara umum karena dinilai terbaik diantara kepemilikan dan penerapan Good Efek. ARA 2008 yang bertema Transparansi 163 perusahaan yang terbagi atas 8 katagori, Corporate Governance; Informasi sebagai Upaya Meningkatkan yaitu: Private Keuangan Listed dan Non Listed, 4.Kepatuhan terhadap peraturan Kepercayaan Masyarakat pada Masa Krisis ini Private Non Keuangan Listed dan Non Listed, perundangan yang berlaku. diikuti 163 perusahaan. Dari jumlah tersebut ada 46 perusahaan baru yang ikut ARA. Hal BUMN Keuangan Listed dan Non Listed, serta BUMN Non Keuangan Listed dan Non Listed. Tahun ini untuk kategori Perusahaan Private ini menunjukkan bahwa semakin banyak ARA merupakan pemberian penghargaan Keuangan Non-Listed tidak ada pemenangnya. perusahaan yang berusaha memperbaiko tertinggi atas kualitas laporan tahunan yang Karena dari peserta yang masuk kategori ini kualitas laporan tahunannya dan mengetahui diterbitkan secara berkala oleh perusahaan. tidak satupun mencapai batas minimal nilai yang kegiatan ARA, tutur Fuad. Ada beberapa kriteria yang diterapkan Kegiatan ini diselenggarakan atas kerjasama harus diperoleh. Sri Mulyani Indrawati, Menteri BAPEPAM-LK, Kementerian BUMN, Ikatan Keuangan RI, di tengah penyerahan ARA 2008 panitia untuk memilih pemenang di 7 kategori Akuntan Indonesia (IAI), Bank Indonesia, di Jakarta, Rabu (12/8) menyatakan Esensi dan 1 juara umum. Para peserta itu, kata PT. BEI, Ditjen Pajak serta Komite Nasional pemberian penghargaan adalah membangun ketua tim juri Marie Muhammad dinilai secara Kebijakan Governance (KNKG). kultur keterbukaan dan kualitas informasi. kuatitatif. Penilaian selanjutnya mencakup ARA 2008 yang diselenggarakan ini Itu adalah filosofi dalam sistem ekonomi, bentuk dan isi laporan dalam bahasa Indonesia merupakan yang ketujuh kalinya sejak pertukaran ekonomi yang basisnya informasi, yang baik dan benar, kelengkapan profil diselenggarakan pertama kali pada tahun 2002. yang adalah nilai dalam suatu transaksi. perusahaan, pelaksanaan CSR, pengungkapan Tema ARA tahun ini adalah Transparansi Tujuannya adalah membangun perekonomian laporan keuangan berdasar prinsip akuntansi yang bersikap umum, katanya. Informasi sebagai Upaya Meningkatkan Indonesia yang maju dan mandiri, ungkapnya. Ke p e rc aya a n Masyarakat pada Masa DAFTAR NAMA PEMENANG ARA 2008 Krisis. Bertindak sebagai ketua Dewan No. Nama Perusahaan PEMENANG Juri adalah Bapak 1. PT. Bank Permata Tbk Juara Umum Annual Report Award 2008 Marie Muhammad. 2. PT. Bank Mandiri (Persero)Tbk Peringkat I Kategori Perusahaan BUMN Keuangan Listed Kriteria yang 3. PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Peringkat II Kategori Perusahaan BUMN Keuangan Listed digunakan, disusun dengan memberi 4. Perum Pegadaian (Persero) Peringkat III Kategori Perusahaan BUMN Keuangan Listed penekanan pada 5. PT. Adhi Karya (Persero) Tbk Peringkat I Kategori Perusahaan BUMN Non Keuangan Listed kualitas dari informasi 6. PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk Peringkat II Kategori Perusahaan BUMN Non Keuangan Listed yang tercantum 7. PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk Peringkat III Kategori Perusahaan BUMN Non Keuangan Listed di dalam Laporan 8. PT. Jamsostek (Persero) Peringkat I Kategori Perusahaan BUMN Keuangan Non Listed Tahunan, khususnya 9. PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat Peringkat II Kategori Perusahaan BUMN Keuangan Non Listed menyangkut aspek 10. PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur. Peringkat III Kategori Perusahaan BUMN Keuangan Non Listed tranparansi dan good corporate governance. 11. PT. Garuda Indonesia (Persero) Peringkat I Kategori Perusahaan BUMN Non Keuangan Non Listed Adapun Kriteria umum penilaian adalah sebagai berikut: 1.Memberikan gambaran yang baik dan jelas mengenai kegiatan operasional perusahaan dan penjelasan mengenai
12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. PT. Pembangunan Perumahan (Persero) PT. Angkasa Pura I (Persero) PT. Bank Permata Tbk PT. Bank CIMB Niaga Tbk PT. Adira Dinamika Multi Finance Tbk PT. Bakrieland Development Tbk PT. Medco Energi Internasional Tbk PT. Indosat Tbk PT. Petrokimia Gresik PT. Pupuk Kalimantan Timur PT. GMF AeroAsia Peringkat II Kategori Perusahaan BUMN Non Keuangan Non Listed Peringkat III Kategori Perusahaan BUMN Non Keuangan Non Listed Peringkat I Kategori Perusahaan Private Keuangan Listed Peringkat II Kategori Perusahaan Private Keuangan Listed Peringkat III Kategori Perusahaan Private Keuangan Listed Peringkat I Kategori Perusahaan Private Non Keuangan Listed Peringkat II Kategori Perusahaan Private Non Keuangan Listed Peringkat III Kategori Perusahaan Private Non Keuangan Listed Peringkat I Kategori Perusahaan Private Non Keuangan Non Listed Peringkat II Kategori Perusahaan Private Non Keuangan Non Listed Peringkat III Kategori Perusahaan Private Non Keuangan Non Listed

m i t r a

d a l a m

p e r u b a h a n

32

MAJALAH

AKUNTAN

INDONESIA

Info

ai

Public Hearing ED 6 PSAK, 4 ISAK, & 2 PPSAK telah diadakan DSAK IAI

Banyak peserta yang memberi masukkan dan tanggapan terkait Eksposure Draft tersebut. Beberapa tanggapan mendapat respon langsung dari DSAK IAI, namun ada beberapa masukkan yang perlu pertimbangan dan diskusi lebih lanjut oleh DSAK. DSAK sangat terbantu dengan banyaknya masukkan, tanggapan, dan saran dari publik. DSAK IAI masih menunggu komentar publik terkait Eksposure Draft tersebut sampai dengan 30 Nopember 2009. Form permintaan tanggapan bisa di download pada file dibawah ini, tujuannya untuk membantu masyarakat terkait isu-isu yang harus dikomentari pada Eksposure Draft yang dikeluarkan DSAK IAI. Komentar dapat dikirimkan melalui surat, faximile, dan email paling lambat tanggal 30 Nopember 2009.
MAJALAH AKUNTAN INDONESIA

33

m i t r a

d a l a m

Public hearing ini merupakan salah satu due process procedure yang harus dijalankan DSAK dalam pembuatan SAK. Banyaknya SAK yang dikeluarkan DSAK adalah merupakan program kerja program konvergensi IFRS yang akan konvergen pada tahun 2012.

p e r u b a h a n

SAK IAI pada hari Selasa, 13 Oktober 2009 bertempat di Financial Hall, Graha Niaga Jakarta telah mengadakan Public Hearing Eksposure Draft 6 PSAK, 4 ISAK, dan 2 PPSAK. Public Hearing ini dihadiri lebih dari 250 peserta dari berbagai instansi seperti perbankan, Kantor Akuntan Publik, BUMN, dan perusahaan-perusaha an di Indonesia. Karena banyaknya Eksposure Draft yang telah dikeluarkan DSAK IAI, acara Public Hearing berlangsung sejak pukul 09.00 s.d 15.00 yang terbagi dalam 3 sesi.

ai

Info

Dampak Konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) Terhadap Bisnis


Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) melaksanakan Seminar Dampak Konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) Terhadap Bisnis pada tanggal 8 Oktober 2009 bertempat di Hotel Borobudur Jakarta. Acara dihadiri tiga ratus akuntan seluruh Indonesia yang berasal dari kantor akuntan publik, BUMN, perusahaan terbuka, akademisi serta praktisi akuntansi lainnya. Bertindak sebagai keynote speaker Ketua Bapepam & LK, Dr. Achmad Fuad Rahmany.
eiring dengan perkembangan dan dinamika bisnis dalam skala nasional dan internasional, IAI telah mencanangkan dilaksanakannya program konvergensi IFRS yang akan diberlakukan secara penuh pada 1 Januari 2012. Ketua Dewan Pengurus Nasional IAI, Ahmadi Hadibroto menyatakan: Langkah startegis menuju keseragaman bahasa dalam Akuntansi dan pelaporan keuangan di sektor privat ini merupakan agenda utama profesi Akuntansi secara global. Terciptanya harmonisasi standar Akuntansi global juga menjadi salah satu tujuan dan komitmen kelompok G-20 dalam meningkatkan kerjasama perekonomian dunia. Dengan adanya standar global tersebut memungkinkan keterbandingan dan pertukaran informasi secara universal. Konvergensi IFRS dapat meningkatkan daya informasi dari laporan keuangan perusahaan-perusaha an yang ada di Indonesia. Adopsi standar internasional juga sangat penting dalam rangka stabilitas perekonomian. Manfaat dari program konvergensi IFRS diharapkan akan mengurangi hambatan-hambatan investasi, meningkatkan transparansi perusahaan, mengurangi biaya yang terkait dengan penyusunan laporan keuangan, dan mengurangi cost of capital. Sementara tujuan akhirnya laporan keuangan yang disusun berdasarkan
AKUNTAN

p e r u b a h a n m i t r a d a l a m

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) hanya akan memerlukan sedikit rekonsiliasi untuk menghasilkan laporan keuangan berdasarkan IFRS. Untuk membangun secara berkelanjutan kapasitas profesi Akuntansi menuju tercapainya full compliance terhadap standar global, IAI

34

MAJALAH

INDONESIA

Info

ai

melaksanakan seminar ini agar publik mampu mempersiapkan dan mengambil keputusan dalam menghadapi dampak dari program konvergensi IFRS. Sosialisasi secara komprehensif setiap perkembangan program konvergensi IFRS akan mampu mengurangi kejutan bagi publik atas dampak dari perubahan SAK yang akan konvergen dengan IFRS. Seminar juga membahas dampak konvergensi IFRS dalam prespektif bisnis terutama pandangan dan langkah antisipatif BUMN untuk menjadi lebih kompetitif. Hadir sebagai pembicara Arif Arryman, selaku ketua tim imlementasi IFRS yang dibentuk oleh Kementerian Negara BUMN. Ketua Dewan SAK IAI (DSAK) Rosita Uli Sinaga menyatakan bahwa Program Konvergensi DSAK selama tahun 2009 adalah sebanyak 12 Standar, dan 17 Standar di tahun 2010. Banyaknya standar yang harus dilaksanakan dalam program konvergensi ini menjadi tantangan yang cukup berat bagi publik untuk sedari dini mengantisipai implementasi program konvergensi IFRS.Rosita juga menambahkan bahwa tantangan konvergensi IFRS 2012 adalah kesiapan praktisi akuntan manajemen, akuntan publik, akademisi, regulator serta profesi pendukung lainnya seperti aktuaris dan penilai. Akuntan Publik harus segera mengupdate pengetahuannya dan menyesuaikan pendekatan audit yang berbasis IFRS. Akuntan Manajemen/ Perusahaa n dapat mengantisipasi dengan segera membentuk tim sukses konvergensi IFRS yang bertugas mengupdate pengetahuan Akuntan Manajeman, melakukan gap analysis dan menyusun road map konvergensi. Akuntan Akademisi/Universit as diharapkan mengupdate pengetahuan para Akademisi, merevisi kurikulum dan silabus serta melakukan berbagai penelitian yang terkait. Regulator perlu

melakukan penyesuaian regulasi yang terkait dengan pelaporan keuangan dan perpajakan serta melakukan upaya pembinaan dan supervisi terhadap profesi yang terkait dengan pelaporan keuangan seperti penilai dan aktuaris. Seluruh pihak perlu saling mendukung dalam melaksanakan langkah inisiatif untuk mempromosikan konvergensi kepada IFRS. Kentingan publik dapat dilayani dengan baik
AKUNTAN

dengan adanya a single set of highquality, principles-based financial reporting standards.

MAJALAH

INDONESIA

35

m i t r a

d a l a m

p e r u b a h a n

Pengumuman Seleksi Makalah SNA XII Palembang

P
p e r u b a h a n

anitia Simposium Nasional Akuntansi XII (SNA) Palembang telah mengumumkan 64makalah yang lolos seleksi berdasarkan proses blind review yang dilakukan oleh IAI Kompartemen Akuntan Pendidik. Daftar naskah yang lolos seleksi dapat dilihat pada lampiran. SNA XII akan dilaksanakan di Universitas Sriwijaya Palembang pada tanggal 4-6 Nopember 2009. SNA merupakan agenda rutin IAI KAPd sejak tahun 1997 di Yogyakarta. Penyelenggaraan SNA kali ini sedikit berbeda dengan SNA sebelumnya dikarenakan SNA XII di Palembang IAI KAPd bekerjasama dengan IAI Kompartemen Akuntan Sektor Publik (IAI KASP). Tema Simposium Nasional Akuntansi XII adalah Peranan Akuntansi Sektor Publik Dalam Meningkatkan Akuntanbilitas dan Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah. Tema ini dipilih karena masih lambannya pertanggungjawaban keuangan daerah sehingga penyusunan laporan keuangan daerah belum dapat dilakukan oleh pemerintan daerah secara optimal dalam rangka meningkatkan akuntabilitas dan transparansi keuangan daerah. Hakekat kegiatan ini adalah untuk mengembangkan wawasan dan menambah khasanah disiplin ilmu akuntansi, memberikan wadah komunikasi ilmiah untuk memaparkan hasil penelitian (studi empiris) akuntansi dalam suatu forum ilmiah. SNA juga

m i t r a

ditujukan untuk mengembangkan minat pendidik, mahasiswa, dan praktisi untuk melakukan penelitian dalam bidang akuntansi, mendorong perkembangan kualitas penelitian akuntansi Indonesia dan menemukan relevansi teori dan hasil riset akuntansi dalam praktik sektor swasta dan sektor publik, khususnya pemerintah daerah. Perhelatan ilmiah ini tergolong akbar karena diperkirakan akan dihadiri oleh sekitar 700 orang dari kalangan masyarakat ilmiah dan praktisi bisnis dan sektor publik dari seluruh Indonesia dan juga dari mancanegara. Mereka akan mempresentasikan hasil riset akuntansi yang meliputi bidang kajian mencakup akuntansi sektor publik yang meliputi kajian tentang Akuntansi Keuangan, Akuntansi Manajemen, Sistem Informasi dan Auditing dan Good Governance, akuntansi keuangan yang meliputi kajian tentang Akuntansi Keuangan dan Pasar Modal, Akuntansi Manajemen dan Keperilakuan, Sistem Informasi, Auditing dan Etika Profesi, Perpajakan, Pendidikan Akuntansi, Akuntansi Syariah dan Corporate Governance dan bidang vokasi. Presentasi paper ini dibagi dalam dua kategori, yaitu kategori nasional dalam bahasa Indonesia dan kategori Internasional dalam bahasa Inggris. Simposium Nasional Akuntansi XII memiliki agenda acara sebagai berikut : 1.Lokakarya Penyusunan Kurikulum Pendidikan Akuntansi Sektor Publik. Mampukah Perguruan Tinggi Membentuk SDM Pengelola Keuangan Negara. Menghadirkan 5 Perguruan

Tinggi sebagai Penyaji dan Pembahas antara lain dari BPK, KSAP, Pemda, Depdagri. 2.Planery Session Peningkatan Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah. Pembicara: Ketua BPK RI, Gubernur Sumatera Selatan, Prof. Dr. Bambang Soedibyo. 3.Concurrent Session Kegiatan ini membahas hasil-hasil penelitian bidang akuntansi yang dinyatakan lolos atau dapat diterima untuk dipresentasikan dalam simposium, sesuai dengan bidang kajian penelitian yang ditetapkan. 4.Expert Session Perkembangan Terkini IFRS & Introducing Train the Trainers IFRS. Pembicara Ketua Tim Implementasi IFRS IAI serta The Association of Chartered Certified Accountants. 5. Diskusi Panel: Writing Research Report for International Journal Publication serta Current Research in Governance in Public Sector. Pembicara Prof. Ferdinand Gull, Hongkong Polytechnic University.

d a l a m

ai

36

DAFTAR ARTIKEL LOLOS SNA XII PALEMBANG ARTIKEL NASIONAL


No. Penulis Judul AKPM (Akuntansi Keuangan dan Pasar Modal) Analisis Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Pergantian Marsela Diaz Kantor Akuntan Publik Simultanitas Aktivisme Institusional, Struktur Kepemilikan, Kebijakan Deviden, dan Utang dalam Mengurangi Konflik Keagenan (Studi Empiris pada Perusahaan Go Publik di Indonesia) Universitas Politeknik Negri Pontianak, Kalimantan Barat UMI Makassar

Dr. Mursalim,SE.,Msi.,Akt.

