Vous êtes sur la page 1sur 7

Masih ingatkah kita sewaktu SD sampai SMA pada pelajaran geografi selalu dicekoki dengan doktrin keistimewaan posisi

geografis Indonesia yang diapit dua benua besar yaitu Benua Asia dan Benua Australia.Selain itu diapit dua Lautan besar yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Posisi Indonesia juga terletak di antara garis ekuator yang memiliki iklim tropis dan radiasi matahari paling banyak diserap. Selain itu juga perairan Indonesia ini sangat unik karena adanya arus lintas Indonesia (ARLINDO) atau Indonesian througflow. Ini merupakan keistimewaan sendiri karena arus laut Indonesia ini sebagai pertukaran antar samudera. Secara lengkap dan pengaruh-pengaruhnya akan dijelaskan sebagai berikutnya. Arlindo adalah suatu sistem di perairan Indonesia di mana terjadi lintasan arus yang membawa massa air dari Lautan Pasifik ke Lautan Hindia. Massa air Pasifik tersebut terdiri atas massa air Pasifik Utara dan Pasifik Selatan (Wyrtki, 1961; Fieux et al., 1996a). Terjadinya arlindo terutama disebabkan oleh bertiupnya angin pasat tenggara di bagian selatan Pasifik dari wilayah Indonesia. Angin tersebut mengakibatkan permukaan bagian tropik Lautan Pasifik Barat lebih tinggi dari pada Lautan Hindia bagian timur. Hasilnya terjadinya gradien tekanan yang mengakibatkan mengalirnya arus dari Lautan Pasifik ke Lautan Hindia. Arus lintas Indonesia selama Muson Tenggara umumnya lebih kuat dari pada di Muson Barat Laut. Webster et al. (1998) menyatakan bahwa aliran bahang Arlindoadalah dapat dibandingkan terhadap aliran bersih permukaan di utara samudra Hindia dan sejumlah fraksi substansial dari aliran bahangnya. Beberapa hasil model penelitian mengungkapkan ketergantungan suhu permukaan dan simpanan bahang permukaan samudra Pasifik dan Hindia terhadap arus lintas ini. Kedua samudra tersebut akan sangat berbeda jika tanpa Arlindo (MacDonald, 1993). Ketiadaan Arlindo akan meningkatkan permukaan laut di Pasifik dan menurunkannya di Hindia sebanyak 2-10 cm. Sumber air yang dibawa oleh Arlindo berasal dari Lautan Pasifik bagian utara dan selatan. Perairan Selat Makasar dan Laut Flores lebih banyak dipengaruhi oleh massa air laut Pasifik Utara sedangkan Laut Seram dan Halmahera lebih banyak dipengaruhi oleh massa air dari Pasifik Selatan. Gordon et al. (1994) mengatakan bahwa massa air Pasifik masuk kepulauan Indonesia melalui 2 (dua) jalur utama, yaitu: 1. Jalur barat dimana massa air masuk melalui Laut Sulawesi dan Basin Makasar. Sebagian massa air akan mengalir melalui Selat Lombok dan berakhir di Lautan Hindia sedangkan sebagian lagi dibelokan ke arah timur terus ke Laut Flores hingga Laut Banda dan kemudian keluar ke Lautan Hindia melalui Laut Timor. 2. Jalur timur dimana massa air masuk melalui Laut Halmahera dan Laut Maluku terus ke Laut Banda. Dari Laut Banda, menurut Gordon (1986) dan Gordon et al.,(1994) massa air akan mengalir mengikuti 2 (dua) rute. Rute utara

