Vous êtes sur la page 1sur 29

1

LAPORAN PENDAHULUAN BRONCOPNEUMONI


I. KONSEP MEDIS A. Definisi Bronkhopneumonia atau pneumonia lobularis adalah inflamasi parenkim paru yang terjadi pada ujung akhir bronkhiolus yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada di dekatnya. Atau radang pada paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrasi. Inflamasi parenkim paru merupakan hal yang umum selama masa kanak-kanak tetapi lebih sering terjadi pada masa bayi dan masa kanakkanak awal. Secara klinis, dapat terjadi sebagai penyakit primer atau komplikasi. B. ETIOLOGI Penyebab secara umum penyakit brongkhopneumonia adalah : 1. Bakteri a. Pneumococcus misalnya penyebab utama pneumonia pada anak disebabkan oleh pneumococcus tipe I4, I, 6 dan 9 b. Streptococcus; merupakan komplikasi penyakit virus lain seperti morbili, varicella, pertusis dan pneumonia c. Basil garam positip seperti H. Influenza, tuberculosa 2. Virus Virus respiratory sinctial , virus influenza, virus siomegalik 3. Aspirasi Makanan misalnya tetanus neonatorum, benda asing, kerosin (minyak tanah) dan cairan amnion 4. Pneumonia hipostatik Penyakit ini disebabkan tidur terlentang terlalu lama, miaslnya pada anak dengan kesadaran menurun 5. Jamur Candida albicans, histoplasmosis capsulatum, blastomicus, kalsidomikosis dan actinomicosis 6. Sindrom Loeffer Pada foto roentgen terdapat infiltrate yang didapat dari satu lobus lain yang sebenarnya infiltrate eosinofil.

C. KLASIFIKASI Brongkhopneumonia menurut lokasinya terbagi atas ; 1. Pneumonia lobaris : mencakup satu lebih dari satu lobus 2. Pneumonia brongkhialis : inflamasi yang sebenarnya secret mukopurulent yang berkonsolidasi dengan lobus yang terdekat 3. Pneumonia intensitas : proses inflamasi terjadi pada dinding alveolar dan peribrongkhial jaras interlobaris. D. PATOFISIOLOGI 1. Adanya gangguan pada terminal jalan napas dan alveoli oleh mikroorganisme pathogen yaitu virus, stafilococcus aurens, hemofilus influenza dan streptococcus pneumonae bakteri. 2. Terdapat infiltrate yang biasanya mengenai pada multiple lobus, terjadinya destruksi sel dengan menanggalkan debris seluler kedalam lumen yang mengakibatkan gangguan fungsi alveolar dan jalan napas. E. MANIFESTASI KLINIK Biasanya gejala penyakt datang mendadak, tetapi kadang-kadang didahului oleh infeksi traktur respiratorius bagian atas. Pada anak besar bisa disertai anak menggigil dan pada bayi disertai kejang. Suhu naik cepat sampai 39-40C dan suhu ini biasanya tife febris kontinyu. Nafas menjadi sesak, disertai nafas cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut dan nyeri pada dada. Anak lebih suka tiduran pada sebelah dada yang terkena. Batuk mula-mula kering, kemudian menjadi produktif. Pada pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan fisik tampak gejala khas tampak setelah 1 2 hari. Pada permulaan suara pernafasan melemah sedangkan pada perkusi tidak jelas ada kelainan. Setelah terjadi kongesti, ronchi basah akan terdengar yang segera menghilang setelah terjadi konsolidasi. Kemudian pada perkusi jelas terjadi keredupan dengan suara pernafasan sub-bronchial sampai bronchial. Pada stadium revolusi ronchi terdengar lebih jelas. Pada inspeksi dan palpasi tampak pergeseran toraks yang terkena berkurang. Tanpa pengobatan bisa terjadi penyembuhan dengan krisis sesudah 5 9 hari.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Pemeriksaan Rontgen Pemeriksaan ini dapat menunjukkan kelainan sebelum hal ini dapat ditemukan secara pemeriksaan fisik. Pada bronchopneumonia bercak bercak infiltrat didapatkan pada satu atau beberapa lobus. Pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus. Foto rongent dapat juga menunjukkan adanya komplikasi pada satu atau beberapa lobus. Foto rongent dapat juga menunjukkan adanya komplikasi seperti pleuritis, abses paru, perikarditis dll. 2. Pemeriksaan laboratorium Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000 40.000/mm3 dengan pergeseran ke kiri. Kuman penyebab dapat dibiakkan dari usapan tenggorokan dan 30% dari darah. Urine biasanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat albuminuria ringan karena suhu yang naik dan sedikit torak hialin. G. KOMPLIKASI Dengan penggunaan antibiotika, komplikasi hampir tidak pernah dijumpai.. Kompli-kasi yang dapat dijumpai ialah : 1. Empiema 2. Otitis media akut 3. Atelektasis 4. Empisema 5. Meningitis 6. Perikarditis ( jarang dijumpai ) H. PENCEGAHAN 1. Penyuluhan terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit pneumonia atau dengan memberikan pengertian jika anak batuk, pilek disertai demam sudah dua hari dan tidak ada perbaikan agar segera dibawa ketempat pelaynan kesehatan terdekat 2. Pada bayi dan anak kecil yang keadaan umumnya lemah. Misalnya semalam dia diare anak sering batuk, janganlah dibawa keluar malam.

