Vous êtes sur la page 1sur 22

BAB 8 PENAKSIRAN RISIKO DAN DESAIN PENGUJIAN

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4 ANDY SUTRISNO (1011056) JOSEPHINE (1011065) JULIANA F DEWI (1011155) RITA (1011073) SUSILAWATI (1011077)

AM-2 SEMESTER VI S1 AKUNTANSI

PENAKSIRAN RISIKO PENGENDALIAN


Proses audit atas laporan keuangan oleh auditor melalui empat tahap utama yaitu: perencanaan audit, pemahaman dan pengujian pengendalian intern, pelaksanaan pengujian substantif dan penerbitan laporan keuangan. Penaksiran risiko pengendalian dilakukan oleh auditor pada tahap pemahaman dan pengujian pengendalian intern klien. Penaksiran risiko pengendalian adalah proses evaluasi efektivitas desain dan operasi pengendalian intern entitas dalam rangka pencegahan atau pendeteksian salah saji material di dalam laporan keuangan. Tahap-tahap penaksiran risiko pengendalian adalah sebagai berikut:
Perencanaan audit Pemahanan dan pengujian pengendalian intern Penaksiran risiko pengendalian Pelaksanaan pengujian substantif Penetapan risiko deteksi Penerbitan laporan audit Penaksiran risiko audit

Penaksiran risiko bawaan

Penaksiran risiko pengendalian pada tahap proses pemahaman dan pengujian struktur pengendalian intern

1. 2. 3.

4.
5.

Tahap-tahap penaksiran resiko pengendalian adalah sebagai berikut : Pertimbangan pengetahuan yang diperoleh dari pemahaman atas pengendalian intern Lakukan identifikasi salah saji potensial yang dapat terjadi dalam asersi entitas Lakukan identifikasi pengendalian yang diperlukan untuk mencegah atau mendeteksi salah saji material Lakukan pengujian pengendalian terhadap pengendalian yang diperlukan untuk menentukan efektivitas desain dan operasi pengendalian intern Lakukan evaluasi terhadap bukti dan buat taksiran risiko pengendalian

1.Pertimbangan pengetahuan yang diperoleh dari pemahaman atas pengendalian inter Berbagai cara dapat digunakan auditor dalam mendokumentasikan pemahaman atas struktur pengendalian intern kliennya: kuesioner pengendalian intern, bagan alir, uraian tertulis. Pemahaman auditor atas struktur pengendalian intern digunakan untuk: (1) mengindentifikasi salah saji potensial dan (2) mempertimbangkan faktor-faktor yang berdampak terhadap risiko pengendalian. 2.Lakukan identifikasi salah saji potensial yang dapat terjadi dalam asersi entitas Berdasarkan pemahaman auditor melakukan identifikasi salah saji potensial yang dapat terjadi dalam asersi yang berkaitan dengan setiap saldo akun signifikan.

3.Lakukan identifikasi pengendalian yang diperlukan untuk mencegah atau mendeteksi salah saji material Setelah mengidentifikasi salah saji yang dapat terjadi dalam asersi yang berkaitan dengan setiap saldo akun signifikan, auditor kemudian mengidentifikasi pengendalian yang diperlukan untuk mencegah atau mendeteksi salah saji tersebut. Dalam hal ini auditor harus mempertimbangkan semua unsur struktur pengendalian intern yang digolongkan ke dalam lima golongan: lingkungan pengendalian, penaksiran risiko, informasi dan komunikasi, aktivitas pengendalian, dan pemantauan. 4.Lakukan pengujian pengendalian terhadap pengendalian yang diperlukan untuk menentukan efektivitas desain dan operasi pengendalian intern Untuk mengevaluasi desain dan operasi struktur pengendalian intern klien, auditor kemudian mengembangkan pengujian pengendalian terhadap setiap pengendalian yang diperlukan untuk setiap asersi. Tujuan pengujian pengendalian ini adalah untuk menentukan efektivitas desain dan operasi struktur pengendalian intern. 5.Lakukan evaluasi terhadap bukti dan buat taksiran risiko pengendalian Penaksiran risiko pengendalian untuk asersi laporan keuangan didasarkan atas hasil evaluasi terhadap bukti yang diperoleh dari: (1) prosedur yang digunakan untuk memperoleh pemahaman atas kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang relevan dengan pelaporan keuangan dan (2) pengujian pengendalian yang bersangkutan. Bukti yang dikumpulkan bisa berupa bukti dokumenter, elektronik, matematik, lisan, atau bukti fisik. Bukti tersebut sangat mempengaruhi keyakinan auditor.

