Vous êtes sur la page 1sur 21

BAB I STATUS PENDERITA

1.1 Identitas Penderita Nama Umur Jenis kelamin Alamat Status perkawinan Pekerjaan Suku Tanggal periksa No. reg 1.2 Anamnesis 1. Keluhan Utama Nyeri kepala 2. Keluhan Tambahan Tegang pada otot leher 3. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke poli syaraf RSUD Kanjuruhan Kepanjen pada hari kamis tanggal 29 Maret 2012 dengan keluhan nyeri kepala sejak 5 hari yang lalu. Nyeri kepala dirasakan di dua sisi kepala. Nyeri kepala dirasakan seperti diikat dan seakan-akan ada sesuatu yang menekan kepala. Keluhan ini dirasakan secara perlahan-lahan dan makin lama : Tn. S : 45 tahun : Laki-laki : Gedangan : Menikah : Swasta : Jawa : 29 Maret 2012 : 277691

makin kuat. Keluhan ini dirasakan setiap hari terus-menerus dan sedikit berkurang saat dipakai istirahat. Selain itu pasien mengeluh tegang pada otot leher dan sulit tidur karena banyak beban pikiran, namun pasien tidak mau terbuka tentang masalah yang sedang dipikirkan. Mual (-), muntah (-), BAK (+), BAB (+). 4. Riwayat Penyakit Dahulu Sakit dengan gejala serupa Hipertensi DM Kolesterol Asam urat : (-) : (-) : (+) : (+) : (+)

5. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak terdapat anggota keluarga dengan riwayat penyakit yang sama dengan pasien. Penyakit lain disangkal

6. Riwayat Kebiasaan Riwayat minum alkohol (-) Riwayat minum jamu-jamuan (-) Riwayat Merokok (-)

1.3 Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum Tampak sakit, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi kesan cukup.
2

Tanda Vital Tensi Nadi Pernafasan Suhu : 140/80 mmHg : 86 x / menit : 20 x /menit : 36,3 oC

Kulit Turgor kulit lambat/menurun (-) , ikterik (-), sianosis (-), venektasi (-), petechie (-), spider nevi (-).

Kepala Bentuk mesocephal, luka (-), rambut tidak mudah dicabut, keriput (-), atrofi m. temporalis (-), makula (-), papula (-), nodula (-), kelainan mimic wajah / bells palsy (-).

Mata Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata terlihat agak cekung.

Hidung Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-).

Mulut Bibir pucat (-), mukosa bibir kering (-), bibir cianosis (-), gusi berdarah (-), bibir perot (-).

Telinga Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-).

Tenggorokan Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-).

Leher

JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-) Thoraks Normochest, simetris, pernapasan abdominothoracal, retraksi (-), spider nevi (-), pulsasi infrasternalis (-), sela iga melebar (-). Cor : Inspeksi : ictus cordis tidak tampak Palpasi : ictus cordis tak kuat angkat Perkusi : batas kiri atas batas kanan atas batas kiri bawah : SIC II Linea Para Sternalis Sinistra : SIC II Linea Para Sternalis Dextra : SIC V 1 cm medial Linea Medio Clavicularis Sinistra batas kanan bawah: SIC IV Linea Para Sternalis Dextra pinggang jantung : SIC III Linea Para Sternalis Sinistra (batas jantung terkesan normal) Auskultasi: Bunyi jantung III intensitas normal, regular, bising (-) Pulmo : Statis (depan dan belakang) Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi : pengembangan dada kanan sama dengan kiri : fremitus raba kiri sama dengan kanan : sonor/sonor : suara dasar vesikuler, suara tambahan (ronchi -/-)

Dinamis (depan dan belakang) Inspeksi : pergerakan dada kanan sama dengan kiri

Palpasi Perkusi Auskultasi Abdomen Inspeksi Palpasi

: fremitus raba kiri sama dengan kanan : sonor/sonor : suara dasar vesikuler, suara tambahan (ronchi -/-)

