Vous êtes sur la page 1sur 7

PERBANDINGAN KETERLAMBATAN PENANGANAN HERNIA INGUINALIS LATERALIS PADA USIA DEWASA ANTARA PASIEN MAMPU DAN TAK MAMPU

DI RSUP DR. SARDJITO TAHUN 2005 Didik Afrida, dr.Ishandono Dachlan Sp. BP Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Abstrak Latar belakang masalah. Hernia inguinalis adalah termasuk hernia eksterna yang terjadi di daerah lipat paha dan kejadiannya lebih banyak dibanding hernia yang lain, yaitu sekitar 75%, dan 50% sebagai hernia inguinalis lateralis dan 25% hernia inguinalis medialis. Masyarakat beranggapan tentang hernia adalah suatu penyakit yang tidak serius, karena tidak merasakan sakit dan tidak mengganggu aktifitas sehari-hari. Dikatakan terlambat jika mengalami komplikasi hernia seperti hernia inguinalis lateralis irreponibel, strangulata, dan inkarserata. Hal ini dipengaruhi oleh faktor ekonomi, dimana penduduk indonesia masih banyak yang berada dalam kemiskinan. Tujuan. Untuk mengetahui pengaruh ekonomi sehingga menyebabkan keterlambatan penanganan hernia inguinalis lateralis. Metode penelitian. Subyek penelitian ini yaitu pasien hernia inguinalis lateralis yang mengalami rawat jalan maupun rawat inap di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang diambil dari rekam medik di RSUP DR. Sardjito periode januari desember tahun 2005. Analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis yaitu metode chi-square dan t-test. Hasil penelitian. Didapatkan 50 penderita hernia inguinalis lateralis, pasien mampu yang terlambat 2 orang atau 5.7% tak terlambat 33 orang atau 94.3%, pasien tak mampu yang terlambat 4 orang atau 26.7 tak terlambat 11 orang atau 73.3%. Sehingga ada perbedaan keterlambatan yang bermakna antara pasien mampu dan tak mampu (p=0.037). Perbedaan lama (dari diketahuinya awal gejala timbul hernia hingga dilakukannya tindakan operasi) antara pasien mampu dengan tak mampu, pasien mampu 35 orang lama 22.7435.08 bulan, pasien tak mampu 15 orang lama 40.1445.49 bulan. Sehingga tidak ada perbedaan yang bermakna lama antara pasien mampu dengan tak mampu (p=1.467). Pengaruh lama dengan keterlambatan yaitu terlambat 6 orang lama 61.0367.04 bulan, tidak terlambat 44 orang lama 23.4532.01 bulan. Sehingga ada perbedaan yang bermakna pengaruh lama dengan keterlambatan (p=2.319). Kesimpulan. Pada penderita hernia inguinalis lateralis, faktor ekonomi berperan pada keterlambatan penanganan hernia inguinalis lateralis. Kata Kunci : Keterlambatan penanganan, hernia inguinalis lateralis, pasien mampu dan tak mampu

PENDAHULUAN Hernia merupakan kelainan anatomi berupa protusi/penonojolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian yang lemah dari dinding rongga bersangkutan (Abrahamson, 1997). Hernia inguinalis adalah termasuk hernia eksterna yang terjadi di daerah lipat paha dan kejadiannya lebih banyak dibanding hernia yang lain, yaitu sekitar 75 %, dan 50% sebagai hernia inguinalis lateralis, 25% hernia inguinalis medialis (Eubanks, 1997). Karena lokasinya, penderita maupun keluarga mudah mengenali kelainan ini, baik awal terjadinya maupun perjalanan penyakit. Penanganan hernia inguinalis lateralis yang rasional adalah operatif. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan (Abrahamson, 1997), (Eubanks, 1997), dan (Schwartz, 1994). Apabila hernia inguinalis tidak diperbaiki seawal mungkin, akan memperbesar defek dan operasi lebih sulit (Deveney, 1994). Dalam kehidupan masyarakat, anggapan terhadap hernia adalah merupakan kelainan yang biasa, karena pada awal terjadinya tidak merasa sakit dan tidak mengganggu aktifitas atau pekerjaan sehari-hari, sehingga dalam perjalanan penyakitnya penderita memerlukan waktu yang cukup untuk periksa atau konsultasi ke dokter, setelah konsultasipun masih cukup waktu untuk menunda tindakan yang dianjurkan. Sebagian penderita menerima tindakan operasi apabila sudah terjadi keadaan irreponibel, strangulata dan inkarserata. Adanya keadaan ini penderita atau keluarga baru menyadari risiko dan bahayanya, yang dapat menyebabkan morbiditas meningkat serta biaya perawatan yang lebih tinggi. Permasalahan tersebut di atas, merupakan persepsi kesehatan terhadap salah satu keadaan penyakit. Perilaku tersebut tidak hanya oleh orang yang bersangkutan secara pribadi tetapi juga berlangsung dalam kehidupan sosial. Proses yang dialami dan dirasakan seseorang sehingga merasa sakit bermula ketika orang tersebut menyadari adanya perubahan dalam tubuhnya yang kemudian diperhatikan secara kontinyu baik oleh penderita , keluarga, atau oleh masyarakat sekitarnya. Proses ini berlaku pula dalam mengambil keputusan perawatan maupun pengobatan yang diharapkan (Agoes, 1984). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan keterlambatan penanganan hernia inguinalis pada usia dewasa (>14 tahun) antara pasien mampu dan tak