I. PENATALAKSANAAN MEDIK Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi pasien perlu terapi secepatnya : 1. Penicillin 50.000 mg/kg bb/hari 2. Kloramphenicol 50 75 mg/kg bb/hari atau berikan antibiotic dengan spectrum luas 3. Pemberian oksigen dan IVFD, jenis cairan yang digunakan adalah campuran glukosa 5 % dan NaCl 0,9 % perbandingan 3:1 ditambah larutan KCl 10 g/500 mg botol infuse 4. Karena sebagian besar pasien jatuh dalam kondisi asidosis metabolic akibat kurang makan dan hipoksia maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisa gas darah arteri.

II. KONSEP KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Anamnesis: pilek, batuk, demam dan sesak napas 2. Pemeriksan fisik : penapasan cuping hidung, retraksi dinding dada dan menggunakan otot Bantu pernapasan, demam, terdapat rongkhi 3. Sistem kardiovaskuler dan pernapasan : anak gelisah, dispnu, pernapasan cepat dan dangkal, dapat timbul cyanosis, batuk, bunyi jantung I dan II redup bila sarang BP menjadi satu. 4. Gastro intestinal : Diare terjadi kadang-kadang, mual dan muntah, turgor kulit jelek, bibir kering dan pecah-pecah 5. Muskuloskletal : otot dapat atropi, tonus otot menurun, pergerakan terbatas, 6. Hematologik : TTV meningkat, keadaan umum gelisah, warnu kulit pucat 7. Endokrin : TB dan BB seimbang 8. Renal : urin biasanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat albuminuria ringan karena peningkatan suhu tubuh

B. Diagnosa keperawatan 1. Tidak efektif bersihan jalan nafas, , dapat berhubungan dengan : inflamasi trakeabranchial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum, nyeri fleuritik. Penurunan energi, kelemahan. Tujuan : Menunjukkan prilaku mencapai bersihan jalan nafas, menunjukkan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tak ada dispnea. Tindakan / intervensi : Mandiri 1) Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi nafas, misalnya : krekels, mengi. Rasional : Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan, bunyi nafas bronchial ( normal pada bronchus ) dapat juga terjadi pada area konsolidasi. Krekels dan ronchi dan mengi terdengar pada inspirasi dan / atau ekspirasi pada respon terhadap pengumpulan cairan, secret kental dan spasme jalan nafas / obstruksi. 2) Bantu pasien latihan nafas sering. Tunjukkan / Bantu pasien mempelajari melakukan batuk, missal menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi. Rasional : Nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paruparu/jalan nafas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan nafas paten. 3) Pengisapan sesuai indikasi Rasional : Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas secara mekanik pada pasien yang tak mampu melakukan karena batuk tak efektif atau penurunan tingkat kesadaran. 4) Berikan cairan sedikitnya 2500 ml ml/hari ( kecuali kontraindikasi ). Tawarkan air hangat dari pada dingin. Rasional : Cairan kususnya yang hangat memobilisasi dan mengeluarkan sekret. Kolaborasi 1) Bantu mengawasi efek pengobatan Rasional : Memudahkan pengenceran dan pembuangan sekret.

2) Berikan obat sesuai indikasi, mukoliti, ekspentoran, bronchodilator & analgesik

Rasional : Alat untuk menurunkan spasme bronchus dengan mobilisasi sekret. Analgesik untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyaman tapi harus digunakan secara hati-hati karena dapat menekan pernafasan. 2. Pertukaran gas, kerusakan dapat dihubungkan dengan ; perubahan membran alveolar kapiler ( efek inflamasi ), gangguan kapasitas pembawa oksigen darah. Tujuan : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal dan tak ada gejala distress pernafasan. Tindakan / intervensi : Mandiri : 1) Kaji frekwensi, kedalaman dan kemudahan bernafas. Rasional : manifestasi distress pernafasan tergantung pada indikasi derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum. 2) Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku, catat adanya sianosis perifer ( kuku ) atau sianosis sentral. Rasional : Sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi atau espon tubuh terhadap demam / menggigil. 3) Kaji status mental Rasional : Gelisah, mudah terangsang, bingung dan somnolen dapat menunjukkan hipoksemia / penurunan oksigenasi serebral. 4) Awasi suhu tubuh sesuai indikasi Rasional : Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen dan mengganggu oksigenasi selular. Kolaborasi 5) Berikan terapi oksigen dengan benar. Rasional : Tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg. Oksigen diberikan dengan metode yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pasien. 3. Tidak efektif pola napas berhubungan dengan obstruksi bronchial. Tujuan : Pola napas efektif Tindakan/Intervensi : a. Kaji status pernapasan setiap 2 jam.

b. c.

d. e. f. g. h. i.

