Vous êtes sur la page 1sur 18

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

A. Defenisi Anemia Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 2002). Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935). Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 : 256).

B. Etiologi Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya. Penyebab umum dari anemia:
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

Perdarahan hebat Akut (mendadak) Kecelakaan Pembedahan Persalinan Pecah pembuluh darah Penyakit Kronik (menahun) Perdarahan hidung Wasir (hemoroid) Ulkus peptikum Kanker atau polip di saluran

14.

Berkurangnya pembentukan sel darah merah

15. 16. 17. 18. 19. 20.

Kekurangan zat besi Kekurangan vitamin B12 Kekurangan asam folat Kekurangan vitamin C Penyakit kronik Meningkatnya penghancuran sel darah merah

21. 22.

Pembesaran limpa Kerusakan mekanik pada sel

pencernaan
12. 13.

darah merah
23.

Tumor ginjal atau kandung kemih Perdarahan sangat banyak menstruasi yang

Reaksi autoimun terhadap sel darah merah

24.

Hemoglobinuria paroksismal

nokturnal

C. Patofisiologi Anemia Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah. Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera. Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki.

PATHWAY ANEMIA
Malnutrisi Terluka/perdarah an

Penyakit/ulkus peptikum(peny akit kronik


Perdarahan sedikit demi sedikit dan terus menerus

Hemofilia /kelainan herediter

Kebiasaan makan tak seimbang

Penurunan

absorbsi

- Kekurangan zat besi - Kekurangan B12


Tidak ada mekanisme pembekuan darah bila ada luka

Hb menurun

Anemia

- Penurunan produksi eritrosit - Pembuatan sel darah merah tidak sempurna - Sel darah merah tidak matang

Kekurangan jumlah Hb

Lemah, malaise umum

Kulit pucat, membrane mukosa kering

Mual, muntah, BB menurun

Nyeri abdomen, peristaltic meningkat

Resti infeksi

Gangguan aktivitas

Gangguan perfusi jaringan

Perubahan nutrisi

Diare

D. Manifestasi klinis Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh antara lain: penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat

pada bagian kelopak mata bawah). Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung.

E. Komplikasi Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak.

F. Pemeriksaan Penunjang 1. Jumlah darah lengkap (JDL): hemoglobin dan hemalokrit menurun. 2. Jumlah eritrosit: menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik). 3. Jumlah retikulosit: bervariasi, misal: menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).

4. Pewarna sel darah merah: mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus anemia). 5. LED: Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal: peningkatan kerusakan sel darah merah: atau penyakit malignasi. 6. Masa hidup sel darah merah: berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal: pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek. 7. Tes kerapuhan eritrosit: menurun (DB). 8. SDP: jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik). 9. Jumlah trombosit: menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik). 10. Hemoglobin elektroforesis: mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.

Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik). 11. Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsi. 12. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi: sel mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik). Pemeriksaan andoskopik dan radiografik: memeriksa sisi perdarahan:

perdarahan GI (Doenges, 2002).

G. Penatalaksanaan Medis Tindakan umum : Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang. 1. Transpalasi sel darah merah. 2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi. 3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.

4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen 5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada. 6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 2002) meliputi : 1) Aktivitas / istirahat Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak. Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan. 2) Sirkulasi Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi). Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).

3) Integritas ego Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah. Tanda : depresi. 4) Eleminasi Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine. Tanda : distensi abdomen. 5) Makanan/cairan Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB). Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB). 6) Neurosensori Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin. Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP). 7) Nyeri/kenyamanan Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)

8) Pernapasan Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas. Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea. 9) Keamanan Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia. Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi. Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik). 10) Seksualitas Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten. Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.