: dinding perut tampak datar : supel, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba,

pembesaran lien (-). Perkusi Auskultasi Ektremitas Palmar eritema (-/-) Akral dingin Oedem : timpani seluruh lapang perut, meteorismus (+) : bising usus (+) meningkat

Sistem genetalia: Tidak dilakukan pemeriksaan

1.4 Pemeriksaan Neurologi Kesadaran Reflek Fisiologis : GCS E4-V5-M6 : BPR & TPR 2 2 2 2

KPR & APR Reflek Patologis : Babinski (-/-) Chaddock (-/-)

Motorik

5 5

5 5

1.5 Pemeriksaan Penunjang Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang 1.6 Resume Pasien datang ke poli syaraf RSUD Kanjuruhan Kepanjen pada hari kamis tanggal 29 Maret 2012 dengan keluhan nyeri kepala sejak 5 hari yang lalu. Nyeri kepala dirasakan di dua sisi kepala. Nyeri kepala dirasakan seperti diikat dan seakan-akan ada sesuatu yang menekan kepala. Keluhan ini dirasakan secara perlahan-lahan dan makin lama makin kuat. Keluhan ini dirasakan setiap hari terus-menerus dan sedikit berkurang saat dipakai istirahat. Selain itu pasien mengeluh tegang pada otot leher dan sulit tidur karena banyak beban pikiran, namun pasien tidak mau terbuka tentang masalah yang sedang dipikirkan. Mual (-), muntah (-), BAK (+), BAB (+). Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit, compos mentis, GCS E4V5M6. Vital sign tekanan darah: 140/80 mmHg, nadi: 86 x/mnt, pernafasan: 20 x/mnt, suhu: 36,3 C. Kekuatan motorik ekstremitas dan reflek fisiologis dalam batas normal. Tidak terdapat reflek patologis. 1.7 Diagnosa Kerja Tension type headache
6

1.8 Penatalaksanaan 1. Non medikamentosa a. Psikologik (psikoterapi) b. Fisiologik (relaksasi) 2. Medikamentosa c. Farmakologik: Mefenamic acid 500 mg tab 3x1 Amitriptilin 25 mg tab 3x1 Diazepam 4 mg tab 3x1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Epidemiologi Tension type headache disebut pula muscle contraction headache merupakan nyeri tegang otot yang timbul karena kontraksi terus menerus otot-otot kepala dan tengkuk (m. Splenius kapitis, m. Temporalis, m. Maseter, m. Sternokleidomastoideus, m. Trapezius, m. Servikalis posterior, dan m. Levator skapule). Menurut penelitian di Amerika serikat tahun 2000, TTH terjadi 78% sepanjang hidup dimana tension type headache episodic terjadi 63% dan kronik terjadi 3%. Tension type headache episodik lebih banyak mengenai pasien wanita yaitu sebesar 71%, sedangkan pada pria sebesar 56%. Biasanya mengenai umur 20-40 tahun. 2.2 Etiologi Dapat disebabakan oleh faktor psikis maupun fakor fisik. Secara psikis, nyeri kepala ini dapat timbul akibat reaksi tubuh terhadap stress, kecemasan, depresimaupun konflik emosional. Secara fisik, posisi kepala yang menetap yang mengakibatkan kontraksi otot-otot kepala dan leher dalam jangka waktu lama, tidur yang kurang, kesalahan dalam posisi tidur dan kelelahan juga dapat menyebabkannyeri kepala tegang otot ini. posisi tertentu yang menyebabkan kontraksi otot kepala dan leher yang dilakukan bersamaan dengankegiatankegiatan yang membutuhkan peningkatan fungsi mata dalam jangka waktu lama

