Vous êtes sur la page 1sur 49

LAPORAN MODUL III BLOK XXI

KEDOKTERAN KELUARGA

Disusun oleh : Kelompok I


M. Azhadi Rahmadani Dika Maharani RP Monika Ria Pahlawani M. Taufik Adhyatma Christi Angelia AL Hendry Purwanto Endang Yulia Angraini Putih Amaliana Suryanti

Tutor : dr. Tumpak M. Sinaga, MIH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN 2011

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya lah laporan dengan topik Kedokteran Keluarga ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan ini disusun dari berbagai sumber ilmiah sebagai hasil dari diskusi kelompok kecil (DKK) kami. Laporan ini secara garis besar berisi tentang penjelasan mengenai Kedokteran Keluarga, khususnya konsep sistem pelayanan kesehatan, manajemen sistem kedokteran keluarga dan tata cara rujukannya serta manajemen pembiayaan kesehatan. Dalam proses penyusunan laporan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada: 1. dr. Tumpak M. Sinaga,MIH selaku tutor kelompok I yang telah membimbing kami dalam melaksanakan diskusi kelompok kecil pada modul 3 mengenai Kedokteran Keluarga ini. 2. Dosen-dosen yang telah mengajarkan materi perkuliahan kepada kami sehingga dapat membantu dalam penyelesaian laporan hasil diskusi kelompok kecil ini. 3. Teman-teman kelompok I yang telah mencurahkan pikiran, tenaga dan waktunya sehingga diskusi sehingga dapat berjalan dengan baik dan dapat menyelesaikan laporan hasil diskusi ini. 4. Teman-teman mahasiswa kedokteran Universitas Mulawarman angkatan 2008 khususnya yang telah bersedia untuk sharing bersama mengenai materi yang kita bahas. Akhirnya, tak ada gading yang tak retak, tentunya laporan ini sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi tercapainya kesempurnaan dari isi laporan hasil diskusi kelompok kecil (DKK) ini.

Hormat Kami,

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman judul. Kata pengantar. Daftar isi.. I. Pendahuluan Latar belakang. Manfaat II. Isi Step 1 . Step 2.. Step 3.. Step 4.. Step 5. Step 6. Step 7. III. Penutup Kesimpulan dan Saran............. Daftar pustaka ...

i ii iii

1 1

2 2 3 8 9 9 9

53 54

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan dokter keluarga merupakan pelayanan kedokteran yang menyeluruh yang memusatkan pelayanan kepada keluarga sebagai suatu unit, dimana tanggung jawab dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis kelamin pasien juga tidak boleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu. Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya. llmu kedokteran keluarga adalah ilmu yang mencakup seluruh spektrum ilmu kedokteran tingkat yang orientasinya adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang berkesinambungan dan menyeluruh kepada satu kesatuan individu, keluarga dan masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan, ekonomi dan sosial budaya. Dengan mempelajari makalah ini, diharapkan mampu mewakili beberapa informasi yang dapat membantu mahasiswa dalam memahami prinsip dasar ilmu kedokteran keluarga yang mencakup faktor-faktor yang mempengaruhi angka kesakitan, tata cara rujukan dan konsep layanan kesehatan itu sendiri.

B. Manfaat
Tujuan Modul 3 Blok XXI ini adalah mahasiswa kedokteran tingkat VII diharapkan dapat memahami segala hal mengenai Kedokteran Keluarga, khususnya konsep sistem pelayanan kesehatan, manajemen sistem kedokteran keluarga serta manajemen pembiayaan kesehatan.

BAB II ISI
STEP 1 Terminologi asing
1. Asuransi kesehatan : Program jaminan kesehatan yang biayanya ditanggung bersama oleh masyarakat 2. Health care provider : orang atau badan yang menyediakan atau memberikan jasa pelayanan kesehatan yan berfungsi untuk meningkatkan mutu kesehatan 3. Kapitasi : suatu sistem perhitungan yang didasarkan pada jumlah kepala (jiwa/orang) yang tinggal di suatu wilayah tertentu pada periode tertentu 4. Fee for service : pembayaran yang dilakukan atas pelayanan kesehatan yang diterima pasien 5. Out of pocket 6. Rujukan : pembayaran langsung yang berasal dari uang pribadi pasien : pelimpahan tanggungjawab kepada pihak yang lebih berkompetensi atau sebaliknya agar diperoleh pelayanan kesehatan yang lebih baik 7. Promosi kesehatan : salah satu upaya kesehatan yang ditujukan untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat 8. Dokter Keluarga : Dokter yang berprofesi khusus sebagai dokter umum yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan strata pertama dengan menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga.

STEP 2 Identifikasi masalah


1. Bagaimana pengaturan sistem kapitasi dalam pembiayaan pelayanan kesehatan ? 2. Apakah kelebihan dan kekurangan sistem kapitasi ? 3. Bagaimana sistem pembiayaan fee for service dengan out of pocket ? 4. Bagaimana perbandingan sistem kapitasi dengan out of pocket ? 5. Sampai di lini apa sistem kapitasi dapat menanggung biaya kesehatan pasien ? 5

6. Bagaimana prosedur pendanaan sistem jaminan pelayanan kesehatan dan siapa saja yang terlibat di dalamnya? 7. Bagaimana sistem pengaturan asuransi kesehatan dan apa saja jenis-jenisnya? 8. Apa saja prinsip, karakteristik, dan fungsi dokter keluarga? 9. Apakah dokter keluarga dapat menerapkan sistem kapitasi dan out of pocket secara bersamaan?

STEP 3 Brain storming


1. Sistem pembiayaan kesehatan dibagi menjadi : Out of pocket Asuransi kesehatan (sistem kapita, anggaran, paket, dll)

Pembayaran bagi Pemberi pelayanan Kesehatan (PPK) dengan sistem kapitasi adalah pembayaran yang dilakukan oleh suatu lembaga kepada PPK atas jasa pelayanan kesehatan yajg diberikan kepada anggota lembaga tersebut, yaitu dengan membayar di muka sejumlah dasa sebesar perkalian anggora dengan satuan biaya (unit cost) tertentu. Didasari ats jumlah tertanggung (orang yang dijamin atau anggota) baik angota itu dalam keadaan sakiy atau dalam keadaan sehat yang besarnya ditetapkan dan umumnya dibayarkan dimuka tanpa memperhitungkan jumlah konsultasi atau pemakaian pelayanan di PPK tersebut. Untuk menentukan angka kapitasi perlu diketahui dua hal pokok yang harus diperhatikan dalam menentuka kapitasi, yaitu prediksi angka utilisasi (penggunaan pelayanan kesehatan) dan penetapan biaya satuan. Besaran angka kapitasi ini sangat dipengaruhi oleh angka utilisasi pelayanan kesehatan dan jenis paket ( benefit) asuransi kesehatan yang ditawarkan serta biaya satuan pelayanan.

Jenis-jenis kapitasi adalah sebagai berikut :


Penuh /total : rawat jalan sampai rawat inap Sebagian : rawat jalan saja, rawat inap saja, hanya jasa pelayanan tanpa obat, dll. Risk adjusment capitation : berbasis umur, risiko sakit, geografi

Manfaat sitem kapitasi ini adalah : ada jaminan tersedianya anggaran untuk pelayanan kesehatan yang akan 6

diberikan

ada dorongan untuk merangsang perencanaan yang baik dalam pelayanan

kesehatan, sehingga dapat dilakukan : pengendalian biaya kesehatan per anggota pengendalian tingkat penggunaan pelayanan kesehatan efesiensi biaya dengan penyerasian upaya promotif-preventif dengan kuratif-

rehabilitatif

rangsangan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu, efektif

dan efesien

peningkatan pendapatan untuk PPK yang bermutu peningkatan kepuasan anggota yang akan menjamin tersedianya kesehatan

masyarakat

2. Sistem kapitasi memiliki keuntungan dan kelemahan antara lain: Keuntungan kapitasi di antaranya adalah : a. RS dapat jaminan adanya pasien (captive market).

b. RS mendapat kepastian dana di awal tahun/kontrak. c. Bila berhasil mengefisienkan pelayanan akan mendapat keuntungan.

d. Dokter dapat lebih taat prosedur karena obat yang diberikan pasti tidak multiple. e. Promosi dan prevensi akan lebih ditekankan

Namun masih ada juga kelemahan dari kapitasi, yaitu : a. Cenderung underutilization. Maksudnya bias terjadi pengurangan fasilitas yang diberikan pada pasien untuk mendapat keuntungan sebesar-besarnya. b. Bila dokter belum memahami biasanya mendaptkan konflik. c. Bila peserta tidak banyak ada resiko kerugian.

3. Pembayaran biaya kesehatan yang dilakukan langsung oleh pasien kepada pelaksana pelayanan kesehatan sesuai dengan jasa dokter, obat, dan fasilitas lain yang

diterima. Pasien yang tidak menggunakan jasa asuransi harus menanggung seluruh beban biaya kesehatan secara pribadi, namun ia tidak perlu mengeluarkan uang untuk membayar premi bulanan seperti peserta asuransi. 4. Sistem kapitasi dan out of pocket masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan seperti yang telah disebutkan di atas.

5. Hal ini sesuai dengan kebijakan badan penyelanggara JPK atau asuransi, biasanya tersedia sampai dokter spesialis, namun jaminan yang diperoleh peserta asuransi juga tergantung besarnya premi yang dibebankan. Semakin tinggi premi, biasanya jamkes yang diperoleh akan semakin beragam dan semakin tinggi tingkatannya, semua itu telah disepakati oleh peserta dan badan penyelenggara sejak awal mengikuti asuransi.

6. Pandanaan JPK atau asuransi kesehatan seperti layaknya sistem banking yang memutar uang peserta. Premi yang dibayarkan tiap bulannya layaknya tabungan yang akan dikeluarkan atau digunakan saat dibutuhkan biaya kesehatan. Namun badan penyelenggara dari instansi pemerintah dan swasta terdapat perbedaan. Bila asuransi dari instansi pemerintah, tidak akan ada pembagian hasil bila keuntungan pihak asuransi cukup besar. Namun dari pihak swasta, biasanya ada sejumlah dana yang dibagikan kepada peserta bila dalam kurun waktu tertentu (setahun atau lebih) peserta tidak menggunakan dana kesehatan. Yang dapat ditanggung adalah anggota keluarga yang masih ditanggung orang tua (belum berkeluarga).

7. Ditinjau dari waktu pembayaran, asuransi kesehatan terbagi atas: a. Pembayaran setelah pelayanan kesehatan selesai diselenggarakan (Retrospective Payment), biasanya dihitung berdasarkan service by service atau patient by patient. b. Pembayaran di muka (pre payment) yaitu diberikan sebelum pelayanan diselenggarakan, biasanya perhitungan berdasarkan kapitasi dengan pelayanan komprehensif dengan tujuan penghematan dan mengurangi moral hazard dari penyelenggara pelayanan kesehatan. Bentuk-bentuk pra payment: a. Sistem kapitasi Yang dimaksud dengan sistem kapitasi adalah suatu sistem pembayaran dengan sejumlah uang yang merupakan pertanggungjawaban pelayanan kesehatan yang diterima secara tetap dan periodik sesuai dengan jumlah atau cakupan pasien. Pengelompokkan biasanya berdasarkan karakteristik pasien seperti umur dan jenis kelamin. (Jacob. P, 1997) Sedangkan Azwar A (1996) menyebutkan sistem kapitasi adalah sistem pembayaran di muka yang dilakukan oleh badan penyelenggara kepada sarana pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan 8

harga untuk setiap peserta yang dipertanggungkan. Biasanya sistem kapitasi ini berkaitan erat dengan konsep wilayah. b. Sistem paket Yang dimaksud dengan sistem paket yaitu sistem pembayaran di muka, berdasarkan paket pelayanan kesehatan yang dipertanggungkan tanpa melihat jenis penyakit yang diderita oleh pasien dan atas kesepakatan harga antara badan penyelenggara dengan penyelenggara pelayanan kesehatan. c. Sistem anggaran Yang dimaksud dengan sistem anggaran yaitu sistem pembayaran di muka dengan besaran uang sesuai dengan yang diajukan oleh penyelenggara pelayanan kesehatan.

