Vous êtes sur la page 1sur 28

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dalam bidang kedokteran gigi, semakin banyak ahli ortodontik yang memperhatikan cara untuk mengatasi gangguan pertumbuhan rahang dan gigi geligi yang disebabkan oleh ketidakseimbangan aktivitas bibir dan lidah pada periode gigi bercampur. Perkembangan gigi manusia terbagi menjadi gigi desidui, gigi campuran, dan gigi tetap. Gigi bercampur merupakan tumbuhnya gigi susu bersama-sama dengan tumbuhnya gigi tetap. Dalam hal ini, di dalam rongga mulut, terdapat beberapa gigi permanen yang mulai erupsi menggantikan gigi desidui secara bertahap. Selama masa pertumbuhan rahang dan gigi akan ada kemungkinan terjadinya suatu kelainan posisi atau biasa disebut dengan maloklusi. Maloklusi ini dapat terjadi karena banyak hal seperti faktor keturunan, bad habit, kelainan jumlah gigi, kelainan ukuran gigi, kelainan bentuk gigi, dan lain-lain. Kebiasaan buruk atau bad habit dianggap sebagai hal yang memberikan rasa nyaman bagi pemilik kebiasaan namun berdampak buruk. Kebiasaan buruk ini meliputi mengisap jari dan jempol, menggigit kuku, menjulurkan lidah, menggigit bibir, bernapas melalui mulut, dan lain-lain. Setiap kebiasaan buruk ini memiliki peranan dalam mekanisme terjadinya maloklusi. Maloklusi tentunya memiliki dampak bagi penderita meliputi psikologis, estetik, dan fungsional sehingga diperlukan suatu perawatan yang tepat untuk mengatasinya. Setiap perawatan memiliki indikasi dan kontraindikasi untuk pemakaiannya sehingga kita harus paham bahwa penting untuk menegakkan
Maloklusi | 1

diagnosis melalui berbagai pemeriksaan dan analisis untuk medapatkan diagnosis yang tepat terhadap maloklusi beserta jenis klasifikasinya yang terjadi pada penderita secara mendetail. Selain itu, diperlukan juga cara-cara pencegahan untuk menghindari terjadinya maloklusi. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan maloklusi? 2. Bagaimana klasifikasi dari maloklusi? 3. Apa saja etiologi maloklosi? 4. Pemeriksaan dan analisis apakah yang diperlukan sebelum mendiagnosa kasus? 5. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis pada skenario, diagnosa apa yang dapat disimpulkan dari kasus pada skenario? 6. Perawatan apa saja yang dapat dilakukan untuk kasus maloklusi? 7. Berdasarkan skenario, perawatan apa yang efektif untuk dilakukan? 8. Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari maloklusi yang tidak ditangani? 9. Bagaimana cara untuk mencegah maloklusi?

Maloklusi | 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Defenisi Maloklusi menurut American Academy of Pediatric Dentistry adalah ketidaksesuaian posisi gigi dan rahang. Maloklusi merupakan kondisi yang menyimpang dari tumbuh kembang yang dapat mempengaruhi self cleansing, kesehatan jaringan lunak, pertumbuhan rahang, bicara, dan penampilan. B. Klasifikasi maloklusi 1. Klasifikasi Skeletal Deskripsi ini menghubungkan antara hubungan rahang atas dan rahang bawah terhadap dasar kranial. Klasifikasi ini terbagi atas tiga kelas, yaitu : Kelas I skeletal : rahang atas dan rahang bawah pada relasi normal (orthognathi). Kelas II skeletal : rahang bawah terlihat lebih kecil dibanding rahang atas (retrognathi). Hal ini berkaitan dengan :

Maloklusi | 3

Rahang bawah yang kecil Rahang atas besar Kombinasi keduanya

Kelas III skeletal : rahang bawah terlihat lebih besar dibanding rahang atas (prognathi). Hal ini berkaitan dengan : Rahang bawah yang besar Rahang atas kecil Kombinasi keduanya

2. Klasifikasi Angle Klasifikasi Angle didasarkan atas relasi molar pertama permanen. Bia molar pertama permanen bergeser karena molar sulung hilang prematur, maka relasi molar yang ada bukan relasi molar yang sebenarnya sebelum terjadi pergeseran. Angle berpendapat bahwa letak molar pertama permanen tetap stabil dalam perkembangannya pada rahang sehingga dengan melihat relasi molar dapat dilihat pula relasi rahang. Menurut Angle, klasifikasi ini terbagi atas beberapa kelas, yaitu : i. Kelas I : terdapat relasi

lengkung anteroposterior yang normal dilihat dari relasi molar pertama permanen (netroklusi).

