Vous êtes sur la page 1sur 43

Askep mioma uteri

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit tumor merupakan ruang lingkup yang universal. Penyakit ini eksistensinya sejalan dengan permulaan sejarah dan menyerang manusia dimanapun ia tinggal, suku apapun, warna kulit, tingkat pengetahuan dan tingkat sosial. Myoma uteri merupakan salah satu tumor jinak yang tumbuh pada myiometrium. Dengan adanya pertumbuhan myoma ini mengakibatkan terganggunya fungsi dari uterus, diantaranya resiko abortus, perdarahan pada proses persalinan dan juga dapat menyebabkan infertilitas. Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang myoma, pada wanita yang berkulit hitam yang lebih banyak. Di Indonesia myoma uteri ditemukan 2,39 11% pada penderita genekologi yang dirawat (ilmu kandungan, 1997). Oleh karena itu kita sebagai calon perawat merasa perlu mengetahui lebih jelas tentang myoma uteri dan cara penanganannya, karena dalam menberikan asuhan keperawatan, perawat memberi motivasi dan penyuluhan serta mencegah komplikasi yang mungkin terjadi sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan. Dalam hal ini kita sangat membutuhkan kolaborasi dengan tim medik terutama dalam bidang genekologi. Mioma uteri adalah suatu tumor jinak yang tumbuh dalam otot uterus. Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Mioma uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubungan dengan keganasan. Mioma bisa menyebabkan gejala yang luas termasuk perdarahan menstruasi yang banyak dan penekanan pada pelvis.Berdasarkan otopsi,

Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke, sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20 30% dari seluruh wanita. Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39 11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35 45 tahun (kurang lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post menopause. Wanita yang sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk berkembangnya mioma ini dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau hanya 1 kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau hanya hamil 1 kali.Perihal penyebab pasti terjadi tumor mioma belum diketahui. Mioma uteri mulai tumbuh dibagian atas (fundus) rahim dan sangat jarang tumbuh dimulut rahim. Bentuk tumor bisa tunggal atau multiple (banyak), umumnya tumbuh didalam otot rahim yang dikenal dengan intramural mioma. Tumor mioma ini akan cepat memberikan keluhan, bila mioma tumbuh kedalam mukosa rahim, keluhan yang biasa dikeluhkan berupa perdarahan saat siklus dan diluar siklus haid. Sedangkan pada tipe tumor yang tumbuh dikulit luar rahim yang dikenal dengan tipe subserosa tidak memberikan keluhan perdarahan, akan tetapi seseorang baru mengeluh bila tumor membesar yang dengan perabaan didaerah perut dijumpai benjolan keras, benjolan tersebut kadang sulit digerakkan bila tumor sudah sangat besar.Berikut ini diajukan suatu kasus seorang wanita 41 tahun dengan diagnosa mioma uteri, yang selanjutnya ditatalaksana untuk laparotomi dengan Total Abdominal Histerektomi (TAH).

B. Tujuan

a.

Tujuan umum Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan pada pasien mioma uteri

b. Tujuan khusus 1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi mioma uteri 2. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi penyebab mioma uteri. 3. Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala dari mioma uteri. 4. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi dari mioma uteri 5. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan dari miom uteri 6. Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan penunjang dari mioma uteri 7. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan mioma uteri

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Definisi Mioma uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya sehingga dapat disebut juga leiomioma, fibromioma, atau fibroid. (Ilmu Kandungan, 1999) Mioma uteri adalah tumor yang paling umum pada traktus genitalis (Derek LlewellynJones, 1994). Mioma uteri adalah tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya (www. Infomedika. htm, 2004). Dari beberapa pengertian di atas, kelompok kami dapat menyimpulkan bahwa myoma uteri adalah pertumbuhan jaringan ikat yang abnormal pada otot otot rahim sehingga uterus membesar. Golongan ini termasuk tumor jinak.

B. Etiologi

Penyebab secara pasti belum diketahui dan diduga merupakan penyakit multifaktorial. Dipercayai bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal dan diperkirakan dari sel sel otot yang belum matang. Beberapa teori mengatakan, karena adanya stimulasi estrogen, mengingat: a. Myoma tumbuh lebih cepat pada masa hamil b. Tidak pernah ditemukan sebelum masa menarrche c. Myoma biasanya akan mengalami atrophy sesudah menopouse

d. Sering ditemukan hiperplasia endometrium bersama dengan myoma uteri. Selain itu, Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di samping faktor predisposisi genetik, adalah estrogen, progesterone. 1. Estrogen. Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Seringkali terdapat pertumbuhan tumor yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada saat menopause dan pengangkatan ovarium. 2. Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan 17B hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.

Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu : 1. Umur 2. Paritas 3. Faktor ras dan genetik 4. Fungsi ovarium

C. Anatomi dan Fisiologi a. Genitalia luar: - Mons pubis - Labia mayora - Labia minora - Klitoris - Vestibulum - Himen - Perineum b. Genitalia dalam: Vagina (liang kemaluan) Uterus (rahim) Bentuknya seperti buah pir yang letaknya di dalam pelvis antara rectum di belakang kandung kemih depan. Ototnya disebut myometrium. Uterus terapung dalam pelvis dengan jaringan ikat

dan ligamentum. Panjang uterus kurang lebih 7,5 cm, lebar 5 cm, dan tebal 2,5 cm dengan berat kurang lebih 50 gr. Pada rahim wanita dewasa yang belum pernah melahirkan, panjang uterus antara 5 8 cm dengan berat kira kira 30 60 gr. Uterus terdiri dari fundus uteri, korpus uteri, servic uteri. Sedangkan dinding uterus terbentuk dari jaringan otot dengan lapisan sebagai berikut: a. Endometrium (lapisan dalam)

b. Myometrium (lapisan otot polos) c. Peritonium veseral (lapisan serosa) yang terdiri atas: Ligamentum kardinale kiri dan kanan yang mencegah agar uterus tidak turun Ligamentum sakrouterium kiri dan kanan untuk menahan uterus Ligamentum rotundum sebagai penahan uterus agar tetap pada posisi antefleksi Ligamentumlatum; yang meliputi tuba Ligamentum infundibulo berfungsi sebagai penahan tuba falupii Fungsi uterus adalah untuk menahan ovum yang telah dibuahi. Pada saat bayi lahir, uterus berkontraksi mendorong bayi dan plasenta keluar. Sedangkan ovarium terletak pada bagian kanan dan kiri di bawah tuba uterida yang fungsinya: Memproduksi ovum Memproduksi hormon estrogen Menghasilkan progesteron

Tuba Falopi menjalar ke arah lateral kiri dan kanan. Panjangnya kira kira 12 CM dengan diameter 3 8 CM, terdiri atas: Part Interstitialis

Part Ismika/itmus Parst ampularis Infundibulum

D. EPIDEMIOLOGI Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke, sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20 30% dari seluruh wanita. Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39 11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35 45 tahun (kurang lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post menopause. Wanita yang sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk berkembangnya mioma ini dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau hanya 1 kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau hanya hamil 1 kali. Prevalensi meningkat apabila ditemukan riwayat keluarga, ras, kegemukan dan nulipara.