UGM Institut Bisnis dan Informatika Indonesia UI

9 10

1. Meliana Benardi K., SE., MSA. Ak. 2. Prof. Dr. Sutrisno, SE., M.Si., Ak. 3. Dr. Prihat Assih, SE., M.Si., Ak. Konservatisme Perusahaan di Indonesia dan Faktor-Faktor 1. Cynthia Sari yang Mempengaruhinya 2. Desi Ardhariani Dewa Gede Wirama Model OHLSON (1999) dan Prediksi Return Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan dan Implikasinya terhadap Asimetri Informasi (Studi Pada Perusahan-Perusahaan Sektor Manufaktur yang Go Public di Bursa Efek Indonesia) Pengaruh Optimalisasi Jangka Pendek Managemen pada Tingkat Pengungkapan Wajib Informasi Perusahaan Sebelum dan Sesudah Perubahan Peraturan UndangUndang Pengungkapan Laporan Keuangan Indikasi Earnings Management pada Initial Public Offering Paulina Sutrisno

STIE Tanjung Selor FE. UNUD

11

Alumni S2 UGM

12

13

Analisis Kebijakan Dividen: Suatu Pengujian Dividend Signaling Theory dan Rent Extraction Hypothesis

1. Moh. Adi Irawan Univ Jember 2. Tatang ary Gumanti 1. Pratana Puspa Midiastuty 2. Eddy Suranta FE. Universitas 3. Dr. Rini Indriani Bengkulu 4. Elizabeth

ai
37

m i t r a

STIE Tanjung Selor

d a l a m

Pengaruh Diversifikasi Korporat terhadap Excess Value Perusahaan Manufaktur, Perdagangan Grosir dan Eceran, Serta Properti dan Real Estat Yang Terdaftar di BEI Tahun 2005-2007 PSAK NO.5: Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan dan Dampaknya terhadap Forward Earnings Response Coeficient (FERC)

1. Annaria Setionoputri,SE 2. CARMEL Meiden,SE, Ak,M.Si 3. Dergibson Siagian 1. Fitriany 2. Sandra Aulia

p e r u b a h a n

1. Zaenal Fanani Faktor - Faktor Penentu Kualitas Pelaporan Keuangan Dan 2. Sri Ningsih Kepercayaan Investor 3. Hamidah Pengaruh Pengumuman Indonesia Sustainability Reporting 1. Ferry Budiman 2. Supatmi Award (ISRA) terhadap Abnormal Return dan Volume Perdagangan Saham (Studi Kasus pada Perusahaan Pemenang ISRA Periode 2005-2008) 1. Indra Isnugrahadi Pengaruh Kecakapan Managerial terhadap Managemen 2. Indra Wijaya Kusuma Laba dengan Kualitas Auditor sebagai Variabel Pemoderasi

FE. UNAIR

Univ Kristen Satya Wacana

14

1. Niken Astria Sakina Kusumawardhani Fenomena Manajemen Laba Menjelang IPO dan Kaitannya 2. Sylvia Veronica Siregar dengan Nilai Perusahaan Perdana Serta Kinerja Perusahaan Pasca IPO: Studi Empiris pada Perusahaan yang IPO di Indonesia Tahun 2000 - 2003 PPAK (Pendidikan Akuntansi) Orientasi Self Presentational dan Kemauan untuk 1. Novrys Suhardianto Berprestasi dengan Motivasi Self Presentational sebagai 2. M. Suyunus Variabel Moderating ASPAK (Akuntansi Keuangan) Perbandingan Indikator Kinerja Keuangan Pemerintah Heny Susantih Propinsi se-Sumatera Bagian Selatan Studi Kebutuhan Informasi Pengguna Laporan Keuangan Rr. Sri Pancawati Pemerintah Martiningsih ASPAM (Akuntansi Manajemen ) Analisis Variabel Aanteseden Perilaku Auditor Internal dan Konsekuensinya terhadap Kinerja: Studi pada Auditor di 1. Arywarti Lingkungan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Marganingsih,S.E.,M.S.Ak Lembaga Pemerintah non Departemen PPJK (Perpajakan)

FE. UI

15

FE. Univ. Airlanga Surabaya

16 17

PSIE PPS UNSRI FE. UNRAM

18

UI

p e r u b a h a n

19

Persepsi Wajib Pajak terhadap Sunset Policy

1. Wawan Hermansyah, SE. FE Univ. 2. Dr. Tarjo, SE., M.Si. Trunojoyo 3. Nurul Herawati, SE., M.Si.

20

Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan terhadap 1. Asri Fika Agusti Peningkatan Penerimaan Pajak yang Dimoderasi Oleh 2. Vinola Herawaty Pemeriksaan Pajak pada KPP Pratama Hubungan Perbedaan Laba Akuntansi dan Laba Pajak 1. Santi Aryn Wiryandari dengan Perilaku Manajemen Laba dan Persistensi Laba 2. Yulianti ASPSIA (Sistem Informasi dan Auditing) Pengaruh Organizational Learning dan IT Capability 1. Sadat Amrul terhadap Financial Performance dengan IT Capacity 2. Enny Hardi sebagai Variabel Antara Pengaruh Kepuasan Pengguna Sistem Informasi terhadap 1. Istianingsih Kinerja Individu (Studi Empiris pada Pengguna Paket 2. Wiwik Utami Program Aplikasi Sistem Informasi Akuntansi di Indonesia) Uji Empiris Model Kesuksesan Sistem Informasi Keuangan Imam Mulyono, SE.,M Si., Daerah (SIKD) dalam Rangka Peningkatan Transparansi Akt dan Akuntabilitas Keuangan Daerah Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas, dan Kompetensi terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan (Studi Empiris pada Auditor di Inspektorat SePulau Lombok)

FE. UNSAKTI

21

UI

d a l a m

22

PT. SBG Dawama Sdn Bhd

m i t r a

23

FE. UI

24

Politeknik Negri Malang

25

26

27

1. Inspektorat 1. Ika Sukriah, ST., MSA., 2. Kota Mataram, 2. Dr. Akram, M.Si., 3. Biana FE Univ. Mataram, Adha Inapaty, SE., M.Si., 3. FE Univ. Akt. Mataram 1. FE Univ. Pengaruh Integrasi Organisasi terhadap Kematangan Syahyakirti Perencanaan Sistem Informasi dan Implikasinya terhadap 1. Masnoni, SE., M.Si, 2. Palembang, 2. FE Kesuksesan Program Aplikasi Sistem Informasi Lyna Latifah, SE., M.Si. Univ. Negeri Manajemen Daerah Semarang AKMK (Akuntansi Manajemen dan Keperilakuan ) Carbonaccounting: Implikasi Strategis Perekayasaan Muhammad Jafar S. FE UNISSULA Akuntansi Manajemen

ai

38

28

29

30

Studi tentang Hubungan Sistem Pengukuran Kinerja Strategi Integrative,Penyelarasan Strategi Manufaktur,Pembelajaran Organisasional, dan Hasil Akhir Strategi (Penelitian Empiris pada Manajer Perusahaan Industri Manufaktur di Banten) Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Corporate Social Responsibilty (CSR) Disclosure dan Kinerja Finansial Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Pembagian Informasi Secara Vertikal dalam Budgeting Sharing dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Manajerial (Kajian Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Listed di Bursa Efek Indonesia) Debiasing Outcome Effect dalam Penilaian Kinerja: Suatu Studi Eksperimen

Lili Sugeng Wiyantoro,SE.,MSI.,AKT

FE Univ. Sultan Ageng Tirtayasa

1. Adilla Noor Rakhiemah 2. Dian Agustia

Univ Airlangga

Baiq Anggun HL

31

Jesica Handoko,SE.,M.Si,Ak.

Unika Widya Mandala Surabaya

32

Pengujian Efek Resensi dan Pengetahuan pada Penyajian Informasi Analisis Fndamental dan Teknis: Studi Empiris deddy sulistiawan pada Pengambilan Keputusan Invenstasi Saham Pengaruh Sistem Akuntansi Manajemen terhadap Hubungan Manajemen Kualitas Proses dan Kinerja Kualitas Produk Analisis Keputusan Kepatuhan Pajak: Strategi Audit Random,Perceived Probability of Audit dan Pemahaman Etika Pajak (Studi Eksperimen Laboratorium) 1. Bertha Kusuma Wardani 2. Muhammad Ja'far UNDIP Shodiq,SE,Ssi,Msi FE Univ. Cendrawasih

33

34

Meinarni Asnawi

35

36 37

38

39

40

41

Penganggaran Partisipatif: Efek Pembelajaran Teori Keagenan dan Penatalayanan terhadap Kinerja Manajer Hermadi Widijanto dengan Sikap dan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Pemediasi (Suatu Penelitian Eksperimental) SIAE (Sistem Informasi, Auditing dan Etika Profesi ) Pengaruh Kualitas Informasi, Kemampuan Individual, dan Norma Subyektif terhadap Minat Mahasiswa dalam Femilia Zahra Menggunakan Internet sebagai Sumber Pustaka 1. Arie Wibowo Faktor-Faktor Determinasi kualitas audit suatu studi dengan pendekatan earnings surprise benchmark 2. Hilda Rossieta,Ph.D Pengaruh Konflik Pekerjaan Keluarga terhadap Turn Over Intentions dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Ifah Latifah Intervening (Studi Empiris pada Auditor Kantor Akuntan Publik di Indonesia) Pengaruh Gaya Kepemimpinan Situasional, Motivasi Kerja, 1. Jena Sarita Locus of Control terhadap Kepuasan Kerja, dan Prestasi 2. Dian Agustia Kerja Auditor Peran Auditor Spesialisasi Industri dalam Mengurangi Managemen Laba Akrual dan Managemen Laba Real pada Yeni Januarsi Perioda Sebelum dan Setelah Keputusan Menteri Keuangan No.423/KMK.06/2002 Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit Dra. Indira Januarti, M.Si., Going Concern (Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Ak. BEI)

UNAI

Univ. Tandaluko

STIE - AUB SURAKARTA STIE - AUB SURAKARTA

FE. Univ. Diponegoro Semarang

ai

ARTIKEL KUANTITATIF - INTERNASIONAL


39

m i t r a

d a l a m

p e r u b a h a n

40

41

2. Dian Agustia Kerja Auditor Peran Auditor Spesialisasi Industri dalam Mengurangi Managemen Laba Akrual dan Managemen Laba Real pada Yeni Januarsi Perioda Sebelum dan Setelah Keputusan Menteri Keuangan No.423/KMK.06/2002 Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit Dra. Indira Januarti, M.Si., Going Concern (Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Ak. BEI)

SURAKARTA

FE. Univ. Diponegoro Semarang

ARTIKEL KUANTITATIF - INTERNASIONAL


No. Judul Penulis AKPM (Akuntansi Keuangan dan Pasar Modal) Tunneling, Overlaping Owner, and Investor Protection: Evidence from Merger and Acquisition in Asia 1. Mas'ud Machfoedz 2. Sumiyana 3. Ratna Candra Sari 4. Fransisca Reni Retno Anggraini 1. Masako saito 2. Sekar Mayangsari Universitas

42

UGM

43

44

p e r u b a h a n

The Influence of International Accounting Standards on Earnings Quality: Case in Japan Analysis The Influence of Internal Control Compliance and 1. Siti Thoyibatun, 2. Made Compensation System Against Unethical Behavior and Sudarma, 3. Eko Ganis Accounting Fraud Tendency (Studies at State University in Sukoharsono East Java) The implementation of Good Governance on the Financial Performance Achievement of Telecommunication and Technology Companies in South East Asia Countries 1. Didi Achjari 2. Sri Suryaningsum 3. Ratna Candra Sari

trisakti Univ. Negeri Malang

45

UPN Yogyakarta

The Effect of Integrated Earnings Management on the Imam Subekti Value Relevance of Earnings and Book Value of Equity The Impact of Intellectual capital toward financial profitability and investors' capital gain on shares : an Mutiara Sianipar 47 empirical investigation of indonesian banking and insurance sector for year 2005-2007 1. Andreas Lako, 2. Ricky 48 Fairness and Reciprocity in Earnings Management Dwi Budi Harsono 1. Slamet Sugiri Further Evidence of Asymetric Price Reaction from 49 2. Sumiyana Emerging Capital Markets Is an Event Responded by Investor as a non-event? 1. Bambang Riyanto 50 Inquisitive Evidences when Differentiated between Foreign 2. Sumiyana and Domestic Investors' Reaction CG (Corporate Governance) 51 Concentrated Ownership and Tax Planning Evony Silvino Violita 1. lilik Hangajani (U. The Effect of Earnings Management and Corporate Mataram) Governance Mechanism to Corporate Social Responsibility 52 2. Sutrisno (U. Brawijaya) Disclosure: Study Empiris at Public Companies in 3. Grahita Chandrarin (U. Indonesia Stock Exchange Merdeka) SIAE (Sistem Informasi, Auditing dan Etika Profesi ) 1. Saiful, 2. Hasnah Haron, Factors Influencing Auditors Acceptance of the Practice 53 Review System 3. Ishak Ismail ASPGG (Good Governance ) Impact of Corporate Governance Mechanisms on Firm 1. Efa Yonnedi, 2. Dewi 54 Performance: Evidence from Indonesia's State - Owned Yulia Sari Enterprises (SOEs) 46

Univ, Brawijaya Airlangga Surabaya FE. UNIKA Soegijapranata UGM UGM

m i t r a

d a l a m

FE. UI

Univ Mataram

1. FE. UNIB, 2 & 3. USM

FE. UNAND

ARTIKEL KUALITATIF - INTERNASIONAL


40
No. Penulis Judul AKPM (Akuntansi Keuangan dan Pasar Modal) Exploring Accounting and Its Perseverance in The Javanese Ceremonies (Slametan) through Hermeneutic1. Nurmala Ahmar, 2. Ari Universitas

ai

55

1. STIE Perbanas Surabaya, 2. STIE

SIAE (Sistem Informasi, Auditing dan Etika Profesi ) 1. Saiful, 2. Hasnah Haron, Factors Influencing Auditors Acceptance of the Practice 53 Review System 3. Ishak Ismail ASPGG (Good Governance ) Impact of Corporate Governance Mechanisms on Firm 1. Efa Yonnedi, 2. Dewi 54 Performance: Evidence from Indonesia's State - Owned Yulia Sari Enterprises (SOEs)

1. FE. UNIB, 2 & 3. USM

FE. UNAND

ARTIKEL KUALITATIF - INTERNASIONAL


No. Penulis Judul AKPM (Akuntansi Keuangan dan Pasar Modal) Exploring Accounting and Its Perseverance in The Javanese Ceremonies (Slametan) through HermeneuticPhenomenological Study 1. Nurmala Ahmar, 2. Ari Kamayanti Universitas 1. STIE Perbanas Surabaya, 2. STIE Mahardhika Surabaya

55

56

57

Social Construction of Financial Reporting Practice in an Indonesian Insurance Company: Javanese Culture Anis Chairi, Ph.D. Perspective AKMK (Akuntansi Manajemen dan Keperilakuan ) Through Gentle Beauty and Subtle Love In Performance Measurements: Introducing a "Balance" in the Balanced Ari Kamayanti Scorecard (BSC) and Management Accounting Accountability

FE Undip

STIE Mahardhika Surabaya

ARTIKEL KUALITATIF - NASIONAL


No. Penulis Universitas Judul AKPM (Akuntansi Keuangan dan Pasar Modal) Akhmad Riduwam,Dr.,MSA.,SE.,Ak., 2. Iwan Semiotika Laba Akuntansi: Studi Kritikal - Posmodernis Triyuwono,Prof.,PHd., Mec., STIESIA Surabaya Derridean SE.,Ak, 3. Gugus Irianto,PhD., MSA.,SE.,Ak, 4. Unti Ludigdo,Dr.,Msi., SE.,Ak. Retorika dalam Pelaporan Corporate Social Responsibility: 1. Anis Chairi, Ph.D, 2. Analisis Semiotik atas Sustainability Reporting PT. Aneka FE Undip Firman Aji Nugroho Tambang Tbk. SIAE (Sistem Informasi, Auditing dan Etika Profesi) Etika dan Perilaku Koruptif dalam Praktik Manajemen Laba: Studi Hermeneutika Kritis Akhmad STIESIA Surabaya Riduwam,Dr.,MSA.,SE.,Ak. Univ. Negeri 1. Niswatin, SE., MSA., 2. Gorontalo, 2. Dr. Rosidi, SE., MM., Ak., 3. Unibraw, 3. Gugus Irianto, Ph.D. Unibraw Univ Brawijaya

58

59

60

AKSR (Akuntansi Syariah) 61 Refleksi Kinerja Manajemen Perbankan Syariah dalam Perspektif Amanah: Sebuah Studi Fenomenologis

62

Koreksi Konsep Nilai Tambah Syari'ah: Menimbang Pemikiran Konsep Dasar Teoritis Laporan Keuangan Andik S. Saputro Akuntansi Syari'ah ASPAK (Akuntansi Keuangan) Studi Fenomenologis: Menguak Partisipasi Masyarakat dalam Proses Penyusunan APBD Sopanah, SE., M.Si.

