Vous êtes sur la page 1sur 12

Kayu lapis (ply-wood)

A. Umum Venir adalah lembaran tipis kayu dengan ukuran tebal 0,8-2,5mm, yang diperoleh baik dengan cara kupasan, irisan maupun gergajian. Kayu lapis merupakan papan yang dibuat dari lembaran venir yang disusun bersilangan satu dengan yang lainnya dan disatukan dengan bantuan perekat. Pada kebanyakan tipe kayu lapis serat setiap dua lapis sekali diletakkan sejajar yang pertama. Karenanya untuk menjaga keseimbangan dari satu sisi panil kesisi yang lainnya, digunakan jumlah venir ganjil (3-5-7 dst). Ada kayu lapis yang dibuat dengan venir genap, contohnya adalah kayu lapis kayu lunak yang terbuat dari 4 atau 6 lapisan. Dalam hal ini dua venir diletakkan sejajar untuk membentuk inti (pusat) yang tebal. Kayu lapis juga diproduksi dengan kayu gergajian atau papan partikel sebagai intinya. Kayu lapis ini biasa digunakan untuk perabot rumah tangga (laminating-wood). Beberapa kebaikan kayu lapis dibandingkan dengan kayunya sendiri antara lain: a. Kayu lapis tidak mudah belah terhadap paku atau pukulan b. Kayu lapis lebih stabil, tidak mengalami pengembangan, pengerutan atau perubahan dimensi yang disebabkan perubahan kelembaban. c. Dalam bentuk papan kayu lapis memiliki suatu permukaan yang luas, indah dari lukisan serat-serat kayu yang menarik. d. Kayu lapis tahan terhadap api dan serangan bubuk atau jamur. e. Kayu lapis mempunyai perbandingan kekuatan dan berat yang tinggi bila dibandingkan dengan bahan konstruksi lainnya. B. Bahan baku kayu Umumnya bahan baku kayu yang dibutuhkan sebagai bahan baku berkualitas tinggi dan relative mahal. Evaluasi kayu untuk industry kayu lapis ini didasarkan atas dua criteria sebagai berikut : a. Criteria yang menyangkut kayu dalam bentuk kayu bulat antara lain meliputi : ukuran, kualitas, pengangkutan dan handling, tindakan pengamanan dan karantina. Untuk rotasi cut/peeled viner biasanya digunakan kayu yang berdiameter besar, berbentuk bulat, dengan kerusakan-kerusakan yang minimal (min. 45cm). untuk sliced viner syarat-syarat bahan baku kayunya lebih spesifik dan lebih banyak ditekankan pada nilai dekoratif hasil akhir sehingga bahan baku untuk ini relative akan lebih mahal. b. Criteria menyangkut sifat-sifat fisik kayu, yang dimaksud disini ialah sifatsifat yang berhubungan dengan proses peeling atau slicing ; bentuk/arah serat, pola serat, tekstur, kilau dsb, perekatan dan finishing (kerapatan serat, daya