E. Patofisiologi Myoma sering disebut fiboid (jaringan ikat), walaupun asalnya dari jaringan otot yang belum matang yang tumbuh secara abnormal karena stimulasi estrogen. Myoma dapat bersifat tunggal ataupun multiple dan mampu mencapai ukuran besar dengan konsistensi keras dan memiliki batas batas kapsul yang jelas, sehingga dapat dilepaskan dari jaringan sekitarnya. Sarang mioma diuterus berasal dari servik (1-3) menurut letaknya mioma dapat kita bagi sebagai : a. Mioma submukosum : berada di biawah endometrium dan menonjol kedalam rongga uterus Mioma submukosum tersebut dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian di lahirkan melalui saluran servick ( myomgeburt). b. Mioma intramural: mioma terdapat di dinding uterus diantara miometrium

c.

Mioma subserosum: apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus yang di liputi oleh serosa, mioma subserosum dapat tumbuh di antara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intra ligamenter, mioma subserosum ini dapat pula tumbuh menempel pada jaringan lain misalnya ke ligamentum omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga di sebut wandering / parasitic fibroid. Mioma itu sendiri jarang sekali di temukan satu macam mioma saja dalam satu uterus,mioma pada servick dapat menonjol kedalam saluran servick sehingga ostium uteri externum berbentuk bulan sabit. Apabila mioma di belah maka tampak bahwa mioma terdiri atas berkas otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti konde, atau pusaran air (whorl like pattern), dengan pseodocapsule yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan sarang mioma ini, mioma ini pernah di temukan 200 sarang mioma dalam satu uterus, namun biasanya hanya 5 - 20 sarang saja. Dengan pertumbuhan mioma dapata mencapai berat lebih dari 5kg, jarang sekali mioma di temukan pada wanita umur 20 thn ,paling banyak pada umur 35-45 thn ( kurang lebih 25%). Pertrumbuhan mioma di perkirakam memerlukan waktu 3 thn agar dapat mencapai ukuran sebesar tinju, akan tetapi beberapa kasus ternyata mioma tersebut tumbuh dengan cepat, setelah menoupus banyak mioma menjadi lesut, hanya 10% saja yang masih dapat tumbuh lebih lanjut. Mioma uteri ini lebih sering di dapati pada wanita nulipara atau yang kurang subur. Mioma ini memiliki factor keturunan yang memegang peran. Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagaian besar bersifat dejenerasi, hal tersebut oleh karena itu berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma.

F. Pathway stimulasi estrogen MENINGKAT Nekrose/ perlengketan pada uteri Keringat dingin pucat Sering kencing Nyeri Disuria Retensi urin Massa pada uterus menekan VU Massa pada uteri Mioma uteri mutasi s Perdarahan persisten, mual muntah

sel neoplastik sel sel otot yang belum matang

Peredaran darah

Kekurangan volume cairan

Lemah, lesu

G. Tanda dan Gejala Myoma tidak selalu memberikan tanda, namun dapat ditemukan beberapa gejala sebagai berikut: a. Adanya masa pada abdomen b. Perdarahan dapat berupa menorrhagia, perdarahan yang terjadi dapat menyebabkan anemia berat, lemah, dan pusing c. Nyeri yang mungkin disebabkan karena adanya gangguan peredaran darah yang disertai nekrose atau peradangan dan perlengketan. Kadang kadang torsi myoma sub serosa. Pada myoma sangat besar, nyeri dapat disebabkan karena tekanan pada saraf. d. Akibat tekanan di perut kemungkinan ada keluhan miksi. Penekanan terhadap kandung kemih dapat menyebabkan disuria atau pollakisuria. Pada uretra terjadi retensi urine. Pada rektum akan terjadi konstipasi atau sakit saat defekasi.

e.

Keluhan umum lain, seperti rasa lelah, lemas, dan lesu.

H. Klasifikasi Myoma Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena 1. Lokasi Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi. Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius. Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala. 2. Lapisan Uterus

Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasinya dibagi menjadi tiga jenis yaitu : a. Mioma Uteri Subserosa Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum dan disebut sebagai mioma intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai suatu massa. Perlengketan dengan usus, omentum atau mesenterium di sekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik. b. Mioma Uteri Intramural

Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel apabila masih kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma subserosa dan kadang-kadang sebagai mioma submukosa. Di dalam otot rahim dapat besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim dominan).

c. Mioma Uteri Submukosa Terletak di bawah endometrium. Dapat pula bertangkai maupun tidak. Mioma bertangkai dapat menonjol melalui kanalis servikalis, dan pada keadaan ini mudah terjadi torsi atau infeksi. Tumor ini memperluas permukaan ruangan rahim.

Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih penting dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun intramural walaupun ditemukan cukup besar tetapi sering kali memberikan keluhan yang tidak berarti. Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit untuk dihentikan sehingga sebagai terapinya dilakukan histerektomi.

I. 1.

Komplikasi Torsi Ada kalanya tangkai pada mioma uteri subserosum mengalami putaran. Kalau proses ini terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan sirkulasi akut dengan nekrosis jaringan dan akan tampak gambaran klinik dari abdomenakut

2.

Pertumbuhan leiomyosarcoma Mioma dicurigai sebagai sarcoma bila selama beberapa tahun tidak membesar, sekonyong konyong menjadi besar apabila hal itu terjadi sesudah menopause

3.

Nekrosis dan infeksi Pada myoma subserosum yang menjadi polip, ujung tumor, kadang-kadang dapat melalui kanalis servikalis dan dilahirkan dari vagina, dalam hal ini kemungkinan gangguan situasi dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder.

