Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Uretra merupakan bagian terpenting dari saluran kemih. Pada pria dan wanita, uretra mempunyai fungsi utama untuk mengalirkan urin keluar dari tubuh. Saluran uretra juga penting dalam proses ejakulasi semen dari saluran reproduksi pria. Uretra pria berbentuk pipa yang menyerupai alat penyiram bunga.1 Pada striktur uretra terjadi penyempitan dari lumen uretra akibat terbentuknya jaringan fibrotik pada dinding uretra. Striktur uretra menyebabkan gangguan dalam berkemih, mulai dari aliran berkemih yang mengecil sampai sama sekali tidak dapat mengalirkan urin keluar dari tubuh. Urin yang tidak dapat keluar dari tubuh dapat menyebabkan banyak komplikasi, dengan komplikasi terberat adalah gagal ginjal.2 Striktur uretra masih merupakan masalah yang sering ditemukan pada bagian dunia tertentu. Striktur uretra lebih sering terjadi pada pria dari pada wanita, karena uretra pada wanita lebih pendek dan jarang terkena infeksi. Segala sesuatu yang melukai uretra dapat menyebabkan striktur. Orang dapat terlahir dengan striktur uretra, meskipun hal tersebut jarang terjadi.3
Striktur uretra dan stenosis meatus uretra 2013 BAB II TINJAUAN PUSTAKA STRIKTUR URETRA
A. EPIDEMIOLOGI Salah satu penyebab striktur uretra adalah pemasangan kateter dalam waktu yang cukup lama. Pola penyakit striktur uretra yang ditemukan di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung menyebutkan sebagian besar pasien (82%) masuk dengan retensi urin. Penyebab utama terjadinya striktur adalah manipulasi uretra (44%) dan trauma (33%).5 Salah satu manipulasi uretra adalah pemasangan kateter Folley. 4 Studi yang dilakukan di India menyebutkan penyebab dari striktur uretra meliputi trauma pelvis (54%), post-kateterisasi (21,1%), infeksi (15,2%), dan post-instrument (5,6%). Study ini menunjukkan kesimpulan bahwa etiologi diatas menentukan prognosis dari penatalaksanaan striktur uretra.4 Studi yang dilakukan oleh Lumen,et all juga mendapatkan hasil7 sebanyak 45,5% striktur uretra disebabkan iatrogenik yang didalamnya termasuk reseksi transuretral, kateterisasi uretra, cystoscopy, prostatectomy, brachytherapy, dan pembedahan hypospadia.5 Penelitian ini menjadi penting mengingat prosedur pemasangan kateter uretra merupakan prosedur rutin pada penanganan kasus retensi urin akut seperti benign prostat hiperplasia, adanya bekuan darah, urethritis, kronik obstruksi yang menyebabkan hidronefrosis, dan dekompresi kantung kemih akibat permasalahan saraf.6 Keteterisasi urin merupakan salah satu tindakan yang membantu eliminasi urin maupun ketidakmampuan melakukan urinasi. Prosedur pemasangan kateter uretra merupakan tindakan invasif. Pasien akan dipasangkan sejenis alat yang disebut kateter Dower pada muara uretra. Dalam melakukan prosedur ini diperlukan keprofesionalan. Banyak pasien merasa cemas, takut akan rasa nyeri, dan tidak nyaman pada saat dilakukan kataterisasi uretra. Hasil studi dari Mushhab, 2006 menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara lama waktu terpasang kateter dengan tingkat kecemasan pada pasien yang terpasang kateter uretra. 7 Kejadian striktur uretra telah didokumentasikan sejak 600 tahun sebelum masehi. Menurut pendapat para ahli, pada abad ke-19 sekitar 15-20% pria dewasapernah mengalami striktur. Pada abad ke-21 ini diperkirakan di Inggris 16.000 pria dirawat di rumah sakit karena striktur uretra dan lebih dari 12.000 dari mereka memerlukan operasi dengan biaya 10 juta
2
