Vous êtes sur la page 1sur 23

LAPORAN KASUS SEORANG LAKI-LAKI DENGAN KELUHAN BAB BERWARNA HITAM DAN MUAL Diajukan sebagai salah satu

persyaratan menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter (PPPD)

Disusun oleh: Dyah Kurnia Fitri (H2A008015) Pembimbing : dr. Jacobus Albertus, SpPD

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2012

HALAMAN PENGESAHAN Tugas presentasi Laporan Kasus SEORANG LAKI-LAKI DENGAN KELUHAN BAB BERWARNA HITAM DAN MUAL

Telah dipresentasikan pada tanggal,

September 2012

Pembimbing

dr jacobus albertus, SpPD

KASUS 1. Identitas Pasien Nama Umur Agama Alamat Pekerjaan Status No.RM : Tn. Az : tahun : Islam : Jalan Pahlawan No.7 RT/RW o6/003, Pegulon, Kendal : Swasta (Pengusaha) : Menikah : 39-42-25

Tanggal masuk: 27/08/2012 2. Anamnesis Anamnesa dilakukan tanggal 03/09/2012 pukul 10.00 WIB secara autoanamnesis. Keluhan utama: BAB berwarna hitam Riwayat Perjalanan Penyakit: Riwayat Penyakit Sekarang : 9 bulan sebelum masuk Rumah Sakit pasien pernah mondok di RS Panti Wiloso karena mual (+), Muntah (-), BAB berwarna hitam dan riwayat pingsan 2 kali. Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan Hb 4.8. Pada saat dirawat di RS Panti Wiloso pasien ditransfusi dan terdapat kenaikan Hb menjadi 10.7. Pada pemeriksaan CT Scan dalam batas normal, USG Andomen terdapat batu ginjal kanan, X foto thorak dibawa pasien. Dari RS Panti Wiloso sudah disarankan endoskopi di RS Telogorejo tapi belum dilakukan. 3 hari sebelum masuk RS pasien mengeluh BAB berwarna hitam, mual (+), Muntah (-), demam (-), Sesak (-), BAK lancar. Saat masuk RS pada tanggal 27/08/2012 pukul 14.00 WIB pasien datang ke IGD dengan keluhan mengeluh BAB masih berwarna hitam, mual (+), Muntah (-), demam (-), Sesak (-), BAK lancar, pusing (-), nyeri dada (-), sesek (-), keringat dingin (-), berdebar-debar (-). Pada pemeriksaan fisik didapatkan: Keadaan umum : lemah, composmentis
3

Vital sign : TD: 180/110 mmHg HR: 80x/menit T : 370C

Thorak : dalam batas normal Abdomen : BU (+) Normal, Hepar lien tidak teraba. Ekstemitas: akral hangat

Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat dengan keluhan yang sama : diakui Riwayat Mondok di RS: (+) 1 kali dengan keluhan yang sama pada tanggal 12 januari 2012. Riwayat Batu ginjal : (+) batu ginjal kanan Hipertensi Asma TBC Penyakit jantung DM Riwayat Magh : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal

Riwayat Hepatitis : disangkal Alergi makanan Alergi obat : disangkal : disangkal

Riwayat konsumsi obat-obatan jangka panjang: disangkal Riwayat Penyakit Keluarga Hipertensi Asma Hepatitis : Penyakit jantung : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal
4

DM

: (-) Istri pasien sudah menderita DM selama 24 tahun.

