Vous êtes sur la page 1sur 27

LAPORAN KASUS A.

Identitas Nama Tempat dan Tanggal Lahir Usia Jenis Kelamin Pekerjaan Alamat Masuk RS tanggal Keluar RS tanggal Diagnosis saat Masuk No Rekam Medis : Ny. W : Padang 30 Desember 1954 : 52 thn : Perempuan : : Cakung : 10 Juni 2010 : : Hipoglikemi ec DM tipe 2 : 53.84.70

B. Anamnesis Keluhan Utama : Badan lemas sejak 6 jam SMRS. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengeluh badan terasa lemas sejak 6 jam SMRS. Badan terasa dingin (+), mual (+) tidak disertai muntah, nyeri uluhati (+) dan nafsu makan menurun sejak 1 bulan yang lalu. 1 bulan yang lalu pasien mengatakan datang berobat ke poliklinik penyakit dalam untuk mengkontrol sakit kencing manisnya dan mendapatkan 5 macam jenis obat gula (pasien tidak ingat nama obat). Demam, nyeri kepala, batuk dan sesak disangkal. Pandangan kabur, nyeri pada kaki tangan dan kebas di sangkal.

BAK dan BAB tidak ada keluhan. Pasien ini adalah penderita DM sejak tahun 2007 yang di kontrol di RSIPK. Riwayat Penyakit Dahulu : Belum pernah mengalami keluhan sama seperti diatas Hipertensi, Paru, Jantung, Ginjal, dan asma disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga : DM (+) Ibu . Hipertensi, Jantung, Paru, Ginjal, dan Asma di sangkal

Riwayat Psikososial : Pola makan tidak teratur.

Riwayat Alergi : Obat-obatan disangkal Makanan disangkal

C. Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum : sakit sedang Kesadaran : compos mentis Tanda-tanda Vital : TD : 90/60 mmHg Suhu : 35,2oC

Nadi : 124 X/menit tidak kuat angkat dan reguler RR : 28 X/menit

Tinggi Badan : 142 cm Berat Badan : 50 kg Status Gizi : BMI = 24,8 (over weight) Kepala : normocephal Mata : Konjungtifa : tidak anemis OD/OS Sklera : tidak ikterik OD/OS Reflek cahaya (+) Pupil: isokor

Telinga : Normotia Cerrumen -/NT tragus -/-

Hidung : Tidak ada deviasi septum nasi NT sinus (-) Sekret (-)

Mulut : Leher : Kulit : Ikterik (-), ptekie (-), kulit kering (-), lembab dan dingin (+) Lesi primer pada kulit (makula,papula,vesikula dll) : (-) Lesi skunder (krusta,ulkus,ekskoriasi dll) : (-) Simetris Tidak ada pembesaran KGB Tidak ada pembesaran Tyroid Scar (-) Bibir : kering, tidak cyanosis Lidah : tidak kotor, tidak tremor Nyeri menelan (-) Faring : tidak hiperemis Tonsil : T1-T1

Thoraks Paru : Inspeksi : simetris, frekuensi pernapasan normal, sifat pernapasan kombinasi, retraksi otot-otot dinding dada (-), spider nevy (-)

Palpasi : Nyeri tekan (-), vokal fremitus normal simetris dekstra sinistra, massa (-)

Perkusi : sonor di kedua lapangan paru Auskultasi : vesikular (+/+) normal, Rh (+/+), Wh (-/-)

Jantung : Inspeksi : pulsasi iktus kordis tidak terlihat Palpasi : pulsasi iktus kordis tidak teraba Perkusi : redup, batas jantung kanan parasternalis ICS 4 dan batas jantung kiri midklavikula sinistra ICS 5 kesan normal Auskultasi : BJ I dan II normal, Murmur (-), Gallops (-).

Abdomen : Inspeksi : cembung, stria (+), scar (-), caput medusa (-), massa (-) Auskultasi : peristaltik normal Palpasi : supel, NT epigastrium (+), massa (+) Perkusi : thympani dan pekak di hipochondrium dekstra.

Alat kelamin : tidak diperiksa Anus : tidak diperiksa Punggung : tidak diperiksa Ekstremitas : Lengan : 5/5, ikterik (-), ptekie (-), scar (-) Tangan : 5/5, ikterik (-), clubing finger (-), eritema palmar (-).

