Vous êtes sur la page 1sur 30

LBM 4 MODUL 9 1 AYU SETYANINGRUM ISWANDARI SAFITRI 1. Mengapa tungkai kanan lebih pendek ?

Jarak antara trokanter mayor dan spina iliaka anterior superior lebih pendek karena trokanter terletak lebih tinggi akibat pergeseran tungkai ke kranial. Gambaran radiologis menunjukkan fraktur leher femur dengan dislokasi pergeseran ke kranial atau impaksi ke dalam kaput. Kegalian fraktur ini disebabkan kontraksi dan tonus otot besar dan kuat antara tungkai dan tubuh yang menjembatani fraktur, yaitu m. iliopsoas, kelompok otot gluteus, quadriceps femur, flexor femur, dan adductor femur. Inilah yang menggangu keseimbangan pada garis fraktur. Adanya osteoporosis tulang mengakibatkan tidak tercapainya fiksasi kokoh oleh pin pada fiksasi interna. Ditambah lagi, periosteum fragmen intrakapsuler leher femur tipis sehingga kemampuannya terbatas dalam penyembuhan tulang. Oleh karena itu, pertautan fragmen fraktur hanya bergantung pada pembentukan kalus endosteal. Yang penting sekali ialah aliran darah ke kolum dan kaput femur yang robek pada saat terjadinya fraktur. www.scribd.com 2. Mengapa terasa nyeri dan bertambah jika diangkat atau digeser ? Inflamasi, terjadi perdarahan dalam jaringan yang cedera dan terjadi pembentukan hematoma pada tempat patah tulang. Ujung fragmen tulang mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah. Tempat cedera kemudian akan diinvasi oleh makrofag ( sel darah putih yang besar ), yang akan membersihkan darah tersebut, tahap inflamasi berlangsung lima hari dan hilang dengan pembengkakan dan nyeri. Blog Felyyana Sadaya, fakultas ilmu keperawatan

3. Mengapa tidak terdapat luka pada daerah yang sakit? Luka akibat benda tumpul, sehingga terjadi memar. www.scribd.com 4. Apa hubungan usia dengan gejala yang diderita?

reshaardianto.student.umm.ac.id Untuk fraktur femur yang terbagi dalam beberapa klasifikasi misalnya saja pada fraktur collum, fraktur subtrochanter femur ini banyak terjadi pada wanita tua dengan usia lebih dari 60 tahun dimana tulang sudah mengalami osteoporotik, trauma yang dialami oleh wanita tua ini biasanya ringan ( jatuh terpeleset di kamar mandi) sedangkan pada penderita muda ditemukan riwayat mengalami

LBM 4 MODUL 9 2 AYU SETYANINGRUM ISWANDARI SAFITRI kecelakaan. Sedangkan fraktur batang femur, fraktur supracondyler, fraktur intercondyler, fraktur condyler femur banyak terjadi pada penderita laki laki dewasa karena kecelakaan ataupun jatuh dari ketinggian. Sedangkan fraktur batang femur pada anak terjadi karena jatuh waktu bermain dirumah atau disekolah. www.scribd.com Hubungan umur dengan fraktur Peranan Massa Tulang Puncak (Peak Bone Mass = PBM), faktor skeletal, dan ekstra-skeletal terhadap fraktur panggul bervariasi sesuai usia. Alasannya adalah karena pada BMD berapa pun, risiko fraktur lebih besar pada usia lanjut, karena adanya peningkatan kecenderungan untuk jatuh, hilangnya jaringan lunak pelindung, dan penurunan kemampuan untuk bereaksi secara tepat untuk mengurangi dampak jatuh. Ini menunjukkan peranan yang lebih besar dari usia terhadap risiko fraktur panggul dibanding BMD pada usia lanjut. Pengobatan dan Pencegahan Seumur Hidup Osteoporosis . John Darmawan, MD, PhD . WHO Expert on the Rheumatic Diseases, Geneve, Switzerland . Semarang-Indonesia Menurut Penelitian : 24 % dari Wanita umur 4059 tahun sudah mengalami osteoporosis dan 62 % dari wanita berumur 60 70 tahun mengalami osteoporosis Mengapa wanita lebih beresiko osteoporosis dibanding pria?? Wanita memiliki hormon estrogen yang dihasilkan setiap mengalami siklus menstruasi, dimana hormon ini merupakan suatu hormon yang berfungsi sebagai PELINDUNG TULANG. Jadi bagi wanita yang mengalami gangguan siklus haid beresiko mengalami osteoporosis. Bila wanita mengalami MENOPAUSE yaitu suatu fase dimana wanita sudah tidak bisa haid lagi, maka hormon estrogen sama sekali tidak bisa dihasilkan. Hal ini akan mengakibatkan tidak adanya hormon yang melindungi tulang, sehingga tulang mudah patah. medicastore.com Hormone estrogen tinggi mengurangi osteoklast dengan cara: Patofisiologi Osteoporosis adalah abnormalitas pada proses remodeling tulang dimana resorpsi tulang melebihi formasi tulang menyebabkan hilangnya massa tulang. Mineralisasi tulang tetap terjadi. Remodeling tulang digambarkan dengan keseimbangan fungsi osteoblas dan osteoklas. Meskipun pertumbuhan terhenti, remodeling tulang berlanjut. Proses dinamik ini meliputi resorbsi pada satu permukaan tulang dan deposisi pembentukan tulang pada tempat yang berlawanan. Hal ini dipengaruhi oleh weight bearing dan gravitasi, as well as by problems seperti penyakit sistemik. Proses seluler dilaksanakan oleh sel tulang spesifik dan dimodulasi oleh hormon lokal dan sistemik serta peptida.9

LBM 4 MODUL 9 3 AYU SETYANINGRUM ISWANDARI SAFITRI Osteoblas adalah sel pembentuk tulang. Mereka membentuk dan mesekresikan kolagen (kebanyakan tipe I) dan nonkolagen organikkomponen pada fase matrik tulang. Mereka mempunyai peranan penting pada mineralisasi matrik organik. Protein nonkolagen produksi osteoblas meliputi osteokalsin (komponen nonkolagen tulang terbesar), 20% dari total massa tulang; osteonectin; protein sialyted dan phosphorylated; dan thrombospondin. Peranan protein nonkolagen tersebut tidak diketahui tapi sintesisnya diatur oleh hormon paratiroid (PTH) dan 1,25 dihidroksivitamin D. Mereka juga berperan pada kemotaksis dan adhesi sel. Pada proses pembentukan matrik tulang organik, ostoblas terperangkap diantara formasi jaringan baru, kehilangan kemampuan sintesis dan menjadi osteosit. Osteoklas adalah sel terpenting pada resorpsi tulang. Mereka digambarkan dengan ukurannya yang besar dan penampakan yang multinucleated. Sel ini bergabung menjadi tulang melalui permukaan reseptor. Penggabungan pada permukaan osteoklas tulang membentuk komparment yang dikenal sebagai sealing zone. Reorpsi tulang terjadi oleh kerja proteinase asam pada pusat ruang isolasi subosteoklas yang dikenal sebagai lakuna Howship. Membran plasma dari sel ini diinvaginasi membentuk ruffled border. Osteoklas mungkin berasal dari sel induk sum-sum tulang, yang juga menghasilkan makrofag-monosit. Perkembangan dan fungsi mereka dimodulasi oleh sitokin seperti interleukin-1 (IL-1), interleukin-6 (IL-6) dan interulekin-11 ( IL-11). Remodeling tulang terjadi pada tiap permukaan tulang dan berlanjut sepanjang hidup. Jika massa tulang tetap pada dewasa, menunjukan terjadinya keseimbangan antara formasi dan resorpsi tulang. Keseimbangan ini dilaksanakan oleh osteoblas dan osteoklas pada unit remodeling tulang. Remodeling dibutuhkan untuk menjaga kekuatan tulang. Osteoblas dan osteoklas dikontrol oleh hormon sistemik dan sitokin seperti faktor lokal lain (growth factor, protaglandin dan leukotrien, PTH, kalsitonin, estrogen dan 1,25-

