Vous êtes sur la page 1sur 27

Senin, 2008 Juni 16

ASKEP HEPATITIS

HEPATITIS

1. DEFINISI Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obatobatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999). Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001)

2. ETIOLOGI 1. Virus Type A Metode transmisi Fekaloral melalui orang lain Type B Parenteral seksual, perinatal Type C Parenteral jarang seksual, orang ke orang, perinatal Type D Parenteral perinatal, memerlukan koinfeksi dengan type B Type E Fekaloral

Keparahan

Tak ikterik dan asimtomatik

Parah

Menyebar luas, dapat berkembang

Peningkatan insiden kronis dan gagal hepar akut

Sama dengan D

sampai kronis Sumber virus Darah, feces, saliva Darah, saliva, semen, sekresi vagina Terutama melalui darah Melalui darah Darah, feces, saliva

2. Alkohol Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis.

3. Obat-obatan Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan hepatitis akut.

3. TANDA DAN GEJALA 1. Masa tunas Virus A : 15-45 hari (rata-rata 25 hari) Virus B : 40-180 hari (rata-rata 75 hari) Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari) 2. Fase Pre Ikterik

Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatalgatal mencolok pada hepatitis virus B. 3. Fase Ikterik Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu. 4. Fase penyembuhan Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capai.

4. PATOFOSIOLOGI Patways terlampir. Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-

bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal. Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati. Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin. Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat

disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.

5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Laboratorium 1. Pemeriksaan pigmen


urobilirubin direk bilirubun serum total bilirubin urine urobilinogen urine urobilinogen feses 1. Pemeriksaan protein

protein totel serum albumin serum globulin serum HbsAG 3. Waktu protombin - respon waktu protombin terhadap vitamin K 1. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase

AST atau SGOT ALT atau SGPT LDH Amonia serum

2. Radiologi

foto rontgen abdomen

pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang berlabel radioaktif kolestogram dan kalangiogram arteriografi pembuluh darah seliaka

3. Pemeriksaan tambahan

laparoskopi biopsi hati

6. KOMPLIKASI Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.

ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati 1. Aktivitas

Kelemahan Kelelahan Malaise

2. Sirkulasi

Bradikardi ( hiperbilirubin berat ) Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa Urine gelap Diare feses warna tanah liat Anoreksia Berat badan menurun Mual dan muntah Peningkatan oedema Asites Peka terhadap rangsang Cenderung tidur Letargi

3. Eliminasi

4. Makanan dan Cairan


5. Neurosensori

Asteriksis Kram abdomen Nyeri tekan pada kuadran kanan Mialgia Atralgia Sakit kepala Gatal ( pruritus )

6. Nyeri / Kenyamanan

7. Keamanan

Demam Urtikaria Lesi makulopopuler Eritema Splenomegali Pembesaran nodus servikal posterior Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan

8. Seksualitas

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hepatitis : 1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.

2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta. 3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi hepar 4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis 5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu 6. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agent virus

7. INTERVENSI 1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah. Hasil yang diharapkan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi. 1. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan R/ keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan 2. Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi sering dan tawarkan pagi paling sering

R/ adanya pembesaran hepar dapat menekan saluran gastro intestinal dan menurunkan kapasitasnya. 3. Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah makan R/ akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah baru dan rasa tak sedap yang menurunkan nafsu makan. 4. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak R/ menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan 5. Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak R/ glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk pemenuhan energi, sedangkan lemak sulit untuk diserap/dimetabolisme sehingga akan membebani hepar.

2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta. Hasil yang diharapkan : Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya) 1. Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat digunakan untuk intensitas nyeri

R/ nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman, oleh karena terdapat peregangan secara kapsula hati, melalui pendekatan kepada individu yang mengalami perubahan kenyamanan nyeri diharapkan lebih efektif mengurangi nyeri. 2. Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri

Akui adanya nyeri Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien tentang nyerinya R/ klienlah yang harus mencoba meyakinkan pemberi pelayanan kesehatan bahwa ia mengalami nyeri

3. Berikan informasi akurat dan


Jelaskan penyebab nyeri Tunjukkan berapa lama nyeri akan berakhir, bila diketahui R/ klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui penjelasan nyeri yang sesungguhnya akan dirasakan (cenderung lebih tenang dibanding klien yang penjelasan kurang/tidak terdapat penjelasan)

4. Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek hepatotoksi R/ kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik untuk mengurangi nyeri.