B. ANATOMI URETRA Uretra adalah saluran yang dimulai dari orifisium uretra interna dibagian buli-buli sampai orifisium uretra eksterna glands penis, dengan panjang yang bervariasi. Uretra pria dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian anterior dan bagian posterior. Uretra posterior dibagi menjadi uretra pars prostatika dan uretra pars membranasea. Uretra anterior dibagi menjadi meatus uretra, pendulare uretra dan bulbus uretra. Dalam keadaan normal lumen uretra lakilaki 24 ch, dan wanita 30 ch. Kalau 1 ch = 0,3 mm maka lumen uretra laki-laki 7,2 mm dan wanita 9 mm.2,3
GAMBAR 1 : ANATOMI 1. Uretra bagian anterior Uretra anterior memiliki panjang 18-25 cm (9-10 inchi). Saluran ini dimulai dari meatus uretra, pendulans uretra dan bulbus uretra. Uretra anterior ini berupa tabung yang lurus, terletak bebas diluar tubuh, sehingga kalau memerlukan operasi atau reparasi relatif mudah. 2,3 2. Uretra bagian posterior Uretra posterior memiliki panjang 3-6 cm (1-2 inchi). Uretra yang dikelilingi kelenjar prostat dinamakan uretra prostatika. Bagian selanjutnya adalah uretra membranasea, yang memiliki panjang terpendek dari semua bagian uretra, sukar untuk dilatasi dan pada bagian ini terdapat otot yang membentuk sfingter. Sfingter ini bersifat volunter sehingga kita dapat menahan kemih dan berhenti pada waku berkemih. Uretra membranacea terdapat dibawah dan dibelakang simpisis pubis, sehingga trauma pada simpisis pubis dapat mencederai uretra membranasea. 2,3
D. ETIOLOGI Striktur uretra dapat terjadi pada: 1. Infeksi Merupakan faktor yang paling sering menimbulkan striktur uretra, seperti infeksi oleh kuman gonokokus yang menyebabkan uretritis gonorrhoika atau non gonorrhoika telah menginfeksi uretra beberapa tahun sebelumnya namun sekarang sudah jarang akibat pemakaian antibiotik, kebanyakan striktur ini terletak di pars membranasea, walaupun juga terdapat pada tempat lain; infeksi chlamidia sekarang merupakan penyebab utama tapi dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan individu yang terinfeksi atau menggunakan kondom.1-3 2. Trauma Fraktur tulang pelvis yang mengenai uretra pars membranasea, trauma tumpul pada selangkangan (straddle injuries) yang mengenai uretra pars bulbosa, dapat terjadi pada anak yang naik sepeda dan kakinya terpeleset dari pedal sepeda sehingga jatuh dengan uretra pada bingkai sepeda pria, trauma langsung pada penis, instrumentasi transuretra yang kurang hati-hati (iatrogenik) seperti pemasangan kateter yang kasar, fiksasi kateter yang salah. 1-3 3. Iatrogenik a. Operasi rekonstruksi dari kelainan kongenital seperti hipospadia, epispadia b. Post operasi Beberapa operasi pada saluran kemih dapat menimbulkan striktur uretra, seperti operasi prostat, operasi dengan alat endoskopi. 1-3 4. Tumor 5. Kelainan Kongenital,misalnya kongenital meatus stenosis, klep uretra posterior1-3
E. PATOFISIOLOGI Struktur uretra terdiri dari lapisan mukosa dan lapisan submukosa. Lapisan mukosa pada uretra merupakan lanjutan dari mukosa buli-buli, ureter dan ginjal. Mukosanya terdiri dari epitel kolumnar, kecuali pada daerah dekat orifisium eksterna epitelnya skuamosa dan berlapis. Submukosanya terdiri dari lapisan erektil vaskular. Apabila terjadi perlukaan pada uretra, maka akan terjadi penyembuhan cara epimorfosis, artinya jaringan yang rusak diganti oleh jaringan lain (jaringan ikat) yang tidak sama dengan semula. Jaringan ikat ini menyebabkan hilangnya elastisitas dan memperkecil lumen uretra, sehingga terjadi striktur uretra. 