Vous êtes sur la page 1sur 24

LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRIK

I. IDENTITAS PASIEN Nama Usia Jenis Kelamin Alamat Pendidikan Pekerjaan Agama Suku Bangsa Status Perkawinan Berobat Tanggal 2. : : : : : : : Islam : Banjar : Indonesia : Menikah : RIWAYAT PSIKIATRIK

- Alloanamnesa dengan Istri Os pada tanggal 18 Juni 2012, pukul 10.45 WITA di Poli Jiwa RSUD Ulin Banjarmasin - Autoanamnesa pada tanggal 18 Juni 2012, pukul 11.00 WITA di Poli Jiwa RSUD Ulin Banjarmasin - Autoanamnesa pada tanggal 19 Juni 2012, pukul 17.00 WITA melalui telpon

A.

KELUHAN UTAMA

KELUHAN TAMBAHAN

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Alloanamnesis dengan Ibu Os:

New User MICROSOFT

Di kotabaru os tidak tinggal dengan kedua orangtuanya karena rumah orangtuanya jauh di pedalaman tepatnya di kepulauan karsian, jadi os tinggal bersama adiknya di suatu kos-kosan desa Pada tahun 1999 saat pasien berumur. Kelas 2 smp os pindah ke kotabaru sekeluarga, sejak pindah ke kotabaru os merasa tidak enak dan selalu meminta untuk kembali ke Surabaya. Pada saat kelas 3 smp tahun 2000, ketika mau ujian akhir adiknya pergi ke. Namun pas datang adik tidak tahu kenapa sikapnya kakanya langsung berubah tidak seperti biasanya. Sejak saat itu os menjadi sering bicara sendiri, menangis dan tertawa tanpa sebab, dan teriak-teriak menjerit sampai mengamuk. Kadang-kadang os juga berhalusinasi seperti melihat ada seseorang yang sedang berada diatap sedang menatapnya. Setelah itu sosok itu semakin mendekatinya dan akhirnya berada disampingnya. Sejak saat itu os semakin ketakutan dan berteriak-teriak sendiri.

Pada tahun 2000 os dibawa ke Surabaya untuk diobati ke dr.saraf, diagnosanya???, disana os diberi obat namun nama obatnya tidak tahu, dan keluhan tidak membaik, Pada tahun 2001 os dibawa ke rumah sakit jiwa di Surabaya dan dirawat disana selama 3 bulan, setelah keluar dari sana pasien mulai sudah bisa berkomunikasi dengan keluarga tapi masih sering tertawa sendiri, tapi masih belum bisa merawat diri seperti tidak bisa makan dan mandi sendiri. Dirumah os dikurung oleh ibunya di dalam kamar karena ibunya khawatir os pergi ketepi pantai karena rumahnya dekat pantai. Dari tahun 2001 os sempat mengkonsumsi obat yang diberikan puskesmas yang berwarna kuning????????????, setelah itu pasien putus berobat dan gejala2 masih ada. Pada tahun; pasien di ruqiyah oleh alim ulama setempat dan sejak saat itu os tidak pernah lagi melihat orang sering menatapnya. Pada tahun 2010 atas saran tetangganya pasien di bawa ke rumah sakit jiwa sambaing lihum dan dirawat selama 7 bulan lalu keluar dan

membaik. Os jadi mandiri , tertawa sendiri (-), menjerit (+). Tapi ibu os masih mengurung os di kamar. Pada tahun 1995 ayah os meninggal, sejak saat itu os sering sedih dan murung.

Alloanamnesis dengan adik Os:

C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU Tidak pernah ada riwayat kecelakaan atau trauma kepala. Tidak pernah ada riwayat demam dengan penurunan kesadaran. Tidak ada riwayat kejang. Pernah di rawat di Rumah Sakit akibat dispepsia. Pernah di rawat di IGD akibat pingsan setelah oleharaga. Pernah mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang

D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI 1. Riwayat Prenatal dan Antenatal Tidak didapatkan data yang mendukung. 2. Riwayat Masa Bayi dan Kanak-kanak Denver II Tidak didapatkan data yang mendukung. Basic Trust Vs Mistrust (0-1,5 tahun) Tidak didapatkan data yang mendukung.