8. Kedokteran keluarga Tujuan Umum : Terwujudnya keadaan sehat bagi setiap anggota keluarga. Tujuan Khusus : a. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih efektif. b. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih efisien. Manfaat dokter keluarga: a. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit sebagai manusia seutuhnya, bukan hanya terhadap keluhan yang disampaikan. b. Akan dapat diselenggarakan pelayanan pencegahan penyakit dan dijamin kesinambungan pelayanan kesehatan. c. Apabila dibutuhkan pelayanan spesialis, pengaturannya akan lebih baik dan terarah, terutama ditengah-tengah kompleksitas pelayanan kesehatan saat ini. d. Akan dapat diselenggarakan pelayanan kesehatan yang terpadu sehingga penanganan suatu masalah kesehatan tidak menimbulkan pelbagai masalah lainnya. e. Jika seluruh anggota keluarga ikut serta dalam pelayanani maka segala keterangan tentang keluarga tersebut, baik keterangan kesehatan ataupun keterangan keadaan sosial dapat dimanfaatkan dalam menangani masalah kesehatan yang sedang dihadapi. f. Akan dapat diperhitungkan pelbagai faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit, termasuk faktor sosial dan psikologis.

g. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit dengan tatacara yang lebih sederhana dan tidak begitu mahal dan karena itu akan meringankan biaya kesehatan. h. Akan dapat dicegah pemakaian pelbagai peralatan kedokteran canggih yang memberatkan biaya kesehatan. Karakteristik Dokter Keluarga : 1. Lynn P. Carmichael a. Mencegah penyakit dan memelihara kesehatan b. Pasien sebagai bagian dari keluarga dan masyarakat c. Pelayanan menyeluruh, mempertimbangkan pasien dan keluarganya d. Andal mendiagnosis, tanggap epidemiologi dan terampil menangani penyakit e. Tanggap saling-aruh kemiripan penyakit. 2. Debra P. Hymovic & Martha Underwood Barnards a. Pelayanan responsif dan bertanggung jawab b. Pelayanan primer dan lanjut c. Diagnosis dini, capai taraf kesehatan tinggi d. Memandang pasien dan keluarga e. Melayani secara maksimal 3. IDI a. Memandang pasien sebagai individu, bagian dari keluarga dan masyarakat b. Pelayanan menyeluruh dan maksimal c. Mengutamakan pencegahan, tingkatan taraf kesehatan d. Menyesuaikan dengan kebutuhan pasien dan memenuhinya e. Menyelenggarakan kelanjutannya pelayanan primer dan bertanggung jawab atas faktor biologik-emosi-sosial, dan mewaspadai

9. Boleh, karena itu merupakan hak masing-masing dokter yang telah memiliki surat izin praktek.

10

STEP 4 Strukturisasi

Sistem Pelayanan Kesehatan Individu Masyarakat

UPK

UKM

Puskesmas Praktek dokter Balai pengobatan Rumah bersalin Praktek bidan

STRATA I

Puskesmas

Rumah sakit kelas C dan B non pendidikan Praktek dokter spesialis

STRATA II

Dinkes Kabupaten/Kota

Rumah sakit kelas B pendidikan Rumah sakit kelas A Praktek dokter spesialis konsultan

STRATA III

Dinkes Provinsi Menteri Kesehatan

Manajemen Pembiayaan Kesehatan

Out of pocket Asuransi

STEP 5 Learning Objectives


1. Mengetahui dan memahami tentang konsep sistem kesehatan nasional 11

2.

Mengetahui dan memahami tentang manajemen sistem kedokteran keluarga dan tata cara rujukan

3. 4.

Mengetahui dan memahami tentang manajemen pembiayaan pelayanan kesehatan Mengetahui dan memahami tentang perhitungan sistem kapitasi

STEP 6 Belajar Mandiri


Mahasiswa mempelajari sasaran pembelajaran yang telah ditentukan untuk kemudian mendiskusikan kembali hasil belajarnya pada DKK 2.

PELAYANAN DOKTER KELUARGA DEFINISI Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh yang memusatkan pelayanan kepada keluarga sebagai suatu unit, dimana tanggung jawab dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis kelamin pasien juga tidak boleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu. Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak hanya

memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya (IDI 1982). llmu kedokteran keluarga adalah ilmu yang mencakup seluruh spektrum ilmu kedokteran tingkat yang orientasinya adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang berkesinambungan dan menyeluruh kepada satu kesatuan individu, keluarga dan masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan, ekonomi dan sosial budaya (IDI 1983).

KARAKTERISTIK a. yang melayani penderita tidak hanya sebagai orang perorang melainkan sebagai anggota satu keluarga dan bahkan sebagai anggota masyarakat sekitarnya. b. Yang memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan memberikan perhatian kepada penderita secara lengkap dan sempurna, jauh melebihi jumlah keseluruhan keluhan yang disampaikan. 12

c. Yang mengutamakan pelayanan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan seoptimal mungkin, mencegah timbulnya penyakit dan mengenal serta mengobati penyakit sedini mungkin. d. Yang mengutamakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan berusaha memenuhi kebutuhan tersebut sebaik-baiknya. e. Yang menyediakan dirinya sebagai tempat pelayanan kesehatan tingkat pertama dan bertanggung jawab pada pelayanan kesehatan lanjutan.

TUJUAN PELAYANAN DOKTER KELUARGA Tujuan Umum Terwujudnya keadaan sehat bagi setiap anggota keluarga. Tujuan Khusus a. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih efektif. b. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih efisien.

MANFAAT a. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit sebagai manusia seutuhnya, bukan hanya terhadap keluhan yang disampaikan. b. Akan dapat diselenggarakan pelayanan pencegahan penyakit dan dijamin kesinambungan pelayanan kesehatan. c. Apabila dibutuhkan pelayanan spesialis, pengaturannya akan lebih baik dan terarah, terutama ditengah-tengah kompleksitas pelayanan kesehatan saat ini. d. Akan dapat diselenggarakan pelayanan kesehatan yang terpadu sehingga penanganan suatu masalah kesehatan tidak menimbulkan pelbagai masalah lainnya. e. Jika seluruh anggota keluarga ikut serta dalam pelayanani maka segala keterangan tentang keluarga tersebut, baik keterangan kesehatan ataupun keterangan keadaan sosial dapat dimanfaatkan dalam menangani masalah kesehatan yang sedang dihadapi. f. Akan dapat diperhitungkan pelbagai faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit, termasuk faktor sosial dan psikologis. g. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit dengan tatacara yang lebih sederhana dan tidak begitu mahal dan karena itu akan meringankan biaya kesehatan.

13

h. Akan dapat dicegah pemakaian pelbagai peralatan kedokteran canggih yang memberatkan biaya kesehatan.

RUANG LINGKUP Ruang lingkup pelayanan dokter keluarga mencakup bidang amat luas sekali. Jika disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua macam : 1. Kegiatan yang dilaksanakan Pelayanan yang diselenggarakan oleh dokter keluarga harus memenuhi syarat pokok yaitu pelayanan kedokteran menyeluruh (comprehensive medical services). Karakteristik cmc : jenis pelayanan yang diselenggarakan mencakup semua jenis pelayanan kedokteran yang dikenal di masyarakat. Tata cara pelayanan tidak diselenggarakan secara terkotak-kotak ataupun terputus-putus melainkan diselenggarakan secara terpadu (integrated) dan berkesinambungan (continu). Pusat perhatian pada waktu menyelenggarakan pelayanan kedokteran tidak memusatkan perhatiannya hanya pada keluhan dan masalah kesehatan yang disampaikan penderita saja, melainkan pada penderita sebagai manusia seutuhnya. Pendekatan pada penyelenggaraan pelayanan tidak didekati hanya dari satu sisi saja, melainkan dari semua sisi yang terkait (comprehensive approach) yaitu sisi fisik, mental dan sosial (secara holistik). 2. Sasaran Pelayanan Sasaran pelayanan dokter keluarga adalah kelurga sebagai suatu unit. Pelayanan dokter keluarga harus memperhatikan kebutuhan dan tuntutan kesehatan keluarga sebagai satu kesatuan, harus memperhatikan pengaruh masalah kesehatan yang dihadapi terhadap keluarga dan harus memperhatikan pengaruh keluarga terhadap masalah kesehatan yang dihadapi oleh setiap anggota keluarga.

PELAYANAN KEDOKTERAN MENYELURUH Untuk dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan yang berbeda tidak ada upaya lain yang dapat dilakukan, kecuali berupaya menyediakan serta menyelenggarakn pelbagai jenis pelayanan kedokteran yang sesuai dengan kebutuhan 14

dan tuntutan kesehatan setiap anggota keluarga tersebut. Pelayanan kedokteran yang seperti ini, mencakup pelbagai jenis pelayanan kedokteran, populer dengan sebutan pelayanan kedokteran menyeluruh.

BATASAN Jika menyebut pelayanan kedokteran menyeluruh banyak batasan yang pernah dirumuskan. Beberapa diantaranya yang dipandang cukup penting adalah : 1. Pelayanan kedokteran menyeluruh adalah mobilisasi semua sumber daya yang diperlukan untuk melayani kesehatan penderita ( Lee, 1961 ) 2. Pelayanan kedokteran menyeluruh adalah pelayanan yang dalam melakukan pendekatan kepada pasien selalu berorientasi kepada keluarga, serta dengan bekerja sama dalam tim, menyelenggarakan dengan tata cara mutahir, pelayanan kedokteran terbaik yang tersedia (Ferrara, 1968). 3. Pelayanan kedokteran menyeluruh adalah pelayanan yang tidak mengenal batasbatas yang tegas antara keadaan sehat dengan keadaan sakit, melainkan pelayanan yang diselenggarakan pada setiap keadaan kesehatan, sesuai dengan kebutuhan pasien (Goldston,1956). 4. Pelayanan kedokteran menyeluruh adalah integrasi dari pelayanan peningkatan derajat kesehatan, pencegahan penyakit, diagnosis penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan yang diselenggarakan secara terpadu untukmemenuhi kebutuhan kesehatan perseorangan atau keluarga secara keseluruhan

(Bodenheimer, 1969). 5. Pelayanan kedokteran menyeluruh adalah totalitas dari semua pelayanan kesehatan yang diingikan, yakni pelayanan peningkatan derajat kesehatan, pencegahan penyakit, diagnosis, penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan (somers dan Somers, 1974). 6. Pelayanan kedokteran menyeluruh adalah pendekatan total yang dilakukan oleh seorang dokter terhadap pasiennya, yang tujuannya bukan untuk memastikan kelainan organik serta pengobatan, melainkan menyelesaikan masalah emosional pasien, masalah keluarga serta totalitas lingkungan sosio ekonomis pasien (Somers dan Somers, 1974). Jika diperhatikan keenam batasan diatas segera terlihat bahwa meskipun rurnusannya agak berbeda, tetapi prinsip pokok yang terkandung di dalamnya hampir sama. Prinsip pokok pelayanan kedokteran menyeluruh pada dasarnya adalah pelayanan 15

yang lengkap. Baik jika ditinjau dari sudut penyelenggara pelayanan (menerapkan semua tata cara pelayanan yang dikenal), maupun jika ditinjau dari sudut pasien sebagai pemakai jasa pelayanan (memenuhi semua kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien, baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari anggota keluarga).