1-3 Segala proses yang melukai lapisan epitelium uretra atau di bagian korpus spongiosum pada proses penyembuhannnya akan menghasilkan jaringan parut tau scar. Hal ini akan menyebabkan striktur uretra anterior. Sebagian besar striktur uretra disebabkan oleh trauma, biasanya stradle trauma. Trauma ini biasanya tidak dirasakan sampai pasien mengeluh kesulitan BAK yang merupakan tanda dari obstruksi oleh karena striktur atau scar. Trauma iatrogenik juga dapat menyebabkan striktur uretra. Namun dengan berkembangnya endoskopi yang kecil dan pembatasan indikasi sistoskopi pada pria membuat kejadian striktur
GAMBAR 2 : PATOFISIOLOGI
GAMBAR 3. Anatomi striktur uretra anterior meliputi, dalam banyak kasus, yang mendasari spongiofibrosis. A, Sebuah lipat, mukosa. B, Iris penyempitan. C, Fullketebalan keterlibatan dengan fibrosis minimal dalam jaringan spons. D, Fullketebalan spongiofibrosis. E, Peradangan dan fibrosis yang melibatkan jaringan luar korpus spongiosum. F, striktur kompleks rumit dengan fistula
F. GEJALA KLINIS Adanya obstruksi saluran kemih bawah akan memberikan sekumpulan gejala yang populer diistilahkan sebagai LUTS (lower urinary tract symptoms). Patofisiologi LUTS didasarkan atas 2 kelompok gejala, yaitu :
G. DIAGNOSIS Diagnosis striktur uretra dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik. Diagnosis pasti striktur uretra didapat dari pemeriksaan radiologi, tentukan lokasi dan panjang striktur serta derajat penyempitan dari lumen uretra. 1,11
H. PEMERIKSAAN 1. Pemeriksaan Fisik i. Anamnesa: Untuk mencari gejala dan tanda adanya striktur uretra dan juga mencari penyebab striktur uretra. 1,11 ii. Pemeriksaan fisik dan lokal: Untuk mengetahui keadaan penderita dan juga untuk meraba fibrosis di uretra, infiltrat, abses atau fistula.11,12
9
Uroflowmetri Uroflowmetri adalah pemeriksaan untuk menentukan kecepatan pancaran urin. Volume urin yang dikeluarkan pada waktu miksi dibagi dengan lamanya proses miksi. Kecepatan pancaran urin normal pada pria adalah 20 ml/detik dan pada wanita 25 ml/detik. Bila kecepatan pancaran kurang dari harga normal menandakan ada obstruksi. 11,12
iii.
Radiologi Diagnosa pasti dibuat dengan uretrografi, untuk melihat letak penyempitan dan besarnya penyempitan uretra. Teknik pemeriksaan uretrogram adalah pemeriksaan radiografi ureter dengan bahan kontras.uretra. Untuk mengetahui lebih lengkap mengenai panjang striktur adalah dengan membuat foto bipolar sistouretrografi dengan cara memasukkan bahan kontras secara antegrad dari buli-buli dan secara retrograd dari uretra. Dengan pemeriksaan ini panjang striktur dapat diketahui sehingga penting untuk perencanaan terapi atau operasi. 11,12
10
I. DERAJAT PENYEMPITAN URETRA Sesuai dengan derajat penyempitan lumennya, striktur uretra dibagi menjadi tiga tingkatan: 1. Ringan : jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen uretra 2. Sedang: jika terdapat oklusi 1/3 sampai dengan diameter lumen uretra 3. Berat : jika terdapat oklusi lebih besar dari diameter lumen uretra Pada penyempitan derajat berat kadang kala teraba jaringan keras di korpus spongiosum yang dikenal dengan spongiofibrosis. 1-3
11
12
GAMBAR 7 : Dilatasi uretra pada pasien pria (lanjutan). Bougie lurus dan bougie bengkok (F); dilatasi strikur anterior dengan sebuah bougie lurus (G) dilatasi dengan sebuah bougie bengkok (H-J) 2. Uretrotomi interna Tindakan ini dilakukan dengan menggunakan alat endoskopi yang memotong jaringan sikatriks uretra dengan pisau Otis atau dengan pisau Sachse, laser atau elektrokoter.