Orangtua menderita DM : disangkal Alergi makanan Alergi obat : disangkal : disangkal

Riwayat Pribadi: Kebiasaan olahraga (+) jalan santai 2 kali dalam seminggu. Riwayat merokok (+) paling banyak satu bungkus sehari dan paling sedikit 3 batang perhari. Riwayat Sosial Ekonomi : Pasien adalah seorang pengusaha. Memiliki 3 orang anak yang sudah bekerja semuanya. Satu orang anaknya bekerja diluar negeri dan 2 orang bekerja di indonesia. Pasien adalah pasien umum yang dirawat diruang amarilis 1. Kesan sosial ekonomi : sangat baik. 3. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 03/9/2012. Keadaan umum Kesadaran Status gizi : baik : compos mentis : BB: 60 kg TB: 165 cm BMI : 22.1 kg/m2 Kesan : Normoweight Vital sign TD Nadi RR Suhu : 130/80mmHg : 64x/menit (regular, isi dan tegangan cukup) : 20x/menit : 36,80 C (Axilla)

Status Internus
5

Kepala Mata

: kesan mesocephal : konjungtiva anemis (+/+) sklera ikterik (-/-) pupil isokor reflek pupil (+/+)

Hidung

: napas cuping hidung (-) nyeri tekan (-) krepitasi (-) Sekret (-) septum deviasi (-) konka: hiperemis (-) dan deformitas (-)

Mulut

: sianosis (-) lidah kotor (-) uvula simetris tonsil (T1/T1), hiperemis (-),kripte melebar (-) gigi karies (-)

Telinga

: Sekret (-/-) Serumen (-/-) Laserasi (-/-).

Leher

: nyeri tekan trakea (-) Pembesaran limfonodi (-/-) Pembesaran tiroid (-/-) Pergerakan otot bantu pernafasan (-).

Thoraks Cor : Inspeksi Palpasi Perkusi : ictus cordis tidak tampak : ictus cordis tidak teraba, kuat angkat (-) : batas atas : ICS II linea parasternal sin. pinggang jantung: ICS III linea parasternal sinistra batas kanan bawah : ICS V linea sternalis dextra kiri bawah; ICS V 1-2 cm ke arah medial linea mid clavicula sinistra Kesan : konfigurasi jantung dalam batas normal Auskultasi : Suara jantung murni: Suara I dan Suara II reguler. Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-)
6

Pulmo : Sinistra Depan 1. Inspeksi Bentuk dada Hemitorak Warna 2. Palpasi Nyeri tekan Stem fremitus 3. Perkusi 4. Auskultasi Suara dasar Suara tambahan Wheezing RBH Stridor datar Simetris statis dinamis Sama dengan kulit sekitar (-) (+) normal, Kanan = kiri Sonor di seluruh lapang paru Vesikuler (-) (-) (-) Dextra datar Simetris statis dinamis Sama dengan kulit sekitar (-) (+) normal, kanan = kiri Sonor di seluruh lapang paru Vesikuler (-) (-) (-)

Belakang 1. Inspeksi Warna 2. Palpasi Nyeri tekan Stem Fremitus 3. Perkusi 4. Auskultasi Suara dasar Suara tambahan Wheezing RBH Stridor Sama dengan kulit sekitar (-) (+) normal, kanan = kiri Sonor seluruh lapang paru Vesikuler (-) (-) (-) Sama dengan kulit sekitar (-) (+) normal, kanan = kiri Sonor seluruh lapang paru Vesikuler (-) (-) (-)

Tampak anterior paru

Tampak posterior paru

Abdomen Inspeksi : bentuk datar Warna seperti kulit sekitar Venektasi (-) Auskultasi Palpasi : bising usus normal 10x/menit : Supel, Nyeri tekan perut (-) nyeri tekan epigastrium (-) Defance muscular (-) Hepar tidak teraba Lien tidak teraba Ginjal tidak teraba Perkusi : Timpani Pekak hati (+) Pekak sisi (+) normal Pekak alih (-) Ekstremitas Akral dingin Oedem Sianosis Gerak Reflex fisiologis Reflex patologis Superior -/-/-/Dalam batas normal +/+ (normal) -/Inferior -/-/-/Dalam batas normal +/+ (normal) -/-