Pulau Timor melalui Selat Ombai, antara Pulau Alor dan Pulau Timor, masuk ke Laut Sawu dan Selat Rote, sedangkan rute selatan Pulau Timor melalui Basin Timor dan Selat Timor, antara Pulau Rote dan paparan benua Australia. Struktur massa air perairan Indonesia umumnya dipengaruhi karakteristik massa air Lautan Pasifik dan sistem angin muson. Dimana pada Musim Barat (Desember Pebruari) bertiup angin muson barat laut di bagian selatan katulistiwa dan timur laut di utara katulistiwa, karakteristik massa air perairan Indonesia umumnya ditandai dengan salinitas yang lebih rendah, sedangkan pada Musim Tmur (Juni Agustus) bertiup angin muson tenggara di selatan katulistiwa dan barat daya di utara katulistiwa, perairan Indonesia memiliki karakteristik dengan nilai salinitas yang lebih tinggi. Dengan melihat akan keberadaan perairan Indonesia dimana karena adanya perbedaan pola angin yang secara langsung mempengaruhi pola arus permukaan perairan Indonesia dan perubahan karakteristik massa diduga dapat mengakibatkan terjadinya perubahan terhadap tingkat produktivitas perairan. Keadaan ini tergantung pada berbagai hal, seperti bagaimana sebaran faktor fisik-kimia perairan. gambar 1. Skema pendekatan masalah hubungan Arlindo dengan karakteristik massa air dan pengaruhnya di perairan Indonesia. Selain itu pergerakan arus lintas Indonesia (Arlindo) dapat mempengaruhi perubahan iklim global, memicu kehadiran variabilitas iklim ekstrem, seperti El Nino dan La Nina, serta berdampak pada kondisi pertanian, perikanan, dan kebakaran hutan serta akan gagal panen secara besar-besaran. Walaupun pada saat terjadinya El Nino terjadi penurunan volume massa air yang bergerak dari Samudra Pasifik ke Samudra Hindia. Kosongnya massa air di wilayah perairan Indonesia tadi kemudian mendorong munculnya up welling dan meningkatkan jumlah klorofil sehingga di perairan Indonesia akan panen ikan. Upwelling sendiri yaitu naiknya massa air dari bawah permukaan ke atas permukaan, yang juga kaya nutrient. Tingginya produktivitas di laut terbuka yang mengalami upwelling disebabkan karena adanya pengkayaan nutrien pada lapisan permukaan tercampur yang dihasilkan melalui proses pengangkatan massa air dalam. Seperti yang dikemukakan oleh Cullen et al. (1992) bahwa konsentrasi klorofil-a dan laju produktivitas primer meningkat di sekitar ekuator, dimana terjadi aliran nutrien secara vertikal akibat adanya upwelling di daerah divergensi ekuator.