Maloklusi | 4

Kelainan yang menyertai dapat berupa, misalnya gigi berdesakan, gigitan terbuka, protrusi dan lain-lain. Dalam ortodontik pediatrik, kelas I dibagi menjadi 5 tipe, yaitu: Tipe 1 : gigi anterior yang berjejal, gigi molar normal (crowded). Tipe 2: hubungan gigi molar normal, gigi anterior terutama gigi atas terlihat labioversi (protrusi) Tipe 3 : terdapat gigitan bersilang anterior ( crossbite anterior) karena inklinasi gigi atas ke palatinal. Tipe 4 : hubungan molar normal dalam arah mesio-distal, tetapi hubungan dalam arah buko-lingual ada pada posisi gigitan bersilang (crossbite posterior) Tipe 5 : hubungan molar pertama tetap normal, tetapi pada gigi posterior terjadi migrasi ke arah mesial (mesial drifting).
ii.

Kelas II : lengkung rahang bawah paling tidak setengah tonjol lebih ke distal daripada lengkung atas dilihat dari relasi molar pertama permanen(distoklusi). Divisi 1 : insisivi atas prostrusi sehingga didapatkan jarak gigit besar, tumpang gigit besar dan kurva Spee positif. Divisi 2 : insisivi sentral atas retroklinasi, insisivi lateral atas proklinasi, tumpang gigit besar (gigitan dalam). Jarak gigit bisa normal atau sedikit bertambah
Maloklusi | 5

iii.

Kelas III : lengkung bawah paling tidak setengah tonjol lebih mesial terhadap lengkung atas dilihat pada relasi molar pertama permanen (mesioklusi) dan terdapat gigitan silang anterior. Dr. Martin Dewey pun merincikan maloklusi Angle kelas III ini menjadi : Tipe 1 : hubungan molar pertama tetap atas dan bawah mesioklusi, sedangkan hubungan gigi anterior adalah insisal dangan insisal (edge to edge) Tipe 2 : hubungan molar pertama tetap atas dan bawah mesioklusi, sedangkan gigi anterior hubungannya normal Tipe 3 : hubungan gigi anterior seluruhnya adalah bersilang (cross bite) sehingga dagu penderita menonjol ke depan.

C. Etiologi Maloklusi 1. Faktor Herediter Pengaruh herediter dapat bermanifestasi dalam dua hal, yaitu : i. Disproporsi ukuran gigi dan ukuran rahang yang menghasilkan maloklusi berupa gigi berdesakan atau maloklusi berupa diastema multipel meskipun yang terakhir ini jarang dijumpai

Maloklusi | 6

ii.

Disproporsi ukuran, posisi dan bentuk rahang atas dan bawah yang menghasilkan relasi rahang yang tidak harmonis.

Dimensi kraniofasial, ukuran dan jumlah gigi sangat dipengaruhi faktor genetik sedangkan dimensi lengkung geligi dipengaruhi oleh faktor lokal. Urutan pengaruh genetik pada skelet yang paling tinggi adalah mandibula yang prognatik, muka yang panjang serta adanya deformitas muka. Implikasi klinis suatu maloklusi yang lebih banyak dipengaruhi faktor herediter adalah kasus tersebut mempunyai prognosis yang kurang baik bila dirawat ortodontik, namun sayangnya sukar untuk dapat menentukan seberapa pengaruh faktor herediter pada maloklusi tersebut. Perkembangan pengetahuan genetik molekuler diharapkan mampu menerangkan penyebab etiologi herediter dengan lebih tepat. Etiologi Maloklusi Kelas 1 Angle Pola skelet maloklusi kelas I biasanya kelas I tetapi dapat juga kelas II atau kelas III ringan. Pola jaringan lunak pada maloklusi kelas I umumnya menguntungkan kecuali pada maloklusi yang disertai proklinasi bimaksiler (insisivus aras dan bawah proklinasi) mungkin merupakan ciri khas ras tertentu. Kebanyakan maloklusi kelas I disebabkan faktor lokal yang dapat menyebabkan kelainan pada maloklusi kelas I juga dapat terjadi pada maloklusi kelas II dan kelas III. Etiologi Maloklusi Kelas II Divisi 1 Angle Pada maloklusi kelas II divisi 1 sering didapatkan letak mandibula yang lebih posterior daripada maloklusi kelas I atau maksila yang lebih anterior sedangkan mandibula normal. Kadang-kadang didapatkan ramus mandibula yang lebih sempit dan panjang total mandibula juga berkurang.

