Vous êtes sur la page 1sur 154

1

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


DI SDN MONCEK TIMUR LENTENG SUMENEP MADURA

SKRIPSI






0leh :
M. Tasut
(02110229)


















JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
Juli, 2007

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM



2
DI SDN MONCEK TIMUR LENTENG SUMENEP MADURA


SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakutas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang
Untuk Memnuhi Salah satu Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)




0leh :
M. Tasut
(02110229)


















JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
Juli, 2007




3

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI
SD NEGERI MONCEK TIMUR LENTENG SUMENEP MADURA


SKRIPSI


Oleh:
M. Tasut
NIM: 02110229



Telah disetujui oleh:
Dosen Pembimbing



Drs. H. Asmaun Sahlan, M.Ag
NIP : 150 024 016

Tanggal, 17 Juli 2007

Megetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam



Drs. Moh.Padil, M.PdI
NIP: 150 267 235



4

HALAMAN PENGESAHAN

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI SD NEGERI MONCEK TIMUR LENTENG-SUMENEP

SKRIPSI
Dipersiapkan dan disusun oleh:
M. Tasut (02110229)
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal
21 J uli 2007 dengan nilai B
Dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan
Untuk memperoleh gelar strata satu Pendidikan Agama Islam ( S.pd.I)
Pada tanggal 25 J uli 2007
Panitia Ujian



Ketua Sidang Sektetaris Sidang



Drs. H. Asmaun Sahlan, M. Ag Amin Prasojo, S. Ag
NIP. 150 024 016 NIP. 150 301 115




Penguji Utama Pembimbing



Drs. A. Fatah Yasin, M. Ag Drs.H. Asmaun Sahalan M.
Ag
NIP. 150 287 892 NIP. 150 024 016


Mengesahkan
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang



Prof. Dr. H. Muhammad Djunaidi Ghony
NIP. 150 042 031




5
PERSEMBAHAN
Karya Ini Ku Persembahkan:
1. Ayahanda dan Ibunda yang telah melahirkan, serta dengan penuh kasih
saying dan kesabaran untuk membesarkan, mendidik dan memberikan
dorongan moril, sprituakl maupun materiil yang mestinya sudah cukup
banyak sehingga saya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata
2. Kakak-kakak saya, M. Maltuf, Muftir dan Husin serta adik saya
Elmaliyah, dan seluruh keluarga yang tidak bosan-bosannya memberikan
perhatian, motivasi dalam menyelesaikan studi saya.
3. Sahabat-sahabat saya, Karim Ahmad Gibran, Alif Mahsun yang tak henti-
hentinya memberikan masukan wacana bagi saya melalui diskusi.
4. Sahabat-sahabat saya dirumah,Habibullah, Nurullah, Fatrowi dan Ely Idris
yang selalu memberikan dukungan dan doa, pada saya.













6
MOTTO
`0 !# q9# m9#

* `9# #

Artinya: Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan























7
Drs. Asmaun Sahlan, M.Ag
Dosen Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri (UIN) Malang

NOTA DINAS PEMBIMBING

Hal : Skripsi M.Tasut Tanggal, 13 J uli 2007
Lampiran : 5 (lima) Eksemplar

Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang
di
Malang

Assalamualaikum Wr. Wb.
Sesudah melakukan bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun
teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa
tersebut di bawah ini:
Nama : M. Tasut
NIM : 02110229
J urusan : Pendidikan Agama Islam
J udul Skripsi : Problematika Pembelajaran pendidikan
agama Islam di SDN Moncek Timur
Sumenep

Maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi
tersebut sudah layak diajukan untuk diuji.
Demikian, mohon dimaklumi adanya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Pembimbing


Drs. Asmaun Sahlan, M.Ag.
NIP. 150 024 016







8
HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam karya (skripsi) ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada
suatu perguruan tinggi dan sepanjang sepengatuhuan saya, juga tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali
yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.




Malang, 13 J uli
2007



M. Tasut









9
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Dengan rasa syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat kepada
saya berupa kekuatan, kesehatan jasmani dan rohani, serta telah melimpahkan
Hidayah dan Inayah-Nya. Sholawat dan salam yang senantiasa tercurah
limpahkan kepada revolusioner pembawa kebernaran dan kedamaian yaitu Nabi
Muhammad Saw. Penulis akhirnya dapat menyesaikan penulisan skripsi ini
dengan judul Problematika pembelajaran Pendidikan agama Islam
Dalam menyelesaikan skripsi ini, tentunya tidak terlepas dari berbagai pihak yang
terkait yang telah memberikan motivasi serta saran dan kritik yang knstruktif,
maka sudah menjadi kewajiban bagi penulis untuk mengucapkan terima kasih
yang sebanyak-banhyaknya kepada:
1. Ayahanda dan Ibunda tercinta dan tersayang yng telah memberikan cinta
dan kasih sayangnya, yang telah mendidik, membesarkana serta selalu
mendoakan keberhasilah saya dengan penuh kesabaran dan ketulusan
hati.
2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Malang.
3. Bapak Prof.Dr. H.M.Djunaidi Ghony, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Malang.
4. Bapak Drs. Padil, M.Pd I selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam
Universitas Islam Negeri Malang.



10
5. .Bapak Drs. Asmaun Sahlan MA, yang telah membimbing dengan sabar
dan sungguh-sungguh sehingga saya dapat menyesaikan skripsi ini dengan
baik
6. . Bapak dan Ibu dosen yang membimibing dan mendidik serta memotiivasi
saya untuk menyelesaikan sekripsi ini.
7. Kakak-kakak saya, M. Maltuf, Muftir dan Husin serta adik saya
Elmaliyah, dan seluruh keluarga yang tidak bosan-bosannya memberikan
perhatian, motivasi dalam menyelesaikan studi saya.
8. Sahabat-sahabat saya, Karim Ahmad Gibran, Alif Mahsun yang tak henti-
hentinya memberikan masukan wacana bagi saya melalui diskusi.
9. Sahabat-sahabat saya dirumah,Habibullah, Nurullah, Fatrowi dan Ely Idris
yang selalu memberikan dukungan dan doa, pada saya.
10. Terakhir kalinya penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dalan
penuisan skripsi ini. J ikalau ada kebenaran dari penulisan ini, maka
semata-mata karena hidayah allah ( sebagai sumber mutlak kebenaran).
Sekali lagi penulis berharap saran dan kritik, demi meningkatkan kualitas
penulisan skripsi ini.
11. Akhirnya penulis berharap, semoga penulisan skripsi ini dapat berman faat
bagai penulis secara pribadi ndan bagi semua pembaca secara umum.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Malang, 13 J uli 2007-07

Penulis



11
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PENGAJUAN.................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv
HALAMAN MOTTO............................................................................................v
NOTA DINAS....................................................................................................... vi
HALAMAN PERNYATAAN............................................................................. vii
KATA PENGANTAR........................................................................................ viii
DAFTAR ISI...........................................................................................................x
HALAMAN ABSTRAK......................................................................................xv
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................5
C. Tujuan Penelitian..............................................................................5
D. Keguanaan Penelitian.......................................................................6
E. Batasan Penelitian.............................................................................6
F. Definisi Oprasional ...........................................................................7
G. Sistematika Pembahasan..................................................................8
BAB II: KAJIAN PUSTAKA
1. Kajian Tentang Pembelajaran Pendidikan agama Islam
A. Dasar Pembelajaran Pendidikan agama Islam............................10
B. Tujuan Pembelajaran Pendidikan agama Islam..........................13



12
C. Sistem Pembelajaran Pendidikan agama Islam...........................14
D. Fungsi Pembelajaran Pendidikan agama Islam...........................22
E. Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran Pendidikan agama
Islam............................................................................................24
2. Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
1. Problem Anak Didik...................................................................31
2. Problem Pendidik......................................................................33
3. Problem Kurikulum.....................................................................40
4. Problem Sarana dan Pra Sarana..................................................41
5. Problem Lingkungan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam...42
3. Upaya Mengatasi Problematika Pembelajaran Pendidikan
agama Islam
1. Anak Didik..................................................................................46
2. Pendidik......................................................................................48
3. Kurikulum...................................................................................53
4. Sarana (Alat) dan Pra sarana.......................................................55
5. Lingkungan.................................................................................56
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan J enis Penelitian.......................................................58
B. Kehadiran Peneliti.............................................................................59
C. Lokasi Penelitian...............................................................................60
D. Sumber Data ....................................................................................60
E. Teknik Pengumpulan Data................................................................61



13
F. Teknik Analisis Data.........................................................................63
G. Pengecekan Keabsahan Data.............................................................64
H. Tahap-tahap Penelitian......................................................................66
BAB IV: HASIL PENELITIAN
1. Tentang Sekolah Dasar Negeri Moncek Timur Lenteng-Sumenep
A. Deskripsi Lokasi .........................................................................68
B. Sejarah Berdirinya.......................................................................68
C. Visi dan Misi ...............................................................................69
D. Tujuan Sekolah............................................................................70
E. Kondisi Sekolah..........................................................................71
F. Kondisi Yang Diharapkan Sekolah.............................................75
G. Program Sekolah.........................................................................78
2. Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN
Moncek Timur
1. Problem Lingkungan...................................................................83
2. Problem Media............................................................................85
3. Problem Pendidik........................................................................87
4. Problem Anak Didik...................................................................90
5. Problem Metode..........................................................................90
6. Problem Pendekatan Pembelajaran.............................................91
7. Problem Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran......................93
8. Problem Pelaksanaan Perencanaan Pembelajaran......................94
9. Problem Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembelajaran........94



14
3. Upaya Mengatasi Problematika Pembelajaran Pendidikan agama
Islam Di SD Negeri Moncek Timur Lenteng-Sumenep
1.Upaya Pada Lingkungan................................................................96
2.Upaya Pada Media.........................................................................98
3.Upaya Pada Pendidik.....................................................................99
4.Upaya Pada Anak Didik...............................................................100
5.Upaya Pada Metode.....................................................................101
6.Upaya pada Pendekatan Pembelajaran.........................................102
7.Upaya Pada Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran..................103
8.Upaya Pada Pelaksanaan Perencanaan Pembelajaran..................103
9.Upaya Pada Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembelajaran...104
BAB V: ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Probelamtika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN
Moncek Timur
1. Problem Lingkungan.................................................................105
2. Problem Media..........................................................................107
3. Problem Pendidik......................................................................111
4. Problem Anak Didik.................................................................113
5. Problem Metode Pembelaran....................................................115
6. Problem Pendekatan Pembelajaran...........................................117
7. Problem Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran PAI .............118
8. Problem Pelaksanaan Pembelajaran PAI ..................................120
9. Problem Evaluasi Pembelajaran PAI ........................................121



15
B. Langkah-Langkah penaggulangan problematika pendidikan agama
Islam di SDN Moncek Timur
1. Upaya Pada Lingkungan...........................................................121
2. Upaya Pada Media....................................................................124
3. Upaya Pada Pendidik................................................................124
4. Upaya Pada Anak Pendidik.......................................................126
5. Upaya Pada Metode..................................................................126
6. Upaya pada Pendekatan Pembelajaran......................................127
7. Upaya Pada Perencanaan Pelaksanaan pembelajaran...............127
8. Upaya Pada Pelaksanaan Perencanan Pembelajaran.................128
9. Upaya Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembelajaran.........128
BAB VI: PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................130
B. Saran................................................................................................133
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................134
LAMPIRAN-LAMPIRAN













16
DAFTAR PUSTAKA

A Natsir, Sahilum Pokok-Pokok Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi.
(Surabaya: Al-Ikhlas, 1982)

Ahmadi, Abu. Metodik Khusus Pendidikan Agama. (bandung: Amriko, 1986)
Ali Nashif, Syekh Mansur. Mahkota Pokok-Pokok Hadits Rasulullah SAW. J ilid 1,
(Bandung: Sinar Baru, 2002)

Arifin, H. M. Ilmu Pendidikan Islam (Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis
Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner). (J akarta: Bumi Aksara, 1989)

------------. Filsafat Pendidikan Islam, (J akarta: bumi aksara, 1993)
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (J akarta:
Rineka Cipta, 2002)

Depag RI, Al-Quran dan terjemahnya, (J akarta: PT. Intermasa)
Depag RI. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Guru. (J akarta: Direktorat jenderal
kelembagaan agama Islam, 2005)

Kusrini, Siti Dkk. Keterampilan dasar mengajar (PPL I): berorientasi pada
kurikulum berbasis kompetensi, (Malang: Fak. Tarbiyah UIN Malang,
2005)

Lexy J . Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2000)

Majid, Abdul. Perncanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standart Kompetensi
Guru. (Bandung: Rosdakarya, 2007),

Margono, S. Metode Penelitian Pendidikan, (J akarta: Rineka Cipta, Cet II, 2000)
Mansyur Dkk, Metodologi Pendidikan Islam. (J akarta: CV. Forum, 1981)
Mantra, Ida Bagoes, Filsafat Penelitian dan Metode penelitian Sosial,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004)

Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004)
---------. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah,
Madrasah, dan Perguruan Tinggi. (J akarta: RajaGrafindo Persada, 2005)

119



17
---------- dan Abd. Mujib. Pemikiran Pendidikan Islam: (Kajian Filosofis Dan
Kerangka Dasar Operasionalisasinya), (Bandung: Trigenda Karya,1993)

Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan , (Bandung: Remaja rosda
Karya, 2006),

--------, Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan
Menyenangkan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, cet. 4, 2006)

Nasution, Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif, (Bandung: Trasito, 1996)
Nazir, Moh., Metode Penelitian.J akarta, Galia Indonesia, 1998.
Poerwadarminta, W.J .S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. (J akarta : Balai
Pustaka1997)
Proyek sarana dan prasarana PTAI/IAIN. Metodik Khusus Pendidikan Agama
Islam. (J akarta: direktorat J endral kelembagaan agama Islam, cetke-II,
1985)

Ramayulis. Evaluasi Pendidikan Agama Islam. (J akarta: Kalam Mulia, 1990)
Soecipto, Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Depertmen pendidikan dan
kebudayaan: Renika Cipta)

Sugiono, Memahmi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabet, 2005)
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Bandung: Remja
Rosdakarya, 2005)

Tim Dosen FKIP IKIP. Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan. (Surabaya: Usaha
Nasional, 1998)

UUSPN No. 20. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. (Surabaya: Karina, 2003)
Yamin, Martinis Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, (J akarta: Gaung
Persada Press, 2007)

Yunus, Mahmud. Metode Khusus Pendidikan Agama. (J akarta: Hidakarya, cet.
Ke-II, 1983)

Zuhairini. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. (Malang: UIN
2004)





18
ABSTRAK

Tasut, Muhammad, Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
SDN Moncek Timur Lenteng. Skripsi J urusan Pendidikan Agama Islam Fakultas
Tarbiyah UIN Malang. Drs. Asmaun Sahlan M.Ag.

Mengajar secara umum adalah menyampaikan informasi dan
memindahkan pengetahuan dari pendidik (guru) kepada anak didik (siswa). Di
dalamnya ada proses agar anak didik yang tadinya tidak mengerti jadi mengerti,
yang tidak paham menjadi paham. Inilah yang pada umumnya masih dilakukan
para pendidik di sekolah sampai saat ini meskipun sebenarnya tugas seorang
pendidik tidak semata mengajar,
tetapi sekaligus mendidik. Namun, tuntutan pasar menjadikan porsi
mengajarnya lebih mendominasi bidang tugasnya. Dalam konteks ini tidak ada
lagi apa yang disebut pembelajaran yang menyenangkan, kreatif, efektif, apalagi
inovatif. Dengan diberlakukannya Kurikulum 2006, (baca: KTSP), pendidikdiberi
kebebasan mendesain pembelajaran sendiri sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
sekolah. Oleh karena itu, sudah bukan saatnya lagi pendidikmemaksakan
pengetahuan kepada anak didik Model pembelajaran seperti itu menempatkan
anak didik hanya sebagai obyek. Anak didik tidak dihargai sebagai individu yang
sedang belajar dan membutuhkan bimbingan untuk mengembangkan potensinya,
baik potensi intelektual maupun kepribadiannya. Walaupun pembelajarn
memainkan peran penting dalam sebuah proses pendidikan bagi anak didik namun
tetap begitulah kiranya kondisi pelaksanaan pembelajaran di sekolah-sekolah di
negeri ini tanpa adanya perubahan yang fundamental.
Berasarkan hal tersebut di atas, pembahasan skripsi ini adalah tentang
problematika pembelajaran pendidikan agama Islam di SDN Moncek Timur
Lenteng Sumenep Madura dan bagaimana langkah-langkah
penanggulangannya.J enis paradigma penelitian ini adalah kualitatif dengan
metode pengumpulan data: observasi, dukumentasi, dan wawancara. Sedangkan
teknik analisis datanya adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan analisis
yaitu induktif, deduktif dan komparasi. Pengcekan keabsahan data penelitian ini
meggunakan trianggulasi, member chek, meggunakan bahan refrensi, dan diskusi
dengan teman sejawat.
Dari hasil penelitian lapangan diperoleh kesimpulan bahwa pendidik : 1.
Pendidik bidang studi pendidikan agama Islam kurang profesional dan minim
pengalaman. 2. Kurang berpartisipasi aktifnya para pendidiknon agama dalam
pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam, 3. Adanya cara pandang
dikotomis sehingga memunculkan adanya wacana dan kecenderungan bahwa
moral anak didik hanya menjadi tanggung jawab pendidikan agama Islam dan
pendidikagama saja, 4. Kurang adanya rasa pengabdian yang tinggi 5. Problem
lain adalah duka ketika pendidikdihadapkan pada kenyataan adanya murid bandel,
nakal, kurang memperhatikan keterangan atau ada sarana dan prasarana yang
kurang memadai. Anak didik: Kurang memperhatikan akan pentingnya belajar {



19
kurang minat belajar} hal ini di sebabkan kurangnya perhatian dari orang tua dan
keadaan masyarakat yang kurang mendukung terhadap anak didik untuk giat.
Pendekatan pembelajaran: Pendekatan pembelajaran cenderung pedagogis yang
implikasinya adalah muncul perlakuan intimidatif pendidik terhadap anak didik
dalam proses pembelajaran agama Islam. Metode pembelajaran: Kurang variatif
dan cendurung monoton, Lingkungan, lingkungan Keluarga: kurang
memperhatikan keadaan anaknya Masyarakat: Praktik kebiasaan masyarakat
kurang mendukung terhadap perkembangan pembelajaran pendidikan agama
Islam. Sekolah: Kurang terciptanya lingkungan sekolah yang sesuai dengan
karakter, kemauan, kemampuan talenta dan potensi anak. Media pembelajaran:
Keadaan media atau sarana penunjang pembelajaran di SD Negeri Moncek Timur
kurang memadai dan masih minim. Perencanaan pembelajaran: Perencanaan
pembelajaran yang ada di SD Negeri Moncek Timur Lenteng Sumenep kurang
begitu baik Pelaksanaan perencanaan pembelajaran: Tidak disiapkannya hal-hal
yang perlu disiapkan oleh pendidiksebelum mengajar telah berakibat terhadap
pelaksanaan pembelajaran agama Islam di kelas tidak terlaksana dan terarah
dengan baik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan Evaluasi
pelaksanaan perencanaan pembelajaran: Problem perencanaan dan pelaksanaan
perencanaan pembelajaran seperti tersebut diatas berakibat pada adanya problem
evaluasi Pembelajaran Pendidikan agama Islam, misalkan belum jelasnya evaluasi
apa yang digunakan. Adapaun langkah- langkah penaggulangannya sebagai
berikut: Peningkatan Human Capital Pendidikan, misalnya rekrutmen pendidik
bermutu yang dibarengi dengan sarana penunjang kematangan profesi misalnya
pelatihan pendidikdan lainnya, dan jaminan kesejahteraan yang memadai, selektif
dalam input anak didik dan berbenah dalam sistem pembelajaran utuk lebih baik.
Dua usaha ini akan juga berakibat terhadap perbaikan pendekatan dan metode
pembelajaran, pembuatan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran
yang baik dan berkualitas. Pembangunan Infrastruktur Kependidikan, dalam hal
lingkungan keluarga dan masyarakat SDN Moncek Timur mengusahakan
pertemuan triwulan dengan wali anak didik dan para tokoh masyarakat untuk
penciptaan suasana lingkungan belajar yang mendukung baik dilingkungan
keluarga sendiri maupun lingkungan masyarakat secara umum, sedangkan di
lingkungan sekolah diusahakan oleh sekolah sendiri.

Kata Kunci: Problematika, Pembelajaran, Pendidikan Agama Islam








20
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Agama Islam diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW adalah
mengandung implikasi kependidikan yang bertujuan untuk menjadi rahmat bagi
sekalian alam. Dalam agama Islam terkandung suatu potensi yang mengacu
kepada dua fenomena perkembangan yaitu :
a) Potensi psikologis dan pedagogis yang mempengaruhi manusia untuk menjadi
sosok pribadi yang berkualitas dan menyandang derajat mulia melebihi
makhluk-makhluk lainnya. Sebagaimana yang telah difirmankan oleh Allah
SWT. dalam surat Ali Imran Ayat 110
G. z & M_z& $=9 ''? `9$/ ? 69#
`? !$/ 9 # `& =G69# %39 #z 9 `
`9# `Y2& )9#
Artinya : Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman
kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi
mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah
orang-orang yang fasik.
1


b) Potensi pengembangan kehidupan manusia sebagai Kholifah di muka bumi
yang dinamis dan kreatif serta responsif terhadap lingkungan sekitarnya baik
yang alamiah maupun ijtimaiyah, di mana Tuhan menjadi potensi sentral

1
Alquran dan Terjemahnya, Depertemen Agama RI, Penerbit J -ART 2004, hlm. 65



21
perkembangannya. Firman Allah SWT. dalam surat Al-Baqarah ayat 30 yang
berbunyi :
) $% / 3==9 ) %` {# =z

Artinya : Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat ;
Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang kholifah dimuka bumi.
2


Untuk mengaktualisasikan dan memfungsikan potensi tersebut di atas
diperlukan ikhtiar kependidikan yang sistematis berencana berdasarkan
pendekatan dan wawasan interdisipliner, karena manusia semakin kompleks.
Kompleksitas perkembangan sosial itu sendiri menunjukkan interelasi dan
interaksi dari berbagai fungsi aspek kepentingan.
Agama Islam yang membawa nilai-nilai dan norma-norma kewahyuan
bagi kepentingan hidup umat manusia di atas bumi baru aktual dan fungsional bila
diinternalisasikan ke dalam pribadi melaui proses kependidikan yang konsisten
dan terarah kepada tujuan.
Oleh karena itu, proses kependidikan agama Islam memerlukan konsep-
konsep yang pada gilirannya dapat dikembangkan menjadi teori-teori yang teruji
dalam praktisasi di lapangan operasional. Bangunan teoritis kependidikan Islam
itu akan dapat berdiri tegak di atas fondasi pandangan dasar yang telah digariskan
oleh Allah dalam kitab yang wahyukan-Nya.
Maka dengan teori pendidikan Islam itulah, para pendidik muslim akan
mengembangkan konsep-konsep baru sesuai dengan kebutuhan zaman dan tempat
sehingga pendidikan agama Islam akan terus berkembang. Mengacu kepada

2
Ibid. hal. 7



22
tuntutan masyarakat yang berkembang secara dinamis-konstruktif menuju masa
depan yang lebih sejahtera dan maju.
Bila pendidikan agama Islam telah menjadi ilmu yang ilmiah dan alamiah,
maka ia akan dapat berfungsi sebagai sarana pembudayaan manusia yang
bernafaskan Islam yang lebih efektif dan efisien. Kita mengetahui bahwa sejak
Islam diaktualisasikan melalui dakwahnya dalam masyarakat sampai kini, proses
kependidikan agama Islam telah berlangsugn 14 abad lamanya, yang mana selama
berabad-abad tersebut pendidikan Islam telah mengacu dalam masyarakat yang
beraneka ragam kultur dan budayanya, selama itu pula hasil-hasilnya telah mampu
mewarnai sikap dan kepribadian manusia yang tersentuh oleh dampak-dampak
positif dari keberlangsungan pendidikan Islam tersebut.
Dengan demikian, perlu adanya pendidikan yang berkualitas, untuk itu
memerlukan perhatian yang bersungguh-sungguh, sebab masalah ini secara
langsung akan mempengaruhi kebijakan pendidikan selanjutnya. Pemerintah serta
para pakar pendidikan dihadapkan pada suatu alternatif yang sulit untuk memilih
dan menetapkan kebijakan pendidikan, apa memilih kualitas dengan
mengorbankan kuantitas, atau sebaliknya mengutamakan kuantitas dengan
mengorbankan kualitas. Masalah kuantitas pendidikan agama Islam di negara kita
ini sudah tidak perlu dikhawatirkan, namun masalah kualitas masih perlu di
pertanyakan. Terlepas dari realita tersebut di atas, pemerintah dewasa ini
mengupayakan keduanya, sekaligus memprioritaskan untuk meningkatkan
mutunya. Mutu tersebut akan dicapai bila mana pendidikan dilaksanakan secara
kontinu, serta dilaksanakan secara terpadu.



23
Namun di sisi lain, dalam kurun waktu akhir-akhir ini, akibat timbulnya
perubahan sosial di berbagai sektor kehidupan umat manusia, beserta timbulnya
nilainya ikut mengalami pergeseran yang kurang mapan. Maka pendidikan agama
Islam seperti yang dikehendaki umat Islam harus merubah strategi dan taktik
operasional. Strategi dan taktik operasional itu membutuhkan perombakan model
sampai dengan institusi-institusinya, sehingga lebih efektif dan efisien.
Rupanya usaha-usaha yang telah dilakukan selama ini ternyata masih
kurang mampu untuk mendongkrak tata nilai pendidikan agama Islam yang masih
terpuruk. Hal ini terbukti dengan adanya prilaku-perilaku anak didik yang masih
sering bertentangan dengan tata nilai keIslaman.
Pembelajaran pendidikan Agama Islam di sekolah masih banyak
mengalami promlem atau kendala yang meliputi para pendidik dimana sebagaian
besar dari merka belum memehami cara mendidik yang benar misalnya kesulitan
dalam menghadapi adanya individu anak didik, kesulitan menentukan materi yang
cocok dengan peserta didik
3
, kesulitan memilih metode yang tepat sehingga
sasaran dari pendidikan agama Islam yakni membentuk kesadaran kepada peserta
didik dalam mengamalkan syariat islam dan berahlaqul karimah dalam kehidupan
sehri-hari kurang optimal atau belum sepemuhnya tercapai
Problem pembelajaran pendidikan Agama Islam juga terdapat pada peserta
didik dimana lingkungan tempat mereka berada sudah banyak mengalami
dekadensi moral yang disebabkan oleh lemahnya kontrol dan kesadaran diri akan
nilai-nilai Agama, problem juga pada penyediaan sarana dan pra saran

3
M. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Bulan Bintang, J akarta, 1970.
hal. 137




24
pembelajaran pendidikan Agama Islam hal ini sangat terkait dengan memampuan
finansial sekolah yang kurang memadai misalnya tempat udhu, Mushalla dan
lain-lain
Dari realitas itulah penulis ingin sekali meneliti tentang Problematika
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri Moncek Timur Lenteng-
Sumenep

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana problematika pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri
Moncek Timur Lenteng-Sumenep?
2. Bagaimana upaya-upaya dalam Mengatasi Problem Pembelajaran pendidikan
Agama Islam di SD Negeri Moncek Timur Lenteng-Sumenep?

C. Tujuan Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini penulis bertujuan untuk :
1. Menjelaskan problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD
Negeri Moncek Timur Lenteng Sumenep.
2. Menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan dalam mengatasi Problem
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri Moncek Timur Lenteng-
Sumenep.




25
D. Kegunaan Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini penulis mengarapkan hasil penelitiannya akan
bermanfaat bagi :
1. Pihak sekolah
Sebagai bahan informasi, pertimbangan, dan acuan kerangka berpikir bagi
pengelolaan sekolah demi tercapainya tujuan pendidikan sebagaimana yang
diahrapkan oleh masyarakat, bangsa dan negara.
2. Pihak Pendidik Pendidikan Agama Islam
Dalam penulisan skripsi ini, pendidik Pendidikan Agama Islam menjadi
obyek utama selain anak didik itu sendiri. Eksistensi skripsi ini diharapkan
dapat menambah wawasan dan sebagai bahan evaluasi tambahan untuk
kesempurnaan dan perbaikan sistem dan metode pengajaran yang akan datang.
3. Bagi Penulis
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guna mengadakan penelitian
lebih lanjut. Dan untuk mengetahui sejauhmana tingkat kesulitan dan
problematika dalam pengajaran agama Islam serta bagaimana solusi yang
seharusnya dilaksanakan.

