Vous êtes sur la page 1sur 31

TUGAS KEBIJAKAN FISKAL ANALISIS APBD DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR

OLEH:
1.NOVITA SARI SETIAWAN 2.JUNITA AJIZAH 3.MENIK YUNI LESTARI 4.SRI LESTARI SIBUEA JURUSAN:D3-KEUANGAN GROUP:B 112101118 112101117 112101083 112101082

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI TAHUN AJARAN 2013/2014

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ANALISIS APBD DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR. Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Kedua orang tua dan Dosen Pembimbing mata kuliah kebijakan fiscal Pak Umar yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi. Meskipun Saya berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, Saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar Makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata Saya berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Medan.Juni 2013

Novita Sari Setiawan

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 RUMUSAN MASALAH 1.3 TUJUAN PENELITIAN 1.4 MANFAAT PENELITIAN BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA II.1.1. Kebijakan Daerah dan Kelembagaan II.1.2. Keuangan II.1.3. Komunikasi II.1.4 Keterlibatan Pelaku Bisnis II.1.5. Pemberdayaan Masyarakat, Aspek Jender dan Kemiskinan II.1.6. Monitoring dan Evaluasi II.2.1. Sub Sektor Air Limbah II.2.2. Sub Sektor Persampahan II.2.3. Sub Sektor Drainase Lingkungan II.2.4. Sektor Air Bersih II.2.5. Aspek Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN 3.1 Kesimpulan 3.2 Saran

Daftar Pustaka

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Republik Indonesia tercinta.Salah satu dari sekian banyak reformasi yang membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi hubungan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah yang di kenal denganOtonomi Daerah.Walau pun istilah otonomi daerah bukan lah hal yang baru karena seiring dengan undanga undang dasar 1945. Otonomi daerah saat ini di kaitkan dengan undang undang nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintah pusat daerah yang direvisi menjadi undang undang nomor 32 tahun 2004 dan undang undang no 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan daerah.Pemberlakuan kedua undang undang ini berkosekuensi pada perubahan pola pertanggung jawaban horizontal(horizontal accountability) kepada masyarakat melalui Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Otonomi Daerah pada hakekat nya dalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Otonomi Daerah menuntut pemerintah daerah untuk memberikan pelayanan sebaikbaik nya kepada masyarakat,salah satu bentuk pelayanan tersebut adalah memberikan informasi yang transparan dan akuntabel .Dalam konsep otonomi daerah maka di perlukan: Pemberdayaan masyarakat Demokratisasi dalam arti pemberian tanggung jawab kepada seluruh masyarakat Peluang untuk mempercepat perolehan kesejahteraan masyarakat secara merata Peningkatan mutu pelayanan birokrasi Peningkatan mutu pengawasan melalui legislative Sebagai konsekuensi di dalam melaksanakan otonomi daerah ,pemerintah kabupaten di tuntut untuk mampu membiayai penyelenggaraan pemenrintahan,pembangunan dan kemasyarakatan yang menjadi kewenangan nya.Hal ini menandakan bahwa daerah harus berusaha untuk mampu meningkatan PAD yang merupakan tolak ukur bagi daerah dalam menyelnggarakan dan mewujudkan otonomi daerah .Pada prinsip nya semakin besar sumbangan PAD terhadap anngaran pendaptan dan belanja daerah (APBD) akan menunjukan semakin kecil ketergantungan daerah kepada pusat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena yang telah di uraikan pada latar belakang,maka masalah yang hendak di teliti dalam penelitian ini di rumuskan sebagai berikut: Kebijakan Daerah,Keterlibatan Pelaku Bisnis,Pemberdayaan Masyarakat,Aspek Gender dan kemiskinan,Monotoring dan Evaluasi,Aspek Teknis dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat,Sub Sektor Air Limbah,Persampahan Drainase Lingkungan,Sektor Air Bersih,Aspek Perilaku Hidup Bersih Sehat(PHBS) di Kabupaten Toba Samosir?/ 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas,maka tujuan penelitian ini adalah:Untuk mengetahui apakh semua pengaruh dari pada Daerah Toba Samosir . 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang di harapkan dari peneltian ini adalah : Bagi Peneliti,Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai pelatihan intekletual,mengembangkan wawasan berfikir yang di landasi konsep ilmiah khusus nya ilmu akuntasi sector public. Bagi Praktisi,Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah daerah Kabupaten Toba Samosir dan dapat menjadi acuan dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Bagi Akademik,Hasil penelitian ini di harapkan bermanfaat untuk menambah wacana dalam perkembangan Ilmu Akuntasi Sektor Publik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II.1.1. Kebijakan Daerah dan Kelembagaan Dalam aspek kebijakan daerah dan kelembagaan, yang menjadi isu strategis adalah: 1. Kebijakan Daerah Belum adanya tatanan substansi Perda Kabupaten Toba Samosir yang secara jelas dan tegas mengatur penyediaan sarana dan prasarana sanitasi yang baik dan sehat serta kebijakan dasar yang memuat substansi yang tegas untuk mengarahkan pola tindak seluruh pemangku kepentingan baik pemerintah, masyarakat maupun swasta. Kalaupun ada perda, hanya mengatur sektor sanitasi secara parsial (tidak terpadu dan terintegrasi) misalnya Perda No. 7 Tahun 2001 tentang Retribusi Sampah dan Perda No. 49 tahun 1999 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB); Saat ini Pemerintah Kabupaten Toba Samosir belum memiliki desain pola kerjasama yang spesifik dengan pemerintah propinsi, pemerintah pusat dan pihak ketiga dalam pengelolaan layanan sanitasi di Kabupaten Toba Samosir. 2. Kelembagaan Belum adanya SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Toba Samosir yang secara khusus menangani pengelolaan sanitasi sehingga pembangunan sektor sanitasi masih ditangani secara parsial (tidak terintegrasi dan terpadu) tersebar di beberapa SKPD, sehingga program pembangunan Sanitasi yang dilakukan oleh SKPD masih kurang sinergis; Pendistribusian tugas terkait sanitasi pada setiap SKPD di