Maloklusi | 7

Terdapat korelasi yang tinggi antara pasien dengan keluarga langsungnya sehingga beberapa peneliti menyimpulkan bahwa pewarisan maloklusi kelas II divisi 1 dari faktor poligenik. Selain faktor genetik maloklusi kelas II divisi 1 juga disebabkan faktor lingkungan. Jaringan lunak, misalnya bibir yang tidak kompeten dapat mempengaruhi posisi insisivus atas karena hilangnya keseimbangan yang dihasilkan oleh bibir dan lidah sehingga insisivus atas protrusi. Kebiasaan mengisap jari dapat menghasilkan maloklusi kelas II divisi 1 meskipun relasi rahang atas dan bawah kelas I sehingga ada yang menyebut maloklusi ini sebagai maloklusi kelas II divisi 1 tipe dental. Posisi bibir ikut berperan pada maloklusi kelas II divisi 1. Pada bibir yang tidak kompeten pasien berusaha mendapatkan anterior oral seal dengan cara muskulus sirkum oral berkontraksi dengan mengajukan mandibula sehingga bibir atas dan bawah dapat berkontak pada saat istirahat, lidah berkontak dengan bibir bawah atau kombinasi keadaankeadaan ini. Bila mandibula diajukan kelainan relasi skeletal nampak tidak terlalu parah tetapi bila bibir bawah terletak di palatal insisi atas dapat berakibat retroklinasi insisivus bawah dan proklinasi insisivus atas sehingga jarak gigit menjadi lebih besar.

Etiologi Maloklusi Kelas II Divisi 2 Angle Maloklusi ini merupakan hasil interaksi faktor-faktor yang mempengaruhi skelet dan jaringan lunak. Penelitian pada anak kembar monozigot menunjukkan bahwa maloklusi kelas II divisi 2 biasanya

Maloklusi | 8

dipengaruhi oleh faktor herediter autosomal yang dominan tetapi yang bersifat poligenik. Pola skelet pada maloklusi kelas II divisi 2 biasanya kelas II ringan atau kelas I dan meskipun sangat jarang bisa juga pola skelet kelas III ringan. Tinggi muka yang berkurang disertai relasi skelet kelas II sering menyebabkan tidak adanya stop antara insisivus bawah dengan insisivus atas sehingga insisivus bawah bererupsi melebihi normal sehingga terjadi gigitan dalam. Pengaruh bibir bawah sangat besar terutama bila didapatkan high lower lip line (bibir bawah menutupi lebih dari sepertiga panjang mahkota insisivus) yang menyebabkan posisi insisivus atas retroklinasi. Etiologi Maloklusi Kelas III Angle Maloklusi kelas III dapat terjadi karena faktor skelet, yaitu maksila yang kurang tumbuh sedangkan mandilbula normal atau maksila normal dan mandibula yang tumbuh berlebihan atau kombinasi kedua keadaan tersebut. Selain itu juga dipengaruhi oleh panjang basis kranial serta sudut yang terbentuk antara basis kranial posterior dan anterior. Kadang-kadang fosa glenoidal yang terletak anterior menyebabkan mandibula terletak lebih anterior. Jaringan lunak tidak begitu memainkan peranan dalam terjadinya maloklusi kelas III kecuali adanya tendens tekanan dari bibir dan lidah yang mengompensasi relasi skelet kelas III sehingga terjadi retroklinasi insisivus bawah dan proklinasi insisivus atas. Kelainan Gigi Beberapa kelainan gigi yang dipengaruhi faktor herediter ialah kekurangan jumlah gigi (hipodontia), kelebihan jumlah gigi (hiperdontia), misalnya adanya mesiodens, bentuk gigi yang khas misalnya karabeli pada

Maloklusi | 9

molar, kaninus yang impaksi di palatal, transposisi gigi misalnya kaninus yang terletak di antara premolar pertama dan kedua. Kekurangan Jumlah Gigi Kelainan jumlah gigi dapat berupa tidak ada pembentukan gigi atau agenesis gigi. Anodontia adalah suatu keadaan tidak terbentuk gigi sama sekali, untungnya frekuensi sangat jarang dan biasanya merupakan bagian dari sindrom displasia ektodermal. Bentuk gangguan pertumbuhan yang tidak separah anodontia adalah hipododontia, yaitu suatu keadaan beberapa gigi mengalami agenesis (sampai 4 gigi), sedangkan oligodontia adalah gigi yang tidak terbentuk lebih dari 4 gigi. Kelebihan Jumlah Gigi Yang paling sering ditemukan adalah gigi kelebihan yang terletak di garis median rahang atas yang biasa disebut mesiodens. Jenis gigi kelebihan lainnya adalah yang terletak di sekitar insisivus lateral sehingga ada yang menyebut laterodens, premolar tambahan bisa sampai dua premolar tambahan pada satu sisi sehingga pasien mempunyai empat premolar pada satu sisi. Adanya gigi-gigi kelebihan dapat menghalangi terjadinya oklusi normal. Disharmoni Dentomaksiler Disharmoni dentomaksiler ialah suatu keadaan disproporsi antara besar gigi dan rahang dalam hal ini lengkung geligi. Keadaan yang sering dijumpai adalah gigi-gigi yang besar pada lengkung geligi yang normal atau gigi-gigi yang normal pada lengkung geligi yang kecil sehingga menyebabkan letak gigi berdesakan. Meskipun pada disharmoni dentomaksiler didapatkan gigi-gigi berdesakan tetapi tidak semua gigi

Maloklusi | 10

yang

berdesakan

disebabkan

karena

disharmoni

dentomaksiler.