LBM 4 MODUL 9 4 AYU SETYANINGRUM ISWANDARI SAFITRI dihydrocyvitamin D3 [1,25-(OH)D3]). PTH bekerja pada osteoblas dan sel stroma, dimana mensekresi faktor soluble yang menstimulasi pembentukan osteoklas dan resorbsi tulang oleh osteoklas. Sintesis kolagen oleh osteoblas distimulasi oleh paparan pada PTH yang intermiten, sementara paparan terus menerus pada PTH menghambat sintesis kolagen. PTH berperan penting pada aktivasi enzim ginjal 1 & agr; hidroksilase yang menghidroksilat 25-(OH)D3 menjadi 1,25-(OH)2D3.9 Kalsitonin menghambat fungsi ostoklas langsung dengan mengikat reseptor afinitas tinggi; kalsitonin mungkin tidak langsung mempengaruhi fungsi osteoblas. Level Kalsitonin menurun pada wanita dibandingkan pria, tapi defisiensi kalsitonin tidak berperan pada usiaosteoporosis. Namun defisiensi estrogen menyebabkan penurunan massa tulang secara signifikan. Defisiensi estrogen dipikirkan mempengaruhi level sirkulasi sitokin spesifik seperti IL-1, tumor necross faktor- &agr; koloni granulosit-makrofag stimulating factor dan IL-6. Bersama sitokin ini meningkatkan resorpsi tulang melalui peningkatan recruitment, diferensiasi dan aktifasi sel osteoklas. Pada beberapa tahun pertama paska menopause terjadi penurunan massa tulang yang cepat sebesar 5 % per tahun pada tulang trabekular dan 2-3% per tahun pada tulang kortikal. Hal ini disebabkan meningkatnya aktifitas osteoklas. Selanjutnya didominasi oleh osteoblas dan hilangnya massa tulang menjadi 1-2 % atau kurang per tahun. buk.depkes.go.id 5. Apa tujuan diimobilisasi? Mencegah kerusakan jaringan lunak lebih lanjut Mengurangi edem dan perdarahan Mencegah fraktur tertutup menjadi terbuka Mengurangi rasa nyeri Mengurangi kemungkinan emboli lemak www.scribd.com 6. Syarat apa saja yang dilakukakn untk pemeriksaan radiologi ? Meliputi 2 sendi : proksimal dan distal 2 foto saling tegak lurus (anteroposterior dan lateral) Bila ragu : buat perbandingan 2 ekstremitas www.scribd.com

LBM 4 MODUL 9 5 AYU SETYANINGRUM ISWANDARI SAFITRI Syarat-syarat pemeriksaan rontgen: Tanpa Kontras ( Thorax, Cervical, Vertebra, Panoramic, dll ) : Tidak ada syarat khusus Dengan Kontras : - Ro. BNO-IVP : Pasien harus sudah melakukan pemeriksaan creatinin (bila Creatinin tinggi tidak dapat dilakukan pemeriksaan IVP ) Melakukan pembersihan sal cerna (Urus-urus) dengan minum garam inggris 30 mg (tersedia di apotik) dengan 1 gelas air putih 12 jam sebelum dilakukan pemeriksaan, sebelumnya pasien dianjurkan makan makanan yang tidak berserat (lembut) Pasien dianjurkan tidak banyak bicara dan tidak merokok Puasa selama 12 jam sebelum dilakukan pemeriksaan ( setelah minum garam inggris ) boleh minum air putih - Ro Colon in loop, Double Contras Colonografi (DCC) Pasien Puasa 12 jam sebelum pemeriksaan Melakukan pembersihan sal cerna ( urus-urus ) dengan minum garam inggris 30 mg dengan 1 gelas air putih 12 jam sebelum pemeriksaan Diianjurkan tidak banyak bicara dan tidak merokok Khusus untuk Colon in Loop dengan kasus Megacolon pasien tidak perlu dilakukan persiapan pemeriksaan - Ro. HSG ( Hystero Salphyngo Grafi ) Pemeriksaan dilakukan pada hari ke 8 -11 setelah hari pertama menstruasi terakhir (hari pertama keluar darah menstruasi yang terakhir dihitung sebagai hari I ) Pasien tidak boleh coitus (berhubungan dengan suami) sampai dengan dilakukan pemeriksaan - Ro. OMD (Oesophago Maag Duodeno Grafi ) Pasien puasa 6 jam sebelum dilakukan pemeriksaan Pada pemeriksaan pasien minum cairan kontras ( barium ) - Ro. Urethrografi, Oesophagografi, Fistulografi : tidak ada persiapan khusus - Ro. Mammografi Pemeriksaan dilakukan 1 minggu setelah menstruasi ( tidak saat menjelang menstruasi ) Lebih baik pemeriksaan dilakukan untuk usia 30 tahun keatas Untuk usia dibawah 30 tahun disarankan untuk dilakukan USG mammae ( hasil pemeriksaan lebih jelas karena massa mammae masih padat ) - Ro. Appendicogram Sehari sebelumnya dilakukan pemeriksaan foto BNO Pasien minum barium kontras yang dilarutkan dengan 1 gelas air putih pada 8 jam sebelum pemeriksaan / foto berikutnya Setelah 8 jam pasien kembali untuk dilakukan foto BNO yang ke2 Pasien tidak perlu puasa Setelah minum barium, tidak boleh BAB sampai dilakukan foto Berikutnya Website RS BUDI SEHAT. Pelayanan Radiologi. 20 mei 2008 7. Diagnosis sementara? Fraktur Defnisi Fraktur merupakan terputusnya kontinyuitas dari tulang, lempeng epifisis, atau tulang rawan sendi.

LBM 4 MODUL 9 6 AYU SETYANINGRUM ISWANDARI SAFITRI Buku Digital Ilmu Kedokteran Bedah, dr. Abdul Rochman, klikdokter.com Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Smeltzer S.C & Bare B.G,2001 Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Reeves C.J,Roux G & Lockhart R,2001 Etiologi Menurut Apley dan Salomon (1995), tulang bersifat relative rapuh namun cukup mempunyai kekuatan gaya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat disebabkan oleh : Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak, kontraksi otot ekstrim. Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu jauh. Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur patologis. ppni-klaten.com Fraktur patologis : Umum a) Osteoporosis b) Gangguan metabolic, rickets, defisiensi vitamin D c) Gangguan endokrin d) Paget disease e) Neuropatik : poliomyelitis f) Congenital Lokal a) Tumor simpleks : giant cell tumor, chondroma b) Infeksi yang menyerang tulang c) Metastase tumor pada tulang d) Kista e) Desakan tumor f) Atrofi tulang karena jarang digunakan Bernard Bloch. Fraktur dan Dislokasi. 1978. Jogjakarta: yayasan essential medica Jenis Terdapat berbagai macam jenis fraktur. Untuk lebih sistematisnya, dapat dibagi berdasarkan: Lokasi Fraktur dapat terjadi di di berbagai tempat pada tulang seperti pada diafisis, metafisis, epifisis, atau intraartikuler. Jika fraktur didapatkan bersamaan dengan dislokasi sendi, maka dinamakan fraktur dislokasi. Luas Terbagi menjadi fraktur lengkap dan tidak lengkap. Fraktur tidak lengkap contohnya adalah retak. Konfigurasi Dilihat dari garis frakturnya, dapat dibagi menjadi transversal

LBM 4 MODUL 9 7 AYU SETYANINGRUM ISWANDARI SAFITRI (mendatar), oblik (miring), atau spiral (berpilin). Jika terdapat lebih dari satu garis fraktur, maka dinamakan kominutif. Hubungan antar bagian yang fraktur Antar bagian yang fraktur dapat masih berhubungan (undisplaced) atau terpisah jauh (displaced). Hubungan antara fraktur dengan jaringan sekitar Fraktur dapat dibagi menjadi fraktur terbuka (jika terdapat hubungan antara tulang dengan dunia luar) atau fraktur tertutup (jika tidak terdapat hubungan antara fraktur dengan dunia luar). Komplikasi Fraktur dapat terjadi dengan disertai komplikasi, seperti gangguan saraf, otot, sendi, dll atau tanpa komplikasi Buku Digital Ilmu Kedokteran Bedah, dr. Abdul Rochman, klikdokter.com

1. Complete fraktur ( fraktur komplet ), patah pada seluruh garis tengah tulang,luas dan melintang. Biasanya disertai dengan perpindahan posisi tulang. 2. Closed frakture ( simple fracture ), tidak menyebabkan robeknya kulit, integritas kulit masih utuh. 3. Open fracture ( compound frakture / komplikata/ kompleks), merupakan fraktur dengan luka pada kulit ( integritas kulit rusak dan ujung tulang menonjol sampai menembus kulit) atau membran mukosa sampai ke patahan tulang. http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1894174fraktur/