KARAKTERISTIK PELAYANAN KEDOKTERAN MENYELURUH 1. Jenis pelayanan yang diselenggarakan Pelayanan kedokteran yang menyeluruh tidak membatasi diri pada satu jenis pelayanan kedokteran saja, melainkan mencakup semua jenis pelayanan kedokteran yang dikenal di masyarakat. Untuk ini banyak pembagian jenis pelayanan yang pernah di kemukakan. Dua antaranya yang dipandang penting adalah : a. Ditinjau dari kedudukannya dalam sistem kesehatan .Jika ditinjau dari kedudukannya dalam sistem kesehatan, pelayanan kedokteran dibedakan atas tiga macam. Ketiga macam pelayanan tersebut adalah pelayanan kedokteran tingkat pertama (primary medical care), pelayanan kedokteran tingkat kedua (secondary medical care), serta pelayanan kedokteran tingkat ketiga (tertiary medical care). Pelayanan kedokteran menyeluruh adalah pelayanan kedokteran yang mencakup ketiga tingkat pelayanan kedokteran diatas. b. Ditinjau dari peranannya dalam mencegah penyakit. Jika ditinjau dari peranannya dalam mencegah penyakit, pelayanan kedokteran dibedan atas lima macam (Leavel dan Clark, 1953). Kelima macam pelayanan kedokteran tersebut adalah peningkatan derajat kesehatan (health promotion), pencegahan khusus (specific protection), diagnosis dini dan pengobatan tepat (early diagnosis and promt treatment), pembatasan cacat (disability limitation), serta pemulihan kesehatan (rehabilitation), pelayanan kedokteran menyeluruh adalah pelayanan kedokteran yang mencakup kelima macam pelayanan kedokteran diatas. 2. Tata cara pelayanan. Pelayanan kedokteran menyeluruh tidak diselenggarakan secara tekotak-kotak (fragmented) dan ataupun perputus -putus, melainkan diselenggarakan secara terpadu (integrated) dan berkesinambungan (continous). Pengertian pelayanan terpadu disini banyak macamnya. Yang terpenting adalah dari sudut

pengorganisasiannya. Dalam arti pelbagai jenis pelayanan kedokteran yang dikenal, harus berada dalam suatu pengorganisasian yang utuh. Sedangkan pengertian pelayanan berkesinambungan ada dua macam, yaitu : 16

a. Berkesinambungan dalam arti pemenuhan kebutuhan pasien. Seseorang yang berada dalam keadaan sehat membutuhkan pelayanan peningkatan derajat kesehatan dan pencegahan penyakit. Tetapi apabila telah jatuh sakit ia membutuhkan pelayanan pengobatan. Sedangkan bagi yang telah sembuh dari penyakit, mungkin memerlukan pelayanan pemulihan. Kesemua jenis pelayanan kedokteran yang dibutuhkan ini harus tersedia secara berkesinambungan. b. Berkesinambungan dalam arti waktu penyelenggaraan. Pelayanan

berkesinambungan yang dimaksudkan disini adalah Pelayanan yang harus tersedia pada setiap saat yang dibutuhkan. Pelayanan kedokteran yang tidak tersedia pada setiap saat, bukanlah pelayanan kedokteran berkesinambungan. 3. Pusat perhatian pada waktu menyelenggarakan pelayanan. Penyelenggaraan pelayanan kedokteran menyeluruh tidak memusatkan perhatiannya hanya pada keluhan dan atau masalah kesehatan yang disampaikan penderita saja, melainkan pada penderita sebagai manusia seutuhnya, lengkap dengan pelbagai faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Adanya perhatian yang bersifat menyeluruh ini dipandang penting, bukan saja untuk lebih mempertajam diagnosis penyakit, tetapi juga pada waktu mencari jalan keluar untuk mengatasi penyakit tersebut. 4. Pendekatan pada penyelenggaraan pelayanan. Perumusan masalah dan atau penetapan cara penyelesaian masalah kesehatan yang dihadapi penderita pada pelayanan kedokteran menyeluruh, tidak didekati hanya dari satu sisi saja, melainkan dari semua sisi yang terkait (comprehensive approach). Sisi yang dimaksudkan disini mencakup bidang yang amat luas sekali. Yang terpenting diantaranya adalah sisi fisik, mental dan sosial, yang secara keseluruhan disebut dengan pendekatan holistik (holistic approaches). Jika diperhatikan keempat karakteristik pelayanan kedokteran menyeluruh segeralah mudah dipahami bahwa yang dimaksud dengan pelayanan kedokteran menyeluruh tersebut tidak lain adalah pelayanan kedokteran yang mencakup semua jenis pelayanan kedokteran yang dikenal di masyarakat, dilaksanakan secara terpadu dan berkesinambungan, memusatkan perhatiannya kepada pasien sebagai manusia seutuhnya, serta pendekatan pelayanannya dilakukan secara holistik.

MANFAAT PELAYANAN KEDOKTERAN MENYELURUH Apabila pelayanan kedokteran menyeluruh dapat dilaksanakan dengan baik, banyak manfaat yang diperoleh. Manfaat yang dimaksud antara lain adalah : 17

1. Terpenuhinya pelbagai kebutuhan dan tuntutan kesehatan karena pada kedokteran menyeluruh tersedia semua jenis pelayanan kedokteran, menyebabkan apabila pelayanan kedokteran tersebut berhasil diselenggarakan, akan dapat dipenuhi pelbagai kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien beserta segenap anggota keluarganya. Setiap anggota keluarga memang memiliki kebutuhan dan tuntutan kesehatan yang berbeda. Pelbagai kebutuhan dan tuntutan yang berbeda ini hanya akan dapat dipenuhi, apabila pelayanan kedokteran yang diselenggarakan adalah pelayanan kedokteran menyeluruh. 2. Memudahkan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Karena pada pelayanan kedokteran menyeluruh tersedia semua jenis pelayanan kedokteran, menyebabkan pemanfaatan pelayanan akan lebih mudah dilakukan. Setiap anggota keluarga yang membutuhkan pelayanan kedokteran, siapapun orangnya atau apapun jenis pelayanannya, cukup mendatangi pelayanan kedokteran menyeluruh tersebut. Para anggota keluarga yang jatuh sakit tidak perlu berpindah-pindah tempat dan atau mencari-cari tempat pelayanan kesehatan tertentu. Pelayanan kedokteran menyeluruh ibarat suatu toko serba ada (departement store). Apapun yang dibutuhkan seseorang, pasti tersedia. 3. Biaya kesehatan akan lebih terkendali. Karena pelayanan kedokteran menyeluruh diselenggarakan secara terpadu, menyebabkan kemungkinan terjadinya tumpang tindih pelayanan kedokteran, yang sering meningkatkan biaya pelayanan kesehatan, akan sangat berkurang. Keadaan yang seperti ini jelas mempunyai peranan yang amat besar dalam turut mengendalikan biaya kesehatan. Tidak hanya untuk biaya langsung, yakni biaya yang dikeluarkan pasien karena dimanfaatkannya pelayanan kesehatan, tetapi juga biaya tidak langsung, seperti misalnya biaya transportasi yang dikeluarkan pasien pada waktu berkunjung ke sarana pelayanan kesehatan. 4. Mutu pelayanan akan lebih meningkat. Karena perhatian utama pelayanan kedokteran menyeluruh adalah pada pasien sebagai manusia seutuhnya, serta pendekatan yang dilakukan bersifat holistik, menyebabkan pelayanan kedokteran yang diselenggarakan akan lebih mampu menyelesaikan pelbagai masalah kesehatan yang ditemukan. Keadaan yang seperti ini jelas mempunyai peranan yang amat besar dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Di satu pihak, pasien akan merasa lebih puas (patient satisfaction), dan di pihak lain, pertolongan kedokteran yang dilakukan akan lebih efektif.

18

SYARAT

PENYELENGGARAAN

PELAYANAN

KEDOKTERAN

MENYELURUH Menyadari bahwa yang dimaksud dengan pelayanan kedokteran menyeluruh adalah pelayanan kedokteran yang dapat memenuhi semua kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien yang menjadi tanggung jawabnya, serta menyadari pula bahwa tidak semua jenis pelayanan kedokteran yang dibutuhkanoleh pasien tersebut dapat diselenggarakan sendiri oleh seorang dokter keluarga, maka untuk dapat menjamin tetap terselenggaranya pelayanan kedokteran menyeluruh, ada tiga syarat pokok yang perlu diperhatikan. Ketiga syarat pokok yang dimaksud adalah : 1. Membina hubungan dokter-pasien yang baik (doctor-patient relationship) Syarat pertama yang harus dimiliki setiap dokter keluarga untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kedokteran menyeluruh, dalam arti dapat memenuhi semua kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien yang menjadi tanggung jawabnya, adalah membina hubungan dokter-pasien yang baik. Maksudnya adalah agar pelbagai kebutuhan dan atau tuntutan kesehatan pasien dapat diketahui dengan tepat, sehingga dengan demikian pengaturan dan pemenuhan kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien akan dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya. Sesungguhnyalah terbinanya hubungan dokter-pasien yang baik dalam praktek dokter keluarga merupakan suatu persyaratan yang bersifat mutlak. Dengan baiknya hubungan dokter-pasien tersebut, bukan saja pelbagai kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien akan dapat diketahui, tetapi yang terpenting lagi pelbagai latar belakang sosial, budaya, ekonomi, lingkungan hidup serta pelbagai faktor lainnya lagi dari pasien yang bersangkutan, yang kesemuanya dinilai mempunyai peranan yang amat penting dalam menjamin keberhasilan penyelenggaraan pelayanan dokter keluarga. Tentu mudah dipahami hubungan dokter-pasien yang dimaksudkan disini bukanlah hubungan antara dokter dengan pasien sebagai individu, melainkan hubungan dokter dengan pasien sebagai bagian dari anggota keluarga serta dengan seluruh anggota keluarga secara keseluruhan. 2. Memahami pelbagai sumber kesehatan yang tersedia di masyakat (health resources) Syarat kedua yang harus dimiliki oleh setiap dokter keluarga untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kedokteran menyeluruh, dalam arti dapat mengatur pemanfaatan pelbagai pelayanan kesehatan yang tidak mampu dilakukan sendiri, adalah mengetahui pelbagai sumber kesehatan yang tersedia di masyarakat. Apabila pengetahuan tentang pelbagai sumber kesehatan ini dapat dimiliki, akan dapatlah dilakukan pengaturan pemanfaatan pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat 19

sesuai dengan kebutuhan pasien dengan sebaik-baiknya. Pengaturan yang dimaksudkan disini, sebagaimana yang telah dikemukakan, dapat dilakukan melalui dua mekanisme pokok. Pertama, mekanisme konsultasi. Kedua, serta mekanisme rujukan. 3. Minat terhadap perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran Syarat ketiga yang harus dimiliki oleh setiap dokter keluarga untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kedokteran menyeluruh, dalam arti memiliki kemampuan untuk menyelenggarakan pelbagai pelayanan kedokteran sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien, adalah adanya minat yang besar untuk mengikuti pelbagai perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran. Dengan adanya minat tersebut dapatlah diharapkan makin meningkatnya kemampuan, yang apabila dapat dilakukan secara berkesinambungan, pada gilirannya akan mempunyai

peranan yang amat penting dalam menyelenggakan pelbagai pelayanan kedokteran sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pasien. Sesungguhnyalah terselenggaranya pelayanan kedokteran menyeluruh sangat menentukan keberhasilan pelayanan dokter keluarga. Terutama apabila pelayanan kedokteran keluarga tersebut dibiayai secara pra-upaya (pre-payment system). Untuk mencegah timbulnya kerugian finansial pada terselenggaraan pelayanan dokter keluarga dengan pembiayaan pra-upaya tersebut, yang antara lain disebabkan oleh pemanfaatan pelayanan penyembuhanpenyakit (curative services) oleh pasien secara berlebihan dan berulang-ulang, setiap dokter keluarga harus dapat menyelenggarakan pelayanan peningkatan derajat kesehatan (health promotion) dan atau pencegahan penyakit (preventive services). Kedua jenis pelayanan kedokteran yang terakhir ini, jelas merupakan bagian dari pelayanan kedokteran menyeluruh. Kecuali itu, untuk dapat mempertahankan kepesertaan para keluarga pada pelayanan dokter keluarga yang dibiayai secara pra-upaya, yang penting artinya untuk menjamin mantapnya penghasilan, setiap dokter keluarga harus pula dapat menyelenggarakan pelayanan kedokteran terpadu, berkesinambungan dan holistik, yang kesemuanya merupakan karakteristik pokok dari pelayanan kedokteran menyeluruh.