rekat, respon terhadap cat, dsb), serta kekuatan konstruksi, tahan lapuk, kekerasan dsb. Sifat-sifat kayu yang mempengaruhi processing viner dan ply-wood : a. Pembuatan viner Untuk veneer ply-wood terlebih dahulu harus diketahui apakah jenis kayu tersebut dapat dikupas (peel) atau diiris (slice) dengan baik. Jenis-jenis kayu umumnya mudah dikupas, sedangkan mengenai kualitas dan rendemen menyangkut terutama cara menentukan kondisi pengolahan yang sesuai dengan sifat-sifat jenis kayu bersangkutan. Beberapa jenis kayu yang mempunyai lingkaran tumbuh menimbulkan kesukaran disebabkan transisi mata pisau dari bagian kayu keras kebagian kayu yang lebih lunak . jenis-jenis kayu lain mengandung bahan anorganis atau mata kayu keras yang dapat merusak mata pisau. Jenis-jenis kayu yang terlau ringan sukar dikupas, kecuali kadar airnya cukup tinggi. Jenis-jenis kayu yang getas menghasilkan venir yang kasar. Sekalipun suatu jenis venir kelihatan baik pada saat keluar mesin bubut, ini belum berarti bahwa venir tersebut juga akan memuaskan dalam praktek, mungkin kayunya mudah retak/belah yang mengakibatkan biaya tambahan untuk proses spilicing dan patching. b. Pengeringan Adanya serat melingkar atau melintir dapat menimbulkan masalah pada proses pengeringan. Dengan terjadinya pecah dan pelukaan bila terdapat terlalu banyak pembatasan sel kayu. Sekalipun dapat dikeringkan dengan baik lembaran ply-wood yang dibuat dengan bahan semacam itu konstruksinya tidak seimbang betul, sehingga bisa jadi bengkak (melengkung). c. Perekatan dan finishing Untuk menghasilkan kayu lapis yang baik perlu adanya ikatan yang kuat antara lembaran venir yang bersangkutan. Tidak semua jenis kayu dapat menghasilkan ikatan yang kuat (baik). Ikatan kuat umumnya sukar dihasilkan pada kayu kayu berat, karena derajat kekakuan yang biasanya terdapat pada jenis-jenis kayu berat akan menimbulkan ketegangan yang lebih besar terhadap ikatan perekat, ditambah lagi adanya tendensi penyusutan dan pengembangan didalam plywood disebabkan perubahan kondisi atsmosfir. Beberapa jenis kayu mudah mengabsorpsi perekat dibandingkan dengan jenisjenis lain dan viskositas perekat harus disesuaikan dengan syarat-syarat kayu yang digunakan. Ada jenis-jenis kayu yang mempunyai sifat buruk terhadap perekatan dan finishing yang bersifat alami, anatara lain karena mengandung bahan-bahan tertentu seperti minyak atau lilin yang menembus permukaan kayu pada proses pengeringan atau penimbunan.

Adanya pembuluh tabung dalam kayu daun lebar dalam bentuk rantai-rantai miring atau radial dapat memperbesar tendensi untuk retak/pecah. Sedangkan pembuluh-pembuluh besar dapat menimbulkan kesukaran, kelak pada proses penghalusan dan finishing. d. Sifat-sifat yang mempengaruhi daya guna dari hasil akhir Kerapatan Batas-batas umum kerapatan kering udara dari plywood adalah sekitar 0,40gram/cm3 sampai 0,70gram/cm3. Dan jenis-jenis yang paling disukai adalah dengan kerapatan 0,50gram/cm3-0,55gram/cm3. Jenis-jenis kayu yang kerapatannya rendah biasanya terlalu lunak untuk kebanyakan penggunaan umum. Batas maksimum lebih sukar ditentukan karena kayu berat dapat diterima bila mempunyai sifat-sifat khusus yang membenarkan dimasukkannya kedalam golongan jenisjenis plywood, misalnya kayu makore dengan kerapatan 0,70gram/cm3, disenangi oleh karena rupanya dan keawetannya. Jenisjenis yang berkerapatan tinggi lebih tahan aus dan oleh karenanya baik digunakan misalnya pada pekerjaan beton atau flooring. Rupa/warna Warna adalah salah satu bentuk rupa yang penting untuk venir dekoratif dan panel mewah. Kadang-kadang lebih disenangi warna yang merata, adapula yang lebih menginginkan warna yang kontras. Suatu factor yang ada hubungannya dengan warna ialah permanensi warna. Beberapa kayu berubah warna bila terkena cahaya untuk waktu yang cukup lama dan perubahan itu tidak akan dikehendaki. Adapula yang warnanya bertambah baik bila semakin tua. Kayu yang berwarna merah terang berubah menjadi merah coklat yang dianggap lebih baik. Pola serat Pada kayu dapat lebih dimanfaatkan melalui pemotongan dan susunan venir. Pola ini bisa disebabkan oleh karena kontras melintang lebar lingkaran tumbuh karena perbedaan kerapatan atau susunan pori-pori, juga oleh variasi warna. Kilau Yaitu suatu efek yang ditimbulkan oleh variasi refleksi cahaya dari permukaan serat menurut sudut penglihatan. Ia memberikan perspektif pada pola serat dan variasi pada pola warna menurut sudut dari mana panel tersebut dipandang. Sifat ini juga biasa dikenal sebagai sifat hidup kayu dan bervariasi menurut jenis, umumnya lebih nyata pada jenis-jenis konifera (daun jarum) dan merupakan salah satu sifat yang sampai sekarang belum dapat diperoleh pada barang-barang cetakan reproduksi permukaan kayu.