B. Diagnosa Keperawatan Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul berdasarkan prioritas : 1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi ditandai dengan peningkatan frekuensi napas, penggunaan otot bantu pernapasan. 2. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi Hb darah ditandai dengan perubahan karaksteristik kulit (rambut, kuku, kelembaban), akral dingin, sianosis perifer. 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena factor biologi ditandai dengan berat badan di bawah ideal lebih dari 20%, melaporkan intake makanan yang kurang dari kebutuhan tubuh, mudah merasa kenyang sesaat setelah mengunyah makanan. 4. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas traktus gastrointestinal ditandai dengan penurunan frekuensi defekasi, perubahan karakteristik dan jumlah feses, distensi abdomen.

5. Risiko Infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat (Hb menurun). 6. Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2 ditandai dengan laporan verbal lelelahan dan kelemahan, responterhadap aktivitas menunjukkan nadi dan tekanan darah abnormal

C. Rencana Asuhan Keperawatan 1. Diagnosa : Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi ditandai dengan peningkatan frekuensi napas, penggunaan otot bantu pernapasan. Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan pola napas efektif dengan criteria hasil : a. Menunjukkan status pernapasan : Ventilasi tidak terganggu, ditandai dengan indicator gangguan sebagai berikut ( dengan ketentuan 1-5 : ekstrem, kuat, sedang, ringan, tidak) Kedalaman inspirasi Ekspansi dada simetris Tidak ada penggunaan otot bantu Napas pendek tidak ada b. Mempunyai kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal c. Mempunyai fungsi paru dalam batas normal untuk pasien Intervensi a. Pantau kecepatan, irama, kedalaman, dan usaha respirasi Rasional : evaluasi awal dalam menentukan intervensi selanjutnya b. Perhatikan pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot-otot bantu pernapasan Rasional : evaluasi awal dalam menentukan intervensi selanjutna c. Catat perubahan pada SaO2, dan nilai gas darah arteri dengan tepat. Rasional : penurunan SaO2 yang berlanjut dapat meningkatkan hiperventilasi d. Anjurkan napas dalam melalui abdomen selama periode distress pernapasan Rasional : napas dalam membantu mengatur pola napas dan keefektifan pernapasan klien

e. Posisikan pasien untuk mengoptimalkan pernapasan. Head up atau semifowler. Rasional : Head up atau semifowler dapat membantu dalam pernapasan yang lebih baik 2. Diagnosa :Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi Hb darah ditandai dengan perubahan karaksteristik kulit (rambut, kuku, kelembaban), akral dingin, sianosis perifer. Tujuan : Stelah diberikan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan perfusi jaringan perifer optimal dengan criteria hasil : a. Nadi perifer teraba kuat b. Warna kulit dalam batas normal c. Capillary refill 2 detik d. Tingkat sensasi kulit normal e. Temperatur ekstremitas hangat Intervensi a. Lakukan penilaian sirkulasi perifer secara komprehensif (cek nadi perifer, edema, capillary refill, warna dan temperatur ekstremitas) Rasional : Evaluasi awal, mengetahui fungsi perfusi perifer klien dan menentukan intervensi selanjutnya b. Evaluasi nadi perifer Rasional : nadi perifer dapat melemah atau hilang sama sekali karena penurunan jumlah sel darah untuk perfusi ke perifer. c. Turunkan ekstremitas untuk meningkatkan sirkulasi arterial Rasional : posisi tubuh yang sejajar memperlancar jalannya sirkulasi darah karena kesejajaran dengan letak jantung. d. Pertahankan hidrasi yg adekuat untuk menjaga kekentalan darah Rasional : darah yang kental akibat hidrasi yang tidak adekuat memperlambat laju sirkulasi dan perfusi jaringan Manajemen Syok e. Anjurkan klien bed rest dan batasi aktivitas