misalnyamembaca dapat pula menimbulkan nyeri kepala jenis ini.ada pula beberapa pemicu yang dapat menyebabkan timbulnya nyeri kepala jenis ini, antara lain konsumsi coklat,keju dan penyedap masakan (MSG). Kontraksi otot yang berlebihan, berkurangnya aliran darah dan ketidakseimbangan neurotransmitter seperti dopamine, serotonin, norepineprin dan enkephalin. 2.3 Lokasi Penyebaran, dan Sifat Nyeri Lokasi rasa nyeri dapat menjadi unsur yang amat penting dalam menentukan patologi yang kemungkinan terdapat di balik keluhan tersebut. TTH tidak menunjukkan nyeri yang berdenyut, tidak unilateral, tidak menjadi makin berat bila beraktivitas,dan tidak menunjukkan gejala otonom berupa mual dan muntah. Adanya nyeri pada penekanan otot perikranial sangat membantu diagnosis. Nyeri kepala yang terdapat di bagian depan (dahi dan pelipis) sejauh ini merupakan keluhan yang paling sering dijumpai dan sebagian besar bersifat biasa bila dilihat dari segi jenis dan responnya terhadap pemberian preparat analgetik yang ringan. Nyeri pada satu sisi kepala (nyeri unilateral) terjadi pada migraine, nyeri kepala kluster, arthritis kranialis,neuralgia trigeminus, sinusitis, penyakit gigi dan inflamasi telinga. Nyeri yang dirasakan pada puncak kepala(vertex), khususnya yang resisten terhadap pemberian analgetik ringan memberikan kesan kea rahpenyebab psikogenik. 2.4 Klasifikasi Tension type headache dibagi menjadi 2 macam, yaitu: 1. Episodik , jika serangan yang terjadi kurang dari 1 hari perbulan (12 hari dalam 1 tahun). Paling tidak terjadi 10 kali nyeri kepala yang memenuhi criteria berikut:

Dimana nyeri kepala terjadi kurang dari 15 kali per bulan Nyeri kepala berdurasi sekitar 30 menit selama7 hari Paling tidak dua dari karakteristik nyeri berikut terpenuhi:

kualitas nyeri menekan (nonpulsatil) intensitas ringan atau sedang lokasi bilateral Tidak diperberat dengan aktivitas fisik rutin Tidak ada mual atau muntah Tidak terjadi Fotofobia dan fonofobia tidak ada dugaan nyeri kepala tipe sekunder

2. Kronik, jika serangan minimal 15 hari perbulan selama paling sedikit 3 bulan (180 hari dalam 1 tahun). a.Short-duration, jika Serangan terjadi kurang dari 4 jam. b.Long-duration, jika Serangan berlangsung lebih dari 4 jam. Ciri-ciri TTH kronik: - Frekuensi rata-rata nyeri kepala lebih dari 15 hari per bulan selama lebih dari 6 bulan dan memenuhi criteria berikut - Paling tidak 2 dari karakteristik nyeri berikut terpenuhi - Kualitas nyeri menekan (nonpulsatil) - Intensitas ringan atau sedang - Lokasi bilateral - Tidak diperberat dengan aktivitas fisik rutin - Tidak ada mual atau muntah - Tidak terjadi Fotofobia dan fonofobia atau hanya ada satu di antaranya

10

- Tidak ada dugaan nyeri kepala tipe sekunder

2.5 Faktor Penyebab Faktor-faktor penyebab dari TTH adalah keadaan-keadaan seperti stres, kecemasan, depresi, konflik emosional, kelelahan, kurang tidur, posisi yang salah atau membuat tidak nyaman yang berkepanjangan, kelaparan, ketegangan pada mata. Nyeri kepala yang timbul adalah manifestasi dari reaksi tubuh terhadap stres, kecemasan, depresi, konflik emosional atau kelelahan. Respon fisiologis yang terjadi meliputi refleks vasodilatasi pembuluh darah ekstrakranial serta kontraksi otot-otot skelet kulit kepala (scalp), wajah, leher dan bahu secara terusmenerus. 2.6 Patofisiologi Saat ini penyebab yang paling mungkin terjadinya TTH dipercayai adalah akibat sensitivitas neuronal yang abnormal dan fasilitasi nyeri, bukan kontraksi otot abnormal. Berbagai studi menunjukkan bahwa TTH berasosiasi dengan supresi eksteroseptif (ES2), serotonin platelet abnormal, dan penurunan betaendorfin likuor serebrospinal. Nosisepsi miofasial ekstrakranial merupakan salah satu dari mekanisme nyeri kepala tegang. Nyeri kepala tidak secara langsung berhubungan dengan kontraksi otot, dan dipikirkan kemungkinan hipersensitivitas neuron pada nucleus trigeminal kaudalis. Sensitisasi sentral tersebut dikarenakan adanya input nosiseptif yang berkepanjangan yang dihasilkan dari jaringan miofasial perikranial. Perubahan tersebut dapat mempengaruhi mekanisme perifer dan menimbulkan peningkatan aktivitas otot perikranial atau pelepasan neurotransmitter pada jaringan miofasial. Sensitisasi sentral tersebut dapat