4. Pemeriksaan Penunjang NO 1 PEMERIKSAAN Kimia klinik (serum) Kalium HASIL 4.7 mmol/L NILAI NORMAL 3.5-5.0 mmol/L
8

2 3 4 5 6 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 RESUME

Natrium Chlorida Glukosa sewaktu Asam Urat Albumin PEMERIKSAAN Darah Rutin (WB EDTA) Lekosit Eritrosit Hemoglobin Hematokrit MCV MCH MCHC Trombosit RDW Eosinoil Absolute Basofil Absolut Netrofil Absolute Limfosit Absolute Monosite absolute Eosinofil Basofil Neutrofil Limfosit Monosit

132 mmol/L 103 mg/dL 338 mg/dL 4.8 mg/dL 3.2 HASIL H 7.63 L 2.61 7.7g/dL 23.20 % 88.90 fL 29.50 33.20 g/L 267 12.90% 0.09 0.02 6.69 0.97 0.46 L 1.20% 0.30 H 79.80 L 12.70 6.00

135-145 mmol/L 95.0 -105 mg/dL < 125 mg/dL 2.4-5.7 mg/dL 3.2-5.2 NILAI NORMAL 3.6- 11 4.4-5.9 13.2-17.3 40-52 80-100 26-34 32-36 150-440 11.5-14.5 0.045-0.44 0-0.2 1.8-8 0.9-5.2 0.16-1 2-4% 0-1 50-70 25-40 2-8

Anamnesa dilakukan tanggal 03/09/2012 pukul 10.00 WIB secara autoanamnesis. Keluhan utama: BAB berwarna hitam Riwayat Perjalanan Penyakit: Riwayat Penyakit Sekarang : 9 bulan sebelum masuk Rumah Sakit pasien pernah mondok di RS Panti Wiloso karena mual (+), Muntah (-), BAB berwarna hitam dan riwayat pingsan 2 kali. Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan Hb 4.8. Pada saat dirawat di RS Panti Wiloso pasien ditransfusi dan terdapat kenaikan Hb menjadi 10.7. Pada pemeriksaan CT Scan dalam batas normal, USG Andomen terdapat batu ginjal kanan, X foto thorak dibawa pasien. Dari RS Panti Wiloso sudah disarankan endoskopi di RS Telogorejo tapi belum dilakukan.

3 hari sebelum masuk RS pasien mengeluh BAB berwarna hitam, mual (+), Muntah (-), demam (-), Sesak (-), BAK lancar. Saat masuk RS pada tanggal 27/08/2012 pukul 14.00 WIB pasien datang ke IGD dengan keluhan mengeluh BAB masih berwarna hitam, mual (+), Muntah (-), demam (-), Sesak (-), BAK lancar, pusing (-), nyeri dada (-), sesek (-), keringat dingin (-), berdebar-debar (-). Pada pemeriksaan fisik didapatkan: Keadaan umum : lemah, composmentis Vital sign : TD: 180/110 mmHg HR: 80x/menit T : 370C Thorak : dalam batas normal Abdomen : BU (+) Normal, Hepar lien tidak teraba. Ekstemitas: akral hangat pada pemeriksaan Gula Darah Sewaktu

Riwayat Penyakit Dahulu didapatkan 160 mg/dL

Riwayat dengan keluhan yang sama : diakui Riwayat Mondok di RS: (+) 1 kali dengan keluhan yang sama pada tanggal 12 januari 2012. Riwayat Batu ginjal : (+) batu ginjal kanan Riwayat Penyakit Keluarga DM : (-) Istri pasien sudah menderita DM selama 24 tahun.