E. Batasan Penelitian
Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan antara lain :
a. Dalam penelitian ini yang dijadikan objek penelitian adalah unsur organik
(anak didik dan pendidik), kurikulum, sarana dan pra sarana, dan lingkungan.



26
b. Waktu penelitian dan biaya yang sangat terbatas, akan tetapi hasil-hasil
penelitian yang didapatkan oleh penulis sudah dianggap cukup representatif.

F. Definisi Operasional
Untuk menghindari adanya penafsiran yang kurang tetap dalam skripsi
atau pembahasan yang melebar dan tidak terarah, penulis akan menguraikan
beberapa istilah dalam skripsi sebagai berikut :
a. Problematika
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan, Problem adalah
masalah, persoalan. J adi yang dimaksud problematika dalam penulisan skripsi
ini adalah permasalahan-permasalahan yang terdapat pada pembelajaran
pendidikan agama Islam di SD Negeri Moncek Timur Lenteng Sumenep
b. Pembelajaran
Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan
ini akan mengakibatkan anak didik mempelajari sesuatu dengan cara lebih
efektif dan efisien. Banyak usaha telah dilakukan oleh para ilmuwan
pembelajaran dalam mengklasifikasikan variable-variabel pembelajran yang
menjadi perhatiannya terutama bila dikaitkan dengan teori-teori pembelajaran.
4






4
Drs. Muhaimin, dkk. Stategi Belajarb Mengajar ( Penerapannya Dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama) . Surbaya, Citra Media , 1996 hlm.99



27
c. Pendidikan Agama Islam
Menurut Ahmad D. Marimba adalah bimbingan jasmani dan rohani
berdasarkan hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama
menurut ukuran-ukuran Islam.
5

Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha bimbingan dan asuhan
terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan dapat
memahami apa yang terkandung di dalam Islam secara keseluruhan,
menghayati makna dan maksud serta tujuan dan pada akhirnya dapat
mengamalkan serta menjadikan ajaran-ajaran agama Islam yang telah dianutnya
itu sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan keselamatan
dunia dan akherat
6
.
Berdasarkan pada penegasan istilah diatas, maka maksud judul tersebut
adalah penelitian tentang Problematika pembelajaran Pendidikan Agama Islam
dan langkah- langkah dalam mengatisinya di SDN Moncek Timur Lenteng
Sumenep Madura.

H. Sistematika Pembahasan
Untuk memperoleh gambaran yang dapat dimengerti dan menyeluruh
mengenai rancang isi dari skripsi ini, secara global dapat dilihat dari sistematika
pembahsan di bawah ini:

5
D. Ahmad Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, PT Alma'arif, Bandung,1981,hlm.23
6
Zakiyah Drajat, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, J akarta,1984, hlm, 29



28
BAB I Bagian ini merupakan bab pendahuluan yang bersikan tentang latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian kegunaan penelitian,
batasan penelitian, dan sistematika pembahsan.
BAB II Bagian ini merupakan bab kajian teortis yang berisikan tentang: kajian
pembelajaran pendidikan agama Islam yang melputi: Dasar
pembelajaran pendidikan agama Islam, tujuan pendidikan agama
Islam, sistem pembelajaran pendidikan agama Islam, fungsi
pembelajaran pendidikan agama Islam, faktor-faktor yang
mempengaruhi pembelajaran pendidikan Islam, kajian tentang
problematika pembelajaran pendidikan agama Islam yang meliputi:
problematika pembelajaran pendidikan agama Islam, dan langkah-
langkah mengatasi problematika pembelajaran pendidikan agama
Islam..
BAB III Bagian ini merupakan bab Metodologi Penelitian yang berisikan
tentang : Desain penelitian, obyek penelitian, subyek penenlitian,
instrumen penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan
analisis data.
BAB IV Bab ini merupakan pemaparan data temuan di lapangan dengan metode
yang telah di paparkan di Bab III
BAB V Bab ini merupakan pembahasan hasil penelitian yang telah
dilaksanankan di lapangan.
BAB VI Bab ini merupakan bab penutup yang berisi: kesimpulan dan saran-
saran.



29
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

1. Kajian Tentang Problema Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
A. Dasar Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai
tujuan harus mempunyai landasan atau dasar sebagai tempat berpijak yang
baik dan kuat. Oleh karena itu pembelajaran pendidikan agama Islam sebagai
suatu usaha membentuk manusia harus mempunyai ladadasan kemana sesuatu
kegiatan dan semua perumusan tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam
itu dihubungkan.
Dasar atau landasan pembelajaran pendidikan agama Islam itu terdiri
dari Al-Qurandan Sunah Nabi Muhammad SAW, yang dapat dikembangkan
dengan ijtihad, al-Mashalahah mursalah, istihsan, Qiyas dan sebagainya
7
.
a. Al-Quran
Al-Quran ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh
J ibril kepada Nabi Muhammad SAW. Didalamnya terkandung ajaran
pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan
melalui ijtihad. Ajaran yang terkandung dalam al-Quran itu terdiri dari
dua prinsip besar, yaitu yang berhubungan dengan masalah keimanan yang
di sebut aqidah dan yang berhungan dengan amal yang disebut syariah.

7
Dr. Zakiah Daradjat, dkk. Ilmu Pendidikan agama Islam Islam, Bumi Aksara, J akarta, 1992, hal.
19.s



30
Pembelajaran pendidikan agama Islam, karena termasuk ke dalam
usaha atau tindakan untuk membentuk manusia, maka termasuk ke dalam
ruang lingkup muamalah, pembelajaran sangat penting karena ia ikut
menentukan corak dan bentuk amal dan kehidupan manusia baik pribadi
maupun masyarakat.
Di dalam al-Quran terdapat banyak ajaran yang berisi prinsip
berkenaan dengan kegiatan atau pembelajaran itu. Sebagai contoh dari
kisah Luqman yang mengajari anaknya (surat luqmman ayat 12-13)
)9 $?# )9 3t:# & 3# ! 6 $* `3
9 . * !# _ m ) $% )9 /
_6 8@ !$/ ) 89# '=9 '
Artinya: Dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman,
Yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang
bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur
untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang tidak bersyukur,
Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". Dan
(ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar kezaliman yang besar
8


Oleh karena itu, pembelajaran pendidikan agama Islam merumuskan
al-Quran sebagai dasar utama dalam merumuskan berbagai teori tentang
pembelajaran pendidikan agama Islam.
b. As-Sunnah
As-Sunah ialah perkataan, perbuatan atau pengakuan Rasul Allh
SAW. Sunnah merupakan sumber ajaran Islam kedua sesudah al-Quran.

8
Alquran dan Terjemahnya, Depertemen Agama RI, Penerbit J -ART 2004, hlm. 412-413



31
Seperti al-Quran, Sunah juga berisi aqidah dan syariah. Sunah berisi
petunjuk (pedoman) untuk kemaslahatan hidup manusia dalam segala
aspeknya, untuk membina manusia seutuhnya atau muslim yang bertaqwa.
Untuk itu Rasulullah menjadi pendidik dan pendidik utama, beliau sendiri
menjadi pertama dengan menggunakan rumah al-arqam ibn Abi Al-
Arqam. Kedua dengan memnfaatkan tawaran perang untuk mengajar baca
tulis, ketiga dengan mengirim para shahabat ke daerah-daerah yang baru
masuk Islam, semua itu adalah pembelajaran dalam rangka pembentukan
manusia muslim dan masyarakat Islam.
Oleh karena itu, sunah merupakan dasar kedua bagi cara pembinaan
pribadi manusia muslim. Sunah selalu membuka kemungkinan penafsiran
berkembang. Itulah sebabnya mengapa ijtihad perlu di tingkatkan dalam
memahaminya termasuk Sunah.
c. Ijtihad
Ijtihad adalah istilah para fuqaha yaitu berfikir dengan menggunakan
seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuawan syariat Islam untuk
menetapkan atau menentukan sesuatu hukum syariat Islam dalam hal-hal
yang ternyata belum ditegaskan dlam al-Quran dan As-Sunah9. Ijtihad
dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek
pembelajaran.
Ijtihad dalam pembelajaran harus tetap bersumber dari Al- Quran dan
Sunah yang diolah oleh akal yang sehat dari para ahli pembelajaran

9
Ib id, hal. 21



32
pendidikan agama Islam. Ijtihad di bidang pembelajaran pendidikan agama
Islam ternyata semakin perlu sebab ajaran Islam yang terdapat dalam Al-
Quran dan Sunah adalah bersifat pokok dan prinsip-prinsipnyan saja.

B. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Secara umum pembelajaran pendidikan agama Islam bertujuan untuk
meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman peserta
didik tentang agama Islam. Sehingga menjadi manusia muslim yang beriman
dan bertaqwa kepada Allah serta berahlaq mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
10

Dari definisi di atas dapat ditarik beberapa demensi yang hendak
ditingkatkan dan dituju oleh kegitan pembelajaran pendidikan agama Islam
yaitu : 1). Dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran Islam. 2). Dimensi
pemahaman serta keilmuan peserta didik terhadap ajaran islam. 3). Dimensi
penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan peserta didik dalam
menjalankan ajaran Islam. 4). Dimensi pengalaman dalam arti dihayati atau
diinternalisasikan oleh peserta didik itu mampu menumbuhkan motivasi dalam
dirinya untuk menggerakan, mengamalkan, dan mentaati ajaran agama Islam
dan nilainya dalam kehidupan pribadi sebagai manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah, serta mengaktualisasikan dan merealisasikan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

10
Drs. Muhaimin MA, Pradigma Pendidikan Islam, PT Remaja Rosda Karya, Bandung, 2004, hal.
78.



33
Pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah dasar bertujuan
lulusannya
11
:
1. Terampil dan bergairah beribadah, mampu berdzikir dan berdoa.
2. Mempu membaca al-quran dan menulisnya dengan benar serta berusaha
memahaminya.
3. Terbiasa berkpribadian muslim (berahlaq mulia).
4. Mampu memahami sejarah dan perkebangan islam.
5. Terbiasa menerapkan aturan dasar Islam dalam kehidupan sehari-hari.

C. Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Sistem pembelajaran pendidikan agama Islam ialah suatu kesatuan dari
komponen-komponen pembelajaran pendidikan agama Islam yang masing-
masing berdiri sendiri, tetapi saling bekaitan satu dengan lainnya. Sehingga
terbentuk suatu kebulatan yang utuh dalam pencapaian tujuan yang di
inginkan
12
. Lembih lanjut Muhaimin mengatakan.
Sistem pembelajaran pendidikan agama Islam terdiri dari beberapa
komponen antara lain:
a. Pendidik
Pendidik yaitu orang-orang yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan anak didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh
potensi anak didik, baik potensi kognitif, potensi afektif, potensi
psikomotorik.

11
Ibid, hal. 81.
12
Drs. Muhaimin MA-ABD Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, Tregenda Karya, Bandung,1993,
hal.166



34
Karena pendidik ( pendidik ) adalah orang yang bertanggung jawab
terhadap perkembangan anak didik maka seorang pendidik harus
mempunyai kompetensi kependidikan agar supaya dapat bertindak sebagai
tenaga pengajar yang efektif diantara kompetensi kependidikan antara lain:
1. Kompetensi kepribadian
Setiap pendidik memiliki kepridianya sendiri-sendiri yang unik.
Tidak ada pendidik yang sama, walaupun mereka sama-sama memiliki
pribadi kependidikan. J adi pribadi kependidikan itupun unik dan perlu
diperkembangkan secara terus-menerus agar pendidik itu terampil
dalam:
1. Mengenal dan mengakui harkat dan potensi dari setiap individu atau
anak didik yang diajarnya.
2. Membina suatu suasana sosial yang meliputi interaksi belajar
mengajar sehingga amat bersifat menunjang secara moral terhadap
anak didik bagi terciptanya kesepahaman dan kesamaan arah dalam
pikiran serta perbuatan anak didik dan pendidik.
3. Membina suatu perasaan saling menghormati, saling bertanggung
jawab dan saling percaya mempercyai antara pendidik dan anak
didik.
2. Kompetensi penguasaan atas bahan pengajaran .
Penguasaan yang mengarah kepada spesialisasi atas ilmu atau
kecakapan/pengetahuan yang diajarkan. Penguasaan yang meliputi
bahan bidang studi sesuai dengan kurikulum dan bahan pendalaman



35
aplikasi bidang studi. Kesemuanya ini amat perlu di bina karena selalu
dibutuhkan dalam:
a. Menguraikan ilmu pengetahuan atau kecakapan dan apa-apa yang
harus diajarkannya kedalam bentuk komponen-komponen dan
informasi-informasi yang sebenarnya dalam bidang ilmu atau
kecakapan yang bersangkutan.
b. Menyusun komponen-komponen atau informasi-informasi itu
sedemikian rupa baiknya sehingga akan memudahkan anak didik
untuk mempelajari pelajaran yang diterimanya.
3. Kompetensi dalam cara-cara mengajar.
Kompetansi dalam car-cara menganjar atau keterampilan mengajar
sesuatu bahan pengajaran sangat diperlukan pendidik. Khususnya
keterampilan dalam:
a. Merencanakan atau menyusun setiap program satuan pelajaran,
demikian pula merencanakan atau menyusun keseluruhan kegiatan
untuk satu satuan waktu( catur wulan/semester atau tahun ajaran.
b. Mempergunakan dan mengembangkan media pembelajaran ( alat
bantu atau alat peraga) bagi anak didik dalam proses belajar yang
diperlukannya.
c. Mengembangkan dan mempergunakan semua metoda-metode
mengajar sehingga terjadilah kombinasi-kombinasi dan variasinya
yang efektif.



36
Ketiga aspek kompetensi tersebut di atas harus berkembang secara
selaras dan tumbuh terbina dalam kepribadian pendidik.
Dengan demikian itu dapat diharapkan dari padanya untuk
mengerahkan segala kemampuan dan keterampilannya dalam mengajar
secara profesonal dan efektif.
b. Anak didik
Anak yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik maupun
psikologis untuk mencapai tujuan pembelajarannya melalui lembaga
pendidikan.
13

Dalam pengelolan belajar mengajar, pendidik dan anak didik
memegang peranan penting, karena keberhasilan suatu pembelajaran juga
ditentukan oleh anak didik, oleh karena itu agar supaya belajarnya efektif
dan produktif maka anak didik itu harus memperhatikan hal-hal berikut:
1. Anak didik harus mnyadari sepenuhnya kearah dan tujuan belajarnya,
sehingga ia senantiasa siap siaga untuk menerima dan mencernakan
bahan. J adi bukan belajar asal belajar saja.
2. Anak didik harus memiliki motive yang murni (niat). Niat yang benar
adalah karena Allah, bukan karena sesuatu yang lain, sehingga terdapat
keikhlasan dalam belajar. Untuk itulah mengapa belajar harus dimulai
dengan mengucapkan basmalah

13
Ibid., hlm. 177



37
3. Harus belajar dengan kepala penuh artinya anak didik memiliki
pengetahuan dan pengalaman-pengalaman belajar sebelumnya sehingga
memudahkan dirinya untuk menerima sesuatu yang baru.
4. Anak didik harus menyadari bahwa belajar bukan semata-maat
menghafal. Di dalamnya juga terdapat penggunaan daya-daya mental
lainnya yang harus dikembangkan sehingga memungkinkan dirinya
memperoleh pengalaman-pengalaman baru dan mempu memecahkan
berbagai masalah.
5. Harus senantiasa memusatkan perhatian( konsentrasi pikiran)terhadap
apa yang sedang dipelajari dan berusaha menjauhkan hal-hal yang
mengganggu konsentrasi sehingga terbina suasana ketertibaan dan
keamanan belajar bersama.
c. Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat perencanaan dan media untuk
mengantarkan lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan pembelajaran
yang di inginkan.
14

Komponen kurikulum dalam pembelajaran sangat berarti, karena
merupkan oprasionalisi tujuan yang dicita-citakan, bahkan tujuan tidak akan
tecapai tanpa keterlibatan kurikulim.Kurikulum merupakan salah satu
komponen pokok pembelajaran, dan kurikulum sendiri juga merupakan
sistem yang mempunyai komponen-komonen tertentu. Komponen
kurikulum tersebut paling tidak mecakup tujuan, struktur program, strategi

14
Ibid., hal.184



38
pelaksanaan yang menyangkut sistem penyajian pelajaran, peinilaian hasil
belajar, bimbingan penyuluhan, administrasi dan supervisi. Namun,
komponen-komponen tersebutu belum memadai sebagai komponen
kurikurlum pembelajaran. Untuk itu, komponen kurikulum pembalajaran
setidak-tidaknya mencakup empat klaster (kelompok) pokok, yaitu:
a. Klaster komponen dasar, mencakup konsep dasar tujuan dalam
kurikulum pembalajaran, prinsip-prinsip kurikulum yang dianut, pola
orgaisasi kurikulum, kriteria keberhasilan, orientsai pembalajaran, dan
sistem evaluasi.
b. Klaster komponen pelaksana, menckup materi pembalajran, sistem
penjenjangan, sistem penyampaian, proses pelaksanaan, dan
pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar.
c. Klaster komponen pelaksanaan dan pendukung kurikulum, mencakup
pendidik, anak didik, bimbingan konseling, administrasi pembelajaran,
saran-prasana, dan biaya pembelajran.
d. Klaster komponen usaha-usaha pengembangan, yakni usaha-usaha
pengembangan terhadap ketiga klaster tersebut dengan berbagai
komponen yang tercakup di dalamnya.
d. Metode
Pendidik dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam tidak
hanya dituntut untuk menguasai sejumlah materi yang akan diberikan
kepada anak didiknya, tetapi ia harus menguasai berbagai metode dan tennik
pembalajaran guna kelangsungan transformasi dan internalisasi materi



39
pelajaran. Hal ini kerena metode dan teknik materi pembalajaran pendidikan
agama Islam tidak sama dengan metode dan teknik materi-materi pada
umumnya.
Tujuan diadakan metode ialah menjadikan proses dan hasil belajar
mengajar ajaran Islam lebih berdaya guna dan berhasil guna dan
menimbulkan kesadaran anak didik untuk mengamalkan ketentuan ajaran
Islam melalui teknik motivasi yang menimbulkan gairah belajar anak didik
secara mantap. Uraian itu menunjukkan bahwa fungsi metode pembelajaran
pendidikan agama Islam adalah mengarahkan keberhasilan belajar, memberi
kemudahan kepada anak didik untuk belajar berdasarkan minat, serta
mendorong usaha kerja sama dalam kegiatan belajar-mengajar antar
pembelajaran dengan anak didik. Di samping itu, dalam uraian tersebut
ditunjukan bahwa fungsi metode pembelajaran adalah memberi inspirsi pada
anak didik melalui proses hubungan yang serasi antara pendidik dan anak
didik yang seiring dengan tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam.
Tugas utama metode pendidikan Islam adalah mengadakan aplikasi
prinsip-prinsip psikogis dan paedagogis sebagai kegiatan antar hubungan
pembelajaran yang terealisasi melalui penyampaian keterangan dan
pengetahuan agar anak didik mengetahui, memahami, menghayati dan
meyakini meteri yang diberikan, serta meningkatkan keterampilan olah
pikir. Selain itu, tugas utama metode tersebut adalah membuat perubahan
dalam sikap dan minat serta penemuan nilai dan norma yang berhubungan



40
dengan pelajaran dan perubahan dalam pribadi dan bagaimana faktor-faktor
tersebut diharapkan menjadi pendorong kearah perbuatan nyata.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa metode dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam itu sangat penting sekali karena metode termasuk
salah satu yang menentukan keberhasilan pembelajaran pendidikan agama
Islam. Kiranya tidak salah kalau adanya sebuah ungkapan bahwasanya
metode itu lebih penting dari pada materi.
e. Evaluasi
Evaluasi ialah suatu proses penaksiran terhadap kemajuan,
pertumbuhan, dan pekembangan anak didik untuk tujuan pendidikan.
15

Menurut Abdul Majid tujuan evaluasi hasil belajar anak didik untuk
mengetahui ketuntasan anak didik menguasai kompetensi dasar.
16

Sedangkan menurut Muhaimin dan abd mujib mengatakan bahwa
Tujuan dari evaluasi ialah mengetahui kadar pemahaman anak didik
terhadap materi pelajaran, melatih keberanian dan mengajar anak didik
untuk mengingat kembali materi yang telah diberikan. Selain itu, program
evaluasi bertujuan mengetahui siapa di antara anak didik yang cerdas dan
yang lemah, sehingga yang lemah diberi perhatian khusus agar ia dapat
mengejar kekurangannya, sehingga naik tingkat, kelas maupun tamat
sekolah, sasaran evaluasi tidak bertujuan mengevaluasi anak didik saja,
tetapi juga bertujuan mengevaluasai pendidik, yaitu sejauh mana ia

15
Ibid., hal. 277
16
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran (Mengembangkan Standart Kompetensi Guru). PT.
Remaja rosda karya, Bandung, 2006. hlm. 224



41
bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan
pembelajaran pendidikan agama Islam.
17

Sedangkan fungsi evaluasi ialah membantu anak didik agar ia dapat
mengubah atau mengembangkan tingkah lakunya secara sadar, serta
memberi bantuan padanya cara meraih suatu kepuasan bila berbuat
sebagaimana mestinya. Disamping itu, evaluasi dapat membantu seorang
pendidik dalam mempertingkan baik tidaknya metode pengajaran, serta
membantu dan mempertimbangkan administrasinya.
J adi dengan evaluasi akan diketahui tingkat keberhasilan suatu
pembelajaran dan kelemahan pembelajaran yang telah dilaksanakan,
sehingga pihak sekolah akan mencari solusi untuk menutupi kelemahan-
kelamahan tersebut.

D. Fungsi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Adapun fungsi pembelajaran pendidikan agama Islam ialah menyediakan
segala fasilitas yang dapat menungkinkan tugas pembelajaran pendidikan
agama Islam tersebut tercapai dan dan berjalan dengan lancar. Penyediaan
fasilitas ini mngandung arti dan tujuan bersifat struktural dan institusional.
Arti dan tujuan struktur menuntut terwujudnya struktur organisasi yang
mngaur jalanya proses kependidikan, baik dilihat dari segi vertikal maupun
segi horizontal. Faktor-faktor pembelajaran pendidikan agama Islam dapat
berfungsi secara interaksional ( saling mempengaruhi ) yang berarah pada
tujuan pembelajaran yang diinginkan. Sebaliknya, arti tujuan instetusional
mengandung implikasi bahwa proses pembelajaran yang terjadi di dalam
struktur organisasi itu dilembagakan untuk menjamin proses pembelajaran
yang berjalan secara konsisten dan berkesinambungan mengikuti kebutuhan
dan perkembang manusia dan cenderung ke arah tingkat kemampuan yang
optimal. Oleh karena itu, terwujudlah berbagai jenis dan jalur pembelajaran
yang formal, informal, dan non formal dalam masyarakat.

17
Muhaimin. Op. Cit., hlm. 277



42
Menurut Kurshed Ahamad, fungsi pembelajaran pendidikan agama Islam
adalah sebagai berikut:
1. Alat untuk memelihara, memperluas, dan menghubungkan tingkat-tingkat
kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial, serta ide-ide masyarakat dan
nasional.
2. Alat untuk mengadakan prerubahan, inovasi, dan perkembangan yang
secara garis besarnya melalui pengetahuan dan skil yang baru ditemukan,
dan melatih tenaga-tenaga manusia yang produktif untuk menemukan
perimbangan perubahan sosial dan ekonomi.
Di dalam GBPN PAI 1994 pembelajaran pendidikan agama Islam di
sekolah atau madrasah berfungsi sebagai pengembangan, penyaluran,
perbaikan, pencegahan, penyesuaian, dan sumber nilai.
18

a. Sebagai pengembangan berarti pembelajaran pendidikan agama Islam
berusaha untuk menumbuhkan kembangkan dan meningkatkan keimanan
dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah di tanamkan
dalam lingkungan keluarga.
b. Sebagai penyaluran berarti pembelajaran pendidikan agama Islam
berusaha menyalurkan peserta didik yang memiliki bakat khusus yang
ingin mendalam bidang agama agar bakatnya dapat berkembang secara
optimal.
c. Sebagai perbaikan berarti pembelajaran pendidikan agama Islam berusah
untuk memperbaiki kesalehan-kesalehan, kelemahan peserta didik dalam
hal keyakinan, pemahaman dan pengaman ajaran Islam dalam kehidupan.

18
Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan
agama Islam, Pusat Kurikulum Penelitian dan Pengembangan, J akarta, 2001, hal.9.



43
d. Sebagai penyesuaian berarti, pembelajaran pendididkan agama Islam
berusaha membimbing peserta didik untuk menyesuaikan diri baik
terhadap lingkungan maupun sosialnya dan dapat mengarahkan
lingkungan sesuai dengan ajaran Islam.
e. Sebagai sumber nilai, berarti pembelajaran pendidikan berusaha
memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagaan di dunia maupun
di akhirat nanti.

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam
Pembelajaran terkait dengan bagaimana membelajarkan anak didik atau
bagaimana membuat anak didik dapat belajar dengan mudah dan terdorong
oleh kemauannya sendiri untuk mempelajari apa yang teraktualisasikan dalam
kurikulum sebagai kebutuhan anak didik
19
. Karena itu, pembelajaran berupaya
menjabarkan nilai-nilai yang terkandung dalam kurikulum dengan
menganalisis tujuan pembelajaran dan karakteristik isi bidang studi pendidikan
agama Islam yang terkandung di dalam kurikulum. Selanjutnuya, dilakukan
kegiatan untuk memilih, menetapkan, dan mengembangkan cara-cara (strategi)
pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang di tetapkan
sesuai kondisi yang ada, agar kurikulum dapat diaktualisasikan dalam proses
pembelajaran sehingga hasil belajar terwujud dalam diri anak didik.

19
Ibid, hal. 145.



44
Dalam pembelajaran terdapat tiga komponen utama yang mempengaruhi
proses pembelajaran pendidikan agama Islam, ketiga tersebut yaitu: 1) kondisi
pembelajaran pendidikan agama. 2) metode pembelajaran pendidikan agama
Islam. 3) hasil pembelajaran pendidikan agama Islam.
a. Kondisi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Kondisi pembelajaran pendidikan agama Islam adalah semua faktor
yang mempengaruhi penggunaan metode pembelajaran pendidikan agama
Islam, karena itu, perhatian kita adalah berusaha mengidentifikasi dan
mendiskripsikan.
Faktor-faktor yang termasuk kondisi pembelajaran yaitu:
1. Tujuan dan karateristik bidang studi Pendidikan agama Islam.
2. Kendala dan karateristik bidang studi pendidikan agama Islam.
3. Karateristik anak didik.

b. Metode Pembelajaran Pendidikan agama Islam.
Metode pembelajaran dapat di kalasifikasikan menjadi:
1. Stategi pengorganisasian yaitu suatu metode untuk mengorganisasi isi
bidang studi pendidikan agama Islam yang dipilih untuk pembelajaran.
Pengorganisasian bidang studi mengacu pada kegiatan pemilihan isi,
penataan isi pembuatan program, skema, format, dan sebagainya. Strategi
pengorganisasian dapat debedakan menjadi strategi mikro dan strategi
makro. Stategi mikro mengacu pada pada metode untuk mengorganisasian
isi pembelajaran pendididkan agama Islam yang menyangkut satu konsep,



45
prosedur atau prinsip, dalil, hukum. Sedangkan strategi makro berkaitan
dengan bagaimana memilih pembelajaran berdasarkan urutan konsep
secara procedural, membuat sintesis dengan menunjukan keterkaitan antar
konsep atau prosedur misalnya, konsep lingkungan, konsep bersih, konsep
indah, konsep sehat, dan konsep keimnanan bias ditarik suatu sistesis
denagn menujukan keterkaitan antar konsep, sehingga dapat melahirkan
prinsip-prinsip Islam dalam menjaga dan memelihara lingkungan serta
prosedural dalam mengembangkan lingkungan yang bersih, sehat, indah,
dan agamis.
2. Strategi penyampaian pembelajaran pendidikan agama Islam yaitu
metode-metode penyampaian pembelajaran pendidikan agama Islam yang
di kembangkan untuk membuat anak didik dapat merespon dan menerima
pelajaran agama Islam dengan mudah, cepat, dan menyenangkan. Karena
itu, penetapan penyampaian perlu menerima serta merespon masukan dari
peserta didik. Dengan demikian, strategi penyampaian mencakup
lingkuangan fisik, pedidik atau orang-orang, bahan-bahan pembelajaran
dan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran yang lain.
Dengan perkataan lain media pembelajaran merupakan komponen penting
dan menjadi kajian utama dalam strategi ini, strategi penyampaian ini
berfungsi sebagai penyampai isi pembelajaran kepada peserta didik dan
menyediakan informasi yang diperklukan anak didik untuk menampilkan
unjuk kerja.



