Vous êtes sur la page 1sur 20

RUMAH SEHAT, DAN PENGENALIAN VEKTOR AIR BERSIH,PENGOLAHAN SAMPAH

7 Kriteria Rumah Sehat


Depkes RI di tahun 2006 melaporkan bahwa kondisi rumah yang memenuhi syarat sehat untuk tingkat nasional hanya 43,89%. Lalu kondisi pembuangan limbah yang memenuhi syarat sebanyak 62,11% dan kondisi jamban yang memenuhi syarat 46,54%. Sungguh ironis bukan? Padahal rumah adalah tempat yang penting bagi kita untuk memenuhi kebutuhan kita secara jasmani maupun rohani. Di rumah-lah seseorang melakukan segala sesuatunya. Mulai beristirahat, bersantai, belajar, dan beraktivitas lainnya. Sehingga pentingnya memiliki rumah yang sehat jelas adalah kebutuhan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Rumah yang sehat memerlukan strategi desain tersendiri dipadu dengan kepedulian sang penghuni rumah untuk tetap menjaga dan memeliharanya dengan baik. Beberapa kriteria rumah sehat adalah sebagai berikut: 1. Kering Rumah dikondisikan dengan membangun sistem bangunan yang dikonstruksi dengan lingkungan dalam ruangan yang terkontrol. Bisa dilakukan dengan menjaga agar sistem saluran air, saluran pembuangan terjaga dengan baik.Begitu pun masalah perembesan dan kebocoran rumah, hendaknya diatur agar tidak terjadi.

2. Bersih Sistem bangunan yang dimiliki memungkinkan agar rumah bebas kotoran, debu, asap serta kontaminan lainnya. Rumah yang berada di dekat jalan raya jelas berbeda penangannya dengan rumah yang ada di kompleks persawahan. 3. Aman Rumah hendaknya dibangun dengan bentuk, fungsi, dan peralatan yang aman bagi penghuni. Konsep ergonomis di setiap piranti hendaknya juga dipikirkan dengan matang. Sisi keamanan adalah faktor yang penting, demi menghindari terjadinya kecelakaan di dalam maupun di sekitar rumah. 4. Bebas Kontaminasi Gunakan cat rumah dan produk-produk bangunan yang aman dan tidak mengganggu kesehatan. Jauhi penggunaan formaldehida untuk meminimalisir kontaminasi anggota keluarga. 5. Memiliki Ventilasi Ventilasi berfungsi untuk memperlancar pertukaran udara segar. Standardnya harus ada di setiap ruangan. 6. Bebas dari hewan pengganggu Penghuni hendaknya menjaga agar setiap sudut rumah bebas dari hewan pengganggu seperti tikus, kecoa, cicak, dll. Hewan-hewan ini selalu berusaha untuk mencari makanan dan sarang di dalam rumah sehingga anda harus benar-benar ekstra bekerja keras untuk mengenyahkannya. 7. Terawat Rumah yang sehat adalah rumah yang setiap elemennya terawat dan terpelihara dengan baik. Para penghuni rumah hendaknya mengatur jadwal khusus untuk saling berbagi tugas melakukan tugas ini demi kepentingan bersama. Bagi yang sedang mencari rumah sehat, kunjungi juga info rumah atau properti lainnya di Century 21 Broker Properti Jual Beli Sewa Rumah Indonesia. sumber: http://www.structuresnw.com/Library/articles/7%20Design%20Principles%20for%20Healthy %20Homes.pdf Rumah pada dasarnya merupakan tempat hunian yang sangat penting bagi kehidupan setiap orang. Rumah tidak sekedar sebagai tempat untuk melepas lelah setelah bekerja seharian, namun didalamnya terkandung arti yang penting sebagai tempat untuk membangun kehidupan keluarga sehat dan sejahtera. Rumah yang sehat dan layak huni tidak harus berwujud rumah mewah dan besar namun rumah yang sederhana dapat juga menjadi rumah yang sehat dan layak dihuni Rumah sehat adalah kondisi fisik, kimia, biologi didalam rumah dan perumahan sehingga memungkinkan penghuni atau masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Untuk menciptakan rumah sehat maka diperlukan perhatian terhadap

Beberapa aspek yang sangat berpengaruh, antara lain;

1. Sirkulasi udara yang baik.

2. Penerangan yang cukup.

3. Air bersih terpenuhi.

4. Pembuangan air limbah diatur dengan baik agar tidak menimbulkan pencemaran.

5. Bagian-bagian ruang seperti lantai dan dinding tidak lembab serta tidak terpengaruh pencemaran seperti bau, rembesan air kotor maupun udara kotor.

Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut:

1. Bahan Bangunan

a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan, antara lain sebagai berikut : Debu Total tidak lebih dari 150 g m3 Asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/4jam Timah hitam tidak melebihi 300 mg/kg

b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme patogen.