3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi hepar.

Hasil yang diharapkan : Tidak terjadi peningkatan suhu 1. Monitor tanda vital : suhu badan R/ sebagai indikator untuk mengetahui status hypertermi 2. Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat (sedikitnya 2000 l/hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari buah 2,5-3 liter/hari. R/ dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu timbulnya dehidrasi

3. Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur R/ menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi kulit dengan merangsang kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui penguapan 4. Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat R/ kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya pertumbuhan jamur. Juga akan mengurangi kenyamanan klien, mencegah timbulnya ruam kulit.

4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis 1. Jelaskan sebab-sebab keletihan individu R/ dengan penjelasan sebab-sebab keletihan maka keadaan klien cenderung lebih tenang 2. Sarankan klien untuk tirah baring R/ tirah baring akan meminimalkan energi yang dikeluarkan sehingga metabolisme dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit. 3. Bantu individu untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan, kemampuan-kemampuan dan minat-minat R/ memungkinkan klien dapat memprioritaskan kegiatan-kegiatan yang sangat penting dan meminimalkan pengeluaran energi untuk kegiatan yang kurang penting 4. Analisa bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam meliputi waktu puncak energi, waktu kelelahan, aktivitas yang berhubungan dengan keletihan R/ keletihan dapat segera diminimalkan dengan mengurangi kegiatan yang dapat menimbulkan keletihan 5. Bantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif (bersikap asertif, teknik relaksasi) R/ untuk mengurangi keletihan baik fisik maupun psikologis

5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu Hasil yang diharapkan : Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus. 1. Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering

Sering mandi dengan menggunakan air dingin dan sabun ringan (kadtril, lanolin) Keringkan kulit, jaringan digosok R/ kekeringan meningkatkan sensitifitas kulit dengan merangsang ujung syaraf

2. Cegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu ruangan dingin dan kelembaban rendah, hindari pakaian terlalu tebal R/ penghangatan yang berlebih menambah pruritus dengan meningkatkan sensitivitas melalui vasodilatasi 3. Anjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan tekanan kuat pada area pruritus untuk tujuan menggaruk R/ penggantian merangsang pelepasan hidtamin, menghasilkan lebih banyak pruritus 4. Pertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin

R/ pendinginan akan menurunkan vasodilatasi dan kelembaban kekeringan

6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret. Hasil yang diharapkan : Pola nafas adekuat Intervensi : 1. Awasi frekwensi , kedalaman dan upaya pernafasan R/ pernafasan dangkal/cepat kemungkinan terdapat hipoksia atau akumulasi cairan dalam abdomen

2. Auskultasi bunyi nafas tambahan R/ kemungkinan menunjukkan adanya akumulasi cairan 3. Berikan posisi semi fowler R/ memudahkan pernafasan denagn menurunkan tekanan pada diafragma dan meminimalkan ukuran sekret 4. Berikan latihan nafas dalam dan batuk efektif R/ membantu ekspansi paru dalam memobilisasi lemak 5. Berikan oksigen sesuai kebutuhan

R/ mungkin perlu untuk mencegah hipoksia

7. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agent virus Hasil yang diharapkan : Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi. 1. Gunakan kewaspadaan umum terhadap substansi tubuh yang tepat untuk menangani semua cairan tubuh

Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan semua klien atau spesimen Gunakan sarung tangan untuk kontak dengan darah dan cairan tubuh Tempatkan spuit yang telah digunakan dengan segera pada wadah yang tepat, jangan menutup kembali atau memanipulasi jarum dengan cara apapun R/ pencegahan tersebut dapat memutuskan metode transmisi virus hepatitis

2. Gunakan teknik pembuangan sampah infeksius, linen dan cairan tubuh dengan tepat untuk membersihkan peralatan-peralatan dan permukaan yang terkontaminasi R/ teknik ini membantu melindungi orang lain dari kontak dengan materi infeksius dan mencegah transmisi penyakit 3. Jelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada klien, keluarga dan pengunjung lain dan petugas pelayanan kesehatan.