PRAKTEK DOKTER KELUARGA Terlepas dari masih ditemukannya perbedaan pendapat tentang kedudukan dan peranan dokter keluarga dalam sistem pelayanan kesehatan, pada saat ini telah

20

ditemukan banyak bentuk praktek dokter keluarga. Bentuk praktek dokter keluarga yang dimaksud secara umum dapat dibedakan atas tiga macam : 1. Pelayanan dokter keluarga sebagai bagian dari pelayanan rumah sakit (hospital based) pada bentuk pelayanan dokter keluarga diselenggarakan di rumah sakit. Untuk ini dibentuklah suatu unit khusus yang diserahkan tanggung jawab menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga. Unit khusus ini dikenal dengan nama bagian dokter keluarga (departement of family medicine), semua pasien baru yang berkunjung ke rumah sakit, diwajibkan melalui bagian khusus ini. Apabila pasien tersebut ternyata membutuhkan pelayanan spesialistis, baru kemudian dirujuk kebagian lain yang ada dirumah sakit. 2. Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan oleh klinik dokter keluarga (family clinic) Pada bentuk ini sarana yang menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga adalah suatu klinik yang didirikan secara khusus yang disebut dengan nama klinik dokter keluarga (family clinic/center). Pada dasarnya klinik dokter keluarga ini ada dua macam. Pertama, klinik keluarga mandiri (free-standing family clinic). Kedua, merupakan bagian dari rumah sakit tetapi didirikan diluar komplek rumah sakit (satelite family clinic). Di luar negeri klinik dokter keluarga satelit ini mulai banyak didirikan. Salah satu tujuannya adalah untuk menopang pelayanan dan juga penghasilan rumah sakit. Terlepas apakah klinik dokter keluarga tersebut adalah suatu klinik mandiri atau hanya merupakan klinik satelit dari rumah sakit, lazimnya klinik dokter keluarga tersebut menjalin hubungan kerja sama yang erat dengan rumah sakit. Pasien yang memerlukan pelayanan rawat inap akan dirawat sendiri atau dirujuk ke rumah sakit kerja sama tersebut. Klinik dokter keluarga ini dapat diselenggarakan secara sendiri (solo practice) atau bersama-sama dalam satu kelompok (group practice). Dari dua bentuk klinik dokter keluarga ini, yang paling dianjurkan adalah klinik dokter keluarga yang dikelola secara berkelompok. Biasanya merupakan gabungan dari 2 sampai 3 orang dokter keluarga. Pada klinik dokter keluarga berkelompok ini diterapkan suatu sistem manajernen yang sama. Dalam arti para dokter yang tergabung dalam klinik dokter keluarga tersebut secara bersama-sama membeli dan memakai alat-alat praktek yang sama. Untuk kemudian menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga yang dikelola oleh satu sistem manajemen keuangan, manajemen personalia serta manajemen sistem informasi yang sama pula. Jika bentuk praktek berkelompok ini yang dipilih, akan diperoleh beberapa keuntungan sebagai berikut (Clark, 1971) : a. Pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih bermutu 21

Penyebab utamanya adalah karena pada klinik dokter keluarga yang dikelola secara kelompok, para dokter keluarga yang terlibat akan dapat saling tukar menukar pengalaman, pengetahuan dan keterampilan. Di samping itu, karena waktu praktek dapat diatur, para dokter mempunyai cukup waktu pula untuk menambah pengetahuan dan keterampilan. Kesemuannya ini, ditambah dengan adanya kerjasama tim (team work) disatu pihak, serta lancarnya hubungan dokter-pasien di pihak lain, menyebabkan pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih bermutu. b. Pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih terjangkau Penyebab utamanya adalah karena pada klinik dokter keluarga yang dikelola secara berkelompok, pembelian serta pemakaian pelbagai peralatan medis dan non medis dapat dilakukan bersama-sama (cost sharing). Lebih dari pada itu, karena pendapatan dikelola bersama, menyebabkan penghasilan dokter akan lebih terjamin. Keadaan yang seperti ini akan mengurangi kecenderungan penyelenggara pelayanan yang berlebihan. Kesemuanya ini apabila berhasil dilaksanakan, pada gilirannya akan menghasilkan pelayanan dokter keluarga yang lebih terjangkau. 3. Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan melalui praktek dokter keluarga (family practice) Pada bentuk ini sarana yang menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga adalah praktek dokter keluarga. Pada dasarnya bentuk pelayanan dokter keluarga ini sama dengan pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan melalui klinik dokter keluarga. Disini para dokter yang menyelenggarakan praktek, rnenerapkan prinsipprinsip pelayanan dokter keluarga pada pelayanan kedokteran yang

diselenggarakanya. Praktek dokter keluarga tersebut dapat dibedaka pula atas dua macam. Pertama, praktek dokter keluarga yang diselenggarakan sendiri (solo practice). Kedua praktek dokter keluarga yang diselenggarakan secara berkelompok (group practice).

PERALATAN DAN TENAGA PELAKSANA Untuk dapat menyelenggarakan praktek dokter keluarga sebagaimana dikemukakan diatas, tentu perlu disediakan pelbagai peralatan dan tenaga pelaksana yang memadai. Peralatan dan tenaga pelaksana yang dimaksud adalah :

22

1. Peralatan Peralatan yang dibutuhkan pada praktek dokter keluarga pada dasarnya tidak berbeda dengan peralatan pelbagai pelayanan kedokteran lainnya. Jika pelayanan dokter keluarga tersebut dilaksanakan dalam bentuk klinik dokter keluarga, maka peralatan yang dibutuhkan secara umum dapat dibedakan atas dua macam : a. Peralatan medis Karena praktek dokter keluarga melayani beberapa tindakan spesialistis sederhana, maka pada praktek dokter keluarga perlu disediakan pelbagai peralatan medis spesialistis yang dimaksud. Disamping, dibutuhkan pula pelbagai peralatan pemeriksaan penunjang serta pertolongan gawat darurat. Di Amerika Serikat sebagaimana yang dikemukakan oleh Djati Pratignyo (1983), peralatan medis yang tersedia disuatu klinik dokter keluarrga cukup lengkap. Peralatan yang dimaksud telah mencakup pula laboratorium klinis, rontgen foto, EKG, minor surgery set, sigmoiskop, audiometer, otoskop, visual chart, tonometer dan ophtalmoskop. b. Peralatan non-medis The American Academy of General Practice (1960) menyebutkan peralatan non medis pelayanan dokter keluarga adalah suatu klinik yang memiliki sekurang-kurangnya sebuah ruang tunggu, ruang konsultasi, ruang periksa, ruang tindakan, ruang laboratorium, ruang rontgen (fakultatif), ruang administrasi, gudang serta kamar mandi, yang luas lantai seluruhnya minimal antara 150 s.d 200 meter persegi. Karena praktek dokter keluarga, seperti yang dikemukakan oleh Clark, (1971) sangat menganjurkan pelayanan dengan perjanjian (appointment system), maka perlu pula disediakan alat komunikasi seperti telepon. 2. Tenaga pelaksana Tenaga pelaksana yang dibutuhkan pada praktek dokter keluarga pada dasarnya tidaklah berbeda dengan tenaga pelaksana pelbagai pelayanan kedokteran lainnya. Tenaga pelaksana yang dimaksud secara umum dapat dibedakan atas tiga macam : a. Tenaga medis Tenaga medis yang dimaksudkan disini ialah para dokter keluarga (family doctor/physician). Tergantung dari sarana pelayanan yang

menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga serta beban kerja yang dihadapi, jumlah dokter keluarga yang dibutuhkan dapat berbeda. Secara umum dapat disebutkan, apabila sarana pelayanan tersebut adalah rumah sakit serta beban 23

kerjanya lebih berat, maka jumlah dokter keluarga yang dibutuhkan akan lebih banyak. Sedangkan jika pelayanan dokter keluarga tersebut diselenggarakan oleh suatu klinik dokter keluarga, jumlah dokter yang dibutuhkan umumnya lebih sedikit. Klinik dokter keluarga memang dapat diselenggarakan hanya oleh satu orang dokter keluarga (solo practice) ataupun oleh sekelompok dokter keluarga (group practice). Telah disebutkan, dari kedua bentuk ini, yang dianjurkan adalah bentuk kedua, yakni yang diselenggarakan oleh satu kelompok dokter keluarga. b. Tenaga paramedis Untuk lancaranya pelayanan dokter keluarga, perlu mengikut sertakan tenaga paramedis. Disarankan tenaga paramedis tersebut seyogoyanya yang telah mendapatkan pendidikan dan latihan prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga, baik aspek medis dan ataupun aspek non medis. Jumlah tenaga paramedis yang diperlukan tergantung dari jumlah dokter keluarga yang menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga secara umum disebutkan untuk setiap satu orang dokter keluarga, diperlukan 2 sampai 3 tenaga paramedis terlatih. c. Tenaga non-medis Sama halnya dengan tenaga paramedis, untuk lancarnya pelayanan dokter keluarga, perlu pula mengikutsertakan tenaga non-medis. Pada umumnya ada dua katagori tenaga non-medis tersebut. Pertama, tenaga administrasi yang diperlukan untuk menangani masalahmasalah administrasi. Kedua, pekerja sosial (social worker) yang diperlukan untuk menangai program

penyuluhan/nasehat kesehatan dan atau kunjungan rumah misalnya. Jumlah tenaga non medis yang diperlukan tergantung dari jumlah dokter keluarga, dibutuhkan sekurang-kurangnya satu orang tenaga administrasi serta satu orang pekerja sosial.

PELAYANAN PADA PRAKTEK DOKTER KELUARGA Pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga banyak macamnya. Secara umum dapat dibedakan atas tiga macam : 1. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga hanya pelayanan rawat jalan saja. Dokter yang menyelenggarakan praktek dokter 24

keluarga tersebut tidak melakukan pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di rumah atau pelayanan rawat inap di rumah sakit. Semua pasien yang membutuhkan pertolongan diharuskan datang ke tempat praktek dokter keluarga. Jika kebetulan pasien tersebut memerlukan pelayanan rawat inap, pasien tersebut dirujuk ke rumah sakit. 2. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien dirumah. Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga mencakup pelayanan rawat jalan serta pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di rumah. Pelayanan bentuk ini lazimnya dilaksanakan oleh dokter keluarga yang tidak mempunyai akses dengan rumah sakit. 3. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien di rumah, serta pelayanan rawat inap di rumah sakit. Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga telah mencakup pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien di rumah, serta perawatan rawat inap di rumah sakit. Pelayanan bentuk ini lazimnya diselenggarakan oleh dokter keluarga yang telah berhasil menjalin kerja sama dengan rumah sakit terdekat dan rumah sakit tersebut memberi kesempatan kepada dokter keluarga untuk merawat sendiri pasiennya di rumah sakit. Tentu saja penerapan dari ketiga bentuk pelayanan dokter keluarga ini tidak sama antara satu negara dengan negara lainnya, dan bahkan dapat tidak sama antara satu daerah lainnya. Di Amerika Serikat misalnya, pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di rumah mulai jarang dilakukan. Penyebabnya adalah karena mulai timbul kesadaran pada diri pasien tentang adanya perbedaan mutu pelayanan antara kunjungan dan perawatan pasien di rumah dengan di tempat praktek. Pasien akhirnya lebih senang mengunjungi tempat praktek dokter, karena telah tersedia pelbagai peralatan kedokteran yang dibutuhkan. Di beberapa negara lainnya, terutama di daerah pedesaan, karena dokter keluarga tidak mempunyai akses dengan rumah sakit, maka dokter keluarga tersebut hanya menyelenggarakan pelayanan rawat jalan saja. Pelayanan rawat inap dirujuk sertakan sepenuhnya kepada dokter yang bekerja dirumah sakit. Tetapi pengaturan rujukan untuk pelayanan rawat inap tersebut, tetap dilakukan oleh dokter keluarga. Dokter keluarga memberikan bantuan sepenuhnya, dan bahkan turut mencarikan tempat perawatan dan jika perlu turut mengantarkannya ke rumah sakit. 25

Sekalipun pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga tidak sama, perlulah diingatkan bahwa orientasi pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan tetap tidak boleh berbeda. Orientasi pelayanan dokter keluarga bukan sekedar menyembuhkan penyakit, tetapi diarahkan pada upaya pencegahan penyakit. Atau jika tindakan penyembuhan yang dilakukan, maka pelaksanaannya, kecuali harus mempertimbangkan keadaan pasien sebagai manusia seutuhnya, juga harus

mempertimbangkan pula keadaan sosial ekonomi keluarga dan lingkungannya. Praktek dokter keluarga tidak menangani keluhan pasien atau bagian anggota badan yang sakit saja, tetapi individu pasien secara keseluruhan. Kesamaan lain yang ditemukan adalah pada ruang lingkup masalah kesehatan yang ditangani. Praktek dokter keluarga melayani seluruh anggota keluarga dan semua masalah kesehatan yang ditemukan pada keluarga. Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan yang seperti ini dibutuhkan pelbagai pengetahuan dan keterampilan yang luas. Karena adanyan ciri yang seperti inilah ditemukan pihak-pihak yang tidak sependapat bahwa dokter spesialis dapat bertindak sebagai dokter keluarga. Oleh kalangan yang terakhir ini disebutkan bahwa dokter keluarga harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang luas, yang mencakup pengetahuan dan keterampilan beberapa dokter spesialis, dan karenanya tidak mungkin jika diselenggarakan oleh satu dokter spesialis saja. Dari uraian tentang orientasi serta ruang lingkup masalah kesepakatan yang ditangani pada praktek dokter keluarga diatas, jelaslah bahwa pelayanan kedokteran yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga memang agak berbeda dengan pelayanan kedokteran yang diselenggarakan oleh dokter umum dan atau dokter spesialis. Pelayanan kedokteran yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga pada umumnya : 1. lebih aktif dan bertanggung jawab Karena pelayanan kedokteran yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga mengenal pelayanan kunjungan dan atau perawatan pasien di rumah, bertanggung jawab mengatur pelayanan rujukan dan konsultasi, dan bahkan, apabila memungkinkan, turut menangani pasien yang memerlukan pelayanan rawat inap di rumah sakit, maka pelayanan kedokteran yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga umunya lebih aktif dan bertanggung jawab dari pada dokter umum.