Riwayat Pribadi: Kebiasaan olahraga (+) jalan santai 2 kali dalam seminggu. Riwayat merokok (+) paling banyak satu bungkus sehari dan paling sedikit 3 batang perhari. Riwayat Sosial Ekonomi : Pasien adalah pasien umum yang dirawat diruang amarilis 1. Kesan sosial ekonomi : sangat baik. 5. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 03/9/2012. Keadaan umum Kesadaran : baik : compos mentis
10

Status gizi

: BB: 60 kg TB: 165 cm BMI : 22.1 kg/m2 Kesan : Normoweight

Vital sign TD Nadi RR Suhu : 130/80mmHg : 64x/menit (regular, isi dan tegangan cukup) : 20x/menit : 36,80 C (Axilla)

Status Internus Mata Daftar Masalah 1. BAB berwarna hitam dan mual 2. Riwayat mondok di RS panti wiloso dengan keluhan yang sama 3. Tekanan Darah 180/110 mmHg 4. Konjungtiva anamis (+/+) 5. Hemoglobin 7.7 g/dl 6. Riwayat anemia pada saat masuk RS panti wiloso. 7. Glukosa darah sewaktu 338mg/dL 8. Riwayat perokok aktif 9. Riwayat Batu Ginjal Kanan : konjungtiva anemis (+/+)

Masalah: No. 1 2 3 4 5 6 Masalah aktif BAB berwarna hitam dan mual. Riwayat mondok di RS panti wiloso dengan keluhan yang sama Tekanan Darah 180/110 mmHg Konjungtiva anamis (+/+) Hemoglobin 7.7 g/dl Riwayat anemia pada saat masuk RS
11

Masalah Pasif -

7 8 9

panti wiloso. Glukosa darah sewaktu 338mg/dL Riwayat perokok aktif Riwayat Batu Ginjal Kanan

Kesimpulan : 1, 2 Observasi Melena 3, 8Hipertensi Grade II 4, 5, 6Anemia 7 DM tipe 2 9 Batu Ginjal Hasil Endoskopi:

Assesment (Initial Plan) Problem : I. Observasi melena a. Ass Etiologi : Ulcus pepticum A. Assesment

12

Varises esofagus Gastritis erosive/ulcerative Esofagitis Karsinoma lambung Penyakit darah (leukemia, DC (disseminated intravaskuler coagulation), purpura trombositopenia. Penyakit hati kronis (sirosis hepatis)

b. Ass Diagnosis : Laboratorium (Kadar Hb, Ht, Leukosit, Trombosit, kadar ureum kreatinin) dan uji fungsi hati. c. Ass Penatalaksanaan : B. IpDx : - Test darah rutin C. IpTx : - Infus RL 20 tpm - Injeksi Taximax 1 gr iv - Injeksi Ulecranin 1 amp iv - Oral : Inpepsa Syrp 3x1 C Gensia tab 1x5 mg
13

Pemeriksaan darah rutin Hindari merokok, konsumsi alkohol dalam jumlah besar, obat-obatan ulserogenik Diet makanan cair Transfusi darah Vit K 4x10 mg/hari

d. Ass Komplikasi : Koma hepatik Aspirasi pneumonia Syok hipovolemik Anemia post hemoragic

D. IpMx : - Monitoring TTV - Monitoring kepatuhan minum obat - Cek Ulang darah rutin E. IpEx : II. Menjaga pola dan jenis makanan Patuh minum obat

Hipertensi grade II a. Ass Etiologi: b. Ass Diagnosis Hipertensi grade II menurut klasifikasi hipertensi JNC VII adalah apabila tekanan darah sistolik 160 mmHg atau tekanan darah diastolik 100 mmHg. c. Ass Penatalaksanaan Terapi non farmakologigis terdiri dari: oleh JNC 7: Diuretika, terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Aldosterone Antagonist Beta Blocker Calsium Channel Blocker atau Calsium antagonist Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI) Angiotensin II Receptor Blocker atau AT receptor antagonist/ blocker (ARB) Menghentikan merokok jika merokok Menurunkan berat badan berlebih Menurunkan konsumsi alkohol berlebih Latihan fisik Menurunkan asupan garam Meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta asupan lemak