mampu dan untuk mengetahui pengaruh keterlambatan penanganan hernia inguinalis lateralis pada usia dewasa (>14 tahun) terhadap pasien mampu dan tak mampu. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pengambilan data Rekam medis

Data Januari sampai dengan Desember 2005 Hernia inguinalis lateralis

Pasien mampu

Pasien tidak mampu

Terlambat

Tidak terlambat

Terlambat

Tidak terlambat

Penelitian Analitik Metode Chi square dan t-test

B. Alat dan Bahan - Alat tulis dan buku tulis - Rekam medik

C. Jalannya Penelitian Pada penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data yang diambil dari data yang sudah ada dan peneliti tidak melakukan penelitian secara langsung. Dengan mengambil data rekam medik di RSUP. DR. Sardjito Yogyakarta dalam kurun waktu Januari-Desember 2005. Subyek penelitian ada 2 kelompok pasien mampu dan tak mampu dengan yang terlambat dan tak terlambat (>14 tahun) sudah dikategorikan dewasa usia yang diteliti dalam penelitian ini adalah 15-30 tahun, kemudian dikelompokkan pasien mampu yang terlambat dan tak terlambat, pasien tak mampu yang terlambat dan tak terlambat. Pasien mampu dan tidak mampu dalam penelitian ini dipandang dari cara pasien menggunakan kamar selama dalam perawatan dirumah sakit. Pasien mampu menggunakan fasilitas kamar VIP, kamar kelas I, kamar kelas II, sedangkan pasien tidak mampu menggunakan fasilitas kamar kelas III. Dikatakan terlambat bila diagnosisnya Hernia Inguinalis Lateralis Irreponsible, Hernia inguinalis Lateralis Incarcerata, atau Hernia Inguinalis Lateralis Strangulata sehingga memerlukan operasi emergensi (Cito). Sedangkan tidak terlambat bila diagnosisnya Hernia Inguinalis Lateralis Reponible sehingga tindakan operasinya bersifat elektif. HASIL Tabel 1. Perbedaan keterlambatan antara pasien mampu dan tak mampu Keterlambatan Pasien 2 p Terlambat Tidak terlambat N N % % Mampu 2 5.7 33 94.3 4.365 0.037 Tak mampu 4 26.7 11 73.3 Sumber : Data sekunder di RSUP. DR. Sardjito Yogyakarta

Tabel 2. Perbedaan lama antara pasien mampu dengan tak mampu Pasien N Mean S. Deviasi t-hitung Mampu 35 22.74 bulan 35.08 1.467 Tak mampu 15 40.14 bulan 45.49 Sumber : Data sekunder di RSUP. DR. Sardjito Yogyakarta