Tungkai dan kaki : 5/5, ikteri (-), udem (-), akral dingin. Refleks urat : tidak diperiksa Sensibilitas : (+)

D. Pemeriksaan Penunjang Hasil lab pada tanggal 10 Juni 2010 Hb : 12 g/dl Leukosit : 8.100 Ht : 31 % Trombosit : 312.000 Na : 138 Meq/l K : 2,9 Meq/l Cl : 91 Meq/l Cholesterol total : 178 HDL : 48 LDL : 118 Trigliserid : 170 Ureum : 14 Mg/dl Creatinin : 0.9 Mg/dl As. Urat : 5,7 Mg/dl

Protein total : 5.9 Albumin : 3,5 SGOT : 26 u/l SGPT :15 u/l GDS : 88 mg/dl

E. Resume Perempuan umur 52 tahun mengeluh badan terasa lemas sejak 6 jam SMRS. Badan terasa dingin (+), mual (+), tidak disertai muntah, nyeri uluhati (+) dan nafsu makan menurun sejak 1 bulan yang lalu. 1 bulan yang lalu pasien mengatakan datang berobat ke poliklinik penyakit dalam untuk mengkontrol sakit kencing manisnya dan mendapatkan 5 macam jenis obat gula (pasien tidak ingat nama obat). Demam, nyeri kepala, batuk dan sesak disangkal. Pandangan kabur, nyeri pada kaki tangan dan kebas di sangkal. BAK dan BAB tidak ada keluhan. Pemeriksaan fisik : TD 90/60, nadi: 124 tidak kuat angkat reguler, suhu: 35,2oC , pernapasan 28 x/menit reguler. Pemeriksaan penunjang yang didapatkan: trigliserid: 170, GDS; 88mg/dl

F. Diagnosis Banding 2. gastritis G. Diagnosis Kerja 1. Hipoglikemi ec DM tipe 2 2. Dyspepsia

H. Penatalaksanaan Dokter UGD Infus asering 500 cc Rantin inj 25 mg

Dokter SpPD Infus RL 6 jam/kolf Tripazym (3x1) Rantin inj 25 mg (2 amp) Plantasid (3x1) ISDN 5 mg Curva Harian Ekstra teh manis

I. Planing Konsul dokter SpPD Gluko Hb

J. Follow Up Tanggal 10 juni 2010 (15.00) S : lemas perut sakit

O:

- konjungtiva anemis OD/OS - Td: 140/80 mmHg - S: 36oC - N: 86x/mnt regular, kuat angkat. - RR: 24x/mnt

A: P:

- hipoglikemi ec DM tipe 2 - cek HbA1c CH jam 16.00 Tripanzym (3x1), vometa (3x1), rantin inj, plantasid (3x1) Ekstra teh manis 1 gelas

Tanggl 11 juni 2010 (09.00) S: lemas O: - Td: 120/70mmHg - S: 37,2oC - N: 86x/mnt regular, kuat angkat - RR: 20x/mnt GDS jam 06.00 : 87 GDS jam 11.00 : 115 GDS jam 16.00 : tunggu hasil

A: DM tipe 2 P: - Tripanzym (3x1), vometa (3x1), rantin inj, plantasid (3x1) - ISDN 5 mg Tanggal 12 juni 2010 (14.00) S: tak ada keluhan O: - Td: 110/70 mmHg S: 36,7oC N: 88 RR: 19

A: DM tipe 2 P: - Tripanzym (3x1), vometa (3x1), rantin inj, plantasid (3x1) ISDN 5 mg

TINJAUAN PUSTAKA DIABETES MELITUS Epidemiologi Penderita penyakit diabetes mellitus mempunyai tendensi yang meningkat dari tahun ke tahun. Dari laporan Indonesia Health Profile 2003, yaitu berdasarkan survey tahun 2001 golongan penyakit endokrin dan metabolic dimana diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit diantaranya menduduki peringkat 10 dari daftar kelompok 10 penyakit terbanyak penyebab kematian pada tahun 2001. Hal ini dibandingkan dengan survey yang sama pada tahun 1992 dan 1995 dimana penyakit ini belum termasuk dalam daftar. Berikut adalah tabel kondisi penyakit yang ada di Indonesia disadur dari Indonesia Health Profile 2003, sbb :
Tabel 1. Gambaran Kasus Utama Penyebab Kematian di Indonesia Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga 1992, 1995 dan Survey Kesehatan Nasional 2001
Survey 1992 Penyakit % Survey 1995 Penyakit % Survey 2001 Penyakit %