PENGUJIAN PENGENDALIAN
Pengujian pengendalian adalah prosedur audit yang dilaksanakan untuk menentukan efektivitas desain dan/atau operasi pengendalian intern. Pengujian pengendalian dapat diterapkan terhadap pengendalian golongan besar transaksi dan/atau suatu saldo akun. Karena tujuan pengendalian intern mencakup: (1) keandalan pelaporan keuangan, (2) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, dan (3) efektivitas dan efisiensi operasi salah saji material dalam laporan keuangan. Pengujian pengendalian dilaksanakan oleh auditor selama perencanaan audit dan dalam pekerjaan interim. Pengujian pengendalian diterapkan dalam kedua strategi audit: (1) pendekatan terutama substantif dan (2) pendekatan risiko pengendalian rendah. Pengujian Pengendalian Bersamaan (Concurrent Tests of Controls) Pengujian ini dilaksanakan oleh auditor bersamaan waktunya dengan usaha pemerolehan pemahaman atas pengendalian intern. Pengujian ini dilakukan oleh auditor, baik dalam strategi pendekatan terutama substantif maupun dalam pendekatan risiko pengendalian rendah. Pengujian ini terdiri dari prosedur untuk memperoleh pemahaman dan sekaligus untuk mendapatkan bukti efektivitas pengendalian intern.

Bukti yang diperoleh dari pengujian ini umumnya hanya menghasilkan taksiran tingkat risiko pengendalian sedikit di bawah maksimum sampai ke tingkat tinggi. Hal ini disebabkan pengujian ini dilaksanakan oeh auditor pada tahap perencanaan auditnya, sehingga auditor tidak dapat menguji konsistensi penerapan kebijakan dan prosedur pengendalian dalam keseluruhan tahun yang diaudit. Pengujian Pengendalian Tambahan atau pengujian pengendalian yang direncanakan Pengujian pengendalian ini dilaksanakan oleh auditor dalam pekerjaan lapangan. Pengujian ini dapat memberikan bukti tentang penerapan semestinya kebijakan dan prosedur pengendalian secara konsisten sepanjang tahun yang diaudit Pengujian ini biasanya dilaksanakan oleh auditor jika, berdasarkan hasil pengujian pengendalian bersamaan yang memperlihatkan pengendalian intern yang efektif, auditor kemudian mengubah strategi auditnya dari pendekatan terutama substantif ke pendekatan resiko pengendalian rendah. Pengujian pengendalian tambahan ini hanya dilaksanakan bilamana dengan tambahan bukti tentang efektivitas pengendalian intern, auditor akan mendapatkan taksiran awal tingkat risiko pengendalian yang rendah dan biaya untuk mendapatkan bukti tersebut efisien.

PERANCANGAN PENGUJIAN PENGENDALIAN


Jenis pengujian pengendalian Jenis pengujian pengendalian yang dapat dipilih auditor dalam pelaksanaan pengujian pengendalian adalah : 1. Permintaan keterangan Pengujian pengendalian dapat dilakukan oleh auditor dengan meminta keterangan dari personel yang berwenang tentang pelaksanaan pekerjaan mereka, yang berkaitan dengan pelaporan keuangan. 2. Pengamatan Dilaksanakan oleh auditor terhadap pelaksanaan pekerjaan personel, yang dapat menghasilkan bukti yang serupa dengan permintaan keterangan. 3. Inspeksi Dilaksanakan terhadap dokumen dan laporan yang menunjukkan kinerja pengendalian. 4. Pelaksanaan kembali Prosedur ini tidak digunakan auditor dalam pemerolehan pemahaman atas pengendalian intern, namun digunakan untuk menilai efektivitas pengendalian intern.

Waktu Pelaksanaan Pengujian Pengendalian Waktu pelaksanaan pengujian pengendalian berkaitan dengan kapan prosedur tersebut dilaksanakan dan bagian periode akuntansi mana prosedur tersebut berhubungan. Pengujian pengendalian tambahan dilaksanakan dalam perkerjaan interim, yang dapat dalam jangka waku beberapa bulan sebelum akhir tahun yang diaudit.
Lingkup Pengujian Pengendalian Semakin luas lingkup pengujian pengendalian yang dilakukan oleh auditor, akan dapat dikumpulkan bukti lebih banyak mengenai efektivitas pengendalian intern. Semakin banyak orang yang dimintai keterangan tentang pengendalian intern atas asersi tertentu, semakin banyak bukti yang dapat dikumpulkan untuk menilai efektivitas pengendalian intern atas asersi tersebut.

