Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
1. Lakukan pemeriksaan Indeks Periodontal. 2. Periksa apakah terdapat tepi tumpatan yang mengemper (overhanging) karena merupakan lokasi yang ideal bagi penumpukan plak serta dapat mengubah keseimbangan ekologis sulkus gingiva ke arah yang menguntungkan bagi organisme anaerob gram-negatif yang menjadi penyebab penyakit periodontal. 3. Periksa apakah terdapat mahkota tiruan dan restorasi dengan kontur berlebih (overcountoured) yang cenderung mempermudah penumpukan plak dan kemungkinan juga mencegah mekanisme self-cleansing oleh pipi, lidah, dan bibir. 4. Periksa apakah terdapat restorasi yang tidak sesuai dengan pola oklusal yang akan menimbulkan disharmoni yang akan mencederai jaringan periodontal pendukung. 5. Bahan restorasi umumnya tidak mencederai jaringan periodontal, kecuali bahan akrilik self-curing apabila kurang dilakukan pemolisan. 6. Desain gigi tiruan sebagian lepasan yang menutupi gingiva dapat mempermudah penumpukan plak. 7. Gigi tiruan yang terus dipakai sepanjang siang dan malam akan menginduksi lebih banyak pembentukan plak. 8. Penggunaan klem rubber dam, cincin untuk matriks, dan disc yang tidak baik bisa mencederai gingiva dengan akibat terjadinya inflamasi. 9. Piranti ortodonsi dapat mempermudahpenumpukan plak dan memodifikasi ekosistem gingiva 10. Pemasangan cincin ortodonsi yang terlalu jauh ke daerah subgingival dapat menyebabkan migrasi epitel penyatu ke arah apikal sehingga terjadi resesi gingiva. 11. Tekanan ortodonsi yang berlebihan dapat menimbulkan nekrose ligamen periodontal dan tulang alveolar. 12. Periksa apakah terdapat impaksi makanan. 13. Tidak digantinya gigi yang hilangdapat menimbulkan dampak bagi periodonsium. 14. Maloklusi dan malposisi gigi menyebabkan kontrol plak sukar atau bahkan bisa tidak mungkin dilakukan. 15. Kebiasaan buruk seperti bernafas dari mulut, mendorong-dorongkan lidah, kebiasaan parafungsional seperti bruxism, neurosis, dan kebiasaan yang berkaitan dengan okupasi dapat mendorong terjadinya penyakit periodontal. 16. Iritasi bahan kimia dari obat-obatan dan obat kumur dapat menimbulkan inflamasi akut dengan ulserasi gingiva. 17. Radiasi dapat menyebabkan pembentukan eritema dan deskuamasi mukosa termasuk gingiva.
Kalkulus Supragingival
Kalkulus Subgingival
Umur Pasien
Berkembang cepat 3-4 kali dibanding periodontitis kronis 1. Kehilangan perlekatan interproksimal pada sekurang-kurangnya dua gigi permanen 2. Distribusi lesi khas 3. Inflamasi relatif ringan meskipun terjadi pembentukan saku periodontal yang dalam dan kehilangan tulang yang banyak 4. Jumlah penumpukan plak pada gigi yang terlibat minimal dan tidak sebanding dengan destruksi periodontal yang terjadi. 5. Terjadi peningkatan level bakteri Actinobacillus actinomycetemcomitans dan Porphyromonas gingivalis. 6. Terjadi migrasi gigi insisivus maksila ke arah distolabial yang disertai pembentukan diastema 7. Meningkatya mobiliti pada gigi geligi insisivus maksila dan mandibulaserta molar pertama 8. Sensitivitas permukaan akar yang tersingkap terhadap stimulus termis dan taktil
baik kehilangan tulang horizontal maupun vertikal 9. Mobiliti sering ditemukan pada kasus stadium lanjut dimana telah terjadi kehilangan perlekatan dan kehilangan tulang yang banyak Distribusi Penyakit Melibatkan sisi tertentu (side-specific) yang merupakan akibat langsung dari plak subgingival yang menumpuk. Sisi dengan kerusakan yang lebih parah biasanya adalah sisi dengan kontrol plak yang tidak baik dan pada sisi yang inaksesibel (sukar dicapai untuk pembersihan maupun unstrumentasi perawatan) seperti daerah furkasi dan gigi yang malposisi. Tidak ada pola distribusi lesi periodontitis yang konsisten, kecuali bahwa lesinya biasanya tidak terisoler pada satu atau dua sisi saja. Berdasarkan distribusi penyakit : 1. Periodontitis kronis lokalisata apabila kurang dari 30% dari seluruh sisi di mulut yang terlibat 2. Periodontitis kronis generalisata apabila lebih dari 30% dari seluruh sisi di mulut yang terlibat Berdasarkan keparahan penyakit : 1. Taraf ringan ditandai oleh kehilangan perlekatan yang hanya berkisar 1-2 mm 2. Taraf sedang ditandai oleh kehilangan perlekatan sebesar 3-4 mm 3. Taraf parah ditandai dengan kehilangan perlekatan sama atau lebih dari 5 mm 1. Kekaburan dan terputusnya
