Vous êtes sur la page 1sur 2

Seberapa Rutinkah???

Salah satu usaha musuh-musuh Islam untuk menghancurkan Islam adalah dengan menjauhkan para pemudanya dari Al-Quran. Peran media dan sistem dalam berbagai aspek hidup secara tak sadar memang benar telah menjauhkan kita darinya. Jangankan untuk dipahami apalagi diamalkan, dibaca rutin setiap hari saja sungguh sulit dilakukan. Padahal kawan, jika diibaratkan kehidupan itu sebagai sebuh game dengan garis finish kematian, maka Al-Quran adalah buku panduannya (walk through). Al-Quran tidak cukuplah kita jadikan hiasan di rak buku hingga berdebu atau dibuka setahun sekali kala Ramadhan tiba. Seperti halnya resep dokter yang tidak akan menyembuhkan kita jika cuma dipajang. Quran adalah IDENTITAS seorang muslim, yang membedakan kita dari umat lain. Muslim sejati akan membaca dan mendalami Al-Quran dengan penuh kenikmatan . Meskipun begitu, tidak salah jika kita memulainya dengan penuh keterpaksaan kemudian menjadi rutinitas harian. Perlahan tapi pasti toh ruh Quran akan membawa kita menuju kenikmatan. Kita diberi waktu banyak untuk hidup. 24 jam seharinya. Minus tidur, minus belajar, masih pantaskah kita berdalih tidak sempat membaca Al-Quran? Sementara itu amat bertentangan dengan waktu 2-3 jam yang kita habiskan untuk chatting, ngobrol atau bersantai di depan televisi? Lets start. Resolusi 2009: Membaca Al-Quran rutin setiap harinya . Hingga kelak di suatu hari, kita kan mencapai tingkatan mencintai Quran. Ia kan senantiasa hadir dalam hati kita menjaga segala amal perbuatan kita. Sediakan waktu kita, 10 meniitt aja Orang yang membaca Al-Quran dengan fasih dan lancar akan dikelompokkan ke dalam orang-orang yang mulia. Orang yang membaca Al-Quran dengan tidak lancar namun ia tetap bersusah payah untuk membacanya, maka ia mendapat 2 pahala. (HR. Bukhori Muslim)

Kata Redaksi
Guyz, kita mungkin lagi penat-penatnya. Sekolah, tambahan, les, nonstop dari pagi hingga petang. Seolah tujuan hidup kita mendadak adalah sekadar Perguruan Tinggi. Ya, bukan maksud Redaksi berkata cengos, masuk Perguruan Tinggi memang sebuah bukit tinggi terjal dalam roda kehidupan kita, namun itu bukan segalanya. Januari terus berlalu, Bandung makin dingin, dan waktu pun terus berdetak. Lazuardi

Vous aimerez peut-être aussi