2. Komponen dan penataan ruang rumah

Komponen rumah harus memenuhi persyaratan fisik dan biologis sebagai berikut: a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan

b. Dinding Di ruang tidur, ruang keluarga dilengkapi dengan sarana ventilasi untuk pengaturan sirkulasi udara Di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah dibersihkan

c. Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan

d. Bumbung rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau lebih harus dilengkapi dengan penangkal petir

e. Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang mandi dan ruang bermain anak.

f. Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap.

3. Pencahayaan

Pencahayaan alam atau buatan langsung atau tidak langsung dapat menerangi seluruh bagian ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan.

4. Kualitas Udara

Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai berikut : a. Suhu udara nyaman berkisar antara l8C sampai 30C b. Kelembaban udara berkisar antara 40% sampai 70% c. Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam d. Pertukaran udara e. Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8jam f. Konsentrasi gas formaldehide tidak melebihi 120 mg/m3

5. Ventilasi

Luas penghawaan atau ventilasi a1amiah yang permanen minimal 10% dari luas lantai.

6. Binatang penular penyakit

Tidak ada tikus bersarang di rumah.

7. Air

a. Tersedia air bersih dengan kapasitas minmal 60 lt/hari/orang b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan air minum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

8. Tersediannya sarana penyimpanan makanan yang aman dan hygiene.

9. Limbah

a. Limbah cair berasal dari rumah, tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau dan tidak mencemari permukaan tanah.

b. Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, tidak menyebabkan pencemaran terhadap permukaan tanah dan air tanah.

10. Kepadatan hunian ruang tidur Luas ruang tidur minimal 8m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah umur 5 tahun. Masalah perumahan telah diatur dalam Undang-Undang pemerintahan tentang perumahan dan pemukiman No.4/l992 bab III pasal 5 ayat l yang berbunyi Setiap warga negara mempunyai hak untuk menempati dan atau menikmati dan atau memiliki rumah yang layak dan lingkungan yang sehat, aman , serasi, dan teratur Bila dikaji lebih lanjut maka sudah sewajarnya seluruh lapisan masyarakat menempati rumah yang sehat dan layak huni. Rumah tidak cukup hanya sebagai tempat tinggal dan berlindung dari panas cuaca dan hujan, Rumah harus mempunyai fungsi sebagai : 1. Mencegah terjadinya penyakit 2. Mencegah terjadinya kecelakaan 3. Aman dan nyaman bagi penghuninya 4. Penurunan ketegangan jiwa dan sosial Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 829 Menkes SK/VII/1999 Tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan Ditjen P2MPLM, Petunjuk Tentang Perumahan dan Lingkungan Serta Penggunaan Kartu Rumah, 1995.

Berbagai Metode Pengendalian Nyamuk Aedes Aegypti


Kondisi lingkungan fisik sangat mempengaruhi penyebaran nyamuk Ae. Aegypti di sekitar kita. Selain itu juga lingkungan biologik serta perilaku masyarakat yang masih cenderung belum optimal menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Kondisi lingkungan biologi meliputi tingkat kelembapan, intensitas cahaya yang rendah, banyaknya naungan seperti pepohonan, adanya predator merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan spesies ini. Kondisi lingkungan fisik seperti letak dan karakteristik rumah, jenis kontainer atau tempat penampungan air, warna dinding rumah dan pengaturan perabotan di dalam rumah berpengaruh pada populasi nyamuk Ae. Aegypti. Perilaku masyarakat juga berpengaruh besar karena perilaku masyarakat dapat memberikan daya dukung lingkungan bagi perkembangan nyamuk. Kebiasaan hidup menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan seperti 3M (Menguras, Mengubur dan Menutup tempat penampungan air) sebagai upaya mencegah terjadinya wabah DBD. Kebiasaan menggantung baju di rumah dan aktivitas masyarakat yang memberikan akibat naiknya daya dukung lingkungan terhadap perkembangan nyamuk Ae. aegypti. Tinggi rendahnya populasi nyamuk Ae.aegypti L. berpengaruh pada kejadian kasus DBD (Sugito, 1989). Sanitasi lingkungan dan pemukiman juga memberikan dukungan terhadap terjadinya kasus DBD. Vektor DBD nyamuk Ae. aegypti L. membutuhkan tempat hidup yang sesuai dengan kebutuhannya untuk tumbuh dan berkembang biak. Kondisi lingkungan dan pemukiman masyarakat yang tidak bersih dan sehat dapat memberikan daya dukung lingkungan yang tinggi terhadap perkembangan nyamuk Ae. aegypti L. Selain dari itu mobilitas dan aktivitas masyarakat dapat mempengaruhi juga tingkat kejadian DBD di suatu daerah. Menurut Widyastuti (2004) faktor faktor yang menyebabkan terjadinya kasus DBD adalah Bertambahnya jumlah penduduk, Urbanisasi yang tidak terencana dan terkendali, Manajemen sampah dan penyediaan air bersih yang tidak adekuat, Peningkatan dan penyebaran vektor nyamuk, Kurang efektifnya pengendalian nyamuk, serta Memburuknya infrastruktur di bidang kesehatan masyarakat Penyakit ini ditularkan oleh nyamuk Ae. aegypti L.dan Aedes albopictus tetapi yang menjadi vektor utamanya adalah Ae. aegypti L. Sampai saat ini penyakit ini belum ada vaksin dan obat yang dapat mencegah terjadinya penularan. Menurut Depkes (2004), cara memberantas vektor penyakit demam berdarah yang paling tepat adalah dengan pengelolaan lingkungan. Pengelolaan sanitasi lingkungan yang dapat diterapkan di masyarakat adalah dengan cara Pemberantasan Sarang Nyamuk, perbaikan penyediaan air bersih, perbaikan pengelolaan sampah padat, perubahan tempat perkembangbiakan buatan manusia dan perbaikan desain rumah. Hal ini dapat menurunkan daya dukung lingkungan (carrying capasity) terhadap perkembangan nyamuk Ae. aegypti sebagai vektor utama penyakit demam berdarah dengue. Pemberantasan vektor DBD dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu : Pengelolaan lingkungan : Pengelolaan lingkungan mencakup semua perubahan yang dapat mencegah atau meminimalkan perkembangan vektor sehingga kontak manusia dengan vektor berkurang. Upaya pengelolaan lingkungan yang dapat diterapkan dalam rangka mengendalikan populasi Ae. aegypti adalah :