63

FE Univ. Widyagama Malang Univ. Trunojoyo

64

PPJK (Perpajakan) Etika Penggelapan Pajak Perspektif Agama: Sebuah Studi 1. Ika Alfi Nur Izza Interpretatif 2. Ardi Hamzah

ai
41

m i t r a

d a l a m

p e r u b a h a n

ai
Q 1:

Kolom sektor publik


Dr. Cris Kuntadi, MM, CPA
(Redaktur Majalah Akuntan Indonesia & Sekretaris Jenderal IAI KASP) oleh :

Pengakuan persediaan yang bersumber dari APBN Mas Cris yang kami hormati, Dinas Kesehatan Pemkab Way Kanan menerima Tugas Pembantuan (TP) berupa obatobatan dari Departemen Kesehatan. Menurut informasi Kepala Dinas Kesehatan, obat-obatan tersebut bersumber dari mata anggaran pengeluaran (MAK) 57 (Bantuan Sosial) dari APBN. Apabila pada akhir tahun anggaran (31 Desember) ternyata obat-obatan tersebut masih tersisa, bagaimana kami harus memperlakukan persediaan obat-obatan yang bersumber dari Tugas Pembantuan Departemen Kesehatan? Terima kasih. Kusuma Anakori, S.E., M.A.P. Kabid Anggaran Pemkab. Way Kanan, Lampung

p e r u b a h a n

nilainya di atas Rp100 juta, maka dilakukan melalui lelang terbuka. Pengumuman lelang secara terbuka sudah dilakukan dan terdapat tujuh perusahaan yang memasukkan penawaran. Empat perusahaan memasukkan surat penawaran sebelum hari terakhir penutupan penawaran dan tiga perusahaan memasukkan pada hari terakhir batas pengajuan penawaran. Pada saat hari pembukaan penawaran, ada kejadian di mana terjadi kehilangan empat berkas penawaran sehingga yang tersisa hanya tiga berkas penawaran dari tiga perusahaan yang mengajukan pada hari terakhir batas pengajuan penawaran. Atas kejadian tersebut, apa yang seharusnya dilakukan panitia pengadaan? Apakah kami dapat memutuskan pemenang di antara tiga penawar? Sebagai informasi bahwa tiga perusahaan penawar yang berkasnya ada, akan melakukan protes jika dilakukan tender ulang. kasih. Atas jawaban yang Bapak berikan, kami ucapkan terima

d a l a m

A 1:
Mba Kori, berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) Nomor 05 tentang Persediaan, persediaan diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Dari pengakuan persediaan tersebut, maka obatobatan yang berada pada Dinas Kesehatan dan bersumber dari MAK 57 Bantuan Sosial dapat disajikan sebagai persediaan di neraca pemda. Hal ini mengingat bahwa Departemen Kesehatan sebagai entitas yang memberikan bantuan sosial tidak mencatat obat-obatan yang telah diberikan ke daerah sebagai persediaan. Pemda perlu mengungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan mengenai sumber persediaan obat-obatan tersebut agar pembaca laporan keuangan dapat memahami secara memadai.

Muhammad Ridwan, S.H., M.H. Sekretaris Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat Jl. Sutan Syahrir, Kota Baru, Pontianak

m i t r a

Proses lelang terbuka dapat dilakukan apabila ada lebih dari tiga perusahaan yang mengajukan penawaran dan memenuhi syarat. Apabila dalam lelang terbuka ternyata hanya ada tiga penawar, maka proses lelang harus diulangi, apapun alasannya. Dalam kasus yang Bapak tanyakan, panitia pengadaan harus melakukan proses tender ulang, karena ketidakcukupan penawaran yang masuk. Atas kejadian hilangnya empat berkas penawaran, sebaiknya panitia mengajukan hal tersebut kepada aparat kepolisian.

A 2:

Q 2:
Lelang terbuka yang diikuti hanya oleh tiga penawar Yth. Dr. Cris Kuntadi, Salah satu dinas di pemerintah provinsi kami melakukan tender pengadaan barang tertentu dengan nilai milyaran rupiah. Karena

Q 3:
Akuntabilitas BPK, siapa yang memeriksa? Terima kasih atas dibukanya rubrik Konsultasi Sektor Publik di majalah Akuntan Indonesia. Rubrik ini dapat menjembatani kami selaku dosen pada Universitas Widyatama
INDONESIA MAJALAH AKUNTAN

42

yang sedang merintis program akuntansi sektor publik karena kami sering mendapat pertanyaan seputar akuntansi dan audit sektor publik. Pada kesempatan ini kami ingin menanyakan siapa/ lembaga mana yang melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan dan kegiatan BPK? Jika ada, apa hasil pemeriksaan lembaga tersebut? Pertanyaan ini menggelitik kami karena selama ini yang kami tahu, BPK selalu melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara pada Pemerintah Pusat, kementerian negara/lembaga, pemerintah daerah, dan BUMN/ BUMD. Yane Devi Anna, S.E., M.Si., Ak. Jl. Pacuan Kuda I No. 65 Bandung

akuntan publik, tetapi juga direviu kinerjanya oleh BPK negara lain. Reviu kinerja oleh BPK negara lain juga diamanatkan dalam UU No. 15 tahun 2006 Pasal 33. Pada 2004, BPK RI direviu kinerjanya oleh BPK New Zealand dan pada 2009 direviu oleh BPK Belanda yang hasilnya sangat positif.

ai

Q 4:
Pertanggungjawaban bupati terlambat diterima DPRD Pada Agustus 2009, kami dari DPRD belum menerima laporan pertanggungjawaban Bupati yang menurut UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara seharusnya sudah kami terima selambat-lambatnya bulan Juni. Bupati menjelaskan bahwa laporan keuangan masih dalam pemeriksaan BPK RI sehingga laporan pertanggungjawaban belum dapat disampaikan. Kami memperoleh informasi bahwa laporan keuangan tersebut baru disampaikan Bupati kepada BPK RI pada awal Juli 2009. Sampai kapankah kami harus menunggu laporan pertanggungjawaban yang laporan keuangannya sedang dperiksa BPK? NN Anggota DPRD

A 3:
BPK sebagai lembaga negara yang bertugas menegakkan akuntabilitas dan transparansi keuangan negara tentunya harus memberikan contoh yang baik kepada entitas yang diperiksa. Hal tersebut telah dilakukan BPK dengan mengedepankan semboyan lead by exampel atau meminjam istilah Ki Hajar Dewantoro ing ngarso sung tulodo yang maknanya di depan memberikan contoh/tauladan. Secara internal, BPK diawasi oleh unit eselon 1 yaitu Inspektorat Utama yang secara rutin melakukan fungsi pengawasan intern. Secara eksternal, pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan tahunan BPK dilakukan oleh akuntan publik. Akuntan publik tersebut ditunjuk oleh DPR atas usul BPK dan Menteri Keuangan, yang masing-masing mengusulkan tiga nama akuntan publik. Hal tersebut sebagaimana tertuang dalam UU No. 15 tahun 2006 tentang Badan pemeriksa Keuangan Pasal 32. Hasil pemeriksaan Laporan Keuangan BPK oleh akuntan publik tahun 2006 s.d. 2008 adalah sebagai berikut.
TAHUN NAMA KAP OPINI WDP 2006 Hadori dan Rekan

A 4:

Pada kasus yang Bapak/Ibu sampaikan, di mana laporan keuangan baru disampaikan ke BPK pada awal Juli 2009 maka BPK harus dapat menyelesaikan pemeriksaan dan memberikan 2007 Hadori dan WTP-DPP BPK telah menilai opini selambat-lambatnya pada akhir Agustus Rekan kewajaran saldo awal 2009. Apabila BPK belum dapat menyampaikan asset tetap tetapi masih laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan tersisa 1,99% dari total tepat waktu (dua bulan) maka bupati dapat asset mengajukan pertanggungkawaban keuangannya WTP 2008 Wisnu B. tanpa adanya pemeriksaan BPK. DPRD juga Soewito & dapat mengesahkan pertanggungjawaban bupati Rekan meskipun tidak didasarkan pada laporan keuangan auditan. Akan tetapi, apabila pemeriksaan BPK Di samping itu, untuk menjamin mutu pemeriksaan dirasakan manfaatnya, sebaiknya DPRD mendesak BPK untuk BPK dilaksanakan sesuai standar, sistem pengendalian mutu BPK segera menyelesaikan pemeriksaan sehingga pertanggungjawaban ditelaah oleh BPK negara lain yang menjadi anggota organisasi bupati didasarkan pada laporan keuangan auditan. BPK se-dunia. Inilah yang menjadikan BPK RI berada dalam urutan terdepan dalam akuntabilitas karena tidak saja diperiksa oleh
BPK belum melakukan penilain kewajaran saldo awal asset tetap
MAJALAH AKUNTAN INDONESIA

KETERANGAN

43

m i t r a

Ada beberapa patokan dalam penetapan waktu penyusunan, pemeriksaan, dan pertanggungjawaban keuangan negara/daerah. Pemerintah daerah menyusun laporan keuangan selambat-lambatnya pada 31 Maret dan pemeriksaan oleh BPK selama dua bulan atau selesai pada 31 Mei. Dalam hal laporan keuangan terjadi keterlambatan penyelesaian, maka secara otomatis BPK akan tertunda pelaksanaan pemeriksaannya. Batas waktu pemeriksaan yang menjadi patokan adalah dua bulan sejak laporan keuangan diterima.

d a l a m

p e r u b a h a n

ai
Peer Review BPK RI Hasilnya Positif
Peer review dilakukan untuk menilai kualitas pekerjaan BPK selama periode lima tahunan. Apa saja kesimpulan dan rekomendasi hasil peer review yang dilakukan tim peer review dari Algemene Rekenkamer (BPK dari negara Belanda)?

Opini

mengidentifikasikan perbaikan dalam perencanaan strategis BPK lebih fokus pada kegiatan. Namun Saskia menyayangkan adanya pembatasan dalam mengakses informasi pendapatan dari kantor pajak. Hal ini menurutnya tidak sesuai dengan deklarasi LIMA INTOSAI tahun 1977yang ditegaskan dalam deklarasi Meksiko tahun 2007. Isinya menyatakan prinsip keempat, akses tanpa batas atas informasi sangat diperlukan untuk melaksanakan tanggung jawab secara semestinya sesuai peraturan perundangundangan. Tim reviu juga menilai kerangka manual yang berisi peraturan perundangan-undangan. Hasilnya menunjukan manual dan pedoman yang diterapkan BPK telah seusia dengan standar internasional. Begitu pula terhadap sistem kendali mutu, hasil reviu menunjukan bahwa BPK telah menjalankan sistem keyakinan mutu yang telah dirancang. Terkait dengan itu, tanggung jawab dari semua pihak sudah jelas dan kegiatan supervisi dalam pemeriksaan telah dilaksanakan dengan baik. Reviu pemeriksaan telah dilaksanakan sesuai dengan kerangka manual pemeriksaan BPK. Seluruh elemen kendali mutu yang telah diidentifikasikan oleh BPK telah jelas dalam proses pemeriksaan yang direviu. Hasil kerja tim pemeriksa BPK juga memberikan keyakinan yang memadai untuk menyatakan pendapat. Bahwa, beberapa pemeriksa yang diwawancarai menunjukan pengetahuan yang sangat baik mengenai subjek, tujuan pemeriksaan

p e r u b a h a n

etiap lima tahun Badan Pemeriksa Keuangan (BPK RI), menjalani peer review (uji mutu) atas kinerjanya selama menjalankan tugas dan perannya. Apakah BPK telah menerapkan kendali mutu sesuai dengan standar yang berlaku secara internasional? Apakah kendali mutu yang dirancang dan diimplementasikan pada struktur organisasi mendukung tujuan tersedianya keyakinan yang memadai: bahwa BPK telah menerapkan dan telah sesuai dengan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN), serta telah menerapkan kebijakan dan prosedur audit yang memadai guna mendukung pemberian pendapat profesional? Tim peer review dari Algemene RekenkamerBPK dari negara Belandasejak Januari 2009 melakukan peer review terhadap kinerja BPK. Peer review ini dilakukan untuk menilai kualitas BPK sebagai supreme audit institutions (SAI). Selain itu, setiap tahun laporan keuangan BPK juga dinilai kewajarannya oleh auditor independen. Audit laporan keuangan tahun 2008 dilakukan KAP Wisnu B Soewito & rekan dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Sementara, peer review yang keduapeer review pertama dilakukan BPK Negara Selandia Baruyang kedua

d a l a m

dilakukan BPK dari negara Belanda (Algemene Rekenkamer). Tim peer review melakukan reviu atas kendali mutu baik di tingkat institusi maupun tingkat penugasan. Secara keseluruhan, tim ini mengambil 14 penugasan pemeriksaan yang telah dipilih dari sample yang ada. Serta dokumen yang dilakukan analisis tim reviu terdapat delapan pemeriksaan keuangan, tiga pemeriksaan kinerja, dan tiga pemeriksaan dengan tujuan khusus. Untuk kreteria yang digunakan menilai keyakinan mutu dan kendali mutu BPK, tim reviu menggunakan dokumen Deklarasi LIMA dan Deklarasi Mexico, standar dan petunjuk teknis INTOSAI, AFROSAI, ASOSAI, serta yang dimiliki BPK. Karena sampai saat ini belum ada model yang seragam untuk melaksanakan peer review atas SAI. Komite pengembangan kapasitas dari INTOSAI sendiri saat ini sedang mempersiapkan daftar uji (checklist) untuk peer review. President of the Netherlands Count of Audit, Saskia J Stuiveling, mengungkapkan hasil peer review secara keseluruhan menunjukan kesimpulan positifmeskipun tim memberikan beberapa rekomendasi perbaikan. Disamping perbaikan internal organisasi dan kebijakan, tim juga
AKUNTAN

m i t r a

44

MAJALAH

INDONESIA

Opini
dan metodologi pemeriksaan. Mereka dinilai telah mengikuti petunjuk teknis internal dan mampu menyiapkan dokumen pendukung pemeriksaan. Risiko yang Dihadapi BPK Sebagai supreme audit institution, BPK telah mampu merubah diri menjadi organisasi pemeriksa keuangan yang modern dengan melandaskan diri pada independensi, staf yang kompeten dan memiliki wewenang yang kuat untuk menjalankan tugas dan mewujudkan tujuannya. Hasil peer review BPK RIyang dilakukan tim peer review dari Algemene Rekenkamer inimenyimpulkan adanya tiga risiko yang terkait dengan akuntabilitas dan transparansi sektor publik di Indonesia yang dihadapi BPK. Risiko ini harus menjadi perhatian anggota BPK untuk meningkatkan perbaikan ke depan. Termasuk anggota BPK terpilih sebab tujuh anggota berakhir masa jabatannya dan akan diganti oleh anggota baru. Tiga risiko tersebut antara lain: Pertama, BPK mempunyai akses yang terbatas terhadap informasi yang berhubungan dengan pendapatan dan bantuan luar negeri. Ini merupakan hambatan serius BPK dalam menjalankan perannya. Meski di tingkat Makamah Konstitusi (MK), ketika mengajukan banding, BPK mendapatkan penolakan untuk melakukan akses dan pemeriksaan terhadap pendapatan pemerintah. Untuk pemeriksaan bantuan luar negeri, BPK mendapat sinyal dari menteri keuangan untuk dapat mengakses beberapa informasi untuk pemeriksaan. Dalam hal ini hasil peer review memberikan rekomendasi kepada BPK untuk memberikan prioritas pada akses pendapatan dan bantuan luar negeri. BPK disarankan terus melakukan dialog dan membangun hubungan dengan menteri keuangan, negara donor luar negeri, dan DPR/D. Kedua, keuangan di daerah. Hasil manajemen kelemahan pemerintah peer review keuangan manajemen pusat dan menunjukan pemerintah disemua tingkatan masih sangat lemah. Usaha yang dilakukan BPK membuat auditee sadar menciptakan perbaikan manajemen dengan meminta rencana kegiatan dari pemerintah pusat dan daerah yang memiliki peran utama mewujudkan manajemen keuangan yang tepat. Perbaikan manajemen keuangan publik seharusnya mejadi usaha bersama antara pemerintah, wakil rakyat di tingkat pusat dan daerah, serta BPK. Tim review memberikan saran kepada BPK membentuk Komite Akun Publik di DPR. Selama ini ketertarikan DPR/D memang diakui sangat lemah untuk melaksanakan manajemen keuangan publik yang baik dan temuan-temuan pemeriksaan BPK. Ketiga, kuatnya kecurangan dan korupsi dalam pemerintah dan masyarakat. Saat ini masayarakat Indonesia masih menghadapi masalah tindak kecurangan dan korupsi. Meskipun BPK telah berusaha memaksimalkan dalam merancang dan melakukan pemeriksaan investigatif. Tim review percaya bahwa efktivitas usaha BPK tidak tergantung sepenuhnya pada kegiatan pendeteksian adanya tidak kecurangan maupun korupsi melainkan pada tindak pencegahan dengan cara melakukan analisis sebab akibat dari kecurangan dan korupsi. Semua itu seharusnya dapat dicegah semaksimal mungkin. Tim reviu merekomendasikan kepada BPK lebih fokus pada faktor sebab dan akibat dari tindak kecurangan dan korupsi dan tidak hanya pada tindak pelanggaran yang dilakukan individu. BPK seharusnya menggunakan hasil pemeriksaan investigatif yang dikombinasikan dengan referensi pengetahuan internasional dan nasional untuk mengidentifikasikan tren dan struktur BPK untuk melakukan tukar menukar informasi dan pengalaman dengan BPK dari negara lain terutama di negara tetangga yang memiliki masalah serupa dengan harapan dapat bermanfaat dalam usaha memerangi korupsi dan berbagai pengalaman yang bernilai. Luasnya lingkup pemeriksaan dan batasan kapasitas pemeriksaan yang dimiliki BPK, strategi yang disarankan tim reviu adalah lembaga ini dapat menyeimbangkan apa yang dipandang

perlu untuk diwujudkan. Strategi multi tahunan yang telah dikembangkan BPK merupakan hal yang penting untuk digunakan sebagai bahan diskusi publik. Tim menyakini strategi BPK akan lebih baik jika fokus pada siklus rencana pemerintah lima tahunan. Dengan begitu pendekatan pemeriksaan lebih terstruktur untuk melakukan evaluasi kinerja pemerintah pada akhir periode.