46
Ada tiga komponen dalam strategi penyampaian,
20
yaitu: 1) Media
pembelajaran. 2) Interaksi media pembelajaran dengan anak didik dan 3).
Pola atau bentuk belajar mengajar.
a. Media pembelajaran pendidikan agama Islam mencakup semua sumber
yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan anak didik,
media pembelajaran dapat berupa apa saja yang dapat dijadikan
perantara untuk dimuati pesan-pesan nilai pendidikan agama Islam yang
akan disampaikan kepada anak didik. Media bias perangkat keras,
seperti computer, televisi, orang atau alat dan bahan cetak yang
digunakan pada perangkat keras. Dengan demikian pendidik pendidikan
agama Islam merupakan salah satu media pembelajaran pendidikan
agama Islam yang akan mengantarkan pesan nilai-nilai dan norma-
norma ajaran Islam melalui pembelajaran yang direncanakan..
b. Interaksi anak didik dengan median berarti bagaiman media
pembelajaran dalam merangsang kegatan belajar peserta didik. Setiap
media pembelajaran pendidikan agama Islam yang direncanakan
hendaknya dipilih, ditetapkan, di dikembangkan dapat menimbulkan
interaksi peserta didik dengan pesan-pesan yang dibawa media
pembelajaran. Kecocokan suatu media dapat diukur dari tingkat
keefektifan, keefesienan, kemudahan, serta kemenarikan peserta didik
untuk menampilkan unjuk kerja( hasil belajar) melalui media yang
digunakan. Oleh karena itu, dalam pemilihan suatu media pembelajaran

20
Ibid, Hal. 152.



47
dipengaruhi karakteristik bidang studi dan kendala sumber belajar yang
tersedia. Rangcangan pembelajaran pendidikan agama Islam diharapkan
dapat mengembangkan media pembelajaran yang sesuai dengnan
karakteristik bidang studi pendidikan agama Islam, kendala sumber
belajar yang tersedia, dan karekteristik pola-pola belajar peserta didik.
Pola pembelajaran menggambarkan bagaimana peserta didik belajar
dalam kelompok besar, kelompok kecil, atau perseorangan.
c. Pola belajar mengajar, dewasa ini dapat kita saksikan penggunaan
media informsi yang beragam model dan gaya untuk pembelajaran
pendidikan agama Islam, baik melalui media cetak maupun elektronik
cukup tersedia. Dari pemdia eletronik dapat disaksikan model rekaman
yang berisi pengajaran lewat radio dan layar kaca( TV) yang berupa
pembelajaran agama ( kuliah subuh, hikman fajar dsb). Sedangkan dari
media cetak dapat kita jumpai berbagai bentuk dan model penerbitan
dan publikasi pembelajaran agama, mulai dari yang bersifat ilmiah,
bacaan popular, cerita, komik sampai yang bersifat brosur, mulai dari
bernilai jurnal ilmiah sampai denagn majalah anak-anak seperti aku
anak shaleh.
3. Strategi pengelolaan pembelajaran yaitu merupakan metode untuk minta
interaksi antara peserta didik dengan komponen-komponen metode
pembelajaran lain, seperti pengorganisasian dan penyampaianan isi
pembelajaran. Strategi pembelajaran pendidikan agama Islam berupaya
untuk menata interaksi peserta didik dengan memperhatikan 4 hal:



48
1. Penjadwalan kegiatan pembelajaran yang menunjukan tahap kegiatan
yang harus ditempuh peserta didik dalam pembelajaran.
2. Pembuatan catatan kemajuan belajar anak didik melalui penilaian yang
komprehensif dan kendala selama pembelajaran.
3. Pengelolaan motivasi anak didik dengan menciptakan cara-cara yang
mampu meningkatkan motivasi belajar anak didik.
4. Control belajar yang mengacu kepada pemberian kebebasan untuk
memilih tindakan belajar sesuai dengan karateristik anak didik.
c. Hasil Pembelajaran Pendidikan agama Islam.
Hasil pembelajaran dapat di klasifikasikan menjadi keefektifan,
efesiensi dan daya tarik.
Keefektifan pembelajaran dapat diukur dengan kreteria:
a) kecermatan penguasaan kemampuan atau prilaku yang dipelajari
b) kecepatan unjuk kerja sebagai bentuk hasil belajar
c) kesesuaian dengan prosedur kegiatan belajar yang harus ditempuh
d) kuantitas unjuk kerja sebagai bentuk hasil belajar
e) kualitas hasil akhir yang dapat dicapai.
f) tingkat alih belajar
g) tingkat retensi belajar.
Sedangkan efesiensi pembelajaran dapat diukur denagan rasio antara
keefektifan dengan jumlah waktu yang digunakan atau dengan jumlah biaya
yang dikeluarkan serta daya tarik pembelajaran bisanya diukur dengan
mengamati kecenderungan anak didik untuk berkeinginan terus belajar.



49
2. Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Dalam kaitannya dengan pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah
agar dapat berjalan dengan baik, tergantung dari beberapa faktor atau komponen
yang dapat mendukung, antara lain adalah faktor anak didik, faktor pendidik,
kurikulum pembelajaran, alat-alat pembelajaran dan faktor lingkungan. Akan
tetapi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah ternyata tidak
semulus dengan apa yang kita bayangkan, terutama banyak dihadapkan pada
berbagai macam problema.
21

Dalam hal ini akan penulis uraikan satu persatu mengenahi problema-
problema yang terkait denagn faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran
pendidikan agama Islam, yaitu:

1. Problem Anak Didik
Pendidikan tidaklah terbatas pada pengertian dan penguasaan ilmu
pengetahuan, melainkan juga perkembangan jiwa dan penyesuaian diri dari
anak didik terhadap kehidupan sosialnya. Anak didik adalah manusia yang
senantiasa mengalami perkembangan sejak terciptanya hingga meninggal.
22

Perkembangan disini diartikan adanya perubahan-perubahan yang selalu
terjadi dalam diri anak didik secara wajar, baik ditunjukkan kepada diri sendiri
maupun kearah penyesuaian dengan lingkunganya. Tugas utama pendidik
dalam perkembangan anak didik adalah membimbing perkembangan itu pada

21
Proyek Pembinaan PTAI, Metodologi Pengajaran Agama Islam, J akarta, 1982, hlm. 53
22
Wasty Soemanto dan Hendyat Soetopo, Dasar dan Teori Pendidikan Dunia: Tangtangan Bagi
Para Pemimpin Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1987. hal.132.



50
tiap tingkatannya, serta meyakinkannya bahwa cara-cara anak didik memenuhi
kebutuhannya senantiasa sejalan dengan pola kehidupan sosialnya.
Bagi pendidik untuk dapat mengikuti tingkat-tingkat perkembangan jiwa
anak didiknya perlu mengenal kejiwaan serta kesanggupan-kesanggupannya.
Hal ini akan memudahkan baginya untuk memasukan bahan-bahan pendidikan
sesuai dengan tingkat kesanggupan anak didik pada tiap tingkat
perkembangannya.
Sedangkan faktor-faktor yang menjadi problema pembelajaran pendidikan
agama Islam yang disebabkan oleh anak didik ini adalah:
1) Anak didik mempunyai tingkat pengetahuan agama Islam yang tidak sama.
Adakalanya anak didik yang memasuki sekolah sudah memiliki dasar-
dasar pengetahuan agama Islam yang didapatnya dari pembelajaran orang
tuanya di rumah. Dengan demikian kesengjangan antara anak didik yang
mempunyai dasar-dasar pengetahuan tentang agama yang memadai
dengan anak didik yang belum memiliki dasar-dasar pengetahuan tentang
agama, akan menjadi penghambat dalam pembelajaran pendidikan agama
Islam. Seperti yang diungkapkan Zuhairini dkk:
Bahwasanya anak yang sudah dilahirkan membawa fitrah beragam
dan kemudian tergantung kepada pembelajaran pendidikan
selanjutnya kalau mereka mendapat pendidikan agama dengan baik,
maka merekan akan menjadi orang yang taat beragama pula.
Sebaliknya bila benih agama yang dibawa itu tidak dipupuk dan
dibina dengan baik, maka anak akan menjadi orang tidak bergama.
23


2) Anak didik mempunyai tingkat kecerdasan (IQ) yang berbeda. Anak didik
yang mempunyai tinkat kecerdasan yang lebih tinggi akan lebih mudah

23
Dra. Zuhairi, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, J akarta, 1992. Hal. 31-32.



51
menerima pelajaran agama dibandingkan anak didik yang mempunyai
tingkat kecerdasan yang lebih rendah. Masalah ini juga akan menyebabkan
faktor yang menjadi problem pembelajaran pendidikan agama Islam yang
diberikan oleh pendidik.
3) Anak didik kurang sungguh-sungguh dalam belajar agama Islam.
Maksudnya anak didik tersebut mempelajari agama Islam bukan untuk
membekali dirinya dengan pengetahuan agama sebagai sarana untuk
melaksanankan ibadah kepada Allah. Tetapi belajar agama hanya untuk
mendapatkan nilai. Hal ini, juga kan menjadi problema keberhasilan
pembelajaran pendidikan agama Islam. Karena tujuan pembelajaran
pendidikan agama Islam bukan hanya aspek cognitive( pengetahuan ) saja
tetapi yang lebih penting agar anak didik dapat mengamalkan ajaran
agama Islam tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
4) Problema anak didik yang paling mendasar ada pada keluarga anak didik
tersebut. Dalam arti, jika keluarga anak didik tesebut tingkat
keagamaannya baik, maka secara langsung perkembangan pembelajaran
pendidkan agama Islam anak akan baik pula. Sebaliknya jika tingkat
keagamaan keluarganya minim, maka perkembangan anak didik tidak
akan berbeda jauh dengan hal tersebut.J adi tingkat keberagamaan keluarga
terutam orang tua akan sangat mempengaruhi dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam anak.
5) Kebiasaan yang di bawa anak didik dari keluarga dan masyarakat di mana
dia tinggal. Ritual budaya keseharian anak didik dalam keluarga dan



52
masyarakat mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pola interaksi
pembelajaran antar pendidik anak didik dikelas. Hal demikian membuat
permasalahan yang rumit dalam hal pelaksanaan pembelajaran pendidikan
agama Islam di SDN.
2. Problem Pendidik
Pendidik merupakan salah satu faktor penting dalam proses pembelajaran
karena pendidik itulah yang akan bertanggung jiwa dalam mendidik dan
membimbing anak didik dalam proses belajar mengajar kearah pembentukan
kepribadian yang baik, cerdas, trampil dan mempunyai wawasan atau
cakrawala berfikir yang luas serta dapat bertanggung jawab terhadap
kelangsungan hidup. Terutama pembelajaran pendidikan agama Islam yang
mempunyai kelebihan dibandingkan dengan pembelajaran pada umumnya.
Karena selain bertanggung jawab terhadap pembentukan kepribadian anak
yang sesuai dengan ajaran Islam, ia juga bertanggung jawab terhadap Allah
SWT.
Perlu diingat bahwa pendidik tidak sekedar menolong, membimbing,
tetapi pertolongan dan bimbingan itu haruslah disadari dan dapat
menghubungkan semua tingkatannya dengan tujuan pendidikan yang
dikehendaki. Disamping itu pendidik harus dapat menciptakan sistuasi
pembelajaran yang baik dan se-Islami mungkin bagi pembelajaran pendidikan
agama Islam pada khususnya, berpengetahuan luas dan yang lebih penting lagi
bagaimana pengetahuan tersebut dapat diamalkan serta di yakini, bukan hanya
sekedar ditahui( hanya sebagai pengetahuan semata).



53
Dalam proses interaksi belajar mengajar (pembelajaran), seorang pendidik
harus mampu menciptakan dan menstimulasi kondisi belajar anak didiknya
dengan baik dan dapat merealisasikan tujuan yang ingin dicapai.
Agar pendidik agama Islam dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-
baiknya, maka dibutuhkan adanya syarat-syarat tertentu, disamping syarat-
syarat yang harus dimiliki oleh pendidik pada umumnya, yaitu:
a. Mempunyai ijazah formal.
b. Sehat jasmani dan rohani.
c. Berakhlak yang baik.
d. Memiliki pribadi mukmin, muslim dan muhsin.
e. Taat untuk menjalankan agam serta mampu memberikan tauladan yang baik
kepada anak didik.
f. Memiliki jiwa pendidi dan rasa kasih sayang kepada anak didiknya.
g. Mengetahui dasar-dasar ilmu pengetahuan tentang kependidikan, terutama
metodik dan dedaktik.
h. Menguasai ilmu pengtahuan agama.
i. Tidak cacat rohani dan jasmani.
24

Sebagai pelengkap syarat-syarat di atas, pendidik agama Islam harus
memiliki sifat-sifat, sebagai berikut:
a) Zuhud, tidak mengutakan materi dan mengajar karena mencari keridhaan
Allah.

24
Abu Ahmadi, Metodik Khusus Pendidikan agama Islam, Armico, Bandung, 1986. hal. 49.



54
b) Bersih jasmani dan rohani, penampilan lahiriahnya menyenangkan dan
mulia akhlaknya.
c) Mengetahui tabiat anak didik, yang mencakup pembawaan , kebiasaan,
perasaan dan pemikiran.
d) Menguasai mata pelajaran yang akan disampaikan.
25

Dari syarat-syarat dan sifat-sifat pendidik di atas dapat diambil pengertian
bahwa dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, pendidik tidak hanya
membimbing dalam proses belajar-mengajar saja, namun pada pembelajaran
pendidikan agama Islam bimbingan mengenai sikap keagamaan juga harus
mendapat perhatian yang besar, sehingga dalam pembelajaran pendidikan
agama Islam, pendidik harus mampu memberiikan anjuran-anjuran, norma-
norma, macam-macam pengetahuan dan kecakapan yang berhubungan dengan
agama. Hal ini dalam rangka pembentukan pribadi anak didik yang sesuai
dengan ajaran Islam.
Dengan demikian, memang berat tugas dan tanggung jawab para pendidik
khususnya pendidik agama. Sebab pendidik agama Islam secara umum
mempunyai tugas sebagai berikut:
a) Wajib menemukan pembawaan yang ada pada anak didik.
b) Berusaha menolong anak didik mengembangkan pembawaan yang baik dan
menekan perkembangan pembawaan yang buruk agar tidak berkembang.

25
M. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Bulan Bintang, J akarta, 1970.
hal. 137



55
c) Memperlihatkan kepada anak didik tugas orang dewasa dengan cara
memperkenalkan berbagai bidang keahlian, keterampilan agar anak didik
memilihnya dengan tepat.
d) Mengadakan evaluasi setiap waktu untuk mengetahui apakah perkembangn
anak didik berjalan dengan baik.
e) Memberikan bimbingan dan penyuluhan tatkala anak didik menemui
kesulitan dalam mengembangkan potensinya.
26

f) Memberikan teladan yang baik karena anak didik memandang pendidiknya
(pendidiknya) sebagai teladan utama bagi mereka dimana ia bercita-cita
agar menjadi foto kopi dari pada pendidiknya. Ia akan meniru jejak/akhlaq,
ilmu, kecerdasan, keutamaan dan semua gerak dan diam pendidiknya.
Apabila ini yang menjadi perhatian anak didik terhadap pendidik mereka,
maka seharusnyalah pendidik itu selalu menjadi ikutan baik bagi anak didik
mereka, menjadi contoh teladan yang ideal sesuai dengan prinsip-prinsip
yang diakui mereka dan nilai-nilai yang mereka jelaskan, keutamaan-
keutamaan yang mereka lukiskan dan apa yang mereka gambarkan tentang
teladan-teladan yang bersumber pada akhlaq mulia. Disamping itu
hendaklah pendidik itu merupakan gambar yang hidup yang memantulkan
keutamaan tingkah laku yang sebenarnya, yang mereka anggap hebat
apabila anak didik membiasakan dirinya dengannya, sebagai tingkah laku
yang terbaik dalam hidupnya dan sebagai syiar yang harus mereka
tegakkan baik secara lahir maupun secara batin.

26
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Presspektif Islam, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1994.
hal. 79.



56
Itu semua dimaksudkan agar anak didik tidak terjerumus kedalam situasi
kontradiksi yang berbahaya. Banyak sifat-sifat, akhlaq nilai-nilai dan sikap
tidak dipelajari oleh anak didik kecuali melalui contoh teladan pendidk yang
menjadi panutan mereka. Begitu pula anak didik akan lebih bergairah
melaksanakan syiar-syiar peribadatan dengan tekun jika ia melihat
pendidiknya(pendidiknya) sendiri mengerjakannya dengan baik. Ia akan
khusyu, mendengar bacaan \al-Quran dalam jam pelajaran atau di luarnya jika
ia mengetahui bahwa pendidiknya (pendidiknya) menghormati Al-Quraan dan
khusyu membacanya. Anak didik akan mementingkan masalah kebersihan
tubuhnya dan menotong kuku, menggunting rambut jika ia melihat
pendidiknya memotong kuku dan menggunting rambutnya dengan rapi dan
sebagainya.
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan ialah seorang harus menampakkan
wajah yang berseri-seri dikala berjumpa dengan anak didik dan memberi salam
kepada mereka dengan salam Islam, setiap kali masuk kelas atau bertemu
dengan sekumpulan dari mereka, sehingga makna penghormatan Islam menjadi
mantap dan berkesan dalam jiwa mereka.
Sedangkan problema pembelajaran pendidikan agama Islam yang datang
dari pendidik adalah:
a) Seorang pendidik tidak dapat menanamkan jiwa saling mempercayai dan
persaudaraan terhadap anak didiknya.
b) Tidak adanya kerja sama antara pendidik dengan orang tua anak didik,
sehingga menimbulkan pertentangan antara pembelajaran yang disampaikan



57
pendidik di sekolah dengan pembelajaran yang dilakukan oleh orang tua di
rumah.
c) Banyaknya pendidik yang kurang memiliki rasa pengabdian yang tinggi
kearena kurangnya perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan hidup para
pendidik, maka dari itu kesejahteraan pendidik harus diperhatikan.
d) Pendidik (pendidik) merasa dalam pembelajaran pendidikan agama Islam
hanya mempunyai tugas mengajar dalam artian menurut mereka ketika
menghabiskan bahan pelajaran tugas mereka dianggap sudah selesai.
Adapun problema-problema lain yang datang dari pendidik yaitu:
1. Kesulitan dalam menghadapi adanya perbedaan individu anak didik, yang
disebabkan perbedaan IQ, perbedaan watak dan latar belakangnya.
2. Kesulitan dalam menentukan materi yang cocok dengan anak didik yang
dihadapainya.
3. Kesulitan dalam memilih metode yang tepat atau sesuai dengan materi
yang diberikan.
4. Kesulitan dalam mengadakan evaluasi dan kelihatan dalam melaksanakan
rencana yang telah ditentukan, karena kadang-kadang kekurangan waktu.
27

5. Adanya sebagian pendidik yang beranggapan bahwa tugas dia adalah
mengajar saja { menteransfer ilmu pengetahuan saja} hal ini akan menjadi
problem dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, karena pendidi itu
tidak akan sungguh-sungguh dalam kesuksesan anak didik baik dari segi
kognitif, afektif dan psikomotorik.

27
Zuhairini dkk, op.cit. hal. 38-39.



58
6. Kesejahtraan pendidik yang kurang memadai akan menjadi problem dalam
pembelajaran, mengapa demikian, karena jika kesejahteraan pendidik
kurang maka pendidik yang bersangkutan tidak focus dalam mengajar
sebab dia harus berusaha tambahan untuk mengatasi kesejahteraannya
dirinya dan keluarganya, yang pada akhirnya tugas dia sebagai seorang
pendidik yang seharusnya membimbing dan berusaha dalam
mensukseskan anak didiknya kurang diperhatikan
7. Kurang bergairah dalam mengembangkan potensi diri termasuk dalam
problem pendidik dalam pembelajaran, hal semacam ini biasanya terjadi
jika kesejahtraan pendidik itu kurang, ketika Pendidik itu kesejahteraanya
kurang maka untuk mengembangkan potensinya kurang diperhatikan
padalal dia sebagai pendidik harus selalu mengembangkan potensi agar
supaya bisa melaksanakan tugas kependidikannya berjalan sesuai dengan
harapan.

3. Problem Kurikulum
Setiap pembelajaran pendidikan agama Islam memerluakan suatu
perencanaan organisasi. Kegiatan tersebut dilaksanakan secara sistematis dan
tersetruktur. Demikian pula pula dalam pembelajaran pendidikan agama Islam
diperlukan adanya program yang mapan dan dapat mengantarkan proses
penilaian dalam pembelajaran atau yang lebih dikenal dengan kurikulum
pendidikan. Pada dasarnya penyusunan kurikulum sudah dilakukan oleh tokoh
Islam sejak zaman dahulu, diantaranya Umar Bin khattab, beliau telah menulis



59
kurikulum dan mengmkannya kepada penguasa-penguasa Islam, yaitu berbunyi
Ajarlah anak-anakmu berenang, berkuda, sampaikan kepada mereka pepatah-
pepatah yang berlaku dan sajak-sajak yang terbaik.
28

Dari sini dapat dimengerti bahwa kurikulum sangat berperan penting
dalam dunia pendidikan, yang dapat mengantarkan pendidikan dalam kancah
modern Karena bentuknya telah tersusun secara sistematis dan terperinci.
Secara umum problem-problem dalam faktor kurikulum adalah:
a. Terlalu padatnya program yang berkibat tidak terlaksananya tujuan dari
program yang direncanakan.
b. Kurangnya jam pelajaran yang digunakan untuk menyelesaikan materi
pembelajaran pendidikan agama Islam.
c. Kurikulum yang ada tidak terorganisir dengan baik, sehingga sering terjadi
pengulangan pokok bahasan (materi)

4. Problem Alat atau Sarana Pembelajaran
Alat pembelajaran menurut Sutari Imam Barnadib dalam bukunya
J alaluddin dan umar Said ialah suatu tindakan atau perbuatan dan situasasi atau
benda yang sengaja diadakan untuk mendapai suatu tujuan dai dalam
pembelajaran. J adi alat pembelajaran tidak terbatas pada benda-benda yang
bersifat kongkrit saja. Tetapi juga berupa nasehat, tuntunan, bimbingan, contoh
hukuman, ancaman dan sebagainya.
29


28
Athiyah Al-Abrasy, op.cit.hal. 161.
29
J alaluddin, Umar Said, Filsafat Pendidikan Islam: Konsep Dan Perkembangan Pemikirannya,
Raja Grafindo Persada, J akarta, 1994. hal.57.



60
Dalam memilih alat pembelajaran pendidikan agama Islam, ada beberapa
faktor yang harus diperhatikan antara lain:
1) Tujuan apa yang akan dicapai.
2) Alat mana yang tersedia atau cocok diguanakan.
3) Pendidik mana yang akan menggunakan.
4) Kepada anak didik alat itu digunakan
30

Adapun problem yang datang dari alat pembelajaran pendidikan agama
Islam antara lain:
1. Seorang pendidik yang kurang cakap dalam menggunakakan suatu alat
Pembelajaran, sehingga pelajaran yang disampaikan tidak dapat difahami
oleh anak didik.
2. Dalam menentukan alat-alat yang akan dipakai seorang pendidik tidak
memperhitungkan atau mempertimbangkan pribadi peserta didiknya yang
melipuiti, jenis kelamin, umur, bakat, perkembangannya dan sebagainya.
Dengan demikian pembelajaran tidak akan membawa hasil yang baik dan
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan.
3. Hambatan yang lainnya terletak pada ruang dan waktu, artinya seorang
pendidik kurang mampu menempatkan waktu yang tepat dalam menjelaskan
pelajaran. Misalnya :diwaktu siang, ketika udara panas pelajaran yang
menguras fikiran tidak tepat untuk diberikan kepada anak didik
31

5. Problem Lingkungan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

30
Ibid. hal. 57.
31
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, Logos, J akarta, 1999. hal. 155-158.



61
Faktor lingkungan dalam pembelajaran memiliki peranan yang sangat
penting untuk menentukan berhasil tidaknya pembelajaran yang dilaksanakan
secara esensial, faktor lingkungan turut memiliki andil dalam membentuk
pribadi seseorang dan dapat memberikan pengaruh yang positif dan negative
terhadap perkembangan jiwa, sikap, ahklak maupun agamanya.
Dari uraian dia atas, dapat dipahami bahwasanya lingkungan pembelajaran
pendidikan agama Islam adalah suatu lingkungan yang didalamnya
terdapat ciri-ciri yang memungkinkan terselenggaranya penmbelajaran
pendididkan agama Islam dengan baik. Fungsinya untuk menunjang
terjadinya pembelajaran secara aman, tertib dan berkelanjutan.
32


Dengan memperhatikan pengertian di atas dapat diidentifikasikan bahwa
lingkungan pembelajaran itu terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan
masyarakat dan lingkungan sekolah. Pada perkembangan selanjutnya lembaga
pendidikan ini disederhanakan menjadi lingkungan pembelajaran luar sekolah
dan lingkungan pembelajaran sekolah.
Dari uraian diatas, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwasanya
yang dimaksud dengan lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar
individu peserta didik yang berupa benda, orang, peristiwa, perasaan yang di
alaminya dan mempunyai pengaruh pada perkembangannya.
Pengaruh lingkungan dapat dikatakan positif bilamana lingkungan dapat
memberikan dorongan atau motivasi dan rangsangan kepada peserta didik
untuk berbuat hal-hal yang baik, sebagai contoh di sekolah anak mendapat
pelajaran pendidikan agama Islam dari pendidik agama Islam dan di rumah
anak selalu mendapatkan bimbingan dari orang tuanya, maka secara tidak

32
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Logos, J akarta,1997. hal.111.