Autonomy Vs Shame & Doubt (Usia 1,5-3 tahun) Tidak didapatkan data yang mendukung. Initiative vs Guilt (Usia 3-6 tahun) Tidak didapatkan data yang mendukung. Industry Vs Inferiority (Usia 6-12 tahun)

Pada fase ini Os memiliki kemauan untuk menyelesaikan tugas dengan sempurna dan menghasilkan sesuatu. Seperti Os suka mempreteli sepedanya dan dengan bangganya memperlihatkannya ke sekolah. Orangtua Os tidak melarang, bahkan ikut memuji. Identity vs Role Diffusion (Usia 12-20 tahun) Os mengaku pada saat usia 12-20 tahun tidak ada masalah yang serius. Os sangat mudah bergaul dengan teman-temannya sehingga dia banyak mempunyai teman. Keluargapun tidak pernah mengekang Os mengembangkan dirinya mencari jari diri. Tetapi orangtuanya tetap mengawasi dan melarang apabila Os melakukan hal yang tidak baik. Seperti Os diarang keluar malam. Os memang orang yang terlihat patuh dan takut membangkang. Tapi ada kalanya bila ada sesuatu peraturan yang tidak Os sukai, baik dari orangtua ataupun di sekolah, Os hanya marah-marah / melawan dalam hati.

Intimacy vs Isolasi (usia 20-30 tahun) Pada pertengahan tahun 2002, saat Os berusia 20 tahun dan kuliah semester 4, Os mulai mengonsumsi narkoba jenis Ineks. Os mengonsumsinya 3 kali dalam seminggu. Kebiasaan ini berlangsung sampai 6 bulan. Os juga pernah mencoba mengonsumsi shabu-shabu dan minum alkohol, tetapi hanya sekali. Kebiasaan ini Os lakukan

karena mengalami tekanan keluarga yang tidak merestui Os menikah dengan seorang perempuan yang saat itu disukai Os. Os mencoba melupakan perempuan yang dia sukai akibat tuntutan dari keluarga. Akhirnya Os bertemu dengan perempaun lain. Hubungan mereka direstui keluarga Os dan hanya berkenalan selama 2 bulan, Os menikahi perempuan itu yang sekarang menjadi istrinya pada tahun 2005. Setelah menikah Os tinggal bersama keluarga istri di Batu Licin. Os mengaku merasa tertekan karena harus menuruti segala peraturan di keluarga istrinya yang terpandang di mata masyarakat sekitar. Padahal di keluarga sendiri Os terbiasa hidup bebas tanpa ada aturan yang terlalu mengikat. Pada tahun 2008, Os bertemu lagi dengan perempuan yang pernah disukainya. Tetapi hubungan Os dengan perempuan itu diketahui oleh istrinya. Terjadilah permasalah dalam rumah tangga. Sekarang istri Os sangat posesif. Os tidak diizinkan berteman/bergaul ke luar rumah. Istri Os selalu curiga walaupun Os sudah mengatakan dia tidak akan mengulanginya dan menjelaskan dia bisa membatasi pergaulannya. 3. Riwayat Pendidikan Os mulai bersekolah di usia 4 tahun (tahun 1986) masuk Taman Kanak-Kanak selama 2 tahun lalu melanjutkan ke jenjang Sekolah Dasar masuk pada usia 6 tahun (tahun 1988). Os tidak pernah tinggal kelas dan prestasi Os biasa-biasa saja di sekolah. Os melanjutkan