lingkungan Pemerintah Kabupaten Toba Samosir saat ini masih kurang jelas dan tegas. Sebagai contoh kasus dapat diketahui dalam hal penanganan persampahan dan air limbah sering terjadi tumpang tindih penanganannya antara Badan Lingkungan Hidup dan Pertambangan Kabupaten Toba Samosir dengan Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Toba Samosir;

Mekanisme dan prosedur layanan sanitasi yang diterapkan oleh masingmasing SKPD penanggungjawab layanan sanitasi di Kabupaten Toba Samosir saat ini masih minim dalam mendukung penyediaan layanan sanitasi yang efektif dan efisien; SKPD penanggungjawab layanan pengelolaan sanitasi di Kabupaten Toba Samosir saat ini masih berhadapan dengan masalah keterbatasan

personil/aparatur yang memiliki pengetahuan, dan keterampilan teknis serta keterbatasan sarana dan prasarana sektor sanitasi. Adapun Badan/Dinas/ kantor/SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Toba Samosir yang terkait dengan pengelolaan pembangunan dan pengembangan sektor sanitasi terdiri dari Bappeda yang didukung oleh Bagian Pembangunan Sekretariat Daerah Kabupaten melakukan fungsi tata kelola perencanaan, Koordinasi, Evaluasi dan Monitoring secara manajerial; Dinas Pasar, kebersihan dan Pertamanan (pengelola teknis kegiatan ) dibantu para camat, Badan Lingkungan Hidup dan Pertambangan (pengelola teknis kegiatan) dibantu para camat, Dinas Kesehatan (pengelola teknis kegiatan) dibantu para camat, Dinas Tata Ruang dan Permukiman (pengelola teknis kegiatan) dibantu para camat, Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata (pengelola teknis kegiatan) dibantu para camat,

Dinas Pendidikan (pengelola teknis kegiatan) dibantu para camat, Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah (pengelola teknis kegiatan keuangan) dan Inspektorat Wilayah Kabupaten Toba Samosir sebagai institusi pengawasan dan penilaian capaian pelaksanaan kegiatan;

Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten Toba Samosir Tahun 2010 yang dibentuk melalui Keputusan Bupati Toba Samosir Nomor 98 Tahun 2010,

merupakan kelompok adhoc dan saat ini masih berhadapan dengan masalah keterbatasan pengetahuan dan keterampilan tentang teknik pengelolaan sanitasi. Tantangan layanan sanitasi kabupaten pada sisi kebijakan daerah dan kelembagaan: Kurangnya perhatian selama ini terhadap pembangunan dan

pengembangan sektor sanitasi sehingga kebijakan daerah tentang sanitasi masih sangat terbatas; Tingkat kepatuhan masyarakat terhadap Perda No. 7 Tahun 2001 tentang Retribusi Sampah dan Perda No. 49 tahun 1999 tentang Retribusi Izin

Mendirikan Bangunan (IMB) secara umum masih rendah. Hal ini dipengaruhi oleh masih rendahnya intensitas sosialisasi Perda dimaksud dan masih terbatasnya jangkauan layanan sarana prasarana pendukung pelaksanaan Perda dimaksud sehingga masyarakat merasakan jasa pemerintah daerah; II.1.2. Keuangan Dalam aspek keuangan, yang menjadi isu strategis adalah: Kemampuan APBD Kabupaten dalam membiayai pembangunan sanitasi masih sangat terbatas; Kurangnya inovasi dalam menggali sumber-sumber PAD dari sektor layanan sanitasi; Penggunaan dana yang masih belum tepat sasaran;

Masih minimnya bantuan keuangan dari pemerintah daerah propinsi dan pemerintah pada sektor sanitasi.

Adapun kondisi alokasi Anggaran untuk penataan sektor Sanitasi (meliputi drainase, pemberdayaan masyarakat, persampahan dan penataan lingkungan bersih dan sehat) di Kabupaten Toba Samosir dari APBD Kabupaten Toba Samosir mulai dari TA 2008, 2009 dan 2010 yang tersebar di Dinas Kesehatan, Dinas Tata Ruang Permukiman, Badan Lingkungan Hidup dan Pertambangan, Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan serta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata adalah sebagai berikut: Tabel II.1. Alokasi Anggaran Penataan Sanitasi Dari Belanja Langsung APBD Kabupaten Toba Samosir
KONDISI BELANJA LANGSUNG APBD KABUPATEN TOBA SAMOSIR T.A 2008 TOTAL BELANJA ( Rp ) 456.919.672.840 TOTAL BELANJA LANGSUNG (Rp) 173.013.364.600 Dinas Kesehatan Dinas Tarukim Dinas Pasar Badan Lingkungan Hidup & Pertambangan Dinas Kebudayaan & Pariwisata Total TA 2008 2009 491.043.298.000 238.010.382.000 Dinas Kesehatan Dinas Tarukim Dinas Pasar Badan Lingkungan Hidup & Pertambangan Dinas Kebudayaan & Pariwisata Total TA 2009 2010 456.919.672.840 173.013.364.600 Dinas Kesehatan Dinas Tarukim Dinas Pasar Badan Lingkungan Hidup & Pertambangan Dinas Kebudayaan & Pariwisata Total TA 2010 9.198.699.850 8.693.863.200 1.724.899.850 5.869.800.000 615.000.000 989.000.000 200.000.000 10.152.936.344 474.470.000 5.697.900.000 1.096.983.000 1.224.510.200 200.000.000 SKPD TA 2008 2.440.784.000 4.878.600.000 941.252.000 1.692.300.344 TA 2009 TA 2010 PAGU (Rp)

