Vous êtes sur la page 1sur 29

LAPORAN KASUS KERATITIS OKULUS DEXTER

Emy Novita Sari (01.208.5645)

Identitas Pasien
Nama Umur Alamat : Tn. A : 42 tahun : Ngernak 17/05 Sukorejo Tegalrejo, Magelang : Pedagang : Sudah Menikah : 12 Juni 2013

Pekerjaan Status Menikah Tanggal masuk poli

ANAMNESIS
Keluhan Utama Mata kanan merah dan terasa pedih

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien datang ke poli mata RST dr Soedjono Magelang dengan keluhan sejak 3 hari yang lalu pasien mengeluh gatal gatal pada mata kanannya dan kemudian karena itu pasien sering mengucek ngucek mata sehingga mata menjadi merah . Pasien juga mengeluh ada rasa tidak nyaman jika melihat sinar, serta air mata yang mengalir terus menerus. Pasien ada riwayat terpapar angin dan sinar matahari pada matanya jika mengendarai motor dan bekerja. Pasien juga mengeluhkan adanya penurunan kemampuan penglihatan pada mata kanannya. Riwayat terdapat kotoran pada mata dan demam disangkal oleh pasien

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Pasien belum pernah mengalami hal ini sebelumnya Pasien mengaku tidak memakai kacamata baca sebelumnya Riwayat penyakit gula (DM) disangkal Riwayat penggunaan lensa kontak disangkal Riwayat kelainan mata sejak lahir dan penyakit congenital lain disangkal Riwayat adanya trauma pada mata karena bahanbahan kimia disangkal Riwayat penggunaan obat topical seperti neomisin, tobromisin atau yang lainnya disangkal Riwayat terpapar angin dan sinar matahari diakui

RIWAYAT PENGOBATAN
Riwayat alergi disangkal Riwayat operasi yang berhubungan dengan mata disangkal Riwayat mengkonsumsi obat-obatan tertentu dalam waktu lama disangkal.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Tidak ada anggota keluarga yang mengalami hal serupa Riwayat penyakit gula (DM) disangkal

RIWAYAT SOSIAL EKONOMI


Pasien adalah seorang ekonomi cukup. pedagang , kesan

PEMERIKSAAN FISIK
Status Umum Kesadaran : Compos mentis Aktivitas : Normoaktif Kooperatif : Kooperatif Status gizi : Baik Vital Sign TD : 130/70 mmHg Nadi : 80 x/menit RR : 18 x/menit Suhu : 36,70

Status Ophthalmicus No.


1. Visus

Pemeriksaan

Mata Kanan 6/30 tidak dikoreksi

Mata Kiri 6/6

2.
3. 4

Lapang pandang
Gerakan bola mata Supracilia

Normal
Baik ke segala arah Normal

normal
Baik ke segala arah Normal

4.

Palpebra superior

Edema
Hiperemi Hematom Entropion Ektropion Silia

Trikiasis (-) -

Trikiasis (-) -

5.

Palpebra Inferior

Edema Hiperemi Hematom Entropion Ektropion Silia

Trikiasis (-) (-) (+) Keruh Permukaan cembung Infiltrate (+) Jernih

Trikiasis (-) -

6.

Konjungtiva bulbi

Injeksi konjungtiva Injeksi siliar

7.

Kornea

Permukaan cembung Infiltrate (-)

8.

Bilik mata depan

Dalam Hifema (-) Hipopion (-)

Dalam Hifema (-) Hipopion (-) Warna coklat Iridodenesis (-) Iridodialisis (-) Sinekia (-)

9.

Iris

Warna coklat Iridodenesis (-) Iridodialisis (-) Sinekia (-) Fotopobia (+)

10.

Pupil

Bentuk Diameter Refleks

Regular 2mm (+) Jernih (-) Normal Flurescein (+) Bintik-bintik hijau di tengah kornea

Reguler 2mm (+) Jernih (-) Normal -

11.

Lensa Iris Shadow

12. 13.

TIO (palpasi) Slit lamp dengan flurescein

GAMBAR
OD
OS

Bintik-bintik hijau Flurescein (+)

INJEKSI SILIER

DIAGNOSA DIFFERENSIAL
1. Keratitis Okuli Dexter ditegakkan karena datang dengan keluhan penglihatan mata kanan kabur dan terasa ada yang mengganjal sejak 3 hari yang lalu. Mata terasa nyeri, silau jika melihat cahaya, merah serta berair. Riwayat mata merah, terdapat kotoran pada mata dan demam disangkal oleh pasien. Dari anamnesis menunjukkan bahwa pasien mengalami suatu infeksi didaerah mata bagian kanan dengan keluhan mata merah, silau (fotofobia), berair dan penurunan visus (kabur). Dari gejala yang timbul tersebut menunjukkan diagnosis sementara mengarah ke diagnosis keratitis. Konjungtivitis disingkirkan karena tidak terdapat injeksi konjungtiva dan tidak terdapat sekret

Uveitis disingkirkan karena tidak terdapat keratic precipitate, tidak ada edema pada iris, tidak ada hipopion dan tidak ada sinekia Ulkus Kornea disingkirkan karena tidak terdapat hipopion, tidak terdapat ulkus pada kornea Glaukoma akut disingkarkan karena tidak terdapat penyempitan lapang pandang, tidak melihat pelangi di sekitar lampu, tidak sakit kepala, tidak mual dan muntah dan pada palpasi TIO normal.

USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Funduskopi Pemeriksaan mikroskopis untuk mengetahui penyebab keratitis Gram Giemsa

DIAGNOSA KERJA
Keratitis Okuli Dexter

TERAPI
Tobroson S 2 dd gtt I OD Amoxan 500 mg S 2 dd tab I

PROGNOSIS
Quo Ad Visam Quo Ad Sanam Quo Ad Functionam Quo Ad Kosmetikam Quo Ad Vitam : : : : : OD dubia ad bonam ad bonam ad bonam dubia ad bonam ad bonam OS ad bonam ad bonam ad bonam ad bonam ad bonam

EDUKASI
Meminum obat secara teratur agar penyakit tidak berkembang menjadi sikatriks

Mengurangi pajanan terhadap iritan mata seperti debu dan sinar matahari dengan menggunakan kacamaa dan topi saat bekerja.

KOMPLIKASI
Komplikasi dari keratitis dapat terjadi ulkus kornea kemudian terbentuk jaringan parut (sikatriks ) sehingga dapat mengganggu ketajaman penglihatan. Selain itu, komplikasi yang lain dapat terjadinya uveitis, glaukoma, dan endoftalmitis.

RUJUKAN
Dalam kasus ini tidak dilakukan Rujukan ke Disiplin Ilmu Kedokteran Lainnya, karena dari pemeriksaan tidak ditemukan kelainan yang berkaitan dengan Disiplin Ilmu Kedokteran lainnya.

PEMBAHASAN
Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya, dan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan Kornea merupakan salah satu media refrakta dengan diameter 11,5 mm, tebal + 1 mm (0,54 0,65 mm) dan dengan kekuatan bias 43 dioptri. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea. Kornea terdiri dari 5 lapisan yaitu :

Epitel Membran Bowman Stroma Membran Descement Endotel

Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan strukturnya yang uniform, avaskuler dan deturgenes. Deturgenes, atau keadaan dehidrasi relative jaringan kornea dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Endotel lebih penting daripada epitel dalam mekanisme dehidrasi dan cidera kimiawi atau fisik, pada endotel jauh lebih berat daripada cedera pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya cedera pada epitel hanya menyebabkan edema lokal sesaat stroma kornea yang akan menghilang bila selsel epitel itu telah beregenerasi

KERATITIS
Keratitis adalah infeksi pada kornea yang biasanya diklasifikasikan menurut lapisan kornea yang terkena yaitu keratitis superfisialis apabila mengenal lapisan epitel atau bowman dan keratitis profunda atau interstisialis (atau disebut juga keratitis parenkimatosa) yang mengenai lapisan stroma

Keratitis sika Suatu bentuk keratitis yang disebabkan oleh kurangnya sekresi kelenjar lakrimale atau sel goblet yang berada di konjungtiva. Keratitis lepra Suatu bentuk keratitis yang diakibatkan oleh gangguan trofik saraf, disebut juga keratitis neuroparalitik. Keratitis nummularis Bercak putih berbentuk bulat pada permukaan kornea biasanya multiple dan banyak didapatkan pada petani.

KERTITIS PROFUNDA
Bentuk-bentuk klinik keratitis profunda antara lain: Keratitis interstisialis luetik atau keratitis sifilis congenital Keratitis sklerotikans.

ETIOLOGI
Belum ditemukan organisme penyebabnya, namun dicurigai virus. Pada satu kasus berhasil diisolasi virus varicella-zoster dari kerokan kornea (1,3). Penyebab lainnya dapat terjadi pada moluskulum kontangiosum, acne roasea, blefaritis neuroparalitik, trachoma, trauma radiasi, lagoftalmos, keracunan obat seperti neomisin, tobramisin dan bahan pengawet lainnya

MANIFESTASI KLINIS
Iritasi ringan, mata berair, penglihatan yang sedikit kabur, dan fotofobia adalah gejala satu-satunya. Konjungtiva tidak terkena Keratitis epithelial sekunder terhadap blefarokonjungtivitis stafilokokus dapat dibedakan dari keratitis punctata superfisialis karena mengenai sepertiga kornea bagian bawah. Keratitis epithelial pada trachoma dapat disingkirkan karena lokasinya dibagian sepertiga kornea bagian atas dan ada pannus. Banyak diantara keratitis yang mengenai kornea bagian superfisialis bersifat unilateral atau dapat disingkirkan berdasarkan riwayatnya(1).

TERAPI
Pasien diberi air mata buatan, tobramisin tetes mata, dan sikloplegik(2). Pemberian tetes kortikosteroid untuk jangka pendek sering kali dapat menghilangkan kekeruhan dan keluhan subjektif, namun pada umunya kambuh. Prognosis akhirnya baik karena tidak terjadi parut atau vaskularisasi pada kornea. Bila tidak diobati, penyakit ini berlangsung 1-3 tahun. Pemberian kortikosteroid topical untuk waktu lama memperpanjang perjalanan penyakit hingga bertahun-tahun dan berakibat timbulnya katarak teriduksi steroid dan glaukoma.

Vous aimerez peut-être aussi