pendidikan ke SMP, SMA, hingga Perguruan Tinggi. Namun Os berhenti kuliah pada semester 8 karena alasan ada tawaran pekerjaan. 4. Riwayat Pekerjaan Sebelumnya Os pernah bekerja sebagai kontraktor di Marabahan. Setelah 1,5 tahun bekerja, Os berhenti menjadi kontraktor karena menikah dan pindah ke Batu Licin. Sekarang Os bekerja di Perusahaan Tambang Batu Bara milik mertua Os dan juga mempunyai toko Phone Cell. 5. Riwayat Perkawinan Os sudah menikah dan memiliki 2 orang anak. Os menikah atas dasar suka sama suka. Os menikah pada tahun 2005. Os menikah pada saat usia 23 tahun. Anak pertama Os Laki-laki berumur 5 tahun, sekolah di Taman Kanak-kanak. Sedangkan anak kedua Os laki-laki masih berumur 2 tahun. Istri Os sangat posesif karena sebelumnya Os pernah ketahuan menjalin hubungan dengan wanita lain. Akibatnya sekarang Os dilarang berteman/bergaul keluar rumah. Oleh karena itu, Os merasa tertekan hanya di rumah padahal sebelumnya Os merupakan orang yang supel bergaul. E. RIWAYAT KELUARGA Genogram:

Keterangan Laki-laki Perempuan Penderita Meninggal Tidak ada

: : : : : riwayat keluarga yang mempunyai penyakit serupa dan

gangguan kejiwaan yang lain. F. RIWAYAT SITUASI SEKARANG Os tinggal dengan keluarga besar istri. Ada 4 kepala keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Nenek-kakek, om-tante, adik dan Os sendiri beserta istri dan anaknya. Keluarga istri Os merupakan orang terpandang, akibatnya Os terpaksa selalu menuruti segala peraturan yang sudah ada di dalam keluarga. Hal ini menyebabkan Os tertekan karena kehidupan keluarganya sendiri sangat berbeda dengan kehidupan istrinya yang serba diatur. Os jarang berkomunikasi dengan keluarga istri Os di rumah, bahkan keluarga di rumah tidak mengetahui bahwa Os mengalami

penyakitnya seperti sekarang. Os bercerita tentang penyakitnya hanya kepada istrinya dan keluarganya yang berdomisili tinggal di Banjarmasin. G. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYA Os merasa bahwa Os sakit dan ingin berobat, tapi Os menyalahkan orang lain/faktor luar/faktor organik sebagai penyebab sakitnya. III. STATUS MENTAL A. DESKRIPSI UMUM 1. Penampilan Pada saat datang ke Poli Jiwa RSUD Ulin tanggal 18 Juni 2012. Seorang laki-laki perawakan tinggi sedang menggunakan baju kaos berwarna hitam dengan celana jins panjang warna biru malam. Os tampak terawat. Selama wawancara Os dengan antusias menceritakan masalahnya dengan ekspresi cemas. Saat ditanya Os dengan panjang lebar menjawabnya, Os menatap wajah pemeriksa dan dapat dipertahankan. Setiap kali diberi pertanyaan Os mendengarkan dengan baik, dan kooperatif. Os bisa menjawab dengan benar saat ditanya tanggal, bulan, tahun, tempat tinggal, siapa yang mengantarnya dan mengerti hubungan antara pemeriksa dan pasien. Saat ditanya tanggal lahir, kapan dia sekolah SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi, Os juga menjawab dengan baik. Os dapat menyebutkan kembali 3 benda yang ditanyakan pemeriksa kepadanya. Konsentrasi Os juga baik, Os bisa menjawab saat ditanya nama bulan dari Januari-Desember dan

sebaliknya, dan 100-7 sebanyak 5 kali pengulangan. Saat ditanya beberapa ibukota negara di dunia, Os menjawab dengan benar. Ketika ditanya apakah mencuri itu perbuatan baik atau tidak, Os menjawab mencuri adalah perbuatan yang tidak baik. Apa beda bohong dan khilaf, awalnya Os bingung menjawabnya, bohong diartikan bicara tidak jujur sedangkan khilaf diartikan tidak sengaja. Saat ditanya apa arti panjang tangan, os menjawab orang yang mencuri. Secara keseluruhan Os dapat menjawab pertanyaan dengan benar. Tetapi ekspresi wajahnya tampak cemas. 2. Kesadaran Komposmentis 3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor Normoaktif
4.

