Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Oksigen (O2) merupakan salah satu komponen gas dan unsure vital dalam proses
metabolisme, untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara
normal elemen ini iperoleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam setiap kali
bernafas.
Penyampaian O2 ke jaringan tubuh ditentukan oleh interaksi system respirasi,
kardiovaskuler dan keadaan hematologis.
Adanya kekurangan O2 ditandai dengan keadaan hipoksia, yang dalam proses lanjut
dapat menyebabkan kematian jaringan bahkan dapat mengancam kehidupan. Klien
dalam situasi demikian mengharapkan kompetensi perawat dalaam mengenal
keadaan hipoksemia dengan segera untuk mengatasi masalah.
PROSES RESPIRASI
Proses respirasi merupakan proses pertukaran gas yang masuk dan keluar melalui
kerjasama dengan sistem kardiovaskuler dan kondisi hematologis.
VENTILASI ALVEOLAR
Ventilasi alveolar adalah salah satu bagian yang penting karena O2 pada tingkat
alveoli inilah yang mengambil bagian dalam proses difusi. Besarnya ventilasi alveolar
berbanding lurus dengan banyaknya udara yang masuk keluar paru, laju nafas,
udara dalam jalan nafas serta keadaan metabolik.
Banyaknya udara masuk keluar paru dalam setiap kali bernafas disebut sebagai
“Volume Tidal” (VT) yang bervariasi tergantung pada berat badan. Nilai VT normal
pada orang dewasa berkisar 500 – 700 ml dengan menggunakan “Wright’s
Spirometer”. Volume nafas yang berada di jalan nafas dan tidak ikut dalam
pertukaran gas disebut sebagai “Dead Space” (VD)(Ruang Rugi) dengan nilai normal
sekitar 150 - 180 ml yang terbagi atas tiga yaitu : (1) Anatomic Dead Space, (2)
Alveolar Dead Space, (3) Physiologic Dead Space.
Anatomic Dead Space yaitu volume nafas yang berada di dalam mulut, hidung dan
jalan nafas yang tidak terlibat dalam pertukaran gas.
Alveolar Dead Space yaitu volume nafas yang telah berada di alveoli, akan tetapi
tidak terjadi pertukaran gas yang dapat disebabkan karena di alveoli tersebut tidak
ada suplai darah. Dan atau udara yang ada di alveoli jauh lebih besar jumlahnya dari
pada aliran darah pada alveoli tersebut.
Ventilasi alveolar dapat diperoleh dari selisih volume Tidal dan ruang rugi, dengan
laju nafas dalam 1 menit.
VA = (VT – VD) x RR
TERAPI OKSIGEN
INDIKASI PEMBERIAN O2
METODE PEMBERIAN O2
- Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 yang lebih dari 45%, tehnik
memasuk kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat terjadi
distensi lambung, dapat terjadi iritasi selaput lendir nasofaring, aliran
dengan lebih dari 6 L/mnt dapat menyebabkan nyeri sinus dan
mengeringkan mukosa hidung, kateter mudah tersumbat.
- Keuntungan
Konsentrasi O2 yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal,
system humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup
berlobang besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi aerosol.
- Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 kurang dari 40%, dapat
menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah.
d. Sungkup muka dengan kantong rebreathing :
Suatu tehinik pemberian O2 dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 – 80% dengan
aliran 8 – 12 L/mnt
- Keuntungan
Konsentrasi O2 lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak
mengeringkan selaput lendir
- Kerugian
Tidak dapat memberikan O2 konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah
dapat menyebabkan penumpukan CO2, kantong O2 bisa terlipat.
e. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing
Merupakan tehinik pemberian O2 dengan Konsentrasi O2 mencapai 99%
dengan aliran 8 – 12 L/mnt dimana udara inspirasi tidak bercampur dengan
udara ekspirasi
- Keuntungan :
Konsentrasi O2 yang diperoleh dapat mencapi 100%, tidak mengeringkan
selaput lendir.
- Kerugian
Kantong O2 bisa terlipat.
- Kerugian
Kerugian system ini pada umumnya hampir sama dengan sungkup muka
yang lain pada aliran rendah.
Pemberian O2 bukan hanya memberiakan efek terapi tetapi juga dapat menimbulkan
efek merugikan, antara lain :
1. Kebakaran
O2 bukan zat pembakar tetapi O2 dapat memudahkan terjadinya kebakaran, oleh
karena itu klein dengan terapi pemberian O2 harus menghindari : Merokok,
membukan alat listrik dalam area sumber O2, menghindari penggunaan listrik
tanpa “Ground”.
2. Depresi Ventilasi
Pemberian O2 yang tidak dimonitor dengan konsentrasi dan aliran yang tepat
pada klien dengan retensi CO2 dapat menekan ventilasi
3. Keracunan O2
Dapat terjadi bila terapi O2 yang diberikan dengan konsentrasi tinggi dalam
waktu relatif lama. Keadaan ini dapat merusak struktur jaringan paru seperti
atelektasi dan kerusakan surfaktan. Akibatnya proses difusi di paru akan
terganggu
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian ini ditujukan kepada keluhan-keluhan klien serta hasil pemeriksaan baik
yang sifatnya pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang dan pememriksaan
diagnostik yang berkaitan dengan system pernafasan serta system lain yang terlibat.
Pengkajian keperawatan dapat dilakukan dengan metode wawancara yang berkaitan
dengan keluhan klien antara lain batuk dan lendir, sesak nafas, serta keluhan lain
yang berkaitan dengan masalah transportasi O2. metode yang lain adalah metode
observasi dengan melakukan pemeriksaan fisik pernafasan. Data yang didapa dapat
berupa kecepatan, iram dan kedalam pernafasan, usaha nafas, sianosis,k
berkeringat, peningkatan suhu tubuh, abnormalitas sistem pernafasa serta
kardiovaskular. Selanjutnya data-data ini dapat didukung oleh hasil pemeriksaan
penunjang seperti gasa darah asteri seerta pememriksaan diagnostik foto torak.
KESIMPULAN
Terapi O2 merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh tenaga kesehatan termasuk
keperawatan terhadap adanya gangguan pemenuhan oksigen pada klien.
Pengetahuan perawat yang memadai terhadap proses respirasi dan indikasi serta
metode pemberian O2 merupakan bekal bagi perawat agar asuhan yang diberikan
tepat guna dengan resiko seminimal mungkin.
DAFTAR PUSTAKA :
Brunner & Suddarth. Buku Ajar Medikal Bedah, edisi bahasa Indonesia, vol. 8,
Jakarta, 2001
Taylor, Calor. Et al. Fundamentals of Nursing ; The Art and Science of Nursing
Care, Lipincott, Philadelphia, 1997