Modifikasi lingkungan : Menurut Kusnoputranto (2000), modifikasi lingkungan adalah suatu transformasi fisik permanen (jangka panjang) terhadap tanah, air dan tumbuhtumbuhan untuk mencegah/menurunkan habitat jentik tanpa mengakibatkan kerugian bagi manusia. Kegiatankegiatan yang dapat dilakukan untuk modifikasi lingkungan antara lain : perbaikan persediaan air bersih, tanki air atau reservoar di atas atau di bawah tanah dibuat anti nyamuk dan pengubahan fisik habitat jentik yang tahan lama (WHO, 2001). Manipulasi lingkungan : Menurut Kusnoputranto (2000), manipulasi lingkungan adalah suatu pengkondisian sementara yang tidak menguntungkan atau tidak cocok sebagai tempat berkembangbiak vektor penular penyakit. Beberapa usaha yang memungkinkan dapat dilakukan antara lain antara lain pemusnahan tempat perkembangbiakan vector, misalnya dengan 3 M plus. Perubahan habitat atau perilaku manusia : Upaya untuk mengurangi kontak antara manusia dengan vektor, misalnya pemakaian obat nyamuk bakar, penolak serangga dan penggunaan kelambu (WHO, 2001). Pengendalian biologis : Antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan cupang) dan penggunaan bakteri endotoxinseperti Bacillus thuringiensis dan Bacillus sphaericus. Pengendalian dengan bahan kimia : Antara lain dengan cara pengasapan (fogging) menggunakan malathion sebagai upaya pemberantasan terhadap nyamuk dewasa dan pemberantasan terhadap jentik dengan memberikan bubuk abate (abatisasi) yang biasa digunakan yakni temephos (Depkes, 2004).

Perencanaan Program Kesehatan Melalui Fungsi Manajemen ( Poace )


Planning Perencanaan program kesehatan adalah sebuah proses untuk merumuskan masalah-masalah kesehatan yang berkembang di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok dan menyusun langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan akan menjadi efektif jika perumusan masalah sudah dilakukan berdasarkan fakta-fakta dan bukan berdasarkan emosi atau angan-angan saja. Dalam upaya pemberantasan kesehatan baik itu yang sifatnya menular maupun tidak menular yang dilakukan oleh departemen kesehatan dalam suatu negara diperlukan sebuah pola kerja atau program kerja yang tersusun dengan baik. untuk mendukung itu semua maka diperlukan fungsi manajemen perencanaan agar tujuan yang dicapai terarah dengan baik, adapun perencanaan yang dapat disusun dalam program kesehatan untuk melakukan pemberantasan penyakit tidak menular yaitu;

Penyusunan perencanaan dalam lingkup tugas dibidang pencegahan dan penanggulangan penyakit; Perencanaan kegiatan pengumpulan data bahan perumusan pencegahan dan pemberantasan penyakit bersumber pada binatang, penyakit menular langsung, penyakit menular tertentu dan penyakit tidak menular serta kejadian luar biasa penyakit dan wabah; Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan; Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, penganalisisan data dan pelaksanaan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit bersumber pada binatang , penyakit menular langsung, penyakit menular tertentu dan penyakit tidak menular serta kejadian luar biasa penyakit dan wabah; Pelaksanaan koordinasi dengan instansi /lembaga lainnya terkait pembinaan di Tempat-tempat Umum, Lingkungan Pemukiman, Lingkungan Kerja Perusahaan, pengendalian vektor penyakit, pengawasan kualitas air bersih dan air minum; Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan. Evaluasi pencapaian hasil kerja yang terdapat dalam tujuan utama program kerja.