Dengan adanya Upwelling yang kaya akan nutrien secara tidak langsung produktivitas primer perairan tersebut akan meningkat, karena fakto-faktor yang mempengaruhi diantaranya : 1. cahaya merupakan salah satu faktor yang menentukan distribusi klorofil-a di laut. Di laut lepas, pada lapisan permukaan tercampur tersedia cukup banyak cahaya matahari untuk proses fotosintesa. 2. Nutrien adalah semua unsur dan senjawa yang dibutuhkan oleh tumbuhantumbuhan dan berada dalam bentuk material organik (misalnya amonia, nitrat) dan anorganik terlarut (asam amino). Elemen-elemen nutrien utama yang dibutuhkan dalam jumlah besar adalah karbon, nitrogen, fosfor, oksigen, silikon, magnesium, potassium, dan kalsium, sedangkan nutrien trace element dibutuhkan dalam konsentrasi sangat kecil, yakni besi, copper, dam vanadium (Levinton, 1982). 3. Suhu dapat mempengaruhi fotosintesa di laut baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh secara langsung yakni suhu berperan untuk mengontrol reaksi kimia enzimatik dalam proses fotosintesa. Tinggi suhu dapat menaikkan laju maksimum fotosintesa (Pmax), sedangkan pengaruh secara tidak langsung yakni dalam merubah struktur hidrologi kolom perairan yang dapat mempengaruhi distribusi fitoplankton. Beberapa daerah-daerah perairan Indonesia yang mengalami upwelling akibat pengaruh pola angin muson adalah Laut Banda, dan Laut Arafura (Wyrtki, 1961), Selatan Jawa dan Bali dan Laut Timor (Tubalawony, 2000). Ada yang lebih menarik lagi dengan adanya arus lintas Indonesia (ARLINDO) menurut Dr Edvin Aldrian bahwa laut kita merupakan laut yang berpotensi menyerap karbon contohnya di Selat Lombok. Kalau arus permukaan dihitung sebagai emisi karena panas, tetapi di dalam laut tidak seperti itu, karena arus itu tiga dimensi, katanya Dengan adanya pergerakan arus lintas Indonesia ini program pemantauan laut Indonesia harus segera digencarkan agar kita mampu memprediksi adanya El Nino dan La Nina serta pengaruh lainnya lebih awal karena peristiwa ini secara langsung dan tidak langsung akan mendatangkan kerugian besar walaupun ada sisi manfaat dan berperan juga. Kesimpulan : Jadi, Karaktersitik massa air perairan Indonesia umumnya dipengaruhi oleh sistem angin muson yang bertiup di wilayah Indonesia dan adanya arus lintas Indonesia (arlindo) yang membawa massa air Lautan Pasifik Utara dan Selatan menuju Lautan Hindia. Pengaruh tersebut mengakibat suhu permukaan perairan Indonesia lebih dingin dengan salinitas yang lebih tinggi sebagai pengaruh terjadinya upwelling di beberapa daerah selama musim timur dan juga akibat dari masuknya

massa air Lautan Pasifik, sedangkan pada musim barat, suhu permukaan perairan lebih hangat dengan salinitas yang lebih rendah. Rendahnya salinitas akibat pengaruh massa air dari Indonesia bagian barat yang banyak bermuara sungaisungai besar. Selama musim timur, dibeberapa bagian dari perairan Indonesia mengalami upwelling dan percampuran massa air yang mengakibatkan terjadinya pengkayaan nutrien pada lapisan permukaan tercampur dan mengakibatkan tingginya produktivitas primer perairan bila dibandingkan dengan musim barat.