13
14
15
L. HUBUNGAN PEMASANGAN KATETER URETRA DENGAN STRIKTUR URETRA Kunci penting permasalahan striktur uretra adalah terbentuknya jaringan parut atau scar di dalam lumen uretra. Terbentuknya jaringan parut ini adalah sebuah proses imun tubuh guna memperbaiki kerusakan yang dialami oleh tubuh. Setidaknya terdapat dua hal yang menyebabkan terbentuknya jaringan parut, yakni proses inflamasi dan infeksi. Pada beberapa studi juga menyebutkan sistem saraf berperan pada terjadinya striktur uretra, namun penelitian itu hanya dilakukan pada tikus percobaan.6 Inflamasi pada striktur uretra. Studi pada penggunaan kateter uretra Batch menyebutkan keterkaitan pembentukan striktur selama penggunaan dengan peradangan akut dan kronis yang ditandai setelah implantasi subkutan pada tikus. Tingkat peradangan tidak berkorelasi dengan kekasaran permukaan kateter yang dinilai dari pemindaian mikroskop elektron, tetapi menunjukkan hubungan yang sangat baik dengan efek sitotoksik ekstrak yang larut dari kateter pada makrofag dalam kultur jaringan. Temuan menunjukkan bahwa pembentukan striktur dapat diinduksi oleh zat kimia dan tidak mungkin berhubungan dengan kekasaran permukaan kateter. Walaupun belum jelas bagaimana zat kimia dapat menyebabkan striktur, namun diperkirakan berperan penting adalah proses imunitas berupa inflamasi lokal yang terjadi di lumen uretra.13 Beberapa faktor etiologi dimana kateter dapat menyebabkan striktur uretra telah didiskusikan. Beberapa tahun terakhir banyak perhatian bahan kateter, terutama lateks, dan perannya dalam pembentukan striktur. Kateter uretra terbuat dari berbagai bahan dikombinasikan dengan bahan kimia yang berbeda. Tampaknya seolah-olah zat kimia dapat larut dari bahan kateter sehingga menyebabkan reaksi inflamasi. Menggunakan teknik kultur sel dan model hewan yang diimplantasi dari bahan kateter ke dalam uretra. Studi tersebut menilai sitotoksisitas secara in vitro (IC50) dan reaksi inflamasi in vivo dari bahan kateter yang berbeda. Studi ini menegaskan bahwa terutama bahan lateks tidak memiliki efek sitotoksik dan tidak menyebabkan peradangan yang cukup di mukosa uretra. Dengan melapisi kateter dengan perak, sitotoksisitas bisa dikurangi secara signifikan dibandingkan dengan
16
M. PENCEGAHAN Menghindari terjadinya trauma pada uretra dan pelvis Tindakan transuretra dengan hati-hati, seperti pada pemasangan kateter Menghindari kontak langsung dengan penderita yang terinfeksi penyakit menular seksual seperti gonorrhea, dengan jalan setia pada satu pasangan dan memakai kondom Pengobatan dini striktur uretra dapat menghindari komplikasi seperti infeksi dan gagal ginjal2 Melihat beberapa faktor yang telah dijelaskan diatas, terdapat solusi untuk mencegah terjadinya striktur uretra atau paling tidak menurunkan angka morbiditasnya, terutama akibat pemasangan kateter uretra. Salah satunya yang paling mudah adalah melakukan program pendidikan kepada tenaga medis. Sebuah studi yang mencoba melakukan intervensi kepada kelompok sampel guna mencegah terjadinya striktur uretra. Studi ini dilakukan selama 13 bulan. Pada bualan ke-1 sampai ke-6 injuri yang diakibatkan oleh kateter dicatat dan dianalisis. Pada bulan ke-7, dilakukan program pendidikan bagi tenaga medis mengenai anatomi dasar urologi, teknik pemasangan kateter uretra, dan kateter yang aman. Bulan ke-8 sampai ke-13 dilihat insiden injuri terkait kateter. Data sebelum intervensi dan sesudah kemudian dibandingkan. Didapatkan hasil bahwa sebelum intervensi injuri terjadi dengan insiden 3,2/1000 pasien dengan 1 pasien yang mengalami striktur uretra yang berulang. Setelah dilakukan intervensi didapatkan data bahwa inseden terjadinya injuri berkurang menjadi 0,7/1000 pasien (p=0,006) dan tidak didapatkan striktur uretra. Ini menunjukkan
18
N. PROGNOSIS Striktur uretra kerap kali kambuh, sehingga pasien harus sering menjalani pemeriksaan yang teratur oleh dokter. Penyakit ini dikatakan sembuh jika setelah dilakukan observasi selama satu tahun tidak menunjukkan tanda-tanda kekambuhan.2 Striktura uretra seringkali kambuh, sehingga pasien harus sering menjalani pemeriksaan/kontrol secara teratur minimal sampai 1 tahun setelah operasi dan tidaka menunjukkan tanda-tanda kekambuhan. Setiap kontrol dilakukan pemeriksaan pancaran urine yang langsung dilihat oleh dokter atau menggunakan rekaman uroflowmetri. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan tiap control adalah sebagai berikut.