Rasional :aktivitas yang banyak memerlukan O2 yang banyak sehingga dapat memperburuk kondisi klien karena ketidak mampuan tubuh dalam menyuplai O2 yang dibutuhkan f. Catat adanya takikardi, penurunan BP, penurunan capillary refill, dan diaporesis Rasional : merupakan gejala awal kemungkinan terjadinya syok yang dapat memperburuk kondisi klien g. Monitor status cairan meliputi intake dan output Rasional : status cairan membantu dalam hidrasi tubuh yang adekuat h. Pertahankan kepatenan akses IV Rasional : membantu dalam meningkatkan status cairan dan hidrasi i. Monitor hal-hal yang berhubungan dengan penghantaran oksigen ke jaringan Rasional : Evaluasi awal dalam menentukan respon klien terhadap intervensi yang telah diberikan dan menentukan dalam penetapan intervensi

selanjutnya 3. Diagnosa : Ketidakseimbangan dengan nutrisi kurang dalam dari kebutuhan tubuh

berhubungan

ketidakmampuan

memasukkan,

mencerna,

mengabsorbsi makanan karena factor biologi ditandai dengan berat badan di bawah ideal lebih dari 20%, melaporkan intake makanan yang kurang dari kebutuhan tubuh, mudah merasa kenyang sesaat setelah mengunyah makanan. Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan status nutrisi membaik dengan criteria hasil : a. Intake nutrisi adekuat b. Indeks massa tubuh dalam batas normal c. Makanan habis 1 porsi d. Klien mengatakan memiliki cukup energi untuk beraktivitas Intervensi a. Tanyakan apakah klien memiliki alergi makanan Rasional : menghindari factor penyebab alergi yang dapat memperburuk kondisi klien b. Anjurkan meningkatkan intake makanan yang mengandung zat besi

Rasional : zat besi berfungsi dalam pembentukan sel-sel darah c. Anjurkan klien untuk meningkatkan intake protein dan vitamin C Rasional : membantu dalam meningkatkan energy dan sel darah tubuh d. Tanyakan makanan kesukaan klien Rasional : sebagai pemancing nafsu makan e. Berikan snack di sela-sela waktu makan Rasional : Membantu meningkatkan status nutrisi f. Sediakan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana cara memenuhinya Rasional : meningkatkan pengetahuan klien dalam memenuhi kebutuhan nutrisi yang diperlukannya g. Atur diet yang berhubungan dengan gaya hidup klien Rasional : gaya hidup mempengaruhi makanan yang dapat dimakan klien, penyesuaian terhadap gaya hidup dapat membantu merangsang keinginan untuk makan h. Timbang BB klien secara periodic Rasional : evaluasi awal, respon klien terhadap intervensi yang telah diberikan dan menentukan intervensi selanjutnya i. Ajarkan klien tentang makanan yang aman untuk kesehatan dan cara menjaga keamanan makanan Rasioanal : makanan yang tepat dapat membantu pemenuhan nutrisi klien j. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yg dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi Rasional : ahli gizi bertugas dalam meningkatkan status gizi klien, dan mengenal gizi yang diperlukan klien 4. Diagnosa : Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas traktus gastrointestinal ditandai dengan penurunan frekuensi defekasi, perubahan karakteristik dan jumlah feses, distensi abdomen. Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kemampuan saluran gastrointestinal untuk membentuk dan mengeluarkan feses efektif dengan criteria hasil :

a. Pola eliminasi dalam rentang yang diharapkan b. Feses lembut dan berbentuk c. Mengeluarkan feses tanpa bantuan d. Melaporkan keluarnya feses dengan berkurangnya nyeri dan mengejan Intervensi a. Identifikasi factor (misalnya pengobatan, tirah baring, dan diet) yang dapat berkontribusi terhadap konstipasi Rasional : agar dapat menghindari factor yang dapat memperparah konstipasi dan mempercepat kesembuhan b. Ajarkan kepada klien tentang efek diet (misalnya cairan dan serat) pada eliminasi Rasional : diet yang tepat dapat memudahkan tubuh dalam mencerna makanan dan menurunkan timbulnya konstipasi c. Tekankan penghindaran mengejan selama defekasi untuk mencegah perubahan pada tanda vital, sakit kepala atau perdarahan. Rasional : sakit kepala dapat menurunkan konsentrasi saat defekasi. Perdarahan dapat memperberat anemia yang akan berdampak pada semakin motilitasnya otot-otot pencernaan d. Berikan privasi dan keamanan untuk klien selama eleminasi defekasi Rasional : gangguan dari lingkungan dapat memecah konsentrasi saat defekasi dan menimbulkan keengganan untuk defekasi e. Kolaborasi dalam pemberian diet tinggi serat, pelembut feses, enema dan laksatif Rasional : membantu dalam memperlancar defekasi 5. Diagnosa : Risiko Infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat (Hb menurun). Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan infeksi tidak terjadi dengan criteria hasil : a. Terbebas dari tanda atau gejala infeksi b. Klien menunjukkan higien pribadi yang adekuat c. Klien mampu menghindari pajanan terhadap ancaman kesehatan