62
langsung keagamaan anak didik tersebut akan selalu terpupuk dan berbina
dengan baik.
Bertolak dari keterangan tersebut, dapat ditarik garis pokoknya bahwa baik
buruknya lingkungan itu dapat mempengaruhi berhasil tidaknya pembelajaran
pendidikan agama Islam yang dilaksanakan oleh suatau lembaga pendidikan.
Faktor-faktor yang menjadi problem yang datang dari lingkungan antara
lain:
a. Lingkungan keluarga atau orang tua yang tidak aktif dalam menjalankan
ajaran agama Islam bahkan bersikap acuh tak acuh dengan aktivitas anaknya
sehari-hari.
b. Lingkungan masyarakat sekitarnya yang merupakan tempat hidup anak
didik dalam bersosialisasi bukanlah manyarakat yang agamis melainkan
masyarakat abangan.
c. Lingkungan kawan sehari-hari atau sering disebut sebagai lingkungan
pergaulan yang tidak baik dapat mendatangkan pengaruh negative yang
sangat kuat bagi perkembang anak didik, dimana pengaruh yang datangnya
dari kawan sulit sekali dihindari.
Di samping problema-problema yang telah penulis sebutkan di atas, juga
masih banyak lagi problema-problema yang lain sebagaimana para tokoh yang
mengamati adanya kelemahan-kelemahan dalam melakasanakan pembelajaran
pendidikan agama Islam di sekolah misalnya: Towaf mengamati adanya
kelemahan-kelemahan pembelajaran pendidikan agama di sekolah, antara lain
sebagai berikut:



63
a. Pendekatan masih cenderung normative, dalam arti pembelajaran
pendidikan agama Islam menyajikan norma-norma yang seringkali tanpa
ilustrasi kontek sosial budaya sehingga peserta didik kurang menghayati
nilai-nilai agama Islam sebagai nilai yang hidup dalam keseharian.
b. Kurikulum pembelajaran pembelajaran pendidikan yang dirancang di
sekolah sebernarnya lebih menawarkan minimum kopetesi atau minimum
informasi, tetapi pihak GPAI sering kali terpaku padanya, sehingga
semangat untuk memperkaya kurikulum dengan pengalaman belajar yang
bervariasi kurang tumbuh.
c. Sebagai dampak yang menyertai situasi tersebut maka GPAI kurang
berupaya menggali berbagai metode yang mungkin bias dipakai untuk
pembelajaran pendidikan agama sehingga pelaksanaan pembelajaran
cenderung monoton.
d. Keterbatasan sarana dan prasarana, mengakibatkan pengelolaan cenderung
seadanya. Pembelajaran pendidikan agama Islam yang diklem sebagai aspek
yang penting, sering kali kurang diberi prioritas dala urusan fasilitas.
Sedangkan merurut Amin Abdullah juga telah menyoroti kegiatan
pembelajaran pendidikan agama Islam yang selama ini berlangsung di sekolah,
antara lain sebagai berikut:
a. Pembelajaran pendidikan agama Islam lebih banyak terkonsentrasi pada
persoalan-persoalan teoritis keagamaan yang bersifat kognitif semata serta
amalan-amalan ibadah praktis.



64
b. Pembelajaran pendidikan agama Islam kurang concern terhadap persoalan
bagaimana mengubah pengetahuan agam yang kognitif menjadi makna
dan nilai yang perlu diinternalisasikan dalam diri anak didik lewat
berbagai cara, media dan forum.
c. Isu kenakalan remaja, perkelahian diantara para remaja, tindak kekerasan,
premanisme, konsumsi minuman keras dan sebagainya.
d. Metodologi pembelajaran pendidikan agama Islam tidak kunjung berubah
antara pra dan post era modernitas.
e. Pembelajaran pendidikan agama Islam lebih menitikberatkan pada
korespondensi-tekstual, yang lebih menekankan hafalan teks-teks
keagamaan yang sudah ada.
f. Sistem evaluasi, bentuk-bentuk soal-soal ujian agama Islam menunjukkan
prioritas utama pada kognitif dan jarang pertanyaan tersebut mempunyai
bobot muatan nilai dan makna spiritual keagamaan yang fungsional
dalam kehidupan sehari-hari.
33

3. Upaya Mengatasi Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
Sekolah
Dalam menghadapi kemajuan zaman seperti saat ini, maka pendidikan
agama Islam sangat perlu sekali untuk diberikan pada anak didik. Namun dalam
pelaksanaannya tidaklah semudah yang kita bayangkan, karena sebagai suatu
aktivitas yang mempunyai tujuan tentunya problem-problem yang dihadapi

33
Muhaimin MA-ABD Mujib., OP. Cit., hlm. 90



65
sangatlah komplek. Sehingga dalam penyelesaianya perlu adanya pemikiran dan
pertimbangan yang matang serta rasa tanggung jawab yang tinggi.
Suhubungan dengan hal ini, maka penulis akan membahas tentang upaya
mengatasi problematika atau hambatan dalam pembelajaran pendidikan agama
Islam di sekolah. Hal ini sesuai dengan batasan masalah yang penulis sajikan
dalam pembahasan, maka penulis akan mengemukakan upaya-upaya yang
dilakukan oleh pendidik agama Islam dalam mengatasi problematika
pembelajaran pendidikan agama Islam.
1. Anak Didik
Dalam dunia pembelajaran pendidikan agama Islam peserta didik
merupakan salah satu faktor yang terpenting oleh karena itu, segala sesuatu
yang ada kaitannya dengan individu anak didik, pendidik harus tanggap dan
berusaha mencari jalan keluarnya. Hal ini disebabkan karena anak didik selalu
mengalami perkembangan, dimana perkembangan ini sedikit banyak
dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan dari masing-masing peserta didik.
Adapun upaya yang di tempuh oleh pendidik agama Islam dalam
mengatasi masalah tersebut adalah dengan cara memberikan motivasi belajar
pada anak didik.
Berkenaan dengan ini Sardiman A.M. mengatakan bahwa:
Peran pendidik sebagai motivator ini sangatlah penting artinya dalam
rangka meningkatkan semangat dan pengembangan kegiatan belajara anak
didik. Pendidik dituntut dapat merangsang dan memberikan dorongan
untuk mendinamisasikan potensi anak didik, menumbuhkan aktivitasdan



66
kreativitas sehingga akan terjadi dinamika dalam proses belajar
mengajar.
34


J adi, kegiatan belajar anak didik dapat terjadi apabila anak didik ada
perhatian dan dorongan terhadap rangsangan belajar. Untuk itu, maka seorang
pendidik harus berupaya menimbulkandan mempertahankan perhatian serta
dorongan kepada anak didik untuk melakukan kegiatan belajar. Upaya
memberikan perhatian dan dorongan belajar kepada anak didik dapat
dilakukan pendidik dengan cara sebagai berikut:
a) Memberikan tugas rumah.
b) Membentuk kelompok belajar.
c) Menambah jam pelajaran
d) Mengadakan persaingan atau kompetisi
e) Memberi nasehat tentang pentingnya belajar terutama di era globalisasi ini

2. Pendidik
Bukan rahasia lagi kalau pendidik (pendidik) memiliki posisi yang
strategis dalam pengembangan segenap potensi yang memiliki anak didik.
Selagi ada kegiataan pembelajaran, maka disanalah pendidik sangat
dibutuhkan karena pada diri pendidiklah kejayaan dan keselamatan masa
depan bangsa dapat terjamin. Hal ini, karena pendidik mempunuyai kewajiban
dalam membentuk pribadi yang sejahtera lahir dan batin, baik itu yang
ditempuh melalui pembelajaran pendidikan agama Islam maupun umum.

34
Sardiman A.M, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, Rajawali Perss, J akarta, 1992.
hal.142.



67
Berkaitan dengan ini, maka pendidik harus mampu menjadi pendidik yang
professional, berorientasi pada anak didik secara penuh dalam kreatifitas
maupun aktifitas keseharian dalam pembelajaran. Untuk meningkatkan
profesionalisme pendidik pembelajaran pendidikan agama Islam, perlu
ditingkatkan melalui cara sebagai berikut:
a. Mengikuti penataran-penataran
Yang dimaksud dengan penataran ialah semua usaha pendidikan dan
pengalaman untuk meningkatkan keahlian pendidik dan pegawai guna
menyelamatkan pengetahuan dan keterampilan mereka dengan kemajuan
dan perkembagan ilmu pengetahuan dalam bidangnya masing-masing.
Adapun tujuan dari penataran ini adalah sebagai berikut:
1. Mempertinggi mutu para petugas dalam bidang posisinya masing-
masing.
35

2. Meningkatkan efisiensi kerja menuju kearah tercapainya hasil yang
optimal
3. Mengembangkan kegairahan kerja dalam meningkatkan kesejahteraan
(pendidik) pendidik.
36

b. Mengikuti kursus-kursus kepembelajaran.
Dalam menambah wawasan pendik agama Islam disarankan juga
mengikuti kursus terutama yang berkaitan dengan pembelajaran
pendidikan agama Islam dan juga kursus bahasa, seperti bahasa arab,
komputer dan sebagainya.

35
Muhammad Djumhur, Surya, Bimbingan Dan Penyuluhan Di Sekolah, C.V. Ilmu, Bandung,
1991. hal. 115.
36
Ibid., hlm. 115



68
Cakrawala pendidik harus luas dengan mengikuti perkembangan yang
selama ini terjadi sejalan dengan semaraknya internet. Bentuk kursus itu
sendiri tidak terbatas atau terikat baik dilkaukan secara inidividu maupun
kelompok.
c. Memperbanyak membaca buku.
Pendidik (pendidik) yang profesional tidak berpedoman pada satu
buku saja guna menambah bahan materi yang akan disampaikan. Dengan
begitu pendidik tidak kehabisan bahan dan anak didik sendiri akan tertarik
untuk terus mendengarkan penjelasan yang disampaikan pendidik
(pendidik), apalagi kalau pendidik mampu mengolah kata yang baik, maka
anak didik akan semakin cepat paham dan mengerti.
d. Mengadakan kunjungan kesekolah lain.
Suatu strategi yang tepat, apalagi mengadakan studi banding guna
bertukar fikiran dan pengalaman serta saling melengkapi dan mengatasi
problem yang dihadapi. Dengan begitu kita mampu mengetahui
kekurangan sebagai kendala kita dan kelebihan kita sekaligus dapat
meningkatkan mutu pendidikan yang baik dari pendidik agama Islam
sendiri maupun faktor lainnya
e. Tugas pendidik yang paling utama adalah mengajar, dalam pengertaian
menata lingkungan agar terjadi kegiatan belajar pada anak didik. Berbagai
kasus menunjukkan bahwa di antara para pendidik banyak yang merasa
dirinya sudah dapat mengajar dengan baik, meskipun tidak dapat
menunjukkan alasan yang mendasari asumsi itu, asumsi keliru tersebut



69
seringkali menyesatkan dan menurunkan kreatifitas, sehinngga banyak
pendidik yang suka mengambil jalan pintas dalam pembalajaran, baik
dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi.
Pendidik harus menyadari bahwa mengajar memiliki sifat yang sangat
komleks karena melibatkan aspek pedagogis, psikologis, dan didaktis secara
bersamaan. Aspek pedagogis menunjuk pada kenyataan bahwa mengajar
disekolah berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan, karena itu
pendidik harus mendampingi anak didik menuju kesuksesan belajar atau
kedewasaan. Aspek psikologios menunjuk pada kenyataan bahwa anak didik
yang belajar pada umumnya memiliki taraf perkembangan yang berbeda satu
dengan lainnya, sehingga menuntut materi yang berbeda pula. Demikian
halnya kondisi anak didik, kompetensi, dan tujuan yang harus mereka capai
juga berbeda. Selain itu, aspek psikologis menunjuk pada kenyataan bahwa
proses belajar itu sendiri mengandung variasi, sperti belajar menghafal, balajar
keterampilan motorik, belajar konsep, belajar sikap, dan seterusnya.
Perbedaan tersebut menuntut model mengajar yang berbeda sesuai dengan
jenis belajar yang sedang berlangsung. Aspek didaktis menunjuk pada
pengaturan belajar anak didik oleh para pendidik yang menuntut berbagai
prosedur didaktis, berbagai cara mengelompokkan anak didik, dan beraneka
ragam media pembelajaran. Oleh karena itu, pendidik harus menentukan
secara tepat jenis belajar yang paling berperan dalam proses pembalajaran
tertentu, dengan mengingat kompetensi dasar yang harus dicapai. Kondisi
eksternal yang harus diciptakan oleh pendidik menunjuk variasi juga dan tidak



70
sama antara jenis belajar yang satu dengan yang lain, meskipun ada pula
kondisi yang paling dominasi dalam segala jenis belajar. Dengan demikian,
pendidik harus memiliki pengetahuan yang cukup luas mengenai J anis-jenis
belajar yang ada dan kondisi-kondisi internal peserta didik, serta kondisi
eksternal yang mempengaruhinya.
Tugas pendidik dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampainan
informasi atau materi saja kepada peserta didik. Sesuai kemajuan dan tuntutan
zaman, pendidik harus memeliki kemampuan untuk memehami anak didik
dengan berbagai keunikannya agar mampu membantu mereka dalam
menghadapi kesulitan belajar. Dalam pada itu, pendidik dituntut memahami
berbagai model pembelajaran yang efektif agar dapat membimbing anak didik
secara optimal.
Dalam kaitannya dengan perencanaan, pendidik dituntut untuk membuat
persiapan mengajar yang efektif dan efisien. Namun dalam kenyatannya,
dengan berbagai alasan, banyak pendidik yang mengambil jalan pintas dengan
tidak membuat persiapan ketiaka mau melakukan pembelajaran, sehingga
pendidik mengajar tanpa persiapan. Mengajar tanpa persiapan, di samping
merugikan pendidik sebagai tenaga profesional juga akan sangat mengganggu
perkembangan anak didik. Banyak perilaku pendidik yang negative dan
menghambat perkembngan anak didik yang diakibatkan oleh perilaku
pendidik yang suka mengambil jalan pintas dalam pembelajaran.
Agar tidak tergiur untuk mengambil jalan pintas dalam pembelajaran,
pendidik hendaknya memandang pembelajran sebagai suatu sistem, yang jika



71
salah satu komponennya terganggu, maka akan mengganggu seluruh sistem
tersebut.
Keadaan pendidik yang kesejahteraanya kurang maka akan mengakibatkan
terhadap kurang bergairahnya pendidik untuk mengembangkan potensi dirinya
dan kurang focus seorang pendidik terhadap pendidikan dan kesuksesan anak
didik oleh karena itu maka jalan keluarnya:
a. Pemerintah menaikan gaji para Pendidik yang pegawai negeri sipil{PNS},
dengan demikian diharapkan supaya para pendidik itu bisa focus terhadap
pendidikan atau profesinya sebagai seorang pendidik, dengan kenaikan
gaji itu diharapkan juga supaya pendidik itu bisa mengembangkan potensi
dirinya misalnya dengan membeli buku dan mengikuti kursus
kependidikan.
b. Harus ada perhatian dari lembaga pendidikan terhadap pendidik dalam
artian lembaga mengusahakan untuk memberikan kesejahteraan para
pendidik, misalnya para pendidik swasta pihak lembaga bisa memberi
bayaran yang sepantasnya hal ini bisa di implimentasikan lewat minta
bantuan swadaya masyarakat ( wali anak didik)
c. Pihak lembaga menyediakan buku-buku yang berkaitan dengan pendidikan
agar supaya para pendidik bisa mengembangkan potensi dirinya lewat
membaca buku tersebut.
3. Kurikulum Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Salah satu komponen operasional pembelajaran pendidikan agama Islam
sebagai sistem adalah materi atau disebut juga sebagai kurikulum. J ika



72
demikian, maka materi yang disampaikan oleh pendidik ( khususnya pendidik
agama Islam) hendaknya mampu menjabarkan seluruh materi yang terdapat
didalam buku dan tentunya juga harus ditunjang oleh buku pegangan pendidik
lainnya agar pengetahuan anak didik tidak sempit. Disamping itu materi yang
diberikan harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak didik dan tujuan
pembelajaran. Sesuai dengan pernyataan Nur Uhbiyati mengenai defenisi
kurikulum:
Kurikulum adala sejumlah pegalaman pembelajaran, kebudayaan social,
oleh raga dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi anak didik-anak
didik didlam dan diluar sekolah dengan maksud menolongnya
untukperkembangan mnyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah
laku mereka sesuai dengan tujuan pembelajaran
37


Namun merealaisasikan kurikulum yang ada disuatu lembaga pendidikan
bukanlah suatu hal yang mudah, sedangkan alokasi waktu untuk pembelajaran
pendidikan agama Islam sangat sedikit. Dengan demikian dapat menjadi
problem dalam pembelajaran pendidikan agama Islam. Maka dari itu pendidik
harus pandai-pandai mencari upaya-upaya jalan keluarnya, jalan keluarnya
sebagai berikut:
1. Menambah jam pelajaran.
Alaokasi waktu pembelajaran pendidikan agama Islam yang terdapat
dalam GBPP yang hanya 2 jam merupakan kendala, sebab materi yang
disampaikan sangat banyak berdasarkan rumusan kurikulum yang ada. Oleh
karena itu perlu penabahan waktu jam pelajaran.

37
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam II, C.V. Pustaka Setia, Bandung, 1997. hal. 75.



73
Penambahan jam pelajaran ini untuk mengimbangi padatnya isi
kurikulum. Adapun maksud dari penambahan jam pelajaran ini agar materi
pembelajaran pendidikan agama Islam yang disampaikan dapat terpenuhi
seluruhnya, pendidik memiliki waktu yang cukup sehingga dapat
menerangkan materi yang ada secara jelas dan gamlang sesuai yang
direncanakan.
2. Menganjurkan belajar kelompok.
Kelompok belajar dibentuk oleh pendidik (pendidik) agama Islam
antar anak didik yang dasar pengetahuan agamanya tinggi dengan yang
kurang mampu dapat saling bertukar fikiranan dan anak didik yang belum
faham dapat bertanaya pada temannya yang sudah faham sehingga pendidik
tidak perlu lagi mengulang-ulang materi yang telah disampaikan.
3. Menyesuaikan tingkat materi pembelajaran dengan kemampuan anak didik
serta dengan waktu yang tersedia.
Penyesuaian tersebut harus dilakukan pendidik, sebab pemberian
sesuatu bila sesuai dengan obyek pendidikannya, maka pencapaian tujuan
pembelajaran pendidikan agama Islam akan mudah dicapai. Oleh karena itu,
pendidik agama Islam di dalam pembelajaran harus menyapaikan materi
sesuai dengan kemampuan dan tingkat kecerdasan anak didik, sebab hal
tersebut dilakukan untuk meningkatkan minat, motivasi, respon dan
keaktifan anak didik.
4. Alat Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.



74
Untuk meningkatkan alat pembelajaran pendidikan agama Islam, pendidik
handaknya berusaha untuk dapat memperoleh sesuatu, maka harus
menyediakan alat pembelajaran yang memungkinkan untuk dipakai dalam
melaksanakan pembelajaran pendidikan agama Islam. Sebab jika tidak
demikian, maka akan menjadi problem proses pembelajaran pendidikan agama
Islam itu. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Imansjah
Alipandie sebagai berikut ini:
Maksud dan tujuan alat Bantu pembelajaran ialah memberikan variasi
dalam cara-cara pembelajarn, memberikan lebih banyak realitas dalam
pembelajaran sehingga lebih terwujud dan lebih terarah untuk mencapai
tujuan
38


Dari segi alat pendidikan pembelajaran penididikan agama Islam
diperlukan adanya usaha meningkatkan, yaitu dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
a) Mengerti secara mendalam tentang fungsi alat pembelajaran.
b) Mengerti penggunaan media Pembelajaran secara tepat dalam proses
belajar-mengajar.
c) Mampu membuat alat-alat pembelajaran secara mudah dan sederhana.
d) Mampu memilih media yang tepat sesuai dengan tujuan dan isi pelajaran
yang diajarkan.
5. Lingkungan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Lingkungan pembelajaran itu tidak hanya mengacu pada lingkungan
dalam sekolah saja akan tetapi lingkungan sekitar tempat tinggal anak didik,

38
Imansjah Alipandie, Didktik Metodik Pendidikan Umum, Usaha Nasional, Surabaya. 1984.
hal.153.



75
teman sepergaulannya dan keluarga terutama akan sangat berpengaruh sekali
pada tingkah laku dan pola pikir anak. Untuk memantau kegiatan anak didik
sehari-hari tidak mungkin dilakukan oleh pendidik sendiri akan terapi perlu
adanya kerjasama dengan orang tua (wali anak didik). Apalagi orang tua pada
umumnya tidak mnguasai masalah-masalah mengenai pembelajaran dan
pengajaran. Hal ini merupakan salah satu faktor yang menimbulkan kesukaran
tertentu bagi pendidik agama Islam dalam rangka membentuk pribadi anak
didik. Karena Pendidik (pendidik) agama Islam mengalami suatu kesukaran
dalam menyelaraskan antara pembelajaran yang diberikan pendidik di sekolah
dan yang diberikan orang tua di rumah. Dan untuk mngetahui tingkat
perkembangan atau pergaulan anak didik serta untuk menyeimbangkan antara
pembelajaran yang diberikan pendidik dan orang tua di rumah maka harus
dicarikan jalan keluar sebagai berikut:
a. Memberikan penerangn-penerangan melalui pertemuan-pertemuan orang
tua anak didik dan pendidik.
b. Memberi penerangan-penerangan melalui surat kabar, majalah, radio dan
sebagainya( tentunya harus ada kerjasama denagn pihak Departemen P dan
K).
39

c. J adi dengan cara seperti itu diharapkan ada kerjasama antara pendidik dan
orang tua dalam memantau tingkat pergulan anak mengingat pada era
modern seperti sekarang ini pengaruh negative mempunyai banyak peluang
dalam mempengaruhi pergaulan anak yang pada akhirnya akan

39
Dewa Kethut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah, Usaha Nasional,
Surabaya, 1983. hal. 94.



76
mengakibatkan damapak negative terhadap pembelajaran pendidikan agama
Islam anak didik.
























77
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif
karena penelitian ini merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat deskriptif
kualitatif. Dikatakan deskriptif kualitatif karena penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan hasil pengolahan data yang berupa kata-kata, gambaran umum
yang terjadi di lapangan
Arikunto dalam bukunya yang berjudul Prosedur Penelitian: Suatu
Pendekatan Praktek menjelaskan bahwa: jika penelitian yang dalam
pengumpulan data dan penafsiran hasilnya tidak menggunakan angka, maka
penelitian tersebut dinamakan penelitian kualitatif. Meskipun demikian, bukan
berarti bahwa dalam penelitian kualitatif tidak diperbolehkan menggunakan
angka. Dalam hal tertentu bisa menggunakan angka, seperti menggambarkan
kondisi suatu keluarga (menyebutkan jumlah anggota keluarga, menyebutkan
banyaknya biaya belanja sehari-hari, dan sebagainya), tentu saja bisa. Yang tidak
diperbolehkan mempergunakan angka dalam hal ini adalah jika dalam
pengumpulan data dan penafsiran datanya menggunakan rumus-rumus statistik.
sedangkan penelitian yang dalam pengumpulan data dan penafsiran hasilnya
menggunakan angka, maka penelitian tersebut dinamakan penelitian kuantitatif.
40


40
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (J akarta:
Rineka Cipta, 2002), hal. 10



78
Berdasarkan pengertian diatas, dapat dipahami bahwa jika pengumpulan
dan penafsiran datanya tidak menggunakan angka, maka disebut penelitian
kualitatif. Sedangkan dalam pengumpulan dan penafsiran datanya menggunakan
angka disebut penelitian kuantitatif. Oleh karena itu, jenis data yang digunakan
adalah kualitatif, karena data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah berupa
gambaran, gejela, dan fenomena yang terjadi.
Sehingga dengan demikian, karena jenis datanya hanya berupa gambaran,
gejala, dan fenomena yang terjadi, maka jenis penelitian ini adalah penelitian
kualitatif. Dan dilihat dari jenis penelitiannya, penelitian ini disebut penelitian
lapangan (studi kasus), yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara intensif,
terinci, dan mendasar tentang suatu organisme, lembaga atau gejala tertentu. J adi
tujuan penelitian kasus/lapangan adalah mempelajari secara intensif tentang latar
belakang berdasarkan keadaan sekarang, interaksi lingkungan suatu unit sosial,
individu, kelompok, lembaga, atau masyarakat.
41
J adi, dengan demikian jenis
penelitiannya adalah penelitian kualitatif. Dan penelitian ini disebut penelitian
studi kasus karena peneliti akan menggali data tentang informasi mengenai
Problematika Pembelajaran pendidikan Agama Islam di SD Negeri Moncek
Timur Lenteng Sumenep.
B. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian skripsi ini, peneliti adalah sebagai instrumen dan
sekaligus sebagai pengumpul data. Selain itu, instrumen pendukungnya dalam
penelitian ini adalah pendoman wawancara, pedoman observasi, dan pedoman

41
S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan, (J akarta: Rineka Cipta, Cet II,
2000), hal. 9



79
dokumentasi. Kemudian mengenai statusnya, peneliti adalah sebagai pengamat
penuh serta diketahui oleh subyek atau informan.
C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian skripsi ini adalah di SD Negeri Moncek Timur Lenteng
Sumenep. Pemilihan lokasi penelitian ini, penulis berdasarkan atas beberapa hal,
yaitu: Ingin mengetahui proses pembelajaran pendidikan agama Islam, problem
yang dihadapi dalam pembelajaran pendidikan Islam, dan bagaimana cara
mengatasi problem, yang dilakukan oleh SD Negeri Moncek Timur Lenteng
Sumenep. Peneliti meneliti SD Negeri Moncek Timur Lenteng Sumenep dengan
beberapa alasan yang antara lain:
1. Karena lembaga dekat dengan rumah peneliti dengan harapan peneliti bisa
membantu mengatasi problem-problem yang dihadapi oleh lembaga itu.
2. Karena keterbatasan dana yang dimiliki oleh peneliti. Oleh karena itu peneliti
meneliti lembaga yang dekat dengan rumah peneliti.
D. Sumber Data
Sumber data dalam sebuah penelitian adalah subjek dari mana data
tersebut diperoleh.
42
J ika dalam pengumpulan datanya peneliti menggunakan
kuesioner, maka sumber datanya adalah responden. J ika dalam pengumpulan
datanya peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya adalah
informan.
Dalam penelitian ini, yang menjadi sumber data adalah semua unsur yang
ada kaitannya dengan Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,

42
Moh. Nazir, Metode Penelitian.J akarta, Galia Indonesia, 1998. hal. 107



80
seperti:, pendidik agama Islam dan anak didik {data primer} Selain itu, sumber
datanya berupa sarana dan prasarana dan kepala sekolah (data skunder) yang ada
di SD Negeri Moncek Timur Lenteng Sumenep.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Metode Observasi
Metode observasi merupakan sebagai pencatatan sistematik fenomena-
fenomena yang diselidiki.
43
Dengan demikian peneliti terjun langsung ke
lapangan ataupun pada sebuah lembaga pendidikan dengan mengadakan
pengamatan (melihat, mendengar dan bertanya) dan mencatat keadaan yang
terjadi pada lembaga tersebut yang dijadikan obyek penelitian. Adapun jenis
observasi yang peneliti gunakan adalah observasi langsung (direct observation),
yaitu cara pengambilan data dengan pengamatan yang dilakukan tanpa
perantara (secara langsung) terhadap obyek yang diteliti. Peneliti melakukan
pengamatan atau observasi untuk mengetahui Problematika Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SD Negeri Moncek Timur Lenteng Sumenep.
2. Wawancara (Interview)
Menurut S. Margono, wawancara merupakan sebuah alat pengumpul
informasi dengan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk menjawab secara
lisan pula.
44
Hal senada dikatakan oleh Lexy. J . Moleong, wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu antara pewawancara (interviewer) dan

43
Lexy J . Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 2000), hal. 136
44
S. Margono, Op.Cit. hal. 165



81
yang diwawancarai (interviewee).
45
Sehubungan dengan kebutuhan penelitian
ini dalam menggunakan metode interview, peneliti menggunakan beberapa
pendekatan antara lain:
a. Interview bebas, dimana pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi
juga mengingat pada data apa yang akan dikumpulkan. Hubungan
interviewer dan interviewee dalam suasana biasa dan wajar. Interview bebas
berguna untuk mendapatkan data dari informan yang mengetahui tentang
Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
b. Interview terpimpin, yaitu interview yang dilakukan pewawancara dengan
membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci. Keluwesan untuk
mengadakan pertanyaan pendalaman terbatas. Wawancara ini dilakukan
untuk mengurangi sedapat-dapatnya variasi/bias yang kemungkinan bisa
terjadi pada informan yang jumlahnya lebih dari satu. Peneliti menggunakan
interview ini untuk mendapatkan data dari informan: guru agama, siswa, dan
lain-lain.
c. Interview bebas terpimpin, yaitu kombinasi antar interview bebas dan
terpimpin. J enis wawancara ini mengharuskan pewawancara membuat
kerangka dan garis besar. Pokok-pokok yang ditanyakan dalam proses
wawancara. Namun tidak perlu ditanyakan secara berurutan, sehingga ada
peluang mengadakan pendalaman atas pertanyaan yang diajukan. Peneliti
menggunakan interview ini sama halnya dengan interview terpimpin yaitu
untuk mendapatkan data dari informan guru agama, siswa, dan lain. Akan

45
Lexy J . Moleong, Op.Cit. Hal. 5



82
tetapi, dalam wawancara ini peneliti tidak membawa sederetan pertanyaan
yang lengkap dan terperinci, penulis hanya membawa kerangka pertanyaan
beberapa hal tentang Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
di SD Negeri Moncek Timur Lenteng Sumenep.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan tehnik pengumpulan data dengan jalan
memanfaatkan dokumen (bahan tertulis atau gambaran-gambaran penting/film
yang mendukung obyektifitas penelitian).
46
Peneliti menggunakannya untuk
mengetahui sejarah berdirinya dan perkembangan SD Negeri Moncek Timur
Lenteng Sumenep serta beberapa hal yang berkaitan dengan Problematika
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
F. Tehnik Analisis Data
Setelah data yang dibutuhkan terkumpul, maka dilanjutkan dengan analisa
data. Peneliti akan mengulas dan menganalisis data tersebut dengan menggunakan
analisis deskriptif kualitatif. Ini dimaksudkan untuk menginterpretasikan data dari
hasil penelitian, untuk mengolah data yang terkumpul maka dalam penulisan
skripsi ini akan menggunakan yang sesuai dengan sifat dan jenis datanya.
Penelitian diskriptif ialah merupakan penelitian non hipotesis
sebagaimana pendapat Suharsimi Arikunto yang mengemukakan bahwa penelitian
diskriptif itu dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya
menggambarkan apa adanya tentang suatu variable, gejala atau keadaan.