20
O. STRIKTUR URETRA PADA WANITA Etiologi striktur pada wanita berbeda dengan laki-laki, etiologi striktura uretra pada wanita radang kronis. Biasanya di derita wanita usia diatas 40 tahun dengan sindroma sistitis berulang yaitu disuria, frekuensi dan urgensi. Diagnosis striktur uretra dibuat dengan bougie aboule, tanda khas dari pemeriksaan bougie aboule adalah pada waktu dilepas terdapat flik/hambatan. Pengobatan dari striktura uretra pada wanita dengan dilatasi, kalo gagal dengan otis uretrotomi.2
21
Striktur uretra dan stenosis meatus uretra 2013 BAB III TINJAUAN PUSTAKA STENOSIS MEATUS URETRA
A. PENDAHULUAN Gangguan genital yang sering ditemui di praktek dokter .Stenosis meatus adalah suatu kondisi yang diperoleh relatif umum terjadi di 9% -10% dari laki-laki yang disirkumsisi.. Gangguan ini ditandai oleh pancaran urin yang dibelokkan ke atas, sulit memulai kencing dan, disuria dangan gangguan urgensi dan frekuensi berkembih yang meningkat.1
B. EPIDEMIOLOGI Stenosis meatus berkisar 9% -10% dari laki-laki yang disirkumsisi. Dalam sebuah penelitian prospektif anak laki-laki yang disunat, Van Howe (2006) menemukan stenosis meatus pada 24 dari 239 (7,29%) anak usia 3 tahun, membuat stenosis meatus merupakan komplikasi yang paling umum dari sirkuumsisi. Stenosis meatus tidak membawa risiko kematian. Morbiditas terbatas pada gejala klinis dan komplikasi bedah,termasuk perdarahan, infeksi, dan kambuh. Stenosis meatus tidak memiliki predileksi pada ras dan suku tertentu. Anak-anak yang tidak terlatih toilet lebih cenderung untuk memperoleh stenosis meatus setelah sunat karena paparan dari urin terhadap mukosa meatus dalam popok. Kebanyakan anak-anak yang toilet trained dapat verbalisasi kesulitan mereka selama berkemih kepada pengasuh mereka. Stenosis meatus hanya terjadi pada laki-laki.1,12
C. ETIOLOGI Pada anak yang disirkumsisi, paparan terus-menerus dari urin terhadap meatus dan trauma mekanis ujung distal glans terhadap hasil popok basah (dermatitis amonia) mengakibatkan hilangnya epitel meatus, dan fusi dari tepi ventral nya. Hal ini menghasilkan lubang pinpoint di ujung glans. 1,12
22
Balanitis xerotica obliterans (BXO), yang merupakan kondisi abnormal glans penis yang menyebabkan perubahan warna keputihan dan penampilan kering glans yang akhirnya dapat menyebabkan stenosis meatus. Serangkaian penelitianretrospektif 10 tahun di Rumah Sakit Anak Boston termasuk 41 pasien dengan usia rata-rata 10,6 tahun. Delapan puluh lima persen dari pasien berusia 8-13 tahun. Proses penyakit ditemukan melibatkan preputium, kelenjar, dan, kadang-kadang uretra. Diagnosis rujukan yang paling umum termasuk phimosis (52%), balanitis (13%), dan buried penis (10%). Pada 46% pasien, sunat adalah kuratif. Dua puluh tujuh persen (11 pasien) memiliki keterlibatan meatus yang dirawat oleh meatotomy dan meatoplasty, dan 22% diperlukan prosedur plastik luas penis, termasuk cangkok mukosa bukal. Pada anak-anak dengan BXO, stenosis meatus tampaknya cukup umum. Meskipun BXO sulit untuk diobati, meatotomy menghasilkan hasil yang baik pada pasien dengan BXO.1,12