R/ mencuci tangan menghilangkan organisme yang merusak rantai transmisi infeksi 4. Rujuk ke petugas pengontrol infeksi untuk evaluasi departemen kesehatan yang tepat R/ rujukan tersebut perlu untuk mengidentifikasikan sumber pemajanan dan kemungkinan orang lain terinfeksi

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Lynda Jual, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC, Jakarta. Gallo, Hudak, 1995, Keperawatan Kritis, EGC, Jakarta. Hadim Sujono, 1999, Gastroenterologi, Alumni Bandung. Moectyi, Sjahmien, 1997, Pengaturan Makanan dan Diit untuk Pertumbuhan Penyakit, Gramedia Pustaka Utama Jakarta. Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, EGC, Jakarta. Smeltzer, suzanna C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan Suddart. Alih bahasa Agung Waluyo, Edisi 8, jakarta, EGC, 2001. Susan, Martyn Tucker et al, Standar Perawatan Pasien, jakarta, EGC, 1998. Reeves, Charlene, et al,Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa Joko Setiyono, Edisi I, jakarta, Salemba Medika. Sjaifoellah Noer,H.M, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga, Balai Penerbit FKUI, jakarta.

http://keperawatan-gun.blogspot.com/2008/06/askep-hepatitis.html

ASKEP HEPATITIS
Label: Perkuliahan DEFINISI Hepatitis adalah merupakan inflamasi hati dapat terjadi karena invasi bakteri, cedera oleh agen fisik atau kimia (non-viral), atau infeksi virus (hepatitis A, B, C, D, E). DESKRIPSI DAN PATOFISIOLOGI Virus atau bakteri yang menginfeksi manusia masuk ke aliran darah dan terbawa sampai ke hati. di sini agen infeksi menetap dan mengakibatkan peradangan dan terjadi kerusakan sel-sel hati (hal ini dapat dilihat pada pemeriksaan SGO T dan SGPT). akibat kerusakan ini maka terjadi penurunan penyerapan dan konjugasii bilirubin sehingga terjadi disfungsi hepatosit dan mengakibatkan ikterik. peradangan ini akan mengakibatkan peningkatan suhu tubuh sehinga timbul gejala tidak nafsu makan (anoreksia). salah satu fungsi hati adalah sebagai penetralisir toksin, jika toksin yang masuk berlebihan atau tubuh mempunyai respon hipersensitivitas, maka hal ini merusak hati sendiri dengan berkurangnya fungsinya sebagai kelenjar terbesar sebagai penetral racun. Aktivitas yang berlebihan yang memerlukan energi secara cepat dapat menghasilkan H2O2 yang berdampak pada keracunan secara lambat dan juga merupakan hepatitis non-virus. H2O2 juga dihasilkan melalui pemasukan alkohol yang banyak dalam waktu yang relatif lama, ini biasanya terjadi pada alkoholik. Peradangan yang terjadi mengakibatkan hiperpermea-bilitas sehingga terjadi pembesaran hati, dan hal ini dapat diketahui dengan meraba/palpasi hati. Nyeri tekan dapat terjadi pada saat gejala ikterik mulai nampak. Hepatitis viral dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu kronik dan akut. Klasifikasi hepatitis viral akut dapat dibagi atas hepatitis akut viral yang khas, hepatitis yang tak khas (asimtomatik), hepatitis viral akut yang simtomatik, hepatitis viral anikterik dan hepatitis viral ikterik. Hepatitis virus kronik dapat diklasifikasikan dalam 3 kelompok yaitu hepatitis kronik persisten, hepatitis kronik lobular, dan hepatitis kronik aktif. hepatitis virus hepatitis A mempunyai masa inkubasi singkat/hepatitis infeksiosa, panas badan (pireksia) didapatkan paling sering pada hepatitis A. Hepatitis tipe B mempunyai masa inkubasi lama atau disebut dengan hepatitis serum. Hepatitis akibat obat dan toksin dapat digolongkan ke dalam empat bagian yaitu: hepatotoksinhepatotoksin direk, hepatotoksin-hepatotoksin indirec, reaksi hipersensitivitas terhadap obat, dan idiosinkrasi metabolik. Obat-obat yang dapat menyebabkan gangguan/kerusakan hepar adalah: - Obat anastesi - Obat antibiotik - Obat antiinflamasi - Obat antimetabolik dan imunosupresif - antituberkulosa - hormon-hormon - obat psikotropik - Lain-lain, contoh phenothiazine. ETIOLOGI Dua penyebab utama hepatitis adalah penyebab virus dan penyebab non virus. Sedangkan insidensi yang muncul tersering adalah hepatitis yang disebabkan oleh virus. Hepatitis virus dapat dibagi ke dalam hepatitis A, B, C, D, E.