PROGRAM AUDIT UNTUK PENGUJIAN PENGENDALIAN


Keputusan yang diambil oleh auditor berkaitan dengan jenis, lingkup, dan saat pengujian pengendalian harus didokumentasikan dalam suatu program audit dan kertas kerja yang bersangkutan. Program audit adalah daftar prosedur audit untuk seluruh audit unsur tertentu, sedangkan prosedur audit adalah instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat tertentu dalam audit.

KERJASAMA DENGAN AUDITOR INTERN DALAM PENGUJIAN PENGENDALIAN


Bilamana auditor independen melakukan audit atas laporan keuangan entitas yang memiliki fungsi audit intern, auditor independen dapat: (1) melakukan koordinasi pekerjaan auditnya dengan auditor intern, dan/atau (2) menggunakan auditor intern untuk menyediakan bantuan langsung dalam audit. Koordinasi Audit dengan Auditor Intern Auditor intern bertanggung jawab untuk memantau pengendalian intern entitas sebagai bagian dari tugas rutinnya. Dalam mengkoordinasikan pekerjaannya dengan auditor intern, auditor independen melakukan: (1) rapat periodik dengan auditor intern, (2) melakukan review jadwal kerja auditor intern, (3) meminta izin untuk akses ke kertas kerja auditor intern, (4) melakukan review terhadap laporan audit.

Auditor independen harus menguji pekerjaan auditor intern dan menentukan

apakah: 1. Lingkup pekerjaan auditor intern memadai untuk memenuhi tujuan pekerjaannya 2. Program audit memadai untuk mencapai tujuan auditnya 3. Kertas kerja yang dibuat memadai untuk mendokumentasikan pekerjaan yang telah dilaksanakan, termasuk mencerminkan adanya supervisi dan review atas pekerjaan yang telah dilaksanakan. 4. Kesimpulan dibuat sesuai dengan keadaan 5. Laporan sesuai dengan pekerjaan yang telah dilaksanakan
Bantuan Langsung Menurut SA seksi 322 Pertimbangan Auditor atas Fungsi Audit Intern dalam Audit atas laporan Keuangan, auditor independen dapat meminta auditor intern untuk memberikan bantuan langsung yang berkaitan dengan pekerjaan yang secara spesifik diminta auditor independen dari auditor intern untuk menyelesaikan beberapa aspek pekerjaan auditor independen.

1.

2.

3.

Bila bantuan langsung disediakan, auditor harus : Menentukan kompetensi dan objektivitas auditor intern dan melakukan supervisi, review,evaluasi, serta pengujian pekerjaan yang dilaksanakan oleh auditor intern yang luasnya disesuaikan dengan keadaan. Memberitahukan auditor intern mengenai tanggung jawab auditor intern tersebut, tujuan prosedur yang dilaksanakan oleh auditor intern, serta hal-hal yang mungkin berdampak terhadap sifat, saat, dan lingkup prosedur audit, seperti masalah akuntansi dan auditing. Memberitahukan auditor intern bahwa semua masalah akuntansi dan auditing yang signifikan yang ditemukan selama audit harus diberitahukan kepada auditor independen.

PENGUJIAN DENGAN TUJUAN GANDA (DUAL-PURPOSE TESTS)


Di hampir semua audit, pengujian pengendalian tambahan dilaksanakan oleh auditor terutama dalam pekerjaan interim, sedangkan pengujian substantif dilaksanakan terutama pada akhir tahun untuk diaudit. Namun standar auditing yang ditetapkan IAI mengizinkan auditor untuk melakukan pengujian substantif terhadap transaksi rinci dalam periode interim, untuk mendeteksi kemungkinan kekeliruan moneter dalam akun. Bila keadaan ini terjadi, auditor secara serentak melakukan pengujian pengendalian atas transaksi yang sama.