Disharmoni dentomaksiler mempunyai tanda-tanda klinis yang khas. Gambaran klinis maloklusi seperti ini bisa terjadi di rahang atas maupun di rahang bawah. 2. Faktor Lokal Gigi Sulung Tanggal Prematur Gigi sulung tanggal prematur dapat berdampak pada susunan gigi permanen. Semakin muda umur pasien pada saat tanggal premature gigi sulung semakin besar akibatnya pada gigi permanen Persistensi Gigi Persistensi gigi sulung atau disebut juga over retained deciduoud teeth berart gigi sulung yang sudah waktunya tanggal tetapi tidak tanggal Trauma Trauma yang mengenai gigi sulung dapat menggeser benih gigi permanen. Bila terjadi trauma pada saat mahkota gigi permanen sedang terbentuk dapar terjadi gangguan pembentukan enamel, sedangkan bila mahkota gigi permanen telah terbentuk dapat terjadi dilaserasi, yaitu akar gigi yang mengalami distorsi bentuk (biasanya bengkok). Gigi yang mengalami dilaserasi biasanya tidak dapat mencapai oklusi yang normal bahkan kalau parah tidak dapat dirawat ortodotik dan tidak ada pilihan lain kecuali dicabut. Pengaruh jaringan lunak Tekanan dari oto bibir, pipi dan lidah member pengaruh yang besar terhadap letak gigi. Meskipun tekanan otot-otot ini jauh lebih kecil
Maloklusi | 11

daripada tekanan otot pengunyah tetapi berlangsung lebih lama. Menurut penelitian tekanan yang berlangsung selama 6 jam dapat mengubah letak gigi. Kebiasaan buruk Suatu kebiasaan yang berdurasi sedikitnya 6 jam sehari, berfrekuensi cukup tinggi dengan intensitas yang cukup dapat menyebabkan maloklusi. Kebiasaan menghisap jari atau benda-benda lain dalam waktu berkepanjangan dapat menyebabkan maloklusi. Kebiasaan menghisap bibir bawah dapat mengakibatkan proklinasi insisivi atas disertai jarak gigit yang bertambah dan bertroklinasi insisivi bawah. Kebiasaan mendorong lidah , kebiasaan menggigit kuku juga dapat menyebabkan maloklusi tetapi biasnya dampaknya hanya pada satu gigi. Kebiasaan buruk lainnya adalah bernapas dengan mulut. Bernapas lewat mulut telah lama diketahui sebagai salah satu penyebab terjadinya penyimpangan pertumbuhan wajah. Penyimpangan tersebut timbul akibat ketidakseimbangan aktivitas otot-otot orofasial. Selama bernapas lewat mulut terjadi perubahan aktivitas otot-otot orofasial. Fungsi abnormal rongga mulut akan menyebabkan terjadinya perubahan tekanan otot yang bekerja pada tulang kraniofasial, sehingga mengha- silkan perubahan morfologi kraniofasial. Otot-otot di sekitar saluran napas atas seperti otot genioglossus, masseter, milohyoid, dan orbicularis oris, memiliki berbagai macam fungsi penting. Otot orbicularis oris merupakan otot yang melekat pada bagian utama bibir dan berfungsi dalam melakukan pergerakan bibir, cuping hidung, pipi, dan kulit dagu, sedangkan otot mihohyoid merupakan otot yang berfungsi untuk mengang- kat dasar mulut dan lidah saat menelan, juga menurunkan rahang bawah dan mengangkat tulang

Maloklusi | 12

lidah. Otot milohyoid termasuk salah satu otot suprahyoid yang berbentuk segitiga lebar dan membentuk dasar mulut. Pergerakan ujung lidah dan dorongan lidah ke depan bawah, dipengaruhi oleh aktivitas otot genioglossus yang melekat dari aponeurosis lingua ke spina mentalis mandibula. dan sebagai otot pernapasan tambahan. Otot genioglossus penelitian nya merupakan otot utama yang berfungsi dalam pergerakan lidah ke depan, dalam menyebutkan bahwa otot masseter yang berperan dalam proses pengunyahan dan penelanan, juga berperan dalam pernapasan. Otot masseter sebagai otot yang memanjang dari angulus mandibula (tuberositas masseterika) hingga sisi bawah (dua per tiga) arkus zigomatikus, dan berfungsi utama sebagai otot penutup rahang.Proses bernapas lewat mulut dapat meningkatkan aktivitas otot orbicularis oris, genioglossus dan milohyoid, tetapi menghambat aktivitas otot masseter. Aktivitas otot milohyoid dan genioglossus meningkat, menyebabkan posisi lidah lebih rendah dari normal dan rahang bawah turun. Peningkatan aktivitas otot orbicularis oris menyebabkan bibir atas terangkat sehingga mulut tetap terbuka sebagai jalan napas . Bernapas lewat mulut menyebabkan posisi rahang bawah turun dan lidah berada pada posisi yang lebih rendah dari normal. Adaptasi postural yang terus berlangsung, dapat menyebabkan peningkatan tinggi wajah, erupsi berlebih gigi-gigi posterior, ra hang bawah berotasi ke belakang dan ke bawah, gigitan terbuka anterior, pening- katan jarak gigit, dan rahang atas menjadi sempit. Lengkung rahang atas yang sempit disebabkan karena perubahan keseimbangan akibat rahang bawah turun, sehingga otot buccinators menekan rahang atas secara berlebihan dari arah lateral, sedangkan tekanan lidah pada rahang atas kurang. Faktor Iatrogenik