J. Penatalaksanaan Medik 1. Konservatif Bila terjadi pada wanita yang mendekati menopose: observasi tanda dan gejala. Jika myoma bertambah besar harus dioperasi. 2. Radio therapy. Tujuannya adalah agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita mengalami menopause. Radio terapi ini umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat kontraindikasi untuk tindakan operatif. 3. Operasi: Myomectomi. Pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Apabila myomectomi ini dikerjakan karena keinginan memperoleh anak maka kemungkinan mempunyai anak 30-50 % Hysterektomi. Pengangkatan uterus yang merupakan tindakan terpilih, hysterektomi dapat dilaksanakan perabdominam atau pervaginam. Yang akhir ini jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari telur angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya. K. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Darah Lengkap : Hb: turun, Albumin : turun, Lekosit : turun / meningkat, Eritrosit : turun. 2. USG : terlihat massa pada daerah uterus. 3. Vaginal Toucher : didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan ukurannya. 4. Sitologi : menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut. 5. Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat tindakan operasi. 6. ECG : Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi tindakan operasi L. Pengkajian keperawatan secara teoritis 1. Pengkajian a. Pola pemeliharaan kesehatan: Mengkonsumsi makanan yang mengandung pengawet.

b. Pola nutrisi dan metabolik: Mual, muntah, suhu tubuh meningkat terutama daerah abdomen. c. Pola eliminasi: Retensi urine Konstipasi d. Pola aktivitas dan latihan Pusing, lemah e. Pola persepsi sensorik dan kognitif Adanya nyeri pada daerah abdomen. f. Pola persepsi diri dan konsep diri Gangguan body image g. Pola mekanisme copping dan toleransi terhadap stress Cemas, ada reaksi penolakan terhadap prognosis h. Pola reproduksi seksual Kebiasaan berganti pasangan Menorrhagi Metrorragi

2. Diagnosa Keperawatan dan Implementasi Pre operasi 1. Nyeri berhubungan dengan proses infeksi tumor HYD: nyeri berkurang sampai dengan hilang Rencana Tindakan: Kaji karakteristik nyeri, lokasi, frekuensi R/ mengetahui tingkat nyeri sebagai evaluasi untuk intervensi selanjutnya Kaji faktor penyebab timbul nyeri (takut , marah, cemas)

R/ dengan mengetahui faktor penyebab nyeri menentukan tindakan untuk mengurangi nyeri Ajarkan tehnik relaksasi tarik nafas dalam R/ tehnik relaksasi dapat mengatasi rasa nyeri Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik R/ analgetik efektif untuk mengatasi nyeri

2. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan HYD: kecemasan pasien berkurang Rencna Tindakan: Jelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien R/ pasien kooperatif dalam segala tindakan dan mengurangi kecemasan pasien Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan akan ketakutannya R/ untuk mengurangi kecemasan Evaluasi tingkat pemahaman pasien / orang terdekat tentang diagnosa medik R/ memberikan informasi yang perlu untuk memilih intervensi yang tepat Akui rasa takut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan R/ dukungan memampukan pasien memulai membuka/ menerima kenyataan penyakit dan pengobatan

3. Perubahan pola eliminasi: retensi urine berhubungan dengan penekanan dari myoma uteri HYD: mengosongkan kandung kemih secara adequat sesuai kebutuhan individu Rencana Tindakan:

Observasi dan catat jumlah /frekuensi berkemih R/ menentukan apakah kandung kemih dikosongkan

Lakukan palpasi terhadap adanya distensi kandung kemih R/ dapat menandakan adanya retensi urine

Berikan stimulus terhadap pengosongan urine dengan mengalirkan air, letakkan air hangat dan dingin secara bergantian pada daerah supra pubika R/ meningkatkan proses perkemihan dan merelaksasikan spinkter urine

Lakukan katerisasi terhadap. residu urine setelah berkemih sesuai kebutuhan R/ mengurangi pembengkakan pada kandung kemih

Post Operasi

1. Perubahan retensi urine berhubungan dengan manipulasi tindakan pembedahan

HYD: pasien dapat berkemih secara teratur dan tuntas Rencana Tindakan: Ukur dan catat intake output R/ menentukan keseinbangan cairan Perhatikan pola berkemih dan awasi keluaran urine R/ dapat mengindikasikan retensi urine bila berkemih dengan sering dan jumlah sedikit/ kurang Palpasi kandung kemih, kaji keluhan ketidak nyamanan, penuh, ketidak mampuan berkemih R/ kandung kemih penuh, distensi kandung kemih diatas simpisis pubis menunjukkan Berikan tindakan berkemih rutin contoh: prifasi, posisi norma/aliran air pada bascom, penyiraman air hangat pada perineum

R/ meningkatkan relaksasai otot perineal dan dapat mempermudah upaya berkemih Berikan perawatan kebersihan perineal dan perawatan kateter (bila ada) R/ meningkatkan kebersihan menurunkan resiko ISK asenden Kolaborasi pemasangan kateter bila diindikasikan pasien tidak mampu berkemih atau tidak nyaman R/ edema atau pengaruh suplai saraf dapat menyebankan atoni kandung kemih/ retensi kandung kemih memerlukan dekompresi kandung kemih

2.

Gangguan body image : harga diri rendah berhubungan dengan perubahan feminitas, ketidak mampuan mempunyai anak HYD: pasien mengatakan dapat menerima diri pada situasi dan beradaptasi terhadap perubahan pada citra tubuh Rencana tindakan:

Berikan kesempatan pada pasienuntuk mengungkapkan perasaannya Kaji stress emosi pasien, identifikasi kehilangan pada pasien/ orang terdekat. Dorong pasien untuk mengekspresikan

Berikan informasi akurat, kuatkani nformasi uang diberikan sebelumnya R/ memberi kesempatan pada pasien untuk bertanya dan mengasimilasikan informasi

Berikan lingkungan terbuka pada pasien untuk mendiskusikan masalah seksualitas R/ meningkatkan saling berbagai keyakinan / nilai tentan subjek sensitif

Perhatikan perilaku menarik diri, menganggap diri negatif, penolakan R/ mengidentifikadi tahap kehilangan/ menentukan intervensi