Rasional : Suara napas, teratur atau tidak teratur, rythim, penggunaan oto-otot accessory, warna kulit, tanda-tanda vital dan tingkat kegelisahan. Buat jadwal fisioterapi dada sebelum makan dan istirahat, Tinggikan posisi kepala di atas tempat tidur (hindari menggunakan posisi duduk pada bayi karena dapat meningkatkan tekanan diagfragma. Lakukan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai kondisi klien. Bila anak toleransi, berikan kebebasan untuk memilih posisi yang nyaman. Kaji batuk dan kedalaman pernapasan. Berikan oksigen sesuai program dan monitor pulse oximetry. Rencanakan dan buat jadwal secara periodic untuk istirahat. Berikan terapi bermain sesuai dengan usia dan kondisi klien (bukubuku, puzzles, vidio games dan lain-lain).

4.

Infeksi, Risiko tinggi terhadap penyebaran, Kemungkinan berhubungan dengan : ketidakadekuatan pertahanan utama ( penurunan kerja silia, perlengketan sekret pernafasan ), tidak adekuatnya pertahanan sekunder, penyakit kronis, malnutrisi. Tujuan : Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi, mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi. Tindakan / intervensi : Mandiri 1) Pantau tanda vital dengan ketat, khusus selama awal terapi. Rasional : selama periode waktu ini, potensial komplikasi fatal dapat terjadi. 2) Anjurkan pasien memperhatikan pengeluaran sekret dan melaporkan perubahan warna, jumlah dan bau sekret. Rasional : Pengeluaran sputum amat penting, perubahan karakteristik sputum menunjukkan perbaikan pneumonia atau terjadinya infeksi sekunder. 3) Tunjukkan / dorong tehnik mencuci tangan yang baik Rasional : Efektif berarti menurunkan penyebaran / tambahan infeksi 4) Ubah posisi dengan sering dan berikan pembuangan paru yang baik Rasional : meningkatkan pengeluaran, pembersihan infeksi.

5) Batasi pengunjung sesuai indikasi Rasional : menurunkan pemajanan terhadap patogen infeksi lain. 6) Lakukan isolasi pencegahan sesuai individual Rasional : mencegah penyebaran / melindungi pasien dari proses infeksi lain. 7) Dorong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktifitas sedang. Tingkatkan masukan nutrisi adekuat. Rasional : Memudahkan proses penyembuhan dan meningkatkan tahanan alamiah. Kolaborasi : 8) Berikan antimikrobial sesuai indikasi dengan hasil kultur sputum / darah, misalnya penicillin, eritromisin, tetrasiklin, amikain, sepalosporin & amantadin. Rasional : untuk membunuh kebanyakan microbial. Komplikasi antiviral dan antijamur mungkin digunakan bila pneumonia diakibatkan oleh organisme campuran. 5. Intoleransi aktifitas kemungkinan berhubungan dengan : ktidak seimbangan anatar suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan umum, kelelahan. Tujuan : Melaporkan / menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur dengan tak adanya dispnoe, kelemahan berlebihan dan tanda vital dalam rentang normal. Tindakan / intervensi : Mandiri 1) Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas. Rasional : menetapkan kemampuan n/ kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi. 2) Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi . Rasional : menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat. 3) Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat. Rasional : Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolic, menghemat energi untuk penyembuhan. 4) Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan / atau tidur Rasional : Pasien mungkin nyaman dengan kepala lebih tinggi.

6.

Nutrisi kurang dari kebutuhan kemungkinan berhubungan dengan ; peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksi dan distensi abdomen / gas. Tujuan : Menunjukkan peningkatan nafsu makan mempertahankan/me-ningkatkan Berat badan. Tindakan / intervensi : Mandiri 1) indentifikasi factor yang menyebabkan mual / muntah misalnya : sputum banyak, pengobatan aerosol, dispnoe berat, nyeri. Rasional : pilihan intervensi tergantung pada penyebaran masalah 2) Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin Rasional : Menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau dari lingkungan pasien dan dapat menurunkan mual. 3) Jadwalkan pengobatan pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan. Rasional : menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan 4) Auskultasi bunyi usus , observasi / palpasi distensi abdomen Rasional : Bunyi usus mungkin menurun / tak ada bila proses infeksi berat/memanjang. 5) Berikan makan porsi kecil tapi sering termasuk makanan kering Rasional : Tindakan ini dapat meningktkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali. 6) Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar. Rasional : adanya kondisi kronis seperti PPOM atau keterbatasan keuangan dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap infeksi. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan tindakan ; kemungkinan berhubungan dengan : kurang terpajan, kesalahan interpretasi. Tujuan : Menyatakan pemahaman kondisi, proses penyakit, dan pengobatan, melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan. Tindakan / intervensi : 1) Kaji fungsi normal paru, patologi kondisi

7.

10

2)

3)

4)

5)

Rasional : Meningkatkan pemahaman situasi yang ada dan penting menghu bungkan dengan program pengobatan. Diskusikan aspek ketidakmampuan dari penyakit, lamanya penyembuhan, dan harapan kesembuhan identifikasi perawatan diri dan kebutuhan / sumber pemeliharaan rumah Rasional : informasi dapat meningkatkan koping dan menurunkan ansietas dan masalah berlebihan. Gejala pernafasan mungkin lambat untuk membaik, dan kelemahan dan kelelahan dapat menetap selama periode yang panjang. Berikan informasi dalam bentuk tertulis dan / atau verbal Rasional : Kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk mengasimilasi informasi / mengikuti program medik. Tekankan pentingnya melanjutkan batauk efektif / latihan pernafasan. Rasional : selama awal 6 8 minggui setelah pulang, pasien beresiko besar untuk kambuh pneumonia. Tekankan pentingnya melanjutkan terapi antibiotik selama periode yang dianjurkan. Rasional : Penghentian dini antibiotik dapat mengakibatkan iritasi mukosa bronchus, dan menghambat makrofag, alveolar, mempengaruhi pertahanan alami tubuh melawan infeksi.