Pembicaraan Koheren

5. Sikap terhadap Pemeriksa Kooperatif 6. Kontak Psikis Kontak ada, wajar dan dapat dipertahankan B. KEADAAN AFEKTIF, PERASAAN EKSPRESI AFEKTIF KESERASIAN SERTA REAKSI EMOSIONAL 1. Afek (mood) : Euthym

10

2. Ekspresi afektif 3. Keserasian 4. Reaksi emosional - Stabilitas - Pengendalian

: Cemas : Appropiate : : baik : baik : sungguh-sungguh : dalam : sempit : dapat diraba rasa : normal (cepat lincah)

- Sungguh-sungguh atau tidak - Dalam atau dangkal - Skala diferensiasi - Empati - Arus emosi A. FUNGSI KOGNITIF 1. Kesadaran : Komposmentis 2. Orientasi - Waktu : Baik - Tempat : Baik - Orang : Baik

- Situasi : Baik 3. Konsentrasi : Baik 4. Daya Ingat : Jangka pendek Jangka panjang Segera : Baik : Baik : Baik

5. Intelegensi dan Pengetahuan Umum :

11

Sesuai usia dan taraf pendidikan B. GANGGUAN PERSEPSI 1. Halusinasi - Auditorik - Visual 2. Ilusi (-) 3. Depersonalisasi / Derealisasi : Tidak ada C. PROSES PIKIR 1. Arus pikir a. Produktivitas b. Kontinuitas c. Hendaya berbahasa 2. Isi Pikir a. Preocupasi : Tidak ada b. Gangguan pikiran : Waham : Tidak Ada D. PENGENDALIAN IMPULS dapat mengendalikan impuls E. DAYA NILAI 1. Daya nilai sosial : Baik 2. Uji Daya nilai : Baik : Baik : Relevan : Tidak ada : : Tidak ada : Tidak ada

3. Penilaian Realita : tidak terganggu, empati (dapat dirabarasakan), gangguan persepsi (tidak ada), isi pikir (tidak ada waham)

12

F. TILIKAN Terganggu derajat 3 = Sadar dirinya sakit, tapi menyalahkan orang lain / faktor luar / faktor organik sebagai penyebab. G. TARAF DAPAT DIPERCAYA Dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT 1. STATUS INTERNUS Keadaan umum Gizi Tanda vital : Tampak baik : Baik : TD = 130/90 N = 88 x/m RR = 21 x/m T = 37,1 C

Kepala: Mata : palpebra tidak edema, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak Telinga Hidung ikterik, pupil isokor, refleks cahaya +/+

: bentuk normal, sekret tidak ada, serumen minimal : bentuk normal, tidak ada epistaksis, tidak ada tumor,

kotoran hidung minimal

13

Mulut

: bentuk normal dan simetris, mukosa bibir tidak kering dan tidak pucat, pembengkakan gusi tidak ada dan tidak mudah berdarah, lidah tidak tremor.

Leher

: Pulsasi vena jugularis tidak tampak, tekanan tidak meningkat, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.

Thoraks: Inspeksi Palpasi Perkusi : bentuk dan gerak simetris : fremitus raba simetris :

- pulmo : sonor - cor : batas jantung normal

Auskultasi: - pulmo : vesikuler - cor Abdomen : Inspeksi : Simetris Palpasi : Tidak nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba : S1S2 tunggal

Perkusi : timpani Auskultasi: bising usus (+) tidak meningkat Ekstemitas : pergerakan bebas, tonus baik, tidak ada edema dan atropi, tremor (-) Motorik : 5 5 5 5

14

Sensorik :