Patofisiologi tekanan eksternal > yang dapat diserap tulang trauma tulang rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang fraktur periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak perdarahan hematoma di rongga medula tulang jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah menstimulasi terjadinya respon inflamasi vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih proses penyembuhan tulang Irwanashari. KOAS unhas : biomekamika fraktur pada tulang panjang (Carpnito, Lynda Juall, 1995) (Black, J.M, et al, 1993)

LBM 4 MODUL 9 8 AYU SETYANINGRUM ISWANDARI SAFITRI

Klasifikasi Klasifikasi fraktur terbuka menurut Gustillo dan Anderson Grade I : Luka bersih < dari 1 cm (biasanya luka berasal dari fragmen tulang (from within) dengan kerusakan jaringan lunak yang minimal) Grade II : Laserasi atau luka > 1 cm dengan kerusakan jaringan lunak yang minimal Grade III : Luka dengan kerusakan jaringan lunak yang luas, avulsi, trauma pada otot dan nervus Gustillo membagi menjadi 3 Grade IIIA : Luka dengan kerusakan jaringan lunak yang luas tapi dengan jaringan yang masih menutupi tulang yang adekuat Grade IIIB : Luka dengan kerusakan jaringan lunak yang luas disertai dengan jaringan penutup tulang yang tidak adekuat (bone expose), devaskularisasi tulang, kontaminasi luka yang luas, biasanya memerlukan skin graft atau skin flap Grade IIIC : Luka dengan kerusakan pada neurovascular Irwanashari, S. Ked. KOAS unhas : biomekamika fraktur pada tulang panjang Klasifikasi fraktur harles A Rockwood mengklasifikasikan fraktur secara radiologist 1. Lokalisasi/letak fraktur seperti diafisis, metafisis, intra-artikular. 2. Konfigurasi/sudut patah dari fraktur : * Fraktur transversal * Fraktur oblik

LBM 4 MODUL 9 9 AYU SETYANINGRUM ISWANDARI SAFITRI * * * * Fraktur Fraktur Fraktur Fraktur spiral kominutif segmental Impaksi/kompresi

1. Menurut ekstensi : * Fraktur total * Fraktur tidak total (fracture crack) * Fraktur buckle/torus * Fraktur garis rambut * Fraktur greenstick * Fraktur avulse * Fraktur sendi

Terbuka dan tertutup Fraktur terbuka disebut juga compound fracture. Fraktur di mana kulit dari ekstremitas yang terlibat telah ditembus patahan tulang. Fraktur terbuka terbagi atas 3 derajat (R. Gustillo) : 1. Derajat I * Luka <> 2. Derajat II * Laserasi > 1 cm. * Kerusakan jaringan lunak tidak luas. * Fraktur kominutif sedang. * Kontaminasi sedang. 3. Derajat III: 1. terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot, dan neurovaskuler, serta kontaminasi derajat tinggi. Fraktur derajat III terbagi atas: * Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun terdapat laserasi luas atau fraktur segmental yang disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa melihat besarnya ukuran luka. * Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar atau kontaminasi masif. * Luka pada pembuluh arteri atau saraf perifer. Fraktur tertutup : disebut juga closed fracture. Tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan lingkungan luar Komplit dan tidak komplit 1. Fraktur komplit : bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang. 2. Fraktur tidak komplit : bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang 3. Hairline fracture : patah retak rambut 4. Buckle fracture/ Torus fracture : bila terjadi lipatan dari korteks dengan kompresi tulang spongiosa di bawahnya. Biasanya pada distal radius anak-anak. 5. Greenstick fracture : fraktur tidak sempurna, korteks tulangnya

LBM 4 MODUL 9 10 AYU SETYANINGRUM ISWANDARI SAFITRI sebagian masih utuh, demikian juga periosteumnya. Sering terjadi pada anak-anak. Fraktur ini akan segera sembuh dan segera mengalami remodelling ke bentuk fungsi normal. Sudut patah: * Fraktur transversal: garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang. Pada fraktur semacam ini, segmen-segmen tulang yang patah direposisi/ direduksi kembali ke tempatnya semula. * Farktur oblik: garis patahnya membentuk sudut. Fraktur ini tidak stabil dan sulit diperbaiki. * Fraktur spiral: akibat trauma rotasi. Garis patah tulang membentuk spiral. Fraktur cenderung cepat sembuh. Jumlah garis patah: * Fraktur kominutif: garis patah lebih dari 1 dan saling berhubungan. * Fraktur segmental: garis patah lebih dari 1 tetapi tidak saling berhubungan. * Fraktur multiple: garis patah lebih dari 1 tetapi pada tulang yang berlainan. Trauma: * Fraktur kompresi: 2 tulang menumbuk tulang ke-3 yang berada diantaranya. * Fraktur avulse: trauma tarikan, suatu fragmen tulang pada tempat insersi tendon ataupun ligamen. * Fraktur spiral Bergeser dan tidak bergeser 1. Fraktur undisplaced: garis patah komplit tetapi ke-2 fragmen tidak bergeser, periosteumnya masih utuh. 2. Fraktur displaced: terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang juga disebut lokasi fragmen. Terbagi atas: * Dislokasi ad longitudinal cum contractionum: pergeseran searah sumbu dan overlapping. * Dislokasi ad axim: pergeseran yang membentuk sudut. * Dislokasi ad latus: pergeseran di mana kedua fragmen saling menjauh. Muttaqin, Arif. 2005. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: EGC oleh Yovinda) Menurut Hardiyani (1998), fraktur dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, dan cruris dst). 2. Berdasarkan luas dan garis fraktur terdiri dari : a. Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang). b. Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis penampang tulang). 3. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah :

LBM 4 MODUL 9 11 AYU SETYANINGRUM ISWANDARI SAFITRI Fraktur kominit (garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan). b. Fraktur segmental (garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan). c. Fraktur Multipel ( garis patah lebih dari satu tapi pada tulang yang berlainan tempatnya, misalnya fraktur humerus, fraktur femur dan sebagainya). 4. Berdasarkan posisi fragmen : a. Undisplaced (tidak bergeser) / garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser. b. Displaced (bergeser) / terjadi pergeseran fragmen fraktur 5. Berdasarkan hubungan fraktur dengan dunia luar : a. Tertutup b. Terbuka (adanya perlukaan dikulit). 6. Berdasar bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma : a. Garis patah melintang. b. Oblik / miring. c. Spiral / melingkari tulang. d. Kompresi e. Avulsi / trauma tarikan atau insersi otot pada insersinya. Missal pada patela. 7. Berdasarkan kedudukan tulangnya : a. Tidak adanya dislokasi. b. Adanya dislokasi At axim : membentuk sudut. At lotus : fragmen tulang berjauhan. At longitudinal : berjauhan memanjang. At lotus cum contractiosnum : berjauhan dan memendek. ppni-klaten.com Manifestasi klinis (tanda dan gejala) Adanya fraktur dapat ditandai dengan adanya : Pembengkakan. Kecuali frakturnya terjadi jauh didalam seperti pada tulang leher atau tulang paha. Perubahan bentuk, dapat terjadi angulasi (terbentuk sudut), rotasi (terputar), atau pemendekan. Terdapat rasa nyeri yang sangat pada daerah fraktur. Buku Digital Ilmu Kedokteran Bedah, dr. Abdul Rochman, klikdokter.com a.