Maloklusi | 13

Pengertian iatrogenik adalah berasal dari suatu tindakan professional. Perawatan ortodontik mempunyai kemungkinan terjadinya kelainan iatrogenic. Misalnya pada saat menggerakkan kaninus ke distal dengan piranti lepasan tetapi karena kesalahan desain atau dapat juga saat menempatkan pegas tidak benar sehingga yang terjadi geraka gigi ke distal dan palatal. D. Pemeriksaan untuk Penegakan Diagnosa Pemeriksaan terhadap pasien, meliputi: a. Pemeriksaan Subyektif (anamnese) Pemeriksaan ini berupa keluhan pasien, riwayat perkembangan gigi sebelum dan sesudah lahir (erupsi gigi decidui, riwayat gigi bercampur, riwayat gigi permanen), riwayat penyakit yang diderita, dan riwayat keluarga. b. Pemeriksaan Obyektif 1. Pemeriksaan klinis: Pemeriksaan ekstra oral Bentuk kepala: brachicephalic / mesocephalic / delicochepalic Bentuk muka Kedudukan maxilla terhadap cranium dan kedudukan

mandibula terhadap maxilla. Posisi rahang maxilla / mandibula (normal / retrusif / protrusif) Otot mastikasi (normal / hipotonus / hipertonus)

Maloklusi | 14

Bibir (normal, tebal atau tipis, posisi saat istirahat membuka atau menutup) Pipi (cekung atau menggelembung) Gerakan mandibula saat membuka dan menutup Pemeriksaan intra oral Jaringan lunak Lidah (besar kecil, panjang penek, tonus, keadaan kesehatan) Ginggiva (ada tidaknya pigmentasi) Palatum (normal atau tidak, tonus, bercelah atau tidak) Glandula tonsila palatina (normal atau tidak, ada atau tidak inflamasi) Frenulum labii superior dan inferior Oral hygiene Jaringan keras (pemeriksaan gigi geligi, lengkung gigi, hubungan rahang, anomali gigi) Relasi rahang atas rahang bawah (median linenya normal atau bergeser, relasi posterior, pada anterior diukur overbite dan overjet). Overbite adalah jarak vertikal antara ujung gigi incisivus sentral atas dan bawah pada keadaan oklusi. Hubungan overbite yang ideal adalah incisivus bawah berkontak dengan sepertiga permukaan palatal dari incisivus atas dengan jarak 2 4 mm. overjet adalah jarak horizontal
Maloklusi | 15

antara edge insisial gigi incisivus sentral rahang atas dengan permukaan labial incisivus sentral rahang bawah pada keadaan oklusi. Hubungan overjet yang ideal adalah incisivus atas terletak di depan incisivus bawah dengan jarak 2 4 mm. 2. Pemeriksaan laboratoris Studi model (gambaran rahang atas dan rahang bawah, pengukuran-pengukuran terhadap gigi dan ukuran tulang). Pemeriksaan foto Foto panoramik biasa digunakan pada praktek ortodontik untuk mendapatkan informasi mengenai angulasi gigi, periode maturasi, dan keadaan jaringan periodontal. Foto panoramik juga sangat dibutuhkan untuk mendeteksi adanya agenese, impaksi kaninus ataupun molar ketiga, abnormalitas akar, serta keadaan tulang sekitar. Pemeriksaan sefalometri dapat memberikan informasi tentang pertumbuhan dan perkembangan tuang kepala, analisis kasus dan menegakkan diagnosis (adanya kelainan skeletal), dan atau meramalkan perawatan. Analisis ruang diperlukan untuk membandingkan antara ruang yang tersedia dan ruang yang dibutuhkan untuk mengatur gigi sebagaimana mestinya. Analisis ruang yang digunakan pada periode gigi bercampur, berupa metode Moyers, metode Huckaba, dan metode Nance. perubahan akibat pertumbuhan