Kolaborasi dengan konseling profesional sesuai kebutuhan

R/ memerlukan bantuan tambahan untuk mengtasi perasaan kehilangan

3. Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan pola respon seksualitas (tidak adanya irama kontraksi uterus selama orgasme) HYD: Pasien mengatakan pemahaman perubahan anatomi fungsi seksual Mengidentifikasi kepuasan seksual yang diterima dan beberapa alternatif mengekspresikan sex Rencana tindakan: Mendengarkan peryataan pasien/ oraang terdekat R/ masalah sex sering tersembunyi sebgai pernyataan humor atau ungkapan yang gamblang Kaji infomasi pasien orang terdekat tentang anatomi/fungsi sex dan pengaruh prosedur pembedahan. R/ Kesalahan informasi / konsep yang mempengaruhi peambilan keputusan. Identifikasikan faktor budaya/nilai dan adanya konplik R/ Dapat mempengaruhi kembalinya kepuasan hubungan sex. Bantu pasien untuk menyadari/menerima perubahan pada dirinya R/ Meningkatkan koping dan memudahkan pemecahan masalah. Diskusikan sensasi /ketidakmampuan fisik,perubahan pada respon seperti individu biasanya R/ Kehilangan sensori dapat terjadi sementara dan akan kembali baik dalam waktu beberapa minggu. 4. Nyeri pada perut bawah berhubungan dengan luka insisi operasi HYD: Nyeri hilang ditandai dengan pasien tampak rilex Rencana Tindakkan: Kaji intensitas nyeri, lokasi, frekuensi cara

R/ sebagai evaluasi untuk menentukan intervensi selanjutnya Anjurkan dan ajarkan teknik relaksasi R/ mengurangi nyeri Bantu pasien menemukan posisi yang nyaman R/ Mempengaruhi kemampuan pasien untuk rilek tidur dan istirahat Kolaborasi dengan dokter pemberian therapi analgesik R/Mengurangi nyeri

5. Kurang pengetahuan tentang perawatan ,prognosi dan pengobatan HYD: Pasien mengatakan pemahaman tentang kondisi Rencana tindakan: Tinjau ulang efek prosedur pembedahan dan harapan pada masa datang R/ Memberi dasar pengetahuan pada pasien Diskusikan masalah yang diantsipasi selamapenyembuhan R/Fungsi fisik,emosi dapat mempengaruhi kumulatif yang dapat memperlambat penyembuhan. Diskusikan melakukan aktivitas secara bertahap,tekankan pentingnya respon individu dalan penyembuhan R/ mempercepat penyenbuhan Menghindari mengakat barang yang berat,duduk yang lama R/ Dapat memperlambat penyembuhan,aktivitas meningkatkan tekanan intra abdominal,duduk lama menyebabkan pembentukan trombus Identifikasi kebutuhan:protein tinggi R/Memfasilitas penyembuhan /regenerasi jaringan Identifikasi tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi medik:perdarahan,luka

R/Mencegah situasi yang mengancam hidup Kaji ulang Th/ penambahan hormone R/Histerectomi total memerlukan penambahan hormon karena dibutuhkan porsi suplai darah ke ovarium diklem selama prosedur

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Ilustrasi kasus Pasien Ny.R 40 tahun datang ke rumah sakit Respati pada 1 Juni 2011 dengan mengeluh nyeri pada perut bawah dengan sekala nyeri 6. Selain itu pasien juga mengeluh sering BAK lebih dari 5x dalam sehari dan BAKnya yang keluar sedikit-sedikit, juga sering merasa pusing, lelah,lemah dan lesu. Klien juga mengeluh sudah 3 hari ini mengalami perdarahan tetapi berupa flek. Klien mengatakan sangat cemas dan takut dengan keadaannya. Pada saat dilakukan pengkajian, klien tampak pucat, berkeringat, gelisah,mual muntah,kesulitan menelan.nyeri pada perut. Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik teraba massa dan nyeri tekan pada abdomen, pada pemeriksaan TTV diperoleh TD: 130/80 mmHg, N:104x/mnt, RR: 25x/mnt, S:37,60c .Oleh dokter pasien dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan USG. Dari hasil pemeriksaan USG menunjukan adanya tumor uterin dengan klasifikasi fibroid, kemudian dari hasil foto panggul diperoleh hasil suspect calcified fibroid dari uteri.

Pemeriksaan Penunjang 1 Juni 2011 pukul 18.00 WIB No. 1. 2. 3. 4 5 6 7 Komponen Hb Ht Leukosit Trombosit Eritrosit Ureum Creatinin Nilai Normal 11,2 15,7 g/dl 34 45 % 3900 10000/ul 163 369rb / ul 4,5 5,5 juta/ ul 20 40 mg/dl 0,5 1,5 mg/dl Hasil 9 g/dl 38 % 3500/ul 300rb / ul 3,5 jt /ul 20 mg/dl 0,4 mg/dl Interpretasi Menurun Normal Menurun Normal Menurun Normal Menurun

B. Pengkajian

Tanggal masuk: 1 Juni 2011

Jam masuk: 10.00 WIB

Ruang/kelas

: Melati

Kamar no : VII Jam : 13.00 WIB

Tgl pengkajian: 1 Juni 2011

A. IDENTITAS: Nama pasien : Ny.J, G3 P2 A1 Umur : 40 th Nama suami Umur Suku/bangsa Agama Pendidikan Pekerjaan : Tn.H : 46 Th : Jawa/Indonesia : Islam : Sarjana : PNS

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat : Islam : SMA : IRT

: Jl. Anggur, Gang. Melon, No:2 Kec. Sleman, Yogyakarta

Status

: Menikah

B. STATUS KESEHATAN SAAT INI: 1. Keluhan utama saat ini: Klien mengeluh nyeri pada perut bawah dengan skala nyeri 6.

2. Alasan kunjungan klien ke Rs: Klien dibawa ke RS Respati oleh suaminya pada tanggal 1 Juni 2011 karena klien mengeluh nyeri pada perut bawah dengan sekala nyeri 7. Selain itu klien juga mengeluh sering BAK lebih dari 5x dalam sehari, juga sering merasa pusing, lelah, lemah dan lesu. Klien juga mengeluh sudah 2 hari ini mengalami perdarahan tetapi berupa flek. 3. Faktor yang memperberat : Sudah 2 hari ini mengalami perdarahan tetapi berupa flek.