LBM 4 MODUL 9 12 AYU SETYANINGRUM ISWANDARI SAFITRI

Penatalaksanaan Fraktur tertutup : 1. Reposisi Kedudukan fragmen distal disambungkan dengan fragmen proximal menggunakan traksi pada sumbu panjang tulang menggunakan traksi (penarikan secara pelan dan hati-hati) Mencegah dan memperbaiki angulasi maupun pemendekan tulang 2. Imobilisasi a) Pada fraktur yang sudah direposisi : gips berbantal b) Reposisi dan imobilisasi tidak cukup : traksi kulit / skeletal 3. Restorasi Pembidaian dilakukan dalam posisi fungsional sendi bersangkutan. Fraktur terbuka : 1. Mengurangi rasa nyeri, resusitasi, dan syok hipovolemik 2. Berikan toxoid anti tetanus profilaksi 3. Pembidaian anggota badan yang terluka dan daerah fraktur ditutupi dengan kain steril 4. Pembedahan : - Aseptic dan dibawah pengaruh anesthesia luka dibersihkan dan bulu/rambut disekitar luka dicukur - Luka disemprot air steril dari arah dalam ke permukaan memakai pipa berujung logam - Eksisi blok terhadap jaringan yang mati - Debridement dan beberapa millimeter di tepi luka dieksisi - Alignment (menyejajarkan fraktur) - Luka ditutup dg jahitan longgar - Bila terdapat kesulitan penjahitan , perlu insisi kulit di lateral luka untuk melonggarkan daerah luka 5. Imobilisasi dengan bidai gips yang memakai bantalan (padded plester) atau dg fiksasi lain Bernard Bloch. Fraktur dan Dislokasi. 1978. Jogjakarta: yayasan essential medica

LBM 4 MODUL 9 13 AYU SETYANINGRUM ISWANDARI SAFITRI 1. Bersihkan luka menggunakan larutan aquades steril atau isotonik salin (NaCl 0,9 %) membersihkan luka dari benda-benda asing yang mungkin terkontaminasi dengan luka teknik : menyemprotkan larutan pada luka (pulsating irrigation) lebih baik dilakukan daripada memberikan larutan antiseptik yang bisa menyebabkan kerusakan jaringan 2. Antibacterial dilakukan sebelum, selama, dan sesudah treatment dari fraktur terbuka pemberian antibakteri tidak akan menjamin kemampuannya untuk melawan kuman pada fraktur terbuka, disebabkan oleh ketidakmampuan dari antibakteri untuk mencapai tempat infeksi karena jaringan kehilangan blood supplynya dan banyaknya antibakteri yang dewasa ini mengalami resistensi diperlukan debridement yang adekuat dan perawatan luka yang maksimal atau dikultur 3. Antitetanus Semua pasien fraktur terbuka memerlukan pencegahan terhadap tetanus Jika pasien sebelumnya telah diimunisasi tetanus toxoid, dapat dilakukan booster toxoid terhadap pasien Jika tidak ada, atau tidak ada informasi yang adekuat maka imunitas pasif dapat diberikan dengan menggunakan 250 units human tetanus immune globulin 4. Debridement membuang jaringan devitalized (jaringan mati) dari tempat fraktur baik itu kulit, subkutis, lemak, fascia, otot, dan ujung tulang jaringan yang kehilangan supplay darahnya akan mencegah terjadinya penyembuhan luka dan menjadi fokus infeksi 5. Tatalaksana untuk tulang yang fraktur Luka pada fraktur kecil seperti pada fraktur terbuka grade I maka dapat dilakukan tatalaksana secara tertutup (reposisi dan pemasangan gips ) syarat luka sudah dibersihkan dan didebridement terlebih dahulu Kerusakan jaringan lunak yang luas dan posisi dari tulang yang tidak stabil atau disertai dengan trauma vaskular dapat dipertimbangkan untuk ORIF (open reduction internal fixation) Kerusakan jaringan lunak yang luas disertai dengan fraktur yang komunitif (lebih dari 3 fragmen) dapat dipertimbangkan eksternal fiksasi Fraktur tertutup dengan Gangguan Neurovaskuler COMPARTMENT SYNDROME Perdarahan yang timbul akibat fraktur yang tidak bisa keluar, berada dalam kompartment otot dan menimbulkan

LBM 4 MODUL 9 14 AYU SETYANINGRUM ISWANDARI SAFITRI pembengkakan sehingga peninggian tekanan intrakompartemen. Tekanan ini menyebabkan gangguan sirkulasi balik dan akhirnya gangguan pada arteri ke arah distal sehingga bagian distal menjadi non vital dan nekrosis. Inilah pentingnya pemeriksaan bagian distal /akral dari fraktur. Hal lain yang dapat mengganggu sirkulasi adalah tertekannya arteri oleh fragmen sehingga terjadi Ischaemia dan rasa sakit yang hebat. Dalam hal ganguan arteri, pada Volkmanns Ischaemic Contraction perlu dilakukan eksplorasi dan release untuk memperbaiki sirkulasinya dr. H. Armaidi Darmawan, M,Epid . trauma musculoskeletal . 13 juni 2010

a. Reduksi fraktur 1) Reduksi tertutup Reduksi tertutup dilakukan untuk mengembalikan fragmen tulang keposisi semula dengan manipulasi atau traksi manual. 2) Traksi, dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan immobilisasi, berat traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi. Ada dua macam traksi yaitu traksi skelet dan kulit, Traksi kulit adalah traksi yang dipasang tidak boleh melebihi toleransi kulit ( 2-3 kg beban tarikan ) dan untuk mengontrol spasme kulit dan memberikan immobilisasi. Macam macam traksi kulit diantaranya : a) Traksi Buck, adalah traksi kulit dimana tarikan diberikan pada satu bidang bila hanya diimmobilisasi parsial atau temporor yang diinginkan b) Traksi Russell, dapat digunakan untuk fraktur pada plato tibia, menyokong fleksi pada penggantung dan memberikan gaya tarikan horizontal melalui pita traksi dan balutan elastis ketungkai bawah. c) Traksi Dunlop Traksi skelet, dipasang langsung ketulang menggunakan pin metal atau kawat yang dimsukan kedalam tulang disebelah distal garis fraktur, menghindari saraf, pembuluh darah, otot, tendon sendi. Traksi skelet dipasang secara asepsis seperti pada pembedahan. Traksi skelet biasanya menggunakan 7 12 kilogram umtuk mencapai efek terapi 3) Reduksi terbuka Fraktur terbuka memerlukan reduksi terbuka dengan pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi, alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, skrup, plat, paku atau batangan logam dapat digunakan untuk memperthankan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi, b. Immobilisasi fraktur Menurut Brunner and Suddarth fraktur direduksi fragmen tulang harus direduksi atau dipertahankan dalam posisi kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan, immobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi ekterna atau interna fiksasi eksterna

LBM 4 MODUL 9 15 AYU SETYANINGRUM ISWANDARI SAFITRI meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu,pin dan teknik gips atau fiksator eksterna c. Pemasangan gips, jenis jenis gips diantaranya sebagai berikut : 1) Lengan pendek, memanjang dari bawah siku sampai lipatan telapak tangan 2) Lengan panjang, memanjang dari setinggi lipat ketiak sampai disebelah proksimal lipatan telapak tangan 3) Tungkai pendek, memanjang dari bawah lutut sampai dasar jari kaki 4) Tungkai panjang, memanjang dari perbatasan sepertiga atas dan tengah paha sampai dasar jari kaki 5) Berjalan, gips panjang atau pendek yang di buat lebih kuat 6) Tubuh, melingkar di batang tubuh 7) Spika, melibatkan sebagian batang tubuh dan satu atau dua ekstremitas 8) Spika bahu, jaket tubuh yang melingkar batang tubuh, bahu dan siku 9) Spika panggul, melingkari batang tubuh dan satu ekstremitas bawah d. Debridemen Luka yang kemerahan biasanya terjadi pada tingkat regenerasi perbaikan jaringan yang lambat, hal ini diperlukan sebagai perlindungan untuk mencegah kerusakan perbaikan jaringan. Luka yang berwarna kuning adalah karakteristik utama dari zat cair atau semi cair slough yang terkadang diberengi dengan drainasi purulen, mengirigasi luka menggunakan bahan balutan yang dapat menyerap seperti impregnated nonadheren, balutan hidrogel, atau bahan lain yang dapat menyerap, luka hitam adalah luka yang tertutup oleh jaringan nekrotik yang tebal atau eschar. Luka hitam membutuhkan tindakan debridement ( membuang jaringan yang nekrotik ), membuang jaringan yang nonviable dari luka harus dilakukan sebelum luka dapat disembuhkan. Debridemen mempunyai empat cara, yaitu 1) Sharp : Scapel digunakan untuk memisahkan dan membuang jaringan yang mati 2) Mechanical : Dilakukan melalui gosokan kuat atau balutan basah yang lembab 3) Chemical : Enzim collagen 4) Outolytic : Balutan mengandung moisture (lengas) seperti transparan film Balutan/penutup luka Fungsi : 1) Melindungi luka dari mekanikal injury 2) Melindungi luka dari kontaminasi bakteri 3) Mempertahankan High humidity luka 4) Mempertahankan isolasi termal 5) Menyerap drainage atau membersihkan luka atau keduanya 6) Mencegah hemoragik (digunakan sebagai balutan tekan atau dengan kain pembalut elastis) 7) Mengimmobilisasi dan mencegah injury