+ +

+ +

2. STATUS NEUROLOGIKUS Pemeriksaan N I XII :


I (Olfactorius) II (Opticus) : Baik, dapat mencium bau kopi dan tembakau (rokok) : Tes konfrontas i: D (-)/S(+) baik ke segala arah Reflek Pupil : Respon Cahaya Langsung D/S (+/+) Respon Cahaya Konsensual D/S (+/+) III (Oculomotorius) : Ptosis (-/-), Gerakan Bola Mata D/S ke segala arah, Pupil 3mm/3mm, Respon Cahaya Langsung D/S (+/+), Respon Cahaya Konsensual D/S (+/+) IV (Troklearis) : Gerakan mata ke lateral bawah D/S baik, strabismus (-), diplopia (-) V (Trigeminus) VI (Abdusens) VII (Fasialis) : Sensibilitas baik, motorik baik, reflek kornea D/S (+/+) : Gerakan bola mata ke lateral D/S (+/+) : asimetris wajah (-), angkat alis (+/+), memperlihatkan gigi(+) VIII (Vestibulocochlearis) : suara petikan jari (+/+), tes garpu tala (sde), tes keseimbangan (sde) IX (Glosofaringeus) & X (Vagus) : pergeseran uvula (-), reflek muntah (+) XI (Asesorius) XII (Hipoglosus) : mengangkat bahu (+), memutar kepala (+) : deviasi lidah (-), tremor lidah (-)

Gejala rangsang meningeal : Tidak ada

15

Gejala TIK meningkat Refleks Fisiologis Refleks patologis V.

: Tidak ada : Normal : Tidak ada

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA Alloanamnesa dan Autoanamnesa Tahun 2002, Os mengkonsumsi narkoba jenis ineks, pernah minum alkohol dan mengkonsumsi shabu. Tahun 2008, Os mengalami masalah rumah tangga yang menyebabkan Os dilarang bergaul ke luar rumah. Tahun 2009, Os pingsang akibat kelelahan berolahraga hingga dibawa ke IGD. Kejadian ini membuat Os takut berolahraga lagi. Os selalu berpikiran apabila dia berolahraga maka dia akan sakit. Os merasa cemas dan was-was keluar rumah dan bepergian sendiri. Os berpikiran akan sakit, kecelakaan atau sesuatu yang buruk akan menimpanya. Os juga mengalami susah memulai tidur, cemas dan was-was bertambah apabila banyak pekerjaan. Jika banyak pikiran, Os merasa mual, pusing, jantung berdebar, berkeringat, kaki dan tangan dingin. Serangan muncul kadang 1 bulan sekali, bisa 1 minggu sekali, tergantung ada stressor. Karena kesulitannya tersebut untuk berinteraksi dengan orang, Os kebanyakan hanya berdiam di rumah. Cemas (+), was-was (+), takut (+)

16

Aktivitas dan sosialisasi terganggu Tahun 2009 Os berobat ke dokter spesialis jiwa dan diberi obat yang dikonsumsi Os hingga sekarang.

Pada masa remaja Os memiliki ciri kepribadian Pasif-Agresif

Autoanamnesa: Ekspresi afektif Tilikan : Cemas : Derajat 3

VI.

EVALUASI MULTIAKSIAL 1. AKSIS I : Gangguan Panik (F41.0) Differensial Diagnosis: Depresi Ringan (F32.0) 2. AKSIS II 3. AKSIS III 4. AKSIS IV 5. AKSIS V : Ciri Kepribadian Pasif-Agresif : None : Masalah primary support group (keluarga) : GAF scale 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik

VII.

DAFTAR MASALAH 1. ORGANOBIOLOGIK Status interna dan neurologis dalam batas normal 2. PSIKOLOGIK Ekspresi afektif cemas, dan tilikan derajat 3. 3. SOSIAL/KELUARGA

17

Tertekan dengan sikap istri yang terlalu posesif sehingga tidak bisa bersosialisasi, dan juga tidak ada dukungan secara psikologis dari keluarga. VIII. PROGNOSIS Diagnosa penyakit Perjalanan penyakit Ciri kepribadian Stressor psikososial Riwayat Herediter Usia saat menderita Pola keluarga Pendidikan Aktivitas pekerjaan Perkawinan Ekonomi Lingkungan sosial Organobiologik Pengobatan psikiatrik Ketaatan berobat Kesimpulan : dubia ad bonam : dubia ad bonam : dubia ad bonam : dubia ad bonam : dubia ad bonam : dubia ad bonam : dubia ad bonam : dubia ad bonam : dubia ad bonam : dubia ad bonam : dubia ad bonam : dubia ad malam : dubia ad bonam : dubia ad bonam : dubia ad bonam : dubia ad bonam

IX.