11

C.

PENYIMPANGAN KDM Bakteri, virus dan jamur Invasi ke traktus urinarius Reaksi inflamasi pada alveolus dan parenkin

Iritasi bronkhus Merangsang glandula brongkhus dan sel goblet u/ mensekresi mukus Peningkatan sekresi mukus

Fibrosis dan penyebaran atelektasis

Mediator radang teraktivasi Brongkhokonstriksi

Peningkatan sekresi neutrofil & monosit Pe interleukin I Pengeluaran hormone prostaglandin Stimulasi set point kemoreseptor Perubahan termoregulator

Gangguan difusi O2 dan CO2 KERUSAKAN PERTUKARAN GAS Suplai O2 ke jaringan me

Akumulasi secret dalam jalan napas BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK EFEKTIF

Produksi ATP me Suhu tubuh tidak stabil Kelemahan AKTIFITAS INTOLERAN HIPERTERMI Evaporasi meningkat Cairan tubuh berkurang RISIKO DEFISIT VOLUME CAIRAN KECEMASAN ORANG TUA

Peruibahan status kesehatan

Krisis situasi Koping tidak Efektif

Kerja silia menurun 12 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN I. Biodata A. Identitas Klien 1. Nama/Nama Panggilan 2. Tempat tanggal lahir/Usia 3. Jenis Kelamin 4. Agama 5. Pendidikan 6. Alamat 7. Tanggal Masuk 8. Tanggal Pengkajian 9. Diagnosa Medik 10. Rencana Terapi B. Identitas Orang Tua 1. Ayah a. Nama b. Usia c. Pendidikan d. Pekerjaan e. Agama f. Alamat 2. Ibu a. Nama b. Usia c. Pendidikan d. Pekerjaan e. Agama f. Alamat

: An. A : 6 bulan : Laki-laki : Islam :: Batur 1/10, Banjar Negara. : 7 April 2013 : 8 April 2013 : Bronchopneumonia :-

: Tn. M : 28 tahun : SD : Tani : Islam : Batur 1/10, Banjar Negara : Ny. F. : 24 tahun : SMP : IRT : Islam : Batur 1/10, Banjar Negara

C. Identitas Saudara Kandung Klien anak pertama dari pernikahan Tn. M memiliki saudara kandung.

dengan Ny.F dan hingga kini belum

II. Keluhan Utama/Alasan Masuk Rumah Sakit

13 Demam tinggi sejak tiga hari yang lalu, sesak napas dan batuk lendir. Demamnya naik turun, pilek, muntah saat batuk. III.Riwayat Kesehatan A. Riwayat Kesehatan Sekarang Panas tinggi, sesak napas, KU lemah, batuk berlendir. Tanda-tanda vital : BB : 5,7 Kg, RR : 48x/mnt, N : 128x/menit, S : 38,9C. Retraksi dada suprasternal dan interkostal, bibir kering, tidak tampak adanya sianosis B. Riwayat Kesehatan lalu (Khusus untuk anak usia 0 5 tahun) 1. Pre Natal Care a. Pemeriksaan kehamilan : Tidak rutin sebab puskesmas jauh. b. Keluhan selam hamil : Tidak ada keluhan perdarahan , PHS, Infeksi, Ngidam,muntah-muntah dan demam. c. Riwayat : Tidak ada riwayat terkena sinar dan terapi obat. d. Kenaikan berat badan selama hamil : Ibu klien lupa berapa kenaikan berat badannya saat hamil. e. Imunisasi TT : 2 kali. f. Golongan darah ibu dan Ayah: belum periksa. 2. Natal a. Tempat melahirkan : Di Rumah dengan bantuan dukun bayi b. lama dan jenis persalinan: Spontan dan tidak ada kesulitan. c. Penolong persalian: Dukun d. Cara untuk memudahkan persalian: Tidak ada. e. Komplikasi waktu lahir: Tidak ada. 3. Post Natal a. Kondisi Bayi: BB lahir, tidak ditimbang, PB lahir tidak diukur. b. Anak lahir dalam keadaan sehat. Problem menyusui: ASI kurang, BB stabil. (Untuk Semua Usia) Penyakit yang pernah dialami: Batuk, Demam dan Diare. Klien tidak pernah mengalami kecelakaan. Klien tidak pernah dioperasi dan baru pertama kali ini dirawat di Rumah Sakit. Klien tidak memiliki alergi terhadap makanan, obat-obatan, zat/substansi kimia, dan textil. Klien tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan bebas tanpa resep dokter. Perkembangan anak dibanding saudara-saudaranya: C. Riwayat Kesehatan Keluarga

14 Tidak ada riwayat penyakit alergi, asma, TBC, hypertensi , penyakit jantung, stroke, anemia, hemopilia, arthritis, migrain , DM, kanker dan jiwa pada anggota keluarga. Genogram

Keterangan :

wanita pria P ------klien hidup serumah

IV. Riwayat Immunisasi JENIS IMMUNISASI BCG DPT (I,II,III) POLIO (I,II,III,IV) CAMPAK HEPATITIS LAIN-LAIN REAKSI SETELAH PEMBERIAN Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada -

NO 1. 2. 3. 4. 5. 6.