C. RIWAYAT KEPERAWATAN:

1. RIWAYAT OBSTETRI :

a. Riwayat mensturasi : Menarche : umur 11 tahun Banyaknya : 3 x ganti pembalut Sifat darah : Encer bercampur gumpalan b. Riwayat kehamilan: Riwayat kehamilan Ny.R yaitu G3P2A1. c. Genogram: Siklus Lamanya : : kurang lebih 3-5 28 hari hari

Keterangan : : Perempuan : Laki-laki : Serumah uteri : Klien : Meninggal : Nenek Ny.R yg menderita myoma

B. RIWAYAT KELUARGA BERENCANA : Klien mengatakan pada saat ini klien sedang menggunakan IUD

C. RIWAYAT KESEHATAN :

Penyakit yang pernah dialami ibu : Klien tidak memiliki riwayat penyakit dahulu Pengobatan yang didapat : Klien tidak mendapat pengobatan Riwayat penyakit keluarga: Klien mengatakan bahwa ada keluarganya yang memiliki riwayat myoma uteri juga

D. KEBUTUHAN DASAR KHUSUS: 1. Pola nutrisi : Sebelum sakit : Klien mengatakan dalam sehari klien biasanya makan sebanyak 3 x sehari dengan porsin sedang. Minum 6-7 gelas/hari. Makanan yang dikonsumsi klien yaitu nasi, lauk, pauk dan buahbuahan. Setelah sakit: Klien mengatakan setelah sakit tidak ada keluhan mengenai pola makan. Berat badan Ny. R adalah 55 kg dan tinggi badan 162 cm. IMT = 55 kg (1,62)2 m = 20,99 (Normal) 2. Pola eliminasi: Sebelum sakit : BAB : 1-2 x/hari BAK : 3-4 x/hari Setelah sakit : BAB : 1 x/hari BAK : lebih dari 5 x/hari dan BAK yang keluar sedikit-sedikit (miksi) disebabkan karena adanya penekanan pada vesika urinaria. 3. Pola personal hygine: Mandi: Sebelum sakit dan saat sakit ibu mandi 2x/hari, ganti pakaian 2x/hari Oral hygine: pasien mengatakan menggosok giginya dan menjaga kebersihan mulutnya 2 kali sehari 4. Pola istirahat dan tidur: Lama tidur : Klien mengatakan lama tidurnya -/+ 8 jam /hari. Kebiasaan sebelum tidur: Klien mengatakan kebiasaannya sebelum tidur adalah gosok gigi dan berdoa.

Keluhan pola istirahat:selama sakit klien mengatakan lama tidurnya -/+ 6 jam/hari, sering terbangun pada malam hari karena nyeri pada perut dan sering BAK.

5. 6. 7.

Pola aktivitas dan latihan: Klien hanya melakukan aktifitasnya sehari-hari sebagai ibu rumah tangga Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan: Merokok : Klien mengatakan tidak merokok Minuman keras : Klien mengatakan tidak minum-minuman keras Ketergantungan obat : Klien mengatakan tidak mengalami ketergantungan obat. Pola Kenyamanan : P : Adanya massa pada abdomen Q : Nyerinya seperti ditusuk-tusuk R : Abdomen bagian bawah umbilicus S : Skala nyeri 6 T : Hilang timbul pada saat beraktivitas yang berat selama 3-5 menit

8. Pola Seksualitas Klien mengatakan frekuensi berhubungan intim mengalami gangguan karena nyeri saat coitus akibat adanya massa pada abdomen bagian bawah umbilicus. 9. Psiko, Sosio budaya, dan Spiritual Klien mengatakan cemas dengan keadaannya sekarang dan untuk mengurangi kecemasannya pasien mengungkapkan perasaan yang dirasakan pada suami klien. Tidak ada pertentangan antara kebudayaan dan kepercayaan yang dianut oleh klien yang bertentangan dengan tindakan kesehatan. Klien mengatakan sadar akan segala sesuatu yang dialaminya merupakan cobaan dari Tuhan dan pasien sering berdoa meskipun kondisinya dalam keadaan sakit agar mendapat kekuatan dari Tuhan.

PEMERIKSAAN FISIK: Keadaan umum: Lemah Tekanan darah: 130/80 mmHg Kesadaran: Compos Mentis Nadi: 104x/menit

Respirasi Rate : 26 x/menit Berat badan: 55 kg Lila : 22 cm

Suhu:37,6C Tinggi badan: 162 cm

1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9)

Rambut : lurus, tidak ada ketombe, dan tidak mudah rontok, keadaan bersih Mata : kelopak : mata: pucat simetris, sklera: tidak ada tidak oedema. ikterus

Konjungtiva

Hidung : bentuk simetris, keadaan bersih, tidak ada polip, fungsi penciuman normal Mulut dan gigi: lidah tidak terdapat stomatitis, gigi tidak ada lubang dan caries Telinga : keadaan bersih, bentuk simetris, tidak ada kotoran dan pendengaran baik Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid

Dada : bentuk payudara simetris, nafas teratur, tidak ada benjolan abnormal Payudara : membesar simetris, puting susu menonjol, tidak ada colostrum.

10) Abdomen : a. Inspeksi : tidak ada luka operasi. Perut tampak buncit

b. Auskultasi : peristaltic usus normal 10x/mnt. c. Palpasi : terasa nyeri tekan pada abdomen bagian bawah dan teraba massa di kuadran umbilicalis berdiameter 5 cm d. Perkusi : suara pekak pada abdomen bawah 11) Punggung : keadaan lordosis, michealis simetris 12) Genetalia : terdapat flek pervaginam 13) Ekstremitas Atas : bentuk simetris, keadaan kuku bersih, keadaan kulit turgor kulit baik, dapat digerakan dengan baik, tidak ada kecacatan.

Bawah : bentuk simetris, keadaan kuku bersih, keadaan kulit baik PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Pemeriksaan Laboratorium : Jenis pemeriksaan : Darah Lengkap Tanggal Pemeriksaan : 25 Mei 2011, pukul 18.00 WIB

No. 1. 2. 3. 4 5 6 7

Komponen Hb Ht Leukosit Trombosit Eritrosit Ureum Creatinin

Nilai Normal 11,2 15,7 g/dl 34 45 % 3900 10000/ul 163 369rb / ul 4,5 5,5 juta/ ul 20 40 mg/dl 0,5 1,5 mg/dl

Hasil 9 g/dl 35 % 3500/ul 300rb / ul 3,5 jt /ul 20 mg/dl 0,4 mg/dl

Interpretasi Menurun Normal Menurun Normal Menurun Normal Menurun

b. Rontgen (X-Ray) Tanggal Pemeriksaan : 25 Mei 2011, 15.00 WIB Hasil Pemeriksaan : suspect calcified fibroid dari uteri. c. USG Tanggal Pemeriksaan : 25 Mei 2011, 15.00 WIB Hasil Pemeriksaan : adanya tumor uterin dengan klasifikasi fibroid

TERAPI MEDIS a. Analgetik : Ketorolac 10 mg/5jam IV

b. Infus RL 20tpm

ANALISA DATA

Nama klien Umur

: Ny. J, G3 P2 A1 : 40 th

No. Register

: 235532

Diagnosa Medis : Myoma Uteri Alamat : Jl. Anggur, Gang.Melon,No:2

Ruang Rawat : Tulip

Kec. Sleman, Yogyakarta

TGL/JAM 25 Mei 2011

DATA FOKUS DS :

