Vous êtes sur la page 1sur 3

Menyucikan Jiwa dengan Akhlak Mulia

By Abu Fatimah Al Banteni Posted on 18 October 2012Posted in: Artikel Islam, Tazkiyatun Nufus

Berikut ini kami kutipkan nasehat Syaikh Salim Bin ied Al Hilali hafizhahullah dalam Manhajul Anbiya Fii Tazkiyyatin Nufus, dan juga kutipan sebagian isi ceramah Ustadz Firanda Andirja, M.A dalam ceramah beliau bertajuk Mendulang Pelajaran Akhlak Dari Prof Abdurrozzaq. Syaikh Salim hafizhahullah menjelaskan: Saya menjelaskan pokok-pokok Manhaj Nabi dalam tazkiyatun nufus karena berbagai alasan berikut: Pertama: Bahwa manhaj Nabi Muhammad Shalllahu alihi wa sallam dalam tazkiyatun nufus merupakan manhaj seluruh para Nabi. Kedua: bahwa tazkiyatun nufus adalah salah satu pokok (rukun) dari diutusnya Nabi dan merupakan sesuatu yang sangat penting dan dikokohkan oleh Rasul shallallahu alaihi wa sallam baik secara ucapan, perbuatan maupun dakwah. Ketiga: bahwa tazkiyatun nufus merupakan pokok utama era lepas landas yang ditungu-tunggu untuk memulai kehidupan Islami sesuai Manhaj Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Motivasi dalam memilih pokok-pokok tersebut adalah: 1. Sesungguhnya ummat Islam berselisih dalam banyak jalan, baik dalam segi aqidah maupun tarbiyyah. Dan pada akhirnya mereka berpecah belah melenceng dari jalan Allah. Maka sudah menjadi keharusan yang tak dapat ditolak rambu-rambu jalan menuju Allah harus menjadi jelas agar orang-orang yang beriman itu imannya dengan bukti-bukti yang nyata dan agar orang-orang kafir itu kufurnya dengan keterangan yang nyata pula. 2. Timbulnya manhaj-manhaj tarbiyyah baru dalam memperbaiki dan membangun ummat, semua tokoh dalam dalam manhaj tersebut mengaku bahwa manhaj yang dibawanya adalah manhaj Islami yang benar dan hanya manhajnyalah yang dapat menyelamatkan ummat. 3. Penjelasan manhaj Nabi dalam tazkiyyatun nufus. Karena yang sedang dihadapi oleh ummat Islam sekarang ini adalah masalah akhlak. Adapun sisi aqidah telah banyak sekali karya ilmiah dalam masalah ini yang tidak pernah kosong dari faidah dan manfaat. Adapun dari sisi perilaku saya sama sekali tidak pernah mendapatkan karya kecuali makalah-makalah yang kering kerontang yang dipenuhi dengan teori-teori dari dalam lautan yang hanya merupakan pengalaman pribadi dan sama sekali tidak layak untuk para pemula. Bagaimana bisa makalahmakalah tersebut dijadikan landasan memperbaiki ummat. Ummat ini tidak akan pernah bisa diperbaiki kecuali dengan cara yang ditempuh oleh para pendahulu (Salafush Shalih.)

Tazkiyyatun Nufus Termasuk Salah Satu Aspek Kekuatan Ummat Ketahuilah saudaraku seiman semoga Allah memberikan kekuatan kepadamu sesungguhnya Tazkiyyatun Nufus yang bertujuan membentuk akhlak mulia merupakan faktor utama bagi kekuatan dan keagungan ummat.

Sesungguhnya nilai suatu ummat itu terdapat pada akhlaknya Jika akhlak itu hilang maka hilang pula nilai suatu ummat tersebut. Karena itulah tazkiyyatun nufus memiliki peranan yang sangat penting, karena dia sangat berpengaruh terhadap baik atau buruknya satu ummat. Disamping itu tazkiyyatun nufus menjadi landasan tegaknya perintah-perintah Allah di dalam jiwa manusia. Jika jiwa manusia dibiasakan dengan akhlak yang mulia dan lurus, niscaya jiwa tersebut akan senang dan bangga dalam mengagungkan syiar-syiar Allah dan berjalan di atas manhajNya.

Tidak ada ucapan yang lebih benar dari firman Allah Dialah Rabb yang berfirman:

Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati. (Al Hajj 32) Akhlak yang mulia merupakan inti ajaran syariat yang toleran dan kumpulan ajaran agama yang menjadi tujuan diutusnya Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Karena itu jiwa ini harus dikondisikan dengan akhlak tersebut sehingga mendapatkan kebahagiaan dan patuh terhadap perintah Allah. Tazkiyyatun Nufus Termasuk Salah Satu Rukun Kenabian Sesungguhnya penyucian jiwa manusia, pembersihannya dari setiap kotoran dan peningkatannya menuju kemuliaan akhlak merupakan salah satu tujuan penting diutusnya Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam ketika terputus pengutusan para Rasul. Hal ini diungkapkan oleh Al Qur-an al Karim dan as Sunnah al Muthaharah (yang suci). Allah berfirman dalam surat al Baqarah 151:

Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan menyucikan kamu (Menyucikan maksudnya adalah menyucikan jiwa dari akhlak tercela-ed) Adapun dari As Sunnah banyak sekali dan salah satunya adalah: Hanya saja aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjelaskan bahwa salah satu tugas beliau adalah meletakkan kaidah akhlak mulia, menyempurnakannya dan menjelaskannya. Bukankah semua pernyataan ini membuktikan bahwa tazkiyyatun nufus mempunyai peranan penting dalam membentuk sebuah masyarakat yang bersistem kekhalifahan yang lurus diatas manhaj Nubuwwah dan sebuah pengaruh yang menonjol dalam membangun kembali kehidupan yang Islami?! Jika ada yang bertanya: Hadits ini berbicara tentang masalah akhlak, lalu apa hubungannya dengan tazkiyyatun nufus? Saya jawab, Bukankah tazkiyyatun nufus dapat diwujudkan dengan akhlak yang mulia, konsisten di atas kebaikannya, berpegang teguh dengan nilai-nilai luhurnya dan berdakwah kepada kebaikannya? Jika engkau ingin lebih jelas lagi, ketahuilah bahwasanya Rasulullahshallallahu alihi wa sallam adalah suri teladan, beliau bergaul di tengah-tengah masyarakat dengan akhlak mulia, semua orang melihat beliau yang selalu menyempurnakan akhlak sehingga pantas jika shallallahu alaihi wa sallam mendapatkan pujian dari Allah di dalam kitabNya, bahkan Allah sebagai saksinya, dan cukuplah Allah sebagai saksi baginya. Allah berfirman dalam al Qalam: 4

Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. Banyak sekali perkataan ahli tafsir dalam menjelaskan makna ayat tersebut, hanya saja ungkapan yang paling tepat dan benar adalah sebagaimana yang dikatakan Ummul Muminin Aisyah binti Ash Shiddiq radhiyallahu anha ketika ditanya akhlak suaminya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, beliau radhiyallahu anha menjawab:

Akhlak beliau adalah Al Qur-an Makna hadits di atas adalah bahwa melaksanakan perintah al Qur-an dan menjauhi larangannya menjadi sebuah karakter bagi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Apa saja perintah al Qur-an pasti beliau laksanakan dan apa saja larangannya pasti beliau jauhi ini semua disamping akhlak mulia dan lurus yang beliau miliki. Tidak ada satu akhlak baik dan terpuji melainkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pasti menyandangnya, karena tidak ada cita-cita baginya selain mendapatkan ridha dari Allah. Akhirnya terkumpullah akhlak mulia pada diri beliau yang beliau diutus untuk menyempurnakannya.

Dengan ini jelaslah bahwa akhlak mulia yang dimiliki Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah agama itu sendiri dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan secara mutlak, sehingga benarbenar bersegera untuk melaksanakan sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah dan menjadi segala yang dibenci dengan lapang dada, inilah hakekat dari sebuah ketakwaan. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah manusia yang paling baik akhlaknya, paling takwa dan paling mengenal Allah Subhanahu wa Taala. Dengan kebenaran yang jelas ini, kita menghilangkan anggapan sebagian kelompok yang menganggap dirinya sebagai para dai untuk mengembalikan khilafah, tetapi mereka menganggap bahwa akhlak yang menyucikan jiwa manusia ini sama sekali tidak berpengaruh terhadap kondisi sebuah masyarakat, karena masyarakat tegak di atas peraturan-peraturan kehidupan dan dipengaruhi oleh perasaan dan pemikiran. Adapun akhlak sama sekali tidak berpengaruh terhadap maju atau mundurnya sebuah masyarakat!!! selesai mengutip penjelasan Syaikh Salim Dalam sebuah cermah Ustadz Firanda hafhizahullah menjelaskan: Kita mengetahui bahwasanya Dakwah Ahlussunnah adalah Dakwah yang dikenal dengan Dakwah Tauhid. Masyarakat sudah memahami bahwa Dakwah Ahlussunnah Wal Jamaah, Al Firqotun Najiyah adalah dakwah yang menyeru kepada Tauhid dan memberantas kesyirikan. Namun jangan kita lupakan bahwasanya Dakwah Ahlussunnah Wal Jamaah adalah dakwah yang menyeru kepada Akhlak. Seharusnya dakwah ini dibangun di atas dua perkara ini yakni Tauhid dan Akhlak. Dakwah Ahlussunnah dikenal dengan Tauhid dan dikenal dengan Akhlak. Jika Dakwah Ahlussunnah atau Salafiyyah dikenal di masyarakat bukan kelompok yang memperhatikan akhlak maka berarti cara dakwahnya selama ini keliru. Berarti pemberian porsi dalam Dakwah Akhlaq kurang. Saya (Ustadz Firanda) tidak mengingkari bahwasanya para ustadz telah menyampaikan materi tentang akhlak namun masalahnya adalah pemberian porsi terhadap dakwah akhlak: porsinya banyak atau tidak. Ahlussunnah/ salafiyyun dikenal dengan kelompok yang mendakwahkan Tauhid dan ini merupakan poin yang sangat luar biasa karena kita dikenal dengan para dai yang menyeru kepada Tauhid tinggal poin kedua apakah kita dikenal dengan dakwah yang menyeru kepada akhlak? Jika ada yang mengatakan: Yang penting Tauhid, akhlak buruk tidak jadi masalah!!! Maka hal seperti ini tidak benar

Vous aimerez peut-être aussi