Langkah yang sering digunakan dalam perencanaan program kesehatan adalah mengikuti prinsip lingkaran pemecahan masalah (problem solving cycle), secara umum tersusun sebagai berikut : 1. Melakukan Pengumpulan Data 2. Menetapkan Prioritas Masalah 3. Menyusun Alternatif Jalan Keluar

4. Memilih Prioritas Jalan Keluar 5. Menyusun Rencana Kerja Selengkapnya 6. Metode Penilaian dan Kriteria Keberhasilan Organizing Pengorganisasian dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatankegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil. Pengorganisasian yang dapat dilakukan dalam perencanaan program kesehatan ialah:

Bagaimana bentuk tindakan pemberantasan panyakit tidak menular yang akan dilakukan dan siapa yang akan melakukannya? Mengordinir petugas kesehatan yang akan melakukan tahapan pemberantasan penyakit tidak menular dimasyarakat.

Untuk menjawab point pertama diatas maka tindakan pengorganisasian perencanaan program kesehatan itu berupa pelaksanaan tugas-tugas oleh bidang-bidang pemberantasan kesehatan tidak menular yang telah dibentuk sebelumnya oleh pemerintah terkait yang kemudian akan dilaksanakan oleh bidang-bidang tersebut misalnya Bidang Pencegahan, Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan terdiri dari: 1. Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan pembinaan dan koordinasi serta pengawasan dan pengendalian kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit. 2. Seksi Pengamatan Penyakit dan Imunisasi Seksi Pengamatan Penyakit dan Imunisasi mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan pembinaan dan koordinasi serta pengawasan dan pengendalian kegiatan Pengamatan Penyakit dan Imunisasi. 3. Seksi Penyehatan Lingkungan Seksi Penyehatan Lingkungan mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan pembinaan dan koordinasi serta pengawasan dan pengendalian kegiatan penyehatan lingkungan. Dari ketiga contoh diatas merupakan bentuk pengorganisasian dari pernecanaan program kesehatan dalam rangka pemberantasan penyakit tidak menular. Kemudian poin kedua ialah cara untuk mengordinir petugas pemberantasan kesehatan dimasyarakat oleh petugas kesehatan ialah dengan memberdayakan semua potensi yang ada baik itu dari lingkup kesehatan sendiri maupun dari masyarakat sendiri. Actuating Perencanaan dan pengorganisasian yang baik kurang berarti bila tidak diikuti dengan pelaksanaan kerja. Untuk itu maka dibutuhkan kerja keras, kerja cerdas dan kerjasama. Semua sumber daya manusia yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan

program kerja organisasi. Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan rencana kerja yang telah disusun. Kecuali memang ada hal-hal khusus sehingga perlu dilakukan penyesuian. Setiap SDM harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan perannya masing-masing. Tidak boleh saling jegal untuk memperebutkan lahan basah misalnya. Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yang diupayakan oleh pemerintah. Dalam melaksanakan pembangunan kesehatan di tengah beban dan permasalahan kesehatan yang semakin pelik, dibutuhkan strategi jitu untuk menghadapinya. Dalam perencanaan program kesehatan untuk memberantas penyakit tidak menular dapat dilaksanakan strategi sebagai berikut yang dapat dijalankan oleh dinas kesehatan terkait: 1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat. Sasaran utama strategi ini adalah seluruh desa menjadi desa siaga, seluruh masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat serta seluruh keluarga sadar gizi. 2. Meningkatkan akses masyarakat tehadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Sasaran utama strategi ini adalah ; Setiap orang miskin mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu; setipa bayi, anak, dan kelompok masyarakat risiko tinggi terlindungi dari penyakit; di setiap desa tersedia SDM kesehatan yang kompeten; di setiap desa tersedia cukup obat esensial dan alat kesehatan dasar; setiap Puskesmas dan jaringannya dapat menjangkau dan dijangkau seluruh masyarakat di wilayah kerjanya; pelayanan kesehatan di setiap rumah sakit, Puskesmas dan jaringannya memenuhi standar mutu. 3. Meningkatkan sistem surveillans, monitoring dan informasi kesehatan. Sasaran utama dari strategi ini adalah : setiap kejadian penyakit terlaporkan secara cepat kepada desa/lurah untuk kemudian diteruskan ke instansi kesehatan terdekat; setiap kejadian luar biasa (KLB) dan wabah penyakit tertanggulangi secara cepat dan tepat sehingga tidak menimbulkan dampak kesehatan masyarakat; semua ketersediaan farmasi, makanan dan perbekalan kesehatan memenuhi syarat; terkendalinya pencemaran lingkungan sesuai dengan standar kesehatan; dan berfungsinya sistem informasi kesehatan yang evidence based di seluruh Indonesia. 4. Meningkatkan pembiayaan kesehatan. Sasaran utama dari strategi ini adalah : pembangunan kesehatan memperoleh prioritas penganggaran pemerintah pusat dan daerah; anggaran kesehatan pemerintah diutamakan untuk upaya pencegahan dan promosi kesehatan; dan terciptanya sistem jaminan pembiayaan kesehatan terutama bagi rakyat miskin. Controlling Hal-hal yang perlu dikontrol dalam program perencanaan kesehatan misalnya:

Tenaga Kesehatan

Peranan dokter, dokter gigi, perawat dan bidan dalam upaya kesehatan yang menekankan penyembuhan penyakit adalah sangat penting. Pengelolaan upaya kesehatan dan pembinaan bangsa yang sehat memerlukan pendekatan holistic yang lebih luas, menyeluruh, dan dilakukan terhadap masyarakat secara kolektif dan tidak individual. Tenaga kesehatan harus mampu mengajak, memotifasi dan memberdayakan masyarakat, mampu melibatkan

kerjasama lintas sektoral, mampu mengelola system pelayanan kesehatan yang efisien dan efektif, mampu menjadi pemimpin, pelopor, pembinan dan teladan hidup sehat.

Pemberdayaan Masyarakat

Dalam pembinaan dan pemberdayaan mayarkat yang sangat penting adalah bagaimana mengajak dan menggairahkan masyarakat untuk dapat tertarik dan bertanggungjawab atas kesehatan mereka sendiri dengan memobilisasi sumber dana yang ada pada mereka.

Kesehatan dan Komitmen Politik.

Masalah kesehatan pada dasarnya adalah masalah politik oleh karena itu untuk memecahkan masalah kesehatan diperlukan komitmen politik. Dewasa ini masih terasa adanya anggapan bahwa unsur kesehatan penduduk tidak banyak berperan terhadap pembangunan social ekonomi. Para penentu kebijakan banyak beranggapan sector kesehatan lebih merupakan sector konsumtif ketimbang sektor produktif sebagai penyedia sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga apabila ada kegoncangan dalam keadaan ekonomi negara alokasi terhadap sector ini tidak akan meningkat. Evaluating Evaluasi program adalah sebuah kegiatan yang dilakukan untuk melihat lebih dekat dan seksama sebuah program. Hal ini melibatkan metode penelitian dan sifatnya lebih detail. Tujuan evaluasi ini adalah untuk melihat seberapa banyak perubahan yang dapat dilakukan program tersebut terhadap outcomes kesehatan secara luas, seperti prevalensi penggunaan alat kontrasepsi atau ratio kematian ibu dan bayi. Kegiatan evaluasi biasanya meliputi pengukuran pada saat awal program dan akhir program dan jika memungkinkan mengontrol atau membandingkan antara kelompok yang satu dengan yang lain untuk membantu melihat seberapa besar perubahan dalam pencapaian outcomes sebagai hasil akhir dari kegiatankegiatan program kesehatan tersebut. Namun, tidak termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi lainnya dari luar program tersebut. Mendesain sebuah evaluasi yang baik membutuhkan spesialisasi keterampilan teknis yang mungkin saja tidak dimiliki oleh program-program kesehatan. Jika dimungkinkan, seorang ahli evaluasi dapat membantu program tersebut. Berbeda dengan monitoring sebuah program yang dapat dilakukan oleh manager program. Evaluasi yang dapat dilakukan dalam hal ini ialah sebagai berikut: Mengungkapkan rentangan isu yang luas dengan cara melakukan survey berbagai kelompok yang terlibat dalam satu program untuk menentukan kepercayaan itu sebagai isu yang relevan. 1. Mengurangi jumlah isu yang dapat diukur. 2. Membentuk dua tim evaluasi yang berlawanan dan memberikan kepada mereka kesempatan untuk berargumen. 3. Melakukan sebuah dengar pendapat yang formal. Tim evaluasi ini kemudian mengemukakan argument-argumen dan bukti sebelum mengambil keputusan

