Vous êtes sur la page 1sur 2

ANGKA KECUKUPAN GIZI (AKG) 2012 UNTUK ORANG INDONESIA

Djoko Kartono1), Abas Basuni Jahari1), Ahmad Sulaeman2), Hardinsyah2), Mary Astuti3), Moesijanti Soekatri4) 1) Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik, Kemenkes, 2) Fakultas Ekologi Manusia, IPB, 3) Fakultas Teknologi Pertanian, UGM, 4) Jurusan Gizi, Poltekkes Kemenkes Jakarta II. E-mail : kartono.djoko@yahoo.com

Abstrak Sejak tahun 1968, setiap 5 tahun sekali secara nasional ditetapkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan dalam kegiatan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG). AKG adalah angka kecukupan zat gizi setiap hari menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh dan aktivitas untuk mencegah terjadinya kekurangan ataupun kelebihan gizi. Secara internasional, berbagai istilah digunakan, di Amerika Serikat dan Kanada disebut Dietary Reference Intakes (DRIs), di Uni Eropa disebut Population Reference Intakes, di Jepang disebut Nutrients-Based Dietary Reference Intakes (NBDRIs), WHO menggunakan istilah Recommended Nutrient Intake (RNI), di Filipina digunakan istilah Recommended Energy and Nutrient Intake (RENI), di Australia dan Selandia Baru digunakan istilah Nuterient Reference Values (NRVs). Pada prinsipnya, bila suatu masyarakat atau daerah memiliki ukuran tubuh, aktifitas dan susunan demografi yang berbeda maka dapat menetapkan angka kecukupan gizi yang disesuaikan dengan keadaan tersebut terutama untuk kecukupan energi dan protein. Banyak sekali macam zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh yang terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air. AKG tahun 2004 untuk Indonesia terdiri dari: energi; protein; air; 11 vitamin: vitamin A, vitamin D, vitamin E, vitamin K, thiamin, riboflavin, niasin, asam folat, piridoksin, vitamin B12 dan vitamin C; 9 mineral: kalsium, fosfor, magnesium, besi, iodium, seng, selenium, mangan, fluor. Zat gizi yang dibahas tetapi belum ditetapkan AKGnya adalah elektrolit yaitu natrium, kalium dan klor. Angka kecukupan gizi berubah dari waktu ke waktu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan temuan hasil penelitian yang terkait dengan kecukupan gizi dan kesehatan masyarakat. AKG tahun 2012 mengalami perubahan dari AKG yang terakhir tahun 2004 dengan berbagai pertimbangan antara lain: i) berbagai fakta baru tentang kecukupan zat gizi dari berbagai hasil studi, ii) tersedianya data antropometri secara nasional (berat badan, tinggi/panjang badan) berdasarkan Riskesdas 2007 dan 2010. AKG tahun 2012 mengalami penambahan terdiri dari gizi makro: energi, protein, lemak, karbohidrat dan air; 11 vitamin: vitamin A, vitamin D, vitamin E, vitamin K, thiamin, riboflavin, niasin, asam folat, piridoksin, vitamin B12 dan vitamin C; 11 mineral: kalsium, fosfor, magnesium, besi, iodium, seng, selenium, mangan, fluor, tembaga dan kromium serta 2 elektrolit: natrium dan kalium. Ada dua penambahan zat gizi yang pada AKG tahun 2004 belum dibahas yaitu tembaga dan kromium. Tembaga belum dibahas dalam AKG tahun 2004 tetapi sudah ada dalam acuan label gizi (ALG), sedangkan kromium sudah dicantumkan dalam beberapa produk makanan. Angka kecukupan lemak, karbohidrat, air, natrium dan kalium dibahas dalam AKG tahun 2004 dan dalam AKG tahun 2012 akan dicantumkan dalam tabel. Air merupakan zat gizi yang penting karena dibutuhkan dalam jumlah (volume) besar dan dibutuhkan untuk semua proses metabolisme tubuh.

Acuan berat dan tinggi badan untuk menghitung AKG tahun 2012 adalah berdasarkan Riskesdas 2007 dan 2010 yang merupakan perbaikan dari acuan berat dan tinggi badan AKG tahun 2004. Dasar perhitungan angka kecukupan gizi adalah i) berat badan orang Indonesia yang dikategorikan normal menurut standar WHO, ii) prinsip-prinsip perhitungan AKG yang digunakan oleh WHO/FAO dan IOM yang disesuaikan dengan ukuran tubuh Indonesia, iii) berbagai studi terkait di Indonesia dan Asia. Dalam menaksir kecukupan energi harus diperhatikan komponen yang mempengaruhi yaitu i) metabolisme dalam keadaan istirahat atau basal metabolic rate (BMR), ii) aktifitas, iii) tambahan kebutuhan karena kegiatan fisik (thermic effect of exercise =TEE), iv) tambahan energi selama pencernaan makanan (thermic effect of food=TEF), dan v) fakultatif termogenesis (perubahan suhu, konsumsi makanan, stres). Dalam membahas kecukupan protein ada 2 masalah pokok yaitu jumlah nitrogen dan asam amino esensial. Kualitas dan kuantitas nitrogen dalam makanan menggambarkan banyaknya protein yang tersedia. Dalam menaksir kecukupan lemak harus memperhatikan konsumsi asam lemak linoleat dan linolenat. AKG ini dijadikan dasar untuk pelabelan pangan, pedoman gizi seimbang dan perencanaan pangan dan gizi. Agar AKG dapat digunakan secara akurat maka diperlukan Daftar Komposisi Pangan Indonesia (DKPI) yang lengkap dan mencakup semua zat gizi yang ada dalam AKG.
Kata kunci: kecukupan energi, air, gizi makro, vitamin, mineral, elektrolit

Vous aimerez peut-être aussi