WAKTU PEMBERIAN Lupa pembeiannya Lupa pembeiannya Lupa pembeiannya Lupa pembeiannya -

V. Riwayat Tumbuh Kembang

15 A. Pertubuhan Fisik 1. Berat Badan 2. Tinggi Badan 3. Waktu tumbuh gigi B. Perkembangan tiap tahap Usia anak saat: 1. Berguling 2. Duduk 3. Merangkak 4. Berdiri 5. Berjalan 6. Senyum kepada orang lain pertama kali 7. Bicara pertama kali 8. Berpakaian tanpa bantuan

: 5,7 kg : 64 cm : belum

: 3 bulan : Belum : Belum : Belum : Belum : Belum : Belum : Belum

VI. Riwayat Nutrisi A. Pemberian ASI 1. Pertama kali disusui : Sejak lahir sampai usia 1 bulan 2. Cara pemberian setiap kali menangis, jadwal tidak tentu 3. Lama pemberian : 15 20 menit B. Pemberian susu formula 1. Alasan pemberian : ASI kurang 2. Jumlah pemberian : tidak tentu, sering diberikan saat anak menangis. 3. Cara memberikan: Dengan dot. C. Pemberian makanan tambahan a. Pertama kali diberikan usia: b. Jenis: -

Belum.

D. Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini :

16 No 1. 2. 3. Usia 0 1 bulan 1 6 bulan Saat ini Jenis Nutrisi ASI Lactogen 1 Sampai sekarang Lama Pemberian

VII. Riwayat Psichososial Klien tinggal di rumah orang tuanya sendiri. Lingkungan berada di Pedesaan Tidak ada tangga yang bisa berbahaya. Hubungan antar anggota keluarga harmonis, komunikasi terbuka antara anggota keluarga. Anak diasuh oleh Orang tuanya VIII. Riwayat Spiritual Support system dalam keluarga adalah orang tua dan saudara dekat. Kegiatan keagamaan dalam keluarga baik, misalnya shalat 5 waktu sehari. IX. Reaksi Hospitalisasi A. Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap Ibu membawa anaknya ke RS untuk mendapatkan pengobatan. Dokter menceritakan tantang kondisi anak. Perasaan orang tua saat ini: Cemas dan kuatir dengan keadaan anaknya saat ini. Orang tua selalu berada dekat klien setiap saat. Ayah, Ibu, nenek serta saudara selalu menjaga klien. B. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap X. Aktivitas Sehari-hari A. Nutrisi Kondisi 1. Selera makan 2. Menu makanan 3. Frekuensi makan Sebelum Sakit Saat Sakit -

17 B. Cairan 1. 2. 3. 4. Kondisi Jenis minuman Frekuensi minum Kebutuhan cairan Cara pemenuhan Sebelum Sakit Susu formula tidak tentu 1500-2000 ml Minum/dot Saat Sakit Minum sedikit, kadang tidak mau. Minum/dot

C. Eliminasi (BAB/BAK) Kondisi 1. Tempat pembuangan 2. Frekuensi (waktu) 3. Konsistensi 4. Kesulitan 5. Obat pencahar D. Istirahat Tidur Kondisi 1. Jam tidur Siang Malam 2. Pola tidur 3. Kebiasaan sebelum tidur 4. Kesulitan tidur

Sebelum Sakit menggunakan pampers. 2x sehari Lembek/sedikit encer Tidak Tidak

Saat Sakit menggunakan pampers. 2x sehari, kadang 3x sedikit encer. Tidak Tidak

Sebelum Sakit Saat Sakit Jam tidur tidak tentu. jam tidur tidak tentu, Jam 10.00 atau jam lebih banyak 11.00 atau 19.00. rewel/gelisah. Kadang cepat bangun, 3x sehari. Digendong/ayunan Tidak ada kesulitan

E. Personal Gygiene Kondisi 1. Mandi Cara Frekuensi Alat mandi 2. Cuci rambut Frekuensi Cara

Sebelum Sakit Dengan menggunakan waskom, sabun mandi, air mandi, handuk. 2x sehari

Saat Sakit Menggunakan washlap dan air hangat, 1x sehari.

Setiap kali mandi, dibasahi dengan air, menggunakan shampo bayi. Bila kuku panjang Pakai gunting kuku saat tidur.