Sifat-sifat lain Kayu kompresi dengan sifat penyusutan longitudinal besar dapat menyebabkan ketidakseimbangan tegangan, bengkok dan retak pada arah melintang serat dari lapisan-lapisan venir. Kandungan silikat menyukarkan processing plywood karena merusak mata pisau atau gergaji. Sifat-sifat fisik lainnya yang mempengaruhi yaitu zat-zat tertentu yang dapat menimbulkan bau alergi atau baubauan yang kurang sedap.

C. Jenis-jenis kayu yang dipakai untuk venir/plywood Dapat dikatakan bahwa hampir semua jenis kayu dapat dikupas dan dikonsumsi menjadi plywood. Sekalipun demikian selama periode sebelum tahun 1960, bagian terbesar kebutuhan kayu terdiri dari golongan jenis terkenal saja, kira-kira 75% dari seluruh kebutuhan kayu untuk industry plywood terdiri dari hanya beberapa jenis saja. Yaitu : - Dauglas fir (47%) - Birch (13%) - Golongan meranti (9%) - Beech (3%) - Oukome (3%) - Lainnya (25%) Sekarang sudah mencapai lebih dari 60 suku termasuk dalam daftar jenis-jenis kayu yang digunakan dalam industry plywood : Suku pinaceae, yaitu suku conifer utama yang terdiri dari pinus ; dauglas fir, larch, hemloch (t 50%). Suku daun lebar produksi terbesar terdiri dari Birch dan Dypterocarpaceae (meranti) Dari segi kualitas venir yang memegang peranan ialah jenis-jenis dari suku meliaceae. Dll. D. Proses pengolahan 1. Perendaman kayu (dilogpond) Sebelum dikupas, kayu direndam dalam kolam air. Gunanya merendam kayu ini supaya jangan rusak atau pecah-pecah. Karena serangan jamur dan panas matahari sebelum dikupas. Kapasitas log pond untuk menampung kayu + 400ton adalah 63,5m (panjang), lebar 12m dalamnya 2m. 2. Memanasi kayu (merebus) Alat tempat perebusan kayu disebut steaming ats. Untuk kapasitan 35-40m3 kayu ukurannya 9X2,5X3,5 m3. Maksud dari steaming ini adalah :

a. Supaya kayu menjadi lunak untuk dikupas (dibuat venir) b. Supaya pembuangan kulit kayu lebih mudah c. Untuk kayu yang mengandung minyak, seperti family Dypterocarpaceae, perebusan membantu pengeluaran minyak. d. Menghemat jumlah pemakaian perekat, karena permukaan venir baik kualitasnya. e. Biaya buruh berkurang, venir dari blok kupasan yang dipanaskan cenderung untuk menggantung bersama dalam pita yang lebih berkesinambungan saat venir keluar dari mesin pengupas. Kayu-kayu keras dipanaskan dengan temperature tinggi (antara 900-1100C). kayu lunak dapat dipanaskan dengan suhu rendah. Bermacam metode digunakan untuk memanasi kayu ; mengukus, merendam dalam air panas, menyemprot dengan air panas atau kombinasi metoda ini. Lamanya perebusan tergantung pada diameter kayu bulat,jenis-jenis kayu yang direbus, kayu lunak rata-rata 15 jam, sedang kayu keras 50-60 jam. 3. Pemotongan venir Alat pemotongan venir disebut peeling latke. Dua metode utama untuk pembuatan finir adalah pengupasan dan pengirisan. Ada juga dengan gergaji, pada umumnya membuat finir dengan pengupasan (rotary process). Pengirisan digunakan untuk memproduksi finir-finir hias dari kayu keras berkualitas tinggi dan jarang digunakan pada kayu lunak. Agar kualitas pengupasan dapat terbentuk, maka bagian terpenting dari rotary batch ini adalah pisau dan nose bar, pisau dipasang pada batch dengan ujungnya atau matanya yang tajam sejajar dengan pemegang log. Nose bar dipasang untuk menekan kayu persis diujung pisau. Fungsi nose bar adalah : a. Menekan jaringan kayu yang ada diujung pisau. Kompressi ini menyebabkan sumbu netral dari finir berubah, yang menyebabkan atau menolong finir naik keatas. b. Finir yang terbentuk setelah penekanan adalah sejajar dan tegak lurus pada bidang potong. c. Menghindari retak-retak pada finir yang tipis, sedang pada finir yang tebal akan mengurangi tebal retak. d. Memberikan suatu pegangan terhadap pisau sehingga tebal finir konstan. Pengaturan sudut pisau amat penting dalam proses pembuatan vinir : Untuk 1/8 tebal venir, sudut pisau 89030 90030 Untuk 1/16 tebal venir , sudut pisau 89040 91015