26

2. Lebih lengkap dan bervariasi Karena praktek dokter keluarga menangani semua masalah kesehatan yang ditemukan pada semua anggota keluarga, maka pelayanan dokter keluarga pada umumnya lebih lengkap dan bervariasi dari pada dokter umum. Tidak mengherankan jika dengan pelayanan yang seperti ini, seperti yang ditemukan di Amerika Serikat misalnya, praktek dokter keluarga dapat menyelesaikan tidak kurang dari 95 % masalah kesehatan yang ditemukan pada pasien yang datang berobat. 3. Menangani penyakit pada stadium awal Sekalipun praktek dokter keluarga dapat menangani pasien yang telah membutuhkan pelayanan rawat inap, bukan selalu berarti praktek dokter keluarga sarna dengan dokter spesialis. Praktek dokter keluarga hanya sesuai untuk penyakit penyakit pada stadium awal saja. Sedangkan untuk kasus yang telah lanjut atau yang telah terlalu spesialistik, karena memang telah berada diluar wewenang dan tanggung jawab dokter keluarga, tetap dan harus dikonsultasikan dan atau dirujuk kedokter spesialis. Seperti yang dikatakan oleh Malerich (1970), praktek dokter keluarga memang sesuai untuk penyakit-penyakit yang masih dalam stadium dini atau yang bersifat umum saja. The family doctor cannot be expected to treat all problems as best possible, but he can be expected to treat all common diseases as best possible

MANAJEMEN PEMBIAYAAN KESEHATAN

Pengertian Biaya kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan/atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat (Azrul A, 1996). Dari pengertian di atas tampak ada dua sudut pandang ditinjau dari: 1. Penyelenggara pelayanan kesehatan (provider) yaitu besarnya dana untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang berupa dana investasi serta dana operasional. 27

2. Pemakai jasa pelayanan yaitu besarnya dana yang dikeluarkan untuk dapat memanfaatkan suatu upaya kesehatan. Adanya sektor pemerintah dan sektor swasta dalam penyelenggaraan kesehatan sangat mempengaruhi perhitungan total biaya kesehatan suatu negara. Total biaya dari sektor pemerintah tidak dihitung dari besarnya dana yang dikeluarkan oleh pemakai jasa (income pemerintah), tapi dari besarnya dana yang dikeluarkan oleh pemerintah (expence) untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Total biaya kesehatan adalah penjumlahan biaya dari sektor pemerintah dengan besarnya dana yang dikeluarkan pemakai jasa pelayanan untuk sektor swasta. Dalam membicarakan pembiayaan kesehatan yang penting adalah bagaimana memanfaatkan biaya tersebut secara efektif dan efisien baik ditinjau dari aspek ekonomi maupun sosial dengan tujuan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat yang membutuhkan. Dengan demikian suatu pembiayaan kesehatan dikatakan baik, bila jumlahnya mencukupi untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dengan penyebaran dana sesuai kebutuhan serta pemanfaatan yang diatur secara seksama, sehingga tidak terjadi peningkatan biaya yang berlebihan.

Jenis Biaya Kesehatan Dilihat dari pembagian pelayanan kesehatan, biaya kesehatan dibedakan atas beberapa jenis. Jenis dari biaya kesehatan tersebut antara lain: a. Biaya pelayanan kedokteran yaitu biaya untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan pelayanan kedokteran, tujuan utamanya lebih ke arah pengobatan dan pemulihan dengan sumber dana dari sektor pemerintah maupun swasta. b. Biaya pelayanan kesehatan masyarakat yaitu biaya untuk menyelenggarakan dan/atau memanfaatkan pelayanan kesehatan masyarakat, tujuan utamanya lebih ke arah peningkatan kesehatan dan pencegahan dengan sumber dana terutama dari sektor pemerintah.

Sumber Biaya Kesehatan Pelayanan kesehatan dibiayai dari berbagai sumber, yaitu: a. Pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah (propinsi dan kabupaten/kota) dengan dana berasal dari pajak (umum dan penjualan), deficit financial (pinjaman luar negeri) serta asuransi sosal. 28

b. Swasta, dengan sumber dana dari perusahaan, asuransi kesehatan swasta, sumbangan sosial, pengeluaran rumah tangga serta communan self help.

Hubungan Pembiayaan dengan Derajat Kesehatan Hubungan pembiayaan dengan derajat kesehatan tidak selalu berbanding lurus, sangat tergantung dari pembiayaan khususnya yang berkaitan erat dengan pengendalian biaya. Contohnya: Amerika Serikat yang pengeluaran untuk kesehatannya paling tinggi (13,7% GNP) pada tahun 1997 (WHO Report 2000), derajat kesehatannya yang dilihat dari indikator umur harapan hidup didapatkan untuk laki-laki 73,8 tahun dan wanita 79,7 tahun. Keadaan ini lebih rendah daripada Jepang (umur harapan hidup laki-laki 77,6 tahun dan wanita 84,3 tahun) yang pengeluaran kesehatannya lebih kecil (7% GNP). Hal ini menunjukkan pembiayaan kesehatan di Amerika kurang efisien, yang mungkin terjadi karena sistem pembiayaan kesehatannya sangat berorientasi pasar dengan pembayaran langsung oleh pasien (out of pocket) relatif tinggi yaitu kurang lebih 1/3 dari seluruh pengeluaran pelayanan kesehatan (Murti B, 2000). Keadaan ini terjadi juga di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Yang paling terpengaruh oleh peningkatan biaya pelayanan kesehatan adalah aksesitas terhadap pelayanan kesehatan. Dengan pembiayaan langsung, bukan hanya masyarakat miskin, tetapi orang yang mengalami sakit pada saat tidak mempunyai uang pun tidak dapat akses terhadap pelayanan kesehatan. Salah satu cara pembiayaan yang merupakan pengendalian biaya, sehingga meningkatkan aksesitas terhadap pelayanan kesehatan adalah dengan asuransi. Bentuk-bentuk Pembiayaan Pra-upaya Mengingat bentuk pembayaran pra-upaya banyak menjanjikan keuntungan, maka pada saat ini bentuk pembayaran pra-upaya tersebut banyak diterapkan. Pada dasarnya ada tiga bentuk pembiayaan secara pra-upaya yang dipergunakan. Ketiga bentuk tersebut adalah: a. Sistem kapitasi Yang dimaksud dengan sistem kapitasi adalah suatu sistem pembayaran dengan sejumlah uang yang merupakan pertanggungjawaban pelayanan kesehatan yang diterima secara tetap dan periodik sesuai dengan jumlah atau cakupan pasien. Pengelompokkan biasanya berdasarkan karakteristik pasien seperti umur dan jenis kelamin. (Jacob. P, 1997) Sedangkan Azwar A (1996) menyebutkan sistem kapitasi 29

adalah sistem pembayaran di muka yang dilakukan oleh badan penyelenggara kepada sarana pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan harga untuk setiap peserta yang dipertanggungkan. Biasanya sistem kapitasi ini berkaitan erat dengan konsep wilayah. b. Sistem paket Yang dimaksud dengan sistem paket yaitu sistem pembayaran di muka, berdasarkan paket pelayanan kesehatan yang dipertanggungkan tanpa melihat jenis penyakit yang diderita oleh pasien dan atas kesepakatan harga antara badan penyelenggara dengan penyelenggara pelayanan kesehatan. c. Sistem anggaran Yang dimaksud dengan sistem anggaran yaitu sistem pembayaran di muka dengan besaran uang sesuai dengan yang diajukan oleh penyelenggara pelayanan kesehatan. Dalam hal ini, keberhasilan penyelenggaraan asuransi kesehatan sangat tergantung dari kemampuan perencanaan penyelengara pelayanan kesehatan serta kejelian dari perhitungan sendiri (owner estimate) dari badan penyelenggara sehingga kedua belah pihak sama-sama diuntungkan. Keuntungan sistem pembayaran di muka antara lain mencegah meningkatnya biaya kesehatan serta mendorong pelayanan pencegahan. Sehingga pemanfaatan sarana pelayanan berkurang dan diperoleh sisa dana yang merupakan keuntungan bagi penyelenggara pelayanan kesehatan. Di lain pihak sisa dana ini dapat menjadi masalah, karena tidak mau merugi maka mutu pelayanan dikurangi.

Manajemen Keuangan Menurut Azwar A (1996) manajemen keuangan Bapel adalah upaya yang dilakukan oleh badan asuransi dalam bidang keuangan sehingga dana yang terkumpul dapat membiayai seluruh program yang diselenggarakan. Ruang lingkup manajemen keuangan Bapel adalah: a. Analisis aktuarial yaitu suatu analisis untuk menetapkan dan menghitung besarnya premi serta besarnya pembayaran kepada penyelenggara pelayanan kesehatan. Perhitungan yang dilakukan melalui berbagai langkah sebagai berikut: menguraikan pelayanan kesehatan yang akan ditanggung; apakah rawat jalan oleh dokter umum atau spesialis atau rawat inap, menentukan jenis pelayanan kesehatan yang ditanggung; konsultasi dokter umum/spesialis, tindakan, penunjang medis, perawatan dan pengobatan, menetapkan sarana pelayanan kesehatan yang tergabung 30

dalam sistem rujukan, menghitung unit cost, menghitung angka pemanfaatan ratarata pada periode tertentu misalnya satu bulan dengan menggunakan angka penyakit (morbidity rate) serta angka kunjungan (utilization rate) pada berbagai tingkat pelayanan, menghitung biaya amok tiap peserta, biaya rata-rata perjenis pelayanan x angka kunjungan per peserta = besarnya biaya kapitasi, dan menghitung besarnya iuran yaitu biaya kapitasi ditambah biaya manajemen dan keuntungan. b. Under Writing adalah suatu penilaian terhadap calon peserta untuk menetapkan apakah calon peserta tidak akan menimbulkan kerugian finansial. Ada beberapa teknik yaitu: Community rating adalah suatu metoda perhitungan premi asuransi yang membagi seluruh biaya secara rata sehingga semua anggota di dalam grup membayar premi dalam jumlah yang sama. Pengelompokan dapat berdasarkan hubungan risiko dengan karakteristik peserta, misalnya: usia atau masalah kesehatan (Jacob P, 1997). Experience rating yaitu suatu metoda perhitungan premi berdasarkan pengalaman menyelenggarakan pelayanan kesehatan untuk suatu kelompok pada tahun yang lalu. Prinsip yang digunakan adalah menutup kerugian (cost recovery system). Pada akhir tahun dapat dilakukan perhitungan sehingga keuntungan maupun kerugian ditanggung oleh badan asuransi (prospective experience rating) Risk rating yaitu suatu metode perhitungan premi berdasarkan perbedaan ciri peserta (community rating by class) ditambah dengan perbedaan jenis pelayanan kesehatan yang akan digunakan. Biasanya digunakan pada asuransi kesehatan swasta. Faktor-faktor yang mempengaruhi perhitungan underwriting antara lain risiko jatuh sakit dari peserta. Risiko ini dipengaruhi oleh golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, pola hidup, riwayat kesehatan serta riwayat kesehatan keluarga. c. Collecting premium yaitu mengumpulkan iuran dari peserta dapat perorangan atau kelompok secara periodik sesuai kesepakatan, dilengkapi dengan reporting dan recording yang baik serta sanksi bagi yang tidak memenuhi kewajibannya. d. Pembayaran kepada penyelenggara pelayanan kesehatan. Besarannya sesuai dengan kesepakatan antara badan penyelenggara dengan penyelenggara pelayanan kesehatan. e. Accountability adalah pertanggungjawaban badan asuransi yang ditilik berdasarkan pada masalah keuangan yaitu pengelolaan dana yang diterima dari peserta. Untuk itu 31

diperlukan sistem informasi yang baik sehingga dapat memberikan informasi keuangan pada satu saat atau periode tertentu. Laporan keuangan yang dihasilkan dapat berupa neraca, laporan laba rugi ataupun laporan sumber dan penggunaan dana. f. Reasuransi yaitu upaya mengasuransikan program asuransi kepada badan asuransi lain dengan maksud untuk mengalihkan sebagian risiko yang dihadapi sehingga bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, dana akan tetap tersedia. g. Insolvency coverage adalah upaya mengasuransikan program asuransi kepada badan asuransi lain untuk berjaga-jaga (safety act) terhadap kemungkinan bangkrutnya badan asuransi. h. Investasi secara luas adalah penempatan fisik atas sumber daya manusia untuk mencapai kondisi dalam rangka peningkatan produksi. Investasi dalam asuransi adalah suatu kegiatan dari badan penyelenggara berupa penempatan sejumlah uang atau modal yang dimiliki kedalam salah satu bentuk pemilikan dengan tujuan mendapatkan hasil yang menguntungkan (Azrul A, 1996). Azrul mengatakan bahwa investasi selalu memiliki risiko. Besarnya risiko berbanding lurus dengan besarnya investasi sehingga perlu mempertimbangkan beberapa hal sebelum melakukan investasi, antara lain : Keamanan (security) Kelancaran (liquidity) Tingkat keuntungan (Rentability) Kelayakan ekonomi (economic feasible) Lakukan investasi yang menguntungkan sesuai dengan rencana dan kemampuan dana yang dimiliki serta dilengkapi administrasi yang baik.