LBM 4 MODUL 9 16 AYU SETYANINGRUM ISWANDARI SAFITRI Tipe Balutan tergantung pada : 1) Lokasi ukuran maupun jenis lukanya 2) Banyaknya eksudat 3) Keadaan luka saat debridement atau adanya infeksi 4) Kondisi luka berpengaruh pada frekuensi penggantian balutan, sulit atau mudah pada tindakan pengantian balutan. Menurut Barbara C . Long ( 1996 : 357 ) penatalaksanaan fraktur terbuka diantaranya : 1) Debridemen luka untuk membersihkan kotoran, benda asing, jaringan lepas, tulang nekrosis 2) Pemakaian toksoid tetanus 3) Culture jaringan dari luka 4) Kompres terbuka 5) Pengobatan dengan antibiotic 6) Pemantauan gejala osteomyelitis, tetanus, dan gas gangren 7) Menutup luka setelah diketahui tidak ada infeksi 8) Immobilisasi yang patah Blog Felyyana Sadaya, fakultas ilmu keperawatan

1. Penatalaksanaan secara umum Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat penting untuk melakukan pemeriksaan terhadap jalan napas (airway), proses pernafasan (breathing) dan sirkulasi (circulation), apakah terjadi syok atau tidak. Bila sudah dinyatakan tidak ada masalah lagi, baru lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis secara terperinci. Waktu tejadinya kecelakaan penting ditanyakan untuk mengetahui berapa lama sampai di RS, mengingat golden period 1-6 jam. Bila lebih dari 6 jam, komplikasi infeksi semakin besar. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis secara cepat, singkat dan lengkap. Kemudian lakukan foto radiologis. Pemasangan bidai dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah terjadinya kerusakan yang lebih berat pada jaringan lunak selain memudahkan proses pembuatan foto. 2. Penatalaksanaan kedaruratan Segera setelah cedera, pasien berada dalam keadaan bingung, tidak menyadari adanya fraktur dan berusaha berjalan dengan tungkai yang patah, maka bila dicurigai adanya fraktur, penting untuk mengimobilisasi bagain tubuh segara sebelum pasien dipindahkan. Bila pasien yang mengalami cedera harus dipindahkan dari kendaraan sebelum dapat dilakukan pembidaian, ekstremitas harus disangga diatas dan dibawah tempat patah untuk mencegah gerakan rotasi maupun angulasi. Gerakan fragmen patahan tulang dapat menyebabkan nyeri, kerusakan jaringan lunak dan perdarahan lebih lanjut. Nyeri sehubungan dengan fraktur sangat berat dan dapat dikurangi dengan menghindari gerakan fragmen tulang dan sendi sekitar fraktur. Pembidaian yang memadai sangat penting untuk mencegah kerusakan jaringan lunak oleh fragmen tulang Daerah yang cedera diimobilisasi dengan memasang bidai sementara dengan bantalan yang memadai, yang kemudian dibebat dengan kencang. Imobilisasi tulang panjang ekstremitas

LBM 4 MODUL 9 17 AYU SETYANINGRUM ISWANDARI SAFITRI bawah dapat juga dilakukan dengan membebat kedua tungkai bersama, dengan ektremitas yang sehat bertindak sebagai bidai bagi ekstremitas yang cedera. Pada cedera ektremitas atas, lengan dapat dibebatkan ke dada, atau lengan bawah yang cedera digantung pada sling. Peredaran di distal cedera harus dikaji untuk menentukan kecukupan perfusi jaringan perifer. Pada fraktur terbuka, luka ditutup dengan pembalut bersih (steril) untuk mencegah kontaminasi jaringan yang lebih dalam. Jangan sekali-kali melakukan reduksi fraktur, bahkan bila ada fragmen tulang yang keluar melalui luka. Pasanglah bidai sesuai yang diterangkan diatas. Pada bagian gawat darurat, pasien dievaluasi dengan lengkap. Pakaian dilepaskan dengan lembut, pertama pada bagian tubuh sehat dan kemudian dari sisi cedera. Pakaian pasien mungkin harus dipotong pada sisi cedera. Ektremitas sebisa mungkin jangan sampai digerakkan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. 3. Penatalaksanaan bedah ortopedi Banyak pasien yang mengalami disfungsi muskuloskeletal harus menjalani pembedahan untuk mengoreksi masalahnya. Masalah yang dapat dikoreksi meliputi stabilisasi fraktur, deformitas, penyakit sendi, jaringan infeksi atau nekrosis, gangguan peredaran darah (mis : sindrom komparteman), adanya tumor. Prosedur pembedahan yang sering dilakukan meliputi Reduksi Terbuka dengan Fiksasi Interna atau disingkat ORIF (Open Reduction and Fixation). Jenis-jenis pembedahan ortoped dan indikasinya yang lazim dilakukan : Reduksi terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang yang patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan tulang yang patah Fiksasi interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan skrup, plat, paku dan pin logam Graft tulang : penggantian jaringan tulang (graft autolog maupun heterolog) untuk memperbaiki penyembuhan, untuk menstabilisasi atau mengganti tulang yang berpenyakit. Amputasi : penghilangan bagian tubuh Artroplasti : memperbaiki masalah sendi dengan artroskop (suatu alat yang memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi tanpa irisan yang besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka Menisektomi : eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak Penggantian sendi : penggantian permukaan sendi dengan bahan logam atau sintetis Penggantian sendi total : penggantian kedua permukaan artikuler dalam sendi dengan logam atau sintetis Transfer tendo : pemindahan insersi tendo untuk memperbaiki fungsi Fasiotomi : pemotongan fasia otot untuk menghilangkan konstriksi otot atau mengurangi kontraktur fasia. 4. Prinsip penanganan fraktur Prinsip-prinsip tindakan/penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi : a. Reduksi, - Reduksi fraktur (setting tulang) berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis - Sasarannya adalah untuk memperbaiki fragmen-fragmen fraktur pada posisi anatomik normalnya.

LBM 4 MODUL 9 18 AYU SETYANINGRUM ISWANDARI SAFITRI - Metode untuk reduksi adalah dengan reduksi tertutup, traksi, dan reduksi terbuka. Metode tertentu yang dipilih bergantung sifat fraktur, namun prinsip yang mendasarinya tetap sama. Biasanya dokter melakukan reduksi fraktur sesegera mungkin untuk mencegah jaringan lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan perdarahan. Pada kebanyakan kasus, reduksi fraktur menjadi semakin sulit bila cedera sudah mengalami penyembuhan. Reduksi tertutup, pada kebanyakan kasus reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan) dengan Manipulasi dan Traksi manual. Sebelum reduksi dan imobilisasi, pasien harus dimintakan persetujuan tindakan, analgetik sesuai ketentuan dan bila diperlukan diberi anestesia. Ektremitas dipertahankan dalam posisi yang diinginkan sementara gips, bidai atau alat lain dipasang oleh dokter. Alat imobilisasi akan menjaga reduksi dan menstabilkan ektremitas untuk penyembuhan tulang. Sinarx harus dilakukan untuk mengetahui apakah fragmen tulang telah dalam kesejajaran yang benar. Traksi, dapat digumnakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi. Reduksi terbuka, pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka. Dengan pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, palt, paku atau batangan logam dapat digunakan untuk mempertahan kan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi. b. Imobilisasi, - Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. - Sasarannya adalah mempertahankan reduksi di tempatnya sampai terjadi penyembuhan - Metode untuk mempertahankan imobilisasi adalah dengan alat-alat eksternal bebat, brace, case, pen dalam plester, fiksator eksterna, traksi, balutan) dan alat-alat internal (nail, lempeng, sekrup, kawat, batang, dll) Tabel.1. Perkiraan waktu imobilisasi yang dibutuhkan untuk penyatuan tulang fraktur No Posisi / lokasi fraktur Lamanya dalam minggu 1. Falang (jari) 3-5 2. Metakarpal 6 3. Karpal 6 4. Skafoid 10 (atau sampai terlihat penyatuan pada sinar-x 5. Radius dan ulna 10-12 6. Humerus : 3 Supra kondiler 8-12 Batang 3 Proksimal (impaksi) 6-8 Proksimal (dengan pergeseran) 7. Klavikula 6-10 8. Vertebra 16 9. Pelvis 6 10 Femur : 24