Untuk melihat kondisi alokasi anggaran dari pos belanja APBD Kabupaten Toba Samosir TA 2008, 2009 dan Tahun Anggaran yang sedang berlangsung Tahun 2010 untuk penataan pembangunan sektor Sanitasi dilakukan dengan perhitungan proporsi Total Belanja Langsung untuk sektor Sanitasi dari setiap SKPD yang terlibat terhadap Total Belanja Langsung dari APBD Kabupaten Toba Samosir. Dari tabel III.1 dapat diperoleh proporsi penataan sektor sanitasi berturutturut untuk TA 2008 sebesar 5,87%, TA 2009 sebesar 3,65% dan angka sementara TA. 2010 sebesar 5,32%. Berdasarkan tabulasi perkembangan pendapatan dan belanja Kabupaten Toba Samosir yang diuraikan dalam Tabel III.2, untuk menentukan kondisi keuangan daerah dalam keadaan baik/tidak baik dapat ditentukan melalui rasio/perbandingan antara Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Total Pendapatan APBD dengan ketentuan apabila hasilnya 10%

menunjukkan bahwa kondisi keuangan daerah dalam keadaan baik. Maka merujuk pada rasio PAD terhadap total pendapatan pada APBD Kabupaten periode 2005, 2006, 2007, 2008 dan 2009 berturutturut sebesar 2,21%; 4,84%; 2,04%; 2,76% dan 2,13%. Dengan demikian keadaan keuangan di Kabupaten Toba Samosir berada pada posisi lemah/memerlukan bantuan/suntikan dana.

Tabel II.2 Perkembangan Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Toba Samosir T.A Uraian Realisasi (Rp) 2005 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 1. Pendapatan Pajak Daerah 1.352.779.028,00 2. Retribusi Daerah 730.186.170,00 3. Hasil Perusahaan Milik Daerah & Hasil 120.000.000,00 Pengelolaan Kekayaan Daerah 4. Lain-lain PAD yang sah 1.393.958.148,62 Jumlah PAD Pendapatan Dana Perimbangan 1. Bagian Daerah dari Bagi Hasil Pajak 2. Bagi Hasil Bukan Pajak 3. DAU 4. DAK 5. Bagi Hasil Pajak dan Bantuan Keuangan dari Propinsi Jumlah Pendapatan Dana Perimbangan Lain-lain Pendapatan yang Sah 1. Dana bantuan dari Pemerintah Jumlah Lain-lain Pendapatan yang Sah 3.596.923.346,62

15.012.448.282,00 558.619.795,00 108.378.000.000,00 11.610.000.000,00 9.236.792.102,00

144.795.860.179,00

14.635.626.877,92 14.635.626.877,92

Total Pendapatan T.A 2005 Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai/Personalia Belanja Barang dan Jasa Belanja Pemeliharaan Belanja Langsung Belanja Aparatur

163.028.410.403,54 91.531.897.976,00 77.376.030.836,00 12.865.586.327,00 1.290.280.813,00 65.506.164.524,69 7.075.615.294,00

Belanja Operasi Pemeliharaan Belanja Pegawai/Personalia Belanja Barang dan Jasa Belanja Perjalanan Dinas

5.972.653.823,00 2.498.356.000,00 1.264.990.150,00 1.542.242.000,00

T.A

Uraian Belanja Pemeliharaan Belanja Modal Belanja Publik Belanja Operasi Pemeliharaan Belanja Pegawai/Personalia Belanja Barang dan Jasa Belanja Perjalanan Dinas Belanja Pemeliharaan Belanja Modal Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan Belanja Tidak Tersangka Total Belanja Pembiayaan Penerimaan Pembiayaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu Pengeluaran Daerah Penyertaan Modal (Investasi) Pembayaran Hutang yang Jatuh Tempo Jumlah Pembiayaan

Realisasi (Rp) 667.065.673,00 1.102.961.471,00 47.531.503.004,69 31.154.695.291,50 4.912.021.800,00 11.130.277.500,00 2.485.745.000,00 12.626.650.991,50 16.376.807.713,19 10.590.499.226,00 308.547.000,00 157.038.062.500,69 17.135.428.227,28 19.135.428.227,28 19.135.428.227,28 2.000.000.000,00 2.000.000.000,00 0,00 17.135.428.227,28

2006

Pendapatan Asli Daerah (PAD) 1. Pendapatan Pajak Daerah

1.661.771.736,00

2. Retribusi Daerah 3. Hasil Perusahaan Milik Daerah & Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 4. Lain-lain PAD yang sah Jumlah PAD Pendapatan Dana Perimbangan 1. Bagian Daerah dari Bagi Hasil Pajak 2. Bagi Hasil Bukan Pajak 3. DAU 4. DAK