Bencana selalu menimbulkan permasalahan. Salah satunya bidang kesehatan. Timbulnya masalah ini berawal dari kurangnya air bersih yang berakibat pada buruknya kebersihan diri dan sanitasi lingkungan. Akibatnya berbagai jenis penyakit menular muncul. Penanggulangan masalah kesehatan merupakan kegiatan yang harus segera diberikan baik saat terjadi dan pasca bencana disertai pengungsian. Saat ini sudah ada standar minimal dalam penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana dan penganan pengungsi. Standar ini mengacu pada standar internasional. Kendati begitu di lapangan, para pelaksana tetap diberi keleluasaan untuk melakukan penyesuaian sesuai kondisi keadaan di lapangan. Beberapa standar minimal yang harus dipenuhi dalam menangani korban bencana khususnya di pengungsian dalam hal lingkungan adalah: A. Pengadaan Air. Dalam situasi bencana mungkin saja air untuk keperluan minumpun tidak cukup, dan dalam hal ini pengadaan air yang layak dikunsumsi menjadi paling mendesak. Namun biasanya problemaproblema kesehatan yang berkaitan dengan air muncul akibat kurangnya persediaan dan akibat kondisi air yang sudah tercemar sampai tingkat tertentu. Tolok ukur kunci 1. Persediaan air harus cukup untuk memberi sedikitdikitnya 15 liter per orang per hari 2. Volume aliran air ditiap sumber sedikitnya 0,125 liter perdetik. 3. Jarak pemukiman terjauh dari sumber air tidak lebih dari 500 meter 4. 1 (satu) kran air untuk 80 100 orang B. Kualitas air Air di sumbersumber harus layak diminum dan cukup volumenya untuk keperluan keperluan dasar (minum, memasak, menjaga kebersihan pribadi dan rumah tangga) tanpa menyebabakan timbulnya risikorisiko besar terhadap kesehatan akibat penyakitpenyakit maupun pencemaran kimiawi atu radiologis dari penggunaan jangka pendek. Tolok ukur kunci ; 1. Di sumber air yang tidak terdisinvektan (belum bebas kuman), kandungan bakteri dari pencemaran kotoran manusia tidak lebih dari 10 coliform per 100 mili liter

2. Hasil penelitian kebersihan menunjukkan bahwa resiko pencemaran semacam itu sangat rendah. 3. Untuk air yang disalurkan melalui pipapipa kepada penduduk yang jumlahnya lebih dari 10.000 orang, atau bagi semua pasokan air pada waktu ada resiko atau sudah ada kejadian perjangkitan penyakit diare, air harus didisinfektan lebih dahulu sebelum digunakan sehingga mencapai standar yang bias diterima (yakni residu klorin pada kran air 0,20,5 miligram perliter dan kejenuhan dibawah 5 NTU) 4. Konduksi tidak lebih dari 2000 jS / cm dan airnya biasa diminum 5. Tidak terdapat dampak negatif yang signifikan terhadap kesehatan pengguna air, akibat pencemaran kimiawi atau radiologis dari pemakaian jangka pendek, atau dari pemakain air dari sumbernya dalam jangka waktu yang telah direncanakan, menurut penelitian yang juga meliputi penelitian tentang kadar endapan bahanbahan kimiawi yang digunakan untuk mengetes air itu sendiri. Sedangkan menurut penilaian situasi nampak tidak ada peluang yang cukup besar untuk terjadinya masalah kesehatan akibat konsumsi air itu. C. Prasarana dan Perlengkapan Tolok ukur kunci : 1. Setiap keluarga mempunyai dua alat pengambil air yang berkapasitas 1020 liter, dan tempat penyimpan air berkapasitas 20 liter. Alatalat ini sebaiknya berbentuk wadah yang berleher sempit dan/bertutup 2. Setiap orang mendapat sabun ukuran 250 gram per bulan. 3. Bila kamar mandi umum harus disediakan, maka prasarana ini harus cukup banyak untuk semua orang yang mandi secara teratur setiap hari pada jamjam tertentu. Pisahkan petakpetak untuk perempuan dari yang untuk lakilaki. Bila harus ada prasarana pencucian pakaian dan peralatan rumah tangga untuk umum, satu bak air paling banyak dipakai oleh 100 orang. D. Pembuangan Kotoran Manusia Jumlah Jamban dan Akses Masyarakat korban bencana harus memiliki jumlah jamban yang cukup dan jaraknya tidak jauh dari pemukiman mereka, supaya bisa diakses secara mudah dan cepat kapan saja diperlukan, siang ataupun malam Tolok ukur kunci : 1. Tiap jamban digunakan paling banyak 20 orang 2. Penggunaan jamban diatur perumah tangga dan/menurut pembedaan jenis kelamin (misalnya jamban persekian KK atau jamban lakilaki dan jamban perempuan) 3. Jarak jamban tidak lebih dari 50 meter dari pemukiman (rumah atau barak di kamp pengungsian). Atau bila dihitung dalam jam perjalanan ke jamban hanya memakan waktu tidak lebih dari 1 menit saja dengan berjalan kaki. 4. Jamban umum tersedia di tempattempat seperti pasar, titiktitik pembagian sembako, pusat pusat layanan kesehatan dsb.