Untuk 1/100 tebal venir, sudut pisau 90030 92030

Jika venir dipotong dengan sudut pisau rendah, maka venir yang dihasilkan menyimpang dari tebal yang dikehendaki. Misalnya tebal venir 1/8 dengan sudut pisau 9000 akan didapatkan tebal venir yang beragam. Tetapi pengaturan sudut pisau yang rendah seperti 88030 akan didapat venir yang tebalnya tidak sama. Mengenai bagian batch ini, dapat dibagi atas 4 bagian : a. b. c. d. Mesin pengupas Pengaturan pisau pengupas dan mengumpulkan Pengaturan tebal venir Pengaturan dalam pembuatan venir

Adapun pemakaian batch ini secara singkat adalah sbb : Dengan bantuan kerek pengangkut, kayu-kayu yang telah direbus dan dikupas kulitnya diletakkan pada kedua ujung spindle, spindle bertangan berfungsi memegang kayu giling dan sebagai as pemutar kayu, penempatan garis poros kayu bersamaan dengan garis poros kedua spindle. Kemudian kayu giling ini disikat dengan sikat kawat untuk menghilangkan batu-batu kecil atau paku yang menempel pada kayu yang akan melewati mata pisau. Pada waktu ini pisau dan nose ban dalam keadaan mundur kebelakang. Pada pengupasan untuk dijadikan vinir dibutuhkan 3 tahap yaitu : a. Pengupasan pertama untuk membuat kayu menjadi sedikit bulat. b. Pengupasan kedua untuk mendapatkan kayu yang benar-benar bulat. c. Pengupasan ketiga untuk mendapatkan vinir yang baik. Pengupasan pertama, pisau dimajukan dan kayu diputar. Dan dalam pengupasan kedua, nose bar kemudian dimajukan pula. Disini didapatkan lembaran-lembaran yang kurang baik, karena kayu yang belum bulat benar. Lembaran yang dihasilkan dikirim pada mesin pemotong vinir (clipper) untuk menjadikan lembaran potongan yang baik. Sedangkan pada pengupasan ketiga, lembaran vinir langsung digulung dengan batangan. Besi pada mesin rolling untuk mendapatkan vinir yang sama maka pada batch ini terpasang dua buah pisau kecil pada ujung kayu, hingga ukuran vinir yang digulung pada rolling mempunyai panjang 25,2cm. Pengupasan ini dilangsungkan terus sampai akhirnya dihasilkan kayu hampir mendekati spindle. Kayu sisa ini dinamakan cikalan. Lembaran vinir yang digulung kemudian digelindingkan ketempat pengeringan vinir (dryer).