Manajemen Kepesertaan Tujuan dari manajemen kepesertaan adalah meningkatkan jumlah peserta dan mempertahankan kepesertaan. Ada beberapa macam bentuk kepesertaan, yaitu bentuk perorangan, bentuk keluarga, dan bentuk kelompok, bentuk ini mempermudah perhitungan iuran serta risiko finansial yang mungkin terjadi. Kegiatan yang dilakukan : a. Pemasaran untuk meningkatkan jumlah peserta dimulai dari penelitian kebutuhan konsumen (target group), kriteria konsumen terutama pendapatan, kemudian menyusun program asuransi sesuai target group dan menetapkan besarnya iuran.

32

Selanjutnya mengatur penyelenggara pelayanan kesehatan serta melakukan promosi dan tidak terlepas dari monitoring dan evaluasi. b. Mempertahankan kepesertaan dengan cara : menampung dan menjawab pertanyaan calon peserta serta membantu pemahaman dengan memberikan penjelasan yang lengkap kemudian mencatat dan memberikan kartu tanda peserta (enrolle identification card), jika ada keluhan ditampung dan diselesaikan. c. Menyusun persyaratan kepesertaan (eligibility requirement) dan dijelaskan kepada calon peserta sehingga paham dan dapat membuat suatu pilihan atas pertimbangan diri sendiri. d. Membuat isi perjanjian (element of contract) yang memuat antara lain: kondisi perjanjian, yang berhak mendapat pelayanan, jenis pelayanan kesehatan termasuk pelayanan gawat darurat yang dapat dimanfaatkan serta perubahan jenis pelayanan kesehatan, bantuan pelayanan jika sedang tidak di tempat, pembayaran iuran, pengajuan keluhan, pembatasan atau perpanjangan kepesertaan, masa tenggang (jika ada), pembatasan dan pengecualian serta ketentuan hukum dan perundangan. e. Komunikasi dengan peserta baik langsung maupun tidak langsung. f. Pemutusan kontrak, terjadi pada keadaan: bapel bangkrut, peserta tidak memenuhi kewajiban, peserta tidak puas dengan pelayanan, peserta pindah domisili, dan peserta bercerai atau mati.

SISTEM PEMBIAYAAN KESEHATAN


Sistem pembiayaan kesehatan didefinisikan sebagai suatu sistem yang mengatur tentang besarnya dan alokasi dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Biaya kesehatan dapat ditinjau dari dua sudut, yaitu : 1. Penyedia pelayanan kesehatan, merupakan besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat menyelenggarakan upaya kesehatan. 2. Pemakai jasa pelayanan, yang dimaksud dengan biaya kesehatan dari sudut pemakai jasa pelayanan (health consumer) adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat memanfaatkan jasa pelayanan.

33

Jumlah dana pembiayaan harus cukup untuk membiayai upaya kesehatan yang telah direncanankan. Bila biaya tidak mencukupi maka jenis dan bentuk pelayanan kesehatannya harus diubah sehingga sesuai dengan biaya yang disediakan. Distribusi atau penyebaran dana perlu disesuaikan dengan prioritas. Suatu perusahaan yang unit kerjanya banyak dan tersebar perlu ada perencanaan alokasi dana yang akurat.

Sumber dana biaya kesehatan berbeda pada beberapa negara, namun secara garis besar berasal dari : 1. Bersumber dari anggaran pemerintah. Pada sistem ini, biaya dan

penyelenggaraan pelayanan kesehatan sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah. Pelayanannya diberikan secara cuma-cuma oleh pemerintah sehingga sangat jarang penyelenggaraan pelayanan kesehatan disediakan oleh pihak swasta. Untuk negara yang kondisi keuangannya belum baik, sistem ini sulit dilaksanakan karena memerlukan dana yang sangat besar. 2. Bersumber dari anggaran masyarakat. Dapat berasal dari individual ataupun perusahaan. Sistem ini mengharapkan agar masyarakat (swasta) berperan aktif secara mandiri dalam penyelenggaraan maupun pemanfaatannya. Hal ini memberikan dampak adanya pelayanan-pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh pihak swasta, dengan fasilitas dan penggunaan alat-alat berteknologi tinggi disertai peningkatan biaya pemanfaatan atau penggunaannya oleh pihak pemakai jasa layanan kesehatan tersebut. 3. Bantuan biaya dari dalam dan luar negeri. Sumber pembiayaan kesehatan, khususnya untuk penatalaksanaan penyakit penyakit tertentu cukup sering diperoleh dari bantuan biaya pihak lain, misalnya oleh organisasi sosial ataupun pemerintah negara lain. Misalnya bantuan dana dari luar negeri untuk penanganan HIV dan virus H5N1 . 4. Gabungan anggaran pemerintah dan masyarakat. Sistem ini banyak diadopsi oleh negara-negara di dunia karena dapat mengakomodasi kelemahan kelemahan yang timbul pada sumber pembiayaan kesehatan sebelumnya. Tingginya biaya kesehatan yang dibutuhkan ditanggung sebagian oleh pemerintah dengan menyediakan layanan kesehatan bersubsidi. Sistem ini juga menuntut peran serta masyarakat dalam memenuhi biaya kesehatan yang dibutuhkan dengan mengeluarkan biaya tambahan.

34

Suatu biaya kesehatan yang baik haruslah memenuhi beberapa syarat pokok yaitu: 1. Jumlah. Syarat utama dari biaya kesehatan haruslah tersedia dalam jumlah yang cukup. Yang dimaksud cukup adalah dapat membiayai penyelenggaraan semua upaya kesehatan yang dibutuhkan serta tidak menyulitkan masyarakat yang ingin memanfaatkannya. 2. Penyebaran. Berupa penyebaran dana yang harus sesuai dengan kebutuhan. Jika dana yang tersedia tidak dapat dialokasikan dengan baik, niscaya akan menyulitkan penyelenggaraan setiap upaya kesehatan. 3. Pemanfaatan. Sekalipun jumlah dan penyebaran dana baik, tetapi jika pemanfaatannya tidak mendapat pengaturan yang optimal, niscaya akan banyak menimbulkan masalah, yang jika berkelanjutan akan menyulitkan masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Untuk dapat melaksanakan syarat syarat pokok tersebut perlu dilakukan beberapa hal, antara lain : 1. Peningkatan efektifitasnya. Peningkatan efektifitas dilakukan dengan mengubah penyebaran atau alokasi penggunaan sumber dana. Berdasarkan pengalaman yang dimiliki, maka alokasi tersebut lebih diutamakan pada upaya kesehatan yang menghasilkan dampak yang lebih besar, misalnya mengutamakan upaya pencegahan, bukan pengobatan penyakit. 2. Peningkatan efisiensi. Peningkatan efisiensi dilakukan dengan memperkenalkan berbagai mekanisme pengawasan dan pengendalian. Mekanisme yang dimaksud untuk peningkatan efisiensi antara lain: 1. Standar minimal pelayanan. Tujuannya adalah menghindari pemborosan. Pada dasarnya ada dua macam standar minimal yang sering dipergunakan yakni:
o

standar minimal sarana, misalnya standar minimal rumah sakit dan standar minimal laboratorium.

tandar minimal tindakan, misalnya tata cara pengobatan dan perawatan penderita, dan daftar obat-obat esensial. Dengan adanya standard minimal pelayanan ini, bukan saja pemborosan dapat dihindari dan dengan demikian akan ditingkatkan efisiensinya, tetapi juga sekaligus dapat pula dipakai sebagai pedoman dalam menilai mutu pelayanan. 35

2. Kerjasama. Bentuk lain yang diperkenalkan untuk meningkatkan efisiensi ialah memperkenalkan konsep kerjasama antar berbagai sarana pelayanan kesehatan. Terdapat dua bentuk kerjasama yang dapat dilakukan yakni:
o

Kerjasama institusi, misalnya sepakat secara bersama-sama membeli peralatan kedokteran yang mahal dan jarang dipergunakan. Dengan pembelian dan pemakaian bersama ini dapat dihematkan dana yang tersedia serta dapat pula dihindari penggunaan peralatan yang rendah. Dengan demikian efisiensi juga akan meningkat

Kerjasama sistem, misalnya sistem rujukan, yakni adanya hubungan kerjasama timbal balik antara satu sarana kesehatan dengan sarana kesehatan lainnya.

Jenis pelayanan kesehatan antara lain : 1. Penataan Terpadu (managed care); Merupakan pengurusan pembiayaan kesehatan sekaligus dengan pelayanan kesehatan. Pada saat ini penataan terpadu telah banyak dilakukan di masyarakat dengan program Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat atau JPKM. Managed care membuat biaya pelayanan kesehatan yang dikeluarkan bisa lebih efisien. Persyaratan agar pelayanan managed care di perusahaan dapat berhasil baik, antara lain: a. Para pekerja dan keluarganya yang ditanggung perusahaan harus sadar bahwa kesehatannya merupakan tanggung jawab masing-masing atau tanggung jawab individu. Perusahaan akan membantu upaya untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Hal ini perlu untuk menghidari bahaya moral hazard b. Para pekerja harus menyadari bahwa managed care menganut sistem rujukan. c. Para pekerja harus menyadari bahwa ada pembatasan fasilitas berobat, misalnya obat yang digunakan adalah obat generik kecuali bila keadaan tertentu memerlukan life saving. d. Prinsip kapitasi dan optimalisasi harus dilakukan 2. Sistem reimbursement; Perusahaan membayar biaya pengobatan berdasarkan fee for services. Sistem ini memungkinkan terjadinya over utilization.

Penyelewengan biaya kesehatan yang dikeluarkan pun dapat terjadi akibat pemalsuan identitas dan jenis layanan oleh karyawan maupun provider layanan kesehatan. 3. Asuransi; Perusahaan bisa menggunakan modal asuransi kesehatan dalam upaya melaksanakan pelayanan kesehatan bagi pekerjanya. Dianjurkan agar asuransi yang diambil adalah asuransi kesehatan yang mencakup seluruh jenis pelayanan 36

kesehatan (comprehensive), yaitu kuratif dan preventif. Asuransi tersebut menanggung seluruh biaya kesehatan, atau group health insurance (namun kepada pekerja dianjurkan agar tidak berobat secara berlebihan). 4. Pemberian Tunjangan Kesehatan; Perusahaan yang enggan dengan kesukaran biasanya memberikan tunjangan kesehatan atau memberikan lumpsum biaya kesehatan kepada pegawainya dalam bentuk uang. Sakit maupun tidak sakit tunjangannya sama. Sebaiknya tunjangan ini digunakan untuk mengikuti asuransi kesehatan (family health insurance). Tujuannya adalah menghindari pembelanjaan biaya kesehatan untuk kepentingan lain, misalnya untuk membeli rokok, minuman beralkohol, dan hal hal lain yang malah merugikan kesehatannya. 5. Rumah Sakit Perusahaan; Perusahaan yang mempunyai pegawai berjumlah besar akan lebih diuntungkan apabila mengusahakan suatu rumah sakit untuk keperluan pegawainya dan keluarga pegawai yang ditanggungnya. Dalam praktisnya, rumah sakit ini bisa juga dimanfaatkan oleh masyarakat bukan pegawai perusahaan tersebut. Menyangkut kesehatan pegawainya, rumah sakit perusahaan harus menyiapkan rekam medis khusus, yang lebih lengkap, dan perlu dievaluasi secara periodik. Perlu diingatkan bahwa pelayanan kesehatan yang didapat dari rumah sakit perusahaan diupayakan bisa lebih baik bila dibandingkan jika dilayani oleh rumah sakit lain. Dengan demikian, pegawai perusahaan yang dirawat akan merasa puas dan bangga terhadap fasilitas yang disediakan. Rasa senang menerima fasilitas kesehatan ini akan membuahkan semangat bekerja untuk membalas jasa perusahaan yang dinikmatinya.