Maloklusi | 16

E. Diagnosis Di dapatkan kasus protrusi gigi anterior RA dan maloklusi Klas II divisi I. Protrusi adalah gerakan mendorong mandibula ke depan atau malposisi gigi dari satu rahang relatif terhadap rahang lain, dapat disebabkan faktor keturunan, bad habit seperti menghisap jari, mendorong lidah ke depan, kebiasaan menelan yang salah dan bernafas lewat mulut. Menurut Moyers (1988) pada penderita maloklusi kelas II divisi I biasanya ditandai dengan profil wajah yang konveks, overjet yang besar kadang disertai deepbite. Pada keadaan demikian, tekanan otot otot wajah dan lidah menjadi tidak normal, sehingga sering dijumpai sulkus mentolabial yang dalam atau disebut lip trap. Selain itu menurut Staley (2001), maloklusi kelas II divisi I digambarkan dengan maksila yang sempit, gigi insisivus atas yang terlihat lebih panjang dan protrusif, fungsi bibir yang tidak normal dan kadang dijumpai beberapa bentuk obstruksi nasal serta bernafas melalui mulut.

F. Perawatan Maloklusi Menurut waktu perawatan dan tingkat maloklusi, perawatan dibagi menjadi 3, yaitu : 1. Perawatan Preventif Perawatan prefentif adalah segala tindakan menghilangkan segala pengaruh yang dapat merubah jalannya perkembangan normal agar tidak terjadi malposisi gigi dan hubungan rahang yang abnormal. Misalnya, dalam periode prenatal anak yang berada dalam kandungan, asupan nutrisi ibu harus baik. Sedangkan pada saat periode post natal harus dijaga kebersihan mulutnya

Maloklusi | 17

(pemilihan dot yang tepat, anak diajari menyikat gigi yang benar) serta dijaga dari kebiasaan buruk, misalnya menghisap ibu jari. 2. Perawatan Interseptif Perawatan interseptif adalah perawatan ortodontik pada maloklusi yang telah mulai tampak, untuk mencegah agar maloklusi yang ada tidak berkembang menjadi parah. Macam-macam perawatan interseptif : Aktivator Aktivator adalah plat fungsional yang digunakan pada masa pertumbuhan untuk mengkoreksi maloklusi kelas II yang disebabkan oleh defisiensi mandibula. Perawatan : 2-3 tahun pre pubertal Head Gear Head gear adalah perawatan ekstra oral pada masa pertumbuhan yang digunakan untuk mengkoreksi maloklusi skeletal dengan pertumbuhan maksilla vertikal dan horizontal secara berlebihan. Pada perawatan head gear dibutuhkan hambatan pertumbuhan maksilla namun mandibula juga tetap berkembang. Pemakaiannya 12-16 jam per hari. Rapid Palatal Ekspansion

Maloklusi | 18

Rapid palatal ekspansion diindikasikan pada kuba palatum sempit. Alat ini menghasilkan ekspansi 10mm meliputi 8mm pembukaan sutura dan 2 mm pergerakan gigi dengan 0,5-1mm per hari. Retensi selama 3-4 bulan. Face Mask Diindikasikan untuk mengstimulasi pertumbuhan sutura kedepan.

Chin Cup Merupakan perawatan ekstra oral yang bertujuan agar dagu bisa berotasi ke bawah dan ke belakang, gigi erupsi dan terjadi pemanjangan wajah serta penonjolan dagu berkurang. Perawatan ini diindikasikan pada kasus mandibula berlebihan.

Maloklusi | 19

Space Maintainer Space maintainer adalah alat cekat atau lepas yang dirancang untuk mempertahankan ruang yang ada dalam legkung rahang. Indikasinya adalah bila kekuatan gerak gigi tidak seimbang dan analisis ruang menunjukkan adanya kemungkinan kekurangan ruang untuk gigi pengganti yang akan erupsi.

Space Regainer Indikasi space regainer adalah apabila untuk mendapatkan kembali tempat sekitar 3 mm atau kurang. Space regainer ada yang cekat dan lepasan.

Serial Ekstraksi Diindikasikan pada kasus diskrepansi lengkung 4 mm. Tujuan serial ekstraksi adalah mendorong terjadinya erupsi dini gigi premolar pertama, kemudian dilakukan pencabutan untuk menyediakan ruang erupsi bagi gigi caninus permanen. Serial ekstraksi tidak diindikasikan pada kasus pada kelas I maloklusi dengan crowded ringan, terdapat skeletal discrepancy, terdapat deep overbite, adanya agenesis gigi.