Sedangkan batang besi yang sudah kosong dengan gulungan vinir dapat digelindingkan kembali ketempat semula. Pengupasan kayu pada batch ini dilakukan per jenis kayu untuk memudahkan penumpukkanvinir setelahdikeringkan.kapasitas mesin batch ini adalah 28-30 m3/bar. 4. Pengirisan (slicing) Pengirisan digunakan untuk memproduksi finir hias dari kayu-kayu keras berkualitas tinggi dan jarang digunakan pada kayu lunak. Pada pengirisan ini, balok kayu yang disebut pitch dijepit dengan kuat, yaitu diklem pada kereta yang bergerak naik turun. Sebelum setiap gerakan memotong, pisau dari palang penekan, bergerak kedepan sesuai dengan tebal finir yang akan dipotong. 5. Pengeringan vinir. Dalam peristiwa perekatan, kadar air dari vinir memegang peranan penting untuk berhasil tidaknya suatu perekatan. Untuk mendapatkan kadar air tertentu, dilakukanlah pengeringan. Pengeringan dapat dilakukan dengan cara : a. Dikeringkan pada suhu kamar Vinir digantung diloteng atau disusun dalam rak-rak. Process ini membutuhkan waktu lama. b. Dikeringkan dengan menyusun vinir pada rak-rak dalam ruangan yang dilengkapi dengan steam coils yang ditiup. Jadi ruang pengeringan dilengkapi dengan radiator sebagai sumber panas dan ventilasi untuk menghasilkan udara. c. Pengeringan dengan roller dan plat-plat panas. Cara inilah yang sering dipakai untuk mendapatkan vinir dari keadaan kira-kira kering udara kepada kadar air yang rendah, sebelum vinir diberi perekat. Cara kerja : Lembaran vinir yang telah dikupas dari lathe diletakkan diatas roller (kassa) yang berjalan. Vinir yang tebal dikeringkan sampai 8-10 menit sedangkan vinir yang tipis (1,6mm) hanya 3 menit. Pada proses ini dialirkan pula uap panas kedalam dryer dengan tekanan uap normal 5kg/cm2. Uap panas ini disalurkan dari boiler. Kalau panas terlalu tinggi maka lembaran agak melengkung, karena terlalu banyak air yang hilang. Hal ini dapat dihindari dengan mempercepat waktu pemanasan atau menutup uap panas. Kadar air yang dipakai adalah 6-8% H2O dengan temperature pada umumnya 1000C. untuk vinir yang tebal (3,6mm) dipakai 1700C. kadar air ini diukur dengan alat hydrometer. Setelah lembaran vinir keluar dari tempat pengeringan, lalu dipotong-potong dengan pisau pemotong (clipper). Lembaran yang baik langsung dipotong otomatis dengan lebar 125cm (untuk lapisan luar) dan lebar 83cm (untuk lapisan dalam) kalau lembaran vinir agak jelek maka dipotong ditempat yang baik saja,

hingga kadang-kadang lebar vinir yang terpotong sampai 15cm (biasa disebut strip). 6. Guillotine dan jointer Guillotine adalah mesin yang dipakai untuk memotong pinggiran strip, sedangkan jointer adalah untukmerekat atau menyambung strip-strip. Vinir yang mempunyai lebar dibawah 83cm disusun dibawah guillotine kemudian kedua pinggirannya diratakan dengan pisau, lalu diberi perekat, perekat yang dipakai adalah kaurit 176 powder yang merupakan syntetik resin adhesive. Kaurit 176 powder adalah perekat yang cepat matang dan tidak mengotori kayu. Setelah pinggiran panjang diberi perekat lalu disambungkan dengan sama lainnya dibawah mesin penyambung (jointer). Perekatan dengan hot press lamanya 5 detik. Lembaran yang sudah direkat dan disambungkan itu dipotong sendiri dengan ukuran 125cm. sambungan yang tidak terekat dijepit dengan stapler yang khusus untuk vinir. 7. Glue dan press Sebelum perekatan dan press ini dibicarakan, terlebih dahulu diuraikan sedikit mengenai peristiwa perekatan. Pengertian perekatan atau adhesion adalah peristiwa yang sehari-hari dijumpai serta mempunyai arti praktis yaitu suatu pelekatan. Dalam pengertian yang scientic yaitu peristiwa tarik menarik antara molekul-molekul pada interface atau anatara permukaan. Permukaan benda padat jika dihaluskan sedemikian rupa dan dilekatkan (tidak memakai perekat) akan membuat suatu kontak permukaan yang baik. Dalam skala mikroskopis permukaan ini kasar dan kontak permukaan terjadi pada tempat-tempat yang menonjol. Pada tempat-tempat ini akan terjadi tekanan-tekanan yang sangat tinggi dan dalam hal ini tidak ada bahan-bahan yang mengotori permukaan akan terjadi perlekatan stempat. Tekanan gesekan yang besar akan terjadi jika digeser. Perlekatan kadang-kadang sedemikian kuatnya hingga geseran permukaan akan menyebabkan kerusakan dalam benda padat sendiri, bukan pada batas permukaannya. Proses pelekatan dapat dibagi dalam : a. Perlekatan mekanis b. Perlekatan spesifik Perlekatan mekanis terjadi jika suatu cairan mengeras pada suatu permukaan yang porous dan memberikan suatu lapisan dalam pori-pori, perlekatan yang terjadi pada kayu adalah bentuk perlekatan mekanis. Perlekatan spesifik adalah gaya tarik menarik antara permukaan yang halus serta bersih yang disebabkan gaya-gaya intermolekuler. Tiga syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan perlekatan yaitu : a. Pembasahan = wetting b. Pembekuan = seeting