Arus lintas indonesia ( ARLINDO ) ABSTRAK Arlindo adalah arus dari Samudra Pasifik ke Samudra Hindia lewat selat-selat yang disebabkan oleh perbedaan Tinggi Paras Laut antara kedua samudra tersebut. Arlindo merupakan bagian penting dalam sirkulasi samudra dunia dalam penghantaran panas (heat). Dalam kondisi normal, di perairan Pasifik di sebelah Utara Irian terdapat kolam Air Hangat (Warm Water Pool) yang disebabkan oleh menumpuknya air yang terbawa oleh Katulistiwa Selatan karena hembusan Angin Pasat (trade winds) di Pasifik. Massa air yang terangkut oleh Arlindo dipengaruhi oleh adanya El Nio dan La Nia. Dampak El Nio dan La Nia terhadap kehidupan di laut Nusantara belum banyak dikaji. Terdapat beberapa kenyataan yang menunjukkan terjadinya pemutihan karang (coral bleaching) yang dapat dikaitkan dengan El Nio. Kajian terintegrasi mengenai El Nio perlu ditingkatkan untuk mengantisipasi dampak negatif yang dapat ditimbulkannya. 1. Pendahuluan Untuk dapat mengevaluasi hubungan sebab-akibat antara perubahan iklim global (khususnya dalam kaitan El Nio dan La Nia) dan benua maritime indonesia, maka perlu lebih dahulu diketahui sifat dan kondisi alami perairan indonesia. Di pihak lain pengkajian dilakukan dengan mengarahkan pada pengaruh proses-proses oseanografi yang terjadi di sini atas keadaan iklim global. arus arus Laut Angin monsun menimbulkan pula arus laut laut monsun di Kepulauan indonesia yang disebut Armondo (Berlage, 1927; Ilahude, 1996). arus ini secara rata-rata mengalir dari Laut Cina Selatan masuk ke Laut Jawa lewat Laut Natuna dan Selat Karimata. Dari Laut.Jawa, Armondo meneruskan alirannya ke laut-laut yang jeluk di Laut Flores dan Laut Banda. Sesuai dengan angin monsun penyebabnya, maka Armondo juga berbalik arah dengan angin itu. Dangkalnya perairan di kawasan barat , misalnya Laut Natuna dan Laut Jawa, menyebabkan pula Armondo biasanya terlihat sampai ke dasar perairan Di bagian laut jeluk (deep water) di kawsan timur Kepulauan mengalir pula satu laut penting yakni Arlindo. ini mengalir dari Samudra Pasifik ke Samudra Hindia dan terdapat baik di lapisan paras maupun lapisan termoklin. Cabang utama Arlindo mengalir dari Samudra Pasifik masuk Laut .Sulawesi terus ke Selat Makassar lalu berbelok ke timur masuk Laut Flores dan Laut .Banda. Di bagian tenggara Laut .Banda berbelok ke arah selatan dan ke barat-daya, memasuki Laut Timor dan terus ke Samudra Hindia. Cabang yang lainnya masuk dari Laut Halmahera terus ke Laut Seram, tetapi sebagian lagi kembali ke Samudra .Pasifik lewat Laut Maluku. Demikian pula cabang yang masuk lewat Laut Maluku, halnya langsung berbelok-balik (retroflection) ke arah Samudra Pasifik, dan bersama- sama dengan yang datang dari Laut Halmahera, membentuk awal Sakai (Counter Current) Katulistiwa Pasifik . Bagian Arlindo di lapisan terkincau (mixed layer) sangat dipengaruhi oleh monsun. Misalnya di kawasan selatan Selat Makassar, Arlindo berbelok ke Laut