11

bertahan bahkan setelah factor pencetus awal telah dihilangkan sehingga menimbulkan konversi dari nyeri kepala tegang episodik menjadi kronik. Pada beberapa literatur dan hasil penelitian disebutkan beberapa keadaan yang berhubungan dengan terjadinya TTH sebagai berikut : 1. Disfungsi sistem saraf pusat yang lebih berperan daripada sistem saraf perifer dimana disfungsi sistem saraf perifer lebih mengarah pada TTH episodic sedangkan disfungsi system saraf pusat mengarah kepada TTH kronik. 2. Disfungsi saraf perifer meliputi kontraksi otot yang involunter dan permanen tanpa disertai iskemia otot. 3. Transmisi nyeri TTH melalui nucleus trigeminoservikalis pars kaudalis yang akan mensensitasi second order neuron pada nucleus trigeminal dan kornu dorsalis ( aktivasi molekul NO) sehingga meningkatkan input nosiseptif pada jaringan perikranial dan miofasial lalu akan terjadi regulasi mekanisme perifer yang akan meningkatkan aktivitas otot perikranial. Hal ini akan meningkatkan pelepasan neurotransmitter pada jaringan miofacial., 4. Hiperflesibilitas trigeminal, neuron dan sentral nosiseptif serebri pada yang nukleus diikuti

talamus,

korteks

hipesensitifitas

supraspinal

(limbik) terhadap nosiseptif. Nilai

ambang deteksi nyeri ( tekanan, elektrik, dan termal) akan m e n u r u n d i sefalik dan ekstrasefalik. Selain itu, terdapat juga

p e n u r u n a n s u p r a s p i n a l decending pain inhibit activity.

12

5.

Kelainan

fungsi

filter

nyeri

di

batang

otak

s e h i n g g a menyebabkan kesalahan interpretasi info pada otak yang diartikan sebagai nyeri, 6. Terdapat hubungan jalur serotonergik dan monoaminergik pada batang otak dan hipotalamus denganterjadinya TTH. Defisiensi kadar serotonin dan noradrenalin di otak, dan juga abnormalserotonin platelet, penurunan beta endorfin di CSF dan penekanan eksteroseptif pada otottemporal dan maseter, 7. Faktor psikogenik ( stres mental) dan keadaan non-

physiologicalmotor stress pada TTH sehingga melepaskan zat iritatif yang akan menstimulasi perifer danaktivasi struktur persepsi nyeri supraspinal lalu modulasi nyeri sentral. Depresi dan ansietasakan meningkatkan frekuensi TTH dengan mempertahankan

sensitisasi sentral pada jalur transmisi nyeri. 8. Aktifasi NOS ( Nitric Oxide Synthetase) dan NO pada kornu dorsalis.Pada kasus dijumpai adanya stress yang memicu sakit kepala. Ada beberapa teoriyang menjelaskan hal tersebut yaitu (1) adanya stress fisik (kelelahan) akan menyebabkan pernafasan

hiperventilasi sehingga kadar CO2 dalam darah menurun yang akan mengganggukeseimbangan asam basa dalam darah. Hal ini akan menyebabkan terjadinya alkalosis yang selanjutnya akan

mengakibatkan ion kalsium masuk ke dalam sel dan menimbulkan kontraksiotot yang berlebihan sehingga terjadilah nyeri kepala. (2) stress mengaktifasi saraf simpatis sehingga terjadi dilatasi