1.206.532.558,00 1.216.056.214,00 9.503.733.066,54 13.588.093.574,54

18.989.763.972,00 528.073.001,00 210.442.000.000,00 26.656.526.809,00

T.A

Uraian Belanja Pemeliharaan Belanja Modal Belanja Publik Belanja Operasi Pemeliharaan Belanja Pegawai/Personalia Belanja Barang dan Jasa Belanja Perjalanan Dinas Belanja Pemeliharaan Belanja Modal Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan Belanja Tidak Tersangka Total Belanja Pembiayaan Penerimaan Pembiayaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu Pengeluaran Daerah 2. Retribusi Daerah

Realisasi (Rp) 667.065.673,00 1.102.961.471,00 47.531.503.004,69 31.154.695.291,50 4.912.021.800,00 11.130.277.500,00 2.485.745.000,00 12.626.650.991,50 16.376.807.713,19 10.590.499.226,00 308.547.000,00 157.038.062.500,69 17.135.428.227,28 19.135.428.227,28 19.135.428.227,28 2.000.000.000,00 1.206.532.558,00

3. Hasil Perusahaan Milik Daerah & Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 4. Lain-lain PAD yang sah Jumlah PAD Pendapatan Dana Perimbangan 1. Bagian Daerah dari Bagi Hasil Pajak 2. Bagi Hasil Bukan Pajak 3. DAU 4. DAK

1.216.056.214,00 9.503.733.066,54 13.588.093.574,54

18.989.763.972,00 528.073.001,00 210.442.000.000,00 26.656.526.809,00

Pembayaran Utang Pokok yang Jatuh Tempo Pembiayaan Netto 2007 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 1. Pendapatan Pajak Daerah 2. Retribusi Daerah 3. Hasil Perusahaan Milik Daerah & Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 4. Lain-lain PAD yang sah Jumlah PAD Pendapatan Transfer 1. Bagian Daerah dari Bagi Hasil Pajak 2. Bagian Daerah dari Bagi Hasil Bukan Pajak ( sumber daya alam ) 3. DAU 4. DAK 5. Bagi Hasil Pajak Jumlah Pendapatan Transfer Lain-lain Pendapatan yang Sah 1. Pendapatan Dana Darurat 2. Bantuan Keuangan dari Propinsi

0,00

19.904.591.012,22

2.005.834.236,00 1.435.382.972,00 980.840.264,50 2.846.392.246,00 7.268.449.718,50

21.753.958.511,00 614.116.417,00 239.982.000.000,00 54.552.000.000,00 8.165.514.908,00 325.067.589.836,00

8.000.000.000,00 5.078.476.500,00

3. Pendapatan lainnya Jumlah Lain-lain Pendapatan yang Sah Total Pendapatan T.A 2007 Belanja Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai Belanja Bantuan Sosial Belanja Bantuan Keuangan Kepada Propinsi/ Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa Belanja Tidak Terduga

10.119.210.040,00 23.197.686.540,00 355.533.726.094,50 339.221.876.389,00 138.483.146.944,00 124.611.557.744,00 3.818.455.200,00 9.208.784.000,00 844.350.000,00

T.A

Uraian 6. Bagian Daerah dari Bagi Hasil Pajak Jumlah Pendapatan Transfer Lain-lain Pendapatan yang Sah 1. Bantuan keuangan dari Propinsi 2. Pendapatan Lainnya Jumlah Lain-lain Pendapatan yang Sah Total Pendapatan T.A 2008 Belanja Belanja Operasi Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial

Realisasi (Rp) 11.495.092.643,14 356.577.281.624,14

6.259.446.796,00 7.996.276.089,94 14.255.722.885,94 381.343.896.527,21 400.570.675.521,69 299.976.027.387,60 192.188.984.155,60 86.139.075.232,00 0,00 0,00 1.652.722.000,00 7.771.362.000,00

Belanja Bantuan Keuangan Belanja Modal Belanja Tanah Belanja Peralatan dan Mesin Belanja Gedung dan Bangunan Belanja Jalan, irigasi dan Jaringan Belanja Aset Tetap Lainnya Belanja Aset Lainnya Belanja Tidak Terduga Belanja Tidak Terduga Jumlah Belanja T.A 2008 Surplus/(Defisit) Pembiayaan Penerimaan Daerah Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu Uraian Pencairan Dana Cadangan Penerimaan Pinjaman dan Obligasi Hasil Penjualan Asset Daerah yang Dipisahkan

12.223.884.000,00 99.196.005.635,09 0,00 27.838.462.796,00 35.608.967.627,00 35.514.775.612,09 233.799.600,00 0,00 1.398.642.499,00 1.398.642.499,00 400.570.675.521,69 (19.226.778.994,48) 49.590.366.829,17 49.590.366.829,17 49.590.366.829,17 Realisasi (Rp) 0,00 0,00 0,00

T.A

Pengeluaran Daerah Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal (Investasi) Pembayaran Hutang Pokok yang Jatuh Tempo

0,00 0,00 0,00 0,00

Pembiayaan Netto

49.590.366.829,17

2009

Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) 1. Pendapatan Pajak Daerah 2. Retribusi Daerah 3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan 4. Lain - lain PAD yang sah 2.828.191.424,00 2.668.493.980,00 1.210.404.178,00 2.492.046.153,00

Jumlah PAD

9.199.135.735,00

Pendapatan Transfer 1. Bagian Daerah dari Bagi Hasil Pajak 2. Bagian Daerah dari Bagi Hasil Bukan Pajak ( sumber daya alam ) 3. DAU 4. DAK 5. Bagi Hasil Pajak 23.021.176.051,00 451.472.114,00 279.893.493.000,00 50.056.000.000,00 9.895.076.755,28