Tidak pernah

3. Gunting kuku Frekuensi Cara

Tidak pernah, kuku klien tampak panjang

18 dan agak kotor. 4. Gosok gigi Frekuensi Cara -

F. Aktivitas /Mobilitas Fisik Kondisi 1. Kegiatan sehari-hari

Sebelum Sakit Bermain/berceloteh dgn orang tua. 2. Pengaturan jadwal harian Tidak terjadwal 3. Penggunaan alat bantu Tidak aktivitas Tidak 4. Kesulitan pergerakan tubuh

Saat Sakit Tidak ada/rewel Klien tampak tirah baring

XI. Pemeriksaan Fisik A. Keadaan Umum Klien Lemah G. Tanda-tanda vital Suhu Nadi Respirasi Tekanan darah H. Antropometri Tinggi badan Berat badan Lingkar lengan atas Lingkar kepala Lingkar dada Lingkar perut

: 37,9C : 128 x/menit : 48 x/menit : 100/70 mmHg

: 64 cm : 5,6 kg : 11 cm : 40,5 cm : 42 cm : 40 cm

I. Sistem Pernapasan Hidung: Inspeksi, tampak simetris kiri dan kanan, tampak pernapasan cuping hidung, tampak ada sekret dimulut. Pada auskultasi, terdengar ronkhi basah pada ICS III dekstra. Leher: tidak ada pembesaran kelenjar dan tidak ada tumor. Dada Bentuk dada ; Normo chest:

19 Perbandingan ukuran anterior-posterior dengan tranversal : 1 : 1 Gerakan dada: Simetris kiri dan kanan, tampak retraksi suprasternal, intercostal , Otot bantu pernapasan: pernapasan dada Suara napas: Vokal fremitus, tidak di ukur, Ronchi: terdengar ronchi basah, tidak terdengar wheezing, stridor dan rales. tidak ada clubbing finger J. Sistem Cardio Vaskuler Conjungtiva tampak anemia, bibir tampak pucat, pada palpasi teraba arteri carotis. Tekanan Vena Jugularis : Tidak ada. Ukuran jantung: Normal, tidak ada pembesaran jantung, Ictus cordis/apex : pada ICS IV Suara jantung :pada auskultasi, terdengar suara S1 dan S2 normal, tidak terdengar bising aorta, mur-mur, Gallop. Capillary Refilling Time: 2-3 detik K. Sistem Pencernaan Bibir: Kering, tidak tampak adanya labio skisis. Mulut: tidak tampak stomatitis dan palato skizis, Jumlah gigi: belum ada ,Kemampuan menelan : Baik. Gaster : Kembung dan Nyeri, tidak ada. Gerakan peristaltik, ada kesan normal Abdomen : pada palpasi, tidak teraba adanya pembesaran hati, lien. Faeces: tampak sedikit encer. Anus: Tidak tampak lecet dan hemoroid. L. System Indra 1. Mata Tidak tampak adanya edema pada kelopak mata, Bulu mata dan alis Visus (gunakan snellen card): Lapang pandang: 2. Hidung Penciuman: -, tidak tampak adanya trauma, mimisan. Sekret yang menghalangi penciuman : tampak adanya sekret dihidung. 3. Telinga Keadaan daun telinga: , Kanal auditoris: Bersih: , Serumen: Fungsi pendengaran: M. System Syaraf Fungsi Cerebral a. Status Mental: -.

20 b. Kesadaran (Eyes: 4, Motorik: 5, Verbal: 4) dengan GCS: 13 c. Fungsi cranial N. I : N. II : N. III, IV, VI : Gerakan bola mata : Nistagmus (-) pupil isokor N. V : Sensorik : tidak dapat dikaji, motorik : tidak dapat dikaji N. VII : Sensorik : mampu membuka dan menutup mata N. VIII : Dapat mendengar, keseimbangan sulit dinilai N. IX : Tidak dapat dinilai N. X : Gerakan ovula tidak bisa dinilai N. XI : Sternocleomastoiditis tidak ada, trapesius sulit dinilai N. XII : Gerakan lidah sulit dinilai Fungsi motorik : Massa otot : massa otot menurun, tonus otot normal Fungsi sensorik : Bereaksi terhadap sentuhan dan suhu Fungsi cerebellum : Refleks : Bisep & trisep (tidak dilakukan), babinski (+) Iritasi meningen : tidak dinilai N. Sistem Muskulo Skeletal Kepala : Bentuk kepala normochepal Vertebrae : Scoliosis (-), lordosis (-) Pelvis : tidak ada dislokasi caput femoralis Lutut : Simetris kiri dan kanan, udema (-), gerakan lemah Kaki : Terpasang infuse pada tangan kiri, bengkak (-) Tangan : udema (-), gerakan lemah, jari tangan lengkap O. Sistem Integumen 1. Rambut : warna hitam tidak mudah tercabut 2. Kulit : warna sawo matang, hangat, kelembaban (+), erupsi (-), ruam (-) 3. Kuku : tidak mudah patah, kebersihan baik P. Sistem Endokrin o Kelenjar tyroid : tidak dapat dinilai o Eksresi urin berlebihan (-), polidipsi (-), polipagi (-) o Diaforesis (-) Q. Sistem Perkemihan o Udema palpebra (-), moon face (-), udema anasarka (-) Keadaan kandung kemih ; massa (-) o Nocturia (-), disuria (-), kencing batu (-) R. Sistem Reproduksi