13

pembuluh

darah

otak

selanjutnya gamma

akan

mengaktifasi

nosiseptor akan

lalua k t i f a s i

aferen

trigeminus

yang

menghasilkan neuropeptida (substansi P). Neuropeptida ini akan merangsang ganglion trigeminus (pons). (3) s t r e s s d a p a t d i b a g i menjadi 3 tahap yaitu alarm reaction, stage of resistance, d a n stage of exhausted. Alarm reaction dimana stress menyebabkan vasokontriksi perifer

y a n g a k a n m e n g a k i b a t k a n kekurangan asupan oksigen lalu terjadilah metabolisme anaerob. Metabolisme asam laktat anaerob sehingga

akanmengakibatkan

penumpukan

merangsang pengeluaran bradikinin dan enzim proteolitik yang selanjutnya akan menstimulasi jaras nyeri. Stage of resistance dimanasumber energi yang digunakan berasal dari glikogen yang akan merangsang peningkatan a l d o s t e r o n , aldosteron akan menjaga simpanan ion kalium. Stage of exhausted dimana sumber energi yang digunakan berasal dari protein dan aldosteron pun menurunsehingga terjadi deplesi K+. Deplesi ion ini akan menyebabkan disfungsi saraf Salah satu teori yang paling populer mengenai penyebab nyeri kepala ini adalah kontraksi otot wajah, leher, dan bahu. Otot-otot yang biasanya terlibat antara lain m. splenius capitis, m. temporalis, m. masseter, m. dimana

14

sternocleidomastoideus, m. trapezius, m. cervicalis posterior, dan m. levator scapulae. Penelitian mengatakan bahwa para penderita nyeri kepala ini mungkin mempunyai ketegangan otot wajahdan kepala yang lebih besar daripada orang lain yang menyebabkan mereka lebih mudah terserang sakit kepala setelah adanya kontraksi otot. Kontraksi ini dapat dipicu oleh posisi tubuh yang dipertahankan lama sehingga menyebabkan ketegangan pada otot ataupun posisi tidur yang salah. Sebuah teori juga mengatakan ketegangan atau stres yang menghasilkan kontraksi otot di sekitar tulang tengkorak menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah sehingga aliran darah berkurang yang menyebabkan terhambatnya oksigen dan menumpuknya hasil metabolisme yang akhirnya akan menyebabkan nyeri. Rasa nyeri di dalam kepala, seperti halnya nyeri di bagian lain, akan dihantarkan ke korteks serebri oleh serabut-serabut saraf sensorik. Nyeri kepala dapat mempunyai distribusi permukaan yang terlokalisasi atau terasa menyeluruh (difus) di dalam kepala sebagai suatu kesatuan. Nervus yang terutama terlibat: 1. Nervus Trigeminus atau nervus kelima yang mempersarafi wajah dan bangunan di wajah, bagiandua per tiga anterior kulit kepala dan periosteum di bawahnya di luar tulang tengkorak. Di dalam tengkorak, nervus ini mempersarafi dura mater dan pembuluh-pembuluh darah pada fossa anteriordan media di depan tentorium serebri. 2. Tiga nervus servikalis pertama yang mempersarafi bagian sepertiga posterior kulit kepala sertaperiosteum dan muskulus trapezius di luar tengkorak. Di dalam tengkorak, ketiga saraf inimempersarafi dura mater di sebelah posterior tentorium dan pembuluh-pembuluh darah padafossa posterior. a. Nyeri cranial