ai

Sementara outcome yang diperoleh, tema dan sector dari mandat, BPK dapat mendefinisikan rencana pemeriksaan multi tahunan dengan membuat spesifikasi tujuan yang ingin dicapai. Tujuan itu akan memandu BPK menentukan program pemeriksaan tahunan atau akativitas lainnya. Karena keberhasilan dan kegagalan kebijaksanaan pemeriksaan sulit diukur dengan hanya mengandakan satu kegiatan pemeriksaan. Dengan melakukan kombinasi pemeriksaan dapat mengukur keberhasilan dari suatu program pemerintah. Tim menyarankan BPK mampu mengembangkan program pemeriksaan dan mengoptimalkan kapasitas untuk mencapai efisiensi sehingga mampu meningkatkan cakupan pemeriksaan. Tim reviu merekomendasikan bahwa BPK mampu mengembangkan strategi multi tahunan berdasarkan topik yang terbatas sesuai program kebijakan pemerintah baru. Strategi harus pula mencakup ketiga risiko (keterbatasan akses informasi, manajemen keuangan yang lemah, dan korupsi/kecurangan)

MAJALAH

AKUNTAN

INDONESIA

45

m i t r a

d a l a m

p e r u b a h a n

Dengan adanya pemilihan anggota baru BPK bersamaan dengan mulainya babak pemerintahan baru, merupakan kesempatan untuk menyesuaikan rencana BPK dengan program pemerintah. Agar dampak pemeriksaan memberikan pengaruh signifikan, BPK diharapkan lebih fokus pada strategi multi-tahunan ke sejumlah isu kebijakan (seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur, keamanan dan lingkungan). Isu tersebut di rekomendasikan tim reviu untuk menjadi kerangka dasar pemilihan program pemeriksaan tahunan.

ai
Hasil Reviu Mutu Sistem manajemen mutu BPK telah sesuai dengan standar internasional. Untuk itu pengendalian mutu BPK didukung oleh faktor-faktor kunci, antara lain; independensi dan mandat; kepemimpinan dan pengelolaan internal; manajemen sumber daya manusia; standar dan petunjuk pelaksanaan audit; dukungan institusional; perbaikan berkelanjutan; hubungan dengan pihak ekternal; hasil; dan kinerja perikatan pemeriksaan. Tim peer review telah menelaah desain dan penerapan sistem pengendalian mutu BPK dan mendapatkan kesimpulan serta rekomendasi. Seperti laporan audit yang direviu sangat panjang dengan banyak temuan, dalam banyak kasus menunjukan kelemahan namun tidak terdapat sebab akibat. Tim reviu merekomendasikan adanya peningkatan pemahaman yang lebih baik terhadap lingkup pemeriksaan keuangan dan kinerja. Seperti beberapa pemeriksaan keuangan mempunyai beberapa tujuan yang bisa dirumuskan menjadi tujuan pemeriksaan kinerja. Laporan penilaian sistem pengendalian intern dan laporan kepatuhan terhadap peraturan, misalnya mempunyai beberapa aspek pemeriksaan kinerja. Tim menyarankan bahwa manfaat laporan BPK akan membaik jika sebab dan akibat dari temuan dan opini menjadi diperjelas. Dengan begitu auditor BPK bisa melengkapi lebih banyak analisis historis, rekomendasi, tanggapan atas temuan. Monitoring terhadap rekomendasi harus dilakukan lebih efektif. Auditor BPK seharusnya memberikan lebih banyak perhatian atas dampak rekomendasi yang diberikan dan tidak hanya pemenuhan rekomendasri saja. Ini memungkinkan BPK mempelajari efektifitas atas rekomendasi yang dibuatnya. Seperti hasil reviu tim memberikan rekomendasi; Untuk meningkatkan efektivitas lapporan, kami merekomendasikan agar laporan BPK lebih ringkas berfokus pada sebab, dampak, dan solusi bukan sekedar temuan saja. Kami juga merekomendasikan agar BPK meningkatkan daya tarik laporan dengan menggunakan kemahiran komunikasi dan adanya visualisasi dalam menyajikan analisa dan kesimpulan. Berdasarkan temuan peer review, pemeriska BPK seharusnya memperkaya pemahamannya, pandangan dan ketrampilan dalam mengungkapkan permasalah dan menyusun laporan audit. Pemerikas juga perlu menggali lebih dalam hal-hal yang mendasari laporan keuangan dan mengklasifikasikan ke lembaga perwakilan/DPRD/DPR serta entitas yang diperiksa tentang sebab dan akibat atas temuan. Menurut tim ini perlu mendapat penekanan terutama kemampuan auditor untuk memonitor pemahaman lingkungan dan penggunaan pengetahuan dalam mengatasi risiko tersebut dan merancang serta melaksanakan pemeriksaan. Tim reviu juga melakukan reviu terhadap langkah-langkah BPK meningkatkan value hasil pemeriksaan baik di dalam negeri maupun luar negeri. Seperti kerja sama dengan media lokal dan televisi untuk menginformasikan hasil audit kepada publik. Serta memberikan penghargaan kepada auditee yang telah menunjukan perbaikan praktik transparansi dan akuntabilitas. Selain itudalam keterbatasan kapasitas stafBPK juga melakukan komunikasi yang insentif dengan supreme audit institutions seperti INTOSAI, ASOSAI, dan hubungan bilateral BPK Negara lain. Sementara perbaikan berkelanjutan, terkait dengan keyakinan mutu, aktivitas pengendalian mutu (SPM) yang memerlukan pemeriksa berpengalaman, serta prosedur pengendalian ke substansi. Tim reviu memberikan rekomendasi pengendalian mutu dan keyakinan mutu menjadi kondisi awal untuk perbaikan berkelanjutan. BPK telah memenuhi persyaratan mendasar keyakinan mutu dengan menerapkan beberapa instrumen. Agar menjadi efektif peran dan fungsi dari pihak yang terlibat beserta instrumen harus jelas. Visi yang menyeluruh, diskripsi dari personel dan hubungan dari instrumen akan memberikan kontribusi dalam

Opini
perbaikan yang berkelanjutan. Begitu pula terhadap badan dan manajemen memberikan dukungan penuh untuk pengembangan Itama dan memastikan kecukupan pemeriksa yang kompeten dalam menilai kualitas pekerjaan yang dilakukan pemeriksa BPK. Tahap pertama Itama BPK tidak memperhatikan kualitas strategis dan teknis LHP, hanya mengkonsentrasikan pada kepatuhan prosedur. Keyakinan mutu dimulai tahun 2008 dengan mempertimbangkan keberadaan dan kelengkapan dari KKP. Meski formalitas penting akan tetapi tidak memberikan nilai tambah atau efek pembelajaran. Keyakinan mutu harus mengacu pada best practice dan menyarankan peningkatan kepada tim yang terlibat dan manajemen atas aspek-aspek seperti pelatihan, dan batas pengendalian. Kualitas audit laporan keuangan sektor publik sangat ditentukan oleh SDM BPK. Kualitas staf audit di BPK membentuk kekuatan kinerja BPK. Untuk itu dibutuhkan kepemimpinan yang kuat agar SDM di BPK menjadi dasar profesionalisme staf BPK yang optimal. Manajemen SDM merupakan aspek yang sangat penting bagi pengendalian mutu di tingkat entitas. Meski menjadi proses lambat, peningkatan kualitas staf BPK memerlukan perhatian lebih di tahun mendatang. Unit manajemen SDM harus memiliki hubungan yang kuat dengan para manajer untuk menyakinkan mereka akan pentingnya penggunaan semua instrumen manajemen SDM. Atas pengelolaan SDM di BPK, tim reviu merekomendasikan untuk memaksimalkan potensi flesibilitas operasional dan memasksimalkan potensi BPK untuk mempromosikan dan memberikan penghargaan bagi staf poptensial. Melibatkan manajer yang di tingkat rendah dalam memilih staf baru untuk ditempatkan pada posisi dan unit yang tepat. Tim reviu meyarankan juga untuk memberikan perhatian pada kinerja yang baik, umpan balik antara manajer dengan pegawai dalam memberikan arahan dan penghargaan.

m i t r a

d a l a m

p e r u b a h a n

46

MAJALAH

AKUNTAN

INDONESIA

Opini
Profesionalisme menjadi kebutuhan pokok dalam setiap penugasan. Ini akan mengurangi ketergantungan BPK dengan tenaga ahli dan konsultan dari luar. Opini yang berlaku di BPK berdasarkan UU BPK hanya dapat merekrut auditor, bahkan untuk posisi non auditor, merupakan opini yang salah. Tim reviu merekomendasikan agar ketidakpastian peraturan rekrutmen di BPK yang ada dievaluasi kembali. Sementara untuk rotasi staf dan peningkatan kompetensi harus dilakukan dengan tepat sasaran. Seperti kewajiban rotasi tiga tahun dan pembukaan kantor perwakilan secara bersamaam, tim reviu merekomendasikan agar semua staf tidak dirubah secara bersamaan karena pengetahuan mengenai institusi akan hilang. Untuk menilai kemampuan manajer, harus dilakukan pelatihan secara spesifik mengenai bagaimana bekerja secara profesional. Untuk pegawai baru juga harus diberikan pelatihan yang memadai agar dapat menjalankan tugas pemeriksaan. Sistem rekrutmen, remunerasi berdasarkan keahlian, peningkatan staf melalui pelatihan. Jenis pedoman pemeriksaan yang dimiliki BPK sangat komprehensif. Prinsip umum didefinisikan secara lebih spesifik kriteria dan pendekatan langkah dijelaskan dalam petunjuk teknis untuk beberapa tahap pemeriksaan (perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, tindak lanjut dan evaluasi). Sehubungan pemeriksaan keuangan telah sesuai dengan standar internasional. Beberapa pedoman pemeriksaan sedang disusun dan diharapkan juknis dapat berguna bagi pemeriksa saat ini (seperti, juknis penilaian risiko dan sampling). Terkait dengan pemeriksaan kinerja, meski pendekatan yang digunakan sesuai dengan standar internasional, tim reviu merekomendasikan penyempurnaan atas beberapa hal agar memberikan nilai tambah bagi pemeriksa. Pemeriksaan kinerja merupakan hal baru, dalam pelaksanaannya pemeriksa menemui beberapa kesulitan. Pedoman pemeriksa yang ada kurang memadai, karena masih memungkinkan pemeriksa untuk melakukan proses kreatifitas dalam menentukan tujuan dan desain pemeriksaan. Disini sangat penting untuk mendefinisikan subjek pemeriksaan secara jelas. Apakah hal itu terkait dengan pemeriksaan kinerja (kepatuhan dan efisiesnsi) dari entitas, sistem, proses atay mengenai aktivitas dari suatu kebijakan. Usulan perbaikan pemeriksaan kinerja BPK lebih perhatian untuk mengembankan kompleksitas pelaksanaan pemeriksaan kinerja yang beragam jenisnya. BPK dapat mengembangkan pelatihan administrasi publik dan analisa kebijakan dengan perguruan tinggi dan entitas publik. Pelaksanaan pemeriksaan kinerja terhadap keefektifitas dari suatu kebijakan, meski sudah dilakukan secara hati-hati, membutuhkan banyak waktu yang tidak bisa diselesaikan dalam hitungan hari. Sementara pedoman pemeriksaan (juklak) tidak menjelaskan secara rinci pemeriksaan apa yang harus digunakan, kapan atau penjelasan perbedaan prosedur antara ketiga jenis PDTT. Rekomendasi seharusnya dibuat LHP, kecuali pemeriksaan investigatif. Seperti disebutkan dimuka, BPK akan memberikan nilai tambah bila menggabungkan seluruh temuan pemeriksaan, menganalisisnya dan menggambarkan suatu simpulan serta membuat rekomendasi pada sistem yang diperiksa. Kesimpulan dokumen merupakan hal penting, termasuk SPKN, harus diimplementasikan secara formal. Petunjuk teknis merupakan hal positif, yang secara spesifik terkait dengan objek tertentu seperti topik mengenai rehabilitasi hutan dan tanah, limbah rumah sakit, polusi udara. Pedoman pemeriksaan yang lain sedang dalam proses penyusunan dan diimplementasikan secara formal. Penerapan kode etik harus dilakukan secara konsisten dan sering dilakukan pelatihan yang memadai. Hal ini untuk meningkatkan kewaspadaan seluruh personil atas risiko integritas.

ai
Rekomendasi BPK harus terus mengingatkan akan nilai dan prinsi secara periodik dan menggunakan suatu alat bantu yang disebut INTOSAI untuk menilai integritas. Alat ini bisa juga untuk membantu mengenalkan dan menggunakan alat bantu ini, untuk membantu entitas yang diperiksa BPK agar melakukan penilaian sendiri. Tingginya risiko integritas di Indonesia, registrasi atas pelanggaran dan pengawasan, seharusnya menjadi bagian dari sitem informasi manajemen BPK. Rekomendasi membuat pusat pelaproan atas pelanggaran integritas di BPK. Sebagai bagian dari SDM yang baik, penting adanya suatu dukungan institusional yang memadai dalam bentuk sumber daya keuangan, infrastruktur dan teknologi. Rekomendasi membentuk fungsi pengendali (controler) di BPK. Untuk pengendalian SDM, mengatur rasio target yang baru diatur berdasarkan perbandingan antara jam kerja langsung vs jam kerja tidak langsung yang digunakan dalam pemeriksaan dan kepatuhan akan hal tersebut dimonitor. Suatu standar akan memungkinkan bagi BPK untuk meningkatkan manajemen sumber dayanya dan menguranngi risiko atas ketidakefisienan. BPK sedang mengembangkan dan terus menyempurnakan sistem IT. Sistem IT yang ada dinilai belum stabil, lambat dan rawan serangan virus. Personil IT mengeluh mengenai kurangnya keterlibatan mereka dakam diskusi strategis di BPK. Suatu panitia pengarah dapat meningkatkan komunikasi antara badan dengan biro IT. Permasalahnnya terkait sistem IT ini membutuhkan perhatian lebih dalam strategi BPK periode berikutnya. Rekomendasi terhadap IT BPK untuk menilai besarnya IT dalam proses bisnis BPK dan langkah-langkah yang diperlukan untuk meningkatkan dukungan, tim reviu merekomendasikan penggunaan suatu aat bantu penilaian sendiri atas IT (IT self-assesment). (HS/***)

