Vous êtes sur la page 1sur 8

TUGAS MATA KULIAH PENGAUDITAN

BAB IX
RESIKO AUDIT TERMASUK RESIKO KECURANGAN

OLEH :

GALIH PANGESTI Y 07312089

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2009

MATERIALITAS, RISIKO, DAN STRATEGI AUDIT PENDAHULUAN

MATERIALITAS Konsep Materialitas


Financial Standards Board mendefinisikan material sebagai besarnya suatu pengabaian atau salah saji informasi akuntansi yang, di luar keadaan disekitarnya, memungkinkan bahwa pertimbangan seseorang yang bergantung pada informasi tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh pengabaian atau salah saji tersebut. Definisi tersebut mensyaratkan auditor untuk mempertimbangkan baik situasi yang berkenaan dengan entitas dan informasi yang dibutuhkan oleh mereka yang akan bergantung pada laporan keuangan yang diaudit.

Pertimbangan Pendahuluan Mengenai Materialitas


Auditor membuat pertimbangan pendahuluan mengenai tingkat materialitas dalam merencanakan audit. Penilaian ini sering disebut materialitas perencanaan. Dalam merencanakan suatu audit, auditor harus menilai materialitas pada dua tingkat berikut : a. Tingkat laporan keuangan karena pendapat auditor mengenai kewajaran meluas sampai laporan keuangan secara keseluruhan. b. Tingkat saldo akun karena auditor menguji saldo akun dalam memperoleh kesimpulan keseluruhan atas kewajaran laporan keuangan.

Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan


Materialitas laporan keuangan adalah salah saji agregat minimum dalam suatu laporan keuangan yang cukup penting untuk mencegah laporan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Salah saji mungkin diakibatkan karena penerapan yang salah dari GAAP, berangkat dari fakta, atau penghilangan informasi yang diperlukan. Dalam perencanaan audit, auditor harus mengakui bahwa terdapat lebih dari satu tingkat materialitas yang berhubungan dengan laporan keuangan. Dalam membuat suatu pertimbangan pendahuluan mengenai

materialitas, auditor mula-mula menentukan tingkat agregat materialitas untuk setiap laporan. Pertimbangan pendahuluan auditor mengenai materialitas sering kali dibuat enam hingga sembilan bulan sebelum tanggal neraca. Pertimbangan materialitas melibatkan pertimbangan kuantitatif dan pertimbangan kualitatif.

Materialitas pada Tingkat Saldo Akun


Materialitas saldo akun adalah salah saji minimum yang dapat muncul dalam suatu saldo akun hingga dianggap mengandung salah saji material. Salah saji hingga tingkat tersebut dikenal sebagai salah saji yang dapat ditolelir. Dalam membuat pertimbangan mengenai materialitas pada tingkat saldo akun, auditor harus mempertimbangkan hubungan antara materialitas pada tingkat saldo akun dan materialitas pada tingkat laporan keuangan.

Mengalokasikan Materialitas Laporan Keuangan pada Akun-akun


Ketika pertimbangan pendahuluan auditor mengenai materialitas laporan keuangan dikualifikasi, suatu estimasi pendahuluan mengenai materialitas setiap akun dapat diperoleh dengan mengalokasikan materialitas laporan keuangan pada akun-akun individual. Pengalokasian ini dapat dilakukan baik pada akun-akun neraca maupun akunakun laporan laba rugi. Namun demikian, karena kebanyakan salah saji pada laporan laba rugi juga mempengaruhi neraca, dan karena hanya terdapat sedikit akun dalam neraca, maka banyak auditor membuat alokasi berdasarkan akun-akun neraca.

Hubungan antara Materialitas dan Bukti Audit


Secara umum adalah benar untuk mengatakan bahwa semakin rendah tingkat materialitas, semakin besar jumlah bukti yang diperlukan. Secara umum juga benar untuk mengatakan bahwa semakin besar atau semakin signifikan suatu saldo akun, maka semakin besar jumlah bukti yang diperlukan.