15

Tengkorak sendiri tidak peka terhadap rasa nyeri. Lesi pada tulang seperti metastase keganasan atau penyakit Paget jarang menimbulkan keluhan pada penderitanya. Rasa nyeri dapat ditimbulkan oleh penyakit gigi, sinusitisakut, otitis atau mastoiditis. b. Nyeri intracranial Otak sendiri tidak peka terhadap rasa nyeri. Jaringan yang peka terhadap rasa nyeri adalah pembuluh darah arteriserebral dan dural, pembuluh darah yang besar dan sinus venosus. Nyeri dapat timbul dari: Inflamasi pembuluh-pembuluh arteri serebral, seperti pada arthritis kranialis. Dilatasi pembuluh arteri seperti migraine, febris atau akibat kerja obat, termasuk alcohol. Penarikan atau pergeseran pembuluh darah serebral seperti yang terjadi pada tumor, abses atauperdarahan. Inflamasi dura mater seperti pada meningitis.

c. Nyeri ekstrakranial Spasme terus-menerus pada otot leher atau kulit kepala merupakan penyebab nyeri yang lazim terjadi padapenderita spondilosis servikalis atau tension headache (nyeri kepala-tegang otot). Rasa nyeri ini sering disertai rasa tekan setempat yang terutama dirasakan di otot-otot frontalis dan trapezius. Nyeri ekstrakranial dapat disebabkan oleh inflamasi, rupture atau dilatasi pembuluh darah ekstrakranial. Sebagai contoh, arteri superfisialis temporalissering

16

terkena pada arthritis kranialis. Penyakit okuler seperti iritis atau glaucoma akut dapat menimbulkan nyeri ekstrakranial dengan derajat nyeri yang bervariasi. Akhirnya bagian terbesar nyeri kepala dapat dikatakan terjadi akibat gangguan vaskuler atau kontraksi terus menerus pada otot-otot ekstrakranial. 2.7 Tanda dan Gejala Gejala gejala yang dirasa jika mengalami TTH: Nyeri kepala dirasakan seperti kepala berat, pegal, rasa kencang atau seperti diikat sekeliling kepala. Nyeri kepala terutama pada dahi, pelipis, belakang kepala atau leher. Nyeri tidak berdenyut, tidak ada mual, fotofobia dan fonofobia. Bila berlangsung lama pada perabaan dapat ditemukan daerah-daerah yang membenjol keras berbatastegas dan nyeri tekan. Nyeri dapat menjalar sampai bahu. Nyeri kepala tegang otot biasa berlangsung selama 30 menit hingga 1 minggu penuh. Nyeri bisa dirasakan kadang- kadang atau terus menerus. Nyeri pada awalnya dirasakan pasien pada leher bagian belakang kemudian menjalar ke kepala bagianbelakang selanjutnya menjalar ke bagian depan. Nyeri ini juga dapat menjalar ke bahu. Nyeri kepala dirasakan seperti kepala berat, pegal, rasa kencang pada daerah bitemporal dan bioksipital,atau seperti diikat di sekeliling kepala. Nyeri kepala tipe ini tidak berdenyut.

17

Pada nyeri kepala ini tidak disertai mual ataupun muntah tetapi anoreksia mungkin saja terjadi.

Pasien tidak mengalami fotofobia dan fonofobia. Gejala lain yang juga dapat ditemukan seperti insomnia (gangguan tidur yang sering terbangun ataubangun dini hari), nafas pendek, konstipasi, berat badan menurun, palpitasi dan gangguan haid.

2.8 Diagnosa Tension type headache harus memenuhi sekurang-kurangnya dua dari berikut ini: 1. Adanya sensasi tertekan atau terjepit 2. Intensitas ringan-sedang 3. Lokasi bilateral 4. Tidak diperburuk aktifitas Selain itu tidak dijumpai mual muntah, tidak ada fotofobia atau fonofobia. Gejala klinis dapat berupa nyeri ringan-sedang-berat, tumpul seperti ditekan atau diikat, tidak berdenyut, menyeluruh, nyeri lebih hebat pada daerah kulit kepala oksipital dan belakang leher, terjadi spontan, memburuk oleh stress, insomnia, kelelahan kronis, iritabilitas, gangguan konsentrasi, dan rasa tidak nyaman pada bagian leher, rahang serta temporomandibular. 2.9 Pemeriksaan Penunjang Tidak ada uji spesifik untuk mendiagnosis TTH dan pada saat dilakukan pemeriksaan neurologic tidak ditemukan kelainan apapun. TTH biasanya tidak memerlukan pemeriksaan darah, rontgen, CT scan kepala maupun MRI. 2.10 Penatalaksanaan