A. Assesment

Jenis-jenis obat antihipertensi untk terapi farmakologis hipertensi yang dianjurkan

d. Ass Komplikasi - Penyakit jantung hipertensi - Penyakit arteri koronaria


14

- Aorta disekans - Gagal ginjal - Hipertensi dipercepat dan maligna - Ensepalopati hipertensi B. IpDx : - Cek ulang darah rutin - Kolesterol total serum - Kolesterol LDL dan HDL serum - Trigliserida serum (puasa) - Elektrokardiogram C. IpTx : - Infus RL 20 Tpm - Captopril 3x 12.5 mg tab/ hari D. IpMx : - Monitoring TTV terutama tekanan darah. Pasien diberi tahu hasil pengukuran tekanan darah, target yang masih harus dicapai, rencana pengobatan selanjutnya serta pentingnya mengikuti rencana tersebut - Monitoring kepatuhan minum obat - Monitoring EKG E. IpEx : - Edukasi kepada pasien mengenai penyakit yang diderita oleh pasien - Menyarankan kepada pasien untuk menurunkan berat badan yang berlebih - Edukasi pola diet, kontrol asupan garam,dan lemak - Meningkatkan konsumsi buah dan sayur III. DM TIPE II A. Assesment a. Ass Etiologi Menurut American Diabetes Association 2010, Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. b. Ass Diagnosis Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti dibawah ini :

15

Keluhan klasik DM berupa : poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan

berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya disfungsi ereksi pada pria serta pruritus vulvae pada wanita Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara: 1. Jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dL sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM 2. Pemeriksaan glukosa plasma puasa 126 mg/dL dengan adanya keluhan klasik 3. Tes toleransi glukosa oral (TTGO) c. Ass Penalaksanaan 1. Obat hipoglikemik oral Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 5 golongan : Pemicu sekresi insulin : sulfonilurea dan glinid Peningkat sensivitas terhadap insulin : Metformin dan

tiazolidindion Penghambat glukoneogenesis (metformin) Penghambat absorbsi glukosa: penghambat glukosidase alfa DPP-IV inhibitor

2. Terapi insulin d. Ass Komplikasi Komplikasi akut dapat berupa : 1.Hipoglikemia yaitu menurunnya kadar gula darah < 60 mg/dl 2.Keto Asidosis Diabetika (KAD) yaitu DM dengan asidosis metabolic dan hiperketogenesis 3.Koma Lakto Asidosis yaitu penurunan kesadaran hipoksia yang ditimbulkan oleh hiperlaktatemia. 4.Koma Hiperosmolar Non Ketotik, gejala sama dengan no 2 dan 3 hanya saja tidak ada hiperketogenesis dan hiperlaktatemia.

16

Komplikasi kronis : Biasanya terjadi pada penderita DM yang tidak terkontrol dalam jangka waktu kurang lebih 5 tahun. Dapat dibagi berdasarkan pembuluh darah serta persarafan yang kena atau berdasakan organ. Pembagian secara sederhana sebagai berikut : 1. Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar (pembuluh darah yang dapat dilihat secara mikroskopis) antara lain pembuluh darah jantung / Penyakit Jantung Koroner, pembuluh darah otak /stroke, dan pembuluh darah tepi / Peripheral Artery Disease. 2. Mikroangiopati, mengenai pembuluh darah mikroskopis antara lain retinopati diabetika (mengenai retina mata) dan nefropati diabetika (mengenai ginjal). 3. Neuropati, mengenai saraf tepi. Penderita bisa mengeluh rasa pada kaki/tangan berkurang atau tebal pada kaki atau kaki terasa terbakar/bergetar sendiri. Selain di atas, komplikasi kronis DM dapat dibagi berdasarkan organ yang terkena yaitu 1.Kulit : Furunkel, karbunkel, gatal, shinspot (dermopati diabetik: bercak hitam di kulit daerah tulang kering), necrobiosis lipoidica diabeticorum (luka oval, kronik, tepi keputihan), selulitis ganggren, 2.Kepala/otak : stroke, dengan segala deficit neurologinya 3.Mata :Lensa cembung sewaktu hiperglikemia (myopia-reversibel,katarax irreversible), Glaukoma, perdarahan corpus vitreus, Retinopati DM (non proliperative, makulopati, proliferatif), N 2,3,6 (neuritis optika) & nerve centralis lain 4. Hidung : penciuman menurun 5.Mulut : mulut kering, ludah kental = verostamia diabetic, Lidah (tebal, rugae, gangguan rasa), ginggiva (edematus, merah tua, gingivitis, atropi), periodontium (makroangiopati periodontitis), gigi (caries dentis) 6.Jantung : Penyakit Jantung Koroner, Silent infarction 40% kr neuropati otonomik, kardiomiopati diabetika (Penyakit Jantung Diabetika)