Jumlah Pendapatan Transfer

363.317.217.920,28

Lain-lain Pendapatan yang Sah 1. Pendapatan Dana Darurat 34.455.466.000,00

2. Bantuan Keuangan dari Propinsi 3. Pendapatan lainnya

6.881.834.000,00 18.869.522.514,00

60.206.822.514,00 Jumlah Lain-lain Pendapatan yang Sah Total Pendapatan T.A 2009 432.723.176.169,28

Belanja

460.748.051.922,60

T.A

Uraian Belanja Operasi Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bantuan Keuangan Belanja Modal Belanja Tanah Belanja Peralatan dan Mesin Belanja Gedung dan Bangunan Belanja Jalan, irigasi dan Jaringan Belanja Aset Tetap Lainnya Belanja Aset Lainnya Belanja Tidak Terduga Belanja Tidak Terduga

Realisasi (Rp) 327.807.959.465,00 237.704.684.600,00 67.327.105.765,00 0,00 0,00 1.409.932.000,00 7.948.437.100,00 13.417.800.000,00 130.946.878.957,60 0,00 12.857.828.490,00 75.305.176.556,71 42.719.071.840,89 64.802.070,00 0,00 1.993.213.500,00 1.993.213.500,00

Jumlah Belanja T.A 2009 Surplus/(Defisit) Pembiayaan Penerimaan Daerah Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu Pencairan Dana Cadangan Penerimaan Pinjaman dan Obligasi Hasil Penjualan Asset Daerah yang Dipisahkan Pengeluaran Daerah Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal (Investasi) Pembayaran Hutang Pokok yang Jatuh Tempo Pembiayaan Netto

460.748.051.922,60 30.363.587.834,69 30.363.587.834,69 30.363.587.834,69 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 30.363.587.834,69

Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Untuk menentukan tingkat partisipasi masyarakat dalam

pembangunan dapat dilakukan dengan membandingkan PAD perkapita terhadap PDRB perkapita dengan ketentuan bahwa apabila nilai rasio PAD perkapita terhadap PDRB perkapita 5% menunjukkan tingkat partisipasi yang baik. Maka merujuk pada rasio PAD perkapita terhadap PDRB perkapita atas dasar harga berlaku periode 2006, 2007, dan 2008 berturut turut sebesar 6,40%; 3,01% dan 3,82%. Dengan demikian keadaan keuangan di Kabupaten Toba Samosir pada tahun 2007 dan 2008 berada pada posisi tingkat partisipasi masyarakat yang lemah/memerlukan bantuan/suntikan dana. Tantangan layanan sanitasi kabupaten pada sisi keuangan: 1. Kurangnya perhatian selama ini terhadap pembangunan dan pengembangan sektor sanitasi sehingga pengalokasian keuangan daerah masih belum mendukung pembangunan dan pengembangan sektor sanitasi;

2. Keterbatasan

kemampuan

sumber

daya

manusia

aparatur

dalam

meningkatkan sumber-sumber pendapatan daerah. II.1.3. Komunikasi Dalam aspek komunikasi, yang menjadi isu strategis adalah: Advokasi isu sanitasi belum dilakukan secara terintegrasi (dilakukan secara parsial/sektoral dan tidak terpadu) oleh SKPD terhadap seluruh pemangku kepentingan; Belum optimalnya perluasan jaringan, aliansi dan kemitraan dari berbagai kelompok sasaran (media massa, sekolah, universitas, jaringan keagamaan, posyandu) bagi percepatan pembangunan sanitasi skala kota di Kabupaten Toba Samosir; Belum terbangunnya sistem informasi sanitasi kabupaten sebagai wahana bagi para pemangku kepentingan (stakeholders) seperti adanya pertemuan berkala yang berpotensi sebagai pemicu dan focal point dalam mendukung percepatan pembangunan sanitasi. Tantangan layanan sanitasi kabupaten pada sisi komunikasi: 1. Minimnya sarana dan prasarana pendukung penyebarluasan informasi layanan sanitasi; 2. Keterbatasan kemampuan sumber daya manusia aparatur dalam

penyebarluasan informasi layanan sanitasi. II.1.4 Keterlibatan Pelaku Bisnis Dalam aspek keterlibatan pelaku bisnis, yang menjadi isu strategis adalah belum adanya keterlibatan pelaku bisnis dalam mengelola sektor sanitasi. Tantangan layanan sanitasi kabupaten pada sisi keterlibatan pelaku bisnis: 1. Tingginya ketergantungan pengelolaan sanitasi pada pemerintah; 2. Kurangnya kepedulian terhadap pengelolaan sanitasi. II.1.5. Pemberdayaan Masyarakat, Aspek Jender dan Kemiskinan Dalam aspek pemberdayaan masyarakat, aspek jender dan kemiskinan, yang

menjadi isu strategis adalah: Masyarakat belum berkontribusi/swadaya dalam pembangunan dan

pengelolaan sanitasi (air limbah, persampahan, drainase lingkungan dan air bersih); Dukungan SKPD terkait sanitasi masih terbatas dalam melibatkan masyarakat; Kurangnya kerelaan masyarakat dalam pelepasan lahan dan ketersediaan lahan untuk pembangunan dan pengembangan sektor sanitasi. Tantangan layanan sanitasi kabupaten pada sisi pemberdayaan masyarakat, aspek jender dan kemiskinan: 1. Kesejahteraan masyarakat yang relatif rendah; 2. Kesadaran masyarakat pada umumnya masih rendah.