Jenis pengujian semacam ini disebut dengan istilah pengujian dengan tujuan ganda. Bilamana jenis pengujian ini dilaksanakan, auditor harus mendesain pengujiannya sedemikian rupa sehingga dapat mengumpulkan bukti tentang efektivitas pengendalian intern sekaligus mendapatkan bukti tentang kekeliruan moneter dalam akun. Selain hal tersebut, auditor harus secara cermat mengevaluasi bukti yang di peroleh. Pengujian ini digunakan untuk menekan biaya dalam pelaksanaan pengujian.

PENENTUAN RISIKO TERDETEKSI


Risiko deteksi adalah risiko auditor tidak akan mendeteksi salah saji material yang ada dalam suatu asersi. Risiko deteksi dihitung dengan rumus: RA RD = RB X RP RD = risiko deteksi RA = risiko audit RB = risiko bawaan RP = risiko pengendalian

Perencaan audit

Pemahaman dan pengujian pengendalian intern Penaksiran resiko pengendalian

Pelaksanaan pengujian substantif Penetapan resiko deteksi

Penerbitan laporan aduit

Penaksiran resiko bawaan

Penilaian resiko audit

Penetapan Risiko Deteksi dalam Proses Audit Evaluasi terhadap Tingkat Pengujian Substantif yang Direncanakan Setelah memperoleh pemahaman atas pengendalian intern yang relevan dengan pelaporan keuangan dan setelah menaksirkan risiko pengendalian untuk suatu asersi laporan keuangan, auditor harus membandingkan tingkat risiko pengendalian sesungguhnya atau final dengan tingkat risiko pengendalian yang direncanakan untuk asersi tersebut. Jika tingkat risiko pengendalian final sama dengan yang direncanakan, auditor dapat melanjutkan untuk mendesain pengujian substantif khusus berdasarkan tingkat pengujian substantif yang direncanakan. Jika tingkat risiko pengendalian final tidak sama dengan yang direncanakan, auditor harus mengubah tingkat pengujian substantif sebelum auditor mendesain pengujian substantif khusus untuk menampung tingkat risiko deteksi yang dapat diterima.

Strategi Audit awal

Risiko deteksi yang direncanakan

Tingkat pengujian substantif yang direncanakan

Pendekatan terutama substantif Pendekatan taksiran risiko pengendalian rendah

Rendah atau sangat rendah Tingkat tinggi Moderat atau tinggi Tingkat rendah

Strategi Audit Awal, Risiko Deteksi yang Direncanakan, dan Tingkat Pengujian Substantif yang Direncanakan

DESAIN PENGUJIAN SUBSTANTIF


Pengujian substantif menghasilkan bukti audit tentang kewajaran setiap asersi laporan keuangan signifikan. Di lain pihak, pengujian ini dapat mengungkapkan kekeliruan atau salah saji moneter dalam pencatatan dan pelaporan transaksi dan saldo akun. Desain pengujian substantif mencakup penentuan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang diperlukan untuk memenuhi tingkat risiko deteksi setiap asersi.

Sifat pengujian substantif Sifat pengujian ini meliputi jenis dan efektivitas prosedur audit yang dilakukan oleh auditor. Prosedur Analitik Prosedur analitik dapat digunakan oleh auditor pada: 1. Tahap perencanaan audit untuk mengidentifikasi bidang audit yang memiliki risiko salah saji yang tinggi 2. Tahap pengujian dalam proses audit sebagai suatu pengujian substantif untuk memperoleh bukti audit tentang asersi tertentu 3. Tahap pengujian rinci sebagai prosedur audit tambahan 4. Tahap pengujian dalam pendekatan terutama substantif (primarily substantive approach)

SA Seksi 329 Prosedur analitik menunjukkan bahwa efektivitas dan efisiensi yang diharapkan dari suatu prosedur analitik dalam mengidentifikasi kemungkinan salah saji tergantung atas, antara lain: 1. Sifat asersi 2. Kelayakan dan kemampuan untuk memprediksi suatu hubungan 3. Tersedianya dan keandalan data yang digunakan untuk mengembangkan harapan 4. Ketepatan harapan.