46
Ibid., hal. 103



83
Analisi diskriptif kualitatif merupakan suatu teknik yang
menggambarkan, menguraikan, dan menginterpretasikan arti data-data yang
terkumpul dengan memberi perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek
situasi yang di observasi, sehingga memperolah gambaran secara umum dan
menyeluruh tentang keadaan yang sebenarnya. Menurut M. Nizar bahwa tujuan
deskriptif ini ialah untuk membuat deskripsi, lukisan secara sistematis, factual,
dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki.
47

Untuk menganalisis data yang bersifat kualitatif ini akan digunakan teknik
reflektif thinking yaitu denagn mengkombinasikan cara berfikir deduktif dan
induktif, dengan cara ini maka analisanya bersumber dari hasil interview yang ada
hubungan dengan pokok bahasan diatas yaitu mengombinasikan antara berfikir
deduktif dan induktif untuk kemudian ditarik kesimpulan.
G. Pengecekan Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan temuan atau juga dikenal dengan validitas data
merupakan pembuktian bahwa apa yang telah diamati oleh peneliti sesuai dengan
apa yang sesungguhnya ada di lapangan (dunia kenyataan), dan apakah penjelasan
yang diberikan tentang dunia memang sesuai dengan yang sebenarnya ada atau
tidak.
48
Maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik untuk mengetahui
validitas data dengan mengadakan:

47
M. Nizar Op.Cit. hal.63
48
Nasution, Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif, (Bandung: Trasito, 1996),
hal. 105



84
1. Triangulasi, diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan
berbagai cara, dan berbagai waktu.
49
Menurut Moleong yang dikutip Ida
Bagoes Mantra menyatakan; membandingkan hasil data dengan sumber lain,
membandingkan hasil penelitian dengan hasil perhitungan dengan
menggunakan metode analisis yang berberbeda.
50
Peneliti memperoleh data
mengenai Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dari guru
agam dan siswa, serta peneliti memerlukan beberapa dokumen-dokumen resmi
maupun tidak resmi untuk memastikan kebenaran kegiatan yang dilakukan
oleh lembaga tersebut.
2. Menggunakan bahan referensi, adalah adanya pendukung untuk membuktikan
data yang telah ditemukan oleh peneliti.
51
Peneliti memperoleh data mengenai
Problematika Pembelajaran Pendidikan agama Islam dengan menggunakan
wawancara langsung dan dokumentasi.
3. Member Chek, adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada
pemberi data
52
Setelah peneliti mentranskrip hasil wawancara atau mencatat
hasil pengamatan atau mempelajari dokumen, kemudian mendiskripsikan,
menginterpretasikan dan memaknai data secara tertulis, kemudian
dikembalikan kepada sumber data untuk diperiksa kebenarannya, ditanggapi,
dan jika perlu ada penambahan data baru. Member check dilakukan segera
setelah ada data yang masuk dari sumber data dan setelah draf skripsi sesudah
jadi secara utuh.

49
Sugiono, Memahmi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabet, 2005), hal. 125
50
Ida Bagoes Mantra, Filsafat Penelitian dan Metode penelitian Sosial, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2004), hal. 91
51
Sugiono, Op. Cit. hal. 128
52
Ibid., hal. 129



85
H. Tahap-tahap Penelitian
Untuk mndapatkan data tentang Problematika Pembelajaran
Pendidikan agama Islam di SD Negeri Moncek Timur Lenteng Sumenep,
penulis mendatangi langsung obyek penelitian dan mengambil data-data yang
diperlukan dengan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data. Lebih
jelasnya langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagaimana di bawah
ini.
1) Persiapan
Dalam suatu kegiatan, persiapan merupakan unsur-unsur yang
sangat penting. Begitu juga dalam kegiatan penelitian, persiapan merupakan
unsur yang perlu diperhitungkan dengan baik sebab yang baik akan
memperlancar jalannya penelitian. Sehubungan dengan judul dan rumusan
masalah yang telah disebutkan pada bab terdahulu, maka persiapan dalam
melaksanakan penelitian ini adalah menyusun rencana penelitian dalam bentuk
proposal penelitian tentang Problematika Pembelajaran pendidikan agama
Islam. Kemudian mengurus surat pengantar ijin melaksanakan penelitian dan
mempersiapkan instrumen penelitian.
2) Pelaksanaan
Setelah persiapan dianggap matang, maka tahap selanjutnya adalah
melaksanakan penelitian. Dalam pelaksanaan tahap ini peneliti mengumpulkan
data-data yang diperlukan dengan menggunakan beberapa metode, antara lain:
Observasi, Wawancara/interview, dan Dokumentasi.
3) Penyelesaian



86
Setelah kegiatan penelitian selesai, penulis mulai menyusun
kerangka laporan hasil penelitian dengan mentabulasikan dan menganalisis data
yang telah diperoleh dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif, yaitu
analisis data dilakukan dengan menata dan menelaah secara sistematis semua
data yang diperoleh. Kemudian dari hasil penelitian tersebut dibahas dengan
menggunakan teori-teori yang sudah ada pada bab sebelumnya.





















87
BAB IV
HASIL PENELITIAN

1. TENTANG SEKOLAH DASAR NEGERI MONCEK TIMUR
A. Diskripsi lokasi
Letak SDN Moncek Timur di daerah pengunungan yang lingkunganya
agamis, terbukti di sekitar SDN Moncek Timur Lenteng terdapat beberapa
madrasah dan pesantren. Sekolah ini termasuk di wilayah kecamatan Lenteng
yang berjarak kurang 5 Kilo Meter darinya.
SDN Moncek Timur, disebut juga Sekolah Dasar Negeri Desa Moncek
Timur. Letaknya di perbatasan empat desa: disebelah timur dibatasi desa
Gingging, disebelah utara desa Banaresep Timur, disebelah barat dibatasi desa
Moncek Tengah sedangkan diarah selatan dibatasi desa Karduluk .
Masyarakat di sekitar sekolah Dasar Negeri ini mayoritas muslim. Dan
merupakan penduduk asli pribumi secara turun temurun. Hal demikian
membuat karekter kemasyarakatan dengan seluruh warisan budayanya tetap
terjaga dengan baik ditengah perubahan zaman yang selalu bergulir.
B. Sejarah Berdirinya
SD Negeri Moncek Timur Lenteng Sumenep berdiri pada tahun 1978 latar
belakang berdirinya sekolah ini adalah karena jauhnya anak didik yang harus
sekolah ke Moncek Tengah, dengan demikian maka masyarakat dan tokoh
yaitu H.Habibullah musyawarah dirumah H. Habibullah di Moncek Timur
yang pada intinya ingin mengajukan permohonan ke diknas Kabupaten



88
Sumenep agar supaya didirikan sekolah dasar negeri di moncek Timur,
permohonan masyarakat itu dikabulkan oleh diknas Kabupaten dan pada
tahun 1978 didirikan SD Negeri Moncek Timur. Situasi politik yang memanas
di J akarta pada tahun 1997 berimbas ke desa Moncek Timur yaitu dengan di
bakarnya SD Negeri Moncek Timur oleh santri pondok pesantren An-
Nuqayah dan sebagian masyarakat Moncek Timur. Pembakaran sekolah ini
dilatar belakangi oleh marahnya santri dan sebagian masyarakat terhadap
pemerintah yang dianggap curang pada pelaksanaan pemilu tahun 1997.
akibat dari pembakaran ini banyak buku paket dan sarana dan prasarana yang
hangus.
C. Visi Dan Misi
1. Visi SDN. Moncek Timur Kecamatan lenteng
a. Mewujudkan anak didik beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa ( berimtaq)
Unggul dalam aktivitas keagamaan ( Mengamalka ajaran agama
Islam)
Unggul dalam bermoral dan berbudi pekerti yang luhur
Unggul dalam kepedulian sosial
b. Mewujudkan anak didik berilmu pengetahuan dan bertehnologi ( ber
Imtaq )
Unggul dalam mencapai pestasi belajar
Unggul dalam beraktivitas
Unggul dalam kesenian dan olah raga



89
Unggul dalam kedisiplinan atau peraturan.

2. Misi SDN Moncek Timur Kecamatan Lenteng
a. Menumbuhkan penghayatan terhadap agama Islam, sehingga menjadi
sumber kearifan dalam bertindak.
b. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, sehingga
setiap anak didik dapat berkembang secara optimal sesuai dengan
potensi yang dimilikinya.
c. Menumbuhkan semangat keunggulan secara kontinu kepada seluruh
warga sekolah.
d. Mendorong dan membantu setiap anak didik untuk menggali potensi
dirinya, sehingga dapat dikembangkan kemampuan yang dilimiki secara
optimal.
D. Tujuan Sekolah
Bertitik tolak dari visi dan misi sekolah tersbut, maka SDN Moncek Timur
mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Anak didik dapat melaksanakan ibadah sesuai dengan ajaran agama Islam.
2. Anak didik memiliki teman asuh di masing-masing kelas.
3. Melaksanakan pendidikan keterampilan di kelas IV, V, VI.
4. Pada tahun pelajaran 2005-2006 anak didik naik kelas 99%
5. Anak didik kelas VI yang telah lulus tahun pelajaran 2005-2006 dapat
masuk di SLTP atau MTs.



90
6. Pada tahun pelajaran 2005-2006 memiliki cabang olah raga yang mampu
menjadi finalis di tingkat kecamatan.
7. Mampu melaksanakan wawasan Wiyatamandala.
E. Kondisi Sekolah
Kondisi obyektif sekolah, mempunyai pengertian dimana suatu kondisi
atau suatu keberadaan sekolah secara nyata dapat membantu maupun tidak
dapat membantu secara kondusif terselenggaranya pendidikan di SDN
Moncek Timur Kecamat lenteng.
Letak SDN Moncek Timur di daerah pengunungan yang lingkunganya
agamis, terbukti di sekitar SDN Moncek Timur Lenteng terdapat berapa
madrasah dan pesantren.
Dalam rangka menciptakan kondisi yang diinginkan SDN Moncek Timur
dapat mencapai tujuan sebagaimana visi dan misi serta tujuan pendidikan
sekolah secara efektif dan efesien maka seluruh sumber daya pendidikan yang
ada di sekolah perlu dikelola dan didayagunakan seoptimal mungkin, sumber
daya yang berupa pendidik, penjaga sekolah, anak didik dan wali anak didik (
sebagai komite sekolah ) secara langsung, Dana sarana, dan prasarana, metode
pembelajaran dan seterusnya harus diorganisir guna mencapai tujuan yang
diinginkan oleh SDN Moncek Timur Kecamatan Lenteng Kabupaten
Sumenep.






91
Dalam pembahasan kondisi obyektif SDN Moncek Timur ini meliputi:
a. Data Gedung
Gedung merupakan sarana yang esensi dalam rangka menunjang
kegiatan pembelajaran di lembaga pendidikan khususnya di SDN Moncek
Timur, sedangkan gedung di SDN Moncek Timur terdiri dari:
1. Unit pertama Inpres 3/77
Dengan nomor statistik bangunan:
Gedung ini terdiri 4 ruang : 1 ruang untuk Pendidik/kepala sekolah, 3.
ruang untuk ruang kelas I, II, dan kelas III. Kalau melihat kodisi keadaan
gedung ini sudah memerlukan pebaikan.
2. Unit ke 2 Inpres 3/78
Dengan nomor statistik bangunan:
Gedung ini terdiri 3 ruang semua untuk tempat kegiatan belajar mengajar,
yaitu untuk kelas IV, V, dan kelas VI. Ketiga ruangan itu sudah
memerlukan perbaikan berat.
b. Data Pendidik/ Pegawai
Pada tahun pelajaran 2006-2007 jumlah pegawai SDN Moncek
Timur Kecamatan Lenteng sebanyak 9 orang dengan rincian sebagai
berikut:
6 Orang sebagai Pendidik kelas
1 Orang sebagai pendidik Pendidikan agama Islam
1 Orang sebagai pendidik Pendidikan J asmani dan Kesehatan
1 Orang sebagai penjaga sekolah



92
Untuk memperjelas data kepegawaian ini dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:
TABEL I
DATA PENDIDIK / PEGAWAI TAHUN 2006-2007
NO NAMA L/P
GOLONGAN
RUANG
JABATAN
1.


2.



3.


4.

5.

6.


ABDULLAH,BA


Drs. KHOLILI



ABD. RAHIM ,S.Pd


SUDIRMAN, S.Pd

ANWARI, SPd.

ELPRIDA BR


L


L



L


L

L

P


VI a


III c



III c


III c

III b

III b


Kepala Sekolah
dan Guru kelas
II
Guru Kelas VI



Guru Kelas III


Guru Kelas IV

Guru Kelas V

Guru Kelas I





93
7.

8
SUNARJ I

SUPRIYADI
MOH.MAZHARI.
L

L
L
I b Penjaga SD

Guru Penjaskes
Guru PAI

Pendidik tersebut di atas selain melaksanakan kegiatan belajar
mengajar dan membimbing anak didik, Ia juga membantu kepala sekolah
dalam meenyelesaikan administrasi.
Untuk mewakili secara langsung di dalam kegiatan sekolah maka
Bapak Khalili, Ama Pd ditunjuk sebagai wakil kepala sekolah

c. Data Anak didik
Keberadaan anak didik di suatu lembaga pndidikan merupakan
penentu yang dominan dan merupakan modal dasar untuk keberhasilan
tujua yang hendak dicapai, manakala anak didik tersebut dimamfaatkan
sebaik-baiknya dalam meningkatkan prestasi belajar.
Keberadaan anak didik SDN Moncek Timur tahun pelajaran 2006-
2007 sebagai berikut:
TABEL II
DATA ANAK DIDIK TAHUN PELAJARAN 2006-2007
JUMLAH ANAK DIDIK NO.

KELAS
L P
JML. KET.
1.
2.
3.
4.
I
II
III
IV
20
29
20
17
11
11
15
17
31
40
35
34




94
5.
6.
V
VI

11
8
16
13
27
21
JUMLAH 93 84 188

Data anak didik ini diambil pada tanggal 30 Agustus 2006, hal ini
untuk menjaga kevalidan dari data yang diambil, mengingat pada bulan
J uli 2006 masih ada anak didik yang dimutasi atau anak didik baru untuk
kelas I.
Dalam rangka menciptakan suasana dan kondisi transparansi
akuntabel dan demokrasi dalam penyelenggaraan serta untuk mendukung
suksesnya penyelenggaraan pendidikan di SDN Moncek Timur, maka
telah dibentuk komete sekolah berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan
Nasional nomor : 044/U/2002 tanggal 2 Apri 2002 . Dengan komposisi
kepenpendidiksan Komete sekolah di SDN Moncek Timur Kecamatan
Lenteng Kabupaten Sumenep
Ketua : Muhammad Mazhar
Wakil Ketua : H. Madruki
Sekretaris : Hasan
Wakil Scretaris : Matrop
Bendahara : Abdul Ghafur
Wakil Bendahara : Kholili
F. Kondisi Yang Diharapkan
Kondisi yang diharapkan oleh SDN Moncek Timur adalah terwujudnya
atau terlaksananya Visi dan Misi SDN Moncek Timur yang telah dibahas
sebelumya



95
Untuk tidak terjadi suatu kerancuan dengan istilah illustrasi belaka, maka
dalam mengimplementasikan visi dan misi tersebut perlu adanya tahapan-
tahapan yang diharapkan agar visi dan misi tersebut tercapai.
Adapun kodisi yang diharapkan tersebut adalah:
I. PENDIDIK, DAN WALI ANAK DIDIK
1. Pendidik benar-benar sebagai tenaga profisional kependidikan dan
menghayati serta mengamalkan keprofsionalannya.
2. Pendidik sebagai pengemban tanggung jawab dan amanah dari wali
anak didik yang harus dipertanggung jawabkan secara kedinasan
maupun moral.
3. Adanya keseimbangan kerja antar sesama pendidik di sekolah.
4. Sebagai pendidik selalu tekun untuk mengevaluasi pekerjaan anak didik
baik disekolah maupun kepekerjaan rumah.
5. Pendidik hendaknya memberi contoh moral baik pada anak didiknya.
6. Wali anak didik tidak hanya menyerahkan tanggung jawab pada sekolah
semata-mata, akan tetapi menjadi tanggung bersama antara sekolah dan
wali anak didik. Sehingga tercapai apa yang diharapkan oleh wali anak
didik maupun pendidik
7. Wali anak didik dapat memberi motivasi pada anak-anaknya agar giat
untuk belajar
8. Wali anak didik dapat membantu mensukseskan penyelenggaraan
pendidikan di sekolah




96
II. ANAK DIDIK
1. Anak didik patuh dan ikhlas menjalankan ibadah
2. Anak didik kelas IV,V, dan kelas VI fasih membaca Al-Quran.
3. Anak didik dapat berbudi pekerti yang luhur.
4. Anak didik dapat mentaati aturan sekolah/ kelas secara ikhlas.
5. Anak didik dapat; menyelesaikan tugas-tugas sekolah maupu tugas
pekerjaan rumah
6. Anak didik kelas VI setelah lulus dapat diterima di SMP maupu MTs.
III SARANA DAN PRASARANA
1. Situasi sekolah/ kelas yang menyenangkan
2. Tersedianya buku paket
3. Tersedianya buku penunjang
4. Tersedianya lembar kerja siswa ( LKS )
5. Alat peraga yang cukup memadai
6. Terlaksananya tertib administrasi sekolah / kelas
7. Terciptanya 5 K
8. Terselesainya 2 buah kamar kecil
9. Tersedianya sebuah Mushalla
10. Tersedianya lapangan olah raga
11. Terselesainya tempat parkir
Kondisi yang diharapkan di SDN Monck Timur yang tertuang dalam visi
dan misi, maka pembahasan tersebut diatas dapat membantu terciptanya misi
SDN Moncek Timur yang kondusif. Dalam faktanya Pendidikan di sekolah ini



97
tambah lebih baik dan maju manakala dibanding dengan keberadaan sekolah
sebelumya.
Oleh karena itu perlu selalu dilakukan intruspeksi dan evaluasi serta
inovasi dalam strategi pembelajaran maupun dalam strategi pembenahan
sarana dan prasarana yang lebih baik.
G. Program Sekolah
Dalam penyusunan program kerja ini SDN Moncek Timur bertitik tolak
pada program kerja sekolah pada tahun yang lalu. Penyusunan program kerja
SDN Moncek Timur selain tersebut, juga berdasarkan pada kalender
Pendidikan Tahun Pelajaran 2006-2007 yang diterbitkan oleh Dinas
Pendidikan. Berdasarkan tersebut kami susun program kerja sebagai berikut:
I. Penerimaan Anak didik Baru Tahun Pelajaran 2006-2007
Pemberian pengumuman pada masyarakat tentang penerimaan anak
didik baru tahun pelajaran 2006-2007 sejak tanggal 4 J uli 2006
Pendaftaran anak didik baru pada hari Senin tanggal 4 J uli 2006 jam
hari kerja
a. Pengumuman anak didik yang diterima pada kelas I tanggal 18 J uli
2006
b. Anak didik masuk pertama pada 25 J uli 2006
II. Perencanaan Kelas Dan Penyusunan J adwal Pelajaran
Pada tanggal 2 J uli 2007 penugasan Pendidik kelas pada kelas tertentu
yang disusuaikan dengan kemampuan pendidik sesuai dengan hasil rapat
pendidik.



98
Penugasan pendidik tersebut di atas dilaksanakan sebelum liburan
semester II tahun pelajaran 2006--2007, dengan pengertian para pendidik
telah mempersiapkan diri untuk melaksanakan tugas baru yang telah
ditentukan oleh kepala sekolah. Dengan tujuan administrasi pada tahun
pelajaran 2006-2007 sudah diterapkan, suatu misal:
a. Program kerja pendidik
b. J adwal pelajaran pada kelas yang bersangkutan
c. Program pengajaran
d. Persiapan penganjaran harian
e. Rangkuman materi pelajaran
f. Program evaluasi belajar
g. Administrasi kelas lainnya
III. Hari Pertama Masuk
Kegiatan pertama masuk sekolah
a. Perkenalan antar anak didik baru, pendidik membacakan tata tertib
sekolah dan lingkungan khususnya anak didik baru kelas I
b. Melalakukan Kebersihan bersama baik dalam kelasnya maupun pada
halaman sekolah.
IV. Kegiatan Belajar Mengajar
Penyajian pelajaran merupakan interaksi antar pendidik dan anak didik
dalam rangka mencapai tujuan pelajaran



99
a. Tujuan agar mempunyai pengetahuan, menilai dan sikap, serta
keterampilan sesuai dengan tujuan pendidikan yang termuat dalam
GBPP / kurikulum
b. Fungsi penyampaian pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan sesuai
dengan tujuan pembelajaran kurikulum yang hendak dicapai
c. J enis penyajian yaitu bercerita, tukar menukar pengetahuan, diskusi,
kerja keompok dan simulasi
d. Pelaksanaan: sebelum menyajikan pelajaran pendidik hendaknya:
a. Menyediakan bahan dan alat pelajaran yang diperlukan
b. Memilih cara penyajian yang tepat
e. Evaluasi : menilai kemampuan anak didik setalah mengikuti pelajaran
a. Evaluasi harian ( Ulangan Harian )
b. Ulangan Umum Semesteran
c. Ujian akhir sekolah ( UAS )
V. KEGIATAN UPACARA
Fungsi upacara : menanamkan cinta tanah air, mengembangkan rasa
tanggung jawab dan kedisiplinan.
J enis Upacara:
1. Upacara setiap hari senin
2. Upacara hari nasional






100
Waktu Upacara
1. Upacara hari senin dilaksanakan setiap hari senin pukul 07.00 yang
diikuti oleh semua anak didik dari kelas I sampai kelas VI beserta
dengan semua pendidik
2. Upacara nasional, pelaksanaannya sesuai dengan petunjuk kepala
Dinas Pendidikan
VI. KENAIKAN KELAS / TINGKAT
Dalam suatu pengertian pemindahan anak didik yang berprestasi dari
suatu kelas ke kelas yang lebih tinggi.
Tujuan : Anak didik dapat mengikuti pelajaran yang lebih tinggi
sehingga dapat memberikan motivasi belajar yang lebih baik lagi.
Fungsi : Merupakan suatu pernyataan bahwa anak didik yang
bersangkutan telah berhasil menyelesaikan program pengajaran
denagn baik dan telah memenuhi syarat untuk mengikuti pendidikan
yang lebih tinggi.
Ketentuan : Nilai raport semester ke I dan II dengan rata- rata 6 dan
budi pekerti yang baik.
Pelaksanaan : Rapat kenaikan kelas yang diikuti oleh semua dewan
pendidik dan kepala sekolah
Pengumuaman kenaikan kelas pada tanggal 01 J uli 2006 yang
dinyatakan dalam raport masing-masing anak didik.
Pembagian buku raport pada tanggal 01 J uli 2006.




101
VII. KEGIATAN EKSTRAKURIKULER
Kegiatan ektra kurlikuler adalah kegiatan yang tidak diatur oleh
kurikulum, akan tetapi mempunyai sifat melengkapi atau menunjang
dalam keberhasilan kurikulum tersebut. Dan biasanya dilaksanakan pada
sore hari atau hari libur.
Kegiatan yang dilaksanakan di sekolah adalah kepramukaan yang
dilaksanakan pada hari J umat sore yang dipimpin oleh kakak Pembina.
VIII. TINDAK LANJ UT KONDISI YANG DIHARAPKAN
Progranm kondisi tindak lanjut yang diharapkan oleh SDN
Moncek Timur sudah dibahas pada bab sebelumnya yang antara lain
kondisi tersebut adalah:
1. Sosok pendidik yang professional sehingga dalam mengelola
kegiatan pembelajaran berhasil dengan baik.
2. Anak didik adalah peserta didik yang mengerti sebagai seorang
pelajar dan terpelajar yang baik.
3. Wali anak didik sebagai salah satu stoke holder dalam rangka
memajukan pendidikan putra purtinya yang ada di sekolah.
4. Sarana dan prasarana yang mamadai di sekolah sesuai dengan
harapan bersama
Kondisi tersebut adala kondisi yang diharapkan sesuai dengan visi
dan misi SDN moncek Timur yang tentunya dihadapakan pada tuntutan
sekarang dan yang akan datang.




102
2. PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI
SDN MONCEK TIMUR LENTENG AGUNG SUMENEP MADURA
Kemajuan kegiatan pendidikan di SDN Moncek Timur masih terlalu jauh
dengan harapan masyarakat/wali anak didik bila dibandingkan dengan sekolah-
sekolah yang ada di kecamatan Lenteng yang telah maju apalagi dengan harapan
pemerintah. Dalam rangka menciptakan agar tujuan pendidikan yang semaksimal
mungkin sesuai dengan harapan masyarakat atau orang tua anak didik masih
menjumpai beberapa problem, secara umum diantaranya adalah: 1. lingkungan,
2. media, 3. pendidik, 4. anak didik, 5. metode, 6. pendekatan (way of think)
pembelajaran,7. perencanaan pembelajaran, 8. pelaksanaan perencanaan
pembelajaran, 9. dan evaluasi pelaksanaan perencanaan pembelajaran
53
.

1. Problem Lingkungan
Pertama, anak didik SD Negeri Moncek Timur meliputi lingkungan
keluarga dimana orang tua anak didik kurang memperhatikan keadaan
anaknya dalam pendidikannya hal ini terbukti dengan tidak adanya kontrol
dalam belajar dan hasil yang di capai dari sekolah, yang pada akhirnya tidak
ada kesingkronan antara apa yang di usahakan oleh pendidik di sekolah dan
realita keluarga tersebut.
Kedua, lingkungan masyarakat anak didik, lingkungan masyarakat yang
ada di sekitar anak didik SD Negeri Moncek Timur kalau di lihat dari agama
yang penduduk dapat dikatakan Islami akan tetapi praktek dilapangan kurang

53
Polarisasi diatas merupakan hasil wawancara peneliti secara umum terhadap beberapa tenaga
kependidikan di SDN Moncek Timur, selain itu juga merupakan hasil observasi dan dokumentasi
yang dilakukan peneliti sendiri dalam proses penelitian.