21 - Scrotum sudah turun, tidak ada kelainan. S. Sistem Imun Tidak ada riwayat alergi terhadap cuaca, debu dan bulu binatang

XII. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan. A. 0 6 Tahun Dengan menggunakan DDST. 1. Motorik kasar : Berguling 2. Mototik halus : Menelan 3. Bahasa : Menyebut kata ma...ma.... 4. Personal Sosial : Bila takut menangis, merangkul dan peluk orang tuanya. XIII. Test Diagnostik Laboratorium tgl. 08-04-2013 Leukosit : 11.900/mm Hb : 7,2 gr% Eritrosit : 3,83 juta/mm Ht : 24,41 gr% Trombosit : 467.000 Nilai normal (5 10 m/m3 ) (12,0 16,0) (4.5 5,5 M/mm3 ) (40.0 48.0 % ) (150-400x10/mm)

XIV. Terapi saat ini : Observasi keadaan umum, tanda vital. Infus kaen 4B 12 tts/mnt. Sanmol drop 3 X0,8 cc/NGT Ambroxol sy 3 X 0,4 CC Nutrisi/NGT, susu lactogen 1, 2 sendok takaran dalam 140 cc, diberikan tiap 3 jam dalam sehari atau /24 jam Oksigen 1-2 ltr/mnt. Ampicilin injeksi per iv

A. ANALISA DATA

22

Nama klien Nomor CM


No 1.

: An. A : 564723
Data Fokus

Umur : 6 Bulan Dx. Medis : Broncopneomonia


Masalah Etiologi

Subyektif : mengatakan sesak sejak 4 hari yang lalu, tidak bisa mengeluarkan sekret Obyektif : sesak, retraksi subcostal dan intracosta, ronki dan wheezing paru kiri dan kanan, vocal resonan menurun, RR 50 X/menit, kadang batuk non produktif Subyektif : orang tua mengatakan anak malas minum, sesak, belum tahu cara memberi minum per sonde. Obyektif : BB 5,6 kg, rewel, RR 50 X/menit, lemah Subyektif : mengatakan sesak sejak 4 hari yang lalu. Obyektif : sesak, retraksi subcostal dan intracosta, capillary refill lambat, RR 50 X/menit, Hb 9,3 g/dl, X-ray bronkopneumonia

Tidak efektif bersihan Penumpukan sekret jalan napas pada jalan napas

2.

Resiko tinggi Intake in adekuat perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

3.

Gangguan pertukaran Perubahan gas membran alveolar

23

B. Perencanaan Keperawatan Diagnosa Perencanaan Keperawatan Intervensi Rasional Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Tidak efektif Setelah dilakukan 1. Monitor Mendeteksi adanya bersihan jalan tindakan pernapasan : irama dyspnea.dan napas keperawatan jalan dan frekuensi, bunyi penumpukan sekret berhubungan napas bersih napas : wheezing, dengan dengan criteria ronki Meningkatkan penumpukan ronki dan 2. Beri posisi kepala pengembangan paru sekret pada jalan wheezing tidak lebih tinggi. yang optimal napas. ada, RR 15-35 3. Lakukan nebulizer, Nebuliser membantu X/menit, tidak fisioterapi napas dan menghangatkan dan sesak. suction. mengenceerkan secret, fisioterapi 4. Beri agen anti napas membantu infeksi : ampisilin merontokan secret 3 X 225 mg mg / iv. untuk dikeluarkan. Mencegah pertumbuhan kuman infeksi atau mikroorganisme. Resiko tinggi Tidak terjadi 1. Monitor tandaMenentukan tindaka perubahan perubahan nutrisi tanda kekurangan perawatan nutrisi kurang selama perawatan nutrisi dan selanjutnya. dari kebutuhan dengan criteria BB kemampuan anak tubuh dalam batas untuk intake nutrisi. berhubungan normal, kebutuhan 2. Monitor berat Nutrisi meningkat dengan intake nutrisi terpenuhi, badan tiap 3 hari. akan mengakibatkan inadekuat. tidak muntah peningkatan berat 3. Ajarkan pada orang badan. tua cara pemberian Orang tua akan ASI/PASI per sonde. kooperati dalam 4. Anjurkan orang tua membantu memenuhi untuk segera lapor kebutuhan nutrisi petugas bila saat anak memberi ASI/PASI Salah satu komplikasi terjadi aspirasi pemberian ASI/PASI 5. Berikan diet pada personde adalah

24

anak 8 X 20 cc ASI atau PASI 6. Pertahankan tetesan infus kaen 4B 15tetes/menit

aspirasi yang berakibat fatal

bisa

Memenuhi kebutuhan nutrisi anak Memenuhi kebutuhan nutrisi anak

C.

Pelaksanaan dan Evaluasi Keperawatan


Dx kep. 1. Hari/Tgl Tindakan keperawatan (jam) Senin, 8 April 13 Memoniotr pernapasan : irama 08.30 teratur, frekuensi 50 X/emnit, ronki dan wheezing kedua paru, retraksi subcosta dan intracosta 09.00 Memberi posisi kepala lebih tinggi 09.30 yaitu dialasi selimut. Melakukan injeksi Ampisilin 225 mg per iv Melakukan nebulizer, fisioterapi napas dan suction. 10.00 Mengkaji tingkat kesadaran anak dan mengobservasi warna kulit dan capillary refill Mengatur oksigen 2 L/menit sesuai order per nasal kanul Evaluasi keperawatan Jam 13.00 S: mengatakan anak sesak. O: sesak, RR 45 X/menit, retraksi subcosta, batuk non produktif, ronki dan whezing A : masalah belum teratasi P: tindakan keperawatan dipertahankan

2.