18

Psikoterapi dan relaksasi dapat mengurangi gejala dari TTH. Pasien harus dibimbing untuk mengetahui arti dari relaksasi yang mana dapat termasuk bedrest, massage, dan atau latihan biofeedback. Pengobatan farmakologi dapat menggunakan analgesia, muscle relaxant serta antidepresan. 2.11 Prognosa TTH pada kondisi dapat menyebabkan nyeri yang menyakitkan, tetapi tidak membahayakan. Nyeri ini dapa sembuh dengan perawatan ataupun dengan menyelesaikan masalah yang menjadi latar belakangnya jika penyebab TTH berupa pengaruh psikis. Nyeri kepala ini dapat sembuh dengan terapi obat analgesia. Prognosa penyakit ini baik dan dengan penatalaksanaan yang baik maka > 90% pasien dapat disembuhkan. 2.12 pencegahan Pencegahan TTH adalah dengan mencegah terjadinya stress dengan olahraga teratur, istirahat yang cukup, relaksasi otot (yoga, stretching), meditasi dan biofeedback. Jika penyebabnya adalah kecemasan atau depresi maka dapat dilakukan behavioral therapy. Selain itu TTH dapat dicegah dengan mengganti bantal atau mengubah posisi tidur dan mengkonsumsi makanan yang sehat.

19

BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Tension type headache disebut pula muscle contraction headache merupakan nyeri tegang otot yang timbul karena kontraksi terus menerus otot-otot kepala dan tengkuk (m. Splenius kapitis, m. Temporalis, m. Maseter, m. Sternokleidomastoideus, m. Trapezius, m. Servikalis posterior, dan m. Levator skapule). Menurut penelitian di Amerika serikat tahun 2000, TTH terjadi 78% sepanjang hidup dimana tension type headache episodic terjadi 63% dan kronik terjadi 3%. Tension type headache episodik lebih banyak mengenai pasien wanita yaitu sebesar 71%, sedangkan pada pria sebesar 56%. Biasanya mengenai umur 20-40 tahun. TTH tidak menunjukkan nyeri yang berdenyut, tidak unilateral, tidak menjadi makin berat bila beraktivitas,dan tidak menunjukkan gejala otonom berupa mual dan muntah. Adanya nyeri pada penekanan otot perikranial sangat membantu diagnosis. Tension type headache harus memenuhi sekurang-kurangnya dua dari berikut ini: adanya sensasi tertekan atau terjepit, intensitas ringan-sedang, lokasi bilateral, tidak diperburuk aktifitas. Prognosa penyakit ini baik dan dengan penatalaksanaan yang baik maka > 90% pasien dapat disembuhkan.

20

DAFTAR PUSTAKA Chandra.B, 1994. Neurologi Klinik, Bagian Ilmu Penyakit Syaraf FK Unair Surabaya Dollery, C, Therapeutic Drugs, 2nd Edition, D80-D82. Churchil Livingstone, London
Harlan J, Ronoatmodjo S, Markam S. Tension-type headache and disorder of pericranial

musclein Indonesian recent graduates of high school , Medika Tahun XXVIII No.
10: 634-638, 2002

Jenie, Mohammad Naharuddin. 2009. Nyeri Kepala dan Wajah Lab/SMF Ilmu Penyakit Saraf FK Universitas Diponegoro/RSUD Dr. Kariadi : Semarang. Lacy, C.F., et al, 2003, Drug Information Handbook, 403-405, Lexi-Comp Inc., Canada

21

Vous aimerez peut-être aussi