RISIKO AUDIT

Model Risiko Audit


Model risiko audit mengekspresikan hubungan antara komponen-komponen risiko audit sebagai berikut : AR = IR x CR x DR AR IR CR DR : Risiko audit : Risiko bawaan : Risiko pengendalian : Risiko deteksi Terdapat banyak jenis pengujian substantif. Model risiko audit yang diperluas membagi risiko deteksi menjadi dua komponen, yaitu risiko prosedur analitis (AP) dan risiko pengujian terinci (TD). Oleh karena itu, hubungan antara komponen-komponen risiko audit dapat diekspesikan sebagai berikut : AR = IR x CP x AP x TD

Menilai Komponen Risiko Audit


a. Risiko bawaan Penilaian risiko bawaan memerlukan pertimbangan mengenai hal-hal yang mungkin memiliki dampak yang mendalam terhadap asersi-asersi untuk semua atau banyak akun dalam hal-hal yang hanya berkaitan dengan asersi spesifik untuk suatu akun spesifik. b. Risiko pengendalian Pengendalian intern yang efektif atas suatu asersi akan mengurangi risiko pengendalian, sementara pengendalian intern yang tidak efektif meningkatkan risiko pengendalian. c. Risiko deteksi Tingkat aktual dari risiko deteksi dapat dirubah oleh auditor dengan memvariasikan sifat, waktu, dan ekstensivitas pengujian-pengujian atau penempatan staf audit yang berhubungan dengan pengujian substantif yang dilakukan pada suatu asersi.

Risiko Audit pada Tingkat Laporan Keuangan dan Tingkat Saldo Akun
Secara umum, tingkat yang sama diterapkan pada setiap saldo akun dan semua asersi yang berkaitan. Sebaliknya, penilaian tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian serta tingkat komponen-komponen risiko deteksi yang dapat diterima, bervariasi untuk setiap akun dan asersi.

Hubungan antara Risiko Audit dan Bukti Audit


Terdapat suatu hubungan terbalik antara risiko audit dan jumlah bukti yang diperlukan untuk mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan. Semakin rendah tingkat risiko audit yang ingin dicapai, semakin besar jumlah bukti yang diperlukan. Untuk asersi tertentu, semakin rendah tingkat yang dapat diterima dari risiko prosedur analitis atau risiko pengujian terinci yang ditentukan oleh auditor, maka semakin besar kecukupan dan kompetensi pengujian substansial yang diperlukan untuk membatasi risiko deteksi keseluruhan pada tingkat tersebut.

Hubungan Timbal Balik antara Materialitas, Risiko Audit, dan Bukti Audit
Jika risiko audit konstan dan mengurangi tingkat materialitas, maka bukti audit harus ditingkatkan. Jika tingkat materialitas konstan dan mengurangi bukti audit, maka risiko audit harus ditingkatkan. Dengan kata lain, jika ingin mengurangi risiko audit kita dapat melakukan salah satu hal berikut : a. Menaikkan tingkat materialitas sementara menahan bukti audit konstan b. Menaikkan bukti audit sementara menahan tingkat materialitas konstan c. Membuat kenaikan yang lebih kecil untuk jumlah bukti audit dan tingkat materialitas

Peringatan akan Adanya Risiko Audit


Secara priodik, staf AICPA dalam berkomunikasi dengan Auditing Standards Board, memberikan peringatan akan adanya risiko audit. Tujuannya adalah memberikan suatu tinjauan mengenai perkembangan ekonomi baru-baru ini kepada auditor, perkembangan profesional dan perkembangan peraturan yang mungkin akan mempengaruhi audit untuk klien dalam banyak industri.