Hepatitis non virus disebabkan oleh agen bakteri, cedera oleh fisik atau kimia. GAMBARAN KLINIS Gambaran klinis dapat dibagi dalam dua kelompok: Hepatitis kronik - Secara klinis bervariasi dari keadaan dari keadaan tanpa keluhan sampai perasaan lelah yang sangat mengganggu. Adanya keluhan dan gejala hipertensi portal (asites, perdarahan varises esofagus) menunjukkan penyakit pada stadium yang sudah lanjut. - Pemeriksaan biokimiawi menunjukkan peningkatan kadar bilirubin, transminase dan globulin serum. - Gambaran histopatologis memperlihatkan kelainan morfologis yang khas untuk hepatitis kronik. Hepatitis akut - Pada umumnya, hepatitis tipe a, b, dan c mempunyai perjalanan klinis yang sama. Hepatitis tipe b dan c cenderung lebih parah perjalanan penyakitnya dan sering dihubungkan dengan serumsickness. - Serangan yang teringan tidak menunjukkan gejala dan hanya ditandai dengan naiknya transminase serum. - Serangan ikterus biasanya pada orang dewasa dimulai dengan suatu masa prodmoral kurang lebih 3-4 hari sampai 2-3 minggu, saat mana pasien umumnya merasa tidak enak badan, menderita gejala digestif, terutama anoreksia dan nausea, dan kemudian ada panas badan ringan; ada nyeri di abdomen kanan atas, yang bertambah pada tiap guncangan badan; tak ada nafsu untuk merokok atau minum alkohol; perasaan badan tak enak bertambah menjelang malam dan pasien merasa sengsara. - Kadang-kadang dapat menderita sakit kepala yang hebat. - Hati dapat di palpasi dengan pinggiran yang lunak dan nyeri tekan pada 70% pasien. - Setelah kurang lebih 1-4 minggu masa ikterik, biasanya pasien dewasa akan sembuh. PENGOBATAN Hepatitis akut hanya memberi efek sedikit pada perjalanan penyakit. Pada permulaan penyakit. Secara tradisional dianjurkan diet rendah lemak, tinggi karbohidrat, yang ternyata paling cocok untuk selera pasien yang anoreksia. obat-obatan tambahan seperti vitamin, asam-amino dan obat lipotropik tak diperlukan. Obat kortikosteroid tidak mengubah derajat nekrosis sel hati, tidak mempercepat penyembuhan, ataupun mempertinggi imunisasi hepatitis viral. Hepatitis kronik tidak dianjurkan untuk istirahat di tempat tidur, aktivitas latihan kebugaran jasmani (physical fitness) dapat dilanjutkan secara bertahap. Tidak ada aturan diet tertentu tetapi alkohol dilarang. Sebelum pemberian terapi perlu dilakukan biopsi hati, adanya hepatitis kronik aktif berat merupakan petunjuk bahwa terapi harus segera diberikan. kasus dengan tingkat penularan tinggi harus dibedakan dari kasus pada stadium integrasi yang relatif noninfeksius; karena itu perlu diperiksa status HbeAg, antiHBe dan DNA VHB. Pada kasus hepatitis karena obat atau toksin dan idiosinkrasi metabolik dapat diberikan cholestyramine untuk mengatasi pruritus yang hebat. Terapi-terapi lainnya hanya bersifat suportif.

PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI Pada hepatitis kronik oleh infeksi hepatitis B dikatakan mempunyai mortalitas tertinggi. di Inggris hepatitis non-A, non-B dikira karena hepatitis C, mempunyai kelangsungan hidup paling jelek, pasien yang agak tua atau yang kesehatan umumnya kurang, mempunyai prognosis yang jelek. Pada hepatitis akut sangat bervariasi; pada sebagian kasus, penyakit berjalan ringan dengan perbaikan biokimiawi terjadi secara spontan dalam 1-3 tahun. pada sebagian kasus lainnya, hepatitis kronik persisten dan kronik aktif berubah menjadi keadaan yang lebih serius, bahkan berlanjut menjadi sirosis. Secara keseluruhan walaupun terdapat kelainan biokimiawi, pasien tetap asimtomatik dan jarang terjadi kegagalan hati di Jepang, Eropa, dan Amerika Serikat menunjukkan Anti-HVC positif. komplikasi dapat berupa kegagalan hepar yang fulminan (sangat berat) atau dapat juga sirosis. Kekambuhan merupakan komplikasi pada kasus hepatitis akut.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HEPATITIS PENGKAJIAN KEPERAWATAN 1. Keluhan Utama Penderita datang untuk berobat dengan keluhan tiba-tiba tidak nafsu makan, malaise, demam (lebih sering pada HVA). Rasa pegal linu dan sakit kepala pada HVB, dan hilang daya rasa lokal untuk perokok. 2. Pengkajian Kesehatan Observasi/temuan Aktivitas/istirahat: kelemahan, kelelahan, malaise umum. Sirkulasi: bradikardi (hiperbilurubinia berat), ikterik pada sklera, kulit, membran mukosa. Eliminasi: urine gelap, diare/konstipasi; feses warna tanah liat. Adanya/berulangnya hemodialisa. Makanan/cairan: hilang nafsu makan (anoreksia), penurunan berat badan atau meningkat (edema), mual/muntah. Asites. Neurosensori: peka rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriksis. Nyeri/ketidaknyamanan: kram abdomen, nyeri tekan pada quadrant kanan atas, mialgia, artralgia, sakit kepala, gatal (pruritus). Otot tegang, gelisah. Pernafasan: tidak minat/enggan merokok (perokok). Keamanan: adanya transfusi darah/produk darah. Demam, urtikaria, lesi makulopapular, eritema tak beraturan, ekserbasi jerawat, angioma jaring-jaring, eritema palmar, ginekomastia (kadan-kadang ada pula hepatitis alkoholik), splenomegali, pembesaran nodus servikal posterior. Seksualitas: pola hidup/perilaku meningkatkan risiko terpejan (contoh homoseksual aktif/biseksual pada wanita). Penyuluhan/pembelajaran: riwayat diketahui/mungkin terpejan pada virus, bakteri atau toksin (makanan terkontaminasi air, jarum, alat bedah atau darah); pembawa (simtomatik atau asimtomatik); adanya prosedur bedah dengan anastesia haloten; terpajan pada kimia toksik (contoh karbon tetraklorida, vinil klorida); obat resep (contoh sulfonamid, fenotiazid, isoniazid). Obat jalanan IV atau penggunaan alkohol, diabetes, GJK, atau penyakit ginjal, adanya infeksi