LBM 4 MODUL 9 19 AYU SETYANINGRUM ISWANDARI SAFITRI Intrakapsuler 10-12 Intratrokhanterik 18 Batang 12-15 Suprakondiler 11 Tibia : 8-10 . Proksimal 14-20 Batang 6 Maleolus 12 Kalkaneus 12-16 . 13 Metatarsal 6 . 14 Falang (jari kaki) 3 . c. Rehabilitasi, - Sasarannya meningkatkan kembali fungsi dan kekuatan normal pada bagian yang sakit - Untuk mempertahankan dan memperbaiki fungsi dengan mempertahankan reduksi dan imobilisasi adalah peninggian untuk meminimalkan bengkak, memantau status neurovaskuler (misalnya; pengkajian peredaran darah, nyeri, perabaan, gerakan), mengontrol ansietas dan nyeri (mis; meyakinkan, perubahan posisi, strategi peredaran nyeri, termasuk analgetika), latihan isometrik dan pengaturan otot, partisipasi dalam aktifitas hidup seharihari, dan melakukan aktifitas kembali secara bertahap dapat memperbaiki kemandirian fungsi dan harga diri. Pengembalian bertahap pada aktivitas semula diusahakan sesuai batasan terapeutik. Erfandi. Puskesmasoke.com. Konsep fraktur (patah tulang). 21 desember 2008 . Imobilisasi : gips, bidai, fiksasi internal Reduksi Pemasangan traksi Proses penyembuhan Brunner and Suddarth ( 1996 : 2266 ). Tahap tahap penyembuhan tulang sebagai berikut : 1) Inflamasi, terjadi perdarahan dalam jaringan yang cedera dan terjadi pembentukan hematoma pada tempat patah tulang. Ujung fragmen tulang mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah. Tempat cedera kemudian akan diinvasi oleh makrofag ( sel darah putih yang besar ), yang akan membersihkan darah tersebut, tahap inflamasi berlangsung lima hari dan hilang dengan pembengkakan dan nyeri 2) Proliferasi Sel, dalam sekitar lima hari, hematoma akan mengalami organisasi, terbentuk benang benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi, invasi fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan osteoblast ( berkembang dari osteosit, sel endotel dan sel periosteum ) akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matrik kolagen pada patahan tulang 3) Pembentukan kalus, fragmen patahan tulang

LBM 4 MODUL 9 20 AYU SETYANINGRUM ISWANDARI SAFITRI digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan dan tulang serat imatur, bentuk kalus dan volume yang dibutuhkan untuk menggabungkan defek secara langsung berhubungan dengan jumlah kerusakan dan pergeseran tulang. Perlu waktu tiga sampai empat minggu agar fragmen tulang tergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrus 4) Osifikasi, pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam dua sampai tiga minggu, patah tulang melalui proses penulangan endokondrial, mineral terus menerus ditimbun sampai tulang benar benar telah bersatu dengan keras 5) Remodeling, tahap akhir perbaikan pada tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan reorganisasi tulang baru kesusun structural sebelumnya, remodeling memerlukan waktu berbulan bulan sampai bertahun tahun tergantung beratnya modifikasi tulang yang dibutuhkan, fungsi tulang dan pada kasus yang melibatkan tulang kompak dan kanselus stress fungsional. Blog Felyyana Sadaya, fakultas ilmu keperawatan GANGGUAN YANG DAPAT TERJADI PADA PROSES PENYEMBUHAN FRAKTUR 1. Terjadi perlambatan penyembuhan patah tulang, disebut juga pertautan lambatdan dengan berlalunya waktu pertautan akan terjadi. 2. Patah tulang tidak menyambung sama sekali, meskipun ditunggu berapa lama Gagalnya pertautan mengakibatkan pseudartrosis atau sendi palsu karena bagian bekas patah tulang ini dapat digerakkan seperti sendi 3. Terjadi pertautan namun dalam posisi yang salah, keadaan ini disebut juga salah-taut. I. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES PENYEMBUHAN FRAKTUR a. Faktor yang mengganggu penyembuhan fraktur 1. Imobilisasi yang tidak cukup Imobilisasi dalam balutan gips umumnya memenuhi syarat imobilisasi, asalkan persendian proksimal dan distal dari patah tulang turut di imobilisasi. Gerakan minimal pada ujung pecahan patah tulang di tengah otot dan di dalam lingkaran kulit dalam gips, yang misalnya disebabkan oleh latihan ekstremitas yang patah tulang tidak mengganggu, bahkan dapat merangsang perkembangan kalus. Hal ini berlaku untuk patah tulang yang ditangani gips maupun traksi. 2. Infeksi Infeksi di daerah patah tulang merupakan penyulit berat Hematom merupakan lingkungan subur untuk kuman patologik yang dapat menyebabkan osteomyelitis di kedua ujung patah tulang, sehingga proses penyembuhan sama sekali tidak dapat berlangsung. 3. Interposisi Interposisi jaringan seperti otot atau tendo antara kedua fragmen patah tulang dapat menjadi halangan perkembangan kalus antara ujung patahan tulang

LBM 4 MODUL 9 21 AYU SETYANINGRUM ISWANDARI SAFITRI Penyebab yang lain, karena distraksi yang mungkin disebabkan oleh kelebihan traksi atau karena tonus dan tarikan otot. 4. Gangguan perdarahan setempat Pendarahan jaringan tulang yang mencukupi untuk membentuk tulang baru merupakan syarat mutlak penyatuan fraktur. 5. Trauma local ekstensif 6. Kehilangan tulang 7. Rongga atau jaringan diantara fragmen tulang 8. Keganasan local 9. Penyakit tulang metabolic (mis; penyalit paget) 10. Radiasi (nekrosis radiasi) 11. Nekrosis avaskuler 12. Fraktur intra artikuler (cairan sinovial mengandung fibrolisin, yang akan melisis bekuan darah awal dan memperlambat pembentukan jendala 13. Usia (lansia sembuh lebih lama) 14. Kortikosteroid (menghambat kecepata perbaikan) b. Faktor yang mempercepat penyembuhan fraktur a. Imobilisasi fragmen tulang b. Kontak fragmen tulang maksimal c. Asupan darah yang memadai d. Nutrisi yang baik e. Latihan-pembebanan berat badan untuk tulang panjang f. Hormon-hormon pertumbuhan, tiroid kalsitonin, vitamain D, steroid anabolic g. Potensial listrik pada patahan tulang Erfandi. Puskesmasoke.com. Konsep fraktur (patah tulang). 21 desember 2008 Komplikasi -Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring -Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal. -Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali. -Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan yang berlebihan di dalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada suatu tempat. -Shock, -Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah. Faktor resiko terjadinya emboli lemakada fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40 tahun, usia 70 sam pai 80 fraktur tahun. -Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadi pada individu yang imobiil dalm waktu yang lama karena trauma atau ketidak mampuan lazimnya komplikasi pada perbedaan ekstremitas bawah atau trauma komplikasi paling fatal bila terjadi pada bedah ortopedil -Infeksi -Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau necrosis iskemia. -Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem saraf simpatik abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti. Mungkin karena nyeri, perubahan tropik dan vasomotor instability. ppni-klaten.com

LBM 4 MODUL 9 22 AYU SETYANINGRUM ISWANDARI SAFITRI

digilib.unimus.ac.id Diagnosis banding : Osteoporosis 1. Defnisi Osteoporosis adalah penyakit tulang metabolik yang ditandai dengan massa tulang yang rendah dan kerusakan mikro-arsitektural dari jaringan tulang, menimbulkan kerapuhan tulang dan sebagai konsekuensi terjadi peningkatan risiko fraktur tulang. Pengobatan dan Pencegahan Seumur Hidup Osteoporosis . John Darmawan, MD, PhD . WHO Expert on the Rheumatic Diseases, Geneve, Switzerland . Semarang-Indonesia

Osteoporosis adalah suatu keadaan yang ditandai dengan massa (berat) tulang yang rendah dan kerusakan pada jaringan di dalam tulang. Pada Osteoporosis, terjadi penurunan kualitas tulang dan kuantitas kepadatan tulang, padahal keduanya sangat menentukan kekuatan tulang sehingga penderita Osteoporosis mudah mengalami patah tulang atau fraktur. Di Amerika serikat 44 juta orang mempunyai kepadatan tulang yang sangat rendah. Dari jumlah ini hampir 55% berusia 55 tahun keatas. Lebih banyak perempuan daripada laki-laki, 1 dari 2 wanita kulit putih akan mengalami osteoporosis dalam hidupnya. Buku Digital Ilmu Penyakit Dalam (Interna), dr. Abdul Rochman, klikdokter.com Patogenesis / Terjadinya Osteoporosis Secara normal di tubuh kita terjadi suatu tahapan yang disebut REMODELLING TULANG, yaitu suatu proses pergantian tulang yang sudah tua untuk diganti dengan tulang yang baru. Hal ini sudah terjadi pada saat pembentukan tulang mulai berlangsung sampai selama kita hidup.