D. PATOFISIOLOGI Setelah disirkumsisi, meatus atau muara akhir saluran kemih anak yang tidak terlatih ke kamar mandi terus-menerus akan terpapar terhadap urin, yang lama kelamaan mengakibatkan peradangan (dermatitis amonia) dan trauma mekanik akibat meatus menggosok terhadap popok basah. Hal ini menyebabkan hilangnya lapisan epitel halus uretra distal. Kehilangan lapisan epitel ini dapat mengakibatkan perlekatan kembali dari lapisan epitel di sisi ventral oleh jaringan ikat (jaringan fibrotik) akibat dari terputus nya jembatan susunan jaringan epitel tersebut, meninggalkan lubang pinpoint di ujung glans. Karena kondisi ini sangat jarang terjadi pada anak-anak tidak disirkumsisi, sirkumsisi diyakini menjadi faktor penyebab yang paling penting terjadinya stenosis meatus. Penyebab hipotetis lain dari kondisi ini adalah iskemia akibat kerusakan arteri frenular selama srikumsisi sehingga suplai darah yang kurang ke bagian distal glans penis
23
E. GEJALA KLINIS Riwayat pasien mungkin termasuk yang berikut: Gangguan pancaran urin (dibelokkan ke atas), peningkatan kecepatan aliran urin Disuria Perlu untuk berdiri kembali atau duduk saat buang air kecil Nyeri terbakar pada meatus Bercak darah di celana Gangguan pengosongan kandung kemih (urgensi, prolonged dan frekuency incontinence) 1,12
F. PEMERIKSAAN FISIK Stenosis meatus dapat dicurigai berdasarkan pada pemeriksaan inpeksi terdapat meatus yang lebih kecil dari normal, terutama jika, dengan traksi lateral, tepi ventral meatus muncul menyatu.Pengamatan anak saat berkemih sangat membantu dalam
mengkonfirmasikan diagnosis dari gangguan. Jika dokter keinginan untuk mengkalibrasi meatus, Litvak et al melaporkan bahwa meatus pada anak berusia kurang dari 1 tahun akan menerima 5F selang dilumasi. Mereka juga melaporkan bahwa, pada anak usia 1-6 tahun, sebuah tabung pengisi 8F harus lolos tanpa kesulitan. 1,12
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG Stenosis meatus tidak menyebabkan infeksi saluran kemih, hidronefrosis, atau segala bentuk obstruksi saluran kemih bagian bawah. Untuk alasan ini, tidak ada investigasi lebih lanjut diperlukan urologis. Jika diagnosis dipertanyakan, mengamati kekosongan anak,
24
H. PENATALAKSANAAN Meatotomy adalah pengobatan definitif untuk stenosis meatus. Meatotomy adalah prosedur sederhana di mana ventrum dari meatus dihancurkan (untuk hemostasis) selama 60 detik dengan mosquito hemostat lurus dan kemudian disisihkan dengan gunting khusus Brown et al melaporkan hasil yang sangat baik pada 130 meatotomi dengan hanya 2 rekurensi stenosis meatus dan 1 pasien dengan perdarahan yang membutuhkan jahitan. Hal ini juga berkait efektivitas biaya pengobatan ini dan mencatat toleransi pasien yang baik ketika pendekatan informed conscent digunakan untuk meyakinkan anak sebelum dan selama prosedur. Sepanjang prosedur ini, orang tua didorong untuk tetap bersama anak-anak selama operasi, karena kehadiran mereka tampaknya memiliki efek menenangkan. Jika pengasuh dan pasien yang kooperatif, prosedur ini dapat dilakukan di praktek dokter menggunakan anestesi topikal lokal dioleskan secara bebas dan menyeluruh pada seluruh permukaan glans penis yang ditutup menggunakan kassa dan dibiarkan obatnya bekerja selama setidaknya satu jam. Setelah satu jam, kassan tadi dibuang dan penis
