Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB IX
RESIKO AUDIT TERMASUK RESIKO KECURANGAN
OLEH :
materialitas, auditor mula-mula menentukan tingkat agregat materialitas untuk setiap laporan. Pertimbangan pendahuluan auditor mengenai materialitas sering kali dibuat enam hingga sembilan bulan sebelum tanggal neraca. Pertimbangan materialitas melibatkan pertimbangan kuantitatif dan pertimbangan kualitatif.
RISIKO AUDIT
Risiko Audit pada Tingkat Laporan Keuangan dan Tingkat Saldo Akun
Secara umum, tingkat yang sama diterapkan pada setiap saldo akun dan semua asersi yang berkaitan. Sebaliknya, penilaian tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian serta tingkat komponen-komponen risiko deteksi yang dapat diterima, bervariasi untuk setiap akun dan asersi.
Hubungan Timbal Balik antara Materialitas, Risiko Audit, dan Bukti Audit
Jika risiko audit konstan dan mengurangi tingkat materialitas, maka bukti audit harus ditingkatkan. Jika tingkat materialitas konstan dan mengurangi bukti audit, maka risiko audit harus ditingkatkan. Dengan kata lain, jika ingin mengurangi risiko audit kita dapat melakukan salah satu hal berikut : a. Menaikkan tingkat materialitas sementara menahan bukti audit konstan b. Menaikkan bukti audit sementara menahan tingkat materialitas konstan c. Membuat kenaikan yang lebih kecil untuk jumlah bukti audit dan tingkat materialitas
f. merencanakan pengujian substantif atas transaksi saldo yang lebih sempit sebagai akibat daripengurangan risiko yang diberikanprosedur analitis. Faktor-faktor resiko yang Berkaitan dengan Salah Saji yqang Muncul dari Pelaporan Keuangan yang Curang. 1. Karakteristik menejemen da pengaruh terhadap lingkungan pengendalian. a. Indikator spesifik motif menejemen untuk terlibat dalam laporan keuangan yang curang. i. ii. iii. iv. Kompensasi menejemen dalam bentuk bonus, opsi saham, atau insentif lain. Kepentingan untuk meningkatkan harga saham entitas. Praktik menejemen yang tidak realistis. Kepentingan menejemen untuk meminimalkan laba guna menghindari pajak. b. Kegagalan menejemen dalam hal pengendalian intern dan laporan keuangan. i. ii. iii. iv. v. vi. vii. Cara yang tidak efektif untuk mengkomunikasikan dan etika yang tidak sesuai. Pendominasian menejemen. Pengawasan pengendalian yang tidak mencukupi. Menejemen gagal untuk memeperbaiki kondisi yang dilaporkan. Menejemen menetapkan target keuangan dan ekspektasi terlalu agresif. Menejemen menunjukkan ketidakpedulian terhadap otoritas peraturan. Menejemen terus mempekerjakan staf yang tidak efektif.
c. Partisipasi nonkeuangan menejemen yang berlebihan. d. Perputaran yang tinggi dalam menejemen senior. e. Hubungan yang renggang antar menejemen dan auditor terdahulu. i. ii. iii. Perselisihan Permintaan tanpa alasan Batasan formal atau informal
iv.
f. Sejarah mengenai pelanggaran hukum. 2. Kondisi Industri. a. Persyaratan Akuntansi, undang-undang atau peraturan baru. b. Tingkat persaingan yang tinggi. c. Menurunnya industri. d. Perubahan cepat dalam industri. 3. Karakteristik operasi dan stabilitas keuangan. a. Ketidak mampuan menghasilkan arus kas. b. Tekanan untuk mendapat tambahan modal. c. Aktifa, kewajiban, pendapatan, atau beban. d. Transaksi pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa. e. Transaksi yang menimbulkan pertanyaan substansi dari formulir. f. Akun bank tampak tidak terdapat justifikasi bisnis yang jelas. g. Struktur organisasi yang sangat komplek. h. Kesulitan menentukan pengendali entitas. i. Pertumbuhan capat yang tidak biasa. j. Kerapuhan terhadap perubahan tingkat bunga. k. Ketergantungan terhadap hutang. l. Program insentif dan profitabiliti yang tidak realistis. m. Ancaman kebangkrutan. n. Konsekuensi terbalik atas transaksi yang tertunda. o. Posisi keuangan yang buruk.