LBM 4 MODUL 9 23 AYU SETYANINGRUM ISWANDARI SAFITRI Proses Remodelling tulang tersebut dapat digambarkan seperti gambar dibawah ini :

Setiap saat terjadi remodeling tulang di tulang manusia. Proses remodeling ini dimulai dengan terjadinya resorpsi atau penyerapan atau penarikan tulang oleh sel tulang yaitu OSTEOKLAS, kemudian tulang yang sudah diserap itu tadi akan diisi oleh tulang yang baru dengan bantuan sel tulang yang bernama OSTEOBLAS. Kejadian ini adalah suatu keadaan yang normal, dimana pada saat proses pembentukan tulang sampai umur 30 35 tahun, jumlah tulang yang diserap atau diresorpsi sama dengan jumlah tulang baru yang mengisi atau menggantikan sehingga terbentuk PUNCAK MASSA TULANG, tapi setelah berumur 35 tahun keadaan ini tidak berjalan dengan seimbang lagi dimana jumlah tulang yang diserap lebih besar dari jumlah tulang baru yang menggantikan. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya penurunan massa tulang yang berakibat pada OSTEOPOROSIS.

Perubahan Fisik yang terjadi karena Osteoporosis Bagian tubuh mana yang sering terkena Osteoporosis? 1. Tulang Punggung 2. Tulang jari tangan 3. Tulang pangkal paha Faktor Penyebab Osteoporosis Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab atau faktorfaktor yang beresiko terkena osteoporosis, antara lain : Wanita, wanita lebih beresiko terhadap pria Berusia di atas 50 tahun Post menopause Kekurangan hormon estrogen Mengalami pengangkatan rahim / ovarium Kurang kalsium Kurang sinar matahari dan kurang vit. D Kurang aktifitas fisik Histori keluarga ada yang osteoporosis Perawakan kurus, tulang kecil Orang asia lebih beresiko dibanding orang eropa Perokok Peminum kopi dan cola / minuman bersoda Peminum alcohol

LBM 4 MODUL 9 24 AYU SETYANINGRUM ISWANDARI SAFITRI

Pengguna obatobatan seperti Kortison, Prednison, Anti konvulsan, hormon tiroid medicastore.com

Klasifikasi Ada 2 jenis Osteoporosis: Osteoporosis primer, merupakan jenis Osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya. Osteoporosis sekunder adalah Osteoporosis yang disebabkan oleh penyakit lain, misalnya Hiperparatiroidisme, Hipertiroidisme, Diabetes Mellitus tipe 1, Sindrom Cushing, pemakaian obat golongan kortikosteroid dalam jangka waktu lama (biasa digunakan oleh penderita Asma), obat diuretik (biasanya digunakan oleh penderita hipertensi), obat anti konvulsan (anti kejang), dan lainlain. Buku Digital Ilmu Penyakit Dalam (Interna), dr. Abdul Rochman, klikdokter.com Osteoporosis primer: dapat terjadi pada tiap kelompok umur. Dihubungkan dengan faktor resiko meliputi merokok, aktifitas, pubertas tertunda, berat badan rendah, alkohol, ras kulit putih/asia, riwayat keluarga, postur tubuh, dan asupan kalsium yang rendah (Kaltenborn, 1992).8 a. Tipe I (post manopausal): Terjadi 15-20 tahun setelah menopause (53-75 tahun). Ditandai oleh fraktur tulang belakang tipe crush, Colles fraktur, dan berkurangnya gigi geligi (Riggs & Melton,1986). Hal ini disebabkan luasnya jaringan trabekular pada tempat tersebut. Dimana jaringan terabekular lebih responsif terhadap defisiensi estrogen (Kaltenborn, 1992).8 b. Tipe II (senile): Terjadi pada pria dan wanita usia 70 tahun. Ditandai oleh fraktur panggul dan tulang belakang tipe wedge (Riggs & Melton,1986). Hilangnya massa tulang kortikal terbesar terjadi pada usia tersebut.8 2. Osteoporosis sekunder: dapat terjadi pada tiap kelompok umur. Penyebabnya meliputi ekses kortikosteroid, hipertirodisme, multipel mieloma, malnutrisi, defisiensi estrogen, hiperparatiroidisme, faktor genetik, dan obat-obatan. (Kaltenborn, 1992)8 buk.depkes.go.id Gejala Klinis Osteoporosis merupakan kondisi yang tidak menimbulkan gejala apapun selama beberapa decade, karena osteoporosis tidak akan menimbulkan

LBM 4 MODUL 9 25 AYU SETYANINGRUM ISWANDARI SAFITRI gejala sampai timbul fraktur atau patah tulang. Maka gejalanya tidak akan jauh dari tempat terjadinya patah tulang. Contohnya fraktur pada tulang belakang akan menimbulkan gejala seperti nyeri seperti diikat yang menjalar dari punggung ke sisi samping tubuh. Buku Digital Ilmu Penyakit Dalam (Interna), dr. Abdul Rochman, klikdokter.com Osteoporosis adalah suatu penyakit yang biasanya tidak diikuti gejala, makanya sering disebut sebagai THE SILENT THIEF. Tapi ada beberapa gejala yang bisa jadi dasar untuk menentukan seseorang terkena osteoporosis atau tidak : Adanya nyeri di tulang belakang, pergelangan tangan, pangkal paha Adanya nyeri dan rasa sakit pada tulang leher Adanya kecenderungan penurunan tinggi badan Postur tubuh kelihatan memendek medicastore.com Faktor Risiko Perempuan berisiko lebih tinggi mengalami osteoporosis, terutama wanita yang kurus atau mempunyai postur kecil, juga yang berusia lanjut. Wanita kulit putih atau Asia, terutama yang mempunyai riwayat osteoporosis dalam keluarga, mempunyai risiko lebih tinggi dibanding wanita lain. Perempuan yang sudah menopause. Merokok, kelainan diet seperti anoreksia atau bulimia, diet rendah kalsium, peminum alcohol berat, gaya hidup tidak aktif, menggunakan obat tertentu dalam jangka panjang seperti kortikosteroid, anti kejang. Buku Digital Ilmu Penyakit Dalam (Interna), dr. Abdul Rochman, klikdokter.com Pemeriksaan tambahan Untuk melihat tingkat kepadatan tulang dan mendeteksi Osteoporosis, dapat dilakukan: mengukur kepadatan tulang menggunakan alat yang disebut Densitometer X-ray Absorptiometry (DXA). Alat ini ada dua jenis yaitu SXA (Single X-ray Absorptiomety) dan DEXA (Dual Energy Xray Absorptiometry). Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui aktivitas Remodelling tulang yaitu pemeriksaan CTx atau C-Telopeptide dan N-Mid Osteocalcin, untuk mengetahui remodelling tulang. Osteoporosis memang tidak mematikan tetapi bila terjadi patah tulang, kualitas hidup bisa memburuk, terlebih bila pasien masih berusia muda. Waspadai Osteoporosis sejak dini. Bagi yang memiliki risiko tinggi, lakukan skrining dengan pemeriksaan kepadatan tulang. Buku Digital Ilmu Penyakit Dalam (Interna), dr. Abdul Rochman, klikdokter.com Tata Laksana Pengobatan osteoporosis di fokus kan kepada memperlambat atau menghentikan kehilangan mineral, meningkatkan kepadatan tulang, dan mengontrol nyeri sesuai dengan penyakitnya. Kebanyakan 40% dari perempuan akan mengalami patah tulang akibat dari osteoporosis selama hidupnya. Maka tujuan dari pengobatan ini adalah mencegah terjadinya fraktur (patah tulang)