disiapkan dan dibungkus menjadi bidang steril. Sepanjanng prosedur ini, yakinkan anak dan katakan padanya apa yang akan dilakukan. Dengan salah satu pisau hemostat langsung diletakkan ke meatus dan menghancurkan ventrum dari meatus (sekitar 3 mm) dengan menutup hemostat tersebut. Ini memberikan hemostasis yang adekuat dalam kebanyakan kasus. Pisahkan daerah yang telah hancur dengan gunting khusus dan dioleskan salep
antibiotik. Setelah operasi, sangat penting bahwa pengasuh memisahkan tepi meatus dan oleskan salep antibiotik dua kali sehari selama 2 minggu dan kemudian sekali sehari selama 2 minggu untuk mencegah satu sisi meatotomy dari menempel ke sisi yang lain. Bisa juga dengan melakukan pelebaran menggunakan kateter atau ujung tabung salep mata selama 4-8 minggu. Disuria ringan mungkin hadir selama 1-2 hari setelah meatotomy. Jika hasil disuria pada retensi urin, menempatkan anak dalam bak air hangat dapat merangsang berkemih. 1,12
25
J. KOMPLIKASI Komplikasi termasuk perdarahan selama atau setelah meatotomy, infeksi, dan rekurensi. Semua komplikasi ini cukup jarang dan dapat ditangani denganmanajemen yang tepat. Disuria ringan dapat bertahan selama 1-2 hari. Menempatkan anak dalam bak air hangat dapat membantu. 1,12
K. PROGNOSIS Prognosis sangat baik. Meatotomy menyembuhkan gejala kebanyakan pasien. 1,12
26
Striktur uretra adalah penyempitan lumen uretra akibat jaringan parut. Striktur uretra merujuk pada penyakit uretra anterior, atau proses yang melibatkan jaringan parut pada jaringan korpus spongiosum (spongiofibrosis). Striktur diawali dengan trauma pada lumen uretra yang diikuti proses penyembuhan dan kontaksi bekas luka tersebut mengurangi ukuran lumen uretra. Gangguan genital yang sering ditemui di praktek dokter .Stenosis meatus adalah suatu kondisi yang diperoleh relatif umum terjadi di 9% -10% dari laki-laki yang disirkumsisi.. Gangguan ini ditandai oleh pancaran urin yang dibelokkan ke atas, sulit memulai kencing dan, disuria dangan gangguan urgensi dan frekuensi berkembih yang meningkat. Kateterisasi uretra merupakan tindakan invasif yang wajib dikuasai dokter umum maupun tenaga medis yang lain. Pemasangan kateter haruslah dilakukan dengan langkahlangkah yang benar. Pemasangan kateter uretra adalah tindakan pertama kali yang dilakukan pada pasien dengan retensi urin akut. Sebagai tindakan invasif, pemasangan kateter ini tentu memiliki resiko. Salah satunya adalah terjadinya striktur uretra. Faktor-faktor yang menghubungkan pemasangan kateter uretra dengan striktur uretra adalah proses inflamasi dan infeksi. Patogenesis terperinci mengenai infeksi menyebabkan striktur uretra belum jelas. Namun kebaradaan infeksi pada lumen uretra tentu akan berlanjut pada proses penyembuhan, yaitu inflamasi. Jaringan fibrosa yang dihasilkan pada proses inflamasi bertanggung jawab terhadap terjadinya striktur uretra. Striktur uretra yang disebabkan tindakan iatrogenik dapat dicegah, khususnya pada pemasangan kateter. Guideline yang ada telah memberikan arahan bagaimana mencegah striktur uretra dengan pendekatan dua faktor diatas. Pencegahan dapat berupa dari yang paling mudah adalah mengingatkan tenaga medis tentang pemasangan kateter sampai penggunaan kateter yang terbuat dari bahan tertentu. Institusi dapat membuat peraturan dimana akan mengingatkan tenaga medis bahwa kateter masih terpasang dan bila tidak diperlukan dapat dilepas. Selain itu tenaga medis diingatkan untuk mengganti kateter yang
27
28