RENCANA TERAPI Medika mentosa :

18

Alprazolam 2 x 1 mg Psikoterapi : Psikoterapi berupa pemberian support pada pasien serta penjelasan kepada keluarga bahwa pasien juga membutuhkan support dari pihak keluarga. Selain itu diberikan terapi religius dan perilaku yang bertujuan untuk menguatkan daya tahan mental dan membantu pemecahan masalah hidupnya. X. DISKUSI Berdasarkan PPGDJ III untuk mendiagnosis pasien Gangguan Panik (F41.0) : o Gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan adanya gangguan anxietas fobik (F40.-) o Untuk diagnosis pasti, harus ditemukan adanya beberapa kali serangan anxietas berat (severe attacks of autonomic anxiety) dalam masa kirakira satu bulan: (a) Pada keadaan yang sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya; (b) Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga sebelumnya (unpredictable situations); (c) Dengan keadaan yang relatif bebas dari gejala-gejala anxietas pada periode di antara serangan-serangan panik (meskipun demikian, umumnya dapat terjadi juga anxietas antisipatorik, yaitu anxietas

19

yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan akan terjadi). Pada pasien ini, ditemukan gejala-gejala panik berupa kecemasan berolahraga dan bepergian keluar rumah sendiri. Kecemasan timbul karena Os membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan akan terjadi yaitu dia akan sakit apabila berolahraga dan bepergian ke luar rumah sendiri. Gejala ini merupakan sumber penderitaan (distress) dan mengganggu aktivitas sehari-hari, sehingga menurut buku PPDGJ III , dapat didiagnosis sebagai Gangguan Panik (F41.0). Gangguan panik ditandai oleh serangan anxietas atau teror yang berkala (serangan panik). Setipa episode berlangsung sekitar 15-30 menit, meskipun efek sisa dapat berlangsung lebih lama. Selama serangan panik, penderita merasakan sangat ketakutan atau tidak nyaman yag disertai dengan jantung berdebar, nyeri dada, perasaan tercekik, berkeringat, gemetar, mual, pusing, perasaan yang tidak riil, dan takut mati atau takut menjadi gila. Serangan panik dapat terjadi secara spontan ataupun sebagai respon terhadap situasi tertentu. Frekuensi serangan sangat bervariasi, ada yang sering (setiap minggu), tetapi berlangsung berbulan-bulan. Ada juga yang mengalami serangkaian serangan tetapi diikuti periode tenang selama berminggu-minggu. Sindrom panik berkaitan dengan hipersensitivitas dari

serotoninergik receptors di SSP. Mekanisme kerja obat antipanik adalah

20

menghambat reuptake serotonin pada celah sinaptik antar neuron, sehingga pada awalnya terjadi peningkatan serotonin dan sensitivitas reseptor (timbul gejala efek samping anxietas, agitasi, insomnia), sekitar 2 sampai 4 minggu, kemudian seiring dengan peningkatan serotonin terjadi penurunan sensitivitas reseptor (down regulation). Penurunan sensitivitas reseptor tersebut berkaitan dengan penurunan serangan panik (adrenergic overactivity) dan juga gejala dan juga gejala depresi yang menyertai akan berkurang pula. Penurunan hipersensitivitas melalui dua fase tersebut disebut jua efek bifasik. Semua jenis obat anti-panik (Trisiklik, Benzodiazepin, RIMA, SSRI) sama efektifnya menanggulangi sindrom panik pada taraf sedang dan pada stadium awal dari gangguan panik. Bagi yang peka terhadap efek samping golongan Trisiklik atau adanya penyakit organiksebagai penyulit, dapat beralih ke golongan SSRI atau RIMA di mana efek samping relatif lebih ringan. Efek samping obat anti-panik golongan Trisiklik dapat berupa: Efek anti-histaminergik (sedasi, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun, dll). Efek anti-kolinergik (mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur, konstipasi, sinur takikardi, dll). Efek anti-adrenergik alfa (perubahan EKG, hipotensi ortostatik). Efek Neurotoksik (tremor halus,kejang, agitasi, insomnia).

