Vous êtes sur la page 1sur 10

Aspek Demografi

Perkembangan wilayah medan sebagai kota Metropolitan menyebabkan kebutuhan akan suatu wilayah atau pengembangan wilayah menjadi kebutuhan yang semakin penting. Fenomena ini merupakan fenomena yang wajar mengingat wilayah lain di Indonesia juga dipacu untuk tumbuh dan berkembang. Selain itu pengembangan wilayah kota medan khususnya jalan medan-belawan juga sudah semakin padat baik dengan wilayah yang terbatas. Kota medan menjadi wilayah terpadat ke2 di Indonesia bila dilihat rasio antara jumlah penduduk dengan luas wilayahnya. Peluang terlihat bahwa pertumbuhan penduduk di wilayah medan-belawan masih tinggi, jika dilihat dari luas wilayah yang hanya berkisar 40,68 km2 dari 6 kelurahan. Peluang ini dapat diambil oleh pengembang di kota medan dimana terdapat beberapa pasar yang dibidik antara lain pertumbuhan penduduk di daerah tersebut yang diprediksi berkisar antara 224.632 jiwa (menurut data dari BPS 2012), pertumbuhan penduduk di wilayah medan-belawan yang berkisar pada angka 2-3% /tahun serta pendatang-pendatang di daerah martubung, tangkahan, kelurahan besar, nelayan indah, pekan labuhan, sei meti dan medan labuhan. Belawan sebagai tempat persinggahan atau pun pelabuhan baik itu ekspatriat asing, maupun pendatang dari luar medan.

Table 3.5 : Banyaknya Warga Negara Asing Menurut Keawarganegaaraan Dirinci Menurutkelurahan Di Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2011

Kewarganegaraan Kelurahan Cina (Jiwa) (1) (2) India (Jiwa) (3) Lainnya (Jiwa) (4) (5) Jumlah (Jiwa)

1. Besar 2.Tangkahan 3.Martubung 4.Sei Mati 5.Pekan Labuhan 6.Nelayan Indah Medan Labuhan

0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0

Sumber: Kantor Lurah Se Kecamatan Medan Labuhan

Kelurahan

Jumlah Penduduk (Jiwa) (2)

Luas Wilayah (Km2) (3)

Kepadatan Penduduk Per Km2


(4)

(1)

1. Besar 2. Tangkahan 3. Martubung 4. Sei Mati 5. Pekan Labuhan 6. Nelayan Indah

34 118 20 334 16 214 14 347 19 377

6 6,005 5 12,780 3,605

5 617 3 349 3 213 1 105 5 328

7 916 Medan Labuhan 112 316

4,200 40 680

1 869 2 732

Sumber : Badan Pusat Statisti Kota Medan

Tabel Jumlah penduduk, Luas Kelurahan, kepadatan penduduk per Km dirinci menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2011

Jenis Kelurahan Laki-Laki (Jiwa) (1) (2)

Kelamin Jumlah (Jiwa) Perempuan (Jiwa) (3)


(4)

1. Besar 2. Tangkahan 3. Martubung 4. Sei Mati 5. Pekan Labuhan 6. Nelayan Indah

16 966 10 391 8 685 7 279 9 839

55 068 17 152 9 953 7 529 7 068

34 118 20 344 16 214 14 347 19 377

4 088 Medan Labuhan 57 248

9 538 55 068

7 916 112 316

Sumber : Badan Pusat Statisti Kota Medan Tabel Jumlah Penduduk menurut jenis kelamin dirinci menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2011