d. Klien mampu menggambarkan factor yang menunjang penularan infeksi e. Klien mengetahui tanda dan gejala infeksi Intervensi a. Pantau tanda dan gejala infeksi Rasional : evaluasi awal, menentukan intervensi selanjutnya b. Kaji factor yang meningkatkan serangan infeksi (usia lanjut, tanggap imun rendah, malnutrisi) Rasional : menghindari pajanan terhadap factor factor yang dapat meningkatkan serangan infeksi c. Instruksikan untuk menjaga hygiene pribadi untuk melindungi tubuh terhadap infeksi Rasional : hygiene yang adekuat dapat meningkatkan proteksi primer tubuh terhadap serangan infeksi d. Ajarkan pasien teknik mencuci tangan yang benar Rasional : menurunkan resiko terkena infeksi e. Ajarkan kepada pengunjung untuk mencuci tangan sewaktu masuk dan meningalkan ruangan pasien Rasional : menurunkan terjadinya penyebaran infeksi nosokomial f. Ajarkan kepada klien dan keluarga klien tanda dan gejala infeksi dan kapan harus melaporkannya ke pusat kesehatan Rasional : meningkatkan pengetahuan klien tentang infeksi sehingga dapat menanggulanginya lebih dini 6. Diagnosa : Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2 ditandai dengan laporan verbal lelelahan dan kelemahan, responterhadap aktivitas menunjukkan nadi dan tekanan darah abnormal Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien akan toleran terhadap aktivitas dengan criteria hasil : a. Dapat melakukan aktifitas sesuai dengan kemampuan b. Saturasi oksigen dalam batas normal dalam berespon terhadap aktivitas c. TTV dalam batas normal berespon terhadap aktivitas

Intervensi a. Tentukan keterbatasan fisik klien Rasioanal : evaluasi awal, menentukan intervensi selanjutnya b. Anjurkan klien mengungkapkan perasaan tentang keterbatasan tersebut Rasional : mengetahui kemampuan klien terhadap aktifitas dapat membantu dalam menentukan intervensi yang diperlukan c. Monitor intake nutrisi untuk memastikan sumber energi yang adekuat Rasional : intake nutrisi yang adekuat dapat membantu memenuhi energy yang diperlukan klien dalam melakukan aktivitas d. Monitor respon kardiorespirasi terhadap aktivitas Rasional : perubahan respon kardiorespirasi dapat terjadi terhadap aktivitas yang memberatkan tubuh. Aktivitas yang terlalu menim juga dapat mempengaruhi respon kardiorespirasi e. Monitor dan catat pola tidur dan jumlah jam tidur klien Rasional : istirahat tidur yang cukup berfungsi dalam menyimpan energy dan menyegarkan tubuh. f. Batasi stimulus lingkungan misal: cahaya dan keributan untuk meningkatkan relaksasi Rasional :Relaksasi dapat membantu meningkatkan energy dibanding pengeluaran energy yang terjadi akibat adanya stressor g. Batasi jumlah pengunjung, jika memungkinkan Rasional : mengoptimalkan waktu istirahat klien dalam menyegarkan tubuh h. Tingkatkan bedrest atau pembatasan aktivitas Rasional : membantu dalam penyimpanan energy untuk pemulihan klien i. Atur jadwal beraktivitas dan istirahat Rasional : keseimbangan antara aktivitas dan istirahat membantu dalam mempercepat proses kesembuhan klien j. Ajarkan klien untuk mengenali tanda dan gejala fatigue yang memerlukan pengurangan aktivitas Rasional : meningkatkan pengetahuan klien dalam mengenal dan