MAJALAH

AKUNTAN

INDONESIA

47

m i t r a

d a l a m

p e r u b a h a n

ai
L
p e r u b a h a n
andasan konseptual bagi perhitungan laba dalam akuntansi syariah didasarkan pada struktur teori akuntansi syariah. Perhitungan laba yang merupakan suatu teknik, memiliki landasan konseptual secara hirarkis berupa prinsipprinsip akuntansi syariah, konsep dasar akuntansi syariah, dan tujuan laporan keuangan akuntansi syariah; yang semuanya bersumberkan pada syariah Islam. Seperti dipaparkan dalam penelitian MSI-UII.Net, berdasarkan landasan konseptual ini, laba dinilai dan diukur dengan nilai sekarang, menggunakan metode nilai buku yang dapat direalisasi disesuaikan tingkat harga umum. Laba atau rugi dapat dihitung dengan beberapa metode serta disajikan baik secara langsung maupun bertahap, disesuaikan dengan tujuan praktis pelaporannya. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat diajukan kesimpulan bahwa perhitungan laba dalam akuntansi syariah memiliki landasan konseptual yang berbeda dengan akuntansi konvensional, sebagai akibat dari penggunaan syariah Islam sebagai landasan filosofisnya. Perbedaan ini terletak pada penolakan syariah terhadap prinsip konservatisme sehingga menyebabkan tertolaknya prinsipprinsip lain yang menjadi derivasi prinsip konservatisme, yakni prinsip biaya historis, prinsip obyektivitas, dan prinsip materialitas. Adapun dalam pelaporannya, akuntansi syariah memasukkan zakat hasil usaha sebagai unsur pengurang atas laba bersih. Sejarah Akuntansi Syariah Seperti yang ditulis Sigit Pramono (STEI SEBI, Jakarta) menyebutkan, dalam Islam akuntansi dikenal dengan nama ilmu hisab (ilmu hitung) atau dikenal juga dengan istilah Muhasabah, sedangankan akuntansi dalam literatur konvensional dikenal dengan istilah to account yang artinya menghitung. Profesi akuntan dikenal dengan sebutan almuhasib. Kedua istilah di atas mempunyai akar kata yang sama yaitu berasal dari kata hasaba, dan bermakna menghitung dan menimbang semua amalan manusia dan tingkah lakunya sesuai dengan apa yang tercatat dan terdaftar. Tapi kata hisab juga mempunyai arti lain dalam bahasa, yaitu merupakan akar dari kata kerja hasaba, yang berarti mengkalkulasikan dan mendata. Akuntansi syariah merupakan slah satu upaya mendekontruksi akuntansi modern kedalam bentuk yang lebih humanis dan syarat nilai. Tujuan diciptakannya akuntansi Islam terciptanya perbedaan bisnis dengan wawasan humanis, emansipatoris, transcendental, teleologikal. Konsekuensi ontologis upaya ini bahwa akuntan secara kritis harus mampu membebaskan manusia dari ikatan realitas peradaban, beserta jaringan-jaringan kuasanya, kemudin akan menciptakan realitas alternatif dengan seperangkat jaringan-jaringan kuasa Ilahi yang mengikat manusia dalam hidup seharihari (ontologi tauhid ). Dengan demikian, melakukan rekonstruksi akuntansi (Islamisasi akuntansi) dalam rangka merumuskan akuntansi yang dirancang dan dibangun melalui muatan nilai tauhid dan ketundukan pada jaringanjaringan kuasa Illahi (Akuntansi Islam). Kesemuanya itu dilakukan dengan perspektif khalifahtul-Allah filardh. Perspektif ini berarti suatu cara pandang yang sadar akan hakikat diri manusia dan tanggung jawab kelak di kemudian hari di hadapan Allah SWT. Kebangkitan Baru dalam Akuntansi Islam (Syariah) Kebangkitan Islam baru telah menjangkau bidang muamalah secara umum, dan bidang-bidang finansial, serta lembaga-lembaga keuangan secara khusus. sekelompok pakar akuntansi muslim telah mengadakan riset dan studi-studi ilmiah tentang akuntansi menurut Islam. Perhatian mereka lebih terkonsentrasi pada beberapa bidang, yaitu bidang riset, pembukuan, seminar atau konverensi,
AKUNTAN

Opini

Konsep Hitungan Laba Akuntansi Syariah


pengajaran dilembaga-lembaga keilmuan dan perguruan tinggi, serta aspek implementasi pragmatis. Berikut ini adalah sebagian dari usaha awal di masing-masing bidang: 1. Kebangkitan akuntansi Islam dalam bidang riset sudah terkumpul beberapa tesis magister serta disertasi doktor dalam konsep akuntansi yang telah dimulai sejak tahun 1950 dan masih berlanjut sampai sekarang. Diperkirakan tesis dan disertasi tentang akuntansi yang terdapat di Al-Azhar saja sampai tahun 1993 tidak kurang dari 50 buah. Disamping itu telah juga dilakukan riset-riset yang tersebar di majalah-majalah ilmiah. 2. Para inisiator akuntansi Islam kontemporer sangat memperhatikan usaha pembukuan konsep ini. Hal ini dilakukan supaya orang-orang yang tertarik pada akuntansi dapat mengetahui kandungan konsep Islam dan pokok-pokok pikiran ilmiah yang sangat berharga, sehingga kita tidak lagi memerlukan ide-ide dari luaratau mengikuti konsep mereka (barat). 3. Kebangkitan akuntansi Islam di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi. Konsep akuntansi Islam mulai masuk kesekolah-sekolah dan perguruan tinggi sejak tahun 1976, yaitu fakultas perdagangan Universitas Al Azhar untuk program pasca sarjana, dalam mata kuliah Akuntansi perpajakan dan Evaluasi Akuntansi. 4. Kebangkitan akuntansi Islam dalam aspek implementasi. Implementasi akuntansi Islam mulai dilakukan sejak mulai berdirinya lembaga-lembaga keuangan yang berbasiskan syariah. Hal ini menyebabkan mau tidak mau lembaga keuangan syariah tersebut harus menggunakan sistem akuntansi yang juga sesuai syariah. Puncaknya saat organisasi akuntansi Islam dunia yang bernama Accounting and Auditing. (Sumber diolah)

m i t r a

d a l a m

48

MAJALAH

INDONESIA

Harga No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 PSAK No. 14 PSAK No. 26 PSAK No. 50 PSAK No. 55 PSAK Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP 2009) ISAK No.8 Aplikasi PSAK No. 46 Contoh Ilustrasi PSAK No. 50 & 55 PAPI (Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia 2008) PAPSI (Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia) SAK Per 2009 Bundel Majalah IAI Tas Ransel MUG IAI Soal Try-Out USAP Review (2003-2006) Modul CPMA Review (paket) Panduan Implemantasi PSAK no 24 Isu-isu Kontemporer Akuntansi Keuangan Asumsi Going Concern Komite Audit yang Efektif Good Corporate Governance Enterprise Risk Management Akuntansi Aktiva Tetap Balanced Scorecard Akuntansi Penggabungan Usaha IFRS 2009: Willey Applying IFRS, enhanced edition
Damodaran On Valuation, Second edition ( Security Analysis for Investment and Corporate Finance, Aswath Damodaran)

Item

Anggota 15,000 15,000 15,000 15,000 27,000 15,000 15,000 25,000 15,000 85,000 315,000 130,000 95,000 15,000 175,000 360,000 40,000 40,000 40,000 95,000 95,000 40,000 45,000 80,000 35,000 575,000 525,000 550,000 550,000 50,000 80,000 60,000 65,000 60,000 65,000 90,000

Non Anggota 20,000 20,000 20,000 20,000 30,000 20,000 20,000 30,000 130,000 100,000 350,000 140,000 110,000 20,000 200,000 380,000 50,000 45,000 45,000 110,000 110,000 45,000 55,000 85,000 40,000 650,000 600,000 625,000 625,000 625,000 90,000 70,000 75,000 70,000 75,000 100,000

Toko IAI

Investment Valuation (Aswath Damodaran second edition) Brinks Modern Internal Auditing ( Robert Moeller sixth edition) Sistem Informasi Akuntansi 1/Rama, Jones Panduan Audit Entitas Bisnis Kecil/IAPI Akuntansi Keuangan Daerah (ed.3)/Abdul Halim Audit Kinerja pada Sektor Publik/I Gusti Agung Rai Akuntansi Syariah di Indonesia/Sri Nurhayati Akuntansi Biaya 1(ed.14)/Carter

37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50

Sistem Akuntansi/Mulyadi Sistem Akuntansi Sektor Publik/Indra Bastian Sistem Informasi Akuntansi 1(ed.4)/Hall Sistem Informasi Akuntansi 1(ed.9)/Romney Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)/KSAP Standar Profesional Akuntan Publik/IAI Teori Akuntansi 1(ed.5)/Belkoui Akuntansi Intermediate 1(ed.15)/Skousen, Stice Akuntansi Internasional 2(ed.5)/Choi Akuntansi Keperilakuan/Arfan, Ikhsan Akuntansi Keuangan Lanjutan 1(ed.6)/Baker Akuntansi Manajemen 1(ed.7)/Hansen, Mowen Akuntansi Manajerial 1(ed.11)/Garrison Akuntansi Keperilakuan/Arfan, Ikhsan

115,000 105,000 90,000 80,000 40,000 70,000 75,000 135,000 70,000 72,000 96,000 80,000 80,000 80,000

130,000 120,000 110,000 90,000 50,000 300,000 85,000 15,000 80,000 81,000 107,910 90,000 90,000 90,000

51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77

Akuntansi Keuangan Lanjutan 1(ed.6)/Baker Akuntansi Manajemen 1(ed.7)/Hansen, Mowen Akuntansi Manajerial 1(ed.11)/Garrison Akuntansi Pemerintahan/Deddi Nordiawan Akuntansi Sektor Publik/Deddi Nordiawan Akunt: Suatu Pengantar 1(ed.5)/Soemarso Analisis Laporan Keuangan 1 (ed.8)/Wild, Subramanyam Audit dan Assurances 1 (ed.4)/Messier Audit Internal 1 (ed.5)/Sawyer Audit Sektor Publik (ed.2)/Indra Bastian Auditing 1(ed.6)/Mulyadi Pengantar Akuntansi 1(ed.7)/Weygandt,Kieso Pengantar Akuntansi 2(ed.21) Cover Baru/Fess, Warren Setengah Abad Profesi Akuntansi -Soft Cov/Tuanakotta Auditing and Assurance Services Ind. Adaptation/Arens Advanced Fin. Acc. An Indonesian Perspective/Baker (AAJ) Investments (An Indonesian Adaption)/Jones, Siddharta Akuntansi Yayasan & Lembaga Publik/Indra Bastian Akuntansi Kesehatan/Indra Bastian Dasar-dasar Manajemen Keuangan Perusahaan/Myers Latihan Ujian Profesi PS/Mohamad Samsul Prinsip-prinsip Ekonomi/Karl E Case Operation Research/Siswanto Akuntansi Sektor Publik/Indra Bastian Akuntansi Untuk LSM & Parpol/Indra Bastian Auditing & Jasa Assurance/Alvin A.A Akuntansi Pendidikan/Indra Bastian

105,000 90,000 90,000 70,000 40,000 75,000 95,000 95,000 90,000 50,000 65,000 95,000 90,000 110,000 270,000 250,000 250,000 70,000 98,000 140,000 55,000 176,000 115,000 122,000 65,000 200,000 76,000

120,000 100,000 100,000 80,000 45,000 85,000 110,000 110,000 100,000 60,000 75,000 105,000 100,000 125,000 290,000 260,000 260,000 85,000 120,000 155,000 65,000 185,000 125,000 135,000 85,000 215,000 85,000 * Harga disamping belum termasuk ongkos kirim * Harga sewaktu-waktu dapat berubah

Informasi & Pembelian Hubungi : Imam/Ria IAI Wilayah Jakarta - Gedung Gajah - Blok AE Jl. Dr. Sahardjo 111 - Jakarta Selatan 021 8353588 8354031 Fax 8290324

Formulir Pemesanan
Nama No. kartu anggota Alamat Kota / Kode pos Telephone / HP
No.

: : : : :

.............................. .................................................................................................................. ................................. ........................................................................../...................................... Fax :.......................


Nama Produk Jumlah Unit Harga

Pembayaran
( ) Transfer Bank BCA Cab. Saharjo A/C no. 092.300.9130 a.n. IAI Wilayah Jakarta Supported By : ( ) Cash at IAI wilayah Jakarta Gedung Gajah Blok AE Jl. Dr. Sahardjo No.111, Jakarta

Tanggal : .........../........../..............

Tanda Tangan & Nama Lengkap

Salemba Empat

Opini

ai
Masih Perlukah Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum?

Oleh: Yakub Divisi Teknis Ikatan Akuntan Indonesia

kos kirim

Beberapa faktor berikut ini diharapkan bisa sedikit memberikan penjelasan mengenai masalah perlu tidaknya PABU. Cara IASB dan FASB Paragraf-paragraf dalam ED PSAK 25 di atas bukan sesuatu yang baru karena sebelumnya sudah diatur dalam PSAK 1 (revisi 1998). Tujuan pemindahan dari PSAK 1 ke ED PSAK 25 tersebut untuk menghindari suatu masalah diatur dalam dua standar akuntansi dan regrouping pengaturan yang lebih sesuai dengan pangaturan lainnya. ED PSAK 25 merupakan adopsi dari IAS 8 Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates and Errors. Ketika IAS 8 masih exposure draft, IASB memberikan urutan hirarki sebagai berikut: 1. The Standard (including any Appendices that form part of the Standard). 2. The Interpretation. 3. Appendices to the Standard that do not form a part of the Standard. 4. Implementation Guidance respect of the Standard. issued in

Kalau diperhatikan dalam paragraf 10-12 ED PSAK 25, kita akan dapati semacam hirarki dalam memilih kebijakan akuntansi ketika tidak diatur dalam suatu SAK. Pertama, menggunakan SAK untuk masalah yang serupa. Kedua, menggunakan Kerangka Dasar (KDPPLK). Selain itu, dalam memilih kebijakan akuntansi juga mempertimbangkan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh badan penyusun standar akuntansi lain yang menggunakan kerangka dasar yang sama (misalnya standar akuntansi negara lain), literatur akuntansi lain, dan praktik akuntansi industri. Ketiganya dapat digunakan sebagai acuan sepanjang tidak bertentangan dengan SAK dan KDPPLK. Apakah hirarki pemilihan kebijakan akuntansi dalam ED PSAK 25 sudah cukup memadai sebagai alasan untuk menghilangkan PABU? Pertanyaan ini akan muncul mengingat hirarki untuk memilih kebijakan akuntansi tidak sama atau tidak konsisten dengan hirarki PABU seperti yang terlihat dalam gambar di bawah ini. Apabila hirarki ED PSAK 25 ditempatkan dalam konteks PABU, maka langkah pertama ada di landasan operasional tingkat 1 (SAK untuk masalah yang serupa).

Seandainya diterapkan di Indonesia SFAS 168 akan me-reconfirm bahwa badan penyusun standar akuntansi keuangan adalah IAI dan Bapepam sebagaimana diatur dalam UU No. 8 tahun 2005 pasal 69 ayat 1 dan 2 serta penjelasannya yang mendefinisikan PABU adalah SAK dan praktik akuntansi lainnya yang lazim berlaku di pasar modal. Terkait dengan konvergensi IFRS, ada semacam dorongan atau keharusan untuk menggunakan IFRS sebagai satusatunya sumber penyusunan SAK dan menghapuskan SAK dan hal yang terkait lainnya yang bersumber dari selain IFRS. Termasuk persoalan mengenai PABU. Pemahaman konvergensi IFRS yang demikian mungkin akan kehilangan sebagian relevansinya apabila hal-hal yang bermanfaat dalam konteks pelaporan keuangan di Indonesia dihilangkan karena hanya tidak bersumber dari IFRS. Kontekstualitas dan relevansi IFRS bukan sebagai harga mati. Bahkan, kalau diperhatikan ada pihak tertentu yang mencoba mempertanyakan kontekstualitas dan relevansi kitab suci dalam kondisi saat ini, sebagai suatu analogi

Namun, ketika menjadi IAS 8 urutan hirarki di atas dihilangkan karena dianggap bertentangan dengan pengertian IFRS(s) yang mencakup IFRS/IAS dan IFRIC/SIC serta keduanya mempunyai kedudukan setara. IASB pada awalnya ingin

MAJALAH

AKUNTAN

INDONESIA

51

m i t r a

d a l a m

Hal yang berbeda dilakukan oleh FASB dengan menerbitkan SFAS 162 dan kemudian digantikan oleh SFAS 168 pada Juni 2009. FASB membagi hirarki PABU menjadi sumber ototitatif (termasuk di dalamnya adalah peraturan SEC) dan sumber non-otoritatif.

p e r u b a h a n

asih perlukah prinsip akuntansi yang berlaku umum atau PABU? Pertanyaan tersebut akan selalu muncul ketika berbicara tentang konvergensi IFRS. Khususnya terkait dengan bagaimana memilih dan menerapkan suatu kebijakan akuntansi untuk transaksi atau peristiwa yang tidak diatur secara spesifik dalam suatu SAK. Khususnya lagi diskursus tentang relevansi PABU bagi Indonesia akan muncul berbarengan dengan keluarnya ED PSAK 25 (revisi 2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan.