Pengujian terhadap transaksi rinci Pengujian ini berupa pengusutan (tracing) dan pemeriksaan bukti pendukung (vouching). Dalam pengujian ini fokus perhatian auditor adalah menemukan kemungkinan kekeliruan atau salah saji moneter, bukan penyimpangan dari pengendalian intern. Pengusutan merupakan prosedur audit yang bermanfaat menemukan kurang saji (understatement), sedangkan pemeriksaan bukti pendukung merupakan prosedur audit yang bermanfaat untu menemukan lebih saji (overstatement). Pengujian ini memerlukan waktu yang banyak dan biaya yang tinggi. Namun pengujian terhadap transaksi rinci lebih rendah biaya daripada pengujian terhadap saldo akun rinci. Pengujian terhadap saldo akun rinci Pengujian ini difokuskan untuk memperoleh bukti secara langsung tentang suatu saldo akun, bukan pendebitan dan penkreditan secara individual ke dalam akun tersebut. Semakin tinggi risiko deteksi semakin terbatas prosedur audit yang dilaksanakan oleh auditor terhadap asersi yang bersangkutan dan semakin rendah tingkat keandalan bukti auditor yang diperlukan auditor, begitupula sebaliknya.

Saat Pengujian Tingkat risiko deteksi yang dapat diterima berdampak terhadap saat pelaksanaan pengujian substantif. Jika risiko deteksi adalah tinggi, penguji substantif dapat dilaksanakan beberapa bulan sebelum akhir tahun yang diaudit. Sebaliknya, jika risiko deteksi untuk asersi tertentu adalah rendah, pengujian substantif biasanya dilakukan oleh auditor pada atau mendekati tanggal neraca.

Lingkup Pengujian Bukti audit diperlukan lebih banyak untuk mencapai tingkat risiko deteksi rendah bila dibandingkan dengan tingkat risiko deteksi tinggi. Auditor dapat mengubah jumlah bukti audit yang dikumpulkan dengan mengubah lingkup pengujian substantif yang dilaksanakan. Lingkup pengujian substantif menunjukkan jumlah pos atau besarnya sampel yang diuji. Besarnya sampel merupakan masalah pertimbangan profesional. Auditor dapat menggunakan pendekatan statistik untuk mengkuantifikasikan pertimbangan profesionalnya dalam menentukan besarnya sampel untuk mencapai tingkat risiko deteksi tertentu.

PENGEMBANGAN PROGRAM AUDIT UNTUK PENGUJIAN SUBSTANTIF


Laporan keuangan berisi lima golongan asersi: keberadaan dan keterjadian, kelengkapan, hak dan kewajiban, penilaian atau alokasi, penyajian dan pengungkapan. Tujuan audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. Laporan keuangan dinyatakan wajar bila kelima golongan asersi yang terdapat dalam laporan keuangan tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.

Rerangka Umum Pengembangan Program Audit untuk Pengujian Substantif Dalam pengembangan program audit untuk pengujian substantif, kerangka umum yang dipakai sebagai acuan disajikan sebagai berikut : 1. Tentukan prosedur audit awal Prosedur audit awal ditujukan oleh auditor untuk memperoleh keyakinan bahwa asersi dalam laporan keuangan didukung oleh catatan akuntansi yang handal. 2. Tentukan prosedur analitik yang perlu dilaksanakan Pengujian analitik dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan dalam menemukan bidang yang memerlukan audit lebih intensif. Dalam prosedur analitik, auditor menghitung dengan ratio. Ratio yang telah dihitung tersebut kemudian dibandingkan dengan harapan auditor. 3. Tentukan pengujian terhadap transaksi rinci Pengujian terhadap transaksi rinci terutama terdiri dari prosedur pengusutan (tracing) dan pemeriksaan bukti pendukung (vouching) untuk membuktikan asersi keberadaan dan keterjadian, kelengkapan, hak dan kewajiban, penilaian atau alokasi, penyejian dan pengungkapan transaksi atau golongan transaksi. 4. Tentukan pengujian terhadap akun rinci Auditor menentukan berbagai prosedur audit untuk membuktikan asersi keberadaan dan keterjadian, kelengkapan, hak dan kewajiban, penilaian atau alokasi, penyajian dan pengungkapan akun tertentu.