II.1.6. Monitoring dan Evaluasi Dalam aspek monitoring dan evaluasi, yang menjadi isu strategis adalah belum adanya mekanisme pemantauan berkala dan evaluasi untuk mengukur

keberhasilan kegiatan sanitasi. Tantangan layanan sanitasi kabupaten pada sisi monitoring dan evaluasi: 1. Kurangnya sarana dan prasarana pendukung; 2. Masih minimnya kemampuan sumber daya aparatur. II.2. Aspek Teknis dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat A. Perencanaan Wilayah Kabupaten Toba Samosir Sasaran yang ingin dicapai dari penyusunan strategi pengembangan wilayah Kabupaten Toba Samosir ini adalah sebagai berikut: 1. Secara Lokal (Mikro) adalah pemecahan masalah ketidakseimbangan perkembangan antara wilayah bagian utara dengan wilayah bagian selatan, termasuk didalamnya masalah kegiatan yang merusak lingkungan. 2. Secara Regional dan Nasional (Makro) adalah meningkatkan peran Kebupaten Toba Samosir terhadap wilayah sekitarnya baik secara ekonomi maupun fisik dan ikut mendorong terciptanya kawasan andalan Tapanuli dan

sekitarnya (Unggulan kawasan pantai tengah (Toba Samosir) dan kawasan Strategis Nasional Danau Toba dan Sekitarnya. 3. Secara Internasional (Makro) adalah meningkatkan peran Kabupaten Toba Samosir dalam konteks perdagangan Internasional terutama dengan Negaranegara di Kawasan Timur Tengah dan Asia Selatan. Adapun dasar-dasar dalam penentuan strategi pengembangan wilayah ini adalah sebagai berikut: 1. Analisis Pulau kebijaksanaan pembangunan dalam Konstelasi Nasional,

Sumatera dan Provinsi Sumatera Utara; 2. Hasil perumusan Potensi dan Masalah Pengembangan Wilayah Kabupaten Toba Samosir. Berdasarkan hal tersebut, maka strategi pengembangan ruang wilayah Kabupaten Toba Samosir dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Mempertahankan kawasan yang berfungsi lindung 2. Mendorong pertumbuhan kawasan yang berfungsi budidaya yang terdiri dari: Kawasan yang sangat perlu didorong pertumbuhannya Kawasan yang perlu didorong pertumbuhannya Kawasan yang didorong pertumbuhannya 3. Mengendalikan pertumbuhan kawasan yang berlokasi 100 meter dari pinggir pantai dengan pertimbangan rawan bencana. Kondisi fisik wilayah Kabupaten Toba Samosir yang cenderung linier atau memanjang dari Utara ke Selatan, maka struktur pusat pengembangan yang sesuai untuk wilayah ini adalah Pusat Jamak (Pusat lebih dari satu). Adapun dasar pertimbangan dalam penyusunan rencana struktur pusat pengembangan wilayah Kabupaten Toba Samosir adalah sebagai berikut: 1. Hasil analisis struktur ruang berdasarkan RTRW Nasional, RTRW Pulau Sumatera dan RTRW Provinsi Sumatera Utara; 2. Hasil skalogram; analisis

3. Hasil perumusan potensi dan masalah pengembangan wilayah;

4. Strategi pengembangan wilayah Kabupaten Toba Samosir; 5. Kebijaksanaan Pembangunan Pemerintah Kabupaten Toba Samosir (Visi, Misi, Arah Kebijakan Program Strategis). Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka Rencana Struktur Pusat Pengembangan Wilayah Kabupaten Toba Samosir dapat diuraikan sebagai berikut: A. Pusat Pengembangan Wilayah Hirarki I Pusat Pengembangan Wilayah Hirarki I untuk melayani kegiatan dengan skala Regional (Kabupaten Toba Samosir serta dengan Sekitarnya) dan (Kecamatan). Lokal

(Kabupaten Toba lokasi dari Pusat

Samosir)

Lingkungan

Sedangkan

Pengembangan Wilayah Hirarki I ini adalah di Pusat Kecamatan Balige dengan pertimbangan: Lokasi strategis dilalui oleh jaringan jalan Negara dan merupakan Ibukota Kabupaten (Pusat Pemerintahan); Sesuai dengan arahan RTRW Provinsi Sumatera Utara dan Balige sebagai PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) type II/C/1; Sesuai dengan potensi eksisting. Adapun fungsi primer dari Pusat Pengembangan Balige ini adalah : Pusat Pemerintahan Kabupaten & Kecamatan; Pusat Kawasan Industri Kecil (industri pengolahan hasil pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, industri rumah tangga lainnya); Pusat Pendidikan umum dan Kejuruan (SD, SLTP, SLTA, PT/DIII); Pusat perdagangan dan jasa (Pasar dan Bank); Pusat Transportasi Danau.

B. Pusat Pengembangan Wilayah Hirarki II Pusat Pengembangan Wilayah Hirarki II ini untuk melayani kegiatan dengan skala Lokal (Kabupaten Toba Samosir) dan skala lingkungan kecamatan. Sedangkan lokasi dari Pusat Pengembangan Wilayah Hirarki II ini adalah sebagai berikut: 1. Pusat Kecamatan Porsea dengan pertimbangan: Lokasi strategis dilalui oleh jaringan jalan Provinsi dan merupakan Ibukota Kecamatan Sesuai dengan arahan RTRW Nasional untuk mendorong pertumbuhan kawasan tertinggal, Porsea sebagai PKL (Perda RTRWP Usul Kabupaten) Sesuai dengan potensi eksisting. Adapun fungsi primer dari Pusat Pengembangan Porsea ini adalah: Pusat Pemerintahan Kecamatan Pusat Pertanian Industri Kertas (Toba Pulp Lestari) 2. Pusat Kecamatan Sigumpar dengan pertimbangan: Lokasi strategis dilalui oleh jaringan jalan Provinsi dan merupakan ibukota Kecamatan Sesuai dengan arahan RTRW Nasional dan RTRW Provinsi Sumatera Utara Sesuai dengan potensi eksisting. Adapun fungsi primer dari Pusat Pengembangan Sigumpar ini adalah: Pusat Pemerintahan Kecamatan Pusat Pariwisata Rohani (Museum, Makam Nomensen) Pusat Pendidikan Menengah. 3. Pusat Kecamatan Lumban Julu dengan pertimbangan: Lokasi strategis dilalui oleh jaringan jalan Provinsi dan merupakan Ibukota Kecamatan Sesuai dengan potensi eksisting. Adapun fungsi primer dari Pusat Pengembangan Lumban Julu ini adalah: Pusat Pemerintahan Kecamatan