Kemudian turun ke Landasan Konseptual (KDPPLK), ketika kita tidak memperoleh jawaban atas kebijakan akuntansi yang diperlukan.

mendefinisikan suatu hirarki, walaupun akhirnya tidak jadi dilakukan. Hal ini dapat dibaca bahwa IASB sebenarnya berkeinginan untuk membuat semacam hirarki PABU. Penghapusan hirarki dalam ED IAS 8 lebih mencerminkan kerumitan untuk mendesain hirarki PABU yang sesuai dan berlaku secara internasional.

ai
ekstrem. Tentunya hal yang naif tersebut akan lebih bisa diterapkan terhadap IFRS, dengan membacanya secara kritis dan skeptis. Regulasi, Buletin Pedoman Akuntansi Teknis, dan lain yang akan muncul akibat frase tidak ada PABU. Sebagai gambaran lainnya, ketika terjadi krisis keuangan secara internasional, dikeluarkan SEC Office of the Chief Accountant and FASB Staff Clarifications on Fair Value Accounting dan dibalas oleh IASB dengan press release yang menyatakan hal yang diatur klarifikasi tersebut konsisten dengan IFRS. Apabila tidak dipayungi dengan PABU, bagaimana kedudukan klarifikasi dan press release tersebut dan apakah dapat digunakan dalam penyusunan laporan keuangan. Tentunya akan timbul perbedaan pemahaman antar berbagai pihak, baik penyusun, auditor ataupun regulator, disebabkan kita berpatokan secara rigid pada susunan acuan pemilihan kebijakan akuntansi sebagaimana diatur dalam IFRS. Selain regulasi dan bultek, komponen PABU yang banyak digunakan adalah pedoman akuntansi. Tujuan pedoman akuntansi, biasanya, untuk meningkatkan komparabilitas antara perusahaan dalam suatu industri. Penghapusan PABU akan menghilangkan cantolan yang kuat untuk melakukan endorsement atas penerapan pedoman akuntansi. Pedoman akuntansi lazimnya juga melakukan elaborasi lebih lanjut dan lebih detail atas pengaturan yang PABU di landasan operasional tingkat 2 antara lain meliputi buletin teknis (bultek) dan peraturan pemerintah untuk industri (regulasi). Apabila PABU dihilangkan, bagaimana dengan nasib bultek dan regulasi. Sebagaimana kita ketahui, ketika krisis keuangan terjadi pada paruh kedua tahun 2008 sedikit banyak terbantu dengan keluarnya Bultek 3 tentang penentuan nilai wajar instrumen keuangan ketika pasar tidak aktif. Pertanyaannya: Apakah yang akan terjadi apabila Bultek 3 tidak dinyatakan sebagai bagian dari PABU karena tidak ada PABU? Bagaimana penerapan PSAK 50 dan 55 dapat dilakukan dengan baik oleh perbankan mengingat PAPI yang menjelaskan lebih rinci dari PSAK tersebut tidak jelas kedudukannya karena tidak ada PABU? Bagaimana kedudukan PMK 75/2008 yang memberikan pedoman akuntansi untuk badan layanan umum mengingat tidak jelas kedudukannya karena tidak ada PABU? Masih banyak pertanyaan

Opini
ada dalam SAK. Bahkan dalam beberapa kasus mengatur hal yang tidak diatur atau tidak diatur secara jelas dalam SAK. Dengan tidak adanya PABU banyak tools menjadi tidak dapat digunakan dengan suatu landasan yang kuat. Walaupun tools tersebut seharusnya bisa digunakan untuk mengatasi masalah pelaporan keuangan dan tentunya dampak pelaporan keuangan terhadap perekonomian secara makro. Namun, daftar permasalahan di atas menjadi tidak perlu diperdebatkan, tidak perlu ditambah. Syaratnya kita yakin bahwa penyusunan laporan keuangan cukup hanya dengan SAK, tanpa memerlukan bultek, regulasi pemerintah, pedoman akuntansi, atau sejenisnya. Kedudukan Akuntansi dan Operasional Konseptual

p e r u b a h a n

m i t r a

d a l a m

IASB menempatkan Framework for the Preparation and Presentation of Financial Statements (Framework) bukan sebagai bagian dari IFRS. Sehingga apabila ada pertentangan antara IFRS dengan Framework, maka akan digunakan IFRS. Sehingga IFRS lebih tinggi dibandingkan Framework. Hal ini dapat dipahami mengingat penyusunan Framework dilakukan setelah berjalannya penyusunan

52

MAJALAH

AKUNTAN

INDONESIA

Opini
IFRS. Bahkan saat ini IASB sedang dilakukan revisi Framework dan hal ini akan berdampak sangat luas terhadap IFRS. Seumpamanya Framework dan IFRS dilihat dalam konteks logika hirarki hukum, maka akan sangat tidak mungkin terjadi pertentangan antar keduanya karena IFRS merupakan turunan dari Framework. Tidak mungkin undangundang bertentangan dengan Pancasila sebagai dasar negara, ini bisa menjadi suatu analogi yang jelas. Namun, dalam konteks tertentu Framework tidak selalu lebih rendah daripada IFRS. Misalnya, ketika IASB mengijinkan penyimpangan dari IFRS, salah satu syarat yang digunakan adalah informasi yang dihasilkan IFRS tersebut bertentangan dengan tujuan laporan keuangan yang diatur dalam Framework. Sementara itu FASB menempatkan Statement of Financial Accounting Concepts (concept) sebagai bagian dari sumber nonotoritatif yang lazimnya sebagai sumber paling berpengaruh di antara sumbersumber non-otoritatif. Concepts sendiri dikeluarkan setelah keluarnya standar akuntansi keuangan. Kedudukan concepts yang demikian mencerminkan pemisahan yang jelas antara fungsi akutansi keuangan konseptual dengan operasionalisasinya. Sebaliknya, IASB tidak secara jelas memisahkan Framework dengan IFRS, walaupun Framework sendiri menyatakan Framework bukan standar akuntansi keuangan. IASB tidak memberikan kedudukan yang layak bagi Framework sebagai akuntansi konseptual. Malah keduanya ditempatkan dalam suatu irisan yang kontradiktif dalam kaitan dengan pemilihan kebijakan akuntansi dan penyimpangan dari standar akuntansi keuangan. Seolah-olah Framework bersifat operasional, bukan suatu konseptual. Penutup Paparan di atas tidak memberikan jawaban atas hal yang dipermasalahkan. Justru banyak pertanyaan yang disampaikan. Sebagai pertanyaan terakhir: Apakah Anda siap kehilangan gambar di atas? Disclaimer: Tulisan ini merupakan pendapat pribadi.

ai

Tentang SAK ETAP


Ikatan Akuntan Indonesia telah menerbitkan Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabiltas Publik (SAK-ETAP). Apabila SAK-ETAP ini telah berlaku efektif (1 Januari 2011), maka perusahaan kecil seperti UKM tidak perlu membuat laporan keuangan dengan menggunakan PSAK umum yang berlaku. Di dalam beberapa hal SAK ETAP memberikan banyak kemudahan untuk perusahaan dibandingkan dengan PSAK dengan ketentuan pelaporan yang lebih kompleks. Perbedaan secara kasat mata dapat dilihat dari ketebalan SAK-ETAP yang hanya sekitar seratus halaman dengan menyajikan 30 bab. Sesuai dengan ruang lingkup SAK-ETAP maka Standar ini dimaksudkan untuk digunakan oleh entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas publik yang dimaksud adalah entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan tidak menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit. Entitas yang laporan keuangannya mematuhi SAK ETAP harus membuat suatu pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit and unreserved statement) atas kepatuhan tersebut dalam catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan tidak boleh menyatakan mematuhi SAK ETAP kecuali jika mematuhi semua persyaratan dalam SAK ETAP. Apabila perusahaan memakai SAK-ETAP, maka auditor yang akan melakukan audit di perusahaan tersebut juga akan mengacu kepada SAK-ETAP. AKUNTAN INDONESIA

MAJALAH

53

m i t r a

d a l a m

p e r u b a h a n

ai

Opini

PERDEBATAN SENGIT MENGENAI PENGAKUAN PENDAPATAN

Oleh: Ersa Tri Wahyuni Dosen Akuntansi Internasional Universitas Padjajaran ada bulan desember 2008, IASB mengeluarkan sebuah discussion paper (DP) yang sangat kontroversial mengenai pengakuan pendapatan. Komentar terhadap DP tersebut ditutup pada tanggal 19 juni 2009. Sampai 13 juli 2009, IASB menerima 211 tanggapan dari beberapa negara diseluruh dunia. Pandangan dan model dalam DP tersebut begitu kontroversialnya, sehingga sampai hari ini pun topik tersebut masih terus didiskusikan oleh para penyusun standar di berbagai konferensi. Tujuan dari DP tersebut adalah untuk membuat satu definisi pengakuan pendapatan yang dapat berlaku untuk semua transaksi pada semua industry. Hal ini menjadi tantangan yang luar biasa karena US GAAP memiliki lebih dari 100 standar dengan petunjuk pengakuan pendapatan yang berbeda-beda. Standarstandar industri spesifik tersebut dapat mengakibatkan pengakuan pendapatan yang berbeda untuk transaksi yang serupa. Sementara dalam IFRS sendiri, dua standar yang mengatur tentang pengakuan pendapatan adalah IAS 18 Revenue dan IAS 11 Construction Contracts. Kedua standar ini juga memiliki beberapa inkonsistensi dan petunjuk yang kurang memadai mengenai transaksi yang berkaitan dengan komponen majemuk. Bagaimana sebenarnya model pengakuan pendapatan yang diusulkan oleh DP tersebut sehingga mampu menghebohkan dunia praktek akuntansi international?

p e r u b a h a n

Proposal model pengakuan pendapatan IASB IASB mengusulkan bahwa model pengakuan pendapatan berdasarkan kenaikan posisi neto entitas terhadap kontrak dengan pelanggan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendapatan hanya diakui apabila terdapat peningkatan aset atau pengurangan laibilitas entitas. Hal ini terjadi ketika entitas menunaikan tuntas kewajiban yang terdapat dalam kontrak. Kata kontrak sendiri tidak harus kontrak tertulis, suatu transaksi jual beli sederhana pun seyogyanya menimbulkan kontrak antara pembeli dan penjual. Kesimpulannya pendapatan tidak dapat diakui apabila tidak terdapat peningkatan asset atau pengurangan laibilitas pada suatu entitas. Untuk kasus penerimaan atas barang, entitas baru dapat mengakui pendapatan apabila pelanggan memiliki kontrol terhadap barang tersebut. Biasanya, hal tersebut terjadi ketika pelanggan memiliki barang tersebut secara fisik. Sedangkan pada kasus, pengakuan pendapatan atas jasa, DP menjelaskan entitas hanya daapat mengakui apabila pelanggan sudah menerima jasa yang dijanjikan seluruhnya.

polemik di dunia praktek bisnis. Pertama banyak orang meragukan apakah satu model pengakuan pendapatan dapat berlaku untuk semua industri dan transaksi bisnis yang semakin kompleks. Kedua selama ini dunia praktik mengakui pendapatan menggunakan risk and reward model dimana apabila risk and reward secara signifikan telah berpindah kepada pembeli maka pendapatan dapat diakui. Model kontrol yang diusulkan DP berpotensi menimbulkan polemik untuk transaksi jasa dan barang sesuai pesanan semisal bangunan gedung. Contohnya mungkin saja jasa yang diberikan tidak meningkatkan aset pelanggan tetapi habis dikonsumsi seperti jasa konsultan atau jasa audit. Praktek bisnis yang terjadi saat ini adalah perusahaan konsultan mengakui pendapatan bahkan sebelum jasa konsultan diberikan apabila didalam kontrak tertera bahwa uang muka yang diterima tidak dapat dikembalikan. Dengan model control pendapatan hanya bisa diakui ketika seluruh jasa telah diselesaikan, itupun dengan syarat bahwa jasa telah terdeliver seluruhnya berdasarkan kontrak yang telah disepakati.

m i t r a

d a l a m

Hilangnya percentage of completion model Model yang diusulkan oleh DP juga berpotensi untuk menghilangkan model pengakuan pendapatan yang sudah dipakai luas di dunia praktek bisnis kontruksi yakni model persentase penyelesaian kontrak. Hal ini karena dalam model tersebut

Polemik Model yang diusulkan oleh DP keluaran IASB tersebut menimbulkan


AKUNTAN

54

MAJALAH

INDONESIA

Opini
dijelaskan bahwa pendapatan diakui ketika pelanggan memiliki kontrol terhadap aset. Sementara dalam kontrak konstruksi jangka panjang, kontrol terhadap aset baru dapat ditransfer pada masa akhir kontrak. Apabila model ini diterapkan justru hal tersebut akan mendistorsi laporan keuangan karena tiba-tiba diakui pendapatan yaang besar di akhir periode kontrak (misalnya di tahun ketiga). Sementara aktivitas entitas di tahun pertama dan kedua tidak terefleksikan dalam laporan keuangan. Apakah pelaporan pendapatan seperti ini akan relevan bagi pengguna laporan? sehingga pengakuan pendapatan tidak hanya berdasarkan definisi kontrol. Definisi kontrol dapat berpotensi menimbulkan silang pendapat terhadap definisi menurut hukum (transfer title kepemilikan) dan definisi kontrol menurut akuntansi. Banyak juga responden yang berpendapat bahwa IASB tidak dapat menerbitkan standar mengenai pendapatan tanpa menyediakan petunjuk pengakuan beban, hal ini terkait dengan industri konstruksi misalnya, yang lebih fokus pada pengakuan profit daripada pengakuan pendapatan. Terlepas dari semua pro dan kontra atas model yang diusulkan oleh DP tersebut, memang menjadi tantangan yang

ai
berat bagi IASB untuk dapat mengusulkan suatu model akuntansi apapun yang dapat berlaku pada semua transaksi bisnis di seluruh negara, terlebih untuk pengakuan pendapatan. Pengakuan pendapatan adalah hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan. Tak heran begitu banyak masukan dan kontraversi terhadap DP yang sebenarnya baru merupakan pandangan awal (preliminary views) terhadap pengakuan pendapatan. Pastilah akan lebih seru lagi apabila IASB memutuskan untuk mengeluarkan eksposure draft baru mengenai pengakuan pendapatan. Kita tunggu saja kelanjutan kontraversi dari model pengakuan pendapatan ini.

Compliance cost yang tinggi Hampir semua responden dari industri telekomunikasi memiliki keberatan mengenai potensi biaya implementasi dari model yang diusulkan. Hal ini karena mereka memiliki basis pelanggan yang besar sehingga dibutuhkan sistem IT yang canggih untuk dapat menghitung nilai bersih dari kenaikan asset maupun penurunan laibilitas untuk setiap kontrak individual. Perusahaan asuransi juga banyak yang tidak setuju dengan pendekatan pengukuran yang diusulkan dalam DP tersebut. Mereka berpendapat bahwa pendapatan dapat diakui ketika di awal saat kontrak disepakati. Hal ini untuk menutup biaya-biaya akusisi kontrak seperti biaya komisi agen asuransi. Sementara berdasarkan model dalam DP tersebut, biaya tersebut harus dibebankan.

CHARLES & NURLENA


(Registered Public Accountants)
KANTOR AKUNTAN PUBLIK CHARLES DAN NURLENA Company Description
a growing public accounting firm urgently need staff as follows:

Kantor Akuntan Publik

Senior Auditor (SA) Audit Staff (AS)

Requirements:
Bachelor degree (S1) in Accounting PPAk or USAP certificate will be an advantage Experience in KAP: 5 years for Audit Manager and 2 years for Senior Auditor Computer literate (MS Excel, Word, Power Point, etc) Able to communicate in English Enthusiastic to learn Team player, self motivated and good analytical thinking

Usulan-usulan dan kontraversi lainnya Beberapa responden, terutama yang berasal dari Eropa, mengusulkan beberapa model pengakuan pendapatan lain seperti misalnya pendapatan berbasis aktivitas. Pada model ini pendapatan diakui secara berkelanjutan sepanjang masa kontrak. Masukan lainnya juga adalah memasukkan risk and reward model didalam kriteria pengakuan pendapatan

Please send your application letter, photograph and complete resume to: Email to: hrdkapcharles@yahoo.com OR Post to: Kantor Akuntan Publik Charles & Nurlena Attn. HR Department PO BOX No. 6141 / JKBGG / 11061

MAJALAH

AKUNTAN

INDONESIA

55

m i t r a

Audit Manager (AM)

d a l a m

p e r u b a h a n

ai
Oleh: Handoko Tomo

Kolom IFRS

MANA YANG MENJADI PRIORITAS?

Sesuai pengantar pada edisi pertama, kolom IFRS merupakan kolom tetap pada setiap edisi majalah Akuntan Indonesia (AI) dalam rangka mengikuti proses konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) yang dilakukan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), membantu sosialisasinya, dan memantau larinya IFRS. Untuk menguliti IFRS, penulis akan bekerja sama pula dengan Pascal Jauffret, ahli IFRS dari Mazars, Perancis.