Tabel 3. Pengaruh lama dengan keterlambatan Keterlambatan N Mean S. Deviasi Terlambat Tidak terlambat 6 44 61.03 bulan 23.45 bulan 67.04

t-hitung 2.319

32.01

Sumber : Data sekunder di RSUP. DR. Sardjito Yogyakarta PEMBAHASAN Hasil penelitian tabel 1 menunjukkan bahwa perbedaan keterlambatan antara pasien mampu dan tak mampu di RSUP. DR. Sardjito Yogyakarta adalah pasien mampu yang terlambat 2 orang atau 5.7%, dan yang tidak terlambat 33 orang atau 94.3%. Pasien tak mampu yang terlambat 4 orang atau 26.7%, dan yang tidak terlambat 11 orang atau 73.3%. Nilai signifikansi p antara keterlambatan dengan pasien mampu dan tak mampu adalah 0.037, dimana angka tersebut lebih kecil dari signifikansi alfa 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara keterlambatan dengan pasien mampu dan tak mampu di RSUP. DR. Sardjito. Hasil penelitian tabel 2 menunjukkan bahwa perbedaan lama (dari diketahuinya awal gejala timbul hernia hingga dilakukannya tindakan operasi) antara pasien mampu dengan tak mampu di RSUP. DR. Sardjito Yogyakarta adalah pasien mampu 35 orang dengan lama 22.7435.08 bulan sedangkan pasien tak mampu 15 orang dengan lama 40.1445.49 bulan. Nilai signifikansi t-hitung lama (dari diketahuinya awal gejala timbul hernia hingga dilakukannya tindakan operasi) antara pasien mampu dengan tak mampu adalah 1.467, dimana angka tersebut lebih kecil dari t-tabel 2.015. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama dengan pasien mampu dan tak mampu di RSUP. DR. Sardjito Yogyakarta.

Hasil penelitian tabel 3 menunjukkan bahwa pengaruh lama (dari diketahuinya awal gejala timbul hernia hingga dilakukannya tindakan operasi) dengan keterlambatan di RSUP. DR. Sardjito Yogyakarta yang terlambat 6 orang dengan lama 61.0367.04 bulan sedangkan yang tidak terlambat 44 orang dengan lama 23.4532.01 bulan. Nilai signifikansi t-hitung antara lama (dari diketahuinya awal gejala timbul hernia hingga dilakukannya tindakan operasi) dengan keterlambatan adalah 2.319, dimana angka tersebut lebih besar dari t-tabel 2.015. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna pengaruh lama (dari diketahuinya awal gejala timbul hernia hingga dilakukannya tindakan operasi) dengan keterlambatan di RSUP. DR. Sardjito Yogyakarta. Pada penderita hernia inguinalis lateralis, faktor ekonomi berperan pada keterlambatan penanganan hernia inguinalis lateralis. Hal ini sesuai dengan Henrik L Blum, seorang ahli kesehatan masyarakat menyatakan bahwa faktor perilaku mempunyai peranan yang besar terhadap tingkat kesehatan setelah faktor lingkungan. Faktor perilaku merupakan suatu yang komplek yaitu gabungan dari bermacam aspek internal maupun eksternal, berupa aspek psikologis, fisik, kondisi sosial ekonomi dan kultural. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada keterlambatan penanganan hernia inguinalis lateralis antara pasien mampu dan tak mampu di RSUP. DR. Sardjito Yogyakarta, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Ada perbedaan keterlambatan yang bermakna penanganan hernia inguinalis lateralis antara pasien mampu dan tak mampu di RSUP. DR. Sardjito Yogyakarta. 2. Tidak ada perbedaan yang bermakna lama (dari diketahuinya awal gejala timbul hernia hingga dilakukannya tindakan operasi) antara pasien mampu dengan tak mampu di RSUP. DR. Sardjito Yogyakarta. 3. Ada perbedaan yang bermakna pengaruh lama (dari diketahuinya awal gejala timbul hernia hingga dilakukannya tindakan operasi) dengan keterlambatan di RSUP. DR. Sardjito Yogyakarta.

DAFTAR PUSTAKA Abrahamson. J, Hernias. In: Zinner MJ, Schwartz SI, Ellis H, editors. Maingots Abdominal Operation, Vol I, Prentice Hall Int, 1997: 479-580. Agoes. A, Sakit dan Penyakit, Suatu Tinjauan Lintas Budaya, Berkala Bioanthropologi Indonesia, 1984; IV(3): 149-157. Deveney. KE, Hernias & Other Lesion of The Abdominal Wall in: Way LW, Current Surgical Diagnosis & Treatment, 10th ed, Lange Medical Book, 1994: 712724. Eubanks. S, Hernias. In: Sabiston DC. Text Book of Surgery. The Biological Basis of Modern Surgical Practice,15th ed. Saunders Company, 1997: 1215-1233. Schwartz. SI, Principles of Surgery. Companion Handbook, 6 ed, McGraw-Hill Inc, 1994.

Vous aimerez peut-être aussi