3. Perawatan Kuratif dilakukan untuk mengoreksi maloklusi atau malposisi yang ada dan mengembalikan kepada posisi, oklusi, dan lengkung ideal Berikut beberapa perawatan yang dapat dilakukan pada kasus maloklusi kelas II divisi 1 antara lain: a. Removeable appliance

Maloklusi | 20

Oral Screen Oral screen merupakan salah satu alat efektif yang paling mudah digunakan untuk mengkoreksi protrusi gigi anterior rahang atas. Alat ini diistilahkan sebagai physiologic appliance karena alat ini tidak menyebabkan menghasilkan dengan cara pergerakan gaya gigi yang menekan dengan bantuan kawat, tetapi menahan gigi anterior rahang atas

perioralmusculature. Twin Block Alat ini diindikasikan untuk perawatan maloklusi Kelas II Divisi I yang disebabkan oleh mandibula retrognasi dan maksila normal. Saat twin block dipasang di dalam mulut, pasien

Maloklusi | 21

dapat berbicara dan makan secara normal karena alat ini tidak banyak membatasi gerakan lidah, bibir dan mandibula, sama halnya dengan pasien yang memakai gigi tiruan Alat Frankel Frankel merupakan alat yang efektif untuk mengoreksi maloklusi kelas II divisi 1. Berdasarkan kasus maloklus yang dirawat, Frankel membagi alat dalam beberapa jenis. Untuk perawatan maloklusi kelas II divisi 1 digunakan alat Frankel tipe I (Fr I). Alat Frankel tipe diberi nama singkatan dengan FR 1 yang dapat digunakan untuk merawat kelas II divisi 1 dengan overjet lebih kecil dari 5 mm sampai lebih dari 7mm.

Pre-Orthodontic Trainer

Pre-Orthodontic Trainer merupakan alat miofungsional yang dirancang oleh Dr Chris Farrell. Alat tersebut metrupakan alat yang siap pakai, tidak perlu dicetak maupun dibentuk sehingga tidak perlu dikerjakan di laboratorium. Alat ini beberbentuk seperti parabolik menyerupai lengkung

Maloklusi | 22

rahang atas dan rahang bawah yang alami yaitu sempit di bagian anterior dan lebar di bagian posterior. Pre-Orthodontic Trainer tersedia dalam satu ukuran yang universal sehingga sesuai untuk semua rahang anak-anak yang besar maupun yang kecil. Pre-Orthodontic Trainer merupakan alat yang diciptakan khusus untuk merawat anak-anak pada periode gigi bercampur yaitu pada usia 610 tahun, saat gigi tetap mulai bererupsi dan anak masih dalam pertumbuhan. Pada periode gigi bercampur, alat ini dapat digunakan sebagai perawatan dini untuk mengurangi maloklusi, dengan menjadi pemandu dari gig geligi. Pre-Orthodontic Trainer bertujuan untuk menghilangkan buruk myofungsional seperti kebiasaan bernapas dengan mulut, menghisap jari, dan menjulurkan lidah yang merupakan salah satu penyebab utama terjadinya maloklusi kelas II divisi 1. Indikasi penggunaan alat ini tidak hanya pada anak-anak dengan kasus maloklusi kelas II divisi 1 tetapi juga dapat digunakn pada anak-anak dengan kasus seperti crowding gigi anaterior rahang bawah, maloklusi klas II divisi 2 dengan deep bite, maloklusi kelas II dengan open bite, dan maloklusi kelas III ringan. Kontraindikasi alat ini adalah pada pasien dengan cross bite gigi posterior maloklusi kelas III yang parah, dan pasien dengan obstruksi pernapasan yang sempurna serta dengan anakanak yang tidak mempunyai motivasi untuk memakai alat ini. b. Fixed Appliance MARA (Mandibular Anterior Repositioning Appliance) Adalah ortodonti cekat yang

menyalurkan tekanan ke gigi yang digunakan untuk perawatan maloklusi

Maloklusi | 23

kelas II divisi 1 dengan memajukan mandibula ke depan sehingga tercapai oklusi kelas 1. Perawatan dengan MARA diindikasikan untuk maloklusi kelas II divisi 1 yang disebabkan oleh retrusi mandibula dan maksila normal. Alat forsus Merupakan dipasang alat melekat ortodonti pada cekat molar

fungsional berbentuk spring dan maksilla dan lengkung mandibula. Pada awal pemakaian, tekanan yang dihasilkan alat ini menyebabkan rasa tidak nyaman pada pasien. Indikasinya adalah maloklusi kelas II, maloklusi kelas II dengan deepbite, kasus non ekstraksi, agenesis premolar dua atau mikrodonsia, diastema, posisi mesialisasi lengkung rahang. Sedangkan kontraindikasinya adalah pasien yang alergi terhadap bahan latex. Rapid palatal ekspansion Quad helix Diindikasikan untuk mengekspansi rahang atas. Alat ini dapat digunakan untuk ekspansi rahang dalam arah anteroposterior. Penyangga dapat diletakkan pada gigi molar rahang atas. Perawatan yang mungkin dilakukan untuk indikasi untuk kasus pada skenario adalah: Terapi awal untuk maloklusi kelas II divisi 1 dapat dilakukan dengan menggunakan oral screen pada anak. Alat ini berfungsi paling baik apabila digunakan setiap malam selama 12-14 jam. Anak-anak harus diberi homewear chart untuk mengingatkan mereka menggunakan alat ini. Menggunakan oral screen akan menyebabkan rasa sakit pada gigi anterior pada beberapa hari
Maloklusi | 24