3.

08.30

10.00

Jam 13.00 S : mengatakan anak sesak. O: kesadaran compos mentis, RR 45 X/menit, retraksi subcosta, capillary refill menurun, pucat A : masalah belum teratasi P: tindakan keperawatan dipertahankan Memonitor tanda-tanda kekurangan Jam 13.00 nutrisi dan kemampuan anak untuk S : -intake nutrisi O: tidak muntah, BB 5,6 kg, Memonitor berat badan 5,7 kg. lemah, pucat. Mengajarkan pada orang tua cara A : masalah tidak terjadi

25

1.

pemberian ASI/PASI per sonde. P: tindakan keperawatan Menganjurkan orang tua untuk dipertahankan segera lapor petugas bila anak tiba12.00 tiba biru, muntah atau tersedak saat memberi ASI/PASI terjadi aspirasi. Memberikan diet pada anak 20 cc PASI LLM per sonde Mempertahankan tetesan infus kaen 4B, 15 tts/mmnt Kamis, Jam 13.00 11 April Memoniotr pernapasan : irama S : mengatakan anak sesak 2013 teratur, frekuensi 38 X/menit, ronki berkurang dan wheezing kedua paru, tidak ada O: RR 38 X/menit, batuk non 09.00 retraksi produktif tapi kadang, ronki 09.30 Melakukan injeksi Ampisilin 225 dan wheezing ada. mg per iv A : masalah belum teratasi Melakukan nebulizer, fisioterapi P: tindakan keperawatan napas dan suction. dipertahankan

2.

08.00

Mengkaji tingkat kesadaran anak dan mengobservasi warna kulit dan capillary refill : compos mentis, tidak pucat, capillary refill normal Mengatur oksigen 2 L/menit sesuai order per nasal kanul

Jam 13.30 S : mengatakan anak sesak berkurang O: kesadaran compos mentis, RR 35 X/menit, capillary refill normal. A : masalah teratasi P: tindakan keperawatan dihentikan Jam 13.30 S : -O: tidak muntah, lemah, minum sedikit demi sedikit lewat mulut, infuse aff A : masalah tidak terjadi P: tindakan keperawatan dipertahankan

3.

08.30

09.00 12.00

Memonitor tanda-tanda kekurangan nutrisi dan kemampuan anak untuk intake nutrisi : mampu minum sedikit demi sedikit, kebutuhan ASI/PASI ditingkatkan 8 X 50 cc Memberikan diet pada anak 50 cc PASI susu formula. Mempertahankan tetesan infus kaen 4B 15 tts/mmnt

26

Memberikan diet pada anak 50 cc PASI lactogen per sonde Menganjurkan ibu untuk memberi minum PASI sedikit demi sedikit per oral.

1.

Jumat, 12 April 2013 08.30 09.00 09.30

Memoniotr pernapasan : irama teratur, frekuensi 38 X/menit, ronki dan wheezing kedua paru, tidak ada retraksi Melakukan injeksi Ampisilin 225 mg per iv Melakukan nebulizer, fisioterapi napas dan suction. Memonitor tanda-tanda kekurangan nutrisi dan kemampuan anak untuk intake nutrisi : mampu minum sedikit demi sedikit Menimbnag berat badan 5,8 kg Memberikan diet pada anak 50 cc PASI LLM per sonde Menganjurkan ibu untuk memberi minum PASI sedikit demi sedikit per oral

08.00 3. 09.00 09.30

Jam 12.30 S : mengatakan anak tidak sesak O: RR 32 X/menit, tidak batuk, ronki dan wheezing tidak ada. A : masalah teratasi P: tindakan keperawatan dipertahankan Jam 12.30 S : -O: tidak muntah, lemah, minum sedikit demi sedikit lewat mulut, BB 5,7 kg A : masalah tidak terjadi P: tindakan keperawatan dipertahankan

DAFTAR PUSTAKA

27

Cecily, L Beth, Linda A Sowden (2002), Buku Saku Keperawatan Pediatric, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Donna L Wong, (2004), Pedoman Klinis Keperawatan Pediatric , Cetakan Pertama Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta Harrison, Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Volume 3 Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Marylin E Doenges . Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3 Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Price Silvia A & Wilson Lorraine M. Patofisiologi; Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran, EGC Jakarta. Ngastiyah (1997), Keperawatan Anak Sakit, Edisi Pertama, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Suryadi SKp, Rita Yuliani SKp (2001), Asuhan Keperawatan Anak Edisi Pertama, PT Fajar Inter Pratama Jakarta

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN BRONCOPNEUMONI

28

DI RUANG DAHLIA RSUD SETJONEGORO WONOSOBO

OLEH :

UNTUNG EDI PURWANTO

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG 2013

29

Vous aimerez peut-être aussi