Peta perjalanan baru dan/atau disesuaikan ada saat Public Hearing mengenai Eksposure Draft PSAK 1 (Revisi 2009) tentang Penyajian Laporan Keuangan, di Jakarta Kamis 20 Agustus 2009 lalu, Ketua Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah mengemukakan bahwa sasaran konvergensi IFRS yang telah dicanangkan IAI adalah merevisi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) agar secara material sesuai dengan IFRS versi 1 Januari 2009 yang berlaku efektif tahun 2011/2012. Program konvergensi selama tahun 2009 adalah sebanyak 12 standar, sebagai berikut: 1. IFRS 2 Share-based payment 2. IAS 21 The effects of changes in foreign exchange rates 3. IAS 27 Consolidated and separate financial statements 4. IFRS 5 Non-current assets held for sale and discontinued operations 5. IAS 28 Investments in associates 6. IFRS 7 Financial instruments: disclosures 7. IFRS 8 Operating segment 8. IAS 31 Interests in joint ventures 9. IAS 1 Presentation of financial 10. IAS 36 Impairment of assets 11. IAS 37 Provisions, contingent

liabilities and contingent asset 12. IAS 8 Accounting policies, changes in accounting estimates and errors Program konvergensi selama tahun 2010 adalah sebanyak 17 standar, sebagai berikut: 1. IAS 7 Cash flow statements 2. IAS 41 Agriculture 3. IAS 20 Accounting for government grants and disclosure of government assistance 4. IAS 29 Financial reporting in hyperinflationary economies 5. IAS 24 Related party disclosures 6. IAS 38 Intangible Asset 7. IFRS 3 Business Combination 8. IFRS 4 Insurance Contract 9. IAS 33 Earnings per share 10. IAS 19 Employee Benefits 11. IAS 34 Interim financial reporting 12. IAS 10 Events after the Reporting Period 13. IAS 11 Construction Contracts 14. IAS 18 Revenue 15. IAS 12 Income Taxes 16. IFRS 6 Exploration for and Evaluation of Mineral Resources 17. IAS 26 Accounting and Reporting by Retirement Benefit Plan Jika kita bandingkan daftar tersebut di atas dengan makalah (handout) Program Konvergensi IFRS
AKUNTAN

m i t r a

di Tahun 2009 yang dikemukakan oleh Ketua DSAK-IAI pada acara Konvensi Nasional Akuntansi (KNA) di Bandung pada tanggal 13 Agustus 2009, maka pada makalah (handout) tersebut, slide 18, tertulis 13 standar akuntansi yang menjadi target konvergensi IFRS 2010. Perbedaan dengan daftar tersebut di atas pada nomor urut 10 (IAS 19), 12 (IAS 10), 13 (IAS 11), dan 14 (IAS 18). Jika kita bandingkan pula daftar tersebut di atas dengan program konvergensi IFRS yang ditargetkan oleh DSAK periode sebelumnya, maka kita akan melihat pula beberapa perbedaan. Perbedaan prioritas dapat dimaklumi mengingat keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh DSAKIAI, dan target yang hendak ditangkap adalah target bergerak, sehingga diperlukan pemilihan prioritas, mana yang perlu didahulukan dan mana yang dapat ditunda. Program Kerja DSAK lainnya yaitu: mencabut PSAK yang sudah tidak relevan karena mengadopsi IFRS; mencabut PSAK Industri; mereformat PSAK yang telah diadopsi dari IFRS dan diterbitkan sebelum 2009; melakukan kodifikasi penomoran PSAK dan konsistensi penggunaan istilah; mengadopsi International Financial Reporting Interpretations Committee (IFRIC) dan Standing Interpretations Committee (SIC) per 1 Januari 2009; memberikan komentar dan

d a l a m

p e r u b a h a n

56

MAJALAH

INDONESIA

masukan untuk Exposure Draft dan Discussion Paper yang diterbitkan oleh International Accounting Standards Board (IASB); aktif berpartisipasi dalam berbagai pertemuan organisasi standard setter, pembuat standar regional/internasional; serta menjalin kerja sama lebih efektif dengan regulator, asosiasi industri dan universitas dalam rangka konvergensi IFRS.

ED PPSAK No. 3 tentang pencabutan: PSAK 54: Akuntansi Restrukturisasi Utang-Piutang Bermasalah 6. ED PPSAK No. 2 dan ED PPSAK No. 3 diterbitkan sehubungan dengan telah disahkannya PSAK No. 50 (Revisi 2006) dan PSAK No. 55 (Revisi 2006). Untuk ED PPSAK No. 2 dan ED PPSAK No. 3 tersebut telah dilakukan public hearing pada tanggal 13 Oktober 2009, dan masyarakat masih dapat memberikan tanggapan, komentar, saran-saran dan masukan untuk menyempurnakan draft tersebut. Tanggapan tertulis atas draft tersebut sudah harus diterima DSAK-IAI paling lambat pada tanggal 30 November 2009. ED PSAK dan ED ISAK DSAK-IAI tampaknya benarbenar ingin ngebut dalam mencapai target konvergensi IFRS pada tahun 2009. Pada tanggal 13 Oktober 2009 DSAK-IAI telah melaksanakan public hearing untuk enam buah exposure draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (ED PSAK) dan empat buah exposure draft Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ED ISAK), yaitu: 1. ED PSAK 5 (Revisi 2009): Segmen Operasi (sumber: IFRS 8: Operating Segment); 2. ED PSAK 12 (Revisi 2009): Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama (sumber: IAS 31: Interest in Joint Ventures); 3. ED PSAK 15 (Revisi 2009): Investasi pada Entitas Asosiasi (sumber: IAS 28: Investment in Associates); 4. ED PSAK 25 (Revisi 2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan (sumber: IAS 8: Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates and Errors); 5. ED PSAK 57 (Revisi 2009):
AKUNTAN INDONESIA

7.

Pernyataan Pencabutan Standar Akuntansi Keuangan (PPSAK) Cukup banyak orang yang merasa asing ketika mendengar istilah PPSAK. Dalam proses konvergensi IFRS, diketahui bahwa terdapat inkonsistensi dan/atau tumpang-tindih antara satu PSAK dengan PSAK lainnya dan/atau Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) yang telah ada. Oleh karena itu, DSAK menerbitkan Pernyataan Pencabutan Standar Akuntansi Keuangan (PPSAK) untuk mencabut PSAK yang tidak konsisten dan/atau tumpang-tindih dengan PSAK lainnya. Pada tanggal 16 Juni 2009 DSAK-IAI telah mensahkan PPSAK No. 1 tentang Pencabutan: PSAK 32: Akuntansi Kehutanan, PSAK 35: Akuntansi Pendapatan Jasa Telekomunikasi, dan PSAK 37: Akuntansi Penyelenggaraan Jalan Tol. Pencabutan PSAK tersebut berlaku efektif mulai 1 Januari 2010 dan bersifat prospektif. Pada bulan September 2009 DSAK-IAI telah menerbitkan exposure draft (ED) dua buah PPSAK, yaitu PPSAK No. 2 dan PPSAK No. 3. ED PPSAK No. 2 tentang pencabutan: PSAK 41: Akuntansi Waran, dan PSAK 43: Akuntansi Anjak Piutang.

8. 9.

10.

ED ISAK 12 berkaitan dengan ED PSAK 12; ED ISAK 11 berkaitan dengan ED PSAK 58; ED ISAK 10 berkaitan dengan PSAK 23: Pendapatan, yang diadopsi dari IAS 18: Revenue; ED ISAK 9 berkaitan dengan PSAK 16: Aset Tetap, yang diadopsi dari IAS 16: Property, Plant, and Equipment, dan PSAK 57: Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontinjensi dan Aset Kontinjensi, yang diadopsi dari IAS 37: Provisions, Contingent Liabilities and Contingent Assets.

MAJALAH

57

m i t r a

Beberapa ED ISAK diterbitkan sehubungan dengan telah diterbitkannya ED PSAK dan/atau PSAK, yaitu:

d a l a m

Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontinjensi dan Aset Kontinjensi (sumber: IAS 37 (2009): Provisions, Contingent Liabilities and Contingent Assets); ED PSAK 58 (Revisi 2009): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan (sumber: IFRS 5: Non-current Assets Held for Sale and Discontinued Operation); ED ISAK 9: Perubahan atas Kewajiban Aktivitas PurnaOperasi, Restorasi dan Kewajiban Serupa (sumber: IFRIC 1: Changes in Existing Decommissioning, Restoration and Similar Liabilities); ED ISAK 10: Program Loyalitas Pelanggan (sumber: IFRIC 13: Customer Loyalty Programmes); ED ISAK 11: Distribusi Aset Non Kas Kepada Pemilik (sumber: IFRIC 17: Distributions of Non-cash Assets to Owners); ED ISAK 12: Pengendalian Bersama Entitas: Kontribusi Nonmoneter oleh Venturer (sumber: SIC 13: Jointly Controlled Entities NonMonetary Contributions by Venturer).

ai

p e r u b a h a n

ai
Untuk ED PSAK dan ED ISAK tersebut di atas masyarakat masih dapat memberikan tanggapan, komentar, saran-saran dan masukan untuk menyempurnakan draft tersebut. Tanggapan tertulis atas draft tersebut sudah harus diterima DSAK-IAI paling lambat pada tanggal 30 November 2009. Maju terus! Sebagaimana telah dikemukakan pada edisi sebelumnya, entitas telah diberi waktu dua tahun untuk mempersiapkan diri dalam menerapkan PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006), tetapi banyak entitas yang belum siap, khususnya dari industri perbankan, dan akhirnya pada tanggal 23 Desember 2008, saat IAI merayakan ulang tahun yang ke-51, Ketua Dewan Pengurus Nasional (DPN) IAI menyetujui bahwa PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006) yang semula berlaku efektif untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2009 diubah menjadi untuk periode yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2010, dan selanjutnya hal ini diumumkan oleh Ketua DSAK melalui surat nomor 1705/DSAK/IAI/XII/2008 tanggal 30 Desember 2008. Sementara entitas masih berkutat mempersiapkan diri untuk mengimplementasikan PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006), di pihak lain International Accounting Standards Board (IASB) telah merevisi: IAS 32 Financial Instruments: Presentation, IAS 39 Financial Instruments: Recognition and Measurement, dan IFRS 7 Financial Instruments: Disclosures, dan sekarang IASB sedang membahas draft perubahannya. DSAK telah menerbitkan ED PSAK 31 (Revisi 2009) tentang Instrumen Keuangan: Pengungkapan, yang mengadopsi IFRS 7 (2008) Financial Instruments: Disclosure, termasuk amandemen IFRS 7 pada bulan Oktober 2008. ED PSAK 31 (Revisi 2009) telah dipublikasikan dan diharapkan tanggapan tertulis diterima DSAK paling lambat 31 Maret 2009, tetapi sampai sekarang ED PSAK 31 (Revisi 2009) tersebut belum disahkan menjadi PSAK. Ketika penulis berbincangbincang dengan Ketua DSAK-IAI dalam acara public hearing pada tanggal 13 Oktober 2009, diketahui bahwa ED PSAK 31 (Revisi 2009) memang telah ditunda, tetapi DSAK-IAI bertekad untuk tidak menunda lagi pelaksanaan PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006), meskipun IASB sedang membahas draft perubahan IAS/IFRS-nya. Kita dapat memaklumi bahwa apabila kita melihat target yang kita kejar

Kolom IFRS
sedang bergerak maju dan oleh karena itu kita memutuskan berhenti dulu, maka jarak antara kita dan target yang dikejar akan bertambah jauh. Dengan demikian, kita harus terus maju! Namun, alangkah bijaksananya jika kita tidak asal maju, melainkan segera menganalisis (gap analysis) dan mempertimbangkan terlebih dahulu segala dampak dan rentang waktu antara kondisi sekarang, yang akan segera berlaku, dan estimasi perubahan setelah rentang waktu tertentu. Sebagai contoh, ketika pada tanggal 16 Juni 2009 DSAK-IAI telah mensahkan PPSAK No. 1 tentang Pencabutan PSAK 32: Akuntansi Kehutanan, PSAK 35: Akuntansi Pendapatan Jasa Telekomunikasi, dan PSAK 37: Akuntansi Penyelenggaraan Jalan Tol, ternyata ada PSAK lain yang mengacu pada PSAK yang telah dicabut tersebut, yaitu PSAK 14 (Revisi 2008) tentang Persediaan, pada paragraf 02 huruf (d), dinyatakan bahwa PSAK 14 (Revisi 2008) diterapkan untuk semua persediaan, kecuali aset biolojik terkait dengan hasil hutan (lihat PSAK 32: Akuntansi Kehutanan). Dengan demikian, ketika PSAK 32 dicabut, maka kaitan yang ada pada PSAK 16 (Revisi 2008) menjadi terputus, dan hal ini harus segera diatasi. Ayo, terus maju!

m i t r a

d a l a m

p e r u b a h a n

Sesuai yang dijanjikan pada edisi pertama, Kolom IFRS edisi ini dilengkapi dengan pertanyaan dan disediakan hadiah yang menarik bagi yang berhasil menjawab dengan tepat.
PERTANYAAN: PSAK manakah yang tidak berubah prioritasnya untuk disesuaikan dengan IAS/IFRS pada tahun 2009 atau 2010 seperti yang pernah direncanakan sebelumnya? JAWABAN: A. PSAK 22 B. PSAK 18 C. PSAK 4

Pilihlah jawaban yang benar (A atau B atau C) dan jawaban dikirim ke alamat Redaksi Majalah Akuntan Indonesia, disertai guntingan kupon asli pada majalah ini, dan sudah harus diterima Redaksi paling lambat tanggal 30 November 2009, dan pemenang akan diumumkan pada edisi bulan Januari 2010. Disediakan lima hadiah untuk lima orang pemenang, yaitu berupa: dua buah tas (backpack) Ikatan Akuntan Indonesia, dan tiga buah FlashDisk.

58

aiaiai ai ai
KUPON KUIS ai EDISI 20 / 2009
AKUNTAN MAJALAH INDONESIA

International

ai
Research projects which are already fully funded by another grant or awards from another agency, foundation, institution will not be eligible for this Grant. AFA however, may reserve the right to partially fund a project which is already partially funded by another agency, subject to the provisions of the original grant. In the case where the applicant had already received more than one grant or fellowship for the same project, details of the earlier grant should be included in the application. Evaluation Criteria For AFAs consideration, projects need: research proposed work can build upon what is already known about the specific area or topic being studied. Projects need to show that they will make a systematic and cumulative contribution to what is known already about the accounting development, accounting practice, accounting structure, and accounting standards of South East Asia (and/or other world regions). In addition, researchers must demonstrate that their work opens other opportunities for future research. 3. Sound, Clear, and Valid Research Methods. Researchers need to show that they: have a clear, reasonable, and feasible research strategy have clear goals in any observations or interviews being planned are able to collect data necessary for the project in a practical, systematic, and ethical manner can obtain permission from relevant parties when using proprietary data for research analysis are able to use appropriate econometric techniques for research analysis can conduct the research in a relevant field of

Criteria and Application Procedure for AFA Research Grants


OBJECTIVES o encourage research for the development of various dimensions of accounting and accountancy profession in the South East Asia region. To encourage the production of original learning materials that would broaden and enrich the regions accounting profession. CRITERIA Research grants will be granted for valuable, insightful, and creative work that advances the mission of AFA. Research grant applications will be evaluated in light of the specificity and significance of an applicants proposed project. All projects will be evaluated in light of the probability of their fruition within a reasonable time, given the scope of the project in question. In evaluating whether a project would likely be completed within a reasonable time, consideration will be given to the magnitude of the project, the work the applicant has already done prior to proposal submission, and the applicants productivity of previous research work. Eligibility Criteria Applicants for Research Grants must be a national of an Association of South East Asian Nations (ASEAN) Member States. Prior to the consideration of the AFA Council, the Research Proposal must be approved and endorsed by the AFA member body where the Applicant originated from.

1. Focused Research Question. Proposals must be supported by clear research questions or proposals for developing them. Projects should be directed towards meaningful and value added outcomes. Results of the research project should contribute the overall understanding of accounting development in South East Asia. Such contribution must be communicated to and used by the regions accounting profession. Additional consideration will be given to those project proposals that can potentially be of value to other accounting professional organizations around the world. 2. Convincing Contribution to the Accounting Domain. Researchers must be able to demonstrate that their
AKUNTAN INDONESIA

MAJALAH

59

m i t r a

d a l a m

p e r u b a h a n

ai
investigation use consistent logic when analyzing and interpreting data have their proposal be first extensively critiqued and meet the quality standards of the researchers institution before submission to AFA. have feasible arrangements for communicating inference of their finding with accounting professionals, accounting academics, or accounting standard setters APPLICATION PROCEDURES Application Requirements All applications for AFA Research Grants must include: Information on the Application (contact and background information, current curriculum vitae) and Co- Applicant(s) , if applicable. Research proposal (limited to 7 single-spaced pages) that addresses the following: Brief review of relevant issue Description of the issue and its importance and relevance to AFA Description of methodology including proposed data set and criteria for selecting data file, sample (e.g., groups used, exclusions to sample, and estimated sample sizes),variables (including selection of variables and rationale for, using them), and analytic techniques Importance of findings to the issue How does this research advance the current state of knowledge in the accountancy, substantively or methodologically?