Pusat Pertanian dan pengolahan hasil pertanian Pusat Agropolitan (Pengembangan Tanaman Jagung) Pusat pendidikan menengah. 4. Pusat Kecamatan Habinsaran dengan pertimbangan: Lokasi strategis dilalui oleh jaringan jalan Negara dan merupakan Ibukota Kecamatan Sesuai dengan potensi eksisting Sesuai dengan arahan RTRW Provinsi Sumatera Utara. Adapun fungsi primer dari Pusat Pengembangan Habinsaran ini adalah : Pusat Pemerintahan Kecamatan Pusat Perkebunan (PTP IV Kebun Teh Sibosur) Pusat Pertanian dan pengolahan hasil perkebunan Pusat pendidikan menengah dan kejuruan. C. Pusat Pengembangan Wilayah Hirarki III Pusat Pengembangan Wilayah Hirarki III ini untuk kegiatan dengan skala lingkungan Kecamatan. Dasar pertimbangan pemilihan lokasinya adalah sesuai dengan potensi eksisting dan merupakan Ibukota Kecamatan. Adapun lokasi tersebut terdiri dari: 1. Pusat Kecamatan Laguboti 2. Pusat Kecamatan Tampahan 3. Pusat Kecamatan Siantar Narumonda 4. Pusat Kecamatan Silaen 5. Pusat Kecamatan Uluan 6. Pusat Kecamatan Meranti Pintu Pohan 7. Pusat Kecamatan Ajibata 8. Pusat Kecamatan Borbor 9. Pusat Kecamatan Nassau 10. Pusat Kecamatan Parmaksian 11. Pusat Bonatua Lunasi

Pusat Kecamatan masing-masing dengan pertimbangan skala lingkungan: Lokasi strategis skala lingkungan sebahagian wilayah dilalui oleh jaringan jalan Provinsi dan jalan Kabupaten serta merupakan Ibukota Kecamatan Sesuai dengan potensi eksisting Sesuai dengan arahan RTRW Provinsi Sumatera Utara. Adapun fungsi primer dari Pusat Pengembangan masing-masing kecamatan adalah: Pusat Pemerintahan Kecamatan Pusat Perkebunan rakyat dan pengolahan hasil perkebunan rakyat Pusat Pertanian dan pengolahan hasil pertanian Pusat pendidikan menengah dan kejuruan. Isu strategis aspek teknis ini memuat tentang isu strategis dan tantangan layanan sanitasi sebagaimana berikut: II.2.1. Sub Sektor Air Limbah Adapun isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah di Kabupaten Toba Samosir adalah sebagai berikut: Sangat minimnya sarana prasarana pengelolaan air limbah; Alokasi anggaran pengelolaan air limbah sangat terbatas; Rendahnya kesadaran masyarakat untuk menyerahkan tanah/aset untuk kepentingan umum; Kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan air limbah. Tantangan Layanan Sanitasi Kabupaten Pada Aspek Teknis Sub Sektor Air Limbah: 1. Minimnya ketersediaan data dan informasi kondisi lapangan (topografi, hidrologis, demografi, dsb); 2. Keterbatasan kemampuan sumber daya aparatur dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi;

3. Kondisi jarak hunian penduduk relatif dekat; 4. Mindset masyarakat belum terarah ke pengelolaan air limbah, apalagi dikemudian hari ada pungutan biaya untuk retribusi; 5. Tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat yang belum merata. II.2.2. Sub Sektor Persampahan Adapun isu-isu strategis dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten Toba Samosir adalah sebagai berikut: Kesadaran masyarakat akan buang sampah dengan benar rendah; Sarana dan Prasarana persampahan masih sangat kurang; Rendahnya kesadaran masyarakat untuk menyerahkan tanah/aset untuk kepentingan umum; Sangat terbatasnya alokasi anggaran pengelolaan persampahan; Minimnya petugas kebersihan. Tantangan layanan sanitasi kabupaten pada aspek teknis sub sektor

persampahan: 1. Tingkat pendidikan masyarakat yang belum merata; 2. Minimnya ketersediaan data dan informasi tentang volume timbunan sampah; 3. Keterbatasan kemampuan sumber daya aparatur dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pengelolaan persampahan; 4. Mindset masyarakat belum terarah ke pengelolaan sampah, ditambah lagi adanya pungutan biaya untuk retribusi sampah. II.2.3. Sub Sektor Drainase Lingkungan Adapun isu-isu strategis dalam pengelolaan drainase di Kabupaten Toba Samosir adalah sebagai berikut: Rendahnya kesadaran masyarakat; Alokasi anggaran terbatas; Rendahnya kesadaran masyarakat untuk menyerahkan tanah/aset untuk kepentingan umum;