c. Perubahan bentuk selama pembekuan untuk menghilangkan tegangantegangan elastic. Proses dari suatu pelekatan adalah : a. b. c. d. e. Flow = mengalir, menjadi suatu lapisan tipis yang kontinu. Transfer = pindah, kepada permukaan yang satunya. Memasuki pori-pori. Pembasahan = wetting. Menjadi benda padat yang keras.

Kesalahan-kesalahan dalam perekatan ditandai oleh : Perekatan yang lemah = weak jointer. Kerusakan permukaan. Kayu lapis yang melengkung.

Sedangkan perekatan yang lemah dipengaruhi oleh : Kayu, seperti kadar air, keadaan permukaan yang dilapisi dengan bahan-bahan tak dapat direkat seperti minyak, kotoran dsb. Perekat, seperti kesalahan dalam mencampur perekat, ramuan-ramuan perekat yang tak larut seluruhnya, terutama katalis, alat-alat yang kurang bersih. Pemberian tekanan, seperti tekanan yang tidak rata atau tekanan terlalu rendah. Tekanan yang tidak rata ini disebabkan oleh : a. Vinir yang mempunyai tebal yang tak sama. b. Caul yang sudah benjol-benjol. c. Plat-plat pengepres yang tidak sejajar. d. Adanya panil-panil yang tidak sama tebalnya. Teknik pelekatan, seperti kekurangan perekat, perekat antara dua permukaan, kadar air yang terlalu tinggi, dan matangnya perekat terlalu cepat.

perekat Perekat terdiri dari 2 macam : a. Natural origin = alami seperti : - Tapioca - Kacang kedele - Bakau tulang - Kulit atau animal glue. b. Perekat sintetik 1. Bersifat thermoshetting

Untuk mengeraskannya perlu panas atau pada temperature kamar. Setelah mengeras, dipanaskan lagi, perekatnya tidak dapat mencair kembali. 2. Bersifat thermoplastic. Digunakan panas, setelah dingin ia mengeras. Dan jika dipanaskan kembali ia mencair. Dapat juga mengeras pada suhu kamar. Perekat sintetis ini ada tiga kelas : a. Phenol formaldehid, bersifat thermosheting b. Urea formaldehyde, termasuk golongan formaldehyde bersifat thermoshetting. c. Vynil dan acrylic compounds, bersifat thermoplastic. Extender dan Filler Ekstender didefenisikan sebagai bahan alami yang mengandung sedikit banyaknya sifatsifat perekat yang ditambahkan dalam adonan perekat kayu dengan tujuan untuk memperbaiki sifat perekat itu sendiri dan untuk memenuhi permintaan substrat kayu dalam perekatan, sekaligus untuk menurunkan harga adonan perekat persatuan berat. Tujuan pemakaian ekstender adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Membantu pengontrolan viskositas adonan perekat. Menambah sifat lekat basah perekat. Mengurangi pelepasan bahan-bahan pencemaran lingkungan. Menambah persentase kerusakan kayu. Mengurangi kerusakan garis perekat. Mengurangi pemakaian perekat murni. Menurunkan harga perekat.