International
Attestation of Support from the relevant AFA member body

Reporting requirements All Research Grantees will be required to submit a brief (3-6 pages) progress report mid-way through the grant period. A final report will be submitted at the end of the grant period. The final report should be an article based on the proposed research and of the quality and in the format for submission to a journal for publication and presentation at the biennial AFA Conference. Funding disbursement Funding will be linked to the approval of the progress report and final report. Grantees will receive sixty percent (60%) of the total award at the beginning of the grant period, twenty percent (20%) upon acceptance of the progress report, and twenty percent (20%) upon acceptance of the final report. In most cases awardees may choose whether to have funds sent directly to them or have the funds channeled through their home institutions. Application Submission All Proposals must be submitted through the respective AFA member body of the Applicants jurisdiction or to each relevant AFA member bodies, should the Proposal involve joint applicants from two or more ASEAN Member States. Proposals shall only be considered for review by the AFA Council once it has been fully endorsed the originating AFA member body.

p e r u b a h a n

4. Have Strategy for Communicating and Presenting the Research. Researchers will need to: make arrangements to present their research findings in an AFA conference setting make arrangement to publicly communicate implications of research findings to accountants (professionals, academics, standard setters, etc.) submit their work for peer review (both academic and professional) as determined by the AFA research committee generate a well written research report or other materials for publication in formats that is relevant for professional journals or research journals prepare a short summary designed to attract other accountants to make an informed judgement about whether the research output is relevant to them

d a l a m

m i t r a

Conceptual or figural model outlining the framework or design of the study Statistical model or formulas, appropriately defined, that are connected to the conceptual model Variables list (one page, categorized) to include the data set variables to be used Proposed budget Brief list of current other support (grants, awards, etc. if applicable)
AKUNTAN

60

MAJALAH

INDONESIA

ai
Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) atau information and communication technology (ICT) berkembang sangat pesat. Akuntan tidak bisa lagi mengabaikan hal ini, dan jangan sampai dicap gagap teknologi (gaptek). Dengan adanya globalisasi maka para akuntan harus dapat mengikuti perkembangan TIK/ICT agar dapat berkompetisi di tingkat global. Kolom TIK/ICT ini diharapkan memberi manfaat bagi para pembaca Majalah Akuntan Indonesia (AI).
elama ini cukup banyak entitas yang membuat laporan keuangan, mencakup neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan menggunakan peranti lunak Microsoft Excel dengan alasan perhitungannya ada di dalam Excel. Di pihak lain, cukup banyak pula entitas, bahkan akuntan publik, yang membuat laporan keuangan menggunakan Microsoft Word dengan alasan susunan kalimat dan paragraf akan lebih baik jika dibandingkan menggunakan Excel. Namun, konsekuensi dari penggunaan Word adalah keterbatasan perhitungan, dan cukup banyak angka atau data ditulis secara manual dalam Word, perubahan perhitungan di Excel terlupakan revisinya dalam Word, sehingga cukup tinggi kemungkinan salah ketik dan angka antara yang satu dengan lainnya menjadi not tie up, not footing, dan kesalahan lainnya. Untuk mengatasi hal tersebut, sebenarnya kita dapat mendinamisasi data di Microsoft Word dengan menghubungkannya dengan Microsoft Excel. Caranya sebagai berikut: 1. Bukalah terlebih dahulu aplikasi Microsoft Excel dan siapkan sebuah file untuk Gambar 1

Kolom TIK
oleh: Handoko Tomo

Dinamisasi data di Word berasal dari data di Excel

d a l a m m i t r a

p e r u b a h a n

62

MAJALAH

AKUNTAN

INDONESIA

2. 3.

4.

membuat dan mengolah data-data keuangan serta perhitungannya secara lengkap. Bukalah pula aplikasi Microsoft Word dan siapkan sebuah file untuk menyajikan laporan keuangan secara lengkap. Contoh, neraca yang sudah dibuat dalam Excel diblok pada bagian yang akan di-copy paste link ke dalam halaman di Microsoft Word. Setelah diblok lalu kliklah icon Copy atau tekan tombol Ctrl dan tombol C secara berbarengan. Lihat Gambar 1. Tempatkan cursor pada halaman di Microsoft Word, pada tempat penampungan hasil copy paste special. Kliklah icon Paste Special dan kemudian pilihlah Paste Link dan Microsoft Office Excel 2003 Worksheet Object. Lihat Gambar 2 dan 3.

ai

Gambar 3

5 . 6. Setelah diklik OK maka hasilnya dapat dilihat pada Gambar 4. Cobalah lakukan perubahan pada file Excel-nya, misalnya ubah angka atau ubah view dengan mengklik icon Gridlines, dan lihat dampaknya pada file Word. Lakukan hal serupa untuk komponen laporan keuangan lainnya. Ingatlah selalu membuka file Excel terlebih dahulu, dan kemudian membuka file Word-nya agar tidak terjadi error. Semoga bermanfaat!

7. 8.

Gambar 4

MAJALAH

AKUNTAN

INDONESIA

63

m i t r a

Gambar 2

d a l a m

p e r u b a h a n

Selingan

Keyakinan itu ternyata mempengaruhi sikap dan tingkah laku


Selamat pagi Guys.. Guys..pernahkah Anda membuat sebuah novel tentang hidup Anda sendiri.? Novel yang bercerita tentang Anda, sepenuhnya tentang Anda. Novel itu dimulai dengan cerita sejak Anda lahir di dunia ini dan diakhiri dengan kepergian Anda menuju alam selain dunia ini. Persis seperti otobiografi, hanya yang ini bentuknya lebih seperti novel, ada ceritanya, ada naik dan turunnya, ada pasang dan surutnya, ada gembira dan sedihnya.
entuk cerita novel sederhananya persis seperti membuat cerita anak. Pada suatu hari lahirlah seorang anak bernama (Anda). Kemudian dalam novel itu diceritakan bahwa Anda dibesarkan di keluarga seperti apa, lalu bagaimana kehidupan keluarga Anda, keadaan keuangan Anda, karir Anda, seperti apa kemampuan intelektualitas Anda, hubungan sosial Anda, kesehatan Anda, keadaan spiritualitas Anda. Anda pun menuliskan kapan Anda meninggalkan dunia ini, termasuk bagaimana caranya dan kemudian Anda dimakamkan di mana. Selanjutnya bagaimana keadaan keluarga dan teman Anda ketika ditinggalkan oleh seorang yang bernama (Anda)? Anda tentu mau mencobanya. Mulailah dan lihat bagaimana pengaruh novel itu terhadap hidup Anda selanjutnya. By the way, apakah di dalam novel hidup Anda itu Anda juga menyebutkan tentang pencapaian terbesar Anda selama hidup Anda? Tentang tujuan hidup Anda? Kalau belum, coba tuliskan. Kalau sudah, apakah tujuan hidup dan pencapaiannya itu memang benar sesuai dengan kemampuan Anda? Sebenarnya apa manfaatnya membuat novel tentang diri sendiri itu? Dari novel itu akan terbaca, tergambarkan, dan terasakan tentang keyakinan (beliefs) skenariokan. Beliefs yang saya miliki tersebut membuat saya menjadi lebih percaya diri (pede ketika menghadapi orang lain tersebut). Kepedean saya tersebut selanjutnya akan mempengaruhi cara saya bicara, cara saya memandang, cara saya bertingkah, dan seterusnya. Selanjutnya apabila tujuan saya tercapai, maka beliefs saya akan bertambah, saya bertambah yakin bahwa saya memang pandai dalam mempersuasi orang lain. Sebaliknya apabila saya mempunyai beliefs bahwa saya tidak pandai dalam mempengaruhi orang lain atau tidak pandai mempersuasi orang lain, maka beliefs saya tersebut membuat saya menjadi semakin tidak pede ketika berhadapan dengan orang lain. Selanjutnya ketidakpedean itu akan juga mempengaruhi cara saya berbicara, cara saya bersikap dan seterusnya, bahkan mungkin badan saya pun gemetar. Akibat selanjutnya bisa ditebak bahwa memang saya tidak akan bisa mempersuasi orang lain dan hasilnya memang demikian, lalu fikiran saya akan bilang, tuuh kan ..memang kamu tidak bisa mempersuasi orang lain kok, dan beliefs bahwa saya tidak bisa mempengaruhi orang lain akan semakin besar dan semakin kuat. Darimanakah datangnya beliefs? Beliefs datang biasanya dari orang lain, bisa dari ortu, dari teman, dari sesuatu yang Anda baca, lihat, dengar, atau rasakan. Anda hanya membuktikan beliefs yang Anda miliki tersebut, bila hasilnya sesuai dan benar, maka beliefs Anda menjadi semakin kuat dan bila pembuktian menurut Anda adalah berbeda, maka selanjutnya Anda menjadi ragu, atau Anda jadi mempunyai beliefs baru tentang hal tersebut. Beliefs tentang balas dendam banyak ditemukan di film silat, beliefs tentang kepalsuan hidup bisa ditonton di sinetron, beliefs tentang kisah heroik

p e r u b a h a n m i t r a d a l a m

apa yang mendasari Anda dalam menjalani hidup. Kemudian dengan mengetahui beliefs Anda tersebut, Anda bisa menyetel volume hidup Anda sendiri. Volume tinggi, sedang, atau rendah, silakan sesuaikan dengan alasan hidup Anda. Beliefs, sikap, dan perilaku Sebenarnya beliefs itu apa? Singkatnya beliefs itu adalah keyakinan atau percaya. Misalnya saya mempunyai beliefs bahwa saya adalah orang yang pandai membujuk orang, mempersuasi orang, atau merayu orang lain sehingga orang lain tersebut setuju dengan pendapat saya dan melakukan apa yang saya

ai

64

Selingan
bisa dibaca di buku biografi. Beliefs tentang nilai hidup, arti hidup, dan sikap hidup biasanya diturunkan orang tua kepada anaknya. Beliefs apa yang Anda terima dari Ayah dan Ibu Anda? Beliefs apa yang Anda turunkan kepada anakanak Anda? Beliefs dapat dianalogikan seperti sebuah penelitian. Penelitian awal biasanya dilakukan oleh orang lain. Tugas Anda hanya membuat penelitian selanjutnya yang tentu saja hasilnya akan mengukuhkan atau mementahkan hasil penelitian orang lain itu. Apabila hasil penelitian Anda sesuai dengan hasil penelitian pertama, maka hasil penelitian yang pertama akan semakin sah. Kebalikannya adalah apabila penelitian Anda hasilnya menyanggah penelitian sebelumnya, maka hasil penelitian sebelumnya menjadi diragukan. Beliefs yang excellent Anda bisa bayangkan apabila ada seorang Ayah yang berkata kepada anaknya dasar anak nakal, ternyata kamu berbohong pada Ayahmu. Setelah Ayahnya berkata demikian, menurut Anda beliefs apa yang tertanam dalam benak anak tersebut? Bandingkan apabila Ayah tersebut berkata Kamu memang anak yang cerdik, kamu berusaha menutupi kelalaian kamu ya, dan ternyata Ayah sudah tahu lebih dulu. Menurut Anda beliefs apa yang terbangun pada diri anak pada contoh kedua?. Pada contoh yang pertama si anak akan mempunyai beliefs yang tidak excellent, sedangkan pada contoh yang kedua maka sang anak akan mempunyai beliefs yang excellent. Memangnya sesorang tidak boleh mempunyai beliefs yang tidak excellent? Jawabannya, boleh-boleh saja, tetapi sikap dan tingkah laku apa yang Anda hasilkan dari memiliki beliefs yang tidak excellent itu? Apakah memang Anda adalah seperti itu? Kalau memang iya ya sudah, tetapi jika bukan itu sikap dan perilaku yang Anda inginkan, maka ini namanya tidak kongruen. Ada ketidakkongruenan antara beliefs yang Anda yakini dengan sikap dan perilaku Anda. Ketidakkongruenan antara beliefs dengan perilaku inilah yang mengakibatkan ketidakbahagiaan. Sekarang bagaimana caranya keluar dari lingkaran beliefs tersebut? Kalau saya ditanya bagaimana caranya, jawabanya sama dengan ketika saya ditanya bagaimana caranya berhenti merokok?.. jawabannya sama, yaa, berhenti saja, titik atau yaa, keluar saja dari lingkarannya. Bagaimana detailnya? Lakukan sesuatu yang belum pernah Anda lakukan sebelumnya. Kenapa? karena pak Einstein bilang, adalah mustahil kalau Anda berharap menghasilkan sesuatu yang berbeda padahal selalu mengerjakan hal yang sama terus menerus. Dengan melakukan suatu hal yang berbeda yang belum pernah Anda lakukan sebelumnya, maka Anda akan mempunyai pengalaman baru yang belum pernah Anda miliki sebelumnya. Selanjutnya pengalaman itu akan membuktikan sesuatu yang baru untuk Anda. Satu pertanyaan untuk Anda, kapan terakhir kali Anda melakukan sesuatu yang belum pernah Anda lakukan sebelumnya? Beliefs baru apa yang Anda peroleh? Mungkin Anda bergumam, mudah memang menjawabnya, pelaksanaannya kan tidak semudah itu!.. naaah tuuh Anda sekarang punya beliefs baru bahwa untuk keluar dari lingkaran itu adalah SULIT. Siapakah yang pernah memberitahukan kepada Anda bahwa untuk keluar dari lingkaran beliefs itu sulit? Demikianlah selamanya akan menjadi sulit sampai dengan Anda memutuskan bahwa untuk keluar dari lingkaran adalah GAMPANG. Demikian juga untuk berhenti dari merokok, atau pun untuk memulai sesuatu yang baru, semuanya dimulai dari beliefs Anda sendiri. Apakah pekerjaan sehari-hari Anda sekarang? Sebagai akuntan pendidik, atau sektor publik, manajemen, atau akuntan publik? Lalu apa kepercayaan Anda tentang pekerjaan Anda saat ini? Apakah Anda merasa mendidik itu mudah dan menyenangkan?, atau bekerja di pemerintah itu nyaman dan aman?, atau bekerja di swasta ini keren dan gampang?, atau menjadi akuntan publik itu banyak uang dan menyenangkan?. Apapun keyakinan Anda, hal itu akan mempengaruhi Anda dalam setiap sikap, tindakan, dan keputusan yang Anda ambil. Melihat beliefs orang lain Setelah Anda sekarang tahu dan percaya bahwa ternyata beliefs itu mempengaruhi sikap dan perilaku, maka sebenarnya Anda sekarang pun sudah bisa mengetahui beliefs orang tersebut. Bagaimana caranya? Mudah, yaitu dengan cara melihat sikap dan perilakunya sehari hari. Kalau orang tersebut tidak bersemangat, maka kira-kira apa beliefs yang ada di benak orang itu? Sebaliknya apabila orang itu sangat antusias dan meyakinkan dalam melakukan sesuatu, kira-kira beliefs apa yang ada di belakang fikiran orang itu? Congratulation! Sekarang Anda tahu. Pernahkan Anda merasakan bedanya waktu pagi, siang, sore, atau malam hari? Di waktu manakah anda merasa paling semangat? Pagi hari? Oke... Anda mau mencoba suatu hal yang baru? Cobalah mengatakan hanya selamat pagi kepada semua orang. Hilangkan kata siang, sore, atau malam dari kamus bahasa di fikiran Anda. Termasuk juga perasaan Anda, bujuklah diri Anda sendiri dan katakan bahwa mulai sekarang sudah tidak ada lagi siang, sore, pun malam, yang ada adalah pagi. Diri Anda pasti mau menerima usulan Anda, karena Anda adalah mahluk paling sempurna di alam ini, jadi semua yang Anda butuhkan untuk meyakinkan diri Anda selalu ada pada diri Anda sendiri. Anda rasakan perbedaan yang terjadi dalam beberapa hari ini. Selamat pagiiii Guys.. Heliantono (Assue) Member The Society of NLP Certified Hypnotherapist

65

ai

m i t r a

d a l a m

p e r u b a h a n

Formulir Berlangganan
ai

Saya berminat berlangganan majalah Akuntan Indonesia :

A K U N T A N
I N D O N E S I A mitra dalam perubahan
Harga

Edisi No.11/Tahun II/September 2008

Rp. 20.000,- (Pulau Jawa) Rp. 22.500,- (Luar Jawa)

SUKSESI KEPENGURUSAN IAI WILAYAH JAKARTA 2008

BUDGETING : CASH VS ACCRUAL BUDGETING BEYOND BUDGETING ACTIVITY BASED BUDGETING REALISASI APBN RENDAH?

Pulau Jawa Rp. 20.000 ,Paket 1 = 12 Edisi Rp. 216.000 ,- (Harga termasuk diskon 10%) Paket 2 = 6 Edisi Rp. 114.000 ,- (Harga termasuk diskon 5%) Luar Pulau Jawa Rp. 22.500,- : Paket 1 = 12 Edisi Rp. 243.000,- (Harga termasuk diskon 10%) Paket 2 = 6 Edisi Rp. 128.000,- (Harga termasuk diskon 5%)

Nama Alamat Telp/Hp/Fax Paket yang dipilih Mulai Edisi Pembayaran

: .......................................................................................................... : .......................................................................................................... : .......................................................................................................... : .......................................................................................................... : .......................................................................................................... Tunai Transfer

Pembayaran transfer: ke rekening IAI Wilayah Jakarta Bank Central Asia A/C No. 092.3009318 Kirimkan formulir ini ke: Redaksi Majalah Akuntan indonesia Bagian Langganan Telp No. 83707344, 8353588, Fax No. 8290324

potong disini

Tanda tangan :_____________________________________

Gempa di Bumi Andalas telah membuka mata hati kita akan arti persaudaraan, ketulusan dan kesadaran untuk berbagi dengan sesama

IKATAN AKUNTAN INDONESIA


melalui program Akuntan Peduli akan turut membantu meringankan beban saudara-saudara kita. Kami mengetuk hati sanubari PARA ANGGOTA IAI untuk bersama-sama membantu menyumbangkan dananya melalui program Akuntan Peduli dengan mentransfer langsung ke: Rekening atas nama: Ikatan Akuntan Indonesia Nomor Rekening: 122.0004.610.658 Bank: Mandiri KCP Jakarta Cik Ditiro Atas partisipasi dan keikhlasan PARA ANGGOTA IAI kami mengucapkan terima kasih. Sumbangan akan kami salurkan langsung melalui IAI Wilayah Sumatera Barat dan IAI Wilayah Jambi.
IKATAN AKUNTAN INDONESIA Graha Akuntan, Jalan Sindanglaya No. 1 Menteng Jakarta 10310 Telp: (021) 3190 4232 Fax: (021) 724 5078 E-mail: iai-info@iaiglobal.or.id Website: www.iaiglobal.or.id

/NE3TEP !HEAD
BEAMEMBER
OFAPROFESSIONALBODY
4(%).$/.%3)!.).34)454% /&!##/5.4!.43

Contact your nearest IAI Branch Office for more information

Vous aimerez peut-être aussi