Masalah pokok yang sering ditemui dalam pembiayaan kesehatan : 1. Kurangnya dana yang tersedia; Kurangnya dana sering terkait dengan masih kurangnya kesadaran pengambil keputusan akan pentingnya arti kesehatan. Kebanyakan pengambil keputusan menganggap pelayanan dan pemeliharaan kesehatan hanyalah beban yang bersifat konsumtif dan tidak bersifat produktif, sehingga kurang mendapat prioritas. 2. Penyebaran dana yang tidak sesuai; Perbedaan fasilitas yang diberikan kepada karyawan yang dilihat dari sudut lama masa kerja, jabatan/golongan, terkadang menimbulkan masalah tersendiri, terlebih lagi adanya kecenderungan dari 37

karyawan dengan jabatan yang tinggi, lebih memilih dan menuntut fasilitas yang lebih baik pula. 3. Pemanfaatan dana yang tidak tepat; Selama ini banyak tumbuh sifat-sifat boros dalam pola konsumsi pelayanan kesehatan, baik dari sisi penyelenggara pelayanan kesehatan maupun dari sisi karyawan. Pihak penyedia pelayanan kesehatan akan berusaha memperbesar keuntungan dengan jalan melakukan berbagai pemeriksaan kesehatan yang berlebihan menggunakan bermacammacam alat canggih yang ada, memperlama waktu rawat inap pengguna jasa, dan pembebanan biaya-biaya administrasi yang berlebihan. Hal ini akan menimbulkan pembengkakan terhadap biaya kesehatan yang dianggarkan. 4. Pengelolaan dana yang belum sempurna; Pengelolaan dana yang tepat dapat dan terdokumentasi dengan baik sangat membantu pelaksanaan sistem pembiayaan kesehatan yang ada, meskipun dana yang dianggarkan terbatas. Hal ini berkaitan dengan kemampuan, pengetahuan, ketrampilan dan sikap mental pengelolanya. 5. Biaya kesehatan yang makin meningkat; Seiring dengan bertambahnya tahun, biaya pelayanan kesehatan semakin meningkat. Banyak penyebab yang berperan dalam peningkatan biaya kesehatan, beberapa yang terpenting : 1. Tingkat Inflasi; Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi oleh tingkat inflasi yang terjadi di masyarakat. Apabila terjadi kenaikan harga di masyarakat, maka secara otomatis biaya investasi dan juga biaya operasional pelayanan kesehatan akan meningkat pula, yang tentu saja akan dibebankan kepada pengguna jasa. 2. Tingkat Permintaan; Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi oleh tingkat permintaan yang ditemukan di masyarakat. Untuk bidang kesehatan, tingkat permintaan itu dipengaruhi sedikitnya oleh dua faktor, yaitu meningkatnya kuantitas penduduk yang memerlukan pelayanan kesehatan, yang karena jumlahnya lebih atau bertambah banyak, maka biaya yang harus disediakan meningkat pula. Faktor kedua adalah meningkatnya kualitas penduduk. Dengan tingkat pendidikan dan penghasilan yang lebih baik, mereka akan menuntut penyediaan layanan kesehatan yang baik pula dan hal ini membutuhkan biaya pelayana kesehatan yang lebih baik dan lebih besar. Kedua hal tersebut tentu saja akan sangat mempengaruhi besarnya biaya yang dibutuhkan dalam pelayanan dan pemeliharaan kesehatan. 38

3. Kemajuan Ilmu dan Teknologi; Sejalan dengan adanya kemajuan ilmu dan teknologi dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan (penggunaan peralatan kedokteran yang modern dan canggih) memberikan konsekuensi tersendiri, yaitu tingginya biaya yang harus dikeluarkan dalam berinvestasi. Hal ini membawa akibat dibebankannya biaya investasi dan operasional tersebut pada pemakai jasa pelayanan kesehatan. 4. Perubahan Pola Penyakit; Meningkatnya biaya kesehatan juga dipengaruhi adanya perubahan pola penyakit, yang bergeser dari penyakit yang sifatnya akut menjadi penyakit yang bersifat kronis. Dibandingkan dengan berbagai penyakit akut, perawatan berbagai penyakit kronis ternyata lebih lama. Akibatnya biaya yang dikeluarkan untuk perawatan dan penyembuhan penyakit ini akan lebih besar. Hal ini akan sangat mempengaruhi tingginya biaya kesehatan. 5. Perubahan Pola Pelayanan Kesehatan; Perubahan pola pelayanan kesehatan ini terjadi akibat perkembangan keilmuan dalam bidang kedokteran sehingga terbentuk spesialisasi dan subspesialisasi yang menyebabkan pelayanan kesehatan menjadi terkotak-kotak (fragmented health service) dan satu sama lain seolah tidak berhubungan. Akibatnya sering terjadi tumpang tindih atau pengulangan metoda pemeriksaan yang sama dan pemberian obat-obatan yang dilakukan pada seorang pasien, yang tentu berdampak pada semakin meningkatnya beban biaya yang harus ditanggung oleh pasien selaku pengguna jasa layanan kesehatan ini. Selain itu, dengan adanya pembagian spesialisasi dan subspesialisasi tenaga pelayanan kesehatan, menyebabkan hari perawatan juga akan meningkat. 6. Perubahan Pola Hubungan Dokter-Pasien; Sistem kekeluargaan yang dulu mendasari hubungan dokter-pasien seakan sirna. Dengan adanya perkembangan spesialisasi dan subspesialisasi serta penggunaan berbagai peralatan yang ditunjang dengan kemajuan ilmu dan Teknologi, mengakibatkan meningkatnya biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien, hal ini tentu saja membuat pasien menuntut adanya kepastian pengobatan dan penyembuhan dari penyakitnya. Hal ini diperberat dengan semakin tingginya tingkat pendidikan pasien selaku pengguna jasa layanan kesehatan, yang menddorong semakin kritisnya pemikiran dan pengetahuan mereka tentang masalah kesehatan. Hingga bila terjadi hal-hal yang tidak diharapkan yang timbul selama masa pearwatan atau pengobatan, dapat menimbulkan perselisihan yang cukup besar dan dapat mendorong munculnya sengketa bahkan tuntutan hokum ke pengadilan. Hal 39

tersebut diatas mendorong para dokter sering melakukan pemeriksaan yang berlebihan (over utilization), demi kepastian akan tindakan mereka dalam melakukan pengobatan dan perawatan, dan juga dengan tujuan mengurangi kemungkinan kesalahan yang dilakukan dalam mendiagnosa penyakit yang diderita pasiennya. Konsekuensi yang terjadi adalah semakin tingginya biaya yang dibutuhkan oleh pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Upaya lain yang sering dilakukan para dokter dalam melindungi dirinya terhadap tuntutan yang mungkin terjadi, dengan cara mengasuransikan praktek kedokterannya. Dengan semakin seringnya tuntutan hokum atas diri dokter menyebabkan premi yang harus dibayar meningkat dari tahun ke tahun, dengan dampak semakin meningkatnya biaya pelayanan kesehatan yang diajukan. 7. Lemahnya Mekanisme Pengendalian Biaya; Kurangnya peraturan perundangundangan yang ditetapkan untuk mengatur dan membatasi pemakaian biaya pelayanan kesehatan menyebabkan pemakaiannya sering tidak terkendali, yang akhirnya akan membebani penanggung (perusahaan) dan masyarakat secara keseluruhan. 8. Penyalahgunaan Asuransi Kesehatan; Asuransi kesehatan (health Insurance) sebenamya merupakan salah satu mekanisme pengendalian biaya kesehatan, sesuai dengan anjuran yang diterapkan oleh pemerintah. Tetapi jika diterapkan secara tidak tepat sebagaimana yang lazim ditemukan pada bentuk yang konvensional (third party system) dengan sistem mengganti biaya

(reimbursement) justru akan mendorong naiknya biaya kesehatan.

Sistem Kesehatan Nasional


Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai upayabangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945

Sub sistem SKN Sub sistem Upaya Kesehatan Sub sistem Pembiayaan Kesehatan Sub sistem Sumber Daya Manusia Kesehatan Sub sistem farmasi, alkes, makanan dan minuman 40

Sub sistem Manajemen dan Informasi Kesehatan Sub sistem Pemberdayaan Masyarakat

Upaya Kesehatan Untuk dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal perlu diselenggarakan berbagai upaya kesehatan dengan menghimpun seluruh potensi bangsa Indonesia. Penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan tersebut memerlukan dukungan dana, sumberdaya manusia, sumberdaya obat dan perbekalan kesehatan sebagai masukan SKN. Sesuai dengan pengertian SKN, upaya kesehatan terdiri dari 2 unsur utama : 1. Upaya Kesehatan Masyarakat 2. Upaya Kesehatan Perorangan

Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) UKM: Setiap kegiatan oleh Pemerintah dan atau masyarakat, dunia usaha, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. UKM mencakup promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular, kesehatan jiwa, pengendalian penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan penggunaan zat aditif (bahan tambahan makanan) dalam makanan dan minuman, pengamanan narkotika, psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya, serta penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) UKP: Setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat, dunia usaha, untuk menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan. UKP meliputi promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap perorangan. Kedua upaya kesehatan tersebut (UKM dan UKP) bersinergi dan dilengkapi berbagai upaya kesehatan penunjang. Upaya penunjang UKM antara lain adalah pelayanan laboratorium kesmas dan pelayanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan

41

kesehatan lainnya. Upaya penunjang untuk UKP diantaranya adalah pelayanan laboratorium klinik, apotek, optik, dan toko obat. Prisnsip-prinsip Upaya Kesehatan 1. UKM terutama diselenggarakan oleh pemerintah, dengan peran aktif masyarakat dan swasta 2. UKP diselenggarakan baik oleh pemerintah, maupun masyarakat dan dunia usaha 3. Bersifat menyeluruh, terpadu, berkelanjutan, terjangkau, berjenjang, profesional dan bermutu 4. Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh swasta harus memperhatikan fungsi sosial 5. Penyelenggaraan upaya kesehatan, termasuk pengobat tradisional dan alternatif, harus tidak bertentangan dengan kaidah ilmiah 6. Penyelenggaraan upaya kesehatan harus sesuai dengan nilai dan norma sosial budaya serta moral dan etika profesi

Sistem Pelayanan Kesehatan Sistem kesehatan seperti halnya sistem pada umumnya, juga terdiri dari berbagai elemen atau sub sistem. Salah satu sistem yang dimaksud adalah sistem pelayanan kesehatan, Sistem pelayanan kesehatan adalah sistem yang mengkoordinasikan semua kegiatan sedemikian rupasehingga menjamin setiap masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya. Sistem pelayanan kesehatan secara umum terdiri dari sistem pelayanan medik dan sistem pelayanan kesehatan masyarakat. Di Indonesia, Rumah Sakit dikenal sebagai bentuk sistem pelayanan medik, sedangkan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) mencakup sistem pelayanan kesehatan masyarakat dan juga sistem pelayanan medik. Berdasar Tingkat Pelayanan Kesehatan, dibedakan 5 jenjang: 1. Tingkat Rumah Tangga 2. Tingkat Masyarakat 3. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama 4. Fasilitas Pelayanan Kes. Tk. Kedua 5. Fasilitas Pelayanan Kes. Tk. Ketiga

Pelayanan kesehatan dibedakan dalam dua golongan, yakni : 42

1. Pelayanan kesehatan primer (primary health care), atau pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan kesehatan yang paling depan, yang pertama kali diperlukan masyarakat pada saat mereka mengalami ganggunan kesehatan atau kecelakaan. Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan. Oleh karena jumlah kelompok ini didalam suatu populasi sangat besar (lebih kurang 85%), pelayanan yang diperlukan oleh kelompok ini bersifat pelayanan kesehatan dasar (basic health services) atau juga merupakan pelayanan kesehatan primer atau utama (primary health care). Bentuk pelayanan ini di Indonesia adalah puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, dan balkesmas. 2. Pelayanan kesehatan sekunder dan tersier (secondary and tertiary health care), adalah rumah sakit, tempat masyarakat memerlukan perawatan lebih lanjut (rujukan.

