Vous êtes sur la page 1sur 17

ANALISIS RISIKO

Kelompok 10: Putu Mudyasani Sudarma D Putu Wawa Dirgantara Ni Made Liestya Oktarini Putu Mentari Swari A Made Sastria Pramana Inggas (1015351021) (1015351035) (1015351067) (1015351081) (1015351116)

Analisis Risiko Kredit


Pemberian pinjaman oleh bank kepada nasabah meliputi beberapa tahap yaitu penentuan tingkat bunga, penentuan batasan yang melindungi kepentingan kreditur, dan monitoring dari pihak bank. Sumber informasi yang diperoleh untuk pengambilan keputusan kredit antara lain: Nasabah yang menginginkan pinjaman. File pihak pemberi dana. Asosiasi bisnis Informasi pihak eksternal Informasi pasar modal Laporan industri dan ekonomi secara umum

Tahapan dalam proses pinjaman mencakup persetujuan kredit, monitoring kredit, dan pelunasan kredit. Di samping informasi terdapat ketentuan lain yang digunakan untuk mengevaluasi pemberian kredit yang ditunjukkan oleh rasio-rasio keuangan. Rasio keuangan yang diperhatikan meliputi: Rasio Keuangan 1. Hutang/Modal Saham 2. Rasio lancar 3. Aliran kas/Proporsi hutang jangka panjang jatuh tempo tahun ini 4. Fixed charged coverage 5. Profit Margin bersih sesudah pajak 6. Bunga bersih yang diperoleh 7. Profit Margin bersih sebelum pajak 8. Degree of financial leverage 9. Perputaran persediaan dalam sehari 10. Perputaran piutang dagang harian Rating 8,71 8,25 8,08 7,58 7,56 7,5 7,43 7,33 7,25 7,08

Pertimbangan yang biasa dihasilkan oleh analis kredit yaitu: Lancar. Risiko yang dihadapi normal Diperhatikan secara khusus. Ada bukti-bukti kelemahan pada kondisi keuangan nasabah atau skedul pembayaran yang tidak realistis Di bawah standar. Tren keuangan menurun atau perkembangan manajerial, ekonomi dan politik membutuhkan penanganan cepat. Meragukan. Pembayaran penuh hutang dipertanyakan, beberapa kerugian sangat mungkin terjadi, dan bunga pinjaman tidak diperoleh. Kerugian. Kredit dipertimbangkan tidak akan kembali.

Untuk menghindari maupun untuk memperkecil resiko kredit yang mungkin terjadi, maka permohonan kredit harus dinilai oleh bank atas dasar syarat bank teknis; yang terkenal dengan 5 C, yiatu : Character Bank mencari data tentang sifat-sifat pribadi, watak dan kejujuran dari pimpinan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansiilnya. Capacity Ini menyangkut kemampuan pimpinan perusahaan beserta stafnya, baik kemampuan dalam manajemen maupun keahlian dalam bidang usahanya.

Capital Ini menunjukkan posisi finansial perusahaan secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh ratio finansialnya dalam penekanan pada komposisi tangible net worthnya. Bank harus mengetahui bagaimana pertimbangan antara jumlah hutang dan jumlah modal sendiri. Collateral Collateral berarti jaminan. Ini menunjukkan besarnya aktiva yang akan diikatkan sebagai jaminan atas kredit yang diberikan oleh Bank. Conditions Bank harus melihat kondisi ekonomi secara umum serta kondisi pada sektor usaha si peminta kredit.

Analisis Risiko Kebangkrutan


Pendekatan Univariate Pendekatan tunggal (univariate) bisa dipakai untuk menganalisa kesulitan keuangan dengan asumsi bahwa distribusi variabel keuangan untuk perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan berbeda dengan distribusi variabel keuangan untuk perusahaan yang tidak memiliki kesulitan keuangan. Perbedaan distribusi variabel keuangan tersebut bisa dipakai untuk memprediksi kesulitan keuangan.

Penggunaan metode tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan contoh kasus perusahaan kereta api pada tahun 1970 di Amerika Serikat. Pada periode tersebut beberapa perusahaan kereta api mengalami kebangkrutan. Rasio-rasio keuangan pada tahun-tahun sebelumnya dipilih untuk digunakan untuk memperkirakan kebangkrutan, yaitu: Rasio biaya transportasi terhadap pendapatan operasional (BT/OP). Biaya transportasi merupakan komponen biaya terbesar yang terjadi pada perusahaan kereta api, yang meliputi biaya operasional angkutan kereta, biaya gaji pegawai kereta, dan biaya bahan bakar. Pendapatan operasional berasal dari karcis kereta yang terjual, dan pendapatan dari beberapa sumber seperti angkutan barang atau surat pos. Rasio times interest earned (TIE) yang merupakan rasio EBIT (earning before interest taxes)/interest.Bunga di sini adalah bunga dari kewajiban obligasi. Apabila diperoleh angka negatif, berarti perusahaan mempunyai earning yang negatif.

Tahun 1970 Tidak bangkrut Bangkrut

Rata-rata rasio BT/OP 0,356 0,473

Rata-rata rasio TIE 2,49 -0,26

Kelompok perusahaan yang bangkrut mengeluarkan biaya operasional transportasi pada setiap satu unit pendapatan opersioanal yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang tidak bangkrut. Perusahaan yang tidak bangkrut mempunyai laba sebelum pajak yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok perusahaan yang bangkrut.