17

7. Paru : mudah terjangkit Tuberculosis (TB) paru dengan berbagai komplikasinya. 8. Saluran Cerna : gastrointestinal (neuropati esofagus, gastroparese diabetikum (gastroparese diabeticum), gastroatropi, diare diabetic) 9. Ginjal dan saluran kencing : neuropati diabetik, sindroma kiemmelstiel Wilson, pielonefritis, necrotizing pappilitis, Diabetic Neurogenic Vesical Disfunction, infeksi saluran kencing, disfungsi ereksi/ impotensi, vulvitis. 10. Saraf : Perifer: parestesia, anestesia, gloves neuropati, stocking, neuropati, kramp 11. Sendi : poliarthritis 12. Kaki diabetika (diabetic foot), merupakan kombinasi makroangiopati, mikroangopati, neuropati dan infeksi pada kaki.

B. IpDx : 1. 2. 3. C. IpTx : Metformin 500 mg 3x1/hari Keunggulan : Penggunaan metformin terus menerus dapat menurunkan tingkat HbA1C mencapai 1,5%-2%. Metformin juga memberikan efek positif di beberapa komponen pada sindrom resistensi insulin. Metformin juga menurunkan trigliserida plasma dan LDLC yang diperkirakan mencapai 8%-15% dan dapat meningkatkan HDL-C mencapai 2%. Jadi dapat dikatakan metformin memiliki manfaat pada kadar lipid dan kolesterol dan bersifat protektif pada jantung dibandingkan insulin (28%), sulfonilurea(16%) dan thiazolidinedione(14%). D. IpMx : TTV Kadar glukosa darah sewaktu Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu Pemeriksaan glukosa plasma puasa Tes toleransi glukosa oral (TTGO)

E. IpEx :
18

IV.

Penderita DM harus memahami penyakitnya Edukasi Pola makan dn komposisi makanan yang dianjurkan Edukasi latihan jasmani Anemia a. Ass Etiologi: Anemia disebabkan oleh debilitas kronik yang mempunyai dampak besar terhadap kesejahteraan sosial dan ekonomi. Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer. Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri (disease entity), tetapi merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar. Oleh karena itu dalam diagnosis anemia tidaklah cukup hanya sampai kepada label anemia tetapi harus dapat ditetapkan penyakit dasar yang menyebabkan anemia tersebut. Penentuan penyakit dasar juga penting dalam pengelolaan kasus anemia, karena tanpa mengetahui penyebab yang mendasari anemia tidak dapat diberikan terapi yang tuntas pada kasus anemia tersebut. Pada dasarnya anemia disebabkan oleh karena : 1. Gangguan pembentukan eritrosit 2. Kehilangan darah keluar tubuh (perdarahan) 3. Proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya (hemolisis) b. Ass Diagnosis Tahap-tahap dalam diagnosis anemia adalah: Menentukan adanya anemia Menentukan jenis anemia Menentukan etiologi atau penyakit dasar anemia Menentukan ada atau tidaknya penyakit penyerta yang akan mempengaruhi hasil pengobatan c. Ass Penatalaksanaan

A. Assesment

19

Transfusi diberikan pada anemia pasca perdarhan akut dengan tanda-tanda gangguan hemodinamik. Pada anemia kronik transfusi hanya diberikan jika anemia bersifat simtomatik atau adanya ancaman payah jantung

