Vous êtes sur la page 1sur 8

Laporan Kasus

SUBLUKSASIO LENTIS + KATARAK TRAUMATIK

Oleh Riz Sanfebrian Adiatma, S.Ked I1A007065

Pembimbing dr. Hj. Hamdanah, Sp.M

BAGIAN/UPF ILMU PENYAKIT MATA RSUD ULIN FK UNLAM BANJARMASIN

Agustus, 2013

BAB I PENDAHULUAN

Walaupun mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik seperti rongga orbita, kelopak, dan jaringan lemak retrobulbar selain terdapatnya refleks memejam atau mengedip, mata masih sering mendapat trauma dari dunia luar. Trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata dan kelopak, saraf mata dan rongga orbita. Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan.(1) Trauma mata merupakan penyebab kebutaan unilateral pada anak dan dewasa muda, dimana biasanya kelompok usia ini mengalami sebagian besar cedera mata yang parah. Dewasa muda terutama pria merupakan kelompok yang kemungkinan besar mengalami cedera tembus mata.(2) Trauma pada mata dapat mengenai jaringan di bawah ini secara terpisah atau menjadi gabungan trauma jaringan mata. Trauma dapat mengenai jaringan mata: kelopak, konjungtiva, kornea, uvea, lensa, retina, papil saraf optik, dan orbita.(3) Berikut ini dilaporkan ruptur kornea diserta subluksasio lentis +katarak traumatik sinistra pada seorang wanita berusia 22 tahun yang berobat ke RSUD Ulin Banjarmasin.

BAB II LAPORAN KASUS

IDENTITAS Nama Jenis Kelamin Usia Alamat Pekerjaan ANAMNESIS Hari/tanggal Keluhan Utama Riwayat Penyakit Sekarang : Sabtu, 10 Agustus 2013 : penurunan penglihatan mata kiri : : Ny. F : Perempuan : 22 tahun : Lawasari RT 20 no 05 : IRT

Sejak + 3 tahun yang lalu mata pasien tertusuk besi jepitan rambut pada mata sebelah kiri. Pasien ketika awalnya mengeluhkan pandangan mata kabur, nyeri kepala yang menjalar di bagian kepala sebelah kiri, kemudiam mata bengkak, kemerahan dan berair. Pasien sudah pernah berobat kerumah sakit dan ditawarkan untuk operasi namun menolak karena biaya. Sekarang pasien mengeluhkan mata sebelah kirinya kabur. Pandangan kabur secara perlahan. Nyeri tidak dirasakan lagi namun pasien merasakan gatal. Pasien juga mengeluh mata kirinya terasa gatal, dan keluar air mata berwarna bening tapi tidak banyak.. Tidak ada keluhan serupa pada mata kanannya. Sebelum berobat ke poliklinik Mata, pasien ada pergi kepengobatan tradisional tapi keluhan tidak berkurang sehingga pasien berobat ke poliklinik Mata RSUD Ulin.

Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien menyangkal adanya riwayat hipertensi, kencing manis, dan alergi sebelumnya. PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum : Baik Kesadaran Status Generalis Tanda Vital : Kompos Mentis : Dalam Batas Normal TD Nadi RR Status Lokalis : Visus Kedudukan Pergerakan Palpebra Konjungtiva Kornea Sklera COA Iris Pupil Lensa OS /300 Sentral Ke segala arah Bentuk normal, Odem (-) Hiperemi (-), Odem (+) Jernih Putih Dalam Iris shadow (-) iridodonesis (+) Sentral, regular, 3 mm, reflek cahaya (+), keruh keruh : 110/70 mmHg : 80 x/menit : 20 x/menit

OD 5/5 Sentral Ke segala arah Bentuk normal, Odem (-) Hiperemi (-), Odem (-) Jernih Putih Dalam Iris shadow (-) Sentral, regular, 3 mm, reflek cahaya (+) Jernih DIAGNOSA KLINIS

Subluksasio lentis + katarak traumatik OS PENATALAKSANAAN Rencana operasi pengangkatan katarak PROGNOSIS