5. Letak jamban dan penampung kotoran harus sekurangkurangnya berjarak 30 meter dari sumber air bawah tanah. Dasar penampung kotoran sedikitnya 1,5 meter di atas air tanah. Pembuangan limbah cair dari jamban tidak merembes ke sumber air mana pun, baik sumur maupun mata air, suangai, dan sebagainya 6. 1 (satu) Latrin/jaga untuk 610 orang E. Pengelolaan Limbah Padat Pengumpulan dan Pembuangan Limbah Padat Masyarakat harus memiliki lingkungan yang cukup bebas dari pencemaran akibat limbah padat, termasuk limbah medis. 1. Sampah rumah tangga dibuang dari pemukiman atau dikubur di sana sebelum sempat menimbulkan ancaman bagi kesehatan. 2. Tidak terdapat limbah medis yang tercemar atau berbahaya (jarum suntik bekas pakai, perbanperban kotor, obatobatan kadaluarsa,dsb) di daerah pemukiman atau tempat tempat umum. 3. Dalam batasbatas lokasi setiap pusat pelayanan kesehatan, terdapat tempat pembakaran limbah padat yang dirancang, dibangun, dan dioperasikan secara benar dan aman, dengan lubang abu yang dalam. 4. Terdapat lubanglubang sampah, keranjang/tong sampah, atau tempattempat khusus untukmembuang sampah di pasarpasar dan pejagalan, dengan system pengumpulan sampah secara harian. 5. Tempat pembuangan akhir untuk sampah padat berada dilokasi tertentu sedemikian rupa sehingga problemaproblema kesehatan dan lingkungan hidup dapat terhindarkan. 6. 2 (dua) drum sampah untuk 80 100 orang Tempat/Lubang Sampah Padat Masyarakat memiliki cara cara untuk membuang limbah rumah tangga seharihari secara nyaman dan efektif. Tolok ukur kunci : 1. Tidak ada satupun rumah/barak yang letaknya lebih dari 15 meter dari sebuah bak sampah atau lubang sampah keluarga, atau lebih dari 100 meter jaraknya dar lubang sampah umum. 2. Tersedia satu wadah sampah berkapasitas 100 liter per 10 keluarga bila limbah rumah tangga seharihari tidak dikubur ditempat. F. Pengelolaan Limbah Cair Sistem pengeringan Masyarakat memiliki lingkungan hidup seharihari yang cukup bebas dari risiko pengikisan tanah dan genangan air, termasuk air hujan, air luapan dari sumbersumber, limbah cair rumah tangga, dan limbah cair dari prasaranaprasarana medis. Halhal berikut dapat dipakai sebagai ukuran untuk melihat keberhasilan pengelolaan limbah cair :

1. Tidak terdapat air yang menggenang disekitar titiktitik pengambilan/sumber air untuk keperluan seharihari, didalam maupun di sekitar tempat pemukiman 2. Air hujan dan luapan air/banjir langsung mengalir malalui saluran pembuangan air. 3. Tempat tinggal, jalan jalan setapak, serta prasana prasana pengadaan air dan sanitasi tidak tergenang air, juga tidak terkikis oleh air. (Sumber: Kepmenkes No. 1357 /Menkes/SK/XII/2001)

Pengelolaan Sampah, Biomassa dan Air Bersih Kawasan Komersial


LATAR BELAKANG LAYANAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN POSKO HIJAU Timbulan sampah dan kebutuhan air bersih dari kehadiran penghuni kawasan komersial ( perumahan, komplek rumah toko, apartemen, komplek niaga dan kawasan industri), pasca serah terima dari pengembang (developer), seringkali merupakan masalah tersendiri. Bagi pengembang, pengelolaan kedua hal itu, pengelolaan sampah dan pemeliharaan air bersih, harus menutup defisit antara perolehan dari iuran sampah penghuni dikurangi biaya pengumpulan dari bangunan penghuni, area publik dan taman hingga pembuangan ke TPAS.

Ikhtiar mengatasi masalah diatas dan, sejalan dengan, telah terbitnya peraturan pemerintah (PP) No 81/ 2012 - sebagai peraturan pelaksanaan undang undang (UU) No 18/ 2008 tentang penanganan sampah, diperlukan adanya sarana dan prasarana bagi terjaminnya pengelolaan sampah dan sanitasi suatu kawasan agar berlangsung secara berkelanjutan ( sustainable)

Penyediaan air bersih dan timbulan sampah di kawasan komersial tersebut memerlukan teknologi, metoda dan penanganan secara profesional oleh pengelola ( manajemen) secara mandiri. Pengelolaan lingkungan dapat dilakukan oleh pengembang itu sendiri, maupun, dijadikan peluang usaha ( bagi badan usaha/ koperasi/perorangan maupun kelembagaan masyarakat) dalam bentuk usaha jasa pengelolaan lingkungan.