B. IpDx : - Test darah rutin - Pemeriksaan penyaring - Pemeriksaan darah seri anemia - Pemeriksaan sumsum tulang C. IpTx : - Infus RL 20 tpm - Injeksi furosemid 1 ampul iv (tiap prc) - Tranfusi prc II kolf D. IpMx : - Monitoring TTV. - Monitoring kepatuhan minum obat - Darah rutin (terutama Hb) E. IpEx : V. Makan makanan yang banyak mengandung Fe

Batu Ginjal a. Ass Etiologi: Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaankeadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik) Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih antara lain : - Faktor intrinsik: 1. Herediter 2. Umur: paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun 3. Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan pasien perempuan - Faktor ekstrinsik:

A. Assesment

20

1. Geografi : pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih lebih tinggi daripada daerah lain 2. Iklim dan temperature b. Ass Diagnosis Diagnosis didapatkan dari anamnesis, pemeriksaann fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis biasanya keluhan yang disampaikan oleh pasien tergantung pada posisi atau letak batu, besar batu, dan penyulit yang telah terjadi. Keluhan yang paling dirasakan pasien adalah nyeri pinggang. Batu yang terletak di sebelah distal ureter dirasakan oleh pasien sebagai nyeri pada saat kencing atau sering kencing. Hematuria sering kali dikeluhan oleh pasien akibat trauma pada mukosa saluran kemih yang disebabkan oleh batu. Dari pemeriksaan fisik biasanya didapatkan nyeri ketok pada daerah kostovertebra, teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis, terlihat tanda-tanda gagal ginjal, retensi urine, dan jika disertai infeksi didapatkan demam/menggigil. Pemeriksaan sedimen urine menunjukkan adanya: leukosituria, hematuria, dan dijumpai kristal-kristal pembentuk batu. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan antra lain : Foto Polos Abdomen PIV (Pielografi Intra Vena) USG

c. Ass Penatalaksanaan Batu dapat dikeluarkan dengan cara medikamentosa, dipecahkan dengan ESWL, melalui tindakan endourologi, bedah laparoskopi, atau pembedahan terbuka d. Ass Komplikasi Komplikasi batu saluran kemih biaszanya antara lain obstruksi, infeksi sekunder, dan iritasi yang berkepanjangan pada urothelium yang dapat menyebabkan tumbuhnya keganasan yang sering berupa karsinoma epidermoid. Sebagai akibat obstruksi, khususnya di ginjal atau ureter, dapat terjadi hidronefrosis dan kemudian berlanjut dengan atau tanpa pionefrosis yang berakhir dengan kegagalan faal ginjal yang terkena. Bila terjadi pada kedua ginjal, akan timbul uremia karena gagal ginjal total. Hal yang sama dapat juga terjadi akibat batu kandungkemih, lebih-lebih bila batu tersebut membesar sehingga juga mengganggu aliran kemihdari kedua orifisium ureter.Khusus pada batu uretra,
21

dapat terjadi diverticulum uretra. Bila obstruksiberlangsung lama, dapat terjadi ekstravasasi kemih dan terbentuklah fistula yang terletak proksimal dari batu ureter B. IpDx : C. IpTx : - Isosorbid dinitrate 5 mg 3x1/ hari D. IpMx : - Monitoring TTV - Monitoring makan dan minum pasien - Monitoring kepatuhan minum obat - Darah rutin - Kadar Elektrolit didalam darah maupun urine E. IpEx : - Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya - Menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakan produksi urine sebanyak 2-3 liter per hari Foto Polos Abdomen Pielografi Intra Vena (PIV) USG

22

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2006 2. Diagnosis dan tatalaksana hipertensi, sindrom koroner akut, dan gagal jantung. 2001, Jakarta, balai penerbit : Rumah sakit jantung harapan kita. 3. Konsensus Pengendalian dan pencegahan DM tipe 2 di indonesia. 2011. Perkeni.

23

Vous aimerez peut-être aussi