Dubia ad malam BAB III DISKUSI

Trauma tumpul pada lensa dapat mengakibatkan dislokasi lensa akibat putusnya zonula zinn. Gangguan kedudukan lensa ini dapat dalam bentuk subluksasi lensa dan luksasi lensa.(4) Subluksasi lensa terjadi akibat zonula zinn putus sebagian sehingga lensa berpindah tempat. Pasien pasca trauma akan mengeluh penglihatan berkurang. Subluksasi lensa akan memberikan gambaran iris berupa iridodonesis. Akibat pegangan lensa pada zonula tidak ada maka lensa yang elastis akan menjadi cembung, dan mata akan menjadi lebih miopia. Lensa yang menjadi sangat cembung mendorong iris ke depan sehingga sudut bilik mata tertutup. Bila sudut bilik mata menjadi sempit pada mata ini mudah terjadi glaukoma sekunder.(4) Selain subluksasi lensa trauma tumpul dapat mengakibatkan katarak, yang biasanya berjalan lambat, dan proses degenerasinya dapat berjalan lanjut. Proses degenerasi lanjut ini dapat mengakibatkan pencairan korteks lensa dan bocor melalui kapsul lensa. Bahan lensa di luar kapsul sebagai benda asing menimbulkan reaksi di dalam bilik mata depan sehingga menimbulkan reaksi uveitis yang disebut sebagai uveitis fakotoksik dan glaukoma fakolitik.(4) Bila katrak telah menimbulkan reaksi fakolitik maka pasien akan mengeluh mata sakit disertai dengan gejala uveitis lainnya sehingga lensa perlu dikeluarkan dengan segera.(4,5)

Pada pasien ini dari anamnesis didapatkan keluhan utama berupa nyeri pada mata kirinya dan terdapatnya riwayat trauma tumpul pada mata kiri yang diikuti dengan perasaan nyeri pada mata dan daerah sekitarnya serta penurunan ketajaman penglihatan yang sebelumnya normal. Hal ini bersesuaian dengan gambaran subjektif yang ditemukan pada pasien dengan subluksasi lentis + katarak traumatik. (5) Dari hasil pemeriksaan fisik pasien didapatkan penurunan visus pada mata kiri yaitu /300, pada pemeriksaan dengan menggunakan senter didapatkan gambaran gambaran iridodonesis pada iris dan lensa tampak keruh.. Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik maka dapat disimpulkan bahwa pada pasien ini telah terjadi subluksasi lentis + katarak traumatik terkait dengan trauma tumpul. Pada pasien ini dianjurkan kepada pasien untuk segera melakukan operasi. Hal ini dilakukan untuk tujuan mencegah terjadinya komplikasi dan kosmetik. Untuk menyembuhkan penurunan penglihatan yang dikeluhkan oleh pasien sudah tidak dapat dilakukan kembali karena penyakit yang diderita pasien sudah lama.(6,7) Fibrinous uveitis merupakan komplikasi post operasi yang sering terjadi pada anak anak, diikuti posterior sentral synechias, glaukoma, dan pembentukan membran lenticular. Untuk mencegah biasanya pada pasien diberikan kortikosteroid topikal dan dilakukan evaluasi tanda tanda komplikasi pada masa awal post operasi. (6)

BAB IV PENUTUP

Telah dilaporkan sebuah kasus subluksasio lentis + katarak traumatik OS pada seorang penderita perempuan, usia 22 tahun. Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Penatalaksanaan pada pasien ini adalah operasi pengangkatan katarak.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidarta. 1999. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2. James Bruce, Chris Chew, Anthony Bron. 2006. Oftalmologi. Edisi kesembilan. Jakarta : Erlangga 3. Wijana, Nana. 1983. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. 4. Vaughan D, Asbury T. 1992. Oftalmologi Umum. Jilid 2. Edisi II. Yogyakarta: Widya Medika. 5. Ilyas S. Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2002. 6. Zakrzewsk, PA., and Ahmed IK..Surgical Management Of The Traumatic Cataract. Cataract & Refractive Surgery Today:24-26,2004. 7. Lonar VL, Petric I. Surgical Treatment, Clinical Outcomes, and Complications of Traumatic Cataract:Retrospective Study. Croatian Medical Jurnal; 45(3):310313,2004.

Vous aimerez peut-être aussi