seperti flu pada pernafasan atas. Pemeriksaan diagnostik - Tes fungsi hati: abnormal (4-10 kali dari normal). Catatan: merupakan batasan nilai untuk membedakan hepatitis virus dari non-virus. - AST (SGOT/ALT (SGPT): awalnya meningkat. dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun. - Darah lengkap: SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati) atau mengakibatkan perdarahan. - Leukopenia: trombositopenia, monositosis, limfosit atipikal, dan sel plasma. - Alkali phosphatase: agak meningkat (kecuali ada kolestasis berat). - Feses: warna tanah liat, steatore (penurunan fungsi hati). - Albumin serum: menurun. - Gula darah: hiperglikemia transien/hipoglikemia (gangguan fungsi hati). - Anti-HAV IgM: positif pada tipe A. - HbsAG: dapat positif (tipe B) atau negstif (tipe A). catatan: merupakan diagnostik sebelum terjadi gejala klinik. - Masa protrombin: mungkin memanjang (disfungsi hati). - Bilirubin serum: di atas 2,5 mg/100 ml (bila di atas 200 mg/ml, prognosis buruk mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler). - Tes ekskresi BSP: Kadar darah meningkat. - Biopsi hati: menunjukkan diagnosis dan luasnya nekrosis. - Scan hati: membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkim. - Urinalisa: peninggian kadar bilirubin: protein/hematuria dapat terjadi. Potensial komplikasi Infeksi HVA sering sembuh tanpa komplikasi, sedangkan infeksi HVB dan jenis virus lainnya dapat menjadi kronik dan infeksi HVD sering fatal. Pada HVC kronis persisten dan kronik aktif berubah menjadi keadaan yang lebih serius, bahkan berlanjut menjadi sirosis. Terapi dan perawatan Penderita yang menunjukkan keluhan berat harus istirahat penuh selama 1-2 bulan. Diet harus mengandung cukup kalori dan mudah dicerna. Pada umumnya tidak perlu diberikan obat-obat, karena sebagian besar obat akan di metabolisme di hati dan meningkatkan SGPT. Wanita hamil yang menderita hepatitis perlu segera di rujuk ke rumah sakit. Pemeriksaan enzim SGPT dan gamma-GT perlu dilakukan untuk memantau keadaan penderita. Bila hasil pemeriksaan enzim tetap tinggi maka penderita dirujuk untuk menentukan apakah perjalanan penyakit mengarah ke hepatitis kronik. Hepatitis b dapat dicegah dengan vaksin. Pencegahan ini hanya dianjurkan bagi orang-orang yang mengandung resiko terinfeksi. Pada saat ini belum ada obat yang dapat memperbaiki kerusakan sel hati.

DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum; penurunan kekuatan/ketahanan; nyeri. Intervensi: Tingkatkan tirah baring/duduk. Berikan lingkungan tenang: batasi pengunjung sesuai keperluan. Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit yang baik. Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai toleransi. Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, Bantu melakukan latihan rentang gerak sendi pasif/aktif. Dorong penggunaan teknik manajemen stres, contoh relaksasi progresif, visualisasi, bimbingan imajinasi, berikan aktivitas hiburan yang tepat contoh nonton TV, radio, membaca. Awasi terulangnya anoreksia dan nyeri tekan pembesaran hati. Berikan antidot atau bantu dalam prosedur sesuai indikasi (contoh lavase, katarsis, hiperventilasi) tergantung pada pemajanan. Berikan obat sesuai indikasi: sedatif, agen antiansietas, contoh diazepam (valium): lorazepam (ativan). Awasi kadar enzim hati. Hasil Yang Diharapkan /Kriteria Evaluasi - Pasien akan menyatakan pemahaman situasi/faktor risiko dan program pengobatan invididual. - Menunjukkan teknik/perilaku yang melakukan kembali melakukan aktivitas. - Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas.