1. Penyakit Kardiovaskuler 2. Tuberculosis 3. Tidak diketahui 4. Infeksi Pernafasan 5. Diare 6. Penyakit infeksi lain 7. Bronchitis, asma/emfisema 8. Trauma, keracunan, injuri 9. Penyakit Gastrointestinal 10. Neoplasma

10 11 9,8 9,5 8,0 7,8 5,6 5,3 5,1 4

1. Penyakit kardiovaskuler 2. Infeksi Pernafasan 3. Tuberculosis 4. Infeksi parasit lain 5. Diare 6. Penyakit Gastrointestinal 7. Problem kesehatan perinatal 8. Kasus kasus lain 9. Neoplasma 10. Penyakit Sistem syaraf

18,9 15,7 9,6 7,9 7,4 6,6 5,2 5,2 5,0 2,5

1. Penyakit kardiovaskuler 2. Infeksi Pernafasan 3. Tuberculosis 4. Penyakit Gastrointestinal 5. Neoplasma 6. Kecelakaan 7. Problem kesehatan perinatal 8. Typhus 9. Diare 10. Endokrin & metabolic

26,4 12,7 9,4 7,0 6,0 5,6 4,9 4,3 3,8 2,7

Sumber : Indonesian Health Profile 2003

Penyakit diabetes mellitus ternyata pada tahun 2003 sudah masuk dalam daftar 10 penyakit terbanyak yang menyebabkan kematian di rumah sakit. Berikut adalah daftar 10 penyakit tersebut : Tabel 2. 10 Penyakit Utama Penyebab Kematian Di Rumah Sakit 2003 No. Penyakit 1. Stroke non hemoragik/infark 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Cedera intracranial Perdarahan intracranial Tuberculosis paru Gagal Ginjal Diabetes mellitus Pneumonia Penyakit cardiovaskular lain Kehamilan dan Gangguan melahirkan % 6,9 6,1 3,8 3,6 3,3 3,2 3,2 2,8 2,8 2,5

10 Septisemic Sumber : Indonesian Health Profile 2003

Tabel 3. 10 Penyakit Rawat Jalan di Rumah Sakit 2003 No. Penyakit 1. Infeksi Saluran Pernafasan Akut lainnya 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Tuberculosis paru Diabetes Mellitus Penyakit Kulit dan jaringan lunak Diare, gastroenteritis karena infeksi lain Injuri spesifik, unspesifik dan multiple Hipertensi essensial Gastritis duodenitis Penyakit jaringan pulp dan pheripical % 8,5 3,7 3,4 2,9 2,7 2,4 2,3 1,7 1,6 1,5

10 Dyspepsia Sumber : Indonesian Health Profile 2003 Tabel 4. 10 Penyakit Rawat Inap di Rumah Sakit 2003

No. Penyakit 1. Diare, gastroenteritis karena infeksi lain 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. DHF Komplikasi melahirkan dan kelahiran Demam typhoid dan paratyphoid Cedera intracranial Tuberculosis Paru Demam dengan sebab tidak diketahui Diabetes Mellitus Cedera yang spesifik, unspesifik dan multiple

% 8,0 3,7 2,9 2,7 2,0 1,9 1,9 1,9 1,8 1,6

10 Pneumonia Sumber : Indonesian Health Profile 2003

Secara global kasus diabetes mellitus terus mengalami kenaikan . Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor : 1. Faktor demografi : a. Jumlah penduduk meningkat b. Penduduk berumur diatas 40 tahun meningkat c. Urbanisasi. 2. Gaya hidup yang ke barat baratan.: a. Pendapatan per kapita tinggi b. Restoran cepat saji c. Hidup santai 3. Berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizi

Definisi Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebakan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. Patofisiologi Diabetes Melitus Pada diabetes melitus tipe 2, jumlah insulin normal, malah mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel kurang. Keadaan ini menyebabkan kadar glukosa dalam darah normal atau tinggi, tapi karena reseptor di sel kurang membuat kadar gula dalam sel kurang, hal ini disebut resistensi insulin. Penyebab hal ini tidak begitu jelas tetapi faktor faktor yang berperan adalah 1. Obesitas terutama yang bersifat sentral (bentuk apel) 2. Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat 3. Kurang gerak badan 4. Faktor keturunan (herediter)

Gambar 1. Etiologi Diabetes

Gambar 2. Perjalanan Diabetes Melitus

Diagnosa Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah dan tidak dapat ditegakkan hanya atas dasar adanya glukosuria saja. Untuk diagnosa DM, pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Ada 2 uji yang digunakan yaitu uji diagnostik DM dan pemeriksaan penyaring. Uji diagnostik DM dilakukan pada mereka yang menunjukkan gejala/tanda DM, sedangkan pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mengidentifikasi mereka yang tidak bergejala, yang mempunyai resiko DM. Pemeriksaan penyaring dikerjakan pada kelompok dengan salah satu resiko DM.

Pemeriksaan penyaring dilakukan pada kelompok dengan salah satu resiko DM sbb : 1. Usia 45 tahun 2. Usia lebih muda, dengan IMT . 23 kg/m2, yang disertai dengan faktor resiko : a. Kebiasaan tidak aktif b. Turunan pertama dari orang tua dengan DM c. Riwayat melahirkan dengan bayi >4000 gram atau DM gestasional d. Hipertensi ( 140/90 mmHg) e. Kolesterol HDL 35 mg/dL dan atau trigliserida 250 mg/dL f. Menderita polycytic ovarial syndrome (PCOS) atau keadaan klinis lain yang terkait dengan resistensi insulin g. Ada riwayat TGT atau GDPT sebelumnya h. Memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler. Tabel 5. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM Bukan DM Kadar glukosa darah sewaktu Plasma vena Darah kapiler Kadar glukosa darah puasa Plasma vena Darah kapiler <100 <90 100-125 90-99 126 90 <100 <90 Belum pasti DM 100-199 90-199 DM 200 200

Diagnosa klinis DM umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan khas seperti : 1. Poliuri 2. Polidipsi

3. Polifagia 4. Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya Keluhan lain yang mungkin akan dikemukakan adalah : 1. Lemah 2. Kesemutan 3. Gatal 4. Mata kabur 5. Disfungsi ereksi pada pria 6. Pruritus vulvae pada pasien wanita

Jenis tes lain yang digunakan untuk menegakkan diabetes adalah dengan melakukan tes toleransi glukosa oral (TTGO). Berikut adalah cara pelaksanaan tes TTGO yang dikeluarkan WHO tahun 1994 : 1. 3 hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari hari (dengan karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa. 2. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum air putih tanpa gula diperbolehkan. 3. Diperiksa kadar glukosa darah puasa 4. Diberikan glukosa 75 gram (dewasa) atau 1,75 gram/kgBB (anak-anak) dilarutkan dalam air 250 ml dan diminum dalam waktu 5 menit. 5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah minum larutan glukosa selesai. 6. Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa. 7. Selama proses pemeriksaan, subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok. Adapun kriteria diagnosa DM : 1. Gejala klasik DM + glukosa darah sewaktu 200 mg/dL (11,1 mmol/L)

2. Gejala klasik DM + kadar glukosa darah puasa 126 mg/dL (7,0 mmol/L) 3. Kadar glukosa darah 2 jam pada TTGO 200 mg/dL (11,1 mmol/L) Penatalaksanaan Diabetes Melitus Mengelola diabetes melitus untuk mencapai tujuan jangka pendeknya adalah menghilangkan keluhan/gejala DM dan mempertahankan rasa nyaman dan sehat. Tujuan jangka panjangnya adalah mencegah penyulit, baik makroangiopati maupun neuropati, dengan tujuan akhir menurunkan morbiditas dan mortalitas DM. Adapun pilar utama pengelolaan diabetes melitus adalah : 1. Perencanaan makan, jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut dan kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan berat badan idaman. 2. Latihan jasmani, dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 30 menit yang sifatnya berkesinambungan, ritmik, interval, progresif, latihan ketahanan (CRIPE). Sedapat mungkin mencapai zona sasaran 75-85% denyut nadi maksimal (220-umur), disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit penyerta. 3. Farmakologis, berupa : Obat hipoglokemik oral a. Pemicu sekresi insulin : sulfonilurea, glinid b. Penambah sensitivitas terhadap insulin : biguanid, tiazolidindion, penghambat glukosidase alfa. c. Insulin 4. Penyuluhan, merupakan pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan ketrampilan bagi pasien diabetes yang bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat optimal dan penyesuaian keadaan psikologik serta kualitas hidup yang lebih baik. Kriteria Pengendalian DM