ETIOLOGI

PROBLEM

Agen injury biologis (proses Nyeri akut

Pukul WIB

13.00 Klien mengeluh nyeri pada perut bawah infeksi tumor) dengan skala nyeri 7 Klien juga mengeluh sudah 2 hari ini mengalami perdarahan tetapi berupa flek. P : Adanya massa pada abdomen dengan diameter 5 cm Q : nyerinya seperti ditusuk-tusuk R : Abdomen bagian bawah umbilicus S : Skala nyeri 7 T : Hilang timbul pada saat beraktivitas yang berat selama 3-5 mnt

DO : N : 105x/menit S : 37,6 C RR : 26x/menit TD 130/80 mmHg Klien tampak meringis sambil

memegang bagian bawah perut Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik teraba massa dan nyeri tekan pada abdomen.

25 Mei 2011 Pukul WIB 13.00

DS:

Penekanan dari myoma uteri Retensi urine

Klien mengeluh sering BAK lebih dari pada vesika urinaria 5x dalam sehari dan BAKnya yang keluar sedikit-sedikit DO :

Sebelum sakit : BAB : 1-2 x/hari BAK : 3-4 x/hari

Setelah sakit : BAB : 1 x/hari BAK : lebih dari 5 x/hari dan BAK yang keluar sedikit-sedikit (miksi) disebabkan karena adanya penekanan pada vesika urinaria Pada saat dipalpasi perut buncit

berdiameter 5 cm

25 Mei 2011 Pukul WIB 13.00

DS : Klien mengatakan

Kehilangan mual aktif

volume

cairan Kekurangan volume cairan

muntah,berkeringat,susah menelan DO : Klien tampak tegang, pucat, berkeringat dingin, gelisah dan sering bertanya

tentang penyakitnya. TD 130/80 mmHg RR: 26x/mnt, N: 105x/mnt S 37,6C,

Prioritas Diagnosa Keperawatan : 1. Nyeri akut b.d Agen injury biologis (proses infeksi tumor) 2. Kekurangan volume cairan b.d Kehilangan volume cairan aktif 3. Retensi urine b.d Penekanan dari myoma uteri pada vesika urinaria

RENCANA TINDAKAN Nama klien : 235532 Umur : Myoma Uteri : 40 th Diagnosa Medis : Ny. J, G3 P2 A1 No. Register

Jl. Anggur, Gang. Melon

No Diagnosa Keperawatan 1

Tujuan & Kriteria Hasil

Intervensi

Rasionalisasi

Nyeri akut b.d Agen Setelah dilakukan tindakan 1.

Observasi TTV & KU 1. Mengetahui KU klien

injury biologis (proses keperawatan pada Ny. R klien infeksi tumor) ditandai selama 2x24 jam nyeri dengan klien mengeluh akut dapat berkurang 2. Kaji karakteristik nyeri, 2. lokasi, frekuensi 3. Ajarkan tehnik tarik nafas dalam Ciptakan Mengetahui tingkat

nyeri pada perut bawah dengan kriteria hasil : dengan skala nyeri 7 Skala nyeri berkurang 3. TTV dalam batas normal : 110-130/70-90 4.

evaluasi untuk intervens

Klien juga mengeluh dari 6-4 sudah 2 hari ini -

Tehnik relaksasi dapa

relaksasi nyeri 4.

mengalami perdarahan TD tetapi berupa plek. mmHg

Memberikan kenyaman

suasana pada klien

P : adanya massa pada S : 36-37C abdomen N : 80 -100x/menit 5.

lingkungan yang nyaman 5. Analgetik efektif untuk Kolaborasi pemberian tampak 5mg/5jam IV dalam Ketorolac

Q : nyerinya seperti RR : 16-24x/menit ditusuk-tusuk R : pada Wajah klien

abdomen tenang dan rileks bawah

bagian umbilicus S : Skala nyeri 7

T : Hilang timbul pada saat beraktivitas yang berat N : 105x/menit

S : 37,6 C RR : 26x/menit Klien tampak meringis sambil memegang

bagian bawah perut Pada saat dilakukan fisik

pemeriksaan

teraba massa dan nyeri tekan pada abdomen.

Retensi

urine

b.d Setelah dilakukan tindakan 1.

Lakukan

palpasi 1.Dapat

Penekanan dari myoma keperawatan pada Ny. R uteri ditandai dengan selama 1x24 jam, dengan klien mengeluh sering criteria hasil : BAK lebih dari 5x dalam sehari Klien dapat kandung adequat

terhadap adanya distensi menandakan adanya kandung kemih retensi urine

dan mengosongkan secara

2. Beri stimulus terhadap pengosongan urine dengan 2.Meningkatkan perkemihan merelaksasikan

BAKnya yang keluar kemih sedikit-sedikit -

sesuai kebutuhan individu

Klien dapat berkemih mengalirkan air, letakkan proses secara maksimal air hangat dan dingin dan

secara

bergantian

pada spinkter urine

daerah supra pubika

3.

Lakukan

katerisasi urine

terhadap

residu

setelah

berkemih

sesuai 3. Mengurangi pembengkakan pada kandung kemih

kebutuhan

Kekurangan

1. volume Setelah dilakukan tindakan

Pantau warna jumlah dan 1.

Mengetahui jumlah

cairan b.d kehilangan keperawatan pada Ny. R

keluarkan Untuk keseim frekuensi kehilangan cairan volume cairan aktif di selama 2x24 jam, 2. Mengetahui status nut 2. Pantau status nutrisi dalam tandai dengan klien kekurangan volume cairan asupan makanan mual menelan munta,susah klien akan teratasi dengan pemberian asupan makanan 3. berkeringat criteria hasil : Memberikan asupan

tampak tegang.

bergizi yang adekuat 3. Kolaborasi dengan tim gizi Keseimbangan cairan 4. Memenuhi kebutuhan c dalam pemberian asupan Status nutrisi yang rentan normal

adekuat (asupan makanan adekuat dan cairan ) 4. TTV dalam batas normal Kolaborasi pemberian untuk cairan

S : 36 C -37C N : 80 -100x/menit

parenteral , pemeriksaan laboratorium: Hb: 11,2 15,7 g/dl Leukosit:3900-10000/ul Trombosit:163-396rb/ul

Eritrosit:4,5-5,5 juta/ul

Ureum:20-40mg/dl

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari 1 No. Dx 1. Tanggal 20 Mei 2011 Jam (WIB) 13.00 Implementasi 1. Mengobservasi TTV & KU klien Evaluasi

13.30

14.00

14.15

15.00

Jam : 21.00 WIB S : Klien mengatakan S : klien mengatakan lelah,lemah dan lesu nyeri pada perutnya O : Suhu 37,6C, RR 26x/mnt, N sudah mulai berkurang, 105x/mnt TD : 130/80 mmHg skala nyeri 6 2. Mengkaji karakteristik nyeri, lokasi, O : Suhu 37,2C, RR: frekuensi 24x/mnt, N: 103x/mnt S : klien mengatakan masih merasa nyeri TD : 130/80 mmHg pada perut bagian bawah seperti ditusukKlien tampak belum tusuk dan hilang timbul nyaman O : klien tampak meringis A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi 1, 2,

3.