Jika dilihat dari data ekonominya,di daerah ini terdapat 5 pasar, 26 pertokoan, 8 supermarket, 5 SPBU, 66 bengkel motor, dan 75 bengkel mobil. Dari 6 kelurahan di jalan medanbelawan, jumlah penduduk yang paling padat adalah di kelurahan medan labuhan yaitu berjumlah 112.316 jiwa. Selain dari itu,daerah medan-belawan juga merupakan daerah kawasan industri,jadi mau tidak mau,daerah ini juga akan di penuhi dengan kendarankendaraan berat seperti truk-truk triler pengangkut barang. Pengembangan suatu wilayah yang terpadu harus didukung oleh prasarana dan pelayanan transportasi yang baik. Transportasi merupakan sektor pendukung suatu wilayah dapat berkembang dengan baik. Suatu wilayah dapat mempunyai nilai jual lebih apabila memiliki aksesibilitas wilayah yang baik atau dihubungkan oleh suatu jaringan prasarana transportasi yang baik ke jaringan mobilitas atau jaringan utama kota. Jaringan prasarana transportasi yang baik harus disesuaikan dengan desain yang baik. Desain yang baik harus menyesuaikan volume dan beban lalu lintas yang lewat dengan kapasitasnya. Desain geometrik prasarana transportasi juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan kendaraan rencana yang direncanakan melalui jalan tersebut. Desain prasarana dan pelayanan transportasi dapat dibagi menjadi jalan akses wilayah tersebut dengan jaringan jalan utama suatu kota dan jaringan di dalam wilayah tersebut. Jaringan jalan akses harus dapat memberikan kemudahan wilayah ini untuk

dicapai baik terutama secara waktu tempuh. Bisa saja aksesnya mempunyai jarak yang jauh tetapi didesain mempunyai kecepatan rencana yang tinggi sehingga variabel jarak tersebut bisa diabaikan. Jaringan dengan kecepatan yang tertentu mempunyai syaratsyarat mobilitas tertentu terutama lebar jalan dan pemisahan dengan pergerakan lokal yang mungkin terjadi. Jaringan jalan di dalam wilayah atau kawasan harus disesuaikan dengan hirarki jalan dan volume serta beban lalu lintas yang melaluinya. Suatu wilayah dengan peruntukan fungsi tertentu dan luas tertentu mempunyai bangkitan perjalanan tertentu. Besar bangkitan dan prediksi pergerakan lintas menjadi masukan dalam desain jaringan jalan di dalam kawasan ini. Selain itu desain pergerakan baik itu roundabout maupun U-Turn harus disesuaikan dengan prinsip serta ketentuan pergerakan jalinan atau weaving yang terjadi. Suatu pergerakan atau konflik yang dibuat harus mempunyai jarak tertentu dari konflik atau pergerakan yang dibuat sebelumnya. Kebutuhan minimum harus dapat direncanakan dan diprediksi sehingga dapat menghasilkan suatu pergerakan yang efektif dengan volume serta beban lalu lintas yang terukur.

Studi ini mencoba untuk memprediksi kebutuhan transportasi di suatu wilayah yang mempunyai peruntukan tertentu dan akan berkembang. Studi tentang peruntukan suatu wilayah tersebut sudah ada dan menjadi masukan dalam penentuan bangkitan perjalanan. Konstelasi wilayah ini dengan wilayah lain juga menjadi masukan dalam memprediksi pergerakan lintas yang mungkin membebani jaringan prasarana transportasi di wilayah ini. Desain prasarana transportasi ini dibagi menjadi desain jaringan akses ke dalam wilayah ini dan jaringan di dalam kawasan. Perencanaan manajemen pergerakan di dalam wilayah juga masuk dalam kajian ini termasuk juga manajemen pergerakan di jaringan akses. Pengembangan suatu wilayah yang terpadu harus didukung oleh prasarana dan pelayanan transportasi yang baik. Transportasi merupakan sektor pendukung suatu wilayah dapat berkembang dengan baik. Suatu wilayah dapat mempunyai nilai jual lebih apabila memiliki aksesibilitas wilayah yang baik atau dihubungkan oleh suatu jaringan prasarana transportasi yang baik ke jaringan mobilitas atau jaringan utama kota. Jaringan prasarana transportasi yang baik harus disesuaikan dengan desain yang baik. Desain yang baik harus menyesuaikan volume dan beban lalu lintas yang lewat dengan kapasitasnya. Desain geometrik prasarana transportasi juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan kendaraan rencana yang direncanakan melalui jalan tersebut. Desain prasarana dan pelayanan transportasi dapat dibagi menjadi jalan akses wilayah tersebut dengan jaringan jalan utama suatu kota dan jaringan di dalam wilayah tersebut. Jaringan jalan akses harus dapat memberikan kemudahan wilayah ini untuk dicapai baik terutama secara waktu tempuh. Bisa saja aksesnya mempunyai jarak yang jauh tetapi didesain mempunyai kecepatan rencana yang tinggi sehingga variabel jarak tersebut bisa diabaikan. Jaringan dengan kecepatan yang tertentu mempunyai syaratsyarat mobilitas tertentu terutama lebar jalan dan pemisahan dengan pergerakan lokal yang mungkin terjadi.