103
mencerminkan ke Islaman dan kurang mendukung terhadap perkembangan
pembelajaran pendidikan agama Islam, pendapat ini dapat dibenarkan karena
sebagian masyarakatnya ada yang melakukan praktek balapan merpati, adu
ayam dan minuman keras, yang pada akhirnya anak didik dapat
memperaktekan kelakuan masyarakat tersebut dan megganggu terhadap
program pembelajaran di sekolah.
Hal diatas di pertegas dengan hasil wawancara peneliti dengan pendidik
agama Islam Mazhari:
Sebenarnya mas! Saya sebagai pendidik agama menginginkan anak didik
semua paham tentang agama dan menjadi orang beragama yang baik,
misalkan di sekolah mereka diajarkan tentang kejujuran, kebenaran,
mendirikan sholat lima waktu, puasa dan lainya. Tetapi ini tidak didukung
dari susana keluarga dan budaya masyarakatnya yang bisa dikatakan
masih banyak menyimpang dari ajaran agama yang diajarkan kepada anak
didik di sekolah, contohnya kadang orang tuanya tidak sholat atau tidak
berpuasa, belum ada kebiasaan berjamaah di masjid, belum lagi adanya
aduan sapi, kambing. ini kan kalo dilihat oleh anak didik yang masih
kecil bisa berbahaya kan mas!
54


Ketiga, lingkungan sekolah, mayoritas anak didik banyak keluar kelas
pada waktu proses belajar mengajar dikelas dilaksanakan apalagi saat para
pendidik tidak ada di kelas atau tidak masuk untuk mengajar, keadaan ini di
perparah yang sesekali mereka keluar sekolah hanya untuk sekedar bermain.
Kondisi diatas dikarenakan kurang terciptanya lingkungan sekolah yang
sesuai dengan karakter, kemauan dan potensi mereka sebagai anak yang
berada dalam masa pertumbuhan awal, misalnya tidak adanya arena dan
media untuk bermain, belajar agama dan beragama yang baik dengan alam
dan sebagainya. Hal demikian terbukti dengan

54
Hasil wawancara dengan pendidik PAI di kantor SDN Moncek Timur tanggal 23 Mei 2007



104
Begini dek! Ini kan sekolah desa dan adek sendiri termasuk salah satu
penduduk sini, adek tahu sendiri keadaan sekolah ini baik dari lingkungan
dan media belajar dan bermain yang dimiliki sekolah ini.
55


Adapun lebih jelasnya tentang problematika pembelajaran Pendidikan
Agama Islam yang berkaitan dengan lingkungan di SDN Moncek Timur
Lenteng Sumenep adalah sebagai berikut :
1. Kurang adanya keteladanan dari pihak orang tua sebagai kepala keluarga
terhadap anak dalam mengamalkan syariat Islam. Hal ini dimungkinkan
oleh keterbatasan waktu pihak orang tua, sehingga tidak dapat
membimbing keagamaan pada anak.
2. Kurang adanya pengkaderan terhadap generasi muda dalam masyarakat
tentang sistem pengembangan syiar Islam serta adanya pengaruh dari
budaya-budaya asing serta budaya agama lain yang cenderung lebih ringan
dalam masalah pengamalan ibadah, hal ini sangat berbahaya bagi anak
yang lemah imannya.
3. Kurang adanya komunikasi timbal balik antara lingkungan lembaga
formal, informal dan nonformal tentang pentingnya pembelajaran
Pendidikan Agama Islam bagi kehidupan sehari-hari.
2. Problem Media
Keadaan media di SD Negeri Moncek Timur kurang memadai misalnya:
Kurangnya pembelajaran buku paket yang seharusnya dimiliki oleh anak
didik, jalan alternatif yang dilakukan oleh pendidik agama Islam yaitu

55
Hasil wawancara dengan Kepela Sekolah di kantor SDN Moncek Timur tanggal 23
Mei 2007




105
mendikti pelajaran atau menulis di papan tulis yang pada gilirannya akan
memakan waktu yang banyak, tidak adanya mushalla padahal mushalla ini
sangat dibutuhkan untuk memperaktekan materi pelajaran misalnya cara
sembahyang.
Dik keberadaan media pembelajaran kan sangat membantu terhadap
kesuksesan pembelajaran, karena disini media itu kurang memadai maka
kalau dibandingkan dengan anak didik yang sekolah di sekolah yang
media pembelajarannya cukup ya mutunya jauh.
56


Problem yang dihadapi pendidik berkaitan dengan alat pendidikan
sehubungan dengan pelaksanaan dan pengajaran agama Islam, maka problem
yang berkaitan dengan alat pendidikan adalah sebagai berikut :
1. Kurang lengkapnya alat-alat pengajaran pada umumnya sehingga
menghambat kelancaran proses belajar mengajar misalnya sering terjadi
kurangnya buku pegangan bagi anak didik, buku-buku bacaan majalah dan
lain-lain. Sedangkan disisi lain pendidik dituntut untuk menyampaikan
materi secara CBSA, bagaimana mungkin bila sarana yang ada kurang
menadai.
2. Pendidik, harus bisa memberikan manfaat alat pendidikan represif seperti
pemberitahuan, teguran, peringatan, ganjaran dan hukuman anak untuk
memberi semangat dan motivasi dalam belajar.
3. Kurang adanya sarana yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran
pendidikan agama Islam.
57


56
Hasil wawancara dengan pendidik PAI di kantor SDN Moncek Timur tanggal 23 Mei 2007. Hal
senada juga disampaikan oleh kepala sekolah tentang minimnya kemampuan media
pembelajaran PAI di SDN Moncek Timur ini

57
Zuhairini, hlm 121



106
3. Problem Pendidik
Pendidik agama Islam yang ada di SD Negeri Moncek Timur sering
terlambat masuk sekolah hal terutama pada musim tembakau karena masih
menyeram tembakau, dengan keadaan seperti ini maka waktu untuk
pembelajaran pendidikan agama Islam akan tersita
Secara garis besar pembelajaran pendidikan agama Islam di SDN Moncek
Timur tidak berjalan dengan baik yang disebabkan banyak hal diantaranya
pendidik yang memegang bidang studi pendidikan agama Islam adalah
pendidik-pendidik kurang profesional
58
dan berpengalaman.
Sebenarnya pihak sekolah telah melarang semua pendidik untuk fokus
dalam mendidik anak didik di sekolah, artinya diharapkan semua pendidik
menanggalkan terlebih dahulu semua aktivitas keseharian yang dianggap
menganggu konsentrasi dalam mendidik anak disekolah dalam bentuk
apapun itu, namun kami sebagai pihak sekolah tidak bisa memaksa
apalagi memberikan sangsi jika masih ada yang melakukannya.
59


Selain permasahan diatas pembelajaran pendidikan agama Islam di SDN
Moncek Timur juga mengalami beberapa kendala diantaranya kurang
berpartisipasi aktifnya para pendidik non agama Islam dalam pelaksanaan
pembelajaran pendidikan agama Islam, terutama pada peringatan hari-hari
besar Islam sebagaimana yang diungkapkan oleh Mazhari:
Sebenarnya kami berharap banyak kepada pendidik- pendidik non agama
dalam mebantu pelaksanaan pembelajaran agama Islam disekolah, namun
gimana lagi mas, kami disini masih baru ngajar dan sokwan lagi di
sekolah ini sehingga untuk menegur mereka arassah todus otabeh
songkan{red. Malu/ sungkan}, misalkan mengharap bantuan mereka

58
Dalam tulisan term kurang professional untuk menggambarkan ketidakberdayaan seorang
pendidik agama Islam di SDN Moncek Timur dikarenakan selain sebagai berprofesi pendidik
dia juga berprofesi dalam hal lainnya. Hal ini terlihat dari hasil observasi peneliti pada tanggal
25 Mei dalam melihat keseharian kehidupan beliau sebagai seorang pendidik agama Islam di
sekolah di pagi hari.
59
Hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah dikantor pada tanggal 25 Mei 2007



107
dalam partisipasi aktif dalam pelaksanaan hari- hari besar Islam di
sekolah.
60


Selain terurai diatas dan sebagaimana peneliti pahami dari data penelitian
dilapangan bahwa adanya wacana dan kecenderungan bahwa moral anak didik
hanya menjadi tanggung jawab pendidikan agama Islam dan pendidik agama
saja sehingga mengakibatkan tidak sistematis dan terorganisirnya penanaman
nilai- nilai agama Islam terhadap anak didik.

Kondisi diatas kemudian peneliti kroscek lagi kepada beberapa tenaga
pendidik di sekolah tersebut termasuk kepada pendidik agama Islam yang
menyatakan:
Tiap kali ada pelanggaran etika atau anak didik tidak sopan ke pendidik,
orang tua dan sebagainya pasti yang menjadi sasaran pertama adalah saya
sebagai pendidik agama Islam. Padahal kalau dipikir-pikir semua pendidik
harus bertanggung jawab atas akahlak anak didik meskipun mereka
ngajarnya matematika, iya khan mas tasut.
61


Problem lain adalah duka ketika pendidik dihadapkan pada kenyataan
adanya anak didik bandel, nakal, kurang memperhatikan keterangan atau ada
sarana dan prasarana yang kurang memadai. Yang tak kalah sukanya bila
pendidik mengetahui bahwa anak didiknya menjadi juara atau berhasil lulus
dengan nilai yang cukup baik. Sebaliknya pendidik akan gelisah jika anak
didiknya ada yang tidak lulus ujian.

60
Hasil wawancara peneliti dengan pendidik agama Islam di ruang kelas pada tanggal 25 Mei
2007
61
Hasil wawancara peneliti dengan pendidik agama Islam di ruang kelas pada tanggal 25 Mei
2007



108
Beberapa kendala atau problem yang dihadapi oleh pendidik, antara lain
adalah :
Dengan adanya kurikulum yang baru (KTSP) yaitu dengan
menyeimbangkan antara ranah kognitif, efektif, dan psikomotorik, maka
seorang pendidik dalam menyajikan materi pelajaran seharusnya menuju
sasaran tersebut. Tetapi kenyataannya masih banyak pendidik yang kurang
berani untuk menuju dan mencapai ketiga ranah tersebut, melainkan hanya
mengutamakan sebagian ranah saja, terutama ranah kognitif. Sehingga dengan
demikian anak kurang mendapat bimbingan yang bersifat afektif dan
psikomotorik.
Bermacam-macam sifat dan karakter serta pendidikan yang dimiliki oleh
seorang pendidik disamping kwalitas iman dan taqwa, selain itu mereka
belum mampu menunjukkan sikap dan kepribadian sebagai orang muslim
yang sejati, sebab masih sering melanggar norma-norma Islam, padahal ia jadi
panutan bagi anak didiknya.
Kurang adanya rasa pengabdian yang tinggi dalam melaksanakan tugas
sebagai pendidik sehingga cenderung menghitung nilai dari nilai material
kemanusiaan. Akhinya menyebabkan menurunnya moral kerja, apalagi hal
tersebut didukung dengan adanya latar belakang ekonomi yang serba pas
pasan, sehingga menyebabkan tidak jarang pendidik yang menyita jam
efektifnya untuk digunakan kerja demi untuk menutup kebutuhan sehari-hari.
Bila hal ini benar-benar terjadi, maka pendidik yang demikian akan



109
menimbulkan dampak negatif, baik pada agama, maupun pada bangsa dan
negara.

4. Problem Anak didik
Anak didik SD Negeri Moncek Timur kurang memperhatikan akan
pentingnya belajar {kurang minat belajar} hal ini di sebabkan kurangnya
perhatian dari orang tua dan keadaan masyarakat yang kurang mendukung
terhadap anak didik untuk giat.
Anak didik disini selama ini masih kurang mendapat fasilitas dan
dukungan yang maksimal dalam pembelajaran pendidikan agama Islam hal
ini terbukti misalnya kurangnya dukungan dari orang tua, masyarakat di
tambah lagi kurangya fasilitas sekolah, sehingga pembejaran pendidikan
agama Islam yang diajarkan di sekolah agaknya kurang membekas dalam
kehidupan anak didik sehari-hari dan kurangnya minat dan kesungguhan
belajar anak didik
62


5. Problem Metode
Metode mengajar yang ada di SD Negeri Moncek Timur kurang variatif
dan cendurung monoton yaitu hanya memakai metode ceramah saja, sehinga
anak didik merasa jenuh dan bosan untuk mengikuti pelajaran pendidikan
agama Islam.
Kak selama ini pendidik pendidikan agama Islam dalam menyampaikan
pelajaran dalam bentuk ceramah sehingga hal tersebut sangat
membosankan
63


Hal ini dikarenakan belum diperhatikannya tentang cara-cara memilih
suatu metode untuk dilaksanakan dalam kegiatan belajarnya yang sesuai

62
Hasil wawancara peneliti dengan pendidik agama Islam di ruang kelas pada tanggal 25 Mei
2007
63
Hasil wawancara peneliti dengan salah saru anak didik di ruang kelas pada tanggal 25 Mei 2007



110
dengan karakteristik sub pokok bahasannya. Merekam komentar guru PAI
dapat diilustrasikan sebgai berikut:
Tetang metode yang saya pakai dalam pelaksanaan pembelajaran dikelas
kami seringnya memakai ceramah. Disatu sisi saya sebenarnya menyadari
akan dibutuhkankannya variasi dalam penggunaan metode sebagaiamana
yang saya dapat simpulkan dari beberapa pelatihan keguruan yang pernah
saya ikuti.
64


Sering kali terjadi problem dalam pengajaran Pendidikan Agama Islam
dalam hal metode. Metode adalah cara yang berfungsi sebagai alat untuk
mencapai suatu tujuan. Untuk menetapkan apakah suatu metode dapat disebut
baik, diperlukan patokan yang bersumber dari beberapa faktor. Faktor utama
yang menentukan adalah tujuan yang akan dicapai.
Khususnya mengenai metode mengajar di dalam kelas, selain dari faktor
tujuan, faktor anak didik yang berbagai tingkat kematangannya, situasi yang
berbagai keadaannya, fasilitas yang berbagi kualitas dan kuantitasnya.
Kepribadian pendidik serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda.
Dengan memiliki pengertian secara umum mengenai sifat berbagai metode,
baik mengenai kelemahan-kelemahannya, seorang pendidik akan lebih mudah
menetapkan metode manakah yang paling serasi untuk situasi dan kondisi
pengajaran yang khusus. Dengan demikian seorang pendidik harus bisa
mengantisipasi problem yang mungkin timbul dalam menyampaikan materi
pelajaran.
6. Problem Pendekatan Pembelajaran

64
Hasil wawancara peneliti dengan pendidik agama Islam di ruang kelas pada tanggal 25 Mei
2007




111
Pendekatan pembelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri Moncek
Timur cenderung pedagogis yang implikasinya adalah muncul perlakuan
intimidatif pendidik terhadap anak didik dalam proses pembelajaran agama
Islam.
Berikut hasil wawancara peneliti dengan salah satu anak didik SDN
Moncek Timur di rumahnya:
Pendidik agama Islam kurang sabaran kak dalam menghadapi anak didik
masak ketika saya tidak hafal dan tidak bisa dalam pelajaran saya
diberdirikan bahkan terkadang telingaku dicubit
65


Untuk membuktikan problem pendekatan pembelajaran diatas, dengan
menggunakan metode observasi peneliti melihat dengan mata kepala sendiri
beberapa hal yang menyangkut permasalahan seperti tersebut diatas kemudian
dapat menyimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran yang dilakukan oleh
tenaga pendidik di SDN tersebut masih kuarang tepat. Dalam amatan peneliti
hal demikian lebih dikarenakan kemampuan awal pendidik dalam hal
metodologi pembelajaran masih minim ditambah lagi tidak adanya program-
program dari pihak sekolah dalam upaya meningkatkan human capital dalam
diri tenaga pendidik.
Selain data yang merupakan hasil penelitian seperti tersebut diatas peneliti
mengadakan uji validitas lanjutan dengan mewancarai pendidik PAI untuk
mengetahuai pendekatan pembeljaran yang beliau terapkan di SDN Moncek
Timur:

65
Hasil wawancara peneliti dengan salah saru anak didik di rumahnya pada tanggal 25 Mei 2007




112
Mengenai pendekatan pembelajaran atau yang mas tasut maksudkan
sebagai cara berfikir dalam pelaksanaan pembelajaran tentu kami sebagai
pendidik agama Islam menerapkan pedagogi
66
sebagaiamana yang selama
ini yang saya ketahui dan saya pelajari di bangku kuliah.
67


7. Problem Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran yang ada di SD Negeri Moncek Timur Lenteng
Sumenep kurang begitu baik dimana pendidik yang akan mengajar tidak
mempersiapkan apa yang akan dilaksanakan di kelas {pendidik tidak
membuat rencana pembelajaran yang meliputi media, penciptaan susana
prabelajar yang baik dan sebagainya} sehingga proses belajar mengajar tidak
terarah
Terus terang dalam masalah perencanaan saya kurang mempersiapkan hal
ini terjadi karena kesibukan saya dalam hal lain (saya harus berusaha hal
yang lain dalam memenuhi kebutuhan hidup saya) karena kalo hanya
honor dari sekolah ya kurang mas untuk memenuhi kehidupan sehari-
hariku, tapi mas saya akan terus berusaha semaksimal mungkin untuk
selalu membenahi kekungan saya
68


Untuk mengkroscek keabsahan data tentang pernyataan saudara Mazhari
sebagai pendidik agama Islam seperti tersebut diatas peneliti mencoba
mentabulasi beberapa pernyataan-pernyataan baik dari orang SDN sendiri
maupun masyarakat sekitar khususnya para wali anak didik dan dapat
disimpulkan bahwa problem tersebut benar adanya, tetapi walaupun demikian
ada argumentasi yang melingkupinya, seperti yang diungkapkan oleh bagian
penanggung jawab kurikulum:

66
istilah pedagogy merupakan bahasa peneliti sendiri untuk menggambarkan bahwa pendekatan
{way of think} yang di terapkan oleh guru PAI di SDN Moncek Timur adalah mendudukkan
anakdidik sebagai obyek yang harus di bentuk dan diajari sedangkan guru berposisi sebagai
orang yang harus mengajar dan membentuk mereka tanpa kecuali.
67
Hasil wawancara peneliti dengan pendidik PAI di rumahnya pada tanggal 26 Mei 2007
68
Hasil wawancara peneliti dengan pendidik PAI di rumahnya pada tanggal 26 Mei 2007




113
Secara makro perencanaan pendidikan kemudian dikembangkan dalam
perencanaan pembelajaran sebenarnya pihak sekolah sendiri sudah
melakukannya, misalnya dalam rapat-rapat resmi pendidik atau
berbincangan tidak resmi tetapi serius dikantor sekolah oleh kepala
sekolah, para pendidik termasuk saya sendiri. Tetapi secara adminstratif
misalkan pendidik harus mempersiapkan RP dalam tiap mata pelajaran
sekolah tidak terlalu mewajibkan itu, asalkan pendidik sudah paham betul
mengenai visi, misi dan tujuan pembelajaran dari tiap mata pelajaran yang
dia ajarkan.
69


8. Problem Pelaksanaan Perencanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran di SD Negeri Moncek Timur mengalami
beberapa kekurangan dan hambatan karena sejak mulai dari awal pendidik
agama Islam tidak mempersiapkan hal-hal yang perlu disipkan sebelum
mengajar dengan baik dan tepat sehingga hal demikian berakibat terhadap
pelaksanaan pembelajran agama Islam di kelas tidak terlaksana dan terarah
dengan baik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Sebagaiaman tersebut diatas mengenai pemencanaan pembelajaran secara
adminstratif, pihak SDN Moncek Timur tidak terlalu mengharuskan seorang
pendidik termasuk pendidik agama Islam dalam membuatnya tetapi lebih
menekankan pada tujuan pendidikan dan pembelajaran secara umum sehingga
upaya-upaya pencapaianpun kurang begitu terinci. Demikian inilah yang
mengakibatkan tidak terlalu jelasnya pelaksanaan pembelajaran pendidikan
agama Islam di kelas sebagai terungkap:
Kalo menurut saya sebagai pendidik agama saya sudah melakukan yang
terbaik dalam kelas, tapi tidak terlalu kaku seperti yang anda tanyakan tadi
yang anda kaitkan dengan adanya RP administrative, tapi yang penting
kami tahu tujuan pembelajarannya.
70



69
Hasil wawancara peneliti dengan bapak ABD. Rahem, yang merupakan penaggung jawab
kurikulum di rumahnya pada tanggal 26 Mei 2007
70
Hasil wawancara peneliti dengan pendidik PAI di rumahnya pada tanggal 26 Mei 2007



114
9. Problem Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembelajaran
Evaluasi Pembelajaran Pendidikan agama Islam kurang hal ini di sebabkan
tersitanya jam pelajaran karena sering terlambatnya pendidik dan Pendidik
harus mendikti pelajaran atau menulis materi pelajaran di papan tulis sehingga
kalau evaluasi serinng di laksanakan maka materi tidak akan selesai.
Evaluasi dalam pelajaran pendidikan agama Islam terus terang kurang
disini sebab waktu untuk mata pelajaran agama sedikit, ditambah lagi
banyak anak didik yang tidak mempunyai buku ajar sehingga hal ini
sangat menyita waktu, dan kalo selalu mengadakan evaluasi terhadap anak
didik maka implikasinya materi pelajaran akan banyak yang tidak
terselesaikan.
71


Apabila dijumpai dalam kegiatan belajar mengajar tentang kesulitan
belajar anak didik dalam menerima pelajaran, tidak dan belum diadakan suatu
program perbaikan demi meningkatkanya prestasi belajar anak didik, sehingga
dalam pelajarannya mereka tidak jauh ketinggalan dari pada teman-teman
sekelasnya.
Menyimpulkan hasil observasi peneliti yang tiap harinya melakukan
pengamatan dilapangan karena rumah peneliti dekat dengan sekolah dasar
negeri tersebut, bahwa problem pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama
Islam di SDN Moncek Timur dapat digariskan sebagai berikut:
1. Perbedaan latar belakang pendidikan orang tua
2. Kurangnya bimbingan orang tua terhadap anak
3. Lingkungan yang kurang mendukung
4. Perbedaan IQ anak didik


71
Hasil wawancara peneliti dengan pendidik PAI di rumahnya pada tanggal 26 Mei 2007



115
3. UPAYA-UPAYA MENGATASI PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDN MONCEK TIMUR LENTENG
SUMENEP

Diatas telah digambarkan problematika pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di SDN Moncek Timur dan berikut ini peneliti akan menguraikan hasil
penelitian yang akan membahas tentang upaya-upaya mengatasinya. Data ini
mrupakan hasil pengumpulan data campuran yaitu observasi, wawancara dan
dokumentasi selama peneliti melakukan penelitian.
1. Upaya Pada Lingkungan
Dalam hal lingkungan keluarga dimana orang tua anak didik kurang
memperhatikan keadaan anaknya dalam pendidikannya pihak sekolah dasar
negeri di Moncek Timur mengadakan pertemuan triwulan dengan pihak orang
tua anak didik sekedar untuk memberikan evaluasi pendidikan secara
keseluruhan dan mendorong mereka untuk terus mengupayakan sinergitas dan
partnership dalam mendidik anak- anak mereka dengan pihak sekolah secara
bersama- sama.
Sedangkan dalam hal lingkungan masyarakat anak didik, masih
menjamurnya budaya yang tidak sesuai dengan yang diajarkan dengan nilai-
nilai kebenaran, keadilan disekolah di lingkungan masyarakat di sekitar anak
didik SD Negeri Moncek Timur sebagai diatas pihak sekolah memanfaatkan
momentum pertemuan triwulan. Selain itu diusahaknya komunikasi-
komunikasi dengan para tokoh masyarakat untuk mendorong mereka untuk



116
mengusahakan pembudayaan yang sesuai dengan nilai kebenaran, keadilan,
kebaikan, persamaan dan sebagainya.
Hal diatas di pertegas dengan hasil wawancara peneliti dengan kepala
SDN Moncek Timur bapak Abdullah BA:
Dalam hal untuk mengatasi lingkungan masyarakat yang kurang
mendukung terhadap pembelajaran pendidikan agama Islam maka pihak
sekolah mengusahakan dengan adanya pertemuan wali anak didik, tokoh
masyarakat dengan pihak sekolah yang dilaksanankan pada awal tahun
pelajaran, moment-moment hari-hari besar Islam dan kumpulan
(organisasi kemasyarakatan) yang didalam diantaranya diisi dengan
pentingnya kesuksesan pendidikan agama Islam yang tentunya harus
didukung oleh semua pihak (sekolah, keluarga dan masyarakat)
72


Selanjutnya berikut wawancara peneliti dengan pendidik PAI
Mengenai lingkungan setiap ada pertemuan antara pihak sekolah dan wali
murid saya selalu mendorong dan meminta kepada wali murid untuk
membuat lingkungan keluarga yang sekiranya bisa mendorong terhadap
belajar anak didik
73


Disamping dua upaya-upaya mengatasi diatas berikut usaha pihak sekolah
dalam penanggulangan problem lingkungan sekolah yang masih mines dalam
mencipatakan lingkungan sekolah yang sesuai dengan karakter, kemauan dan
potensi mereka sebagai anak yang berada dalam masa pertumbuhan awal,
pihak sekolah mengusahakan secara terus- menerus untuk memperbaiki
fasilitas dan media pembelajaran melalui pengajuan proposal terhadap
pemerintah baik pusat maupun daerah maupun mengushakan donator- donator
pribadi dari orangtua anak didik mapun lainnya.