9. Nyeri sakit yang samar-samar memancar jauh ke dalam sewaktu mengunyah, akibat teriritasinya struktur periodontal pendukung oleh gigi yang mobiliti atau karena impaksi makanan, bisa disertai pembentukan abses periodontal dan pembengkakan nodus limfe regional. Prevalensi sebesar 0,1%-1% dari populasi Orang kulit hitam lebih berisiko daripada kulit putih Prevalensi paling tinggi pada laki-laki kulit hitam, perempuan kulit hitam, perempuan kulit putih, dan laki-laki kulit putih Paling sering dijumpai antara usia puber sampai 20 tahun 1. Periodontitis agresif lokalisata (localized aggressive periodontitis) 2. Periodontitis agresif generalisata (generalized aggressive periodontitis) a. Periodontitis juvenil lokalisata (localized juvenile periodontitis) b. Periodontitis juvenil generalisata (generalized juvenile periodontitis)
Klasifikasi
Perubahan Radiografis
Faktor Resiko
kontinuitas lamina dura yang disebabkan oleh penjalaran inflamasi dari gingiva ke tulang yang disertai pelebaran kanal-kanal yang dilalui pembuluh darah dan pengurangan jaringan terkalsifikasi pada tepi septum interdental. 2. Daerah radiolusen berbentuk baji yang disebabkan resorpsi tulang pada sisi lateral septum interdental yang disertai penebalan ruang ligamen periodontal. 3. Proyeksi radiolusen seperti jari meluas dari krista septum interdental ke dalam septum akibat inflamasi lebih jauh ke dalam tulang. 4. Pengurangan tinggi tulang pada tahap lebih lanjut akibat perluasan inflamasi dan resorpsi tulang alveolar. 1. Riwayat periodontitis sebelumnya seorang pasien yang pernah menderita periodontitis kronis cenderung beresiko bagi terjadinya kembali kehilangan perlekatan dan kehilangan tulang apabila terjadi kembali penumpukan plak. 2. Faktor lokal a. Bakteri Porphyromonas gingivalis, Tannerella forsytha, Treponema denticola b. Tepi restorasi yang mengemper (overhanging) c. Lesi karies yang meluas ke subgingival d. Furkasi akar yang tersingkap karena kehilangan perlekatan dan tulang e. Gigi berjejal (crowded) 3. Faktor sistemik diabetes melitus
molar pertama dan insisivus 2. Kehilangan tulang berbentuk busur yang meluas dari permukaan distal premolar kedua ke permukaan mesial molar kedua 3. Cacat tulang yang lebih luas dibandingkan pada periodontitis kronis
1. Faktor mikrobiologis Actinomyces actinomicetemcomitans, Capnocytopha sp., Eikenella corrodens, Prevotella intermedia, dan Campylobacter restus 2. Faktor imunologis Human Leucocyte Antigens (HLAs), cacat fungsional leukosit polimorfonukleus (melemahnya kemotaksis atau fungsi fagositosis), monosit (hiperresponsif dimana diproduksi PGE2), atau keduanya 3. Faktor genetik 4. Faktor lingkungan jumlah dan lama kebiasaan merokok
4. Faktor lingkungan dan kebiasaan a. Kebiasaan merokok diduga mempengaruhi respon pejamu dan mikroflorasubgingiva, mengakibatkan : Laju destruksi periodontal meningkat Kehilangan perlekatan dan tulang, lesi furkasi, pembentukan kalkulus supragingival lebih banyak. Pembentukan kalkulus subgingival dan perdarahan probing lebih sedikit. Saku periodontal lebih dalam. b. Stress diduga dapat mempengaruhi perluasan dan keparahan karena menekan fungsi imunitas
1. Suprakontak kontak yang dapat menghalangi permukaan oklusal lainnya mencapai kontak stabil dengan banyak titik kontak a. Suprakontak retrusif (retrusive supracontacts) suprakontak yang mendefleksikan mandibula pada penutupan ke posisi retrusi b. Suprakontak interkuspal (intercuspal supracontact) suprakontak yang menghalangi penutupan mandibula ke posisi interkuspal Penyebab terjadinya suprakontak : a. Pembuatan restorasi atau gigi tiruan yang tiidak memperhatikan oklusi yang baik b. Maloklusi dan malposisi gigi c. Tidak digantinya gigi yang hilang, sehingga menimbulkan serangkaian perubahan, diantaranya tilting gigi tetangga dan ekstrusi gigi antagonis 2. Sudut faset gigi mengalami keausan atau atrisi akibat berkontaknya gigi dengan gigi tetangganya pada waktu berfungsi atau pada kebiasaan parafungsi (bruxism). Dataran oklusal atau insisal gigi yang mengalami atrisi dinamakan faset (facets). Faset horizontal cenderung mengarahkan tekanan searah as vertikal gigi, yang mudah diadaptasi oleh periodonsium. Sebaliknya faset vertikal mengarahkan tekanan ke arah lateral yang berpotensi mencederai periodonsium.
Traumatik Oklusi