Empat variabel yang konsisten menunjukkan perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dengan yang tidak bangkrut antara lain: Tingkat return (rate of return). Perusahaan yang bangkrut mempunyai tingkat return yang lebih rendah Penggunaan hutang. Perusahaan yang bangkrut menggunakan hutang yang lebih tinggi. Perlindungan terhadap biaya tetap (fixed payment coverage). Perusahaan yang bangkrut mempunyai perlindungan terhadap biaya tetap yang lebih kecil. Fluktuasi return saham. Perusahaan yang bangkrut mempunyai rata-rata return yang lebih rendah dan mempunyai fluktuasi return saham yang lebih tinggi.

Pendekatan Multivariate Salah satu kelemahan model univariate adalah kemungkinan terjadinya konflik antara variabel-variabel yang dijadikan prediksi. Untuk mengatasinya model multivariate dikembangkan. Variabel bebas dalam model ini adalah rasio-rasio keuangan yang diperkirakan mempengaruhi kebangkrutan, sedangkan variabel terikat adalah prediksi kebangkrutan (bangkrut dengan nilai 0, dan tidak bangkrut dengan nilai 1). Dengan menggunakan kasus kebangkrutan perusahaan kereta api, kita dapat menggunakan dua variabel untuk persamaan diskriminan, yaitu rasio BT/OP (X1) dan rasio TIE (X2). Diasumsikan bahwa kedua rasio yang digunakan berasal dari populasi dengan distribusi normal dan matriks varians kovarians tersebut sama.

Persamaan diskriminan yang didapat yaitu: Zi = a (X1) + b (X2) = -3,366 (X1) + 0,657 (X2) Bila skor Zi rendah berarti semain besar risiko kebangkrutan yang dihadapi. Koefisien negatif variabel X1 (rasio BT/OP) menandakan adanya hubungan negatif antara variabel tersebut dengan skor Zi. Semakin tinggi nilai (X1), semakin rendah nilai Zi maka semakin tinggi risiko kebangkrutan. Nilai koefisien yang positif pada variabel X2 (rasio TIE) menandakan bahwa semakin tinggi rasio TIE semakin tinggi nilai skor Zi dan semakin kecil risiko kebangkrutan.

Derivative dan Hedging


Derivatif adalah yang kontrak nilainya diturunkan dari nilai aset atau item ekonomi tertentu seperti saham, obligasi (bond), commodity price, interest rate, atau currency exchange rate. Derivatif merupakan instrumen keuangan memiliki ciri: Nilainya berubah akibat dari perubahan variabel yag mendasari (seperti suku bunga, harga, nilai tukar, dll). Tanpa investasi awal neto atau nilainya lebih kecil dari nilai kontrak sejenis yang memberi pengaruh yang sama terhadap perubahan faktor pasar. Diselesaikan pada periode tertentu di masa mendatang. Instrumen derivatif dapat berupa hak opsi (option) dapat berupa opsi jual atau opsi beli, dan forward contract atau future contract.

Hedging (Lindung Nilai) Suatu kontrak berjangka untuk melakukan hedging aktiva atau kewajiban bersih yang diekspos dalam mata uang asing, dapat digunakan oleh para importer untuk melakukan hedging atas hutang dagang, dan oleh eksportir untuk melakukan hedging atas piutang dagang yang dinyatakan dalam mata uang asing. Fungsi utama dari pasar futures adalah untuk mengalihkan atau mentransfer risiko harga dari pihak hedger ke pihak spekulator. Dengan kata lain, bahwa risiko tersebut dialihkan dari orang yang bersedia membayar untuk menghindari risiko kepada orang yang berani menanggung risiko dengan harapan memperoleh keuntungan. Aktivitas lindung nilai dalam hal ini adalah penggunaan transaksi futures sebagai pengganti atau substitusi sementara dari transaksi di pasar spot.

Jenis-jenis Hedging dengan Futures terdiri dari: Cross Hedging Kontrak futures yang digunakan untuk melindungi nilai suatu posisi dimana sebuah portofolio tidak identik dengan instrumen derivatifnya dinamakan cross hedging (hedging silang).. Disini cross hedging menimbulkan satu risiko lagi risiko bahwa pergerakan harga sebuah instrumen derivatif tidak dapat secara persis mengikuti pergerakan harga portofolio atau instrumen yang dilindungi nilainya.

Short Hedging Short hedge digunakan untuk perlindungan terhadap penurunan pada harga spot dari instrumen finansial atau portofolio di masa datang atau perlindungan terhadap kenaikan tak terduga dari tingkat suku bunga. Dengan adanya short hedge, maka pihak hedger telah menetapkan harga masa datang saat itu, dan mengalihkan risiko perubahan harga kepada pihak pembeli kontrak. Long Hedging Long hedge digunakan untuk perlindungan terhadap kenaikan pada harga spot dari instrumen finansial atau portofolio di masa datang atau perlindungan terhadap penurunan yang tak terduga pada tingkat suku bunga. Dalam melaksanakan long hedge, pihak hedger membeli kontrak futures (dimana dia berjanji untuk menerima pengiriman).

Sesi Diskusi . . .

Vous aimerez peut-être aussi