STRATEGI AUDIT PENDAHULUAN

Komponen Strategi Audit Pendahuluan


Dalam mengembangkan strategi audit pendahuluan untuk asersi-asersi, auditor menspesifikasikan komponen sebagai berikut : a. Tingkat risiko bawaan yang dinilai b. Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan untuk dinilai dengan mempertimbangkan : Luas pemahaman mengenai pengendalian intern yang diperoleh Pengujian pengendalian yang dilaksanakan dalam mengukur risiko pengendalian c. Tingkat risiko prosedur analitis yang direncanakan untuk dinilai dengan mempertimbangkan: Luas pemahaman tentang bisnis dan industri yang diperoleh Prosedur analitis yang akan dilaksanakan yang menyediakan bukti mengenai penyajian wajar dari suatu asersi d. Tingkat pengujian rincian yang direncanakan, apabila dikombinasikan dengan prosedur lain, mengurangi risiko audit hingga tingkat rendah yang sesuai

Strategi Audit Tambahan


Menurut pendekatan substantif yang menekankan kepada prosedur analitis auditor menspesifikasikan komponen-komponen strategi audit sebagai berikut : a. memperoleh pengetahuan yang luas mengenai proses bisnis lien yang relevan dengan asersi b. auditor mengantisipasi bahwa dia dapat memperoleh bukti kompeten dari prosedur analitis untuk mendukung suatu penilaian risiko sedang atau rendah dari bukti tersebut c. menggunakan suatu tingkat risiko pengendalian yang direncanakan untuk dinilai pada tingkat yang tinggi d. merencanakan untuk memperoleh pemahaman minimum mengenai bagian relevan dari pengendalian intern e. merencanakan sedikit, jika ada, pengujian pengendalian

f. merencanakan pengujian substantif atas transaksi saldo yang lebih sempit sebagai akibat daripengurangan risiko yang diberikanprosedur analitis. Faktor-faktor resiko yang Berkaitan dengan Salah Saji yqang Muncul dari Pelaporan Keuangan yang Curang. 1. Karakteristik menejemen da pengaruh terhadap lingkungan pengendalian. a. Indikator spesifik motif menejemen untuk terlibat dalam laporan keuangan yang curang. i. ii. iii. iv. Kompensasi menejemen dalam bentuk bonus, opsi saham, atau insentif lain. Kepentingan untuk meningkatkan harga saham entitas. Praktik menejemen yang tidak realistis. Kepentingan menejemen untuk meminimalkan laba guna menghindari pajak. b. Kegagalan menejemen dalam hal pengendalian intern dan laporan keuangan. i. ii. iii. iv. v. vi. vii. Cara yang tidak efektif untuk mengkomunikasikan dan etika yang tidak sesuai. Pendominasian menejemen. Pengawasan pengendalian yang tidak mencukupi. Menejemen gagal untuk memeperbaiki kondisi yang dilaporkan. Menejemen menetapkan target keuangan dan ekspektasi terlalu agresif. Menejemen menunjukkan ketidakpedulian terhadap otoritas peraturan. Menejemen terus mempekerjakan staf yang tidak efektif.

c. Partisipasi nonkeuangan menejemen yang berlebihan. d. Perputaran yang tinggi dalam menejemen senior. e. Hubungan yang renggang antar menejemen dan auditor terdahulu. i. ii. iii. Perselisihan Permintaan tanpa alasan Batasan formal atau informal

iv.

Prilaku menejemen yang mendominasi

f. Sejarah mengenai pelanggaran hukum. 2. Kondisi Industri. a. Persyaratan Akuntansi, undang-undang atau peraturan baru. b. Tingkat persaingan yang tinggi. c. Menurunnya industri. d. Perubahan cepat dalam industri. 3. Karakteristik operasi dan stabilitas keuangan. a. Ketidak mampuan menghasilkan arus kas. b. Tekanan untuk mendapat tambahan modal. c. Aktifa, kewajiban, pendapatan, atau beban. d. Transaksi pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa. e. Transaksi yang menimbulkan pertanyaan substansi dari formulir. f. Akun bank tampak tidak terdapat justifikasi bisnis yang jelas. g. Struktur organisasi yang sangat komplek. h. Kesulitan menentukan pengendali entitas. i. Pertumbuhan capat yang tidak biasa. j. Kerapuhan terhadap perubahan tingkat bunga. k. Ketergantungan terhadap hutang. l. Program insentif dan profitabiliti yang tidak realistis. m. Ancaman kebangkrutan. n. Konsekuensi terbalik atas transaksi yang tertunda. o. Posisi keuangan yang buruk.

Vous aimerez peut-être aussi