GD puasa (mg/dL) GD 2 Jam pp (mg/dL) A1C Kolesterol total LDL HDL Trigliserida IMT (Kg/M2)

Baik 80-109 80-144 < 6,5 < 200 < 100 >45 < 150 18,5 22,9

Sedang 110 125 145 179 6,5 8 200-239 100-129 150-199 23 - 26 130-140

Buruk 126 180 >8 240 130 200 > 25 >140/90

Tekanan darah (mmHg) < 130-80

Komplikasi Diabetes Jika tidak ditangani dan dikelola dengan baik, diabetes melitus akan menyebabkan terjadinya berbagai komplikasi kronik, baik mikroangiopati maupun makroangiopati. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah : 1. Retinopati 2. Nefropati 3. Penyakit jantung koroner 4. Gagal jantung 5. Penyakit pembuluh darah perifer Komplikasi antara lain Akut : 1. Ketoasidosis diabetic 2. Hiperosmolar non ketotik 3. Hipoglikemia Kronik : 1. Makroangiopati : a. Pembuluh darah koroner b. Vaskuler perifer

c. Vaskular otak 2. Mikroangiopati a. Retina diabetik b. Nefropati diabetik 3. Neuropati a. Rentan infeksi b. Kaki diabetic 4. Disfungsi ereksi Beberapa cara pencegahan penyakit DM, yaitu: 1. Pencegahan primer Pencegahan ini merupakan suatu upaya yang ditujukan pada kelompok risiko tinggi. Mereka yang belum menderita DM, tetapi berpotensi untuk menderita penyakit ini, yaitu mereka yang tergolong kelompok usia dewasa (di atas 45 tahun), kegemukan, tekanan darah tinggi (lebih dari 140/90 mmHg), riwayat keluarga DM, dll. Upaya yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah upaya untuk menghilangkan faktor-faktor tersebut. 2. Pencegahan sekunder Pencegahan ini berupa upaya mencegah atau menghambat timbulnya penyulit dengan tindakan deteksi dini dan dilakukan sejak awal penyakit. Tindakan ini bearti mengelola DM dengan baik agar tidak timbul penyulit lanjut. Penyuluhan mengenai DM dan pengelolaannya memegang peran yang penting untuk meningkatkan kepatuhan berobat. 3. Pencegahan tersier Kalau penyulit menahun DM ternyata terjadi juga maka pengelola harus berusaha mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut dan merehabilitasi pasien sedini mungkin sebelum kecacatan tersebut menetap. Contohnya aspirin dosis rendah (80--325 mg) dapat dianjurkan diberikan secara rutin

bagi pasien DM yang sudah mempunyai penyulit makroangiopati. Pelayanan kesehatan yang holistik dan terintegrasi antar disiplin ilmu terkait sangat diperlukan. HIPOGLIKEMI I. Definisi Hipoglikemi secara harfiah berarti kadar glukosa darah di bawah harga normal yaitu < 80 mg/dl II. Etiologi 1. Kadar insulin yang berlebihan atau dosis OHO yang terlalu tinggi, 2. Peningkatan sensitivitas insulin, 3. Asupan karbohidrat kurang, Makan tertunda atau lupa, porsi makan berkurang Diit sliming Muntah menyusui 4. Yang disebabkan oleh hal lainnya (alkohol, sulfonamid dan pentamidin).

III.