21

Oleh karena itu sebelum penggunaan obat perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium yang teliti, terutama fungsi hati dan ginjalserta pemeriksaan EKG dan EEG, untuk mencegah pengaruh buruk dari efek samping tersebut (khusuunya pada penderita lanjt usia, anak-anak denganriwayat kejang). Obat anti-panik golongan SSRI/RIMA relatif paling aman pada overdosis dibandingkan dengan golongan Trisiklik. Namun obat golongan Benzodiazepin yaitu Alprazolam merupakan obat yang paling kurang toksik dan onset of action yang lebih cepat. Oleh karena alasan yang telah disebutkan di atas, maka pada pasien ini diberikan terapi obat

Alprazolam, yakni obat anti panik golongan Benzodiazepin. Pengaturan dosis pada obat anti-panik dimulai dengan dosis rendah, secara perlahan-lahan dosis dinaikkan dalam beberapa minggu untuk meminimalkan efe sampingdan mencegah terjadinya toleransi obat. Dosis efektif dicapai dalam waktu 2-3 bulan. Apabila dosis tidak dinaikkan secara perlahan-lahan, penderita tidak akan merasakan manfaatnya, atau malahan akan mundur dari perkembangan yang yang sudah mulai membaik pada awal pengobatan dalam beberapa minggu. Batas lamanya pemberian obat bersifat individual, umunya selama 6 bulan hingga 12 bulan, kemudian dihentikan secara bertahap selama 3 bulan bila kondisi penderita sudah memungkinkan (bebas gejala dalam kurun waktu tertentu).

22

Dalam waktu 3 bulan setelah bebas obat, sekitar 75% penderita menujukkan gejala kambuh. Dalam keadaan ini maka pemberian obat dengan dosis semula diulangi untuk selama 2 tahun. Setelah itu dicoba lagi dihentikan berlahan-lahan dalam kurun waktu 3 bulan. Pengobatan gangguan panik biasanya berjangka waktu lama. Hal ini perrlu dijelaskan kepada pasien dan keluarganya, disamping menunjang kepatuhan berobat, juga karena harga obat yang cukup mahaldan jumlah dosis yang digunakan juga cukup tinggi. Pada saat memulai pengobatan atau saat dengan dosis agak tinggi, akan menyebabkan reaction time menurun, sehingga harus dihindarkan mengendarai kendaraan sendiri atau menjalankan mesin yang

membutuhkan perhatian tinggi. Disamping terapi medikamentosa, dianjurkan juga pemberian psikoterapi berupa pemberian support pada pasien dan keluarga agar mempercepat penyembuhan pasien. Prognosis pada penderita ini dubia ad bonam karena dilihat dari diagnosa penyakit, perjalanan penyakit, ciri kepribadian, usia saat menderita, pola keluarga, aktivitas pekerjaan, lingkungan sosial, pengobatan psikiatri, dan ketaatan berobat. DAFTAR PUSTAKA

1. Anonymous. Panic Attack. Diakses tanggal 20 Juni 2012.

http://en.wikipedia.org/wiki/Panic_attack.

23

2. Anwar Z. Gangguan Panik. Scrib The Largest Social Reading and Publishing, 2012. 3. Indriani R. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Badan POM RI: Jakarta, 2008. 4. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Obat Psikotropik Edisi Ketiga. Jakarta: PT Nuh Jaya, 2007. 5. Maramis WF, Maramis AA. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2. Surabaya : Airlangga University Press, 2009. 6. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari PPDGJ-III. Jakarta : PT Nuh Jaya, 2001.

24

Vous aimerez peut-être aussi