Syarat-syarat ekstender adalah sbb : 1. Ekstender mempunyai sifat-sifat perekat. 2. Ekstender dipecah sampai halus. 3. Ekstender harus seragam. 4. Tidak mendapat perlakuan-perlakuan kimia seperti pencucian. 5. Tidak mengandung fosfat dan bahan yang dapat membuat pencemaran. 6. Kadar protein maksimal 10%. 7. Kadar abu maksimal 0,55%. 8. Netral (pH sebesar 6 + 0,20). 9. Ukuran partikel/granula adalah 95% = 100-200 mesh. 10. Mempunyai stabilitas viskositas. 11. Mempunyai kadar serat yang rendah. 12. Harga yang sepadan. 13. Mempunyai tingkat penyerapan yang rendah.

Sumber bahan ekstender : 1. Kelompok cereal glatinous, berasal dari kelompok wheat. 2. Kelompok cereal non-glatinous, berasal dari sorgum kedelai, dll. 3. Kelompok non-glatinous non cereal. Contoh tepung. Filler perekat kayu didefenisikan bahan yang tidak mengandung sifat perekat, bahan inert yang ditambahkan kedalam adonan perekat untuk tujuan yang hampir sama dengan pemakaian ekstender. Tujuan pemakaian filler : 1. Bahan filler dipersiapkan untuk bertujuan sebagai bahan pembawa molekul perekat dalam proses lima tahap perkembangan perekat. 2. Bahan filler bertugas mengurangi penetrasi perekat yang berlebihan. 3. Filler bertugas menahan molekul perekat sekaligus mengikatnya pada posisi garis perekat selama proses pengerasan. Persyaratan bahan filler : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Bahan inert dan tidak mempunyai sifat merekat. Mempunyai kadar abu yang rendah, tetapi lebih tinggi dari ekstender. Mempunyai ukuran partikel 100 mesh. Mempunyai kadar protein lebih rendah dari ekstender. Mempunyai nilai viskositas yang lebih rendah adri ekstender. Mempunyai pH yang lebih rendah dari ekstender.

Hardener atau katalist Adalah reaksi kimia umumnya, bersifat asam dalam pemakaian dengan urea resin, memperkecil waktu matang, memperkecil teperatur yang dikehendaki. Pada phenolic resin beberapa katalist tidak bersifat asam. Katalis ini seringkali digabungkan dengan zat kimia lainnya untuk mendapatkan pengikatan yang lebih baik. Katalis kadang-kadang ditambahkan tersendiri atau diberikan terpisah pada resin pada waktu akan dipakai. Proses pemberian perekat pada vinir 1. Metoda lama ialah dengan melewatkan vinir melalui rol-rol yang dilapisi karet beralur yang memberikat perekat dengan sentuhan pada permukaan atas dan bawah. 2. Dan alat pemberian pelekat yang lebih baru ; penyemprot dan pelapis tirai memiliki keuntungan yang nyata dalam hal keseragaman perekat.

Pengepresan Kebanyakan pabrik plywood kayu lunak melakukan pengepresan pendahuluan pada muatan panil yang telah disusun sebelum pengepresan akhir pada pres panas. Ini dilakukan dengan pres dingin dan pada tekanan yang lebih rendah, tujuannya untuk memungkinkan perekat yang basah untuk melekatkan vinir satu sama lainnya. Ini memudahkan pemuatan proses panas dan membantu mencegah pemindahan vinir selama pemuatan. Petunjuk yang perlu diingat dalam mengerjakan mesin pres : Penunjukan pada temperature suhu panas 1300C. Bersihkan permukaan alat pres. Satu lembar aluminium (=caul) berisi 2 lembar triplek. Pengisian 9 plat aluminium harus dicapai dalam waktu 2 menit. Waktu pres adalah 8 menit. Tekanan : - Untuk kayu keras : 300-320 atm - Untuk kayu lunak : 200-220 atm 7. Kedua permukaan kayu lapisan vinir sebelah dalam harus tertutup penuh dengan perekat dan merekat. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Vous aimerez peut-être aussi