Mengajarkan tehnik relaksasi tarik nafas dalam S:O : klien nampak tenang setelah dilakukan
teknik relaksasi

4.

Menciptakan suasana lingkungan yang nyaman S : klien mengatakan lebih mudah tidur
dengan suasana yang tenang

O : klien tampak belum nyaman

5.

Mengkolaborasi

untuk

pemberian

Ketorolac 5mg/5jam IV S : klien menanyakan apakah obat ini dapat menghilangkan nyeri O : klien minum obat sesuai instruksi

20 Mei 2011

14.00

16.00

1. Melakukan palpasi terhadap adanya Jam : 21.00 WIB S : Klien mengatakan sudah distensi kandung kemih BAK dengan lancar dipasang kateter S :O : Klien tampak tenang, Uri O : klien tampak meringis, adanya massa keluar sebanyak 500cc A : Tujuan tercapai. yang menekan VU P : Pertahankan dan opti intervensi sampai 2. Memberi stimulus terhadap histektomi. pengosongan urine dengan mengalirkan air, letakkan air hangat dan dingin secara bergantian pada daerah supra pubika S : klien mengeluh sering kencing tapi

16.30

sedikit-sedikit. O:3. Melakukan kateterisasi terhada residu urine setelah berkemih sesuai kebutuhan S : klien mengatakan nyeri saat dipasang kateter O : setelah pemasangan kateter urin keluar lancar.

20 Mei 2011

18.00

1.

18.30

Pantau warna jumlah dan frekuensi Jam : 21.00 WIB S : klien mengatakan mual kehilangan cairan keluar terus menerus menelan S : klien mengatakan mual muntah masih O : klien tampak lemas keluar terus menerus O: klien nampak, lelah,berkeringat berkeringat. A : tujuan tidak tercapai

2. 19.00

P : intervensi di lajnutkan 1,2 Pantau status nutrisi dalam pemberian asupan makanan

19.30 S : klien mengatakan susah menelan saat makan O : klien terlihat kesusahan dalam menelan 3. Kolaborasi dengan tim gizi dalam

pemberian asupan adekuat S:-

O : klien terlihat tegang dan tidak mau makan 4. Kolaborasi untuk pemberian cairan

parenteral , pemerisaan laboratorium

S:O : klien terlihat pucat tegang lelah letih dan lesu

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari 2 No. Dx 1. Tanggal 21 Mei 2011 Jam Implementasi (WIB) 07.00 1. Mengobservasi TTV & KU klien Evaluasi

Nama/TTD

Sesilia Jam : WIB S : klien mengatakan sudah S : klien mengatakan sudah tenang tenang dan skala nyeri 08.00 O : 37C, RR: 24x/mnt, N: sudah berkurang dari 6 100x/mnt TD : 120/80 mmHg menjadi 4 2. Mengkaji karakteristik nyeri, 09.00 O : S : 37C, RR: 24x/mnt, lokasi, frekuensi N: 100x/mnt TD : S:120/80 mmHg. O : Skala nyeri 4, Lokasi abdomen 12.00 A : Tujuan tercapai, besok bagian bawah umbilicus, klien akan dilakukan frekuensinya operasi histektomi.

3.

Mengajarkan tehnik tarik nafas dalam S : klien

relaksasi P : Optimalkan intervensi

mengatakan

dapat

melakukan tarik nafas dalam saat merasa nyeri O :klien melakukan tehnik

relaksasi nafas dalam.

4.

Memberikan analgetik (ketorolax 5x 1mg/5jm) S:O : klien mendapatkan IV

ketorolax.

20 Mei 2011

18.001.

jumlah dan Jam : 21.00 WIB S : klien mengatakan sudah frekuensi kehilangan cairan tidak mual muntah lagi O : klien tampak tenang. S : klien mengatakan mual muntah Suhu normal 36-37,5C, masih keluar terus menerus RR: 16-24x/mnt, N: 60O: klien nampak tegang, 100x/mnt TD :110-

Pantau warna

18.30

lelah,berkeringat 19.00 2. Pantau status nutrisi

130/80 mmHg A : tujuan tercapai. dalam P : pertahankan intervensi.

pemberian asupan makanan 19.30

klien

mengatakan

susah

menelan saat makan O : klien terlihat kesusahan dalam

menelan 3. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian asupan adekuat S:O : klien terlihat tegang dan tidak mau makan 4. Kolaborasi untuk pemberian cairan parenteral laboratorium , pemerisaan

S:O : klien terlihat pucat tegang lelah letih dan lesu

BAB IV PEMBAHASAN

Pada bab ini akan membahas tentang hubungan antara teori yang ada dengan asuhan keperawatan yang sudah diberikan kepada Ny. R ( 40 tahun) yang mengalami myoma uteri. Adapun ruang lingkup dari pembahasan kasus ini adalah sesuai dengan proses keperawatan yaitu mulai dari pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi.

A. Pengkajian Dalam proses pengkajian ini, penulis memperoleh data secara subjektif, anamneses langsung ke pasien, pemeriksaan fisik dan juga data dari hasil diskusi dengan perawat serta buku catatan medic pasien. Data yang didapatkan antara lain sebagai berikut :

Pasien Ny.R 40 tahun datang kerumah sakit Respati pada 1 Juni 2011 dengan mengeluh nyeri pada perut bawah dengan sekala nyeri 6. Selain itu pasien juga mengeluh sering BAK lebih dari 5x dalam sehari dan BAKnya yang keluar sedikit-sedikit, juga sering merasa pusing, lelah,lemah dan lesu. Klien juga mengeluh sudah 2 hari ini mengalami perdarahan tetapi berupa plek. Klien mengatakan sangat cemas dan takut dengan keadaannya.