menanggulangi kelelahan secara mandiri

D. Evaluasi Evaluasi dapat dilakukan dalam dua tahap. Yang pertama evaluasi dilakukan segera setelah tindakan diberikan kepada klien, berupa respon klien terhadap intervensi yang telah diberikan. Yang kedua evaluasi keseluruhan berdasarkan kriterian hasil yang telah ditetapkan dan dilakukan pada waktu yang telah ditentukan pada tujuan. Evaluasi dibuat dalam bentuk SOAP (Subjective, Objective, Assessment, dan Planniang). 1. Evaluasi Pola napas tidak efektif a. Status pernapasan klien: Ventilasi tidak terganggu, Kedalaman inspirasi dalam batas normal Ekspansi dada simetris Tidak ada penggunaan otot bantu Napas pendek tidak ada b. Kecepatan dan irama respirasi klian dalam batas normal (RR 16-20x/mnt, eupnea) c. Fungsi paru klien dalam batas normal. 2. Evaluasi Perfusi jaringan perifer tidak efektif a. Nadi perifer klien teraba kuat b. Warna kulit klien dalam batas normal c. Capillary refill 2 detik d. Tingkat sensasi kulit normal e. Temperatur ekstremitas hangat 3. Evaluasi Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh a. Intake nutrisi klien adekuat b. Indeks massa tubuh klien dalam batas normal c. Klien mampu menghabiskan 1 porsi makanan d. Klien mengatakan memiliki cukup energi untuk beraktivitas 4. Evaluasi Konstipasi a. Pola eliminasi klien dalam rentang yang diharapkan b. Feses klien lembut dan berbentuk c. Klien mampu mengeluarkan feses tanpa bantuan

d. Klien melaporkan keluarnya feses dengan berkurangnya nyeri dan mengejan 5. Evaluasi Risiko Infeksi a. Klien terbebas dari tanda atau gejala infeksi b. Klien menunjukkan higien pribadi yang adekuat c. Klien mampu menghindari pajanan terhadap ancaman kesehatan d. Klien mampu menggambarkan factor yang menunjang penularan infeksi e. Klien mengetahui tanda dan gejala infeksi 6. Evaluasi Intoleransi aktifitas a. Klien dapat melakukan aktifitas sesuai dengan kemampuan b. Saturasi oksigen klien dalam batas normal dalam berespon terhadap aktivitas c. TTV dalam batas normal berespon terhadap aktivitas

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC Doenges, Marilynn, dkk. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien . Jakarta : EGC http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=laporan+pendahuluan+anemia+doenges+scribd&sou rce=web&cd=3&cad=rja&ved=0CDMQFjAC&url=http%3A%2F%2Fml.scribd.com%2F doc%2F75829764%2FLaporan-Pendahuluan-Klien-DenganAnemia&ei=lb60UMWtNY2KrgfGuYCgCA&usg=AFQjCNHkz9h8HkGSVMZuYBDS ZbVFW9BDTQ http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=laporan+pendahuluan+anemia+doenges+scribd&sou rce=web&cd=2&cad=rja&ved=0CC0QFjAB&url=http%3A%2F%2Fid.scribd.com%2Fd oc%2F99087188%2FLaporan-PendahuluanAnemia&ei=lb60UMWtNY2KrgfGuYCgCA&usg=AFQjCNFE6ZUsmxuAwi_E8XpZw9IDg0bKw

Vous aimerez peut-être aussi