Kurangnya fasilitas sanitasi umum dan lingkungan permukiman. Tantangan layanan sanitasi kabupaten pada aspek teknis sub sektor drainase: 1. Keterbatasan lahan dan tingkat kerelaan masyarakat dalam pelepasan lahan masih minim; 2. Tingkat pendidikan masyarakat yang belum merata; 3. Minimnya ketersediaan data dan informasi tentang kondisi lapangan (topografi, sebaran permukiman, hidrologi, dsb); 4. Keterbatasan kemampuan sumber daya aparatur dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pengelolaan drainase. II.2.4. Sektor Air Bersih Adapun isu-isu strategis dalam pengelolaan air bersih di Kabupaten Toba Samosir adalah sebagai berikut: Rendahnya kesadaran masyarakat atas pengelolaan & pemeliharaan sarana dan prasarana air bersih; Rendahnya kesadaran masyarakat untuk menyerahkan tanah/aset untuk kepentingan umum; Alokasi anggaran pengelolaan air bersih sangat terbatas; Terbatasnya ketersedian dan keberfungsian sarana dan prasarana air bersih. Tantangan layanan sanitasi kabupaten pada aspek teknis sub sektor air bersih: 1. Minimnya ketersediaan data dan informasi kondisi lapangan tentang sumbersumber air bersih; 2. Tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat yang belum merata; 3. Terbatasnya kemampuan sumber daya aparatur dalam hal penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi pengelolaan air bersih.

II.2.5. Aspek Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) Adapun isu-isu strategis dalam pengelolaan PHBS di Kabupaten Toba Samosir adalah sebagai berikut: Kesadaran masyarakat tentang arti penting PHBS masih terbatas; Alokasi anggaran sangat terbatas; Sarana prasarana pendukung jangkauan layanan PHBS masih terbatas . Tantangan layanan sanitasi kabupaten pada aspek teknis sub sektor PHBS adalah tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat yang belum merata.

BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN 3.1 Kesimpulan Berdasarkan data dari analisis apbd di daerah toba samosir dapat di simpulkan sebagai berikut: Dalam segi kebijakan daerah dan kelembagaan,Kabupaten Toba Samosir belum mempunyai sarana dan prasana yang mendukung untuk kebutuhan Daerah nya Dari segi keuangan, Kemampuan APBD Kabupaten dalam membiayai pembangunan sanitasi masih sangat terbatas dan Masih minimnya bantuan keuangan dari pemerintah daerah propinsi dan pemerintah pada sektor sanitasi Dari segi komunikasi, Advokasi isu sanitasi belum dilakukan secara terintegrasi (dilakukan secara parsial/sektoral dan tidak terpadu) oleh SKPD terhadap seluruh pemangku kepentingan dan Belum terbangunnya sistem informasi sanitasi kabupaten sebagai wahana bagi para pemangku kepentingan (stakeholders) seperti adanya pertemuan berkala yang berpotensi sebagai pemicu dan focal point dalam mendukung percepatan pembangunan sanitasi. Dari segi Keterilbatan Pelaku Bisnis,Tingginya ketergantungan pengelolaan sanitasi pada pemerintah d a n Kurangnya kepedulian terhadap pengelolaan sanitasi Dari segi pemberdayaan masyarakat, Masyarakat belum berkontribusi/swadaya dalam pembangunan dan pengelolaan sanitasi (air limbah, persampahan, drainase lingkungan dan air bersih)dan Kurangnya kerelaan masyarakat dalam pelepasan lahan dan ketersediaan lahan untuk pembangunan dan pengembangan sektor sanitasi Dari segi monitoring dan evaluasi, Kurangnya sarana dan prasarana pendukung dan Masih minimnya kemampuan sumber daya aparatur 3.2 SARAN Perlu ada nya perubahan dari sector kebijakan daerah dan kelembagaan untuk kegiatan sarana dan prasana di daerah Toba Samosir termasuk Daerah yang cukup menghasilkan apbd yang cukup tinggi di Sumatera Utara di bandingkan Daerah lain karena Toba Samosir merupakan daerah yang banyak di kunjuingi para wisatawan untuk berwisata.Oleh karena Itu,Pemerintah harus tanggap dengan hal ini dan bisa menjadikan Kabupaten Toba Samosir sebagai Kabupaten yang memberikan anggaran paling tinggi di daerah Sumatera Utara.

DAFTAR PUSTAKA

Kuncoro,Mudrajad(2004).Otonomi Dan Pembangunan Daerah:Reformasi,Perencanaan,Strategi dan Peluang.Jakarta,Erlangga Sidik,Machmud,DKK.(2002).Dana Alokasi Umum:Konsep ,Hambatan,dan Prospek di Era Otonomi Daerah.Jakarta:Kompas Media Nusantara Syamsi,Ibnu.1994.Dasar-Dasar Kebijakan Keuangan Negara.Rineka Cipta.Jakarta Yuwono,Sony.DKK.2005.Pengganggaran Sektor Publik Bayumedia Publising.Surabaya Diknas.2007.Akuntasi Sektor Publik.Modul.Medan Bappenas.(2003).Peta Kemampuan Keuangan Provinsi Dalam Era Otonomi Daerah:Tinjauan Atas Kinerja PAD dan Upaya Yang di Lakukan Daerah.Direktorar Pengembangan Otonomi Daerah Hidayat,Paidi dan Sirojuzilam.(2006).Kajian Tentang Keuangan Daerah Kota Medan di Era Otonomi Daerah.Jurnal Wahana Hijau.Vol 2 dan No 1

Vous aimerez peut-être aussi