Pada saat dilakukan pengkajian, klien tampak pucat, berkeringat, gelisah dan sering bertanya tentang penyakitnya. Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik teraba massa dan nyeri tekan pada abdomen, pada pemeriksaan TTV diperoleh TD: 130/80 mmHg, N:105x/mnt, RR: 26x/mnt, S:37,60c .Oleh dokter pasien dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan USG. Dari hasil pemeriksaan USG menunjukan adanya tumor uterin dengan klasifikasi fibroid, kemudian dari hasil foto panggul diperoleh hasil suspect calcified fibroid dari uteri.

Setelah mengkaji semua keluhan klien dan melihat beberapa catatan penting tentang kondisi klien, tindakan selanjutnya adalah menentukan diagnose keperawatan yang tepat untuk klien.

B. Diagnosa Keperawatan Ada tiga diagnosa keperawatan yang diambil, yakni : 1. Nyeri akut b. d Agen injury biologis (proses infeksi tumor) ditandai dengan klien mengeluh nyeri pada perut bawah dengan skala nyeri 7. Klien juga mengeluh sudah 2 hari ini mengalami perdarahan tetapi berupa plek. Provokatif : adanya massa pada abdomen, Qualitas: nyerinya seperti ditusuk-tusuk, Region : pada abdomen bagian bawah umbilicus, Skala : Skala nyeri 7 Time : Hilang timbul pada saat beraktivitas yang berat. TTV: TD : 130/80 mmHg N : 105x/menit S : 37,6 C RR : 26x/menit. Klien tampak meringis sambil memegang bagian bawah perut. Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik teraba massa dan nyeri tekan pada abdomen. 2. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume cairan aktif di tandai dengan klien mengeluh susah menelan, mual muntah, nyeri pada perut. Pada saat dilakukan pemerikasaan laboratorium Hb: 11,2 15,7 g/dl, Leukosit:3900-10000/ul, Trombosit:163-396rb/ul, Eritrosit:4,5-5,5 juta/ul, Ureum: 20-40 mg/dl 3. Retensi urine b.d Penekanan dari myoma uteri (proses infeksi tumor) ditandai dengan klien mengeluh sering BAK lebih dari 5x dalam sehari dan BAKnya yang keluar sedikit-sedikit. Sebelum sakit : BAB : 1-2 x/hari BAK : 3-4 x/hari. Setelah sakit : BAB : 1 x/hari BAK : lebih dari 5 x/hari dan BAK yang keluar sedikit-sedikit (miksi) disebabkan karena adanya penekanan pada vesika urinaria. Pada saat dipalpasi perut buncit berdiameter 5 cm.

Untuk mengangkat prioritas diagnosa keperawatan, penulis mengangkat diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologis (proses infeksi tumor) sebagai prioritas diagnosa keperawatan.

C. Perencanaan Perencanaan disusun berdasarkan prioritas diagnose masalah yang dihadapi oleh klien, tujuan perawatan ini ditetapkan dengan berpedoman pada diagnosa keperawatan yang muncul, tujuan di buat dengan alat ukur untuk pencapaian hasil melalui rencana keperawatan. Tujuannya adalah mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut dan mengatasi nyeri serta cemas yang dirasakan klien.

D. Implementasi Dalam implementasi, penulis berusaha untuk melaksanakan asuhan keperawatan kepada Ny. R sesuai dengan rencana keperawatan yang telah di buat. Implementasi dilakukan selama dua hari yaitu dari tanggal 1 Juni 2011 s/d 2 Juni 2011. Setelah itu dilanjutkan dengan persiapan untuk operasi.

E. Evaluasi Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, pada tahap ini penulis melihat apakah masalah yang ada sudah teratasi sesuai tujuan yang telah ditetapkan berdasarkan evaluasi tanggal 1 dan 2 Juni 2011. Evaluasi dari ketiga diagnose diatas dapat dijabarkan seperti dibawah ini : Diagnosa I : Tujuan tercapai. Ditunjukan dengan nyeri berkurang dari skala 6 menjadi skala 3 dan wajah klien sedikit tenang. Diagnosa II : Tujuan tercapai. Ditunjukan dengan klien dapat BAK dengan baik setelah di pasang kateter. Diagnosa III : Tujuan tercapai. Ditunjukan dengan klien

BAB V PENUTUP

1. Kesimpulan 1. 2. 3. Mioma uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya sehingga dapat disebut juga leiomioma, fibromioma, atau fibroid. Ada beberapa jenis myoma uteri. Salah satunya yang dibahas dalam makalah ini adalah Isthmica yaitu myoma yang lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius. Gejala yang khas dari myoma uteri adalah saat palpasi teraba massa pada abdomen bagian bawah umbilicus. Ada tiga diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus dalam makalah ini, antara lain : Nyeri akut b.d Agen injury biologis Retensi urine b.d Penekanan dari myoma uteri (proses infeksi tumor) Cemas b.d Kurang pengetahuan tentang penyakitnya

2. Saran Diharapakan perawat serta tenaga kesehatan lainnya mampu memahami dan mendalami serta member asuhan keperawatan yang baik bagi klien yang mengalami myoma uteri Institusi kesehatan terkait dapat menyediakan dan mempersiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam kejadian-kejadian abnormalitas kesehatan. Masyarakat mampu dan mau mempelajari keadaan abnormal yang terjadi pada mereka sehingga para tenaga kesehatan dapat memberikan tindakan secara dini dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Mahasiswa dengan latar belakang medis sebagai calon tenaga kesehatan mampu menguasai baik secara teori maupun skill untuk dapat diterapkan pada masyarakat secara menyeluruh.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim A .2011 http://www.wikipedia Infomedika. htm, 2004. Org.com. diambil tanggal 17 Mei 20111. Anonim B . (2006). http://www.ilmu kandungan.htm,1997.Org.com. Diambil pada tanggal 18 Mei 2011.

kk. Informasi Spesialite Obat Indonesia. ISFI. Jakarta.

k. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius. Jakarta. Sutedjo, Ay. 2006. Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Amara Books Yogyakarta. Syaiffudin. 1997. Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Penerbit buku Kedokteran ECG. Jakarta Wilkinson , M. Judith . 2006 . Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. EGC . Jakarta.

Diposkan oleh underskoprizqon di 09.54 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Tidak ada komentar: Poskan Komentar

Vous aimerez peut-être aussi