SARANA DAN TEKNOLOGI Bagi terjaminnya pengelolaan secara baik dan berkelanjutan oleh Posko Hijau maupun oleh setiap usaha jasa lingkungan kepada per satuan 200 penghuni suatu kawasan komersial, diperlukan :

Instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBM) terdiri dari 1 unit reaktor digester 3 m3, 1 unit pemurnian biogas ( methane purifier) MP 12135 (PVC), gas holder kapasitas 5,3 m3, 1 unit generator BG 1 KVA (genset biogas daya 1000 watt), perlengkapan instalasi ( kompresor mini, slang, valve, hingga fasilitas menyalakan kompor dan generator) serta kelengkapan rangkaian penyimpan daya listrik terdiri dari rectifier controller, battery bank, dan inverter.

Disamping Instalasi mini PLTBm diatas, dilengkapi dengan 1 unit Mesin Pencacah Sampah Organik MPO 500 HD), 1 unit Motor Roda Tiga, perangkat Meter Air/ rumah dan Sarana dan Perlengkapan Kerja lainnya.

METODA KERJA

Instalasi mini Pembangkit PLTBM terkecil ini setiap harinya mampu merobah 300 kg sampah organik menjadi biomethan bagi pembangkitan energi listrik 6 KWh setara energi panas gas 2,88 kg LPG serta menyimpannya dalam rangkaian battery untuk bisa digunakan tanpa harus menghidupkan generator sampai secara otomatis starter menghidupkannya kembali. Output lainnya dari tiap instalasi PLTBm ini berupa pupuk organik cair 300 liter/ hari.

Berbagai jenis limbah atau biomassa dari suatu kawasan komersial, terutama material yang mengandung selulosa tinggi ( antara lain sampah domestik dapur (jenis organik), feces kotoran hewan ternak dan binatang piaraan, tinja/ septic tank, gulma kebun dan gulma air seperti eceng gondok, sisa makanan buah, vegetasi rumput taman publik dan taman bangunan penghuni, aneka sayuran, serta aneka sampah organik lainnya yang terdapat dalam suatu kawasan komersial dijadikan bahan baku bagi pembangkitan energi biomethan (biogas murni), dijadikan bahan bakar menyalakan genset serta limbah fermentasinya dijadikan pupuk organik.

KAPASITAS LAYANAN Berdasar sarana dan paket teknologi PLTBM terkecil diatas, usaha Jasa lingkungan (dhi. Posko Hijau) berkemampuan melakukan layanan:

1.Pengambilan, pengumpulan, pengolahan sampah dari penghuni dan area publik kepada 200 bangunan penghuni kawasan 2.Pengelolaan sumber bersih dari sumur artesis/ bor serta pengukuran penggunaannya oleh setiap penghuni kawasan 3.Perawatan tanaman dan area taman publik 4.Pengelolaan daya listrik bagi penerangan jalan umum (PJU) Komplek 5.Pengelolaan drainase ( level normal dengan sumur resapan) bagi pencegahan genangan

Pemilikan Instalasi Mini PLTBM 30616 layak dilakukan oleh perorangan, koperasi dan perusahaan pengelola kawasan komersial ( pasar sayuran, mall, hotel, restoran, blok perumahan, apartemen, usaha peternakan, pekebun, UKM penghasil limbah makanan dan kawasan komersial lainnya) atau pengelola kawasan sosial (rumah sakit, sekolah, otoritas pengelola sungai dan danau, atau pihak lainnya yang memiliki limbah dalam proses produksinya atau bermasalah dengan limbah, maupun, bermasalah dalam pengelolaan sampah.

Atas layanan jasa pengelolaan lingkungan diatas, para penghuni atau manajemen kawasan membayar pengelola ( dhi. Posko Hijau) atau UKM, koperasi dan perorangan sebesar

lazimnya iuran sampah, penggunaan air bersih/ m3 serta iuran perawatan taman publik, pembangunan sumur resapan dan penyediaan daya listrik penerangan jalan umum (PJU).

PENUTUP Prospektus Usaha Jasa Pengelolaan Lingkungan bagi kawasan komersial ini akan menjadi referensi bagi konsultan pengembang (developer), peminat usaha jasa serta berbagai pihak pemangku kepentingan terkait dengan pelaksanaan peraturan penanganan sampah kawasan komersial khususnya maupun pengelolaan sampah pada umumnya (*),

Referensi, http://www.kencanaonline.com

Vous aimerez peut-être aussi