Program Audit dalam Perikatan Pertama Dalam perikatan pertama, penentuan pengujian substantif rinci dalam program audit umumnya belum dapat diselesaikan oleh auditor sampai dengan saat auditor menyelesaikan studi dan evaluasi terhadap pengendalian intern dan setelah tingkat risiko deteksi yang dapat diterima telah diitetapkan untuk setiap asersi signifikan. Menurut SA seksi 323 Perikatan Audit Tahun Pertama-Saldo Awal, terdapat dua hal yang memerlukan perhatian khusus dari auditor dalam mendesain program audit dalam perikatan pertama: 1. Auditor harus memastikan bahwa saldo awal mencerminkan penerapan kebijakan akuntansi yang semestinya, dan 2. Bahwa kebijakan tesebut diterapkan secara konsisten dalam laporan keuangan tahun berjalan. Bila terdapat perubahan dalam kebijakan akntansi atau penerapannya, auditor harus memperoleh kepastian bahwa perubahan tersebut memang semestinya dilakukan dan dipertanggung jawabakan serta diungkapkan. Program Audit dalam Perikatan Berulang Dalam perikatan audit berulang, auditor dapat melakukan akses ke program audit yang digunakan dalam audit tahun yang lalu dan ketas kerja yang dihasilkan dari program audit tersebut. Dalam keadaan ini, strategi audit awal yang dipilih auditor biasanya didasarkan pada asumsi tingkat risiko pengendalian yang dipakai dalam audit tahun yang lalu. Begitu pula, program audit untuk pengujian substantif biasanya dipakai untuk audit tahun berjalan. Oleh karena itu, dalam perikatan audit berulang, program audit seringkali disiapkan sebelum auditor menyelesaikan studi dan evaluasi terhadap pengendalian intern. Jika informasi yang diperoleh dari audit tahun berjalan menunjukkan tingkat risiko pengendalian tidak lagi memadai, program audit perlu disesuaikan.

PERBANDINGAN ANTARA PENGUJIAN PENGENDALIAN DENGAN PENGUJIAN SUBSTANTIF


Keterangan Pengujian pengendalian Pengujian substantif Jenis Bersamaan ( concurrent ) Tambahan Prosedur analitik Pengujian terhadap transaksi rinci Pengujian terhadap akun rinci Tujuan Penentuan efektivitas desain dan operasi Penentuan kewajaran asersi laporan keuangan signifikan

pengendalian intern Sifat pengukuran pengujian Frekuensi penyimpangan dari pengendalian intern Kekeliruan rupiah dalam transaksi dan saldo akun

Prosedur audit yang dapat diterapkan

Permintaan

keterangan,

inspeksi,

pelaksanaan

Sama dengan pengujian pengendalian ditambah dengan prosedur analitik, perhitungan, konfirmasi, pengusutan, dan pemeriksaan bukti

kembali, dan teknik audit berbantuan komputer

Saat pelaksanaan

Terutama pada pekerjaan interim

Terutama pada atau mendekati tanggal neraca

Komponen risiko audit

Risiko pengendalian

Risiko deteksi

Standar pekerjaan lapangan

Kedua

Ketiga

Diharuskan oleh standar auditing

Tidak

Ya

Perbandingan antara Pengujian Pengendalian dengan Pengujian Substantif

RANGKUMAN Penaksiran risiko pengendalian untuk suatu asersi merupakan faktor penentu tingkat risiko deteksi yang dapat diterima untuk suatu asersi, yang akan berdampak terhadap terhadap tingkat pengujian substantif yang direncanakan yang harus dilakukan untuk menyelesaikan audit. Pengujian pengendalian adalah prosedur audit yang dilaksanakan untuk menentukan ekfektivitas desain dan/atau operasi kebijakan dan prosedur pengendalian intern. Berbagai pengujian pengendalian dapat dipilih oleh auditor dalam pelaksanaan auditnya: 1. Pengujian pengendalian bersamaan (concurrent tests of controls) 2. Pengujian pengendalian tambahan 3. Pengujian pengendalian yang direncanakan 4. Pengujian dengan tujuan ganda (dual-purpose-tests) Desain pengujian substantif sangat ditentukan oleh risiko deteksi yang ditetapkan oleh auditor. Desain pengujian substantif mencakup penentuan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang diperlukan untuk memenuhi tingkat risiko deteksi setiap asersi. Auditor dapat menggunakan jenis pengujian substantif berikut ini: prosedur analitik, pengujian terhadap transaksi rinci, dan pengujian terhadap saldo rinci. Rerangka umum pengembangan program audit untuk pengujian substantif adalah sebagai berikut: (1) tentukan prosedur awal audit, (2) tentukan prosedur analitik yang perlu dilaksanakan, (3) tentukan pengujian terhadap transaksi rinci, (4) tentukan pengujian terhadap akun rinci.

THANKS FOR YOU ATTENTION

Vous aimerez peut-être aussi