LBM 4 MODUL 9 26 AYU SETYANINGRUM ISWANDARI SAFITRI Diet: dewasa muda harus mencapai kepadatan tulang yang normal dengan mendapatkan cukup kalsium (1000mg/hari) dalam dietnya( minum susu atau makan makanan tinggi kalsium seperti salmon), berolahraga seperti jalan kaki atau aerobik dan menjaga berat badan normal. Spesialis: orang dengan fraktur tulang belakang, pinggang, atau pergelangan tangan harus dirujuk ke spesialis ortopedi untuk manajemen selanjutnya. Olah raga: modifikasi gaya hidup harus menjadi salah satu pengobatan anda. Olah raga yang teratur akan mengurangi patah tulang akibat osteoporosis. Olah raga yang di rekomendasikan termasuk disalamnya adalah jalan kaki, bersepeda, jogging. Selain dari tatalaksana diatas obat-obatan juga dapat diberikan seperti dibawah ini, Estrogen: untuk perempuan yang baru menopause, penggantian estrogen merupakan salah satu cara untuk mencegah osteoporosis. Estrogen dapat mengurangi atau menghentikan kehilangan jaringan tulang. Dan apabila pengobatan estrogen dimulai pada saat menopause akan mengurangi kejadian fraktur pinggang sampai 55%. Estrogen dapat diberikan melalui oral (diminum) atau ditempel pada kulit. Kalsium: kalsium dan vtamin D diperlukan untuk meningkatkan kepadatan tulang. o Konsumsi perhari sebanyak 1200-1500 mg (melalui makanan dan suplemen). o Konsumsi vitamin D sebanyak 600-800 IU diperlukan untuk meningkatkan kepadatan tulang. Bifosfonat: pengobatan lain selain estrogen yang ada: alendronate, risedonate, dan etidronate. Obat-obatan ini memperlambat kehilangan jaringan tulang dan beberapa kasus meningkatkan kepadatan tulang. Pengobatan ini dipantau dengan memeriksa DXAs setiap 1 sampai 2 tahun. Sebelum mengkonsumsi obat ini dokter anda akan memeriksa kadar kalsium dan fungsi ginjal anda. Hormon lain: hormon-hormon ini akan membatu meregulasi kalsium dan fosfat dalam tubuh dan mencegah kehilangan jarungan tulang. o Kalsitonin o Teriparatide Buku Digital Ilmu Penyakit Dalam (Interna), dr. Abdul Rochman, klikdokter.com Dislokasi 1. Definisi Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi) (Brunner & Suddarth) Keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera. (Arif Mansyur, dkk. 2000)

LBM 4 MODUL 9 27 AYU SETYANINGRUM ISWANDARI SAFITRI

2. Klasifikasi a. Dislokasi Congenital : Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan. b. Dislokasi Patologik akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang. c. Dislokasi Traumatic : Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan sistem vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa. Agustina Tri Hastuti FK UNDIP. Bedah musculoskeletal. 1 september 2008 3. Etiologi Cedera olah raga Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada

LBM 4 MODUL 9 28 AYU SETYANINGRUM ISWANDARI SAFITRI tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi Terjatuh Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin Patologis : terjadinya tear ligament dan kapsul articuler yang merupakan kompenen vital penghubung tulang Agung Hidayat Mahasiswa : STIKES WIRA HUSADA Yogyakarta Prodi D3 Keperawatan 4. Manifestasi nyeri deformitas perubahan panjang daerah extremitas kerusakan gerakan yang normal x-ray menunjukkan adanya dislokasi tanpa berhubungan dengan fraktur 5. Diagnosis 1. Anamnesis - Ada trauma - Mekanisme trauma yang sesuai, misalnya trauma ekstensi dan eksorotasi pada dislokasi anterior sendi bahu. - Ada rasa sendi keluar. - Bila trauma minimal hal ini dapat terjadi pada dislokasi rekuren atau habitual. 2. Pemeriksaan klinis. - Deformitas. = hilangnya tonjolan tulang normal, misalnaya deltoid yang rata pada dislokasi bahu. = Perubahan panjang ekstremitas = Kedudukan yang khas pada dislokasi tertentu, misalnya dislokasi posterior sendi panggul kedudukan sendi panggul endorotasi, fleksi dan abduksi. - Nyeri - Funtio lesa gerak terbatas. Pemeriksaan : Dislokasi traumatik Semua lingkup gerak dicatat, mulai dari posisi nol atau netral. Posisi netral bukan merupakan posisi faali atau posisi istirahat yang penting bila dilakukan immobilisasi. Posisi netral disebut juga posisi Zero atau posisi 0 , adalah posisi yang menjadi dasar nol atau mencatat gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi dan rotasi. Posisi netral untuk sendi bahu dan paha adalah posisi bahu atau paha searah dengan sumbu tubuh dan untuk sendi siku, lutut dan pergelangan tangan adalah sendi lurus. Untuk sendi pergelangan kaki posisi netral adalah kaki tegak lurus atas tungkai bawah. Dislokasi congenital panggul Semua anak yang baru lahir sebaiknya diperiksa kemungkinan ada dislikasi panggul congenital beberapa hari setelah kelahiran. Bayi ditidurkan dengan kedua kaki dipleksikan dengan menekan secara

LBM 4 MODUL 9 29 AYU SETYANINGRUM ISWANDARI SAFITRI lembut pada lutut kearah meja periksa, sedangkan lutut dan pahanya diabduksikan secara manual pada saat yang bersamaan bagian proksimal paha ditekan keatas dan medial. Tekanan pada lutut pada lutut yang arahnya kebawah pada pada awal tindakan ini, dapat menyebabkan dislokasi total pada panggul yang mengalami gangguan. Pada waktu paha diabduksikan seperti tersebut diatas panggul tersa tereduksi secara spontan disertai bunyi KLIK kemudian dengan adduksi panggul dapat dirasakan dislokasinya. Ketidak stabilan panggul yang dapat diperagakan dengan tes provokasi ini disebut tanda ortolani positif Pemeriksaan radiologis Untuk memastikan arah dislokasi dan apakah disertai fraktur, pada dislokasi lama pemeriksaan radiologis lebih penting oleh karena nyeri dan spasme otot telah menghilang Dislokasi sendi. Blog abbudin. 7 februari 2009 6. Penatalaksanaan immobilisasi area dislokasi selama pasien dibawa ke UGD lakukan reduksi area dislokasi (mengembalikan ke posisi anatomi yang normal) sesegera mungkin jika perlu menggunakan anesthesia stabilisasi reduksi selama penyembuhan struktur sendi monitor perkembangan sambungan Sendi yang terkena harus diimobilisasi saat pasien dipindahkan. Tindakan reposisi : 1. Reposisi segera. 2. Dislokasi sendi kecil dapat direposisi ditempat kejadian tanpa anasthesi, misalnya dislokasi siku, dislokasi bahu dan dislokasi jari. 3. Dislokasi bahu, siku atau jari dapat direposisi dengan anasthesi lokal dan obat obat penenang misalnya Valium. Jangan dipilih cara reposisi yang traumatis yang bila dilakukan tanpa relaksasi maksimal dapat menimbulkan fraktur. 4. Dislokasi sendi dasar misalnya dislokasi sendi panggul memerlukan anasthesi umum. Dislokasi setelah reposisi, sendi diimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan dijaga agar tetap dalam posisi stabil, beberapa hari beberapa minggu setelah reduksi gerakan aktif lembut tiga sampai empat kali sehari dapat mengembalikan kisaran sendi, sendi tetap disangga saat latihan Dislokasi sendi. Blog abbudin. 7 februari 2009 DISLOKASI / LUKSASI / CERAI SENDI Dr. Suparyanto, M.Kes DISLOKASI / LUKSASI / CERAI SENDI Difinisi: keadaan dimana terjadi perubahan dari letak permukaan tulang satu terhadap lainnya yang membentuk persendian. Jika permukaan sendi tak saling berhubungan dislokasi Jika permukaan sendi masih ada hubungan subluksasi

LBM 4 MODUL 9 30 AYU SETYANINGRUM ISWANDARI SAFITRI

Macam Dislokasi Dislokasi Sendi Glenohumeral Luksasi Caput Radius Dislokasi Sendi Panggul Dislokasi lutut Penatalaksanaan Reposisi Imobilisasi STRAIN DAN SPRAIN STRAIN Adalah rudapaksa yang merupakan mekanisme terjadinya trauma pada sendi Tergantung dari derajat kuatnya, maka srain dapat memberikan akibat sprain SPRAIN Ialah meregangnya daerah jaringan lunak sendi dan terjadi kerusakan jaringan lunak sendi (simpai sendi, ligamen, tendon) Sprain terjadi akibat strain. dr-suparyanto.blogspot.com

Vous aimerez peut-être aussi