72
Hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah di kantornya pada tanggal 27 Mei 2007
73
Hasil wawancara peneliti dengan pendidik PAI dikantor sekolah pada tanggal 27 J uli 007



117
Adapun lebih jelasnya dalam hal untuk mengatasi tentang problematika
pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang berkaitan dengan lingkungan di
SDN Moncek Timur Lenteng Sumenep adalah sebagai berikut :
Memberikan pemahaman akan pentingnya keteladanan dari pihak orang
tua sebagai kepala keluarga terhadap anak dalam mengamalkan syariat
Islam.dengan demikian ada kesingkoran nilai-nilai yang diterima anak
didik dengan keadaan suasana dalam keluarga.
Menyiapkan kader muslim sejati dengan menciptakan sistem pengkaderan
yang baik serta membuat system antibody yang baik pula terhadap
pengaruh luar yang cendrung tidak baik.
Pihak sekolah mengadakan komunikasi timbal balik antara lingkungan
lembaga formal, informal dan nonformal tentang pentingnya pembejaran
Pendidikan Agama Islam bagi kehidupan sehari-hari seperti melalui
pertemuan wali anak didik dan kumpulan masyarakat dengan harapan hal
tersebut dapat membantu terhadap kesuksesan pembelajaran pendidikan
agama Islam.
2. Upaya Pada Media
Dalam penaggulangan kurangnya media pembelajaran semacam buku
paket, mushalla dan sebagainya berikut usaha- usah yang dilakukan pihak
sekolah:
Untuk mengatasi dalam media ini maka saya dan kepala sekolah berusaha
untuk bisa mendapatkan buku paket dari pemerintah yaitu dengan
mengajukan proposal kediknas kabupaten, seterusnya mas saya selaku



118
pendidik agama mengusul pada kepala sekolah kalo bangun mushalla
misalnya untuk praktek sembahayang
74


Selanjutnya peneliti wawancara dengan kepala sekolah mengenai hal
media

Pihak sekolah sangat menyadari akan pentingnya keberadaan media
pembelajaran sebab media kan sangat membantu terhadap kesuksesan
pembelajaran, karena disini media itu kurang memadai maka pihak
sekolah selalu mengadakan terobosan-terobosan baik pada pemerintah atau
pada wali anak didik dan pihak donatur-donatur.
75


Sepanjang observasi dan dokumentasi yang dilakukan peneliti dapat
disimpulkan usaha- usaha tersebut diatas memang betul adanya, hal ini terlihat
dari file- file propposal dan maket pembangunan infrastruktur pendidikan
kedepan yang kami temukan di SDN Moncek Timur ini.
Kami sebagai orang tua memang sering dilibatkan oleh pihak sekolah
dalam pembangunan waktu kami diundang ke sekolah.
76


3. Upaya Pada Pendidik
Adapaun dalam hal penagggulangan seringnya keterlambatan pendidik
masuk sekolah karena punya profesi lain selain sebagai pengajar dan
minimnya pengalaman dalam bidang yang dia ajarkan sebagai berikut.
Pihak sekolah menyadari ketika melihat kurang aktifnya pendidik akan
mengganggu akan kelancaran pembelajaran pendidikan, namun apa boleh
buat mas, wong pendidiknya dalam kehidupan sehari-harinya ya pas
pasan, jadi untuk mengatasi hal ini memberikan tugas terhadap anak didik
(PR) dan meminta agar supaya pendidik yang sering terlambat (tidak aktif)
itu memaksimalkan waktu dalam memanfaatkan semaksimal mungkin
dalam hal pembelajaran dikelas, sehingga pelajaran akan berjalan sesuai
dengan semestinya,
77


74
Hasil wawancara dengan pendidik PAI pada di kantor sekolah pada tanggal 26 Juli 2007
75
Hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah di kantornya pada tanggal 27 Mei 2007
24 Hasil wawancara peneliti dengan salah satu wali anak didik di rumahnya pada tanggal 27 Mei
2007

77
Hasil wawancara peneliti dengan bapak ABD. Rahem, yang merupakan penaggungjawab
kurikulum di rumahnya pada tanggal 27 Mei 2007



119
Sedangkan dalam hal kurang berpartisipasi aktifnya para pendidik non
agama dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam dan adanya
wacana dan kecenderungan bahwa moral anak didik hanya menjadi tanggung
jawab pendidikan agama Islam dan pendidik agama Islam saja usaha sekolah
berupa:
Dalam hal ini mas! sekolah dalam rapat evaluasi pendidikan membahas
masalah ini dengan mengomonkannya bersama termasuk juga dalam
memberikan pemahaman terhadap wali anakdidik dalam hal yang sama
agar mereka satu visi dalam mendidik
78



Banyak pendidik yang belum menuju dan mencapai ketiga ranah
pendidikan (Kognitif, afektif dan psikomotorik), sifat dan karakter serta
pendidikan yang dimiliki oleh seorang pendidik disamping kwalitas iman dan
taqwa yang bereda, selain itu mereka belum mampu menunjukkan sikap dan
kepribadian sebagai orang muslim yang sejati, sebab masih sering melangar
norma-norma Islam, kurang adanya rasa pengabdian yang tinggi dalam
melaksanakan tugas sebagai pendidik, dan latar belakang ekonomi yang serba
pas pasan.
Tetapi selain hal yang telah kami programkan, dalam permasalahan ini
pihak sekolah mengirimkan beberapa pendidik termasuk pendidik agama
dalam beberapa pelatihan dan semacamnya yang diadakan instansi
pemerintah maupun swasta
79


4. Upaya Pada Anak didik
Adanya sebagian anak didik SDN Moncek timur yang kurang
memperhatikan akan pentingnya belajar {kurang minat belajar}, maka untuk

78
Hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah di kantornya pada tanggal 27 Mei 2007
79
Hasil wawancara peneliti dengan bapak ABD. Rahem, yang merupakan penaggung jawab
kurikulum di rumahnya pada tanggal 27 Mei 2007. Hal senada juga diungkapakan oleh kepala
sekolah



120
mengatasi problem seperti diatas ini maka menurut pendidik pendidikan
agama Islam Bapak Mazhari:
Memberikan pengertian dan memotivasi akan pentingnya ilmu
pengetahuan kepada anak didik dan menyarankan kepada wali anak didik
melalui pertemuan disekolah, atau kumpulan masyarakat untuk
memperhatikan perkembangan belajar serta memonitor prilaku anaknya.
80



Untuk membuktikan apa yang pernah pendidik agama tersebut katakan
tentang usaha- usahanya dalam menaggulangi problem anak didik peneliti
pernah ikut beliau (peneliti termasuk teman dekat dan tetangganya) untuk
silaturrahim kerumah para wali anak didiknya di sekolah dan kenyataanya
memang demikian adanya.
5. Upaya Pada Metode
Penggunaan metode mengajar yang ada kurang variatif dan cenderung
monoton dan cara-cara memilih suatu metode untuk dilaksanakan dalam
kegiatan belajarnya yang tidak sesuai dengan karakteristik sub pokok
bahasannya maka:
Mas sebenarnya untuk tidak memakai metode ceramah saja dalam
menyampaikan pembelajaran dalam hal ini pembelajaran pendidikan Islam
insyaallah saya bisa, tapi kalo peke metode diskusi kan membutuhkan
waktu yang banyak dan pembelajaran tidak akan merata kepada semua
anak didik, padahal dalam hal waktu saja kita mempunyai sedikiti waktu,
tapi saya selalu mencobanya agar mereka terus bisa berkembang dengan
baik.
81


Hasil observasi peneliti pihak sekolah juga berusaha menetapkan apakah
suatu metode dapat disebut baik, dengan menentukan tujuan yang akan

80
Hasil wawancara peneliti dengan pendidik PAI pada tanggal 27 J uli 2007.

81
Hasil wawancara peneliti dengan pendidik PAI di rumahnya pada tanggal 27 Mei 2007



121
dicapai. Pemberian pengertian secara umum mengenai sifat berbagai metode,
baik mengenai kelemahan-kelemahannya kepada seluruh tenaga pengajar
termasuk pendidik agama Islam oleh diskusi bareng dengan teman sejawat
(kepala sekolah, pendidik dsb.) yang diadakan sekolah.
6. Upaya Pada Pendekatan Pembelajaran
Kecenderung penggunaan pedagogis sehingga memunculkan perlakuan
intimidatif pendidik terhadap anak didik dalam proses pembelajaran agama
Islam, SDN Mocek Timur mengusahakan:
Selama ini saya rasa pendekatan pembelajaran yang saya terapkan
terkadang intimidatif, sebab terkadang kalo tidak demikian anak didik
sering lalai misal mengerjakan soal rumah, akan tetapi kebelakang dari
sekarang saya akan lebih telaten dalam hal mendidik anak didik.
82


Selanjutnya peneliti wawancara dengan kepala sekolah yang hasilnya sebagai
berikut:
Menurut kepala sekolah untuk mengatasi problem ini, pihak sekolah sudah
meminta kepada pendidik tersebut untuk telaten dan sabar apalagi yang
dihadapi anak SD, selain megirim mereka ke berbagai pelatihan
kependidikan dan pendidikan yang diadakan.
83


Selain hal diatas pihak sekolah telah melakukan pengiriman delegasi
pendidik dalam pelatihan- pelatih atau worksop baik yang dilakukan
pemerintah maupun lainnya seperti yang peneliti lihat sendiri dari adanya
undangan pelatiahan teknologi pendidikan dan salah satu pendidik di SDN
Moncek Timur mengikutinya termasuk pendidik agama Islam.
Ini undangan mas! Untuk mengikuti pelatihan kependidikan dan ini salah
satu usahanya sepeti yang mas tanayakan tadi.
84

7. Upaya Pada Perencanaan pelaksanaan Pembelajaran

82
Hasil wawancara peneliti dengan pendidik PAI pada tanggal 27 J uli 2007
83
Hasil wawancara peneliti dengan pendidik PAI pada tanggal 27 J uli 2007
84
Ibid.



122
Kurang matangnya perencanaan pelaksanaan pembelajaran berikut hasil
wawancara peneliti dengan pendidik pendidikan agama Islam Bapak Mazhari:
Mas saya memahami akan pentingnya perencanaan dalam hal pelaksanaan
pembelajaran, akan tetapi karena saya terdesak dengan kebutuhan sehari-
sehari ya terus terang jarang saya merencanaan pembelajaran, tapi demi
kebaikan anak didik saya kebelakang sekarang saya berusaha.
85



Tetang hal diatas peneliti pernah ditanyai tentang cara membuat
perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam dengan kurikulum KTSP,
diskusipun terus berlanjut sampai tidak terasa sudah waktunya pulang sekolah,
namun tak pelak lagi karena masih ada banyak yang perlu didiskusikan
kamipun sepakat melanjutkannya di rumah peneliti.
8. Upaya Pada Pelaksanaan Peraencanaan Pembelajaran
Selain usaha pendidik agama Islam dalam memperbaiki kerja dan
kinerjanya terkait perencanaan pelaksanaan pembelajaran, dia juga berusaha
memperbaiki pelaksanaan pembelajaran sesuai rencana dan tujuannya semula
yang telah disiapkan sebelumnya.
.tapi demi kebaikan anak didik saya kebelakang sekarang saya
berusaha memperbaiki kinerja saya termasuk dalam hal perencanaan,
pelaksanaan pembelajaran yang sesuai rencana dan tujuan pemebelajaran
dan pendidikan serta penentuan evaluasinya.
86



9. Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembelajaran
Kurang diperhatikannya evaluasi adalah suatu problem yang dihadapi
SDN Moncek Timur dalam pembelajaran agama Islam, untuk mengetahui aksi
penaggulangannya peneliti mewancarai kepala sekolah:

85
Hasil wawancara peneliti dengan pendidik PAI di rumahnya pada tanggal 27 Mei 2007
86
Ibid



123
untuk mengatasi hal evaluasi ini maka tiap setengah bulan sekali diadakan
semacam kursus dalam masalah pendidikan agama yaitu tiap hari minggu
sore,
87


hal senada diungkapkan oleh pendidik PAI Bapak Mazhari bahwasanya
untuk menunjang dan mengevaluasi hasil belajarnya anak didik maka tiap
setengah bulan diadakan kursus seperti baca al-Quran


Menyimpulkan hasil observasi peneliti yang tiap harinya
melakukan pengamatan dilapangan karena rumah peneliti dekat dengan
sekolah dasar negeri tersebut, bahwa upaya mengatasi prolem pembelajaran
pendidikan agama Islam di SDN Moncek Timur dapat digariskan sebagai
berikut: yaitu pihak sekolah mengupayakan dan selalu mengadakan perbaikan
serta mengharapkan peran serta wali anak didik dan masyarakat agar supaya
mendukung dan memperhatikan anak didik dalam hal pendidikan, hal ini demi
kesuksesan anak didik dalam pembelajarannya.











87
Hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah di kantornya pada tanggal 28 Mei 2007



124
BAB V
PEMBAHASAN DAN INTERPRETASI HASIL PENELITIAN

A. PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI
SDN MONCEK TIMUR LENTENG SUMENEP

1. Problem Lingkungan
Mengenai lingkungan Pertama, murid SD Negeri Moncek Timur meliputi
lingkungan keluarga dimana orang tua anak didik kurang memperhatikan
keadaan anaknya dalam pendidikannya hal ini terbukti dengan tidak adanya
kontrol dalam belajar dan hasil yang di capai dari sekolah, yang pada akhirnya
tidak ada kesingkronan antara apa yang di usahakan oleh pendidik di sekolah
dan realita keluarga tersebut.
Kedua, lingkungan masyarakat anak didik, lingkungan masyarakat yang
ada di sekitar anak didik SD Negeri Moncek Timur kalau di lihat dari agama
yang penduduk dapat dikatakan Islami akan tetapi praktik dilapangan kurang
mencerminkan ke Islamian dan kurang mendukung terhadap perkembangan
pembelajaran pendidikan agama Islam, pendapat ini dapat dibenarkan karena
sebagian masyarakatnya ada yang melakukan praktek balapan merpati, adu
ayam dan minuman keras, yang pada akhirnya anak didik dapat
memperaktekan kelakuan masyarakat tersebut dan memganggu terhadap
program pembelajaran di sekolah.
Ketiga, lingkungan sekolah, mayoritas anak didik banyak keluar kelas
pada waktu proses belajar mengajar dikelas dilaksanakan apalagi saat para



125
pendidik tidak ada di kelas atau tidak masuk untuk mengajar, keadaan ini di
perparah yang sesekali mereka keluar sekolah hanya untuk sekedar bermain.
Kondisi diatas dikarenakan kurang terciptanya lingkungan sekolah yang sesuai
dengan karakter, kemauan dan potensi mereka sebagai anak yang berada
dalam masa pertumbuhan awal, misalnya tidak adanya arena dan media untuk
bermain, belajar agama Islam dan beragama yang baik dengan alam dan
sebagainya.
Adapun lebih jelasnya tentang problematika pembelajaran Pendidikan
Agama Islam yang berkaitan dengan lingkungan di SDN Moncek Timur
Lenteng Sumenep adalah sebagai berikut :
1. Kurang adanya keteladanan dari pihak orang tua sebagai kepala keluarga
terhadap anak didik dalam mengamalkan syariat Islam. Hal ini
dimungkinkan oleh keterbatasan waktu pihak orang tua, sehingga tidak
dapat membimbing keagamaan pada anak didik.
2. Kurang adanya pengkaderan terhadap generasi muda dalam masyarakat
tentang sistem pengembangan syiar Islam serta adanya pengaruh dari
budaya-budaya asing serta budaya agama lain yang cenderung lebih ringan
dalam masalah pengamalan ibadah, hal ini sangat berbahaya bagi anak
yang lemah imannya.
3. Kurang adanya komunikasi timbal balik antara lingkungan lembaga
formal, informal dan nonformal tentang pentingnya pembelajaran
Pendidikan Agama Islam bagi kehidupan sehari-hari.



126
Dengan demikian dalam menciptakan lingkungan belajar yang baik bagi
anakdidik haruslah sesuai dengan nilai- nilai islam.
...........lingkungan pembelajaran pendidikan Islam adalah suatu lingkungan
yang didalamnya terdapat ciri-ciri keislaman yang memungkinkan
terselenggaranya penmbelajaran pendididkan Islam dengan baik.
Fungsinya untuk menunjang terjadinya pembelajaran secara aman, tertib
dan berkelanjutan.
88


2. Problem Media
Keadaan media di SD Negeri Moncek Timur kurang memadai misalnya:
Kurangnya pembelajaran buku paket yang seharusnya dimiliki oleh anak
didik, jalan alternatif yang dilakukan oleh pendidik agama Islam yaitu
mendikti pelajaran atau menulis di papan tulis yang pada gilirannya akan
memakan waktu yang banyak, tidak adanya mushalla padahal mushalla ini
sangat dibutuhkan untuk memperaktekan materi pelajaran misalnya cara
sembahyang.
Problem yang dihadapi pendidik berkaitan dengan alat pendidikan
sehubungan dengan pelaksanaan dan pembelajaran pendidikan agama Islam,
maka problem yang berkaitan dengan alat pendidikan adalah sebagai berikut :
1. Kurang lengkapnya alat-alat pengajaran pada umumnya sehingga
menghambat kelancaran proses belajar mengajar misalnya sering terjadi
kurangnya buku pegangan bagi anak didik, buku-buku bacaan majalah dan
lain-lain. Sedangkan disisi lain pendidik dituntut untuk menyampaikan
materi secara CBSA, bagaimana mungkin bila sarana yang ada kurang
menadai.

88
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Logos, J akarta,1997. hal.111.



127
2. pendidik, harus bisa memberikan manfaat alat pendidikan represif seperti
pemberitahuan, teguran, peringatan, ganjaran dan hukuman anak untuk
memberi semangat dan motivasi dalam belajar.
3. Kurang adanya sarana yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran
pendidikan agama Islam.
89

Media atau sarana/ alat merupakan salah satu faktor penunjang dalam
proses mengajar baik sarana fisik maupun sarana non fisik, perangkat keras
maupun perangkat lunak. Alat pendidikan dapat berupa tingkah laku,
keteladanan, anjuran, perintah, larangan dan hukuman. Termasuk cara
penyampaian atau metode yang digunakan. Sehubungan dengan masalah
pendidikan dan pengajaran Pendidikan Agama Islam yang berkaitan dengan
ala-alat pendidikan, maka ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Harus sesuai dengan tujuan.
2. Harus dapat membantu menumbuhkan tanggapan terhadap bahan
pelajaran.
3. Harus merangsang timbulnya minat anak didik
4. Harus sesuai dengan kemampuan pendidik dan anak didik.
5. Harus sesuai dengan situasi dan kondisi.
90

Dalam melaksanakan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dibutuhkan
alat-alat pengajaran. Alat-alat pembelajaran tersebut dibagi dalam beberapa
macam, yaitu :
1. Alat pengajaran klasikal.

89
Zuhairini, hlm 121
90
Depag, Panduan pembelajaran PAI berbasis kompetensi, (Jakarta: Depag, 2004) hlm, 145




128
Alat pengajaran klasikal yakni alat-alat pengajaran yang digunakan
oleh pendidik bersama-sama anak didik, sebagai contoh : papan tulis,
kapur tulis, tempat sholat dan sebagainya.
2. Alat pengajaran individu.
Yakni alat pengajaran yang dimiliki oleh masing-masing pendidik dan
anak didik, buku pegangan pendidik dan buku pegangan anak didik serta
buku persiapan mengajar untuk pendidik
3. Alat peraga.
Yakni alat-alat yang berfungsi memperjelas atau memberikan
gambaran yang kongkrit tentang hal-hal yang diajarkan, terdiri atas dua
macam:
a. Secara langsung. Misalnya mengajarkan surat pendek.
b. Alat peraga tidak langsung.
Berkaitan dengan perkembangan teknologi modern pada abad dua
puluh ini mengakibatkan timbulnya alat-alat modern yang dapat
dipergunakan dalam bidang pendidikan antara lain :
1. Visual Aids, yakni alat pendidikan yang dapat diserap melalui indra
penglihatan, seperti gambar-gambar yang diproyeksikan, gambar-
gambar didepan tulis dan sebagainya.
2. Audio Aids, yakni alat pendidikan yang diserap melalui indra
pendengar, seperti radio, tape dan alat elektronik lainnya.
3. Audio Visual Aids, yakni alat pendidikan yang dapat diserap melalui
mata dan telinga, seperti televisi, film dan sebainya.



129
Alat-alat yang berupa upaya-upaya yang Diambil untuk Kelancaran
Proses Belajar Mengajar pendidikan agama Islam
Mengenai alat-alat dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Alat pendidikan preventiv yaitu alat pendidikan yang bersifat pencegahan
yang bertujuan untuk menjaga hal-hal yang menghambat atau menggangu
kelancaran proses pendidikan dapat dihindarkan. Sedangkan alat-alat yang
termasuk alat-alat preventif adalah :
1. Tata tertib yaitu deretan peraturan yang harus ditaati dalam situasi atau
dalam tata kehidupan tertentu.
2. Anjuran dan perintah, adalah saran atau ajakan untuk melakukan
sesuatu yang berguna.
3. Larangan, adalah suatu keharusan untuk tidak dilakukan.
4. Paksaan adalah suatu perintah dengan kekerasan terhadap anak untuk
melakukan sesuatu.
5. Disiplin adalah adanya kesediaan untuk mematuhi peraturan dan
larangan-larangannya.
91

2. Alat pendidikan represif, alat pendidikan yang bersifat kuratif atau korektif
yang bertujuan untuk menyadarkan anak unuk kembali pada hal-hal yang
benar, baik dan tertib. Alat represif itu digunakan bila terjadi sesuatu yang
dianggap bertentangan dengan peraturan-peraturan. Adapun yang
termasuk alat pendidikan represif itu antara lain :

91
Depag, hlm 244



130
1. Pemberitahuan, yakni pemberitahuan pada anak didik yang telah
melakukan sesuatu yang dapat mengganggu atau menghambat jalannya
pendidikan.
2. Teguran, ada sesuatu peraturan kemudian dilanggar oleh anak padahal
dia telah maklum, maka teguran sebagai jalan awal.
3. Peringatan, diberikan pada anak yang telah beberapa kali melakukan
pelanggaran dan telah diberikan teguran pula atas pelanggarannya.
4. Hukuman, tindakan paling akhir bila teguran dan peringatan belum
mampu mencegah anak melakukan pelangaran-pelanggaran.
5. Ganjaran, bila keempat alternatif di atas merupakan alat pendidikan
represif yang kurang menyenangkan, maka ganjaran adalah sebagai
alat pendidikan represif yang menyenangkan.
92

3. Problem Pendidik {pendidik PAI}
Membincang tentang problem manusia pembelajar peneliti akan
memulainya dari pendidik, kemudian anak didik, pendekatan dan diakhiri
dengan metode. Pertama, pendidik, kita semua mungkin tahu akan pekerjaan
dengan segala resikonya, maka menjadi pendidikpun terdapat suka dukanya.
Suka ketika anak didik mengerti dan memahami serta mengamalkan materi
yang telah disampaikan.
Duka ketika pendidik dihadapkan pada kenyataan adanya anak didik
bandel, nakal, kurang memperhatikan keterangan atau ada sarana dan
prasarana yang kurang memadai. Yang tak kalah sukarnya bila pendidik
mengetahui bahwa anak didiknya menjadi juara atau berhasil lulus dengan

92
Indrakusuma Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam {Bandung: Rosdakarya, 1973} hlm. 140



131
nilai yang cukup baik. Sebaliknya pendidik akan gelisah jika anak didiknya
ada yang tidak lulus ujian.
Pendidik (pendidik) agama Islam yang ada di SD Negeri Moncek Timur
yang sering terlambat masuk sekolah terutama pada musim tembakau karena
masih menyiram tembakau, dengan keadaan seperti ini maka waktu untuk
pembelajaran pendidikan agama Islam akan tersita
Adanya wacana dan kecenderungan bahwa moral anak didik hanya
menjadi tanggung jawab pendidikan agama Islam dan pendidik agama Islam
saja sehingga mengakibatkan tidak sistematis dan terorganisirnya penanaman
nilai- nilai agama Islam terhadap anak didik.
Memperhatikan itu semua, secara umum beberapa kendala atau problem
yang dihadapi oleh pendidik agama Islam hari ini, antara lain adalah :
Pertama, dengan adanya kurikulum yang baru (KTSP) yaitu dengan
menyeimbangkan antara ranah kognitif, efektif, dan psikomotorik, maka
seorang pendidik dalam menyajikan materi pelajaran seharusnya menuju
sasaran tersebut. Tetapi kenyataannya masih banyak pendidik yang kurang
berani untuk menuju dan mencapai ketiga ranah tersebut, melainkan hanya
mengutamakan sebagian ranah saja, terutama ranah kognitif. Sehingga dengan
demikian anak didik kurang mendapat bimbingan yang bersifat efektif dan
psikomotorik.
Kedua, bermacam-macam sifat dan karakter serta pendidikan yang
dimiliki oleh seorang pendidik disamping kwalitas iman dan taqwa yang
bereda, selain itu mereka belum mampu menunjukkan sikap dan kepribadian



132
sebagai orang muslim yang sejati, sebab masih sering melangar norma-norma
Islam, padahal ia jadi panutan bagi anak didiknya.
Ketiga, kurang adanya rasa pengabdian yang tinggi dalam melaksanakan
tugas sebagai pendidik sehingga cenderung menghitung nilai dari nilai
material kemanusiaan. Akhinya menyebabkan menurunnya moral kerja,
apalagi hal tersebut didukung dengan adanya latar belakang ekonomi yang
serba pas pasan, sehingga menyebabkan tidak jarang pendidik yang menyita
jam efektifnya untuk digunakan kerja demi untuk menutup kebutuhan sehari-
hari. Bila hal ini benar-benar terjadi, maka pendidik yang demikian akan
menimbulkan dampak negatif, baik pada agama Islam, maupun pada bangsa
dan negara.
93

4. Problem Anak Didik
Dalam hal anak didik: ia merupakan obyek utama dalam pendidikan
dimana pendidikan berusaha membawa anak didiknya yang semula serba tak
berdaya, selalu menguntungkan pada orang lain menuju pada keadaan dimana
anak didik mampu berdiri sendiri, baik secara individu, sosial maupun susila
anak didik dapat mencari nilai-nilai harus mendapat bimbingan sepenuhnya
dari pendidik, karena menurut Islam anak dilahirkan dalam keadaan lemah dan
hanya membawa fitrah, alam sekitarnyalah yang memberi corak terhadap
nilai-nilai hidup atas pendidikan agamanya. Hal ini sesuai dengan Hadits Nabi
SAW:Artinya
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata Rasulullah SAW bersabda :
Setiap bayi dilahirkan atas fitrah itu, maka kedua orang tuanya

93
Depag, Panduan pembelajaran PAI berbasis kompetensi, (Jakarta: Depag, 2004) hlm, 112



133
menjadikan anak itu Yahudi, Nasrani atau Majusi seperti halnya binatang
yang dilahirkan lengkap. Apakah kamu merasakan sesuatu cacat di
dalamnya ?(HR. Bukhari)
94


Menurut Hadits diatas bahwa pada dasarnya anak didik itu membawa
fitrah agama, kemudian tergantung pada pendidikannya dalam
mengembangkan fitrah itu sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya.
Dengan demikian terlihat begitu penting peranan pendidikan dalam
menanamkan pandangan hidup keagamaan terhadap anak didik.
95

Bahwasanya anak yang sudah dilahirkan membawa fitrah beragam dan
kemudian tergantung kepada pembelajaran pendidikan selanjutnya kalau
mereka mendapat pendidikan agama dengan baik, maka merekan akan
menjadi orang yang taat beragama pula. Sebaliknya bila benih agama yang
dibawa itu tidak dipupuk dan dibina dengan baik, maka anak akan menjadi
orang tidak bergama.
96


Anak didik SD Negeri Moncek Timur kurang memperhatikan akan
pentingnya belajar { kurang minat belajar} hal ini di sebabkan kurangnya
perhatian dari orang tua dan keadaan masyarakat yang kurang mendukung
terhadap anak didik untuk giat. Keadaan ini sering terjadi disekitar kita lebih
dikarenakan para pendidik termasuk pendidik masih belum memahami betul
tentang perkembangan seorang anak didik, kau dan positivistic dalam
mendidiknya.
Pendidikan tidaklah terbatas pada pengertaian dan penguasaan ilmu
pengetahuan, melainkan juga perkembangan jiwa dan penyesuaian diri
dari anak didik terhadap kehidupan sosialnya. Anak didik adalah manusia
yang senantiasa mengalami perkembangan sejak terciptanya hingga
meninggal.
97


94
Bujhari dan Muslim, Shahih Bukhari, (Libanon: Beirut, 189) hlm, 333
95
Depag, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (J akarta: depag, 1991) hlm.30
96
Zuhairini dkk, op.cit. Hal. 31-32.
97
Wasty Soemanto dan Hendyat Soetopo, Dasar dan Teori Pendidikan Dunia: Tangtangan Bagi
Para Pemimpin Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1987. hal.132.



134

Wasty menambahkan:
Problema anak didik yang peling mendasar ada pada keluarga anank didik
tersebut. Dalam arti, jika keluarga anak didi tesebut tingkat keagamaannya
baik, maka secara langsung perkembangn pembelajaran pendidkan agama
anak akan baik pula. Sebaliknhya jika tingkat keagaan keluarganya minim,
maka perkembangan anak didik tidak akan berbeda jauh dengan hal
tersebut.J adi tingkat keberagamaan keluarga terutam orang tua akan sanga
mempengaruhi dalam pembelajaran pendidikan agama anak.
98



5. Problem Metode Pembelajaran

Metode mengajar yang ada di SD Negeri Moncek Timur kurang variatif
dan cendurung monoton yaitu hanya memakai metode ceramah saja, sehinga
anak didik merasa jenuh dan bosan untuk mengikuti pelajaran pendidikan
agama Islam. Hal ini dikarenakan belum diperhatikannya tentang cara-cara
memilih suatu metode untuk dilaksanakan dalam kegiatan belajarnya yang
sesuai dengan karakteristik sub pokok bahasannya.
Sering kali terjadi problem dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam
dalam hal metode. Metode adalah cara yang berfungsi sebagai alat untuk
mencapai suatu tujuan. Untuk menetapkan apakah suatu metode dapat disebut
baik, diperlukan patokan yang bersumber dari beberapa faktor. Faktor utama
yang menentukan adalah tujuan yang akan dicapai.
Dalam proses interaksi belajar mengajar ( pembelajaran ), seorang
pendidik harus mampu menciptakan dan menstimulasi kondisi belajar
anak didiknya dengan baik dan dapat merealisasikan tujuan yang
ingin dicapai.
99



98
Wasty,. hal.133.
99
Abu Ahmadi, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Armico, Bandung, 1986. hal. 50.



135
Khususnya mengenai metode mengajar di dalam kelas, selain dari faktor
tujuan, faktor anak didik yang berbagai tingkat kematangannya, situasi yang
berbagai keadaannya, fasilitas yang berbagi kualitas dan kuantitasnya.
Kepribadian pendidik serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda.
Dengan memiliki pengertian secara umum mengenai sifat berbagai metode,
baik mengenai kelemahan-kelemahannya, seorang pendidik akan lebih mudah
menetapkan metode manakah yang paling serasi untuk situasi dan kondisi
pengajaran yang khusus. Dengan demikian seorang pendidik harus bisa
mengantisipasi problem yang mungkin timbul dalam menyampaikan materi
pelajaran.
100

Sedangkan dalam kaitannya dengan penggunaan media dalam problem
metode pengajaran Pendidikan Agama Islam. Sering kali terjadi problem
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam hal metode. Metode
adalah cara yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan. Untuk
menetapkan apakah suatu metode dapat disebut baik, diperlukan patokan yang
bersumber dari beberapa faktor. Faktor utama yang menentukan adalah tujuan
yang akan dicapai.
Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, banyak metode yang dapat
digunakan antara lain:
1. Metode ceramah.
2. Metode diskusi.
3. Metode tanya jawab.