Jaringan jalan di dalam wilayah atau kawasan harus disesuaikan dengan hirarki jalan dan volume serta beban lalu lintas yang melaluinya. Suatu wilayah dengan peruntukan fungsi tertentu dan luas tertentu mempunyai bangkitan perjalanan tertentu. Besar bangkitan dan prediksi pergerakan lintas menjadi masukan dalam desain jaringan jalan di dalam kawasan ini. Selain itu desain pergerakan baik itu roundabout maupun U-Turn harus disesuaikan dengan prinsip serta ketentuan pergerakan jalinan atau weaving yang terjadi. Suatu pergerakan atau konflik yang dibuat harus mempunyai jarak tertentu dari konflik atau pergerakan yang dibuat sebelumnya. Kebutuhan minimum harus dapat direncanakan dan diprediksi sehingga dapat menghasilkan suatu pergerakan yang efektif dengan volume serta beban lalu lintas yang terukur.

Studi ini mencoba untuk memprediksi kebutuhan transportasi di suatu wilayah yang mempunyai peruntukan tertentu dan akan berkembang. Studi tentang peruntukan suatu wilayah tersebut sudah ada dan menjadi masukan dalam penentuan bangkitan perjalanan. Konstelasi wilayah ini dengan wilayah lain juga menjadi masukan dalam memprediksi pergerakan lintas yang mungkin membebani jaringan prasarana transportasi di wilayah ini. Desain prasarana transportasi ini dibagi menjadi desain jaringan akses ke dalam wilayah ini dan jaringan di dalam kawasan. Perencanaan manajemen pergerakan di dalam wilayah juga masuk dalam kajian ini termasuk juga manajemen pergerakan di jaringan akses. Pengembangan suatu wilayah yang terpadu harus didukung oleh prasarana dan pelayanan transportasi yang baik. Transportasi merupakan sektor pendukung suatu wilayah dapat berkembang dengan baik. Suatu wilayah dapat mempunyai nilai jual lebih apabila memiliki aksesibilitas wilayah yang baik atau dihubungkan oleh suatu jaringan prasarana transportasi yang baik ke jaringan mobilitas atau jaringan utama kota. Jaringan prasarana transportasi yang baik harus disesuaikan dengan desain yang baik. Desain yang baik harus menyesuaikan volume dan beban lalu lintas yang lewat dengan kapasitasnya. Desain geometrik prasarana transportasi juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan kendaraan rencana yang direncanakan melalui jalan tersebut. Desain prasarana dan pelayanan transportasi dapat dibagi menjadi jalan akses wilayah tersebut dengan jaringan jalan utama suatu kota dan jaringan di dalam wilayah tersebut. Jaringan jalan akses harus dapat memberikan kemudahan wilayah ini untuk dicapai baik terutama secara waktu tempuh. Bisa saja aksesnya mempunyai jarak yang jauh tetapi didesain mempunyai kecepatan rencana yang tinggi sehingga variabel jarak tersebut bisa diabaikan. Jaringan dengan kecepatan yang tertentu mempunyai syaratsyarat mobilitas tertentu terutama lebar jalan dan pemisahan dengan pergerakan lokal yang mungkin terjadi. Jaringan jalan di dalam wilayah atau kawasan harus disesuaikan dengan hirarki jalan dan volume serta beban lalu lintas yang melaluinya. Suatu wilayah dengan peruntukan fungsi tertentu dan luas tertentu mempunyai bangkitan perjalanan tertentu. Besar bangkitan dan prediksi pergerakan lintas menjadi masukan dalam desain jaringan jalan di dalam kawasan ini. Selain itu desain pergerakan baik itu