pertama, tapi rasa sakit itu menghilang apabila alatnya dipakai setiap malam seperti yang dianjurkan Tahap kedua pembuatan alat fungsional twin block untuk koreksi posisi condylus. Perawatan dengan twin block memiliki efek terhadap skeletal dan dental. Perubahan skeletal dapat ditunjukkan dengan berubahnya panjang korpus mandibula. Saat twin block terpasang di dalam mulut, Pasien tidak dapat beroklusi dengan nyaman pada posisi distal sebelumnya, sehingga mandibula akan berusaha mengadaptasikan gigitan ke depan. Twin block dikembangkan untuk memperoleh satu cara yang dapat mengarahkan mandibula ke bawah dan ke depan sehingga respon pertumbuhan fungsional menyebabkan mandibula berkembang lebih maksimal Tahap ketiga yaitu pembuatan alat ortodonsi cekat.

G. Dampak Maloklusi Dampak yang bisa ditimbulkan oleh maloklusi adalah terganggunya faktor estetik, fungsi, maupun bicara. Sebagian besar maloklusi disebabkan karena faktor keturunan misalnya : gigi berjejal, diastema, kekurangan atau kelebihan jumlah gigi, dan macam-macam ketidakteraturan lainnya pada wajah dan rahang. Gangguan-gangguan yang disebabkan karena masalah dalam mulut bisa mempengaruhi aktivitas keseharian seperti penurunan jumlah tidur, waktu senggang yang terbuang, gangguan asupan makanan, dan gangguan psikologis yang berhubungan dengan penurunan kepercayaan diri, serta hilangnya waktu kerja dan sekolah.

Maloklusi | 25

Maloklusi | 26

BAB III KESIMPULAN

a. Maloklusi merupakan kondisi yang menyimpang dari tumbuh kembang yang dapat mempengaruhi self cleansing, kesehatan jaringan lunak, pertumbuhan rahang, bicara, dan penampilan. b. Secara garis besar, klasifikasi maloklusi terdiri atas klasifikasi skeletal dan klasifikasi dentoalveolar. Masing-masing klasifikasi memiliki tiga kelas, namun pada klasifikasi dentoalveolar menurut Angle terbagi menjadi beberapa divisi. c. Etiologi maloklusi dibedakan menjadi faktor herediter dan faktor lokal. Faktor herediter meliputi disproporsi ukuran gigi dan rahang serta disproporsi ukuran, posisi, dan bentuk rahang. Sedangkan faktor lokal meliputi kebiasaan buruk, prematur loss, persistensi gigi desidui, trauma, dan faktor iatrogenik. d. Salah satu kebiasaan buruk adalah bernapas melalui mulut yang menjadi penyebab terjadinya maloklusi yang biasa ditandai dengan mandibula retrognati, wajah memanjang, palatum dalam, gigi insisivus yang lebih ke depan, dan mulut terbuka. e. Pemeriksaan yang dilakukan terdiri dari pemeriksaan subjektif dan pemeriksaan objektif. Pemeriksaan subjektif meliputi anamnesis dari penderita, sedangkan pemeriksaan objektif terdiri atas pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratoris. f. Perawatan maloklusi terdiri atas perawatan preventif, perawatan interseptif, dan perawatan kuratif.

Maloklusi | 27

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Harun, Handayani Hendrastuti, Fery Fajriani. 2012. Buku Ajar Maloklusi pada Anak, Etiologi, dan Penanganannya. Makassar: Bimer Achmad Harun, Runkat Jakobus. 2008. Koreksi Protrusif dengan Oral Screen pada Anak sebagai Tahap Terapi Awal Maloklusi Kelas II Divisi 1. Medan: Dentika Dental Jurnal Bakar Abu. Kedokteran Gigi Klinis Edisi 2. Yogyakarta: Quantum Kusuma ARP. Bernafas Lewat Mulut Sebagai Faktor Ekstrinsik Etiologi Maloklusi. Fakultas Kedokteran Gigi Islam Sultan Agung Mudjari Imam, Susilowati. Dampak Maloklusi Terhadap Kualitas Hidup . Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi FKG UPDM Rahardjo Pambudi. Diagnosis Ortodontik. Surabaya: Airlangga University Press Rahardjo Pambudi. 2009. Ortodonti Dasar. Surabaya: Airlangga University Press Ruslan Karin, Zen Yuniar. 2006. Efek Alat Pre-Orthodonti Trainer pada Perawatan Dini Maloklusi Kelas II Divisi 1. Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi Sulandjari Heryumani. 2008. Buku Ajar Ortodonsia I KGO I. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada

Maloklusi | 28

Vous aimerez peut-être aussi