2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik: anoreksia, mual/muntah dan gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan: penurunan peristaltik (refleks viseral), empedu tertahan. Intervensi Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam frekuensi sering dan tawarkan makan pagi paling besar. Berikan perawatan mulut sebelum makan. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak. Dorong pemasukan sari jeruk, minuman karbonat dan permen berat sepanjang hari. Konsultasikan pada ahli diet, dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan pasien, dengan masukan lemak dan protein sesuai toleransi. Awasi glukosa darah. Berikan obat sesuai indikasi: - Antiemitik (contoh metalopramide (reglan)). - Antasida (contoh mylanta). - Vitamin (contoh b kokpleks). - Terapi steroid (contoh prednison (deltasone)). Berikan tambahan makanan/nutrisi dukungan total bila dibutuhkan. Hasil yang diharapkan /kriteria evaluasi - Pasien akan menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk

meningkatkan/mempertahankan berat badan yang sesuai. - Pasien akan menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium dan bebas tanda malnutrisi. 3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan melalui muntah dan diare, perpindahan area ketiga (asites) dan proses pembekuan darah. Intervensi Awasi masukan dan haluaran. Bandingkan dengan berat badan harian. Catat kehilangan melalui usus, contoh muntah dan diare. Kaji tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa. Periksa asites atau pembentukan edema. Ukur lingkar abdomen sesuai indikasi. Biarkan pasien menggunakan laporan katun/spon dan pembersih mulut untuk sikat gigi. Observasi tanda perdarahan, contoh hematuria/melena, ekimosis, perdarahan terus-menerus dari gusi/bekas injeksi. Awasi nilai laboratorium, contoh Hb/ht, Na+ albumin, dan waktu pembekuan. Berikan cairan iv (biasanya glukosa), elektrolit: - Protein hidrolisat. - Vitamin K - Antasida atau reseptor H2 antagonis, contoh simetidin (tagamet). - Obat-obat antidiare, misal, difenoksilat dan atripin (lomotil). - Plasma beku segar (fresh frozen plasma/ffp). Hasil yang diharapkan /kriteria evaluasi Pasien akan mempertahankan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, torgor kulit baik, pengisian kapiler, nadi perifer kuat, dan haluaran urine pasien adekuat. 4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tak adekuat (contoh leukopenia, penekanan respons inflamasi) dan depresi imun; malnutrisi; kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pada patogen. Intervensi Lakukan teknik isolasi untuk infeksi enterik dan perbatasan sesuai kebijaksanaan rumah sakit: termasuk cuci tangan efektif. Awasi/batasi pengunjung sesuai indikasi. Jelaskan prosedur isolasi pada pasien/orang terdekat. Berikan informasi tentang adanya gama globulin. Isg. Hbig. Vaksin hepatitis b (rekombivax hb, engerix-b) melalui DepKes atau dokter keluarga. Berikan obat sesuai indikasi: - Obat antivirus: vidaralun (vira-a), asiklovir (zovirak); interferon alfa-2b (intron-a); - Antibiotik tepat untuk egen pencegahan (contoh, garam negatif, bakteri anaerob) atau proses sekunder. Hasil yang diharapkan /kriteria evaluasi - Pasien akan menyatakan pemahaman penyebab individu/faktor resiko. - Menunjukkan teknik; melakukan perubahan pola hidup untuk menghindari infeksi ulang/transmisi ke orang lain. 5. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan zat kimia:

akumulasi garam empedu dalam jaringan. Intervensi Gunakan air mandi dingin dan soda kue atau mandi kanji. Hindari sabun alkali. Berikan minyak kalamin sesuai indikasi. Anjurkan menggunakan buku-buku jari untuk menggaruk bila tidak terkontrol. Pertahankan kuku jari terpotong pendek pada pasien koma atau selama jam tidur. Anjurkan melepas pakaian ketat. Berikan sprei katun lembut. Berikan massage pada waktu tidur. Hindari komentar tentang penampilan pasien. Berikan obat sesuai indikasi: - Anhistamin, contoh metdilazin (tacaryl); difenhidramin (benadryl). - Antilipemik, contoh kolestramin (questran). Hasil yang diharapkan /kriteria evaluasi - Pasien akan menunjukkan jaringan/kulit utuh, bebas ekskoriasi. - Pasien akan melaporkan tak ada/penurunan pruritus/lecet 6. Kurang pengetahuan [kebutuhan belajar] tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan. Intervensi Kaji tingkat pemahaman proses penyakit, harapan/prognosis, kemungkinan pilihan pengobatan. Berikan informasi khusus tentang pencegahan/penularan penyakit, contoh kontak yang memerlukan gamma globulin; masalah pribadi tak perlu dibagi; tekankan cuci tangan dan sanitasi pakaian. Rencanakan memulai aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat adekuat. Diskusikan pembatasan mengangkat berat, latihan keras/olahraga. Bantu pasien mengidentifikasi aktivitas diet seimbang. Dorong kesinambungan diet seimbang. Identifikasi cara untuk mempertahankan fungsi usus biasanya, contoh masukan cairan adekuat/diet srta, aktivitas/latihan sedang sesuai toleransi. Diskusikan efek samping dan bahaya minum obat yang dijual bebas/diresepkan (contoh asetaminofen, aspirin) dan perlunya melaporkan ke pemberi perawatan tentang diagnosa. Diskusikan pembatasan donator darah. Tekankan pentingnya mengevaluasi pemeriksaan fisik dan evaluasi laboratorium. Kaji ulang perlunya menghindari alkohol selama 6-12 bulan minimum atau lebih sesuai toleransi individu. Hasil yang diharapkan /kriteria evaluasi - Pasien akan menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan. - Pasien akan mengidentifikasi hubungan tanda/gejala penyakit dan hubungan gejala dengan faktor penyebab. - Pasien akan melakukan perubahan perilaku dan berpartisipasi pada pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA Corwin, Elizabeth J. 2000. Handbook of Pathophysiology. Lippincott-Raven Publishers. Philadelphia, U.S.A Doengoes, Marilynn E. Et al. 1999, Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Suparman, 1987. Ilmu Penyakit Dalam, jilid I Edisi II. Penerbit Balai FKUI Jakarta ---. Pedoman Pengobatan. Jakarta: Yayasan Essentia Medica
http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/04/askep-hepatitis.html

Vous aimerez peut-être aussi

  • Autism e
    Autism e
    Document34 pages
    Autism e
    Nyoman Triyanti Cahayaningsih
    Pas encore d'évaluation
  • Adhd 1
    Adhd 1
    Document24 pages
    Adhd 1
    Nyoman Triyanti Cahayaningsih
    Pas encore d'évaluation
  • SAP Imunisasi
    SAP Imunisasi
    Document7 pages
    SAP Imunisasi
    Nyoman Triyanti Cahayaningsih
    Pas encore d'évaluation
  • HEMOROID
    HEMOROID
    Document22 pages
    HEMOROID
    Nyoman Triyanti Cahayaningsih
    Pas encore d'évaluation
  • Kuliah Sistem Saraf Baru
    Kuliah Sistem Saraf Baru
    Document22 pages
    Kuliah Sistem Saraf Baru
    Nyoman Triyanti Cahayaningsih
    Pas encore d'évaluation
  • Penkes Anak klmp2
    Penkes Anak klmp2
    Document9 pages
    Penkes Anak klmp2
    Nyoman Triyanti Cahayaningsih
    Pas encore d'évaluation
  • Change Agent
    Change Agent
    Document26 pages
    Change Agent
    Nyoman Triyanti Cahayaningsih
    Pas encore d'évaluation
  • Bayi Tabung
    Bayi Tabung
    Document10 pages
    Bayi Tabung
    Nyoman Triyanti Cahayaningsih
    Pas encore d'évaluation
  • Bayi Tabung
    Bayi Tabung
    Document10 pages
    Bayi Tabung
    Nyoman Triyanti Cahayaningsih
    Pas encore d'évaluation
  • Dasar-Dasar Komunikasi
    Dasar-Dasar Komunikasi
    Document23 pages
    Dasar-Dasar Komunikasi
    Nyoman Triyanti Cahayaningsih
    Pas encore d'évaluation
  • Bab I
    Bab I
    Document16 pages
    Bab I
    Nyoman Triyanti Cahayaningsih
    Pas encore d'évaluation