roundabout maupun U-Turn harus disesuaikan dengan prinsip serta ketentuan pergerakan jalinan atau weaving yang terjadi. Suatu pergerakan atau konflik yang dibuat harus mempunyai jarak tertentu dari konflik atau pergerakan yang dibuat sebelumnya. Kebutuhan minimum harus dapat direncanakan dan diprediksi sehingga dapat menghasilkan suatu pergerakan yang efektif dengan volume serta beban lalu lintas yang terukur.

Studi ini mencoba untuk memprediksi kebutuhan transportasi di suatu wilayah yang mempunyai peruntukan tertentu dan akan berkembang. Studi tentang peruntukan suatu wilayah tersebut sudah ada dan menjadi masukan dalam penentuan bangkitan perjalanan. Konstelasi wilayah ini dengan wilayah lain juga menjadi masukan dalam memprediksi pergerakan lintas yang mungkin membebani jaringan prasarana transportasi di wilayah ini. Desain prasarana transportasi ini dibagi menjadi desain jaringan akses ke dalam wilayah ini dan jaringan di dalam kawasan. Perencanaan manajemen pergerakan di dalam wilayah juga masuk dalam kajian ini termasuk juga manajemen pergerakan di jaringan akses.

2.1 Teori Pengembangan Wilayah Pengembangan wilayah pada dasarnya merupakan peningkatan nilai manfaat wilayah bagi masyarakat suatu wilayah tetentu, mampu menampung lebih banyak penghuni, dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang rata-rata membaik, disamping menunjukkan lebih banyak sarana/dan prasarana, barang dan jasa yang tersedia dan kegiatan usaha-usaha masyarakat yang meningkat, baik dalam arti jenis, intensitas, pelayanan maupun kualitasnya (Sirojuzilam, 2005). Menurut Budiharsono (2005) pengembangan wilayah setidak-tidaknya perlu ditopang oleh enam pilar/aspek; yaitu, aspek biogeofisik, aspek ekonomi, aspek sosial dan budaya, aspek kelembagaan, aspek lokasi, dan aspek

lingkungan. Keenam pilar tersebut dapat digambarkan dalam bentuk diagram seperti gambar 2.1 berikut ini. Melalui diagram yang tergambar, dapat dilakukan analisis dari berbagai aspek berkaitan dengan pengembangan wilayah; yaitu

aspek biogeofisik, meliputi kandungan sumber daya hayati, sumber daya nirhayati, sarana dan prasarana yang ada di wilayah tersebut. Aspek ekonomi

meliputi kegiatan ekonomi yang terjadi di dalam dan di sekitar wilayah. Aspek sosial meliputi budaya, politik, dan pertahanan dan keamanan (Hankam) yang merupakan pembinaan kualitas sumber daya manusia. Aspek kelembagaan meliputi peraturan perundang-undangan yang berlaku baik dari pemerintah pusat

Aspek Biogeofisik

Aspek Sosial

Aspek Kelembagaan

Pengembangan Wilayah

Aspek Lokasi

Aspek Ekonomi

Aspek Lingkungan

Vous aimerez peut-être aussi