100
Depag, Panduan pembelajaran PAI berbasis kompetensi, (Jakarta: Depag, 2004) hlm, 101



136
4. Metode pemberian tugas.
5. Metode drill
6. Metode kerja kelompok.
101

Dalam menggunakan metode tersebut harus dipertimbangkan serta
disesuaikan dalam arti apakah metode yang paling baik dan paling tepat untuk
kegiatan dalam situasi dan kondisi yang ada. J adi dalam memilih metode
harus tahu dan memahami hal-hal sebagai berikut:
1. Sifat dan jenis kegiatan.
2. Apa yang melatar belakangi kegiatan tersebut.
3. Dengan tehnik pemecahan yang bagaimana kegiatan itu dapat
diselesaikan.
4. Fasilitas apa saja yang mungkin dipergunakan.
102

Dengan demikian akan dapat memilih metode yang tepat sehingga
pelaksanaan proses belajar mengajar berhasil dengan baik.

6. Problem Pendekatan {Way OF Think} Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri Moncek
Timur cenderung pedagogis yang implikasinya adalah muncul perlakuan
intimidatif pendidik terhadap anak didik dalam proses pembelajaran agama
Islam.
Kecendrungan pendekatan pembelajaran yang intimidatif, dogmatis dan
sebagainya dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam hari
ini lebih dikarenakan adanya impor pengetahuan mentah secara besar-

101
Zuhairini Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam {Surabya: Sinar Ilmu, 1993}, hlm.
74
102
Depag, hlm. 237



137
besaran oleh lembaga- lembaga pendidikan bangsa ini dari Eropa (baca:
barat) tanpa dibarengi stdy kritis terhadap epistemology pengetahuannya
103


Kecendrungan terpengarauh seperti terungkap dalam pandangan Karim
diatas telah mengakibatkan system pendidikan nasional negeri ini juga
intimidatif terhadap anak didik seperti halnya kasus UAN yang
menigilustrasikan penilaian pendidikan hanya dari keberhasilan anak didik
dari mengerjakan soal- soal ujian saja
Tidak ada lagi apa yang disebut pembelajaran yang menyenangkan,
kreatif, efektif, apalagi inovatif. Seluruh sumber daya sekolah seolah
dipersiapkan dan diarahkan untuk menghadapi UAN. Pembelajaran
difokuskan sepenuhnya untuk meraih persentase lulusan yang tinggi,
bahkan kalau mungkin dengan rata-rata nilai yang tinggi pula. Tidak
berarti pendidik tidak mengetahui kelemahan sistem drill, tetapi cara ini
tetap dipertahankan semata agar dapat bersaing dengan sekolah lain,
terutama dalam UN.
104



7. Problem Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran PAI
Sedangkan dalam hal perencanaan pembelajaran yang ada di SD Negeri
Moncek Timur Lenteng Sumenep kurang begitu baik dimana pendidik yang
akan mengajar tidak mempersiapkan apa yang akan dilaksanakan di kelas
{pendidik tidak membuat rencana pembelajaran yang meliputi media,
penciptaan susana pra belajar yang baik dan sebagainya, sehingga proses
belajar mengajar tidak terarah

103
Muhammad Karim, Pendidikan Kritis Transformatif (Study Krirtik Terhadap Modernisme
Pendidikan Agama Islam), (Malang: Skripsi J urusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN Malang, 2007)
hlm. 5. Karim yang dalam skripsinya menyoroti beberapa kelemahan dalam hal epistemologi
pengetahuan, yang juga dalam pandangannya problem epistemology tersebut berakibat terhadap
pendekatan, metode, pelaksanaan, serta evaluasi pembelajaran di lapangan serta hasil output dari
proses pendidikan agama Islam secara keseluruhan yang dalam kritiknya akan terus menjadi
obyek dari seluruh regulasi yang dibuat oleh Barat dalam hal ini Eropa.
104
Ermy Listiyaning, Mengajar Belajar, (www.google.com: J akarta: Opini Kompas)



138
Ketidaktepatan perencanaan pembelajaran berakibat terhadap
amburadulnya pelaksanaan pembelajaran di SD Negeri Moncek Timur
mengalami beberapa kekurangan dan hambatan karena sejak mulai dari awal
pendidik (pendidik) agama Islam tidak mempersiapkan hal-hal yang perlu
disipkan sebelum mengajar dengan baik dan tepat sehingga hal demikian
berakibat terhadap pelaksanaan pembelajran agama Islam di kelas tidak
terlaksan dan terarah dengan baik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan.
Hal yang sama pula terjadi pada evaluasi pembelajaran pendidikan agama
Islam kurang hal ini di sebabkan tersitanya jam pelajaran karena sering
terlambatnya pendidik dan Pendidik harus mendikti pelajaran atau menulis
materi pelajaran di papan tulis sehingga kalau evaluasi serinng di laksanakan
maka materi tidak akan selesai.
Apabila dijumpai dalam kegiatan belajar mengajar tentang kesulitan
belajar anak didik dalam menerima pelajaran, tidak dan belum diadakan suatu
program perbaikan demi meningkatkanya prestasi belajar anak didik, sehingga
dalam pelajarannya mereka tidak jauh ketinggalan dari pada teman-teman
sekelasnya.
Menyimpulkan hasil observasi peneliti yang tiap harinya melakukan
pengamatan dilapangan karena rumah peneliti dekat dengan sekolah dasar
negeri tersebut, bahwa problem pembelajaran pendidikan agama Islam di SDN
Moncek Timur dapat digariskan sebagai berikut:
5. Perbedaan latar belakang pendidikan orang tua



139
6. Kurangnya bimbingan orang tua terhadap anak
7. Lingkungan yang kurang mendukung
8. Perbedaan IQ anak didik
8. Problem Pelaksanaan Pembelajaran PAI
Ketidaktepatan perencanaan pembelajaran berakibat terhadap
amburadulnya pelaksanaan pembelajaran di SD Negeri Moncek Timur
mengalami beberapa kekurangan dan hambatan karena sejak mulai dari awal
pendidik (pendidik) agama Islam tidak mempersiapkan hal-hal yang perlu
disipkan sebelum mengajar dengan baik dan tepat sehingga hal demikian
berakibat terhadap pelaksanaan pembelajaran agama Islam di kelas tidak
terlaksan dan terarah dengan baik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan.
Hal yang sama pula terjadi pada evaluasi pembelajaran pendidikan agama
Islam kurang hal ini di sebabkan tersitanya jam pelajaran karena sering
terlambatnya pendidik dan Pendidik harus mendikti pelajaran atau menulis
materi pelajaran di papan tulis sehingga kalau evaluasi serinng di laksanakan
maka materi tidak akan selesai.
Dengan demikian secara garis besar Pelaksanaan pembelajaran
pendidikan agama Islam di SDN Moncek Timur tidak berjalan dengan baik
yang disebabkan banyak hal diantaranya pendidik yang memegang bidang



140
studi pendidikan agama Islam adalah pendidik kurang profesional
105
dan
berpengalaman.
Selain permasahan diatas pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama
Islam di SDN Moncek Timur juga mengalami beberapa kendala diantaranya
kurang berpartisipasi aktifnya para pendidik non agama dalam pelaksanaan
pembelajaran pendidikan agama Islam, terutama pada peringatan hari-hari
besar Islam.
9. Problem Evaluasi Pelaksanaan Pembelajaran
Sedikitnya jam pelajaran dan minimnya sumber pelajaran untuk mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri Moncek Timur menjadi
salah satu problem untuk mengadakan evaluasi pelaksanaan pembelajaran
bagi pendidik mengapa demikian, karena waktu pelajaran terkadang habis
hanya dengan mendikti mata pelajaran saja.

B. UPAYA-UPAYA MENGATASI PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN
PENADIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDN MONCEK TIMUR LENTENG
SUMENEP

1. Upaya Pada Lingkungan

Dalam hal lingkungan keluarga dimana orang tua anak didik kurang
memperhatikan keadaan anaknya dalam pendidikannya pihak sekolah dasar
negeri di Moncek Timur mengadakan pertemuan triwulan dengan pihak orang

105
Dalam tulisan term kurang professional untuk menggambarkan ketidak berdayaan seorang
pendidik agama Islam di SDN Moncek Timur dikarenakan selain sebagai berprofesi guru dia
juga berprofesi dalam hal lainnya. Hal ini terlihat dari hasil observasi peneliti pada tanggal 25
Mei dalam melihat keseharian kehidupan beliau sebagai seorang pendidik agama Islam di
sekolah di pagi hari.



141
tua anak didik sekedar untuk memberikan evaluasi pendidikan secara
keseluruhan dan mendorong mereka untuk terus mengupayakan sinergitas dan
partnership dalam mendidik anak- anak mereka dengan pihak sekolah secara
bersama- sama.
Sedangkan dalam hal lingkungan masyarakat anak didik, masih
menjamurnya budaya yang tidak sesuai dengan yang diajarkan dengan nilai-
nilai kebenaran, keadilan disekolah di lingkungan masyarakat di sekitar anak
didik SD Negeri Moncek Timur sebagai diatas pihak sekolah memanfaatkan
momentum pertemuan triwulan. Selain itu diusahaknya komunikasi-
komunikasi dengan para tokoh masyarakat untuk mendorong mereka untuk
mengusahakan pembudayaan yang sesuai dengan nilai kebenaran, keadilan,
kebaikan, persamaan dan sebagainya.
..............lingkungan pembelajaran pendidikan Islam adalah suatu
lingkungan yang didalamnya terdapat ciri-ciri keislaman yang
memungkinkan terselenggaranya penmbelajaran pendididkan Islam
dengan baik. Fungsinya untuk menunjang terjadinya pembelajaran secara
aman, tertib dan berkelanjutan.
106


Disamping dua upaya mengatasi diatas berikut usaha pihak sekolah dalam
penanggulangan problem lingkungan sekolah yang masih mines dalam
mencipatakan lingkungan sekolah yang sesuai dengan karakter, kemauan dan
potensi mereka sebagai anak yang berada dalam masa pertumbuhan awal,
pihak sekolah mengusahakan secara terus- menerus untuk memperbaiki
fasilitas dan media pembelajaran melalui pengajuan proposal terhadap

106
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Logos, J akarta,1997. hal.111.



142
pemerintah baik pusat maupun daerah maupun mengushakan donator- donator
pribadi dari orang tua anak didik mapun lainnya.
Adapun lebih jelasnya dalam hal untuk mengatasi tentang problematika
pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang berkaitan dengan lingkungan di
SDN Moncek Timur Lenteng Sumenep adalah sebagai berikut :
Memberikan pemahaman akan pentingnya keteladanan dari pihak orang
tua sebagai kepala keluarga terhadap anak dalam mengamalkan syariat
Islam.dengan demikian ada kesingkoran nilai-nilai yang diterima anak
didik dengan keadaan suasana dalam keluarga.
Menyiapkan kader muslim sejati dengan menciptakan sistem pengkaderan
yang baik serta membuat system antibody yang baik pula terhadap
pengaruh luar yang cendrung tidak baik.
Pihak sekolah mengadakan komunikasi timbal balik antara lingkungan
lembaga formal, informal dan nonformal tentang pentingnya pembejaran
Pendidikan Agama Islam bagi kehidupan sehari-hari seperti melalui
pertemuan wali murid dan kumpulan masyarakat dengan harapan hal
tersebut dapat membantu terhadap kesuksesan pembelajaran pendidikan
agama Islam.
107


Sepanjang observasi dan dokumentasi yang dilakukan peneliti dapat
disimpulkan usaha- usaha tersebut diatas memang betul adanya, hal ini terlihat
dari file- file proposal dan maket pembangunan infrastruktur pendidikan
kedepan yang kami temukan di SDN Moncek Timur ini.

107
Depag. Hlm. 233



143
Dengan memperhatikan pengertian di atas dapat diidentifikasikan bahwa
lingkungan pembelajaran itu terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan
masyarakat dan lingkungan sekolah. Pada perkembangan selanjutnya lembaga
pendidikan ini disederhanakan menjadi lingkungan pembelajaran luar sekolah
dan linkungan pembelajaran sekolah.
2. Upaya Pada Media
Upaya untuk mengatasi problem yang berkaitan dengan pembelajaran
pendidikan agama Islam di SD Moncek Timur, maka pihak sekolah yang
tentunya didalanya termasuk pendidik agama Islam ingin membangun kamar
kecil dan mushalla untuk tegiatan keagamaan dan praktek yang berkaitan
dengan pelajaran agama Islam seperti praktek shalat
3. Upaya pada Pendidik
Adapaun dalam hal penagggulangan seringnya keterlambat pendidik
masuk sekolah karena punya profesi lain selain sebagai pengajar dan
minimnya pengalaman dalam bidang yang dia ajarkan pihak sekolah berusaha
meningkatkan jaminan kesejahteraan mereka meskipun banyak tergantung
dengan pemerintah dan tak lupa pula megikutkan para pendidik pada
pelatihan- pelatihan kependidikan baik dari pemerintah maupuan swasta.
Sedangkan dalam hal kurang berpartisipasi aktifnya para pendidik non
agama Islam dalam pembelajaran pendidikan agama Islam dan adanya
wacana dan kecenderungan bahwa moral anak didik hanya menjadi tanggung
jawab pendidikan agama Islam dan pendidik agama Islam saja, pihak sekolah



144
telah mengadakan evaluasi bersama secara resmi amupun tidak resmi dalam
membincang problem sebagaiamana disebut.
Agar pendidik agama Islam dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-
baiknya, maka dibutuhkan adanya syarat-syarat tertentu, disamping syarat-
syarat yang harus dimiliki oleh pendidik pada umumnya, yaitu:
a. Mempunyai ijazah formal.
b. Sehat jasmani dan rohani.
c. Berakhlak yang baik.
d. Memiliki pribadi mukmin, muslim dan muhsin.
e. Taat untuk menjalankan agam serta mampu memberikan tauladan yang
baik kepada anak didik.
f. Memiliki jiwa pendidi dan rasa kasih sayang kepada anak didiknya.
g. Mengetahui dasar-dasar ilmu pengetahuan tentang kependidikan, terutama
metodik dan dedaktik.
h. Menguasai ilmu pengtahuan agama.
i. Tidak cacat rohani dan jasmani.
108


Sebagai pelengkap syarat-syarat di atas, pendidik agama harus memili
sifat-sifat, sebagai berikut:
c. Zuhud, tidak mengutakan materi dan mengajar karena mencari keridhaan
Allah.
d. Bersih jasmani dan rohani, penampilan lahiriahnya menyenangkan dan
mulia akhlaknya.
e. Mengetahui tabiat murid, yang mencakup pembawaan , kebiasaan,
perasaan dan pemikiran.
f. Menguasai mata pelajaran yang akan disampaikan.
109


Banyak pendidik yang belum menuju dan mencapai ketiga ranah
pendidikan (Kognitif, afektif dan psikomotorik), sifat dan karakter serta
pendidikan yang dimiliki oleh seorang pendidik disamping kwalitas iman dan
taqwa yang bereda, selain itu mereka belum mampu menunjukkan sikap dan
kepribadian sebagai orang muslim yang sejati, sebab masih sering melangar

108
Abu Ahmadi, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Armico, Bandung, 1986. hal. 49.
109
M. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Bulan Bintang, J akarta, 1970.
hal. 137



145
norma-norma Islam, kurang adanya rasa pengabdian yang tinggi dalam
melaksanakan tugas sebagai pendidik, dan latar belakang ekonomi yang serba
pas pasan.
Mengikuti penataran-penataran
Mengikuti kursus-kursus kepembelajaran
Memperbanyak membaca buku.
Mengadakan kunjungan kesekolah lain.
110


4. Upaya Pada Anak Didik
Adanya sebagian anak didik SDN Moncek timur yang kurang
memperhatikan akan pentingnya belajar {kurang minat belajar}. Untuk
membuktikan apa yang pernah pendidik agama Islam tersebut katakan tentang
usaha- usahanya dalam menaggulangi problem anak didik peneliti pernah ikut
beliau (peneliti termasuk teman dekat dan tetangganya) untuk silaturrahim
kerumah para wali anak didiknya di sekolah dan kenyataanya memang
demikian adanya.
5. Upaya Pada Metode
Penggunaan metode mengajar yang ada kurang variatif dan cendurung
monoton dan cara-cara memilih suatu metode untuk dilaksanakan dalam
kegiatan belajarnya yang tidak sesuai dengan karakteristik sub pokok
bahasannya.
Hasil observasi peneliti pihak sekolah juga berusaha menetapkan apakah
suatu metode dapat disebut baik, dengan menentukan tujuan yang akan
dicapai. Pemberian pengertian secara umum mengenai sifat berbagai metode,
baik mengenai kelemahan-kelemahannya kepada seluruh tenaga pengajar

110
Zuhaurini, hlm 23



146
termasuk pendidik agama Islam oleh diskusi bareng dengan teman sejawat
(kepala seklah, pendidik dsb.) yang diadakan sekolah.
6. Upaya Pendekatan Pembelajaran
Kecenderung penggunaan pedagogis sehingga memunculkan perlakuan
intimidatif pendidik terhadap anak didik dalam proses pembelajaran agama
Islam. Kecenderungan diatas berakibat seperti apa yang pernah dikatakan
Towaf:
a. Pendekatan masih cenderung normative, dalam arti pembelajaran
pendidikan agama menyajikan norma-norma yang seringkali tanpa
ilustrasi kontek social budaya sehingga peserta didik kurang menghayati
nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam keseharian.
b. Kurikulum pembelajaran pembelajaran pendidikan yang dirancang di
sekolah sebernarnya lebih menawarkan minimum kopetesi atau minimum
informasi, tetapi pihak GPAI sering kali terpaku padanya sehingga
semangat untuk memperkaya kurikulum deang penganlaman belajar yang
bervariasi kurang tumbuh.
c. Sebagai dampak yang menyertai situasi tersebut maka GPAI kurang
berupaya menggali berbagai metode yang mungkin bisa dipakai untuk
pembelajaran pendidikan agama Islam sehingga pelaksanaan pembelajaran
cenderung monoton.
111


7. Upaya Pada Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran
Tentang kurang matangnya perencanaan pelaksansan pembelajaran
peneliti pernah ditanyai tentang cara membuat perencanaan pembelajaran
pendidikan agama Islam dengan kurikulum KTSP, diskusipun terus berlanjut
sampai tidak terasa sudah waktunya pulang sekolah, namun tak pelak lagi
karena masih ada banyak yang perlu didiskusikan kamipun sepakat
melanjutkannya di rumah peneliti.



111
Towaf, hlm 22



147
8. Usaha Pada Pelaksanaan Perencanaan Pembelajaran
Selain usaha pendidik agama Islam dalam memperbaiki kerja dan
kinerjanya terkait perencanaan pelaksanaan pembelajaran, dia juga berusaha
memperbaiki pelaksanaan perencanaan pembelajaran sesuai rencana dan
tujuannya semula yang telah disiapkan sebelumnya hal ini dilakukan dalam
rangka supaya tercapainya suatu kesuksesan bagi sekolah (pendidik) anak
didik, wali murid dan lain-lain.
9. Upaya Pada Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembelajaran
Kurang diperhatikannya evaluasi adalah suatu problem yang dihadapi
SDN Moncek Timur dalam pembelajaran agama Islam. Menyimpulkan hasil
observasi peneliti yang tiap harinya melakukan pengamatan dilapangan karena
rumah peneliti dekat dengan sekolah dasar negeri tersebut, bahwa upaya
mengatasi prolem pembelajaran pendidikan agama Islam di SDN Moncek
Timur dapat digariskan sebagai berikut: yaitu pihak sekolah mengupayakan
dan selalu mengadakan perbaikan serta mengharapkan peran serta wali murid
dan masyarakat agar supaya mendukung dan memperhatikan anak didik dalam
hal pendidikan, hal ini demi kesuksesan anak didik dalam pembelajarannya.
Sesuai data penelitian dilapangan dalam penaggulangan problematika
pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di SDN Moncek Sumenep
Madura sebagian tergolong Prefentif dan sebagian lainnya tergolong Curatif.
Sifat pencegahan (prefentif) yaitu pemberian bantuan (terutama) kepada
permasalahan sebelum permasalahan atau persoalan yang serius dihadapinya.
Sedangkan sifat penyembuhan (curatif) yaitu usaha perbaikan selama



148
mengalami persoalan serius, dengan maksud agar permasalahan atau problem
hilang atau teratasi.
























149
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian {dalam bab IV} dan hasil analisa data (dalam
bab V) dapat disimpulkan dan dipolarisasi sebagai berikut :
1. Poblematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN Moncek
Timur Lenteng Sumenep
a. Pendidik: 1. Pendidik yang memegang bidang studi pendidikan agama
Islam adalah pendidik kurang profesional dan minim pengalaman. 2.
Kurang berpartisipasi aktifnya para pendidik non agama dalam
pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam, 3. Adanya cara
pandang dikotomis sehingga memunculkan adanya wacana dan
kecenderungan bahwa moral anak didik hanya menjadi tanggung jawab
pendidikan agama Islam dan pendidik agama Islam saja, 4. Kurang adanya
rasa pengabdian yang tinggi dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik,
5. Problem lain adalah duka ketika pendidik dihadapkan pada kenyataan
adanya anak didik bandel, nakal, kurang memperhatikan keterangan atau
ada sarana dan prasarana yang kurang memadai.
b. Anak didik: Kurang memperhatikan akan pentingnya belajar { kurang
minat belajar} hal ini di sebabkan kurangnya perhatian dari orang tua dan
keadaan masyarakat yang kurang mendukung terhadap anak didik untuk
giat.



150
c. Pendekatan pembelajaran: Pendekatan pembelajaran cenderung pedagogis
yang implikasinya adalah muncul perlakuan intimidatif pendidik terhadap
anak didik dalam proses pembelajaran agama Islam.
d. Metode pembelajaran: 1. Kurang variatif dan cenderung monoton yaitu
hanya memakai metode ceramah saja, 2. Faktor tujuan, problem anak
didik yang berbagai tingkat kematangannya, situasi yang menyangkut
berbagai keadaannya, fasilitas dengan berbagai kualitas dan kuantitasnya,
kepribadian pendidik serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda
telah menjadi faktor munculnya problem dalan hal metode pembelajaran.
e. Lingkungan, mengenai problemnya dapat ditabulasikan sebagai berikut:
1. Keluarga: lingkungan keluarga dimana orang tua anak didik kurang
memperhatikan keadaan anaknya dalam pendidikannya
2. Masyarakat: Praktik kebiasaan masyarakat dilapangan kurang
mencerminkan nilai keIslamian dan kurang mendukung terhadap
perkembangan pembelajaran pendidikan agama Islam
3. Sekolah: Kurang terciptanya lingkungan sekolah yang sesuai dengan
karakter, kemauan, kemampuan talenta dan potensi mereka sebagai
anak yang berada dalam masa pertumbuhan awal.
f. Media pembelajaran: Keadaan media atau sarana penunjang pembelajaran
di SD Negeri Moncek Timur kurang memadai dan masih minim.
g. Perencanaan pembelajaran: Perencanaan pembelajaran yang ada di SD
Negeri Moncek Timur Lenteng Sumenep kurang begitu baik dimana
pendidik yang akan mengajar tidak mempersiapkan apa yang akan



151
dilaksanakan di kelas {pendidik tidak membuat rencana pembelajaran
yang meliputi media, penciptaan susana pra belajar yang baik dan
sebagainya}
h. Pelaksanaan perencanaan pembelajaran: Tidak disiapkannya hal-hal
yang perlu disiapkan oleh pendidik sebelum mengajar telah berakibat
terhadap pelaksanaan pembelajran agama Islam di kelas tidak terlaksana
dan terarah dengan baik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan
i. Evaluasi pelaksanaan perencanaan pembelajaran: Problem perencanaan
dan pelaksanaan perencanaan pembelajaran seperti tersebut diatas
berakibat pada adanya problem evaluasi Pembelajaran Pendidikan agama
Islam, misalkan belum jelasnya evaluasi apa yang digunakan atau
tersitanya waktu untuk melakukan evaluasi karena waktu akibat minimnya
sarana penunjang.

2. Upaya-upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Problematika
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN Moncek Timur Lenteng
a. Peningkatan kemampuan Pendidik, Anak didik, Pendekatan, Metode,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi Pembelajaran misalnya
rekrutmen pendidik bermutu yang dibarengi dengan sarana penunjang
kematangan profesi misalnya pelatihan pendidik lainnya, dan jaminan
kesejahteraan yang memadai, selektif dalam input anak didik dan berbenah
dalam sistem pembelajaran untuk lebih baik. Dua usaha ini akan juga



152
berakibat terhadap perbaikan pendekatan dan metode pembelajaran,
pembuatan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran yang baik
dan berkualitas.
b. Pembangunan dan Peningkatan kemampuan Lingkungan dan Media
Pembelajaran, dalam hal lingkungan keluarga dan masyarakat SDN
Moncek Timur mengusahakan pertemuan triwulan dengan wali anak didik
dan para tokoh masyarakat untuk penciptaan suasana lingkungan belajar
yang mendukung baik dilingkungan keluarga sendiri maupun lingkungan
masyarakat secara umum, sedangkan di lingkungan sekolah diusahakan
oleh sekolah sendiri dalam pembenahannya yang juga menyangkut
didalamnya mengusahakan pengadaan media pembelajaran yang memadai
dan menunjang proses pembelajaran.
B. Saran-saran
Dari hasil studi tentang Problematika Pembelajaran pendidikan agama
Islam di SDN Moncek Timur , maka penulis masih perlu memberikan saran-
saran baik kepada pihak Sekolah, kepada para pendidik, anak didik, orang tua dan
masyarakat sekitar agar nantinya pelaksanaan pembelajaran agama Islam di SDN
Moncek Timur lebih baik dan kualitas dan prestasi anak didik dapat lebih
meningkat, yakni sebagai berikut:
1. Kepada pihak sekolah
Dalam usaha meningkatkan kualitas pembelajaran belum cukup hanya
melengkapi fasilitas belajar mengajar saja, tanpa meningkatkan
profesionalisme dan kemampuan para pendidiknya, oleh karena itu untuk



153
memenuhi hal tersebut diharapkan pihak sekolah memberi kesempatan kepada
para pendidik untuk mengikuti inservice training dan up grading, serta kursus
tertentu baik yang diselenggarakan oleh Departemen Agama maupun
Departemen Pendidikan nasional. Selain hal ini juga sangat diperlukan
dukungan keluarga dan masyarakat dalam penciptaan lingkungan belajar yang
mendukung dan menunjang.
2. Kepada Para Pendidik
a. Khususnya pendidik pendidikan agama Islam hendaknya lebih
meningkatkan ilmu pengetahuan, kemampuan dan keterampilannya
terutama yang berkaitan dengan masalah pengolahan proses pembelajaran
dalam bidang agama Islam, sehingga menjadi pendidik yang profesional
dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pendidik.
b. Untuk pendidik non agama Islam bahwa dalam membincang siapa yang
menjadi penanggung jawab mengatasi moralitas anak didik jawabannya
tidak hanya menjadi tanggung jawab pendidik PAI saja tetapi seluruh tenaga
kependidikan yang ada disekolah tersebut. Kondisi laten ini akan tersudahi
dengan tidak berfikir dikotomis dalam memandang da memahami arti
pendidikan.
3. Kepada Semua anak didik
Baik anak didik hendaknya disiplin dalam melaksanakan dan megikuti
seluruh kegiatan pembelajaran baik yang dilaksnakan di sekolah, keluarga, dan
masyarakat sekitar.
4. Kepada Lingkungan (Masyarakat).



154
Hendaknya antara tripusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan
masyarakat selalu menjalin kerja sama yang baik dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan yaitu saling memperhatikan serta saling memberi dan
menerima masukan sebagai informasi berkenaasn dengan masalah pendidikan,
sehingga dapat meningkatkan mutu dan kwalitas pendidikan bagi anak-
anaknya.

Vous aimerez peut-être aussi