Jawa pada MT, dan berbelok ke Laut Flores dan Laut Banda pada MB. Di Laut .Halmahera keluar ke Samudra .Pasifik pada MB dan masuk dari Samudra .Pasifik pada MT. Hanya di beberapa tempat mengalir ke satu arah terus menerus pada kedua musim, yaitu ke selatan di utara dan tengah Selat Makassar, ke barat-daya di sepanjang pantai selatan Pulau Timor dan ke arah Samudra .Pasifik di utara Laut Maluku Armondo pada tingkat pertama langsung dibangkitkan oleh angin monsun. Hal ini disebabkan karena sumbu arah angin rata-rata praktis berimpit dengan sumbu perairan deretan Laut Cina Selatan Laut Natuna Selat Karimata Luut Jawa, hingga angin tersebut seolah-olah bertiup di atas sebuah terusan. Tidak demikian halnya dengan Arlindo, yang hanya dipengaruhi monsun secara tak langsung. Mekanisme utama pembangkit Arlindo adalah perbedaan TPL (Tinggi Paras Laut) di pantai Mindanao Halmahera Irian utara, dibandingkan dengan yang di pantai selatan Jawa-Sumbawa. Pada MT Katulistiwa Utara dan Selatan di Samudra Pasifik banyak mengangkut massa air ke arah Mindanao dan Halmahera sedangkan Katulistiwa Selatan di Samudra Hindia banyak mengangkut air dari pantai Jawa Sumbawa ke arah Afrika. Akibatnya terdapat perbedaan yang bisa mencapai 30 atau 40 cm pada MT antara TPL di Davao dibandingkan dengan Cilacap, dan beda TPL inilah pembangkit utama dari Arlindo Lapisan tempat mengalirnya ini mencakup baik lapisan terkincau (075 m) maupun lapisan termoklin (75-350 m) dan masih terasa hingga lapisan dingin (400-700 m). Pada MB beda TPL ini mengecil disebabkan pada musim ini air kawasan Mindanao Halmahera disebarkan lebih ke selatan oleh Pantai Irian (TPL turun), sedangkan di kawasan Jawa Sumbawa terjadi penumpukan air oleh Pantai Jawa (TPL naik). Akibatnya Arlindo pun melemah pada MB. Sebaran salinity menegak di Selat Makassar menunjukkan efek tak langsung dari monsun atas Arlindo tersebut. Hasil penelitian belakangan ini menunjukkan pula bahwa daya angkut Arlindo ternyata bervariasi sesuai dengan hadir tidaknya El-Nio Sebaran parameter oseanografi Angin dan yang berganti arah sesuai dengan peralihan musim mempengaruhi pula sebaran mendatar dari beberapa parameter oseanografi Perairan . Pada MB misalnya angin dan mendorong massa air hangat lebih ke selatan lagi, yaitu ke kawasan Laut Arara dan barat-laut Australia, sedangkan kekosongan yang timbul diganti oleh masuknya air yang relatif dingin dari kawasan Laut Cina Selatan, timurnya Asia Tenggara. Akibatnya terdapat peningkatan suhu paras laut dari Laut Cina Selatan ke arah Laut Arafura. Saliniti lapisan paras dipengaruhi pula oleh angin dan monsun. Di kawasan barat , hal ini masih ditambah pula oleh pengaruh jumlah air tawar asal sungai dan hujan yang meragam sesuai dengan perubahan monsun. Jumlah air tawar sebagai hujan yang biasanya meningkat pada MB menyebabkan penurunan saliniti yang menyeluruh khususnya di kawasan barat, yang oleh Armondo disebarkan ke kawasan timur . Pada MT hal yang sebaliknya terjadi, Arlindo membawa masuk air bersaliniti tinggi Samudra Pasifik, masuk ke kawasan timur . Armondo kemudian menyebarkan saliniti tinggi tersebut ke kawasan barat . Hal ini menyebabkan panaikan menyeluruh saliniti di perairan yang ikut diperkuat oleh penguapan yang lebih besar dari hujan di

sana-sini . Karena dangkalnya kawasan barat , maka sebaran suhu dan saliniti di lapisan dasar, polanya mengikuti apa yang terdapat di permukaan, karena kuatnya pengaruh Armondo. Telah disebutkan bahwa di kawasan barat sebaran menegak parameter oseanografi umumnya tidak menunjukkan keragaman yang berarti, karena pengincauan (mixing) oleh angin dapat mencakup sampai ke dasar, hingga kolom air menjadi homogen, atau kecil variasinya . Di kawasan timur sebaran menegak tadi terutama di kontrol oleh hadirnya Arlindo di sini. Pengaruh langsung angin monsun diperkirakan hanya terbatas pada lapisan terkincau saja. Hal inipun masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan mana yang lebih dominan, efek langsung angin monsun ataukah Arlindo. Pada lapisan termoklin jelas Arlindo saja yang berperan . Pada MT, masuknya cabang utama Arlindo, mengangkut pula dua massa air, yaitu Air Sub Tropik Pasifik Utara (ASPU) yang menyebar pada bagian atas lapisan termoklin dan Air Ugahari Pasifik Utara (AUPU) di bagian bawahnya (Gambar 4). Kedua massa air ini terlihat jelas di Laut Sulawesi dan Selat Makassar dan di Laut Flores dan Laut Banda. Cabang sekunder yang masuk lewat Laut .Halmahera membawa dua massa air pula yakni Air Subtropik Pasifik Selatan (ASPS) dan Air Ugahari Pasifik Selatan (AUPS). Akan tetapi penyebaran kedua massa air ini terbatas di Laut .Halmahera dan Laut Maluku dan tidak terlihat di Laut Banda, kecuali sedikit AUPS

Vous aimerez peut-être aussi