Di Indonesia terdapat berbagai tingkat rumah sakit, mulai dari rumah sakit tipe D sampai dengan rumah sakit kelas A. Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif. Pelayanan promotif adalah upaya meningkatkan kesehatan masyarakat ke arah yang lebih baik lagi dan yang preventif mencegah agar masyarakat tidak jatuh sakit agar terhindar dari penyakit. Sebab itu pelayanan kesehatan masyarakat itu tidak hanya tertuju pada pengobatan individu yang sedang sakit saja, tetapi yang lebih penting adalah upayaupaya pencegahan (preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif). Sehingga, bentuk pelayanan kesehatan bukan hanya puskesmas atau balkesma saja, tetapi juga bentuk-bentuk kegiatan lain, baik yang langsung kepada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, maupun yang secara tidak langsung berpengaruh kepada peningkatan kesehatan. Bentuk-bentuk pelayanan kesehatan tersebut antara lain berupa Posyandu, dana sehat, polindes (poliklinik desa), pos obat desa (POD), pengembangan masyarakat atau community development, perbaikan sanitasi lingkungan, upaya peningkatan pendapatan (income generating) dan sebagainya.

TINGKATAN / STRATA Upaya Kesehatan Perorangan 43

Upaya Kesehatan Peroragan STRATA PERTAMA : Upaya Kesehatan Perorangan tingkat dasar yang mendayagunakan ilmu pengetahuan & teknologi kesehatan dasar yang ditujukan kepada perorangan. Penyelenggara : pemerintah, masyarakat & swasta. Diwujudkan dalam bentuk pelayanan profesional : puskesmas, praktik perawat, bidan, dokter, balai pengobatan, rumah bersalin. Layanan penunjang : apotek, toko obat. Lab klinik,optik.

Upaya Kesehatan Perorangan STRATA KEDUA : Upaya Kesehatan Perorangan tingkat dasar yang mendayagunakan ilmu

pengetahuan & teknologi kesehatan Spesialistik yang ditujukan kpd perorangan. Penyelenggara : pemerintah, masyarakat & swasta. Diwujudkan dalam bentuk pelayanan profesional : RS kelas C & B non pendidikan milik pemerintah & swasta, praktik dokter spesialis. Layanan penunjang : apotek, toko obat. Lab klinik, optik. Upaya Kesehatan Perorangan STRATA KETIGA : Upaya Kesehatan Perorangan tingkat dasar yang mendayagunakan ilmu

pengetahuan & teknologi kesehatan Subspesialistik yang ditujukan kepada perorangan. Penyelenggara : pemerintah, masyarakat & swasta. Diwujudkan dalam bentuk pelayanan profesional : praktik dokter spesialis konsultan, RS kelas B pendidikan & kelas A. Layanan penunjang : apotek, toko obat. Lab klinik,optik. RUMAH SAKIT American Hospital association mendefinisikan Rumah Sakit sebagai suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan

keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien. Fungsi Rumah Sakit Menyediakan & menyelenggarakan : Pelayanan medik Pelayanan penunjang medik Pelayanan rehabilitatif Pencegahan & peningkatan kesehatan 44

Sebagai tempat pendidikan & pelatihan tenaga medik.

Jenis Rumah Sakit Jenis pelayanannya : RS Umum, RS Khusus (RS Jiwa, RS Mata, RS Jantung, dll) Pengelola/pemilik : RS vertikal (milik depkes) RS Daerah (provinsi & kabupaten), RS TNI & Polri, RS Departemen lain/BUMN, RS swasta Kemampuan pelayanan : RS kelas D, C, B dan A PUSKESMAS Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelengarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja Tujuan Meningkatkan kesehatan, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas, agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Fungsi 1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan Agar semua bidang pembangunan di wilayah kerja puskesmas selalu mempertimbangkan aspek kesehatan. Melakukan analisa mengenai dampak kesehatan (AMDAK) Pendidikan Pertanian Industri,dll

2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat Dilakukan dengan cara memotivasi, memfasilitasi, menggali partisipasi aktif masyarakat Di bid. Kesehatan., ditandai dengan munculnya Upaya Kesehatan Berbasis masyarakat (UKBM). 3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama Menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara bermutu, terjangkau, adil dan merata. Upaya pelayanan kesehatan perorangan (Private goods), pendekatan kuratif & rehabilitative Upaya pelayanan kesehatan masyarakat (Public Goods), pendekatan promotif & preventif 45

Puskesmas Pembantu Unit pelayanan kesehatan pelayanang sederhana dan berfungsi menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan pelayanan dilakukan puskesemas dalam ruang lingkup wilayah pelayanan lebih kecil Puskesmas Keliling Unit pelayanan kesehatan keliling pelayanan dilengkapi dengan kendaraan bermotor dan peralatan kesehatan, peralatan komunikasi serta sejumlah tenaga pelayanang berasal dari puskesmas. Memberi pelayanan kesehatan daerah terpencil Melakukan penyelidikan KLB Transport rujukan pasien Penyuluhan kesehatan dengan audiovisual

Bidan desa Bagi desa pelayanan yang belum ada fasilitas pelayanan kesehatan ditempatkan seorang bidan pelayanan bertempat tinggal di desa tersebut dan bertanggung jawab kepada kepala puskesmas. Wilayah kerjanya dengan jumlah penduduk 3.000 orang Tugas utama bidan desa Membina PSM Memberikan pelayanan Menerima rujukan dari masyarakat

46

47

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Sistem Kesehatan Nasional adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya bangsa indonesia secara terpadu & saling mendukung guna menjamin derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam UUD 1945. SKN terdiri dari banyak sub system seperti upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, farmasi, alkes,makanan & minuman, manajemen & informasi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Upaya kesehatan diklasifikasikan menjadi dua, yaitu upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorang. Upaya kesehatan masyarakat lebih menitikberatkan pada lingkup masyarakat. Hal ini berbeda dengan upaya kesehatan perorang yang lebih menitikberatkan pada individu. Untuk mewujudkan upaya kesehatan maka dibentuklah suatu program dokter keluarga. Dokter keluarga sendiri adalah dokter yang memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada komunitas dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya. Dokter keluarga memiliki banyak peran dalam lingkup kesehatan dan untuk menjamin kesejahteraan dokter keluarga telah dibentuk manajemen pembiayaan dokter keluarga seperti yang telah dipaparkan dalam laporan ini.

B. Saran Laporan ini tentu masih belum sempurna, sehingga diperlukan bimbingan dari dosen-dosen untuk mengarahkan teori yang telah didapatkan mahasiswa agar bisa diterapkan di lapangan secara optimal. Mahasiswa juga diharapkan terus belajar tentang materi terkait untuk memperkaya ilmu pengetahuannya.

48

DAFTAR PUSTAKA
Jacobs, Philips.,1997. The Economics of Health and Medical Care Fourth Edition, An Asspen Publication, Marryland. p.22-31. Murti, Bhisma.,2000. Dasar-dasar Asuransi Kesehatan. Penerbit Kanisius : Yogyakarta. p. 45-52. Universitas Indonesia. 1998. Program Studi Kajian Administrasi Rumah Sakit Program Pasca sarjana Universitas Indonesia. Ekonomi Layanan Kesehatan : Jakarta.

49

Vous aimerez peut-être aussi

  • Rangkuman Modul 2 Blok 15
    Rangkuman Modul 2 Blok 15
    Document64 pages
    Rangkuman Modul 2 Blok 15
    Rizkia Mulyasari
    Pas encore d'évaluation
  • Rngkumn Ayu
    Rngkumn Ayu
    Document67 pages
    Rngkumn Ayu
    Rizkia Mulyasari
    Pas encore d'évaluation
  • Kelompok 5
    Kelompok 5
    Document28 pages
    Kelompok 5
    Rizkia Mulyasari
    Pas encore d'évaluation
  • Blok 19 Modul 2
    Blok 19 Modul 2
    Document55 pages
    Blok 19 Modul 2
    Rizkia Mulyasari
    Pas encore d'évaluation
  • Sken 1
    Sken 1
    Document11 pages
    Sken 1
    Nur Afifah
    Pas encore d'évaluation
  • Kelompok 6
    Kelompok 6
    Document50 pages
    Kelompok 6
    Rizkia Mulyasari
    Pas encore d'évaluation
  • Kelompok 1
    Kelompok 1
    Document63 pages
    Kelompok 1
    Rizkia Mulyasari
    Pas encore d'évaluation
  • Blok 19 Modul 1
    Blok 19 Modul 1
    Document33 pages
    Blok 19 Modul 1
    Rizkia Mulyasari
    Pas encore d'évaluation
  • Kelompok 5
    Kelompok 5
    Document41 pages
    Kelompok 5
    Rizkia Mulyasari
    Pas encore d'évaluation
  • Kelompok 2
    Kelompok 2
    Document83 pages
    Kelompok 2
    Rizkia Mulyasari
    Pas encore d'évaluation
  • KOMADIABETIK
    KOMADIABETIK
    Document96 pages
    KOMADIABETIK
    Rizkia Mulyasari
    Pas encore d'évaluation
  • Omsk Kia Rindut
    Omsk Kia Rindut
    Document35 pages
    Omsk Kia Rindut
    Rizkia Mulyasari
    Pas encore d'évaluation
  • Laporan Kasus RiYu
    Laporan Kasus RiYu
    Document11 pages
    Laporan Kasus RiYu
    Rizkia Mulyasari
    Pas encore d'évaluation
  • MALARIA DAN DEMAM TYFOID
    MALARIA DAN DEMAM TYFOID
    Document58 pages
    MALARIA DAN DEMAM TYFOID
    Yuji Aditya
    Pas encore d'évaluation
  • Tugas Referat THT OMSK
    Tugas Referat THT OMSK
    Document28 pages
    Tugas Referat THT OMSK
    Rizkia Mulyasari
    Pas encore d'évaluation
  • Kelompok 1
    Kelompok 1
    Document66 pages
    Kelompok 1
    Rizkia Mulyasari
    Pas encore d'évaluation
  • Fraktur Pelvis
    Fraktur Pelvis
    Document49 pages
    Fraktur Pelvis
    Rizkia Mulyasari
    Pas encore d'évaluation
  • Makalah Kelompok 6 Modul 1 Blok 10
    Makalah Kelompok 6 Modul 1 Blok 10
    Document24 pages
    Makalah Kelompok 6 Modul 1 Blok 10
    Yuji Aditya
    Pas encore d'évaluation
  • Kelompok 4
    Kelompok 4
    Document1 page
    Kelompok 4
    Rizkia Mulyasari
    Pas encore d'évaluation
  • Nejm
    Nejm
    Document5 pages
    Nejm
    Rizkia Mulyasari
    Pas encore d'évaluation
  • Laporan Kasus RiYu
    Laporan Kasus RiYu
    Document10 pages
    Laporan Kasus RiYu
    Rizkia Mulyasari
    Pas encore d'évaluation
  • Tutorial Kasus Gizi Dr. Will Terbaruuu
    Tutorial Kasus Gizi Dr. Will Terbaruuu
    Document64 pages
    Tutorial Kasus Gizi Dr. Will Terbaruuu
    Rizkia Mulyasari
    Pas encore d'évaluation
  • Gangguan Penggunaan Nikotin
    Gangguan Penggunaan Nikotin
    Document19 pages
    Gangguan Penggunaan Nikotin
    Rizkia Mulyasari
    Pas encore d'évaluation
  • Kelompok 4
    Kelompok 4
    Document44 pages
    Kelompok 4
    Rizkia Mulyasari
    Pas encore d'évaluation
  • Kelompok 1
    Kelompok 1
    Document99 pages
    Kelompok 1
    Rizkia Mulyasari
    Pas encore d'évaluation
  • Kelompok 1 Modul 3
    Kelompok 1 Modul 3
    Document39 pages
    Kelompok 1 Modul 3
    Rizkia Mulyasari
    Pas encore d'évaluation
  • Kelompok 2
    Kelompok 2
    Document56 pages
    Kelompok 2
    Rizkia Mulyasari
    Pas encore d'évaluation
  • Mimisan Akibat Hipertensi
    Mimisan Akibat Hipertensi
    Document21 pages
    Mimisan Akibat Hipertensi
    Rizkia Mulyasari
    Pas encore d'évaluation
  • Kelompok 5
    Kelompok 5
    Document48 pages
    Kelompok 5
    Rizkia Mulyasari
    Pas encore d'évaluation
  • Kelompok 6
    Kelompok 6
    Document39 pages
    Kelompok 6
    Yuji Aditya
    Pas encore d'évaluation