Keluhan dan Gejala Hipoglikemia

Otonomik Berkeringat Jantung berdebar Tremor Lapar

Neuroglikopenik Bingun Mengantuk Sulit berbicara Inkoordinasi Perilaku yang berbeda Gangguan visual Parestesi

Malaise Mual Sakit kepala

IV. a.

Diagnosa Anamnesis Apakah pasien memiliki riwayat DM? Sudah berapa menderita DM? Obat jenis apa yang digunakan? Apakah pasien menggunakan preparat insulin/OHO? Berapa dosis terakhir dan waktu pemakaian terakhir? Kapan perubahan dosis? Waktu makan terkhir kapan? Dan berapa jumlah asupan yang dimakan? Apakah ada obat lain yang dikonsumsi selama pemakaian terapi DM? Pemeriksaan fisik Muka tampak pucat dan kulit dingin dan lembab Diaphoresis TD turun

b.

c.

Penurunan kesadaran Pemeriksaan Penunjang GDS

Triad Whipple Keluhan yang menunjukan adanya kadar glukosa darah plasma yang rendah. Kadar glukosa darah yang rendah. Hilangnya secara cepat keluhan-keluhan sesudah kelainan biokimiawi dikoreksi. V. Terapi Hipoglikemi Pada Diabetes a. Glukosa Oral. Sesudah diagnosa hipoglikemi ditegakkan dengan glukosa darah kapiler, 10-20 g glukosa oral harus diberikan. Idialnya dalam bentuk tablet, jelly, atau 150-200 ml minuman yang mengandung glukosa seperti jus buah segar, teh manis, dan nondiet cola. Sebaiknya coklat manis tidah diberikan karena lemak dalam coklat dapat menghambat absorpsi glukosa. Bila belum ada jadwal makan 1-2 jam perlu diberikan tambahan 10-20 g karbohidrat kompleks. Bila pasien mengalami kesulitan menelan dan keadaan tidak terlalu gawat, pemberian madu atau gel glukosa lewat mukosa rongga mulut mungkin dapat di coba. b. Glukagon Intramuskular Glukagon 1 mg IM dapat diberikan oleh tenaga nonprofesional yang terlatih dann hasilnya akan tampak 10 menit. Kecepatan kerja

glukagon tersebut sama dengan pemberian glukosa intravena. Bila pasien sudah sadar pemberian glukagon harus diikuti dengan pemberian glukosa oral 20 g dan dilanjutkan dengan pemberian 40 g karbohidrat dalam bentuk tepung untuk mempertahankan pemulihan. Pada keadaan puasa yang panjang atau hipoglikemia yang diinduksi alkohol, pemberian glukagon mungkin tidak efektif. Efetifitas glukagon tergantung dari stimulasi glikogenolisis yang terjadi. c. Glukosa Intravena Glukosa IV harus diberikan dengan berhati-hati. Pemberian glukosa dengan konsentrasi 50% terlalu toksik untuk jaringan dan 75-100 ml glukosa 20% atau 150-200 ml glukosa 10% dianggap lebih aman. Ektravasasi glukosa 50% dapat menimbulkan nekrosis yang memerlukan amputasi.

Daftar Pustaka

Davey, Patrick. 2002. Medicine At a Glance. Philladelphia : Blackwell Science Ltd. Depkes. 2003. Indonesian Health Profile 2003. Jakarta : Departemen Kesehatan. Mansjoer Arif, dkk (Ed.). 1999. Kapita Selekta Kedokteran ed. 3. Jakarta : Media Aesculapius. Neal, M.J. 2005. Medical Pharmacology at a Glance, fifth edition. Philladelphia : Blackwell Science Ltd. Price, Sylvia Anderson dan Lorraine McCarthy Wilson. Dr. Peter Anugerah (Alih bahasa). 1994. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC. Sherwood, Lauralee. 2004. Human Physiology, From Cells to Systems, fifth edition. Belmont : Brooks/Cole-Thomson Learning. Soegondo, Sidartawan dkk (Ed.). 2007. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Sudoyo, Aru W dkk (Ed.). 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Prevention of Diabetes Mellitus. Report of a WHO Study Grout 884 WHO, Genewa 1994.

Konsesus Pengelolaan Diabetes Melitus di Indonesia 1998, Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.

Vous aimerez peut-être aussi